• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. MEDIA PEMBELAJARAN 1. Definisi media pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar. Menurut Heinich dkk (1996) diungkapkan bahwa media ”is a channel of

communication. Derived from the latin word for “between”, the term refers “to anything that carries information between a source and a receiver.

Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996).

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan. Pesan yang dikirimkan oleh guru berupa isi/ ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata & tulisan) maupun nonverbal. Proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbol-simbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan decoding. Namun bagaimanakah bentuk dan wujud dari media atau perantara ini, hal tersebut harus disesuaikan dengan jenis dan karakteristik materi yang akan disampaikan serta

(2)

kemampuan guru tentang pengetahuannya mengenai media. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran maka hal yang harus diperhatikan ketika penyampaian materi/informasi berlangsung adalah keluasan, kedalaman dari materi pelajaran, selain itu juga waktu yang diperlukan untuk mengajarkan materi tersebut, dan kondisi yang tersedia di sekolah, sehingga media menjadi efektif digunakan dalam proses pembelajaran (Diknas, 2008).

Selain sebagai perantara dalam interaksi belajar mengajar, media pembelajaran memiliki peran sebagai alat bantu proses belajar mengajar yang efektif. Proses belajar mengajar seringkali ditandai dengan adanya unsur tujuan, bahan, metode, dan alat, serta evaluasi. Keempat unsur tersebut saling berinteraksi dan berinterelasi. Metode dan media merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari unsur pembelajaran yang lain. Metode dan alat, yang dalam hal ini adalah media pembelajaran berfungsi untuk menyampaikan materi pelajaran agar sampai kepada tujuan (Diknas, 2008).

Jadi menurut uraian diatas dapat disimpulkan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar dan merupakan suatu alat yang dapat membantu siswa supaya terjadi proses belajar. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan siswa akan dapat memperoleh berbagai pengalaman nyata, sehingga materi pelajaran yang disampaikan dapat diserap dengan mudah dan lebih baik.

(3)

2. Kedudukan media pembelajaran

Kedudukan media dalam pembelajaran sangat penting bahkan sejajar dengan metode pembelajaran, karena metode yang digunakan dalam proses pembelajaran biasanya akan menuntut media apa yang dapat diintegrasikan dan diadaptasikan dengan kondisi yang dihadapi (Diknas, 2008). Jika kembali kepada paradigma pembelajaran sebagai suatu proses transaksional dalam menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor, maka posisi media jika diilustrasikan dan disejajarkan dengan proses komunikasi yang terjadi (Diknas, 2008).

Menurut Diknas, (2008) Dalam proses pembelajaran terdapat tingkatan proses aktivitas yang melibatkan keberadaan media pembelajaran, yaitu:

a. Tingkat pengolahan Informasi b. Tingkat penyampaian informasi c. Tingkat penerimaan informasi d. Tingkat pengolahan informasi e. Tingkat respon dari peserta didik f. Tingkat diagnosis dari pengajar g. Tingkat penilaian

h. Tingkat penyampaian hasil

Terjadinya pengalaman belajar yang bermakna tidak terlepas dari peran media. Adapun peranan media menurut Diknas (2008) sebagai berikut:

a. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran.

(4)

b. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa.

c. Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik secara individual maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.

Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi peserta didik. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang pebelajar mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan pebelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong peserta didik untuk melakukan praktik-praktik dengan benar.

3. Fungsi media pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran (Diknas, 2008).

Pengembangan media pembelajaran hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses

(5)

pembelajaran. Secara rinci, menurut Gerlach dkk (2001) fungsi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan perantaraan gambar, potret, slide, film, video, atau media yang lain, siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang benda/peristiwa sejarah.

b. Mengamati benda/peristiwa yang sukar dikunjungi, baik karena jaraknya jauh, berbahaya, atau terlarang. Misalnya, video tentang kehidupan harimau di hutan, keadaan dan kesibukan di pusat reaktor nuklir, gunung meletus dan sebagainya.

c. Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda/hal-hal yang sukar diamati secara langsung karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena terlalu besar atau terlalu kecil. Misalnya dengan perantaraan paket siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang bendungan dan kompleks pembangkit listrik, dengan slide dan film siswa memperoleh gambaran tentang bakteri, amuba, dan sebaginya.

d. Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung. Misalnya, rekaman suara denyut jantung dan sebagainya

e. Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara langsung karena sukar ditangkap. Dengan bantuan gambar, potret, slide, film atau video siswa dapat mengamati berbagai macam serangga, burung hantu, kelelawar, dan sebagainya.

