• Tidak ada hasil yang ditemukan

0743022035

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "0743022035"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

1

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan alam (IPA) telah melaju dengan pesatnya. Hal ini erat hubungannya dengan perkembangan teknologi. Untuk dapat menyesuaikan perkembangan IPA, peningkatan sumber daya manusia merupakan syarat mutlak. Bangsa indonesia yang merupakan bagian dari bangsa di dunia ini harus mampu bersaing dalam persaingan yang disebabkan adanya era globalisasi saat ini. Untuk itu perlu dibangun manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan formal dan informal. Salah satu jenjang pendidikan formal di Indonesia adalah pendidikan SMA yang didalamnya terdapat pembelajaran fisika.

Pembelajaran fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga pembelajaran IPA dalam hal ini fisika bukan hanya sekedar

(2)

2 peristiwa sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, serta dapat

mengembangkan keterampilan dan sikap percaya diri.

Pentingnya pembelajaran fisika di sekolah berdasarkan dua pertimbangan. Pertama, selain memberi bekal ilmu kepada peserta didik, pembelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Interaksi yang melibatkan siswa dengan lingkungannya juga merupakan tujuan dari pembelajaran fisika, yaitu

pembelajaran diupayakan memuat keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan, untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan daerahnya. Hal ini menuntut guru untuk dapat memberikan aktivitas pembelajaran yang mendayagunakan lingkungan siswa sebagai sumber belajar, sehingga siswa aktif berinteraksi dengan lingkungannya.

Melalui pendidikan IPA dalam hal ini fisika, diharapkan siswa dapat mempelajari diri dan alam sekitarnya serta dapat mengembangkan dan menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta dapat mengembangkan rasa ingin tahu terhadap alam dan teknologi ,

mengembangkan sikap positif dan kesadaran memelihara, menjaga,

(3)

3 Namun pada kenyataannya perolehan rata-rata nilai fisika di suatu sekolah selalu lebih kecil. Hal ini sejalan dengan hasil observasi dan dokumentasi rata-rata nilai ulangan fisika di SMA 1 Swadhipa Natar masih tergolong rendah , nilai rata-rata ulangan siswa pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 yang diperoleh sebesar 65,5. Nilai tersebut masih berada dibawah KKM materi yang diujikan sebesar 70. Perolehan nilai tersebut menunjukan prestasi belajar siswa masih rendah. Setelah diidentifikasi melalui wawancara dengan guru bidang studi fisika , ditemukan bahwa model pembelajaran yang umumnya dilaksanakan pada pembelajaran fisika adalah dirrect instruction dengan metode ceramah yang di kombinasikan dengan tanya jawab yang berorientasi pada pemberian konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis, hafalan, pengenalan rumus-rumus, dan pengenalan istilah-istilah melalui serangkaian latihan secara verbal. Guru hanya memastikan

(4)

4 untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya, ini menyebabkan siswa kurang kritis dalam merespon pembelajaran karena siswa merasa tidak tertantang. Sehingga pembelajaran hanya diarahkan kemampuan siswa untuk menghafal informasi, siswa hanya mengingat berbagai informasi tanpa memaknai informasi yang didapatkan.

Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada seorang guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Proses pembelajaran harus mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya sudah ada pada diri siswa itu sendiri. Guru dapat menggunakan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan yaitu pendekatan keterampilan proses sains.Untuk

meningkatkan keterampilan berpikir kritis dapat dijadikan salah satu alternatif yaitu pembelajaran yang mendayagunakan lingkungan siswa sebagai sumber belajar, maka diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat

mencapai hal tersebut . Sejalan dengan itu, pendekatan keterampilan proses sains berwawasan lingkungan adalah salah alternatif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis .

Proses belajar fisika yang berwawasan lingkungan menitikberatkan interaksi antara individu (siswa) dengan lingkungannya sehingga terjadi serangkaian pengalaman belajar. Hal ini mengubah posisi guru yang sebelumnya adalah satu-satunya sumber belajar, menjadi fasilitator belajar bagi siswa. Oleh karena itu diperlukan partisipasi aktif antara guru dan siswa dalam

(5)

5 agar siswa dapat menghubungkan pengetahuan, konsep, dan lingkungannya serta dapat menerapkan konsep dengan menggunakan bahan-bahan baku murah yang ada di sekitar lingkungan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka telah dilakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Keterampilan Proses Sains

Berwawasan Lingkungan Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa’’.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Adakah pengaruh keterampilan proses sains berwawasan lingkungan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA 1 SMA Swadhipa 1 Natar?

2. Adakah peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA 1 SMA Swadhipa 1 Natar setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains berwawasan lingkungan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

(6)

6 2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA 1 SMA

Swadhipa 1 Natar setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains berwawasan lingkungan.

3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut :

1. Bagi siswa, diharapkan dengan penerapkan pendekatan keterampilan proses sains berwawasan lingkungan dapat memberikan suatu pengalaman dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai alternatif yang dapat dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

3. Bagi peneliti menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran Fisika dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains

berwawasan lingkungan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

4. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang akan diterapkan pada penelitian ini adalah pem-belajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses sains

(7)

prinsip-7 prinsip keterampilan proses sains dengan memanfaatkan sumberdaya yang terdapat di lingkungan siswa sebagai salah satu sumber belajar. 2. Pendekatan keterampilan proses sains adalah pendekatan pembelajaran

yang menunjang pengembangan pengetahuan siswa tentang sains (fisika), dan mengembangkan keterampilan-keterampilan proses sains. Pendekatan pembelajaran ini dirancang dengan tahapan : (1) penampilan fenomena. (2) apersepsi.(3) Menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang dimilki siswa.(4) Demonstrasi atau

eksperimen.(5) Siswa mengisi lembar kerja.(6) Guru memberikan penguatan materi dan penanaman konsep dengan tetap mengacu kepada teori permasalahan (Dimiyati dan Mudjiono, 1990:49). Dalam penelitian ini aspek pendekatan keterampilan proses sains yang di gunakan menurut Indrawati (1999) meliputi 8 aspek keterampilan proses sains yaitu : melakukan pengamatan (observasi), berhipotesis, merencanakan percobaan, melakukan percobaan, menafsirkan pengamatan

(interpretasi), meramalkan (prediksi), menerapkan konsep atau prinsip dan berkomunikasi.

