• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH DAN PELAKSANAANNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH DAN PELAKSANAANNYA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

DAN PELAKSANAANNYA

Sukini*

Abstrak : Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menetapkan bahwa pendekatan dalam pembelajaran di SD kelas rendah (kelas I, II, dan III) adalah pembelajaran tematik. Sementara itu, di pihak lain banyak guru di sekolah dasar yang belum memahami pembelajaran tematik sehingga menjadi kendala tersendiri bagi pelaksanaan pembelajaran di SD kelas rendah. Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa hal, meliputi: (1) pengertian pembelajaran tematik, (2) karakteristik pembelajaran tematik, dan (3) implementasi pembelajaran tematik, (4) pelaksanaan pembelajaran tematik selama ini.

Ditinjau dari komponen guru, dalam pelaksanaan pembelajaran tematik ditemukan adanya beberapa permasalahan sebagai berikut.

(1) Guru masih kurang memahami langkah-langkah melakukan pemetaan KD dengan tema dari beberapa mata pelajaran terkait.

(2) Guru masih kurang memahami perancangan pembelajaran yang berupa penyusunan silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan menggunakan pendekatan tematik.

(3) Guru belum dapat menyampaikan pembelajaran tematik. Pembelajaran yang disampaikan masih terkotak-kotak dalam berbagai mata pelajaran yang ditematikkan.

(4) Guru belum mampu menyusun instrumen penilaian untuk pembelajaran tematik.

Kata Kunci: pembelajaran tematik, SD kelas rendah, pengalaman belajar yang utuh dan bermakna, silabus,

RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), instrumen penilaian

PENDAHULUAN

Sebelum dikeluarkannya Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 kegiatan pembelajaran di sekolah dasar kelas rendah (I,II, dan III) untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran dsb. Pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah tersebut dinilai kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan menyulitkan mereka dalam belajar. Selain itu, juga menimbulkan berbagai permasalahan, antara lain

tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah pada siswa SD kelas rendah. Menurut Depdiknas (tth:1) data tahun 1999/2000 menunjukkan, angka mengulang kelas untuk kelas satu sebesar 11,6 %, kelas dua 7,51 %, kelas tiga 6,13 %, kelas empat 4,64 %, kelas lima 3,1 %, dan kelas enam 0,37 %. Pada tahun yang sama angka putus sekolah untuk kelas satu sebesar 4,22 %, kelas dua 0,83 %, kelas tiga 2,27 %, kelas empat 2,71 %, kelas lima 3,79 %, dan kelas enam 1,78 %. Data tersebut menunjukkan bahwa angka mengulang kelas dan angka putus sekolah untuk kelas awal SD cukup tinggi.

(2)

Melihat kelemahan-kelemahan tersebut, pemerintah mengeluarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran di SD kelas rendah (kelas I, II, dan III) adalah pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema yang dimaksud di sini adalah pokok pikiran atau dasar cerita yang dipercakapkan (KBBI, 1994:1029).

Teori pembelajaran ini dimotori oleh para tokoh Psikologi Gestalt, antara lain Piaget (Puskur, tth:6). Menurut Piaget (dalam Joni, 1996) anak di kelas awal SD berada pada masa rentangan usia dini dan pada masa tersebut kemampuan anak untuk bergaul dengan hal-hal yang bersifat abstrak pada umumnya baru terbentuk pada usia ketika mereka duduk di kelas terakhir SD dan berkembang lebih lanjut pada usia SMP. Oleh sebab itu, pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptualnya, baik intra maupun antarbidang studi akan meningkatkan peluang bagi terjadinya pembelajaran yang lebih efektif. Sejalan dengan pendapat di atas, Depdiknas (2003:1) mengatakan, sebagian besar siswa (SD) tidak mampu menghubungkan antara pengetahuan yang dipelajari dengan cara menggunakan dan memanfaatkan pengetahuan itu. Oleh karena itu, melalui pembelajaran tematik diharapkan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran di kelas awal SD dapat diatasi dengan baik.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang

dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.

