• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BINTAN NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BINTAN NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN DI KABUPATEN BINTAN

NASKAH PUBLIKASI

Oleh : NESFRIANTI NIM : 100565201067

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

(2)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN DI KABUPATEN BINTAN NESFRIANTI

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, FISIP UMRAH

Dalam rangka menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, dan peningkatan sumber daya manusia, guna mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas. Maka dari itu Kabupaten Bintan membuat sebuah peraturan daerah yang khusus mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan yang tujuannya mengembangkan potensi peserta didik, pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar, dan mengembangkan manajemen pendidikan bertumpu pada transparansi anggaran pendidikan dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan dan partisipasi masyarakat di Kabupaten Bintan.

Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan. Adapun teori yang digunakan untuk mengetahui implementasi kebijakan yaitu menggunakan teori Agustino (2006:139). Dalam penelitian ini jumlah informannya adalah 3 orang pegawai yang bertugas dalam mengawasi sekolah, serta 2 orang kepala sekolah. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif.

Berdasarkan hasil pembahasan maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan masih banyak mengalami hambatan seperti masih kurangnya kerjasama antara Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan dengan sekolah, karena masih banyak kekurangan seperti sekolah yang masih keterbatasan ruang, atau ruang yang dimiliki tidak layak untuk proses belajar mengajar, sarana yang tidak lengkap untuk mendukung pembelajaran kemudian keterbatasan guru yang benar-benar sesuai dengan bidangnya

(3)

GOVERNMENT POLICY IMPLEMENTATION BINTAN DISTRICT NUMBER 9 IN 2012 THE ORGANIZATION OF EDUCATION IN THE DISTRICT BINTAN

NESFRIANTI

Science Student Government, Faculty of Social UMRAH

In order to guarantee equal educational opportunities, improving the quality of education, and the improvement of human resources, in order to make the education system as a social institution that is strong and authoritative to empower citizens of Indonesia develop into a human quality. Therefore Bintan regency create a local regulation that specifically regulates the provision of education, namely the Regional Regulation Bintan District No. 9 of 2012 on the Implementation of Education which aims to develop the potential of students, equal educational opportunities, improve the quality of teaching and learning activities, and developing education management rests on education budget transparency and accountability of the overall education and community participation in Bintan regency.

The purpose of this study is basically to determine the District Government Implementation Bintan No. 9 of 2012 on the Implementation of Education in Bintan regency. The theory is used to determine the implementation of the policy is to use the theory Agustino (2006: 139). In this study the number of 3 people informant was an employee in charge of monitoring the school, as well as the two principals. The analysis used in this research is the analysis of qualitative data.

Based on the results of the discussion in this study can be concluded that the implementation of Local Government in Bintan District No. 9 of 2012 on the Implementation of Education in Bintan regency are still many obstacles such as the lack of cooperation between the District Education Office Bintan to school, because there are still many shortcomings such as schools still limitations of space, or space owned unfit for teaching and learning, which means incomplete for learning support teacher then limitations that really fit with the field

(4)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN DI KABUPATEN BINTAN

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki keterbelakangan dalam semua bidang kehidupan menuju suatu kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya salah satunya adalah pada bidang pendidikan. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan, maka diyakini bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau, yang dibandingkan dengan manusia sekarang, telah sangat tertinggal baik kualitas kehidupan maupun proses-proses pemberdayaannya.

Mutu dalam pendidikan bukanlah merupakan barang akan tetapi merupakan layanan, di mana mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan dan keinginan semua pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak pada peserta didik. Mutu pendidikan berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia.

Sejalan dengan hal tersebut, maka dalam pengelolaan sekolah yang efektif dan berorientasi pada mutu pendidikan memerlukan suatu komitmen yang penuh kesungguhan dalam peningkatan mutu, berjangka panjang dan membutuhkan

(5)

didukung oleh dedikasi yang tinggi terhadap mutu melalui penyempurnaan proses yang berkelanjutan oleh semua pihak yang terlibat.