3. Keterampilan berpikir kritis merupakan sebuah proses terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah ( Uristira ,2011:67). Indikator berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini menurut Facione dalam The Deplhi Report (1990) yaitu : interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, dan

(8)

8 4. Keterampilan proses sains berwawasan lingkungan adalah kegiatan

pembelajaran yang menggunakan prinsip-prinsip keterampilan proses sains dan pendayagunaan lingkungan menjadi sumber belajar yaitu memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitar siswa menjadi sumber belajar.

5. Materi dalam penelitian ini adalah sub materi pokok fluida statis yaitu hukum Archimedes dan tegangan permukaan zat cair.

(9)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Keterampilan Proses Sains

Pendekatan keterampilan proses diharapkan mampu menjadi alternatrif untuk pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan ketercapaian indikator pembelajaran. Keterampilan yang diperoleh melalui pendekatan keterampilan proses dapat dinilai melalui beberapa aspek, misalnya aspek fisik,aspek psikis, dan aspek sosial. Hal ini sejalan dengan pernyataan Lita (2004:33) yaitu keterampilan proses maupun keaktifan siswa dapat dilihat dari tiga segi , yaitu :

(1) Segi fisik, yang ditunjukan dalam bentuk

gerak,perbuatan,kata2 yang diamati dan terkait dengan konteks kegiatan belajar;

(2) segi psikis (mental), yang ditunjukan dalam olah pikir dan sikap yang mendukung kegiatan belajar; dan

(3) segi sosial, budaya, dan alam yang ditunjukan dengan pendayagunaan lingkungan dalam proses pembelajaran.

(10)

10 melakukan keterampilan proses sains siswa akan menggunakan

pikirannya. Keterampilan manual melibatkan dalam keterampilan proses sains karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Sedangkan keterampilan sosial

menggambarkan interaksi siswa dengan sesamanya dalam pembelajaran, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.

Menurut Usman (1993:78) pendekatan keterampilan proses sains dalam belajar mengajar bertujuan:

(1) untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa karena dalam keterampilan proses siswa senantiasa berpartisipasi secara aktif dalam belajar;

(2) untuk memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajari siswa karena pada hakikatnya siswa sendirilah yang mencari dan menemukan konsep tersebut;

(3) untuk menerapkan teori dalam kehidupan masyarakat; (4) sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan

hidup di dalam masyarakat sebab siswa telah dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah; dan

(5) untuk mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab, dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai problem kehidupan.

Dalam pembelajaran fisika dengan keterampilan proses sains, seluruh irama gerak atau tindakan dalam proses belajar mengajar akan

(11)

11 syarat akan interaksi antara konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan atau dikembangkan dengan pengembangan keterampilan proses sains.

Semiawan (1992:14-15) berpendapat bahwa terdapat empat alasan mengapa pendekatan keterampilan proses sains diterapkan dalam proses belajar mengajar sehari-hari, yaitu:

(1) Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga para guru tidak mungkin lagi mengajarkan semua fakta dan konsep kepada anak didiknya.

(2) Sesuai dengan pendapat para ahli psikologi yang mengatakan bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika diserta contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan situasi yang dihadapi, dengan mempraktekan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar nyata.

(3) Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuannya bersifat relatif.

(4) Dalam proses pembelajaran seharusnya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dari anak didik.

(12)

12 sesama anak didik dalam kegitan belajar mengajar dengan keterampilan proses sains.

Terdapat beberapa pengertian pendekatan keterampilan proses sains menurut beberapa ahli yaitu :

1. Pendekatan Keterampilan proses adalah pendekatan yang

menumbuhkan dan mengembangkan sampai menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan fisik dan mental tertentu (Semiawan, 1992).

2. Pendekatan Keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada pada diri siswa (Depdikbud, 1986 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 138).

3. Menurut Funk (dalam Moedjiono Dkk, 2002) mengungkapkan bahwa : a. Pendekatan Keterampilan proses memberikan kepada siswa

pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti akta dan konsep ilmu pengetahuan.

b. Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar

menceriterakan atau mendengarkan ceritera tentang ilmu

(13)

13 c. Menggunakan keterampilan proses untuk mengajarkan ilmu

pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu sekaligus.

d. Pendekatan keterampilan proses sains (PKPS) merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA. (Nuryani , 1995)

Jadi, pendekatan keterampilan proses sains menekankan pada bagaimana siswa belajar, bagaimana mengelolah perolehannya, sehingga dipahami dan dapat dipakai sebagai bekal untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya di masyarakat.

Pendekatan keterampilan proses sains dirancang dengan beberapa

tahapan. Tahapan- tahapan pendekatan keterampilan proses sains menurut Dimiyati dan Mudjiono (1990:49) sebagai berikut:

Pendekatan keterampilan proses sains lebih cocok diterapkan pada pembelajaran sains. Pendekatan pembelajaran ini dirancang dengan tahapan : (1) penampilan fenomena; (2) apersepsi;(3)

Menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang dimilki siswa;(4) Demonstrasi atau eksperimen;(5) Siswa mengisi lembar kerja;(6) Guru memberikan penguatan materi dan

penanaman konsep dengan tetap mengacu kepada teori permasalahan.

Penerapan pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains

(14)

14 Hal ini didukung oleh pendapat Arikunto (2004:33) menyatakan bahwa:

Pendekatan berbasis keterampilan proses adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual ,sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya keterampilan-keterampilan intelektual tersebut telah ada pada diri siswa.

Pendekatan keterampilan proses sains bukan tindakan intruksional yang berada diluar kemampuan siswa. Pendekatan keterampilan proses sains dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa. Menurut pendapat Tim Action Researh Buletin Pelangi Pendidikan (1993:35). Keterampilan proses sains dibagi menjadi dua antara lain:

(1) Keterampilan proses dasar (Basic Science Proses Skill), meliputi observasi, klasifikasi, pengukuran, pengkomunikasian dan menarik kesimpulan. Indikator keterampilan proses sains dasar ditunjukan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Indikator Keterampilan Proses Sains Dasar Keterampilan

dasar

Indikator Obsevasi

(Observing)

Mampu menggunakan semua indera

(penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil pengamatan.

Klasifikasi (classifying)

Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan dasar penggolangan terhadap suatu obyek.

Pengukuran (Measuring)

Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan

(15)

15 Pengkomunikasian

(Communicating)

Mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas.

