• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi Obat Sistem Syaraf Pusat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Interaksi Obat Sistem Syaraf Pusat"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

P r of . D r . Z u l lie s I k a w ati , A p t . F a k ult as F a r masi

U n iv ersi ta s G a d jah M a da Y o gy akarta

Interaksi Obat

Sistem Syaraf Pusat

Disampaikan dalam Seminar Hisfarsi PD IAI Jawa Barat Bandung, 21 Februari 2017

(2)

Interaksi obat ?

 Perubahan aktivitas farmakologi suatu obat dengan adanya

pemakaian bersama dengan obat lain  bisa meningkatkan efek, mengurangi efek, atau meningkatkan toksisitas

DI Outside the body Syringe Iv fluids Inside the body Pharmaco

kinetic Pharmacodynamic Penggolongan

(3)

Interaksi Farmasetika

 Interaksi fisikokimia obat sebelum masuk ke dalam tubuh

 obat dengan larutan infus intravena

 obat dengan obat lain dalam larutan yang sama (dalam botol

sirup atau syring yang sama)

 inkompatibilitas dalam pembuatan serbuk/pulvis

 Bisa berupa inkompatibilitas fisika maupun kimiawi  Contoh :

 Carbenicillin menginaktivasi aminoglycosides  Hydrocortisone menginaktivasi penicillins

(4)

INTERAKSI FARMAKOKINETIK

ditandai dengan adanya perubahan pada kinetik obat yang

dipengaruhi, meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan

ekskresi (ADME)  mempengaruhi

bioavailabilitas

obat

yang digunakan bersama-sama

Mekanisme ?

Interaksi pada fase absorpsi

Interaksi pada fase distribusi

Interaksi pada fase metabolisme

Interaksi pada fase ekskresi

(5)

Interaksi obat pada fase absorpsi

 bisa meningkatkan atau mengurangi absorpsi dari

object

drug

 membutuhkan keberadaan

object drug

dan

precipitant

drug

di GIT pada waktu yang sama  selisih t >2 jam bisa menghindarkan interaksi

 bisa mempengaruhi kecepatan absorpsi atau jumlah total

obat yang terabsorpsi

 Obat dengan T1/2 pendek atau yang perlu onset cepat

(analgetik, hipnotik)  jika ka turun  dosis subterapi  efek berkurang

(6)

Mekanisme ?

Change in gastrointestinal pH

Ketoconazole needs acidic conditions in gut

Drug binding in GI tract

E.g. tetracycline/quinolone and calcium

Change in gastrointestinal flora

Antibiotics with oral contraceptives

Change in gastrointestinal motility

Metoclopramide and digoxin

Malabsorption caused by other drugs

(7)

Beneficial absorbtion interactions

Metoclopramide Increases gastric emptying Increases absorption of analgesic in treatment of acute attack of migraine

(8)

Interaksi pada fase distribusi

 Sebagian besar obat membentuk kompleks dengan protein

(utamanya albumin) secara reversibel

obat  protein  kompleks obat-protein

 dengan kekuatan

K

a (derajat ikatan obat protein) tertentu

 Ikatan obat-protein dapat didesak oleh adanya obat lain yang

afinitasnya lebih besar atau setara (kompetitif)

 Memiliki arti klinik yang penting untuk obat-obat yang:

 afinitas besar (> 90% terikat)  indeks terapi sempit

 volume distribusi kecil (obat dlm plasma lebih besar daripada

(9)

Pengaruh pendesakan 5% pada 2 obat berbeda

K

a

Sebelum

pendesakan pendesakanSesudah % kenaikan obat bebas Obat A % obat terikat % obat bebas 95 % 5 % 90 % 10 %  100% Obat B % obat terikat % obat bebas 50 % 50 % 45 % 55%  10%

Contoh obat dengan

K

a tinggi:

- warfarin (99% terikat, Vd 9 lt)

-

fenitoin

(90% terikat, Vd 35 lt)

(10)
(11)

Interaksi pada fase metabolisme

Interaksi pada fase metabolisme merupakan interaksi yang

paling banyak bermakna klinis

, yang diperantarai oleh

enzim pemetabolisme sitokrom P450

(12)
(13)

Induksi enzim pemetabolisme

• Beberapa obat bersifat sebagai induser enzim CYP 450

• Jika ada obat yang merupakan substrat bagi enzim yang diinduksi

 jml enzim meningkat  inaktivasi obat   bioavailabilitas obat akan turun  efek berkurang

• karena melibatkan protein sintesis, interaksi ini tjd secara lambat dan

membutuhkan waktu sampai 3 minggu untuk mendapatkan efek maksimal

• suatu obat dapat berefek terhadap dirinya sendiri berkaitan dengan

induksi enzim (autoinduksi)  menimbulkan “toleransi” (dibutuhkan konsentrasi obat meningkat untuk memperoleh efek yang sama)

• contoh: toleransi pada penggunaan barbiturat, karbamazepin,

rifampisin

•Pengatasannya tidak bisa hanya dengan memberikan obat dengan

(14)

Induser enzim pada setiap subtipe

Beberapa obat sistem syaraf yang bersifat induser :

Karbamazepin (1A2, 2B6, 2C9, 3A4,5,7)

Fenobarbital (2B6, 2C9, 3A4,5,7)

(15)

Effect of phenobarbital (60 mg qd) on dicumarol plasma concentrations and prothrombin time. From: Cucinell SA, et al. Lowering effect of phenobarbital on plasma levels of dicumarol and diphenylhydantion. Clinical Pharmacology & Therapeutics 6:420-429, 1965.