Ketika aspek-aspek dan indikator pengelolaan lembaga pendidikan dapat dijalankan dan diarahkan ke sebuah mutu yang tinggi. Maka keberhasilan dari pencapaian mutu tersebut harus merupakan integrasi dari semua keinginan dan partisipasi stakeholder (semua yang berkepentingan) dalam pencapaian hasil akhirnya. Sekolah harus kreatif dan dinamis dalam mengusahakan peningkatan mutu dengan peningkatan kemandirian sekaligus masih dalam kerangka acuan kebijakan pendidikan yayasan, nasional dan daerah.

Untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Bintan yang cerdas, diperlukan upaya-upaya konkrit dalam menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Upaya ini juga dimaksudkan untuk mendukung dan mewujudkan Kabupaten Bintan sebagai Kota Ilmu, dengan melahirkan berbagai kebijakan yang berpihak pada dunia pendidikan.

Dalam rangka menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan, dan peningkatan sumber daya manusia, guna mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, maka diperlukan pengaturan mengenai penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Bintan. Maka dari itu Kabupaten Bintan membuat sebuah peraturan

(6)

daerah yang khusus mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan yang tujuannya mengembangkan potensi peserta didik, pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar, dan mengembangkan manajemen pendidikan bertumpu pada transparansi anggaran pendidikan dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan dan partisipasi masyarakat di Kabupaten Bintan.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bintan dijelaskan bahwa Pendidikan diselenggarakan sebagai investasi sumber daya manusia jangka panjang. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik, terbuka, demokratis, dan adil melalui proses pembudayaan dan pemberdayaan masyarakat meliputi penyelenggaraan dan pengendalian layanan mutu pendidikan. Pendidikan diselenggarakan untuk memberi keteladanan, nilai-nilai kebenaran, membangun kemauan, menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, lingkungan dan kemajemukan bangsa yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Pengelolaan pendidikan harus berdasarkan penerapan prinsip-prinsip manajemen pendidikan yang aktual.

Sosialisasi Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pendidikan disebutkan bahwa Anak-anak Bintan yang usia sekolah tidak boleh putus pendidikannya. Paling tidak lulus SMA. untuk menghadapi tantangan saat ini, pendidikan bisa dijadikan senjata andalan. Pendidikan itu harus diselenggarakan secara maksimal untuk meningkatkan mutu

(7)

serta relevansi dan efisiensi menajemen pendidikan. Diperlukan juga pendidikan yang inovatif, sehingga bisa sesuai dengan zamannya, serta peran serta pemerintah yaitu Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan.

Memandang pentingnya peranan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan mewujudkan dalam menentukan keberhasilan pendidikan di Kabupaten Bintan. Pemerintah Kabupaten Bintan sepertinya tidak ingin generasi muda ketinggalan dibidang pendidikan. Pendidikan merupakan modal utama dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Bahkan peningkatan mutu pendidikan akan melahirkan generasi yang berkualitas, mandiri dan mampu bersaing.

Data yang diperoleh dari Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga banyak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Bintan minim akan tenaga pengajar. Kemudian belum meratanya fasilitas pendidikan di Kabupaten Bintan. Hal ini berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan, kecamatan-kecamatan di Bintan Utara memiliki jumlah sekolah, baik negeri maupun swasta yang jauh lebih banyak dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya di Kabupaten Bintan. Selain itu jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi juga ada di Bintan Utara hingga Januari 2011, Kecamatan Bintan Utara, Seri Kuala Lobam, Teluk Sebong dan Teluk Bintan memiliki 1 TK Negeri, 12 TK swasta, 4 TK Islam atau Raudhatul Anfal (RA), 38 SD Negeri, 2 SD swasta, 10 SMP Negeri, 3 SMA Negeri, 1 SMA swasta, 1 SMK Negeri, 2 SMK swasta, 2 Akademi Pariwisata di KPIB Lagoi. Banyak daerah di Kabupaten Bintan yang belum memiliki sekolah

(8)

yang layak, bahkan tidak ada sekolah sama sekali di daerahnya sehingga anak-anak harus menyebrang untuk mendapatkan pendidikan seperti salah satunya adalah Desa Glubi, Desa Dendun, atau Desa Kelong.