Menarik Kesimpulan (inferring)

Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena setelah

mengumpulkan,menginterpretasi data dan informasi.

(2) Keterampilan proses terpadu ( intergated Science Proses Skil ), meliputi merumuskan hipotesis, menamai variabel, mengontrol variabel, membuat definisi operasional, melakukan eksperimen, interpretasi, merancang penyelidikan, aplikasi konsep. Indikator keterampilan sains terpadu ditunjukan pada Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Indikator Keterampilan Proses Sains Terpadu

Keterampilan Terpadu Indikator

Merumuskan hipotesis (formulating Hypotheses)

Mampu menyatakan hubungan antara dua varibel, mengajukan perkiraan penyebab suatu hal terjadi dengan mengungkapkan bagaimana cara melakukan pemecahan masalah.

Menamai variabel (Naming Variables)

Mampu mendefinisikan semua variabel jika digunakan dalam percobaan

Mengontrol variabel (control Variables)

Mampu mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi hasil percobaan, menjaga kekonstanannya selagi memanipulasi variabel bebas.

Membuat definisi operasional ( making operational defition)

Mampu menyatakan bagaimana mengukur semua faktor atau variabel dalam suatu eksperimen.

Melakukan Eksperimen (experimenting)

Mampu melakukan kegiatan,mengajukan pertanyaan yang sesuai,meyatakan

(16)

16 Interpretasi

(interpretting)

Mampu menghubung-hubungkan hasil pengamatan terhadap obyek untuk menarik kesimpulan, menemukan pola atau

keteraturan yang dituliskan (misalkan dalam tabel) suatu fenomena alam. Merancang penyelidikan

(investigating)

Mampu menetukan alat dan bahan yang diperlukan dalam suatu penyelidikan, menentukann variabel kontrol, variabel bebas, menentukan apa yang akan diamati, diukur dan ditulis, dan menentukan cara dan langkag kerja yang mengarah pada pencapaian kebenaran ilmiah.

Aplikasi konsep ( aplling concepts)

Mampu menjelaskan peristiwa baru dengan menggunakan konsep yang telah dimilki dan mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru.

Adapun mengenai keterampilan proses sains dan indikatornya menurut Indrawati (1999) ditunjukan pada Tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 3. Indikator Keterampilan Proses Sains menurut Indrawati

KPS Indikator

Melakukan pengamatan (observasi)

Mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang nyata pada objek atau peristiwa.

Membaca alat ukur.

Mencocokan gambar dengan uraian tulisn / benda.

Menafsirkan pengamatan (interpretasi)

Mengidentifikasi fakta-fakta berdasarkan hasil pengamatan.

Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasn yang logis.

Mengelompokkan (klasifikasi)

Mencari perbedaan atau persamaan, mengontraskan ciri-ciri,

membandingkan dan mencari dasar penggolongan.

Meramalkan (prediksi)

Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecendrungan/ pola yang sudah ada.

Berkomunikasi

(17)

17

Wartono (2003:168) menuliskan bahwa pendekatan keterampilan proses sains merupakan pendekatan pembelajaran yang dalam penyususnan strategi mengajarnya mengembangkan keterampilan-keterampilan proses sains bersamaan dengan fakta-fakta dan konsep-konsep serta prinsip sains dalam menyusun strategi mengajar.

2. Pembelajaran Fisika Berwawasan Lingkungan

Dalam penerapan metode eksperimen siswa dapat memperoleh kepandaian yang diperlukan dan langkah-langkah berpikr ilmiah. Namun, metode eksperimen memiliki beberapa kelemahan, seperti keterbatasan alat dan bahan yang relatif mahal dapat menghambat pelajaran selanjutnya. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, eksperimen dapat dilaksanakan dengan menggunakan peralatan sederhana yang didesain oleh guru menggunakan barang-barang bekas yang ada disekitar kita.

Mengubah data dalam bentuk tabel kedalam bentuk lainnya misalnya grafik, peta secara akurat.

Berhipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara tentang pengaruh variabel amnipulasi terhadap variabel respon. Hipotesis menyatakan penggambaran yang logis dari suatu hubungan yang dapat diuji melalui eksperimen.

Merencanakan percobaan/ penyelidikan

(18)

18

Menurut Mulyasa (2008:108) mengungkapkan bahwa:

Pendayagunaan lingkungan sekitar sekolah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan

keterlibatan peserta didik (siswa) melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar.

Ditinjau dari kamus besar bahasa Indonesia (2002) menuliskan wawasan lingkungan sebagai:

Cara pandang yang berlandaskan pada keinginan untuk

mempertahankan kemampuan daya dukung lingkungan tempat tinggal seseorang.

Jadi pembelajaran fisika berwawasan lingkungan adalah pembelajaran fisika yang mempertahankan atau memanfaatkan daya dukung lingkungan tempat tinggal siswa sebagai suatu proses pembelajaran yang diperoleh dari lingkungan. Hal ini didukung oleh Sudrajat yang mengungkapkan bahwa:

lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari (1) lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik alam lingkungan sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu- ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partisipasi dalam memelihara dan melestarikan.

(19)

19 Rohani (2004:19-20) mengungkapkan bahwa ada dua macam cara

menggunakan lingkungan sebagi sumber pembelajaran:

1. Membawa peserta didik dalam lungkungan dan masyarakat untuk keperluan pelajaran (karyawisata, service projects, school camping, interviev, survei).

2. Membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas

pengajaran untuk kepentingan pelajaran (resources persons,benda-benda seperti pameran atau koleksi).

Guru dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungan menjadi sumber belajar dengan membawakan benda-benda yang ada dilingkungan menjadi sumber belajar atau membawa siswa ke lingkungan sehingga siswa dapat berinteraksi langsung dengan sumber-sumber yang ada dilingkungaannya.

Pembelajaran fisika berwawasan lingkungan dirancang sedemikian rupa sehingga pembelajaran ini dapat dilaksanakan dengan bahan dan peralatan yang berasal dari lingkungan tempat tinggal siswa, sehingga dapat

diperoleh dengan mudah dan murah. Menurut Soemanto (1998:35) sebagai berikut:

Topik yang digunakan untuk pembelajaran berwawasan lingkungan ini juga merupakan topik yang sangat dekat dengan kehidupan, dengan harapan dapat lebih meningkatkan makna ilmu pengetahuan alam itu sendiri dalam kehidupan siswa sehingga dapat memberikan manfaat yang besar bagi kebutuhan masyarakat.