(6)

f. Mengamati dengan jelas benda-benda yang mudah rusak/sukar diawetkan. Dengan menggunakan model/benda tiruan siswa dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang organ-organ tubuh manusia seperti jantung, paru-paru, alat pencernaan, dan sebagainya.

g. Mudah membandingkan sesuatu. Dengan bantuan gambar, model atau foto siswa dapat dengan mudah membandingkan dua benda yang berbeda sifat ukuran, warna, dan sebagainya.

h. Melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara lambat. Dengan video, proses perkembangan katak dari telur sampai menjadi katak dapat diamati hanya dalam waktu beberapa menit. Bunga dari kuncup sampai mekar yang berlangsung beberapa hari, dengan bantuan film dapat diamati hanya dalam beberapa detik.

i. Melihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara cepat. Dengan bantuan film atau video, siswa dapat mengamati dengan jelas gaya lompat tinggi, teknik loncat indah, yang disajikan secara lambat atau pada saat tertentu dihentikan

j. Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari sutau alat. Dengan diagram, bagan, model, siswa dapat mengamati bagian mesin yang sukar diamati secara langsung.

k. Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara serempak. Dengan siaran radio atau televisi ratusan bahkan ribuan mahasiswa dapat mengikuti kuliah yang disajikan seorang profesor dalam waktu yang sama.

(7)

l. Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-masing. Dengan modul atau pengajaran berprograma, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan kecepatan masing-masing.

4. Jenis-jenis media pembelajaran

Banyak cara diungkapkan untuk mengindentifikasi media serta mengklasifikasikan karakterisktik fisik, sifat, kompleksitas, ataupun klasifikasi menurut kontrol pada pemakai. Namun demikian, secara umum media bercirikan tiga unsur pokok, yaitu: suara, visual, dan gerak. Menurut Rudy Brets (dalam Sadiman, 1986), ada 7 (tujuh) klasifikasi media, yaitu:

a. Media audio visual gerak, seperti: film suara, pita video, film televisi. b. Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, dsb.

c. Audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara. d. Media visual bergerak, seperti: film bisu.

e. Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu. f. Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio.

g. Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.

Menurut Sadiman (1986) secara sederhana kehadiran media dalam suatu kegiatan pembelajaran memiliki nilai-nilai praktis sebagai berikut:

a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki para siswa.

(8)

c. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

d. Media yang disajikan dapat menghasilkan keseragaman pengamatan siswa.

e. Secara potensial, media yang disajikan secara tepat dapat menanamkan konsep dasar yang kongkrit, benar, dan berpijak pada realitas.

f. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.

g. Media mampu membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar.

h. Media mampu memberikan belajar secara integral dan menyeluruh dari yang kongkrit ke yang abstrak, dari seserhana ke rumit.

6. Prosedur pemilihan media belajar

Menurut Diknas (2008) ada beberapa prinsip yang perlu perhatikan dalam pemilihan media, meskipun caranya berbeda-beda,yaitu:

a. Pertama, define (pembatasan), dalam fase ini menyangkut rumusan tujuan, rancangan media apa yang akan dikembangkan, beberapa persiapan awal dalam perancangan media yang menyangkut: bahan, materi, dana, serta aspek perancangan lainnya.

b. Kedua, develop (pengembangan), dalam fase ini sudah dimulai proses pembuatan media yang akan dikembangkan, sesuai dengan fase pertama.