Sangat disayangkan, realitasnya banyak guru sekolah dasar - yang diharapkan dapat menyampaikan pembelajaran tematik untuk membantu siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna dan holistik - belum benar-benar memahami pembelajaran tematik. Hal ini tentu akan berakibat buruk terhadap proses pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah dasar, khususnya di sekolah dasar kelas I, II, dan III. Adanya realitas tersebut, pemaparan materi dengan topik pembelajaran tematik dipandang sangat penting dan sesuai dengan kebutuhan guru. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan dibahas beberapa permasalahan mengenai pembelajaran tematik, meliputi: (1) apakah pembelajaran tematik itu, (2) bagaimanakah karakteristik pembelajaran tematik, (3) bagaimanakah implementasi pembelajaran tematik, dan (4) Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran tematik selama ini. Sesuai dengan permasalahan-permasalahan tersebut, tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pengertian pembelajaran tematik, (2) karakteristik pembelajaran tematik, dan (3) implementasi pembelajaran tematik, (4) pelaksanaan pembelajaran tematik selama ini.

PEMBAHASAN

Sesuai dengan permasalalahan yang hendak dibicarakan dan tujuan yang tersebut di atas, dalam tulisan ini akan diuraikan beberapa hal secara berturut-turut, mengenai: pengertian pembelajaran tematik, karakteristik pembelajaran tematik, implementasi pembelajaran tematik, dan pelaksanaan pembelajaran tematik selama ini.

(3)

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Melalui pembelajaran tematik, siswa diajak memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahaminya. Menurut Robin Foganty (1991) model pembelajaran tematik disebut model webbed, merupakan model yang paling popular dalam pembelajaran terpadu.

Pembelajaran tematik bertolak dari topik atau tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan siswa. Tema yang dipilih tidak hanya untuk menguasai konsep-konsep mata pelajaran, tetapi konsep-konsep-konsep-konsep dari mata pelajaran terkait digunakan sebagai alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topik atau tema tersebut. Dengan demikian, pembelajaran tematik dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan pembelajaran yang bisa mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.

Fokus perhatian pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa pada saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk kompetensi yang harus dikembangkannya. Berdasarkan hal tersebut, menurut Hernawan (tth:2) pengertian pembelajaran tematik dapat dilihat sebagai: 1. Pembelajaran yang beranjak dari tema

tertentu sebagai pusat perhatian (center of

interest) yang digunakan untuk memahami

gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari mata pelajaran yang

bersangkutan maupun dari mata pelajaran lainnya;

2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak;

3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara serempak (simultan);

4. Merakit dan menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, diperlukan kecakapan guru dalam mengemas atau merancang pembelajaran agar siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna, pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual intra maupun antarmata pelajaran. Kaitan unsur-unsur konseptual itu akan membentuk skema sehingga siswa memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.

Depdiknas (tth:6) menyatakan, pembelajaran tematik mempunyai beberapa ciri khas. Beberapa ciri khas pembelajaran tematik, antara lain: (1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; (2) kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, (3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama, (4) membantu

(4)

mengembangkan keterampilan berpikir siswa, (5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya, dan (6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Dengan diterapkannya pembelajaran tematik ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh. Manfaat pembelajaran tematik itu antara lain sebagai berikut.

a. Dengan adanya penggabungan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta mata pelajaran dapat lebih mengefektifkan pembelajaran dan menghindari terjadinya tumpang tindih materi pembelajaran; b. Siswa mampu melihat hubungan-hubungan

yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir;

c. Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah; d. Dengan adanya pemaduan antarmata

pelajaran, penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat (Depdiknas, “sosialisasi KTSP”).

2. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Seringkali dalam proses pembelajaran, termasuk proses pembelajaran di sekolah dasar kelas rendah, guru hanya mengejar ketuntasan kompetensi dasar yang digariskan dalam kurikulum, dan kadang-kadang kurang memerhatikan perkembangan belajar siswa. Siswa hanya dituntut merespons segala sesuatu

dari guru: melakukan aktivitas atau mengerjakan tugas-tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Akibatnya, siswa akan kehilangan pengalaman belajar yang alamiah dan langsung (direct experiences) yang merupakan karakteristik utama perkembangan anak usia sekolah dasar kelas rendah padahal pengalaman sensorik yang diperoleh dari pembelajaran alamiah dan langsung menjadi dasar bagi mereka dalam mengembangkan kemampuan dalam memahami konsep-konsep dan pengetahuan yang bersifat abstrak. Merespons gejala tersebut, pembelajaran tematik di sekolah dasar kelas awal diharapkan dapat memperbaiki kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi gejala penjejalan isi kurikulum yang sering terjadi di sekolah-sekolah selama ini.