Mewujudkan masyarakat Bintan yang cerdas itu, bisa dimulai dari upaya konkret dalam menjamin pemerataan kesempatan pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat. Baik itu masyarakat pesisir maupun masyarakat terpencil. Maka dari itu, Bintan selalu melahirkan macam-macam kebijakan yang berpihak pada dunia pendidikan. Sementara itu, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Bintan menjelaskan bahwa sosialisasi Perda Nomor 9 Tahun 2012 merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia sekolah dalam menghadapi tantangan sesuai tuntutan zaman. Dengan komitmen serta profesionalisme dari seluruh pihak terkait, akan terjadi perubahan serta peningkatkan mutu pendidikan Bintan berskala nasional.

Dari latar belakang di atas dapat diketahui bahwa peranan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan sangat dibutuhkan secara maksimal Sehingga penulis mencoba untuk mengangkat sebuah judul penelitian mengenai : “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN BINTAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

(9)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan identifikasi masalah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Bintan, maka peneliti menarik kesimpulan “Bagaimana Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan?”

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.Tujuan penelitian

a. Mengetahui Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan.

b. Mengetahui hambatan-hambatan dalam Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara Akademis: Hasil penelitian ini diharapkan berguna memperkaya hasil-hasil penelitian ilmu pemerintahan yang berkaitan dengan Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan. b. Secara Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan

(10)

Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan.

D. Konsep Operasional

Dalam penelitian ini teori yang digunakan menurut Agustino (2006:139), implementasi kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu :

1. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan. Suatu kebijakan mempunyai tujuan maupun sasaran untuk apa peraturan atau kebijakan ini dibuat. Dalam Perda Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Bintan, dapat dilihat dari indikator :

a. Tujuannya yaitu mengembangkan potensi peserta didik, pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar.

b. Mengembangkan manajemen pendidikan bertumpu pada transparansi anggaran pendidikan

2. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan, seperti dilakukan sosialisasi untuk menyampaikan isi dan tujuan dari Perda Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Bintan, hal ini dapat dilihat dari indikator:

a. Adanya sosialisasi dari pihak dinas pendidikan

b. Adanya kerjasama antara pihak dinas dengan pihak sekolah di Kabupaten Bintan.

3. Adanya hasil kegiatan. Bahwa keberhasilan suatu implementasi Perda Nomor 9 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan pendidikan mengacu dan

(11)

mengarah pada implementasi dan dampaknya yang dikehendaki dari semua program-program yang dikehendaki Hal ini dapat dilihat dari indikator:

a. Adanya dampak baik dari Perda Nomor 9 Tahun 2012 tentang penyelenggaraan pendidikan di setiap sekolah Kabupaten Bintan.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Deskriptif kualitatif. Menurut Umar (2001:92), jenis penelitian deskritif adalah Jenis penelitian yang merugikan sifat atau karakteristik dari suatu fenomena tertentu dengan kata lain, penelitian deskritif merupakan penelitian yang menggambarkan secara cermat karakteristik dari masyarakat, individu, kelompok, gejala, keadaan dengan apa, siapa, bilamana, dan bagaimana gejala itu terjadi serta menentukan frekuensi adanya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain.