(20)

20 fasilitas laboratorium dan waktu. Hal ini didukung oleh Soedadi (2000:12) yang menyatakan bahwa:

Penggunaan bahan-bahan sederhana atau menyertai pertanyaan

dengan informasi yang dikenal juga merupakan suatu kondisi-kondisi penting dalam proses belajar.

Dalam rangka siswa dapat mempelajari sesuatu yang telah dikenal dan sudah terbiasa dengannya. Terutama dalam mempresentasikan sebuah eksperimen kepada siswa dengan tujuan menunjukan kejadian yang mengherankan, tidak akan berhasil kecuali eksperimen dilakukan dengan menggunakan bahan sederhana yang dikenal siswa.

Keterampilan proses sains yang diharapkan muncul dikenal siswa disesuaikan dengan ranah jenjang dari keterampilan proses sains yang ingin dicapai dalam kurikulum fisika. Gagasan pembelajaran ini berawal dari beberapa penelitian yang dilakukan dan ditetapkan oleh para ahli Fisika di luar negeri sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan atau keterampilan tentang ilmu pengetahuan alam. Seperti diungkapkan oleh Sunyono dan maryatun (2005) bahwa “pembelajaran yang padat dengan penyampaian informasi menjadi

pembelajaran berbasis yang bertujuan agar siswa memiliki kecakapan hidup”.

(21)

21 dengan dua dimensi, yaitu dimensi kecakapan proses dan dimensi mata pelajaran.

Penguasaan proses mensyaratkan penggunaan model pembelajaran siswa aktif atau pembelajaran berpusat pada siswa, sedangkan penguasaan dimensi kedua yaitu dengan penguasaan dan kepemilikan konsep dasar keilmuan yang mensyaratkan model pembelajaran tuntas serta adanya kegiatan belajar siswa mengaplikasikan konsep dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini didukung oleh Subroto (1996:46) yang menyatakan bahwa:

proses pembelajaran yang berwawasan lingkungan merupakan kegiatan sadar yang dilakukan oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku, sikap, dan keterampilan intelektual.

Perubahan tersebut terjadi akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar yang mempengaruhinya. Individu yang melakukan kegiatan belajar secara sadar akan mendapatkan pengalaman. Pengalaman yang didapat dari kegiatan belajar tersebut, akan memudahkan individu untuk mendapatkan pengalaman lainnya, seperti kesiapan mental dalam menghadapi situasi yang hampir sama ataupun situasi yang baru.

3. Keterampilan Berpikir Kritis

(22)

22 melihat keterkaitan antar-aspek dalam memori. Kemampuan berpikir seseorang menyebabkan seseorang tersebut harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi menurut Reason (1981) dalam Sanjaya (2006: 228). Hal ini ditambahkan oleh Edward Glaser (1941) dalam Fisher (2009:3) mendefinisikan berpikir kritis sebagai:

(1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; (2) pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran logis; dan (3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berfikir kritis menuntut upaya keras untuk

memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya.

Berikut adalah analisa pemikiran yang membahas elemen-elemen dalam berpikir menurut Richard Paul .

“ Whenever we think, we think for a purpose within a point of view based on assumptions leading to implications and consequences. We use concepts, ideas and theories to interpret data, facts, and

experiences in order to answer questions, solve problems, and resolve

(23)

23

Gambar 1. Elemen dasar dalam proses berpikir Thinking, then:

generates purposes (menghasilkan tujuan) raises questions (menimbulkan pertanyaan) uses information (menggunakan informasi) utilizes concepts (menggunakan konsep) makes inferences (membuat kesimpulan) makes assumptions (membuat asumsi)

generates implications (menghasilkan implikasi) embodies a point of view (mengandung sudut pandang)

Berdasarkan pendapat Paul di atas, setiap kali seseorang berpikir, yang terjadi seseorang tersebut berpikir untuk suatu tujuan dalam sudut pandang berdasarkan pada asumsi-asumsi yang mengarah ke implikasi dan

(24)

24 pertanyaan, menggunakan informasi, menggunakan konsep, membuat inferensi/kesimpulan, membuat asumsi, menghasilkan implikasi, dan berdasarkan sudut pandang.

Mengukur kemampuan berpikir kritis dapat berupa interpretasi, analisis, evaluasi, kesimpulan, dan penjelasan, sebagaimana didefinisikan oleh Facione dalam The Delhi Report (1990 : 159).

Tabel 4. Indikator kemampuan berpikir kritis

No Indikator Sub Indikator

1. Interpretasi :

Mengenali, mengklasifikasi, dan menjelaskan data

1. Menanyakan pertanyaan yang relevan / menyelidiki ide-ide 2. Memvalidasi data

3. Mengenal persoalan dan masalah 2. Analisis :

Identifikasi maksud dan inferensi hubungan antar data

1. Menafsirkan bukti

2. Mempertimbangkan anggapan / asumsi

3. Mengidentifikasi informasi yang salah

3. Evaluasi :

Memutuskan kredibilitas informasi

1. Mendeteksi bias

2. Mempertimbangkan hukum/ standar etik

3. Menggunakan refleksi kecurigaan 4. Menguji alternative

5. Memutuskan sesuai dengan bukti 4. Inferensi :

Mengambil kesimpulan yang wajar dari bukti-bukti

1. Memprediksi konsekuensi 2. Melakukan penalaran deduktif /

induktif

3. Mendukung kesimpulan dengan bukti

4. Menetapkan prioritas 5. Rencana pendekatan 6. Memodifikasi / intervensi

individual

Melakukan penelitian dalam praktek

5. Penjelasan :

Menyamakan hasil kegiatan penalaran berdasarkan argumen yang meyakinkan

1. Memutuskan hasil 2. Merevisi rencana

(25)

25 Keahlian berpikir tingkat tinggi (High Order Thingking) yang

dikemukakan oleh Gunawan (2004 :74) meliputi aspek berpikir kritis, berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi. Berpikir kritis melibatkan keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan, menganalisis masalah yang bersifat terbuka (dengan banyak kemungkinan

penyelesaian), menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan memperhitungkan data yang relevan. Keahlian berpikir kritis lainnya adalah kemampuan mendeteksi bias, melakukan evaluasi, membandingkan dan mempertentangkan, serta kemampuan untuk membedakan antara fakta dan opini.

