• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variasi Isolek Jawa Pada Medan Makna Di Kabupaten Nganjuk VARIASI ISOLEK JAWA PADA MEDAN MAKNA DI KABUPATEN NGANJUK. Fitri Sandra Ariyanto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Variasi Isolek Jawa Pada Medan Makna Di Kabupaten Nganjuk VARIASI ISOLEK JAWA PADA MEDAN MAKNA DI KABUPATEN NGANJUK. Fitri Sandra Ariyanto"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Variasi Isolek Jawa Pada Medan Makna Di Kabupaten Nganjuk

VARIASI ISOLEK JAWA PADA MEDAN MAKNA DI KABUPATEN NGANJUK Fitri Sandra Ariyanto

SI Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya fitrisandra27@gmail.com

Abstrak

Masyarakat Nganjuk merupakan penutur bahasa Jawa yang berada di daerah pakai bahasa Jawa. Sebagian besar masyarakat Nganjuk merupakan etnik Jawa sehingga dalam berkomunikasi sehari-sehari menggunakan bahasa Jawa. Setiap isolek memiliki variasi yang merujuk suatu makna yang sama begitupula dengan isolek Jawa di kabupaten Nganjuk. Variasi pada isolek Jawa di kabupaten Nganjuk tidak sekadar variasi leksikal teapi juga terdapat variasi fonologi. Dengan demikian perlu adanya kajian tentang variasi isolek Jawa pada medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk. Kajian tersebut akan memudahkan penyuluh pertanian untuk berkomunikasi dengan penduduk Kabupaten Nganjuk.

Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana variasi fonologis isolek Jawa pada medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk, (2) Bagaimana variasi leksikal isolek Jawa pada medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk, (3) Bagaimana distribusi variasi fonologis isolek Jawa pada medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk, (4) Bagaimana distribusi variasi leksikal isolek Jawa pada medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data pupuan lapangan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pancing, tenik cakap semuka, teknik catat dan teknik rekam. Instrumen pengumpulan data berupa daftar tanyaan. Metode analisi data berupa metode padan dan metode berkas isoglos. Teknik analisis data berupa HBB (hubung banding memperbedakan). Instrumen analisis data berupa tabulasi dan peta variasi. Sumber data pada penelitian ini yaitu 12 informan utama (6 laki-laki dan 6 perempuan) dalam 6 kecamatan yang dipilih sebagai daerah penelitian. Informan pendamping 5-10 orang.

Hasil penelitian terdapat 4 pola variasi fonolgis yaitu variasi dengan , variasi dengan konsonan, variasi dengan vokal dan variasi dengan silabel. Terdapat 4 pola variasi leksikal yaitu variasi dengan , variasi leksikal bentuk khas, variasi yang berupa peminjaman leksikal, dan leksikal BI pada isolek Jawa medan makna pertanian. Distribusi fonologis isolek Jawa pada medan makna pertanian cenderung sama, tidak ada kecenderungan. Distribusi variasi leksikal cenderung berada di DP 1, 3 dan 6. Terdapat peminjaman leksikal bahasa Indonesia.

Kata kunci: Variasi fonologis, Variasi leksikal, Distribusi variasi fonologis, distribusi variasi leksikal Abstract

Social life from Nganjuk have a culture is language Java. Part of social life Nganjuk has tribes Java so, in communication using Java language every day. Every isola have variation from the same meaning, so the same meaning too have in Java isolek part of Nganjuk. The variation from Java isolek in Nganjuk not only lexical variation but have a fonologi variation. In Ngadiboyo and Payaman village – Nganjuk has lexical variation and phonological variation in part of agricultural. Variation from agricultural levels can to appear with misscommunication or trouble in agricultural activity, for example agricultural socialication. Therefore important hav a intruction about Java isolek in the meaning agricultural Nganjuk Residence. The intruction will be easy for communication agricultural socialication with social life Nganjuk Residence.