(16)

Inhibisi enzim pemetabolisme

 penghambatan enzim pemetabolisme menyebabkan proses

inaktivasi terhambat  ketersediaan obat dalam bentuk aktif lebih besar  dapat meningkatkan efek atau menyebabkan intoksikasi

 efek inhibisi enzim dapat terjadi secara cepat karena merupakan

kompetisi secara langsung 2 obat yang berinteraksi

 inhibisi dpt terjadi thd reaksi MFO atau jalur metabolisme lain  Obat-obat sistem syaraf yang merupakan inhibitor kuat enzim

(17)
(18)

Contoh interaksi obat pada penggunaan

obat anti epilepsi

 Beberapa obat anti epilepsi adalah induser kuat CYP P450 

jika digunakan bersama obat lain yg merupakan substrat enzim CYPP450, bioavailabilitas obat lain akan turun

 Sebaliknya, bioavailabilitas obat anti epilepsi juga bisa

dipengaruhi oleh obat lain yang bersifat induser/inhibitor, sehingga efek dan risiko toksisitas meningkat

(19)

0

5

10

15

20

C le a r a n c e ( m l/ m in )

D

DZD

CZD

OXM

Control

Cimetidine

Effect of cimetidine on the clearance on diazepam (D),

desmethyldiazepam (DZD), chlordiazepoxide (CZD) and oxazepam (OXM). CZD values are x10, while OXM values are 1/10. Data from: Somogyi A, Gugler R: Drug interactions with cimetidine. Clin Pharmacokinet 7:23, 1982.

Enzim Inhibition

(20)
(21)
(22)

Perubahan aliran darah hepatik

 perubahan aliran darah hepatik dapat mempengaruhi prosen

obat yang termetabolisme

 aliran darah >>  laju metabolisme meningkat bioavailabilitas

berkurang  efek terapi <<

 memiliki arti penting bagi obat dengan rasio ekstraksi hepatik

tinggi (

extensive first-pass metabolism

)

contoh: propanolol, petidin, lidokain, propoksifen

 obat yang menaikkan/menurunkan aliran darah hepatik dpt

mempengaruhi metabolisme obat lain yang digunakan bersama  berinteraksi

Contoh : cimetidin menurunkan aliran darah hepatik 

menurunkan inaktivasi propanolol  bioavailabilitas propanolol meningkat

(23)

Interaksi pada fase ekskresi obat

Ekskresi ginjal merupakan rute terbesar eliminasi

sebagian besar obat

Proses ekskresi ginjal meliputi:

filtrasi glomerulus

reabsorpsi tubular pasif

sekresi tubular aktif

(24)

Mekanisme interaksi dalam fase ekskresi

Perubahan sekresi aktif tubular

Perubahan pH urin

Perubahan aliran darah ginjal

Ekskresi empedu dan sirkulasi enterohepatik

0 4 8 12 16 20 4 5 6 7 8 Urine pH S a li c y li c a c id r e n a l c le a r a n c e ( m l/ m in )

Renal clearance of salicylate in 11 yo child with rheumatic fever treated with an antacid. Data from Levy G, Lampman T, Kamath BL, Garrettson LK. Decreased serum salicylate concentrations in children with rheumatic fever treated with antacid. N Engl J Med 293:323-325, 1975.

(25)

INTERAKSI FARMAKODINAMIK

 Adalah keadaan di mana efek suatu obat berubah dengan adanya obat

lain di tempat aksinya, tanpa perubahan konsentrasi obat atau farmakokinetik object drug-nya

 langsung : terjadi pada tempat aksi yang sama (sinergisme atau

antagonisme) atau beraksi pada tempat yang berbeda tetapi menghasilkan efek terapetik yang sama

 tidak langsung: efek farmakologi, terapetik atau toksik dari precipitant

drug dalam beberapa hal mengubah efek terapetik atau toksik dari object drug, tetapi dua efek itu sendiri tidak saling berhubungan atau tidak saling berinteraksi

 Mekanisme ?