Selain indikator berpikir kritis, ada pula ciri-ciri dari berpikir kritis. Zeidler dalam Suprapto (2008) menyatakan ciri-ciri orang yang mampu berpikir kritis adalah:

1. memiliki perangkat pikiran tertentu yang dipergunakan untuk mendekati gagasannya, dan memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan masalah.

2. bersikap skeptis yaitu tidak mudah menerima ide atau gagasan kecuali dia sudah dapat membuktikan kebenarannya.

Wade dalam Achmad (2007) juga mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:

1. kegiatan merumuskan pertanyaan, 2. membatasi permasalahan,

3. menguji data-data,

4. menganalisis berbagai pendapat dan bias,

(26)

26 6. menghindari penyederhanaan berlebihan,

7. mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan 8. mentoleransi ambiguitas.

Pott (1994) dalam Techonly (2010) menyatakan bahwa:

Ada tiga strategi spesifik untuk pembelajaran kemampuan berpikir kritis, yakni membangun kategori, menentukan masalah, dan menciptakan lingkungan yang mendukung (fisik dan intelektual).

Pada penelitian ini indikator kemampuan berpikir kritis siswa yang digunakan yaitu : interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, dan penjelasan.

B. Kerangka Pemikiran

Keterampilan proses sains siswa merupakan keterampilan dalam

(27)

27 Pada awal pembelajaran, guru memberikan fenomena alam dalam

kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang ditampilkan dalam LKS. Dengan fenomena tersebut guru dapat merangsang berpikir kritis siswa dengan memberikan pertanyaan mengapa fenomena alam tersebut dapat terjadi. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk menjawab pertanyaan sebagai langkah untuk mengajukan hipotesis, dengan demikian siswa akan terlatih untuk berpikir kritis untuk

mengungkap konsep fenomena alam. Setelah siswa berhipotesis, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan eksperimen.

Keterampilan proses sains pada pelaksanaan eksperimen disajikan dengan tersusun rapi dalam LKS, dengan urutan seperti melakukan pengamatan (observasi), berhipotesis, merencanakan percobaan, melakukan percobaan, menafsirkan pengamatan (interpretasi), meramalkan (prediksi),

menerapkan konsep atau prinsip dan berkomunikasi yang dilatih. Langkah selanjutnya adalah menguji hipotesis. Hasil yang sudah didapatkan dari kegiatan eksperimen kemudian dihubungkan dengan teori yang ada. Langkah yang terakhir adalah merumuskan kesimpulan dan

(28)

28 menyimpulkan dan mengkomunikasikan suatu konsep yang telah

diperoleh. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan

dan telah terlatih itu lama kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, yaitu keterampilan berpikir kritis yang mencakup keterampilan menginferensi, menginterpretasi, mengevaluasi, menganalisis dan menjelaskan.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai uraian diatas, maka dapat dijelaskan dalam paradigma pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat Keterangan:

X : Keterampilan proses sains berwawasan lingkungan Y : Keterampilan berpikir kritis

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh keterampilan proses sains berwawasan lingkungan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA 1 SMA Swadhipa 1 Natar.

2. Ada peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA 1 SMA Swadhipa 1 Natar setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains berwawasan lingkungan.

(29)

29

III. METODE PENELITIAN

A. Metode dan Design Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-Eksperimental, yaitu penelitian yang dilaksanakan pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok pembanding (kelompok kontrol)

(Arikunto, 2007). Dalam metode penelitian Pre-Eksperimental ini, keberhasilan atau keefektifan pendekatan pembelajaran yang diujikan dapat dilihat dari perbedaan nilai tes kelompok eksperimen sebelum di beri perlakuan yaitu berupa implementasi pendekatan pembelajaran yang diujikan (prettest) dan nilai setelah di beri perlakuan (posttest). Metode ini digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses sains berwawasan lingkungan. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai tersebut, maka metode ini digunakan tanpa

menggunakan kelas kontrol atau kelas pembanding.

Adapun design penelitian yang digunakan adalah One Group Pretest-Posttest Design, dengan pertimbangan bahwa hasil perlakuan dapat

(30)

30 Dalam penelitian ini, sampel penelitian akan diberi perlakuan (treatment) yaitu berupa pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan

keterampilan proses sains berwawasan lingkungan . Sampel penelitian akan di beri tes awal (pretest) untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis awal siswa , kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan perlakuan (treatment) yaitu berupa pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses sains berwawasan lingkungan. Dan terakhir di beri tes akhir (posttest) menggunakan instrumen tes yang sama seperti tes awal (pretest) dengan anggapan bahwa peningkatan

keterampilan berpikir kritis akan dapat terukur dengan soal yang sama, setelah dilaksanakan posttest. Perbedaan antara pretes dan postes

[image:30.595.247.440.485.553.2]

diasumsikan merupakan efek dari treatment atau penelitian. One Group Pretest-Posttest Design dapat digambarkan pada tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5

One Group Pretest-Posttest Design

Pre-test Treatment Post-test

O1 X O2

(Sugiyono, 2009) Keterangan :

X = Perlakuan (Treatment) yang diberikan pada kelas eksperimen, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan keterampilan proses sains.

(31)

31 B. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas XI IPA SMA Swadhipa 1 Natar pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 .

C. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling , yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

dan tujuan tertentu . Sesuai dengan rekomendasi guru bidang studi fisika di sekolah yang bersangkutan, maka sampel penelitian yang digunakan adalah kelas XI IPA 1 dengan jumlah siswa sebanyak 33 orang.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah pendekatan keterampilan proses sains berwawasan lingkungan dan variabel terikatnya adalah keterampilan berpikir kritis.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Berikut rincian langkah-langkah penelitian pada tiap tahap:

1. Tahap Persiapan

(32)

32 a. Kajian pustaka, melakukan studi literatur dan mengkaji

sumber-sumber yang berkaitan dengan pendekatan keterampilan proses sains, pembelajaran fisika berwawasan lingkungan, dan

keterampilan berpikir kritis.

b. Persiapan dan pengurusan perizinan penelitian.

c. Menghubungi pihak sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian. d. Wawancara informal dan observasi terhadap keterampilan berpikir

kritis siswa pada pembelajaran sebelumnya.

e. Telaah kurikulum IPA Fisika SMA dan penentuan materi pembelajaran yang akan dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar yang ingin dicapai, supaya pembelajaran yang diterapkan dapat memperoleh hasil akhir sesuai dengan kompetensi dasar yang dijabarkan dalam kurikulum.

f. Menghubungi guru fisika yang bersangkutan untuk mendiskusikan dan menentukan sampel serta tanggal pelaksanaan penelitian. g. Menyusun rencana pembelajaran dan instrumen penelitian. h. Men-judgment instrumen tes kepada dosen pembimbing dan satu

guru mata pelajaran fisika yang ada disekolah tempat penelitian dilaksanakan.

i. Merevisi atau memperbaiki instrumen tes.