The trouble formulation from this reseacrh, 1). How phonological variation Java isola in part meaning agricultural Nganjuk Residence, 2). How lexical variation Java isola in part meaning agricultural Nganjuk residence, 3). How variation in the distribusion of phonological Java isola in part meaning agricultural Nganjuk residence, 4). How variation in the distribusion of lexical Java isola in part agricultural Nganjuk Residence. This research made method bringing together some data collection from districts result. Data collection technics making catch quetion technics, interview technics and record technics. The data collection instrument is list question. Method of data analysis is padan method and isoglos file method. Data analysis technics is HBB (contact appeal differents). Data analysis instrument is tabulation and variation maps. Data research sources this from 12 key informans (6 male and 6 female) in 6 regional choice as research area. Companion informants 5-10 people.

Result from this having a four 4 variation phonological is variation with variation with konsonan, variation with vocal and variation with silabel. Having a 4 design lexical variation is variation with lexical variation with special

(2)

design, variation bringing aspect lexical, and lexical Indonesia language Java isola in part the meaning agricultural. Distribution of lexical variation incling in location research 1, 3 and 6. Having a bringing lexical Indonesia language. Keywords: Phonological variation, Lexical variation, Variation in the distribusion of phonological, Variation in the distribusion of lexical,

PENDAHULUAN

Masyarakat Nganjuk merupakan penutur bahasa Jawa yang berada di daerah pakai bahasa Jawa. Sebagian besar masyarakat Nganjuk merupakan etnik Jawa sehingga dalam berkomunikasi sehari-sehari menggunakan bahasa Jawa. Tiap-tiap bahasa, begitupula dengan bahasa Jawa memiliki isolek masing-masing. Isolek digunakan sebagai istilah netral untuk perbedaan dialek atau bahasa (Hudson dalam Mahsun, 1995: 11). Isolek Jawa yaitu tuturan bahasa Jawa yang digunakan penutur Jawa, termasuk penutur Jawa di Kabupaten Nganjuk. Variasi pada isolek Jawa di kabupaten Nganjuk tidak sekadar variasi leksikal juga terdapat variasi fonologi. Adanya variasi dalam bidang pertanian dapat memunculkan kesalahpahaman atau hambatan dalam kegiatan pertanian, misalnya penyuluhan pertanian. Dengan demikian perlu adanya kajian tentang variasi isolek Jawa pada medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk. Kajian tersebut akan memudahkan penyuluh pertanian untuk berkomunikasi dengan penduduk Kabupaten Nganjuk.

Ruang Lingkup Masalah

Dialektologi merupakan cabang linguistik yang memperlajari variasi-variasi bahasa dengan memperlakukannya sebagai stuktur yang utuh (Kridalaksana dalam Krisyani Savitri, 2009: 1-2). Setiap ragam bahasa dipergunakan di suatu daerah tertentu, dan lambat laun terbentuklah anasir kebahasaan yang berbeda-beda pula, seperti dalam lafal, tata bahasa, dan tata arti, dan setiap ragam mempergunakan salah satu bentuk khusus (Guiraud dalam Ayatrohadi, 1983:3-4).

Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada variasi leksikal dan variasi fonologis serta distribusinya pada medan makna pertanian.

Rumusan Masalah

a. Bagaimana variasi fonologis isolek Jawa pada medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk

b. Bagaimana variasi leksikal isolek Jawa pada medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk?

c. Bagaimana distribusi variasi fonologis isolek Jawa pada medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk?

d. Bagaimana distribusi variasi leksikal isolek Jawa pada medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk?

Tujuan

a. Menghasilkan deskripsi tentang variasi fonologis isolek Jawa pada medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk.

b. Menghasilkan deskripsi tentang variasi leksikal isolek Jawa pada medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk.

c. Menghasilkan deskripsi tentang distirbusi variasi leksikal isolek Jawa pada medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk. d. Menghasilkan deskripsi tentang distribusi

variasi fonologis isolek Jawa pada medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian leksikal berupa peminjaman BI tentang variasi isolek Jawa khusunya pada bidang pertanian. Selain itu penelitian ini diharapkan untuk melengkapi kajian variasi isolek Jawa pada pertanian. Manfaat Paktis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan peneliti selanjutnya dibidang dialektologi dan antropologi. Penelitian ini menghasilkan daftar kosakata pertanian serta peta distribusi

Defisini operasional

a. Isolek Jawa adalah tuturan bahasa Jawa yang digunakan masyarakat di Kabupaten Nganjuk. b. Variasi fonologis adalah semua perbedaan

bunyi yang terdapat pada isolek Jawa di Kabupaten Nganjuk pada medan pertanian.