Dalam hal ini maka penelitian ini menguraikan fakta fakta yang terjadi pada Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Tentang Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan. 2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi daerah atau lokasi penelitian adalah Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Bintan. Hal ini karena melihat fenomena yang terjadi saat ini adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan diharapkan peran serta guru-guru, namun jika dilihat jumlah tenaga guru yang

(12)

masih minim, sangat diragukan peningkatan pendidikan di Bintan dapat tercapai. Untuk mengatasi kekurangan tenaga pendidik di Bintan, pemerintah Bintan harus merekrut tenaga guru, jika hal ini tidak segera dilaksanakan maka dikawatirkan peningkatan pendidikan di Kabupaten Bintan tidak akan terealisasi. Sementara sarana pendidikan di Bintan, APBD siap membangun fasilitas gedung sekolah. Namun yang paling utama saat ini yaitu perekrutan tenaga-tenaga pengajar. Karena mengingat jumlah tenaga guru-guru di Bintan masih relatif kurang. Kekurangan tenaga pengajar di Bintan disebabkan karena jumlah siswa setiap tahunnya terus meningkat.

3. Informan

Informan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah purposive

sampling yaitu teknik pengumpulan data dimana jumlah informan ditentukan

berdasarkan kebutuhan data yang diinginkan. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan teknik Purposive sampling. Menurut Arikunto (2006:139)

Purposive Sampling adalah sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil

subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dalam penelitian ini jumlah informannya adalah 3 orang pegawai yang bertugas dalam mengawasi sekolah, serta 2 orang kepala sekolah yang dipilih secara acak untuk memperoleh informasi mengenai implementasi Perda Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 di sekolahnya masing-masing. Dasar mengambil 5 orang tersebut adalah 3 orang pegawai bagian pengawas adalah orang yang ditugaskan dinas pendidikan untuk langsung turun kelapangan sehingga mengetahui secara baik tentang keadaan setiap sekolah di Kabupaten

(13)

Bintan, serta 2 orang kepala sekolah ini adalah 1 kepala sekolah yang termasuk sekolah berprestasi dan 1 lagi adalah sekolah yang selalu mendapat bantuan dari Dinas karena kekurangan sarana prasarana maupun kesediaan guru.

Tabel 1.1 Informan

No. Jabatan Jumlah

1. Bagian Pengawasan Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan

3 orang

2. Kepala sekolah di Kabupaten Bintan 2 orang

Jumlah 5 orang

Sumber: Data Penelitian, 2015. 4.Sumber dan Jenis Data

a. Data Primer

yaitu data yang diterima atau diperoleh langsung dilapangan melalui wawancara terhadap responden yang meliputi data tentang Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Tentang Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan

b. Data Sekunder

yaitu data yang deperoleh dari pihak kedua dan sudah diolah melalui laporan, dokumen yang meliputi: Struktur organisasi dan tata kerja, Sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan.

(14)

5. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.Observasi.

Observasi, yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung agar mendapat data yang lengkap dan akurat mengenai fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan. Menurut Sugiyono (2005 : 166) teknik observasi merupakan suatu proses yang kompleks dan sulit, yang tersusun dari berbagai proses biologis dan proses psikologis diantaranya yang terpenting adalah pengamatan dan ingatan. Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan yaitu observasi terstruktur yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya, dengan alat pengumpul data yaitu chek list.

b.Wawancara

Yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan informan kunci dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun terlebih dahulu. Wawancara merupakan salah satu dari teknik pengumpulan data dengan melalui wawancara. Dimana dua orang atau lebih secara fisik yang saling berhadap-hadapan. Dalam penelitian ini akan dilakukan Tanya jawab secara langsung kepada informan yang dianggap sudah mengetahui secara baik bagaimana Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan selama ini. Wawancara dilakukan secara langsung dengan informasi kunci yaitu Kepala Dinas Pendidikan

(15)

Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bintan mengenai kualitas pendidikan di Kabupaten Bintan

6. Teknik Analisis Data

Dalam rangka memberikan gambaran yang jelas,logis dan akurat mengenai hasil pengumpulan data, maka teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisa data Deskriptif, Kualitatif dan Teknik Triangulasi. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Sedangkan teknik analisa Triangulasi moleong (2000:178) menyebutkan pengertian triangulasi adalah teknik keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembandingan terhadap data informasi yang di peroleh melalui waktu dan alat yang berbeda.