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki beberapa karakterisik yang perlu dipahami, yaitu sebagai berikut.

a. Berpusat pada siswa (student centered)

Hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

b. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

(5)

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antarmata pelajaran tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.

Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

e. Bersifat luwes/fleksibel

Oleh karena bersifat fleksibel, guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dapat mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal siswa.

f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan (Depdiknas,

tth:7)

3. Implementasi Pembelajaran Tematik

Implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar berimplikasi dengan berbagai komponen pembelajaran, mencakup: implikasi dengan guru, siswa, sarana prasarana, sumber belajar dan media, pengaturan ruangan, pemilihan metode pembelajaran, dan penilaian.

a. Implikasinya dengan Guru

Penerapan pembelajaran tematik menuntut guru yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar, dalam memilih kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh. Oleh karena itu, guru harus merencanakan pembelajaran dengan sebaik mungkin hingga memungkinkan siswa dapat belajar dalah siatuasi yang menarik dan menyenangkan sehingga mereka memperoleh pengalaman belajar yang utuh dan bermakna.

b. Implikasinya dengan Siswa

Dalam pembelajaran tematik siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran: (1) yang dalam pelaksanaannya memungkinkan siswa untuk bekerja baik secara individual, berpasangan, berkelompok, maupun klasikal; (2) yang memungkinkan siswa melakukan

berbagai kegiatan secara aktif dan variatif, misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan melakukan pemecahan masalah.

(6)

c. Implikasinya dengan Sarana Prasarana, Sumber Belajar, dan Media

(1) Pelaksanaan pembelajaran tematik memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan siswa aktif mencari, menggali, menemukan konsep-konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik baik secara individual maupun kelompok.

(2) Dalam penerapan pembelajaran tematik diperlukan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didesain secara khusus (by

design) maupun sumber belajar yang

tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization).

(3) Pembelajaran tematik juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.

(4) Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk tiap-tiap mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi.

d. Implikasinya dengan Pengaturan

Ruangan

Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik diperlukan pengaturan ruangan yang memungkinkan siswa dapat belajar dalam situasi yang aman, nyaman, dan menyenangkan untuk memperoleh

pengalaman belajar yang otentik, bermakna, dan holistik. Oleh karena itu, perlu diadakan pengaturan ruangan, misalnya sebagai berikut.

(1) Ruangan perlu ditata secara variatif, disesuaikan dengan tema yang sedang dipelajari dan komponen-komponen pembelajaran yang lain, seperti metode dan media pembelajaran.

(2) Susunan bangku siswa dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung. (3) Siswa tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat pula duduk di tikar atau karpet. (4) Kegiatan hendaknya bervariasi dan

dapat dilaksanakan bervaariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

(5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya siswa dan sebagai sumber belajar.

(6) Tersedia tempat yang memadai untuk mengelola alat, sarana, dan sumber belajar sehingga memudahkan siswa dalam menggunakan dan menyimpannya kembali.

e. Implikasinya dengan Pemilihan Metode

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan pembelajaran dengan berbagai metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar, bersifat inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, sesuai dengan model

(7)

pembelajaran yang dipilih guru dan yang sesuai dengan kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang ditematikkan. Misalnya, metode ceramah, tanya jawab, bermain peran, demosntrasi, bercakap-cakap. Oleh karena itu, guru harus menguasai berbagai model dan metode pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan (Depdiknas, tth: 8-9).

f. Implikasi dengan Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran merupakan suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh siswa melalui program kegiatan belajar. Penilaian di SD kelas rendah mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut.

(1) Penilaian mengikuti aturan-aturan mata pelajaran lain di sekolah dasar. Mengingat siswa kelas I SD belum semua lancar membaca dan menulis, cara penilaian tidak ditekankan pada penilaian tertulis.

(2) Kemampuan membaca, menulis, berhitung merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa SD kelas rendah sehingga penguasaan terhadap ketiga kemampuan tersebut merupakan prasyarat untuk kenaikan kelas. (3) Penilaian dilakukan dengan mengacu

pada indikator dari tiap-tiap kompetensi dasar dan hasil belajar dari mata pelajaran-mata pelajaran yang ditematikkan.