 Efek additif atau sinergistik atau toksisitas terkombinasi  Efek antagonistik

(26)

Contoh efek additif atau sinergistik atau

toksisitas terkombinasi

 Intoksikasi antikolinergik : efek sinergistik antikolinergik dapat

terjadi jika obat antidepresan trisiklik diberikan bersama dengan obat anti parkinson  menyebabkan peningkatan efek kolinergik seperti mulut kering, gangguan penglihatan, delirium, konstipasi, dll.

 Serotonin syndrome dapat terjadi jika obat-obat yang dapat

meningkatkan kadar serotonin (misal antidepresan SSRI)

digunakan bersama dengan obat-obat agonis reseptor serotonin

(triptan) maupun yang beraksi menghambat reuptake serotonin (opioid, stimulan CNS, dll)

(27)
(28)

Efek antagonistik

Obat 1 Obat 2 Hasil interaksi

Warfarin Vitamin K efek antikoagulan terlawan

Obat

hipoglikemi

kortikosteroid efek hipoglikemi terlawan

Obat hipnotik

kafein efek hipnotik terlawan

levodopa haloperidol efek antiparkinson terlawan

jika dua obat yang memiliki efek berlawanan digunakan

(29)

Evaluasi interaksi obat

Kemaknaan/signifikansi interaksi

Peringkat

signifikansi

Keparahan

Dokumentasi

1

Major

Suspected

2

Moderate

Suspected

3

Minor

Suspected

4

Major/moderate

Possible

(30)

Penjelasan

 Major = efek yang terjadi potensial mengancam jiwa atau dapat

menyebabkan kerusakan yang menetap

 Moderate = efek dapat menyebabkan perubahan status klinis,

penambahan pengobatan, perpanjangan rawat inap di RS

 Minor = efek biasanya ringan, efek terapetik tidak bermakna.

Biasanya tidak perlu terapi tambahan

 Probable : sangat mungkin terjadi, tetapi tidak ada bukti klinis  Suspected : mungkin terjadi, terdapat beberapa data yang

baik, tetapi membutuhkan penelitian lebih lanjut

(31)

Bagaimana peran farmasis dalam

penatalaksanaan interaksi obat ?

Banyak kejadian interaksi obat yang sebenarnya dapat

dihindari dan ditangani dengan baik jika farmasis

mengambil tindakan yang tepat dan dilakukan pada

waktu yang tepat

Cara yang paling berhasil adalah dengan memantau

terapi dan memberikan konseling pada pasien

(32)

Penatalaksanaan

Perlu dilakukan pemantauan secara simultan dan

prospektif mengenai pasien, penyakit, dan terapinya

dengan parameter tertentu, dan kaitkan dengan hasil lab

Interaksi obat biasanya terjadi beberapa hari setelah

digunakan bersama-sama  amati

Jika ada dua atau lebih obat yang diketahui berpotensi

tinggi untuk berinteraksi  lakukan pemantauan ketat 

jika terjadi gejala akibat interaksi  sampaikan ke dokter

Kemungkinan tindakan: distop, disesuaikan dosis, diatur

(33)
(34)

Penutup

 Farmasis perlu memahami tentang farmakologi obat-obat sistem

syaraf pusat dan interaksinya

 Farmasis bisa berkontribusi dalam mencegah dan

menatalaksana interaksi obat untuk meningkatkan keselamatan pasien

 Farmasis perlu meningkatkan kegiatan pemantauan terapi obat

pasien untuk dapat mengidentifikasi kejadian interaksi obat dan memberikan solusinya

 Nyatakan dengan data, bukan hanya literatur, karena implikasi

kejadian interaksi obat bersifat individual

 Farmasis perlu meningkatkan kemampuan berkomunikasi

dengan tenaga kesehatan lain untuk untuk mendiskusikan tentang kemungkinan terjadinya interaksi obat

(35)

Selesai, terimakasih atas

perhatiannya

Referensi

Dokumen terkait

Gönül niçin ahvâlimi bilmezsin Yürekte yaralar türlü türlüdür ö ğ ü t versem öğüdümü almazsın Yürekte yaralar türlü türlüdür Esme zülüflerim

Perhatikan output regresi antara Residual dengan Variabel-variabel independent lainnya seperti terlihat pada table koefisien dibawah ini, Output menunjukkan tidak

Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan bahwa bahan pengendap paling baik dalam isolasi enzim bromelin adalah ammonium sulfat dengan konsentrasi 80% yang

Dari semua penelitian terdahulu diatas yang membahas tentang upacara perkawinan dalam beberapa adat dengan wilayah yang berbeda-beda, diantaranya ada yang berada

Berdasarkan koefisien variasi yang diperoleh, ukuran dalam dada induk Domba Priangan di Kecamatan Pamanukan Kabupaten Subang dapat dianggap seragam, sebagaimana

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli di atas tentang pengertian hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami

Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,

Berdasarkan hasil analisis data uji t-test nampak bahwa nilai t adalah 3,022 dengan nilai signifikansi 0,004, dari nilai signifikansi menunjukkan lebih kecil dari 0,005