II. LANDASAN TEORITIS

Salah satu unsur penting dalam siklus kebijakan publik adalah menyangkut implementasi kebijakan yang memegang peran penting bagi keberhasilan kebijakan publik. Tugas pokok pemerintah adalah menciptakan kebijakan melalui berbagai kebijakan publik. Kebijakan akan tercapai jika kebijakan yang dibuat dapat terimplementasikan atau dapat dilaksanakan secara baik. Keberhasilan implementasi suatu kebijakan ditentukan oleh banyak variable atau faktor, baik menyangkut isi kebijakan yang diimplementasikan, pelaksanaan kebijakan,

(16)

maupun lingkungan di mana kebijakan tersebut diimplementasikan (kelompok sasaran).

Abidin (2002:186) menyatakan bahwa: “Implementasi atau pelaksanaan kebijakan terkait dengan identifikasi permasalahan dan tujuan serta formulasi kebijakan sebagai langkah awal dan monitoring serta evaluasi sebagai langkah akhir”.

Menurut Winarno (2007:144) Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja bersama-sama menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan. Implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome).

Pendapat lain dikemukakan oleh Dunn (2000:109) menjabarkan bahwa implementasi kebijakan merupakan rangkaian pilihan yang kurang lebih hubungan (termasuk keputusan untuk tidak bertindak) yang dibuat oleh badan dan pejabat pemerintah yang diformulasikan ke dalam bidang-bidang kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi, dan lain-lain.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan implementasi kebijakan publik adalah suatu tindakan pejabat pemerintah atau lembaga pemerintah dalam menyediakan sarana untuk melaksanakan progam yang telah ditetapkan sehingga program tersebut dampak menimbulkan dampak terhadap tercapainya tujuan.

(17)

Implementasi kebijakan merupakan tahap kedua setelah pembuatan atau pengembangan kebijakan. Nugroho (2008:158) mengemukakan bahwa: “implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Dari kedua pendapat ahli ini yang perlu ditekankan adalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran ditetapkan atau diidentifikasikan oleh keputusan-keputusan kebijaksanaan.”

Nugroho (2008:158) mengemukakan bahwa implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Dari kedua pendapat ahli ini yang perlu ditekankan adalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran ditetapkan atau diidentifikasikan oleh keputusan-keputusan kebijaksanaan.

Van Meter dan Van Horn (dalam Winarno 2007:146) mengatakan bahwa : “implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa agar kebijakan itu berhasil dalam pencapaian tujuannya, maka serangkaian usaha perlu dilakukan diantaranya

(18)

perlu dikomunikasikan secara terbuka, jelas, dan transparan kepada sasaran. Perlunya sumber daya yang berkualitas untuk pelaksanaannya dan perlunya dirampungkan struktur pelaksana kebijakan.

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan adalah perangkat daerah yang bertanggungjawab untuk melaksanakan otonomi daerah, desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas perbantuan bidang pendidikan di daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Riau Nomor: 12 Tahun 2005 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Kepulauan Riau, Dinas Pendidikan mempunyai tugas pokok dan fungsi : Melaksanakan urusan otonomi daerah dibidang penyelenggraaan Pendidikan, Pemuda dan Olahraga. Dinas Pendidikan menyelenggarakan fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis dibidang penyelenggaraan pendidikan; 2. Penyelenggaraan pelayanan umumpenyelenggaraan pendidikan; 3. Pembinaan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pendidikan; 4. Pelaksanaan urusan tata usaha dinas

Dalam masa perkembangannya, pada tahun 2009 Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan berubah nama menjadi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan, yang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 dan ditindak lanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bintan. Sebagai mana tugas Dinas Pendidikan Pemuda dan olahraga yang melaksanakan

(19)

sebagian urusan rumah tangga Daerah di Bidang Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dalam rangka kewenangan desentralisasi dan dekonsentrasi, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga mempunyai fungsi sebagai SKPD yang melalukan Perencanaan, Pelaksanaan, Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan yang berkaitan dengan Pendidikan, Pemuda dan Olahraga.