(9)

c. Ketiga, evaluation (evaluasi), yaitu fase terakhir untuk menilai media yang sudah dikembangkan/dibuat, setelah melalui tahap uji coba, revisi, kajian dengan pihak lain.

Selain pertimbangan di atas, menurut Diknas (2008) memilih media pembelajaran yang tepat dapat kita rumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu:

a. Access adalah kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Media yang kita perlukan itu tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan oleh murid. Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya murid diijinkan untuk menggunakannya.

b. Cost adalah biaya juga harus dipertimbangkan. Banyak jenis media yang dapat men-jadi pilihan kita. Media canggih biasanya mahal. Namun, mahalnya biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaatnya. Semakin banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun.

c. Technology adalah mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu, namun perlu diperhatikan teknologinya tersedia dan mudah menggunakannya.

d. Interactivity adalah media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Setiap kegiatan pembelajaran yang anda kembangkan tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.

e. Organization adalah pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi.

(10)

f. Novelty adalah pembaharuan dari media yang dipilih juga harus menjadi pertimbangan. Media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi siswa.

C. INTERNET SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN 1. Definisi internet

Menurut Kamarga (2002), internet merupakan jaringan yang terdiri dari ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal yang terhubung melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan jangkauannya mencakup seluruh dunia. Dan hal ini menjadikan jaringan internet memenuhi kapasitas untuk dijadikan sebagai salah satu sumber dan media pembelajaran dalam dunia pendidikan (Adri,2008).

2. Sistem pembelajaran berbasis internet

Menurut Haughey (dalam Prawiradilaga & Siregar, 2004) ada tiga bentuk sistem pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan sebagai dasar pengembangan sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet yaitu:

a. Web Course, ialah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, di mana seluruh bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Siswa dan guru sepenuhnya terpisah, namun hubungan atau komunikasi antara peserta didik dengan pengajar bisa dilakukan setiap saat. Komunikasi lebih banyak dilakukan secara ansynchronous daripada secara synchronous.

(11)

Bentuk web course ini tidak memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik untuk keperluan pembelajaran maupun evaluasi dan ujian, karena semua proses belajar mengajar sepenuhnya dilakukan melalui penggunaan fasilitas internet seperti e-mail, chat rooms, bulletin board dan online

conference.

Di samping itu sistem ini biasanya juga dilengkapi dengan berbagai sumber belajar (digital), baik yang dikembangkan sendiri maupun dengan menggunakan berbagai sumber belajar dengan jalan membuat hubungan (link) ke berbagai sumber belajar yang sudah tersedia di internet, seperti

database statistic berita dan informasi, e-book, perpustakaan elektronik

dll.

b. Web Centric Course, di mana sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka. Walaupun dalam proses belajarnya sebagian dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi prosentase tatap muka tetap lebih kecil dibandingkan dengan prosentase proses belajar melalui internet. Dengan bentuk ini maka pusat kegiatan belajar bergeser dari kegiatan kelas menjadi kegiatan melalui internet Sama dengan bentuk web course, siswa dan guru sepenuhnya terpisah tetapi pada waktu-waktu yang telah ditetapkan mereka bertatap muka, baik di sekolah ataupun di tempat-tempat yang telah ditentukan.

(12)

c. Web Enhanced Course, yaitu pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama Web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas.

Peranan internet disini adalah untuk menyediakan content (sumber belajar) yang sangat kaya dan juga memberikan fasilitas hubungan (link) ke berbagai sumber belajar. Juga tak kalah pentingnya ialah pemberian fasilitas komunikasi antara pengajar dengan peserta didik dan antar peserta didik secara timbal balik. Dialog dan komunikasi tersebut untuk keperluan berdialog, berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok (kolaborasi).

Berbeda dengan kedua bentuk sebelumnya, pada bentuk Web Enhanced

Course ini presentase pembelajaran melalui internet justru lebih sedikit

dibandingkan dengan presentase pembelajaran secara tatap muka, karena penggunaan internet adalah hanya untuk mendukung kegiatan pembelajaran secara tatap muka.