(33)

33 k. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas dan

realibilitas sehingga layak dipakai untuk tes awal (prettest) dan tes akhir (posttest).

2. Tahap pelaksanaan

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap pelaksanaan ini meliputi: a. Memberikan tes awal (prettest) untuk mengukur keterampilan

berpikir kritis awal siswa sebelum diberi perlakuan.

b. Memberi perlakuan yaitu menerapkan pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses sains berwawasan lingkungan pada saat pembelajaran.

c. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, dilakukan observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan

keterampilan proses sains berwawasan lingkungan yang dilakukan oleh observer.

d. Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa setelah diberi perlakuan.

3. Tahap akhir

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap akhir meliputi: a. Mengolah dan menganalisis data hasil prettest dan posttest

keterampilan berpikir kritis siswa serta instrumen lainnya. b. Membahas hasil penelitian.

(34)

34 Ketiga tahapan tersebut dapat digambarkan seperti pada gambar berikut:

TAHAP PERSIAPAN

TAHAP PELAKSANAAN

TAHAP AKHIR

 Studi Literatur  Telaah Kurikulum  Survey Lapangan

Menentukan materi dan sampel penelitian Merancang kegiatan

pembelajaran Menyusun instrumen

penelitian

Menjudgmen instrumen penelitian

Uji coba instrumen penelitian

Pretes

Pelaksanaan pendekatan keterampilan proses sains

postes

[image:34.595.184.513.108.647.2]

Mengolah dan analisis data Laporan penelitian

(35)

35 F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Instrumen keterampilan berpikir kritis

Instrumen dalam penelitian ini, untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa adalah soal tes berbentuk essay. Tes ini digunakan pada saat prettest dan posttest dengan jumlah sebanyak 5 butir soal dengan soal yang sama.

b) Instrumen keterampilan proses sains

Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk mengukur keterampilan proses sains (non- test).

G. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Teknik yang digunakan untuk mengetahui validitas atau kesejajaran adalah dengan menggunakan program komputer. Metode uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menghitung korelasi product moment pearson (Pearson Correlation Total) antara skor satu item dengan skor total. Menurut Ghozali (2005) uji

(36)

36 Dimana dalam penelitian ini, untuk jumlah sampel (n) = 30 dan

besarnya df dapat dihitung 30-2 = 29 dengan df = 29 dan  = 0,05 didapat r table = 0,361.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan adalah menggunakan program komputer dengan melihat pada nilai Cronbach’s Alpa berarti item soal tersebut reliabel. Pada program ini digunakan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach’s 0 sampai 1. Menurut Nunnanly (1967) dalam Ghozali (2005), suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60.

H. Teknik Pengumpulan Data 1. Data keterampilan berpikir kritis

Data keterampilan berpikir kritis diperoleh dari hasil prettest dan posttest yang dilakukan siswa.

2. Data keterampilan proses sains

(37)

37 Pada masing- masing item keterampilan proses sains siswa diberi nilai rentang antara 0 sampai dengan 4.

Prediktor :

1) Keterampilan mengamati a. Menggunakan 5 alat indra. b. Memperhatikan 3 segi atau ciri.

c. Memiliki sendiri informasi yang relevan dengan masalah yang dihadapi.

2) Keterampilan merumuskan Hipotesis

a. Menjelaskan mengapa sesuatu terjadi atau alas alasan untuk pengamatan.

b. Menggunkan pengetahuan sebelumnya.

c. Menunjukkan bahwa ada beberapa kemungkinan penjelasan beberapa hal yang diamati.

3) Keterampilan merencanakan percobaan

a. Menentukan alat, bahan, dan sumber yang akan digunakan dalam penelitian.

b. Menentukan apa yang harus diamati, diukur dan ditulis. c. Menentukan cara dan langkah-langkah kerja.

4) Keterampilan melakukan percobaan

a. Melaksanakan prosedur kerja yang telah dibuat. b. Mampu menggunakan alat dan bahan.

(38)

38 5) Kemampuan menginterprestasi data

a. Mencatat setiap pengamatan secara terpisah. b. Menghubungkan hasil pengamatan dengan teori. c. Membuat kesimpulan dari data.

6) Keterampilan memprediksi

a. Menggunakan pengalaman yang lalu.

b. Menganalisis pola (hubungan) dari hasil pengamatan.

c. Menerka hasil yang akan terjadi dari suatu kejadian berdasarkan observasi.

7) Keterampilan menerapkan konsep

a. Menentukan bagaimana mengolah pengamatan. b. Menganalisis konsep hasil pengamatan.

c. Menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru.

8) Keterampilan berkomunikasi a. Menggambar sketsa percobaan.

b. Menulis hasil diskusi dan pembahasan. c. Menjelaskan data secara lisan.