IV. PEMBAHASAN

1. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa upaya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan sudah baik, karena mereka sudah banyak mengupayakan kebijakan yang meningkatkan mutu pendidikan anak. Termasuk dalam melengkapi sarana prasarana sekolah. Sarana dan Prasarana merupakan salah satu objek yang sangat vital dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan dalam proses belajar dan mengajar. Didaerah sekarang ini berbagai macam cara telah di lakukan praktisi pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan salah satunya adalah dengan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan. Kemampuan guru dan lembaga dalam memenuhi sarana dan prasarana pendidikan akan sangat mempengaruhi efektivitas pembelajaran.

Sarana dan prasarana pendidikan ada yang berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan dan ada yang berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap proses belajar mengajar. Prasarana pendidikan berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan),

(20)

termasuk dalam prasarana pendidikan ini adalah tanah, halaman, pagar, tanaman, bangunan sekolah, jaringan jalan, air, lestrik, telepon, serta perabot/mobiler. Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap proses belajar mengajar, seperti alat pelajaran, alat peraga, alat praktek dan media pendidikan.

Dapat dianalisa bahwa Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah prinsip. Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Disamping itu prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan.

2. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan,

Berdasarkan hasil wawancara maka dapat dianalisa bahwa sosialisasi pernah dilakukan oleh pihak Dinas Pendidikan kepada seluruh sekolah yang terdiri dari kepala sekolah dan guru-gurunya. Sosialiasi Perda Nomor 9 Tahun 2012 ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia sekolah dalam menghadapi tantangan sesuai tuntutan zaman. Dengan komitmen serta profesionalisme dari seluruh pihak terkait, pemerintah meyakini akan terjadi perubahan serta peningkatan mutu pendidikan Bintan berskala nasional.

Dapat dianalisa bahwa masih kurangnya kerjasama antara Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan dengan sekolah, karena masih banyak

(21)

Pendidikan ini, seperti banyak sekolah yang masih membutuhkan guru, tidak seimbang antara guru dengan murid, kurangnya fasilitas pembelajaran, kemudian ruang kerja yang masih tidak layak. Fenomena menunjukkan bahwa kualitas profesionalisme guru kita masih rendah. Faktor-faktor internal seperti penghasilan guru yang belum mampu memenuhi kebutuhan fisiologis dan profesi masih dianggap sebagai faktor determinan. Akibatnya, upaya untuk menambah pengetahuan dan wawasan menjadi terhambat karena ketidakmampuan guru secara financial dalam pengembangan SDM melalui peningkatan jenjang pendidikan. Hal itu juga telah disadari pemerintah sehingga program pelatihan mutlak diperlukan karena terbatasnya anggaran untuk meningkatkan pendidikan guru. Program pelatihan ini dimaksudkan untuk menghasilkan guru sebagai tenaga yang terampil (skill labour) atau dengan istilah lain guru yang memiliki kompetensi.