(4) Penilaian dilakukan secara terus-menerus dan selama proses belajar, misalnya ketika siswa bercerita pada kegiatan awal, membaca pada kegiatan inti, dan menyanyi pada kegiatan akhir. (5) Hasil kerja/karya siswa dapat digunakan sebagai bahan masukan guru dalam mengambil keputusan.

Penilaian bisa dilakukan dengan teknik tes dan nontes. Teknik tes mencakup: tes tertulis dan lisan, sedangkan teknik nontes mencakup tes perbuatan, catatan harian perkembangan siswa (diperoleh melalui pengamatan), dan portofolio. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas awal SD penilaian yang sering dilakukan adalah penilaian melalui pemberian tugas dan portofolio.Guru menilai anak melalui pengamatan yang dicatat pada sebuah buku bantu. Tes tertulis digunakan untuk menilai kemampuan menulis siswa, khususnya untuk mengetahui tentang penggunaan tanda baca, kata, angka, dan kalimat-kalimat sederhana.

4. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Pelaksanaan pembelajaran akan selalu melibatkan beberapa komponen terkait, meliputi: guru, siswa, sumber belajar dan atau bahan ajar, metode pembelajaran, sarana dan prasarana, media pembelajaran, serta penilaian pembelajaran. Oleh karena adanya keterbatasan, dalam tulisan ini pelaksanaan pembelajaran tematik hanya akan dilihat dari segi guru. Tidak terelakkan lagi bahwa guru memegang peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

(8)

Guru dituntut untuk dapat memerankankan dirinya sebagai pendidik, motivator, fasilitator, administrator, evaluator, dan masih banyak lagi peran lain yang diembannya. Untuk melaksanakan pembelajaran tematik, setidaknya guru harus dapat memerankan diri sebagai pendidik yang baik.

Sebagai pendidik yang baik, guru (termasuk di dalamnya guru yang mengajar di SD kelas rendah) dituntut dapat merancang/ merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, dan dapat mengadakan penilaian sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian yang berlaku, serta dapat menentukan langkah tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian. Yang menjadi pertanyaan, apakah selama ini guru-guru yang mengajar siswa SD kelas rendah sudah dapat menjalankan perannya sebagai pendidik yang baik dalam melaksanakan pembelajaran tematik?

Chatarina dan Astuti Waluyati (2010:2) mengatakan, dari hasil monitoring dan evaluasi program BERMUTU (Better Education through

Reformed Management and Universal Teacher Upgrading) yang diadakan oleh PPPPTK (Pusat

Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan) tahun 2009 tentang pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas awal SD diketahui adanya kelemahan-kelamah dari para guru. Beberapa kelemahan berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran tematik di SD kelas rendah, tercatat antara lain sebagai berikut. (1) Guru masih kurang memahami langkah-langkah melakukan pemetaan KD dengan tema dari beberapa mata pelajaran terkait.

(2) Guru masih kurang memahami perancangan pembelajaran yang berupa penyusunan silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan menggunakan pendekatan tematik.

Kedua kelemahan tersebut menyangkut penyusunan perangkat pembelajaran. Penyusunan perangkat pembelajaran termasuk dalam tahap persiapan pelaksanaan pembelajaran. Adanya kelemahan tersebut pun nyata adanya pada saat guru-guru SD mengikuti PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru).

Kelemahan-kelemahan lain yang ditunjukkan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Tahap Persiapan Pelaksanaan

Pembelajaran

Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru dituntut untuk menyusun perangkat pembelajaran. Dalam menyusun perangkat pembelajaran tematik, banyak guru mengalami kesulitan dalam beberapa hal, menyangkut:

(1) Penentuan tema dan penyusunan jaring tema

Banyak guru peserta PLPG yang kebingungan dalam menentukan tema yang sesuai untuk mencapai kompetensi dasar dari setidaknya tiga mata pelajaran yang ditematikkan. Akibatnya, tema yang dipilih kurang dapat digunakan untuk mengeksploitasi KD dari mata pelajaran tertentu yang ditematikkan, bahkan ada pula peserta

(9)

PLPG yang terjebak pada KD tertentu yang diterima dari panitia sehingga hanya membahas KD yang diterima dan tidak dipadukan dengan mata pelajaran-mata pelajaran yang lain.