Dengan deskriptor sebagai berikut:

4 = Jika 3 atau semua indikator setiap aspek dilaksanakan

3 = Jika 2 indikator setiap aspek dilaksanakan

(39)

39 1 = Jika tidak satupun indikator setiap aspek dilaksanakan tetapi peserta

didik melakukan kegiatan keterampialan

0 = Jika peserta didik sama sekali tidak melakukan kegiatan keterampilan

I. Teknik Pengolahan Data

1. Data keterampilan berpikir kritis

Data keterampilan berpikir kritis diperoleh dari prettest dan posttest. Pengolahan data untuk mengukur peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dilakukan terhadap skor prettest dan posttest. Untuk menganalisis peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa digunakan skor prettest dan posttest. Peningkatan skor antara tes awal dan tes akhir dari kedua variabel merupakan indikator adanya pengaruh pendekatan pembelajaran yang telah dilakukan. Sebelum mengolah data , data-data diorganisasikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penskoran hasil tes

Pengolahan data dengan pemberian skor pada hasil pretes dan postes untuk setiap butir soal keterampilan berpikir kritis. Kemudian menghitung skor total hasil pretes dan postes dari seluruh butir soal essay keterampilan berpikir kritis untuk setiap siswa. Untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Fisika adalah sebagai berikut:

(40)

40 2) Menentukan persentase tiap indikator keterampilan berpikir

kritis dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:

P= N

f 100%

Ket : P = Persentase

f = Jumlah point keterampilan berpikir kritis yang diperoleh

N = Jumlah total point keterampilan berpikir kritis tiap indikator

(Sudijono, 2004:40)

[image:40.595.191.475.421.498.2]

Dengan kategori penerapan sebagai berikut:

Tabel 6. kategori keterampilan berpikir kritis siswa berdasarkan presentase skor perolehan siswa

Presentase (%) Kriteria

76-100 Baik

56-75 Cukup

40-55 Kurang baik

0-39 Tidak baik

(Arikunto, 1998 dalam Uristira 2011) 2. Data keterampilan proses sains

Proses analisis data keterampilan proses sains siswa sebagai berikut : a. Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap

aspek keterampilan proses sains .

b. Persentase setiap siswa diperoleh rumus:

(41)
[image:41.595.162.464.164.255.2]

41 Menafsirkan atau menentukan kategori indeks Keterampilan proses sains siswa sesuai klasifikasi pada tabel 7.

Tabel 7. Klasifikasi indeks keterampilan proses sains siswa

Dimodifikasi dari Hake ( dalam belina, 2008 : 37 )

3. Pengujian Hipotesis a) Uji Normalitas

Berdasarkan uji normalitas diperoleh keputusan untuk menganalisis dengan metode parametrik atau metode non parametrik. Metode prarametrik digunakan bila data terdistribusi normal sedangkan metode non parametrik untuk data berdistribusi tidak normal.

Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujiannya yaitu:

Ho : data tidak terdistribusi secara normal

Ha : data terdistribusi secara normal

Pedoman pengambilan keputusan:

Kategori Interpretasi

0,00-29,99 Sangat rendah

30,00-54,99 Rendah

55,00-74,99 Sedang

75,00-89,99 Tinggi

(42)

42 1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka

distribusinya adalah tidak normal.

2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusinya adalah normal.

b) Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linier. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 dengan metode Test for Linearity pada taraf signifikan 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05 dan jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan sebaliknya serta jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan sebaliknya.

(Priyatno, 2010: 73)

c) Uji Analisis Regresi Linear Sederhana

Untuk mengetahui efesiensi perhitungan analisis data Uji Regresi Linear Sederhana digunakan Aplikasi Program SPSS 16,0 For

Windows. Kriteria uji yang digunakan adalah jika nilai probabilitas F <

(43)

43 analisis data uji analisis regresi linear sederhana digunakan aplikasi program SPSS 16,0.

Persamaan yang harus diselesaikandalam regresi linier sederhana, yaitu:

Keterangan :

: Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan : Harga bila = 0 (harga konstnta)

: Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang

didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

: Variabel bebas (data pengamatan) : Variabel terikat (data pengamatan)

Yang dicari terlebih dahulu dalam regresi sederhana yaitu dengan mencari nilai a menggunakan rumus berikut :

Setelah menghitung nilai a, berikutnya yang dihitung nilai b dengan rumus berikut:

Keterangan :

a: Harga Y bila X= 0 (harga konstnta)

(44)

44 peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

X : Variabel bebas (data pengamatan) Y : Variabel terikat (data pengamatan) n : banyaknya pasangan data

Setelah menghitung nilai a dan b, maka persamaan regresi linier sederhana (nilai Y) dapat dihitung dengan rumus berikut:

Pengambilan harga-harga X untuk meramalkan Y harus

dipertimbangkan secara rasional dan menurut pengalaman, yang masih berada pada batas ruang gerak X.

Usman dan Akbar (2009)

d) Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik disusun berdasarkan hipotesis verbal yang telah dikemukakan dalam hipotesis penelitian.

Hipotesis statistik disusun sebagai berikut :

Hipotesis

Jika nilai sig > (0,05) maka terima H0 Jika nilai sig < (0,05) maka tolak H0

H0 : Tidak ada pengaruh keterampilan proses sains terhadap

(45)

45                     2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 _____ 2 ____ 1 2 n s n s r n s n s X X t

Ha : Ada pengaruh keterampilan proses sains terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA 1 SMA Swadhipa 1 Natar.

e) Uji Paired Sample t-test

Paired Sample T Test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan (berhubungan). Maksudnya di sini adalah sebuah sampel tetap

mengalami dua perlakuan yang berbeda. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan keterampilan berpikir kritis digunakan uji Paired Samples t-test. Pada uji Paired Samples t-test ada hipotesis berpasangan ada

atau tidak ada peningkatan dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Tidak ada peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas

XI IPA 1 SMA Swadhipa 1 Natar setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains berwawasan lingkungan.

Ha : Ada peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas XI IPA

1 SMA Swadhipa 1 Natar setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains berwawasan lingkungan.

(46)

46 Dimana t adalah t hitung. Kemudian t tabel dicari pada tabel distribusi t dengan  = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-1. Setelah diperoleh besar t hitung dan t tabel maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut.

Kriteria pengujian

HO diterima jika -t tabel  t hitung t tabel

HO ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

Berdasarkan nilai signifikansi :

 Jika nilai signifikansi > 0,05 maka HO diterima.

(47)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara keterampilan proses sains berwawasan lingkungan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada setiap pertemuan. Dengan Koefesien regresi

pertemuan pertama sebesar 0,848 dan pertemuan kedua sebesar 0,846. 2. Terdapat peningkatan yang signifikan dari keterampilan berpikir kritis

siswa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains berwawasan lingkungan pada setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama rata-rata hasil prettest keterampilan berpikir kritis siswa sebesar 41,6 % termasuk kriteria kurang baik dan rata-rata hasil posttest keterampilan berpikir kritis siswa sebesar 79,39% termasuk kriteria baik dengan peningkatan 37,79%. Pada pertemuan kedua, rata-rata hasil prettest keterampilan berpikir kritis siswa sebesar 17,58 % termasuk kriteria kurang baik dan rata-rata hasil posttest keterampilan berpikir kritis siswa sebesar

(48)

79 B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan juga analisis terhadap hasil pengamatan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains berwawasan lingkungan dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Dalam menerapkan pendekatan keterampilan proses sains berwawasan lingkungan hendaknya harus disesuaikan dengan materi yang hendak disampaikan. Diperlukan perencanaan waktu belajar yang cukup baik agar semua prinsip-prinsip keterampilan proses sains dapat optimal dengan memanfaatkan sumberdaya yang terdapat dilingkungan siswa sehingga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2007. Artikel Pendidikan: Memahami Berpikir Kritis. Pendidikan Network. Diakses 12 November 2012 dari http://researchengines.com/ 1007arief3.html

Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:

Rineka Cipta.