3. Adanya hasil kegiatan.

Berdasarkan hasil wawancara maka dapat dianalisa bahwa dalam Perda Nomor 9 Tahun 2012 membawa dampak baik bagi penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Bintan walaupun saat ini belum sepenuhnya berjalan dengan optimal. Peran pemerintah dalam mengembangkan pendidikan dan mengalokasikan anggaran untuk pembangunan sarana dan prasarana pendidikan peran guru dan staf pengajar yang kompeten. Untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Bintan yang cerdas, diperlukan upaya-upaya konkrit dalam menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan

(22)

tuntutan perkembangan zaman. Upaya-upaya ini juga dimaksudkan untuk mendukung dan mewujudkan Kabupaten Bintan sebagai ”Kota Ilmu”, dengan melahirkan berbagai kebijakan yang berpihak pada dunia pendidikan. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan langkah-langkah antara lain meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia kependidikan yang berbudaya, religius dan berorientasi pada teknologi dan perekonomian; menerapkan metode pembelajaran secara profesional yang dapat mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik secara proporsional; menyelenggarakan pendidikan sekolah dan luar sekolah yang sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah pengembangan; meningkatkan mutu lulusan yang mampu melanjutkan pendidikan memasuki pasar kerja; dan meningkatkan partisipasi belajar melalui jalur sekolah dan luar sekolah dalam rangka pementasan wajib belajar pendidikan dasar 12 (dua belas) tahun. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan perlu untuk membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Bintan tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Bintan. Hambatan-hambatan dalam Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan.

Dapat diketahui bahwa hambatan dalam implementasi selalu ada. Edward III (dalam Subarsono, 2005) lebih lanjut mengemukakan dua premis untuk keperluan studi implementasi kebijakan yaitu prakondisi-prakondisi apakah yang diperlukan untuk keberhasilan implementasi kebijakan serta hambatan-hambatan apa yang dihadapi dalam penerapannya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kemudian

(23)

diidentifikasikan faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi implementasi kebijakan sebagai variabel independen yang mempengaruhi kinerja dari implementasi. Faktor-faktor tersebut meliputi empat variabel, yaitu: Komunikasi; Sumber daya; Disposisi; dan Struktur birokrasi. Keempat faktor tersebut tidak hanya secara langsung mempengaruhi implementasi, akan tetapi juga tidak secara langsung masing-masing faktor berpengaruh terhadap faktor lainnya.

Dalam implementasi perda tersebut jelaslah bahwa hambatan yang dialami oleh Dinas pendidikan adalah komunikasi yang belum efektif seperti sosialisasi kesetiap sekolah kemudian kesiapan sumberdaya seperti guru-guru yang ada di sekolah di wilayah Kabupaten Bintan.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab sebelumnya maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan masih banyak mengalami hambatan, walaupun secara garis umum sudah dapat dilaksanakan dengan baik hal ini diketahui dari salah satu upaya dari Dinas Pendidikan dalam mengembangkan potensi anak adalah membuka banyak sekolah kejuruan yang outputnya adalah siswa yang siap bekerja, kemudian juga melihat kesiapan guru. Bintan merupakan salah satu daerah yang luas dan masih ada desa-desa tertinggal, kemudian untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi siswa serta dalam rangka pemerataan

(24)

pendidikan maka pihak Kabupaten Bintan membuat sebuah sekolah dengan beasiswa, sehingga semua anak yang ada di Kabupaten Bintan bisa tetap bersekolah.

Setiap sekolah juga saat ini sudah menerapkan manajemen sekolah yang baik dengan melakukan transparansi dalam setiap kegiatan yang dilakukan seperti RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah) disusun bersama guru/sekolah dan diketahui oleh Komite Sekolah kemudian diajukan ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bintan. Sosialisasi pernah dilakukan oleh pihak Dinas Pendidikan kepada seluruh sekolah yang terdiri dari kepala sekolah dan guru-gurunya. Sosialiasi Perda Nomor 9 Tahuun 2012 ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia sekolah dalam menghadapi tantangan sesuai tuntutan zaman. Kemudian dampak dari adanya perda ini juga sudah dirasakan baik oleh pihak sekolah walaupun saat ini belum sepenuhnya berjalan dengan optimal.