(2) Penyusunan silabus

Banyak peserta yang mengalami kesulitan dalam menyusun silabus, terutama dalam menentukan indikator untuk ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta dalam menentukan teknik dan bentuk penilaian yang sesuai dengan indikator dan kegiatan pembelajaran),

(3) Penyusunan RPP

Banyak peserta yang mengalami kesulitan dalam menyusun RPP, terutama dalam menentukan bagian-bagian inti kegiatan pembelajan yang meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, serta dalam mengembangkan model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran).

(4) Pemilihan materi ajar

Materi ajar antarmapel kurang terintegrasi sehingga pergantian dari mapel yang satu ke mapel yang lain nampak dengan jelas, dan

(5) Penyusunan instrumen penilaian.

Banyak instrumen penilaian yang tidak sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam tahap pelaksanaan pembelajaran tematik ditemukan adanya beberapa permasalahan penting yang menyimpang dari prinsip-prinsip pembelajaran tematik. Permasalahan itu dapat diidentifikasi sebagai berikut. (1) Materi pelajaran yang disampaikan

dalam pembelajaran tematik belum benar-benar terintegrasi sehingga pergantian antara mata pelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain tampak dengan jelas, bahkan ada pula guru yang menyebut adanya beberapa mata pelajaran yang hendak diajarkan kepada siswa dalam sekali tatap muka itu. (2) Ada mata pelajaran tertentu yang

ditematikkan tetapi tidak disampaikan pada saat pelaksanaan pembelajaran. Yang disampaikan hanya satu KD dari mata pelajaran tertentu.

(3) Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar banyak yang sifatnya hanya mengulang materi pembelajaran yang telah disampaikan guru sehingga tahap elaborasi yang diharapkan dapat menggali dan memperluas pengetahuan yang telah dimiliki siswa, tidak dialami oleh siswa. (4) Penerapan metode-metode pembelajaran baru yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan masih sangat kurang karena banyak guru yang kurang memahami metode-metode pembelajaran baru yang berpusat pada siswa.

(10)

(5) Pembelajaran kurang dikaitkan dengan pengetahuan yang relevan.

(6) Media pembelajaran banyak yang kurang memadai: terlalu kecil sehingga tidak terbaca oleh siswa yang duduk di deretan kursi belakang.

(7) Pembelajaran kurang kontekstual. (8) Pembelajaran kurang menimbulkan

antusiasme dan keceriaan pada siswa. (9) Banyak yang tidak melakukan refleksi;

bersama-sama dengan siswa membuat simpulan atas pengalaman belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang baru saja dilalui.

Itulah beberapa permasalahan penting yang ditemukan dalam pelaksanaan pembelajaran tematik di lapangan yang diamati melalui pelaksanaan peer teaching pembelajaran tematik bagi guru-guru SD peserta PLPG.

c. Penilaian Pembelajaran

Penilaian pembelajaran dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran. Pada waktu mengadakan penilaian, ada beberapa permasalahan penting yang ditemukan, antara lain: (1) Banyak guru tidak melakukan penilaian

proses padahal dalam prosedur penilaian dikemukakan adanya penilaian proses dan hasil dan telah disiapkan blangko penilaian proses beserta pedoman penilaiannya. Penilaian proses penting untuk menilai ranah afektif dan perfomansi peserta didik dalam proses pembelajaran.

(2) Penilaian akhir yang dilakukan guru kurang dapat mengukur ketercapaian indikator dan tujuan pembelajaran karena banyak instrumen penilaian (akhir) yang menyimpang dari indikator dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

(3) Banyak guru yang tidak melaksanakan penilaian akhir karena merasa tugas kelompok yang telah diberikan kepada siswa dalam bentuk LKS sudah merupakan penilaian akhir.

Itulah beberapa temuan penting sehubungan dengan pelaksanaan pembelajaran tematik berdasarkan pengamatan selayang pandang. Semoga temuan ini bisa menjadi semacam “pelecut” bagi para guru yang mengajar di SD kelas rendah, untuk melaksanakan pembelajaran tematik secara lebih baik lagi, mulai dari tahap persiapan pembelajaran, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi pembelajaran sehingga pembelajaran tematik berhasil.

SIMPULAN

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menetapkan bahwa pendekatan dalam pembelajaran di SD kelas rendah (kelas I, II, dan III) adalah pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran di SD kelas tinggi dan di sekolah-sekolah menengah.