Bentuk ini bisa pula dikatakan sebagai langkah awal bagi institusi pendidikan yang akan menyelenggarakan pembelajaran berbasis internet, sebelum menyelenggarakan pembelajaran dengan internet secara lebih kompleks, seperti Web Centric Course ataupun Web course (Prawiradilaga & Siregar, 2004).

Berdasarkan paparan di atas, peneliti membatasi penelitian ini hanya pada

(13)

Thomas 1 Medan adalah untuk menunjang proses pembelajaran tatap muka di kelas. Hal ini sesuai dengan pengertian web enhanced course yang dikemukakan Alghazo (2006) yaitu penggunaan World Wide Web untuk mendukung pembelajaran konvensional tatap muka di kelas. Pengertian ini juga sejalan dengan yang dikemukakan oleh Wingard (2004) yaitu untuk mendukung pembelajaran tradisional atau pembelajaran di kelas dimana memperkaya sumber-sumber belajar. Selain itu tujuan dari Web Enhanced Course adalah:

1) Meyakinkan seluruh siswa dengan gaya belajar berbeda bahwa materi yang mereka butuhkan tersedia di internet.

2) Meningkatkan interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru menggunakan internet.

3) Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mengakses materi yang berhubungan dengan pelajaran. (Alghazo, 2006)

Web enhanced course yang banyak diterapkan di luar negeri biasanya

menggunakan suatu management system (contohnya Blackboard) yaitu berupa

web/ portal yang dapat diakses seluruh siswa. Ketika belajar siswa mengakses

portal tersebut untuk mendukung pembelajaran di kelas (Alghazo, 2004). Hal ini memang belum sesuai dengan kondisi di kelas internasional SMA St. Thomas 1 Medan dikarenakan SMA St. Thomas 1 Medan belum menggunakan portal ketika menggunakan internet dalam pembelajaran, akan tetapi inti dari web enhanced

course tetap berlangsung dimana siswa menggunakan internet untuk menunjang

pembelajaran di kelas. Dan penggunaan internet ketika pembelajaran di kelas digunakan untuk:

(14)

1) Menyediakan content atau sumber belajar yang sangat kaya 2) Memberikan link ke berbagai sumber belajar

3) Memberikan fasilitas komunikasi antara pengajar dengan peserta didik dan antar peserta didik secara timbal balik. Dialog dan komunikasi tersebut untuk keperluan berdialog, berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok (kolaborasi) (Prawiradilaga & Siregar, 2004).

Pernyataan ini juga didukung oleh Isjoni dkk (2008) yang mengatakan bahwa Web Enhanced Course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mncari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui

web yang menarik dan diminati, emalayani bimbingan dan komunikasi melalui

internet, dan kecapan lain yang diperlukan.

3. Manfaat Internet sebagai media Pembelajaran

Menurut Budi Raharjo (dalam Isjoni dkk, 2008), manfaat internet sebagai media pembelajaran adalah aspek sumber informasi, akses kepada nara sumber, dan sebagai media kerjasama. Akses kepada sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan on-line, sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian dan akses kepada materi pelajaran. Akses kepada nara sumber bisa dilakukan komunikasi

(15)

tanpa harus bertemu secara fisik. Sedangkan sebagai media kerjasama internet bisa menjadi media untuk melakukan penelitian bersama atau membuat semacam tugas bersama.

4. Kelebihan dan Kelemahan Internet Sebagai Media Pembelajaran

Menurut Diknas (2008) kelebihan internet sebagai Media Pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memer-lukan ruang kelas.

b. Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.

c. Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing.

d. Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing pembelajar/siswa.

e. Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.

f. Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik pelajar/siswa; dan memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun guru) dapat turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara on-line. Supardi (2008) menambahkan beberapa keuntungan dari internet sebagai media pembelajaran, diantaranya:

(16)

a. Frekuensi tatap muka bukan lagi menjadi suatu kebutuhan yang mutlak, namun hal ini bisa diakali dengan penyediaan bahan-bahan pengajaran yang dapat langsung diakses melalui internet.

b. Peserta didik dapat langsung mendapatkan bahan-bahan yang selalu up- to

date.

c. Peserta didik dapat memperkaya bahan-bahan yang ada dengan melakukan pencarian diinternet.