Dahar, R.W. 1995. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat jendral Pendidikan dasar dan Menengah Umum. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA (SMP/MTs) dan Fisika (SMA/MA). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. 1990. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Facione, P. A. 1990. The Delphi report. Millbrae, CA: The California Academic Press.

dalam Critical Thinking in Clinical Nursing Practice – RN Information Bulletin. Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis. Jakarta: Erlangga.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Semarang : Penerbit Universitas Diponegoro.

Gunawan, W. 2004. Genius Learning Strategy. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Gustiana, Eka. 2010. Skripsi: Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(50)

09 Januari 2012 dari http://repository.upi.edu/operator/upload/s _fis_054051 _chapter2.pdf.

Hake,R.R. 1998. Interactive-Engagement Methods In Introductory Mechanics. Diakses 12 November 2012 dari: http://www.physics.indiana.edu /sdi/IEM-2b.pdf.

Indrawati. 1999. Keterampilan proses sains/ipa. Bandung: PPPG IPA. Lita,A. 2004. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara.

Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nuh, Usep. 2010. Keterampilan Proses Sains. Diakses 08 Maret 2011 dari http://fisikasma-online. blogspot.com/2010/03/keterampilan-proses-sains.html#ixzz1e1QOsxWP.

Pangabean, Luhut. P. 1996. Penelitian pendidikan. Diktat Kuliah UPI.Tidak diterbitkan.

Prayitno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistika Data dengan SPSS. Jakarta:Mediakom. Redhana & Liliasari.2009.Studi Efektifitas Program Pembelajaran Berbasis Masalah

Terbimbing Pada Topik Laju Reaksi. Jurnal Pendidikan Pendidikan IPA.3,(2).101-110.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Rosydah, F.2005.Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Konstektual. Diakses 08 Maret 2011 dari http://www.depdiknas.go.id.

Sanjaya,Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Semiawan.1992. Pendidikan Keterampilan Proses. Jakarta: PT Grafindo.

Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Sudijono, A. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo. Sudrajat, Akhmad. 2008. Sumber Belajar untuk Mengefektifkan Pembelajaran Siswa. Diakses 08 Maret 2011 dari http://akhmadsudrajat .wordpress.

(51)

Sunyono dan Siti Maryatun. 2005. Optimalisasi Pembelajaran Kimia Kelas XI Semester I SMA Swadhipa Natar Melalui Penerapan Metode Eksperimen Berwawasan Lingkungan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Bidang Kependidikan BKS PTN Wilayah Barat. Bandar Lampung.63-72.

Suprapto. 2008. Menggunakan Ketrampilan Berpikir Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Diakses 08 Maret 2011 dari

http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/2008/06/13/menggunakan-ketrampilan-berpikir-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran/

Techonly. 2010. Penggunaan Metode Penemuan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Mahasiswa Keguruan. Diakses 12 November 2011 dari http://techonly13.wordpress.com/2010/07/02/penggunaan-metode- penemuan-untuk-meningkatkan-kemampuan-berpikir-kritis-matematis-mahasiswa-keguruan/

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi.Jakarta: Balai Bahasa.

Uristira, Inge. 2011. Skripsi: Penerapan Problem Based Learning

Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Diakses 09 Januari 2012 dari http:// repository . upi.edu/operator/upload/s _bio_060061 _chapter4.pdf.

Usman, U. 1993. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Usman, Akbar. 2006. Pengantar Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Wartono. 2003. Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Universitas Negeri Malang. Depdiknas.2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah

Menengah Pertama dan Madrasah Tasanawiyah. Jakarta:Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Liliasari.2009.Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sains Kimia Menuju

Profesionalisme Guru. Diakses 09 Januari 2012 dari http :// file .upi .edu . /Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN%20IPA/194909271978032%20%LILIA SARI/BERPIKIR%20KRITIS%20Dlm%20Pembel%2009.pdf

Wulandari, R.2008.Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP. Diakses 09 Januari 2012 dari http :// repository . upi.edu/operator/upload/s _d0451_060148 _chapter4.pdf.

Gambar

Tabel 1. Indikator Keterampilan Proses Sains Dasar
Tabel 2. Indikator Keterampilan Proses Sains Terpadu
Tabel 3. Indikator Keterampilan Proses Sains menurut Indrawati
Gambar 1. Elemen dasar dalam proses berpikir
+6

Referensi

Dokumen terkait

Laporan keuangan adalah hal yang penting bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan atau mengetahui posisi atau keadaan keuangan suatu perusahaan selama periode tertentu, dan

Dalam pemberitaan kasus hambalang Di harian umum pikiran rakyat: Analisis struktur makro Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Siregar, SpPD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas

RANCANG BANGUN PENGEREMAN DINAMIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA DENGAN PENGATURAN ARUS DC DAN OUTPUT ROTOR.. Diajukan untuk memenuhi persyaratan Menyelesaikan pendidikan sarjana

DBMS ( Database Management System ) atau dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai Sistem Manajemen Basis Data adalah suatu sistem aplikasi yang digunakan untuk menyimpan,

Merujuk pada uraian di atas, terdapat beberapa tema utama, yaitu, bahwa (1) telah terjadi kerusakan lingkungan, khususnya hutan mangrove, baik di Indonesia maupun

Rumusan masalah anu peneliti ajukan nyaeta, 1) Kumaha lalakon sepuh ka adanyya perkawis penyyimpangan laku-lampah di golongan rumaja?, 2) Kumaha daweung kulawargi dina

Keterkaitan tersebut dapat dilihat dari jumlah 41 responden yang tergolong kategori di atas garis kemiskinan sebanyak 36 responden atau 87.80% dengan tingkat kesejahteraan