Namun ada hal yang harus diperhatikan yaitu bahwa masih kurangnya kerjasama antara Dinas Pendidikan Kabupaten Bintan dengan sekolah, karena masih banyak kekurangan seperti sekolah yang masih keterbatasan ruang, atau ruang yang dimiliki tidak layak untuk proses belajar mengajar, sarana yang tidak lengkap untuk mendukung pembelajaran kemudian keterbatasan guru yang benar-benar sesuai dengan bidangnya. Fenomena menunjukkan bahwa kualitas profesionalisme guru kita masih rendah. Faktor-faktor internal seperti penghasilan guru yang belum mampu memenuhi kebutuhan fisiologis dan profesi masih

(25)

dianggap sebagai faktor determinan. Akibatnya, upaya untuk menambah pengetahuan dan wawasan menjadi terhambat karena ketidakmampuan guru secara finansial seperti mengeluarkan biaya untuk melanjutkan sekolah atau mengikuti pelatihan/seminar secara pribadi dalam pengembangan SDM melalui peningkatan jenjang pendidikan.

B. Saran

Berikut beberapa saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini agar Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan dapat berjalan lebih baik lagi, berikut petikan wawancara yang dilakukan :

1. Sebaiknya pihak Dinas sering melakukan pengawasan kepada pihak sekolah untuk dapat mengetahui penghambat dari implementasi kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan di masing-masing sekolah di Kabupaten Bintan

2. Sebaiknya sering dilakukan sosialisasi mengenai Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan agar seluruh masyarakat, dan warga sekolah mengetahui tentang penyelenggaraan pendidikan serta tugasnya masing-masing untuk mensukseskan jalannya kebijakan ini.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah. Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung : CV Alfabetha Arikunto. Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Dunn, W William. 2000. Analisa kebijakan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Dwijowijoto, R. N, 2003, Kebijakan publik formulasi, implementasi dan evaluasi, Jakarta : PT.elex media komputindo.

Islamy, Irfan M. 2009. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara

Nugroho, Riant D. 2008. Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan Evaluasi. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suharno. 2010. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Yogyakarta : UNY Press. Syafarudin. 2008. Efectivitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Wahab. Solichin Abdul. 2001. Analisis Kebijaksanaan: dari Formula ke

Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Jakarta: PT. Buku Kita.

Perundang-undangan :

Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan Tentang Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Di Kabupaten Bintan

Gambar

Tabel 1.1  Informan

Referensi

Dokumen terkait

Hal itu disebabkan HPMC memiliki kecepatan hidrasi yang lebih terkontrol sehingga hidrasi yang berlebihan dan pembentukan mucilago licin yang dapat dengan formula

Keterangan : Jamsostek tidak berkerja sama dengan Puskesmas, tapi Jamsostek hanya berkerja sama dengan Sun Clinik, dr.. Sjenileila Boer dan Klinik

Dari hasil pengujian yang dilakukan, didapatkan hasil yang cukup baik, yaitu semua responden sangat setuju dengan Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Peserta Didik

hasil penelitian menunjukan sifat fisik tanah pada desa Oloboju pada 6 unit lahan yaitu lahan sawah, lahan tegalan, lahan kebun campuran dengan masing-masing kelerengan yang

Persoalan yang secara ilmiah menarik untuk dikaji dari pelaksanaan agenda demokratisasi ini adalah persentuhan tradisi demokrasi yang berakar dari Barat dengan

Pengaruh Suhu Annealing Lapisan Aktif Polimer P3HT:PCBM Terhadap Unjuk Kerja Sel Surya Polimer Yang Ditumbuhkan Di Atas Substrat Gelas Pada penelitian ini telah dilakukan

Di Indonesia demokrasi telah dimulai saat pemerintahan soekarno tetapi hanya bersifat sementara, setelah itu demokrasi dimulai kembali saat dibawah

Insulin secretagogues Metformin TZDs* Effect on FPG/HbA 1c 1 Effect on plasma insulin 1,2 – Effect on insulin resistance 3 – Effect on insulin secretion 4 EFFICACY