Sedangkan Kelmahan internet sebagai media pembelajaran menurut Soekartawi (dalam Supardi, 2008), adalah :

a. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar.

b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial; Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan;

c. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi

d. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal e. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan

dengan masalah tersedianya listrik, telepon ataupun komputer)

f. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan soal-soal internet; dan kurangnya penguasaan bahasa komputer

(17)

D. SIKAP 1. Definisi sikap

Allport (dalam Hogg, 2004) mendefinisikan sikap sebagai sebuah kecendrungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu dalam situasi sosial. Sikap merujuk pada evaluasi individu terhadap berbagai aspek dunia sosial serta bagaimana evaluasi tersebut memunculkan rasa suka atau tidak suka individu terhadap isu, ide, orang lain, kelompok sosial dan objek (Baron, 2004).

Azwar (2003), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

(unfavorable) pada objek tersebut. Kedua, sikap merupakan semacam kesiapan

untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Ketiga skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Berdasarkan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.

(18)

Mann (dalam Azwar, 2000), menyatakan sikap terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu:

a. Komponen kognitif

Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. Azwar (2000) menyatakan kepercayaan terhadap sesuatu datang dari apa yang telah dilihat atau dari yang telah diketahui. Berdasarkan hal ini kemudian terbentuk ide atau gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu objek. Sekali kepercayaan terbentuk akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu.

b. Komponen afektif

Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin mengubah sikap seseorang. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. Azwar (2000) menyatakan bahwa reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang dipercayai sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud.

(19)

c. Komponen konatif/perilaku

Komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Menurut Azwar (2000) komponen konatif menunjukkan bagaimana cara berperilaku sesuai dengan objek sikap yang dihadapi. Asumsinya adalah bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selarasdengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual.

Azwar (2000) menyatakan bahwa ketiga komponen diatas adalah selaras dan konsisten. Konsistensi antara kepercayaan (kognitif), perasaan (afektif), dan tendensi perilaku (konatif) menjadi landasan dalam usaha penyimpulan sikap yang dicerminkan oleh jawaban terhadap skala sikap. Apabila salah satu diantara ketiga komponen tersebut tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Azwar (2001) mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap yaitu :

a. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang dialami kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimullus sosial. Pandangan dan perasaan seseorang terpengaruh oleh ingatannya pada masa lalu, oleh apa yang ia ketahui dan kesannya terhadap apa yang sedang ia hadapi saat ini.

(20)

Pengalaman-pengalaman seseorang pada masa lalu akan membawa pada sikap yang terbuka atau tertutup terhadap dorongan dari orang luar.

b. Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

c. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita.

d. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dll, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

f. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

(21)

Azwar (2001) mengatakan sikap mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan faktor pendorong yang lain. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

a. Memiliki objek

Objek sikap dapat berupa konsep abstrak seperti situasi, merk, maupun konsep abstrak seperti produk, kelompok atau individu. Sikap itu selain bertujuan pada suatu objek juga dapat pada sekumpulan objek.

b. Memiliki arah tertentu

Sikap seseorang menunjukkan bagaimana seseorang menangani suatu objek sikap yang dinyatakan dengan menyetujui atau tidak, suka atau tidak suka, sejauh mana tingkat ketidaksukaan dan sejauh mana tingkat keyakinannya.

c. Memiliki struktur

Sikap tidak berdiri sendiri tetapi berhubungan dengan bentuk-bentuk mekanisme psikologis yang lain, sehingga berbentuk suatu kesatuan psikologis yang kompleks, akibatnya sikap memiliki sifat stabil, konstan dan membentuk generalisasi.

d. Sikap merupakan hasil belajar

Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi individu memperolehnya melalui pengalaman nyata seperti informasi dari teman, media massa, dan penjual. Sikap sebagai hasil belajar cenderung bertambah kuat dan semakin sulit untuk dirubah.