Implementasi pembelajaran tematik berimplikasi dengan beberapa komponen, mencakup: guru, siswa, materi dan sumber belajar, sarana dan prasarana, penataan ruangan, dan pemilihan metode.

(11)

Ada beberapa permasalahan penting sehubungan dengan pelaksanaan pembelajaran tematik di lapangan, baik dalam tahap persiapan pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, maupun dalam tahap penilaian pembelajaran.

Adanya beberapa permasalahan penting itu perlu segera dicarikan jalan keluarnya oleh berbagai pihak terkait, seperti dinas pendidikan, MGMP, KKG, forum guru, dan sebagainya melalui pemberian pelatihan pembelajaran tematik pada para guru SD yang mengajar di kelas rendah. Hal ini penting dilakukan agar guru benar-benar paham akan seluk-beluk pembelajaran tematik, dapat menerapkan pembelajaran tematik itu dalam kegiatan pembelajaran sehingga mampu menghasilkan pengalaman belajar yang holistik, efektif, dan bermakna bagi siswa SD kelas rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Catharina, Istiyati dan Astuti Waluyati. 2010.

Penyusunan Rancangan Pembelajaran dengan Menggunakan Tematik di Kelas I SD. Jakarta:

Kemendiknas, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. Tth. Model Pembelajaran Tematik Kelas

Awal SD. Jakarta: Depdiknas, Badan Penelitian

dan Pngembangan Pendidikan Nasional, Puskur. http://sekolah-dasar-blogsport.com/ (Diakses 3 Februari 2011).

Fogarty, Robin. 1991. The mindful school: How to

Integrated the Curricula. Pallatine, Illionis: IRI/

Skylight Publishing, Inc.

Grisham, D.L. 1995, April. Integrating the

curriculum: The case of an award-winning elementary school. Paper presented at the annual

meeting of the American Educational Research Association, Berkeley, CA. http:// www.kovalik.com.

Hernawan, Asep Hery. Tth. Pengembangan Model

Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar Kelas Awal. http://www.google.co.id (Diunduh 28

Agustus 2012).

Hidayat, Rahman. 2010. “Model Pembelajaran Tematik (pembelajaran Terpadu)- Latar Belakang Mengapa Disarankan untuk Digunakan di SD dan MI” dalam Kompasiana, 9 Oktober 2010. http:// www.kompasiana.com.rahmanhidayat (Diunduh 28 Agustus 2012).

Joni, T. Raka. 1996. Pembelajaran terpadu. Naskah Program Pelatihan Guru Pamong, BP3GSD PPTG Ditjen Dikti, 1996.

Kartono, dkk. 2012. Modul PLPG: Workshop SSP

(Pengembangan dan Pengemasan Perangkat Pembelajaran) Guru Kelas SD. Surakarta:

Panitia Sergur Rayon 113.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006.

Sukayati dan Sri Wulandari. 2009. Pembelajaran

Tematik di SD. Jakarta: Depdiknas, Dirjen

Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1994. Kamus Besar

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) telah dilaksanakan praktikan di SMK Negeri 6 Semarang mulai tanggal 30 Juli 2012 sampai 20 Oktober 2012.Kegiatan PPL

The research purpose is the specific goal or aim of the study which is used to identify, describe, or predict a solution to a situation (Burnsand & Grove, 1993,

Kalus embriogenik jahe berumur 10 minggu yang dikulturkan di dalam medium selektif MS + 3% manitol dengan penambahan berbagai taraf konsentrasi filtrat (0 –

Segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga atas rahmat-Nya peneliti dapat menye lesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Persepsi

Dua tahun yang lalu Tayangan komedi didominasi oleh Trans TV, Trans TV mempunyai Program komedi Extravagansa yang begitu sangat menarik dan digemari oleh kalangan remaja pada

Sistem periodik unsur-unsur merupakan suatu sistem yang sangat baik untuk mempelajari kecenderungan sifat unsur dan beberapa sifat lainya..

Upravljanje pokretnim dijelovima radnog stroja preko hidrauličkog mehanizma uvelike pospješuje usitnjavanje kamena – kao što je slučaj kod tvrtke Valentini i

Berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun dan setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun pada tanggal 1 Januari 2010 dan atau yang memenuhi ketentuan