(22)

Menurut Ahmadi(1999) sikap timbul karena ada stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya: keluarga, norma, golongan agama dan adat istiadat. Sikap seseorang tidak selamanya tetap. Ia dapat berkembang manakala mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif dan mengesan. Antara perbuatan dan sikap ada hubungan yang timbal balik. Tetapi sikap tidak selalu menjelma dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku.

Sikap tumbuh dan berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya: ekonomi, politik, agama dan sebagainya. Didalam perkembangan sikap banak dipengaruhi oleh lingkungan, norma-norma atau kelompok. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena perbedaan, pengaruh atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia, terhadap objek tertentu atau suatu objek (Ahmadi, 1999).

Menurut Sherif (dalam Ahmadi, 1999), sikap dapat dibentuk apabila terdapat hubungan timbal balik yang langsung antara manusia sertanya adanya komunikasi atau hubungan langsung dari satu pihak. Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya, terdapat banyak kemungkinan yang mempengaruhi timbulnya sikap.

(23)

Menurut Ahmadi (1999), faktor-faktor yang menyebabkan perbuhan sikap adalah:

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor itu berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhadap pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap didalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok

E. Sikap siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran

Sikap siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran dimaksudkan sebagai bentuk evaluasi siswa terhadap penggunaan internet sebagai media pembelajaran yang didasarkan pada persepsi, perasaan maupun kecenderungan bertingkah laku. Bentuk evaluasi tersebut terurai dalam sistem pembelajaran melalui internet yaitu web enhanced course dimana pemanfaatan internet digunakan untuk menunjang peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas dengan memberikan sumber-sumber belajar yang ada di internet, yang berhubungan dengan materi pelajaran. Bentuk web enhance course dalam proses belajar adalah:

(24)

2. Memberikan link ke berbagai sumber belajar

3. Memberikan fasilitas komunikasi antara pengajar dengan peserta didik dan antar peserta didik secara timbal balik. Dialog dan komunikasi tersebut untuk keperluan berdialog, berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok (kolaborasi) (Prawiradilaga & Siregar, 2004).

Mann (dalam Azwar, 2000), menyatakan sikap terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu:

1. Komponen kognitif yaitu pemahaman atau pengetahuan siswa terhadap internet sebagai media pembelajaran berdasarkan sistem pembelajaran melalui internet.

2. Komponen afektif yaitu berkaitan dengan apa yang dirasakan siswa dalam menggunakan internet sebagai media pembelajaran berdasarkan sistem pembelajaran melalui internet.

3. Komponen konatif yaitu kesediaan atau kesiapan siswa untuk bertindak menggunakan internet sebagai media pembelajaran berdasarkan sistem pembelajaran melalui internet.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan melipat kertas melalui penerapan metode demonstrasi di TK B Pertiwi Kedungwaduk 4 Kecamatan Karangmalang Sragen

Sumber Data Sekunder Data Sekunder yaitu data yang diambil sebagai penunjang tanpa harus terjun kelapangan, antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil

Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian proyek. Menyampaikan rubrik penilaian sebelum pelaksanaan penilaian kepada

(Bacakan Matius 11:28 kepada mereka) Yesus mahu anda membawa beban dan kesusahan anda kepada-Nya agar anda tidak perlu menanggungnya seorang diri.. Dia mahu membawa

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Implementasi Algoritma

Tomastis (telinga elektronik). Tujuan utama fase pasif ini adalah menciptakan kembali lingkungan pralahir melalui bebunyian yang kaya akan frekuensi tinggi. Selain

Akurasi rata-rata terbesar yang diperoleh adalah 95,6% dengan menggunakan teknik validasi 3- adalah 95,6% dengan menggunakan teknik validasi 3-. fold

Pada praktikum dilakukan pengujian tekstur pada agar dengan tingkat kekenyalan dan kekerasan yang berbedan, pengujian kerenyahan pada keripik, seta