(3)

c. variasi leksikal adalah perbedaan bahasa dalam bidang leksikon pada medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk.

d. Distribusi variasi fonologis pada penelitian ini adalah sebaran variasi fonologis yang terdapat di Kabupaten Nganjuk khususnya medan makna pertanian. Distribusi variasi leksikal adalah sebaran variasi leksikal yang terdapat di Kabupaten Nganjuk khususnya medan makna pertanian.

e. Medan makna dalam penelitian ini adalah medan makna tentang pertanian yang ada di Kabupaten Nganjuk.

TINJAUAN PUSTAKA Kajian Teori

Leksikal bersangkutan dengan leksem, kata, dan leksikon serta tidak bersangkutan dengan gramatika. Leksem berarti satuan leksikal dasar yang abstrak yang mendasari bebagai bentuk inflektif suatu kata; satuan bermakna yang membentuk kata satuan terkecil dari leksikon (Kridalaksana, 2009: 147).

Variasi fonologi adalah variasi bahasa yang terdapat dalam bidang fonologi, yang mencakup variasi bunyi dan variasi fonem (Nadra dan Raniwati, 2009: 23).

Medan makna adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Umpamanya., nama-nama warna membentuk medan makna tertentu. Begitu juga dengan nama perabotan rumah tangga, istilah pelayaran, istilah olahraga, istilah perkerabatan, istilah alat pertukangan (Harimurti dalam Chaer: 2013: 110).

Isolek digunakan sebagai istilah netral untuk perbedaan dialek atau bahasa (Hudson dalam Mahsun, 1995: 11).

Distribusi isolek pada penelitian ini adalah sebaran variasi leksikal maupun variasi fonologi yang terdapat di Kabupaten Nganjuk khususnya pada medan pertanian. Distribusi atau penyebaran bahasa karena adanya pengaruh antarabahasa sehingga tidak lepas dari kondisi geografis tiap-tiap daerah hal ini berkaitan dengan teori peluasan suatu bahasa yaitu teori gelombang (Laksono dan Savitri, 2009: 8).

METODE PENELITIAN Penentuan Daerah Pengamatan

Penentuan daerah pengamatan didasarkan pada kriteria: (a) lokasi penelitian perbatasan dengan kabupaten lain dan untuk kecamatan Nganjuk berada di kota; (b)desa yang dijadikan titik pengamatan adalah desa yang masyarakatnya bekerja sebagai petani, mobilitas rendah; (c) masyarakatnya asli penduduk desa, karena situasi kebahasaan di kabupaten Nganjuk homogen, maka dipilih satu desa pada kecamatan yang dijadikan daerah pengamatan.

Data

Data penelitian ini adalah variasi leksikal dan fonologi isolek Jawa pada medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk.

Sumber Data

a. Jumlah Informan

Setiap desa diambil 2 informan yaitu laki-laki dan perempuan. Jadi, ada 12 informan utama dalam 6 kecamatan yang dipilih sebagai lokasi penelitian. Informan tersebut berada di kecamatan Ngluyu, Rejoso, Pace, Kertosono, Nganjuk, Sawahan dan bekerja sebagai petani maupun buruh tani. Selain itu terdapat informan pendamping yang berjumlah 5-10 orang.

b. Kriteria Informan

Kriteria informan sebagai berikut: (a) orang dewasa berusia 40-60 tahun, (b) berjenis kelamin peempuan maupun laki-laki, (c) asli penduduk kebupaten Nganjuk, (d) status ekonomi menengah kebawah, (e) bekerja sebagai petani maupun buruh tani, (f) menguasai bahasa Jawa dan bisa bahasa Indonesia meskipun tidak menguasai, (g) tidak pernah menetap atau tinggal di luar Nganjuk selama satu bulan, (h) sehat jasmani dan rohani.

Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pupuan lapangan yaitu metode yang mengumpulkan data secara langsung berada di titik pengamatan. Metode cakap dilakukan dengan cara menyiapkan daftar tanyaan berupa medan makna pertanian yang akan ditanyakan kepada informan secara langsung untuk memperoleh data.

(4)

Teknik Pengumpulan Data

Menggunakan teknik pancing gambar, teknik cakap semuka, teknik catat dan teknik rekam.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian pada penelitian ini yaitu berupa daftar tanyaan yang diambil dari pusat bahasa, kemudian dimodifikasi sesuai dengan medan makna pertanianan di Kabupaten Nganjuk. Daftar tanyaan dari balai bahasa yaitu 31 kemudian dimodifikasi menjadi 140 yang telah divalidasi terlebih dahulu.

Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data penelitian ini sebagai berikut.

(a) menentutukan daerah pengamatan yang berada di Kabupaten Nganjuk.

(b) Survei awal ke lokasi sebelum penelitian lapangan di mulai.

(c) Mencari data awal untuk dijadikan objek penelitian. (d) Mengurus surat perizinan di Fakultas maupun jurusan untuk melakukan penelitian.

(e) Mengurus perizinan di kantor kecamatan maupun kelurahan untuk melakukan penelitian di titik pengamatan yaitu di Ngadiboyo, Nganjuk, Pace, Ngluyu, Kertosono, Sawahan.

(f) Menentukan informan sesuai dengan kriteria informan yang dibutuhkan.

(g) Mempersiapkan instrumen penelitian dan daftar tanyaan.

(h) Pelaksanaan penelitian lapangan. Bertemu dengan informan utama dan informan pendamping.

(i) Melakukan wawancara sesuai dengan daftar tanyaan.

Metode Analisis Data

Metode pada penelitian ini adalah metode padan. Digunakan untuk membandingkan berian antar daerah untuk menentukan variasi fonologis dan variasi leksikal. Dengan demikian metode yang digunakan adalah metode padan intralingual. Metode berkas isoglos digunakan untuk menentukan sebaran variasi fonologis dan sebaran variasi leksikal pada medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk.

Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini ini menggunakan teknik dasar PUP (Pilah Unsur Penentu). Teknik PUP dilakukan dengan cara memilih glos berdasarkan pada variasi leksikal yang variasi fonologis. Kemudian digunakan teknik lanjutan yaitu teknik hubungan banding memperbedakan (atau teknik HBB) digunakan untuk menentukan variasi fonologis dan variasi leksikal. Tenik pemetaan digunakan untuk menentukan sebaran variasi fonologis dan variasi leksikal pada isolek Jawa medan makna pertanian di Kabupaten Nganjuk.

Instrumen Analisis Data

Penelitian ini menggunakan instrumen analisis data tabulasi dan peta variasi. Tabulasi yaitu tabel yang berupa variasi leksikal dan variasi fonologi pada medan makna pertanian di Ngluyu, Pace, Nganjuk, Rejoso, Sawahan dan Kertosono. Tabel atau tabulasi tersebut kemudian dipilah menjadi dua bagian yaitu variasi fonologi dan variasi leksikal. Peta variasi digunakan untuk mengetahui distribusi penyebaran variasi leksikal maupun variasi fonologi di Kabupaten Nganjuk.

Prosedur Analisis Data

Prosedur analisis data penelitian ini ssebagai berikut

(a) Transkrip fonetis yaitu mentraskripsi hasil wawancara sesuai dengan daerah pengamatan. (b) Mengklasifikasi data berdasarkan variasi fonologi

dan variasi leksikal.

(c) Mendeskripsikan variasi leksikal berdasarkan daerah pengamatan.

(d) Mendeskripsikan variasi fonologi berdasarkan daerah pengamatan

(e) Memetakan distribusi variasi dalam bentuk peta isoglos

(f) Menentukan daerah distribusi variasi leksikal dan variasi fonologi.

HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN HASIL PENELITIAN

Hasil Penelitian Variasi Fonologis

Pada penelitian ini ditemukn 4 pola variasi fonologis yaitu

Variasi dengan 

Variasi dengan  berarti penghilangan bunyi atau tidak semua daerah pengamatan memunculkan

(5)

variasi tersebut. Misalnya variasi [k] dengan , ada daerah yang memunculkan bunyi [k], dan ada daerah yang tidak memunculkan atau menghilangkan bunyi [k] tersebut. Contoh data selengkapnya terdapat pada tabel 1 berikut.

Tabel 4.1 Variasi dengan  No. No. Glos Glos Berian DP 1 17 Musim tanam k ̴  kti 3, 5, 6 ti 1, 2, 4 2 18 Petani p ̴  ptni 2, 6 tni 1, 3, 4, 5 3 71 Kulit jagung kering  ̴ n klbt 1, 2, 4, 5, 6 klbtn 3 4 47, 67, 94, 104, 129 Akar bawang merah, akar jagung, akar padi, akar kedelai, akar cabai rawit h ̴  hyt 5 yt 1, 3, 4, 6 hyt, yt 2

Pada glos 17 MUSIM TANAM muncul berian berbeda yaitu [kti] dan [ti]. Berian [kti] muncul di DP 3, 5, 6 dan berian [ti] muncul di DP 1, 2, 4. Berian [kti] menjadi [ti] mengalami perubahan fonologis kontraksi aferesis yaitu penghilangan satu atau lebih fonem pada awal kata.

Pada glos 18 PETANI muncul dua berian berbeda yaitu [ptni] dan [tni]. Berian [ptni] mucul di DP 2, 6 dan berian [tni] mucul di DP 1, 3, 4, 5. Berian [ptni] menjadi [tni] mengalami perubahan fonologis kontraksi aferesis yaitu penghilangan satu atau lebih fonem pada awal kata.

Pada glos 71 KULIT JAGUNG KERING muncul dua berian berbeda yaitu [klbt] dan [klbtn]. Berian [klbt] muncul di DP 1, 2, 5, 6 dan berian [klbtn] muncul di DP 3. Berian [klbtn] menjadi [klbt] mengalami perubahan fonologis

kontraksi apokop yaitu penghilangan satu atu lebih fonem pada akhir kata.

Variasi dengan Konsonan

Variasi dengan konsonan berarti ada konsonan yang bervariasi dengan konsonan nasal, misalnya [p] bervariasi dengan [m]. Contoh variasi tersebut terdapat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Variasi dengan Konsonan No. No. Glos Glos Berian DP 1 46 Bibit bawang merah n ̴ j winIh brmb 1, 2, 4, 5, 6 wiji brmb 3 2 110 Kedelai yang sudah dipanen dikeringkan di sawah Pepe 1, 2, 3, 5, 6 Mepe 4 2 Musim tanam, bertanam padi t ̴ n tndr 2, 3, 4, 6 nndr 1, 5

Pada glos 46 BIBIT BAWANG MERAH muncul berian berbeda yaitu [winIh brmb] dan [wiji brmb]. Berian [winIh brmb] muncul di DP1, 2, 4, 5, 6 dan berian [wiji brmb] muncul di DP 3. Berian [winIh brmb] menjadi [wiji brmb] mengalami perubahan fonologis nasalisasi yaitu persengauan atau proses memasukan huruf nasal pada suatu fonem.

Pada glos 110 KEDELAI YANG SUDAH DIPANEN DIKERINGKAN DI SAWAH muncul dua berian yaitu [pepe] dan [mepe]. Berian [pepe] muncul di DP 1, 2, 3, 5, 6 dan berian [mepe] muncul di DP 4. Berian [pepe] menjadi berian [mepe] mengalami perubahan fonologis nasalisasi yaitu persengauan atau proses memasukan huruf nasal pada suatu fonem. Variasi dengan Silabel

Variasi dengan silabel berarti terdapat DP yang mengalami perubahan fonolgis bagian kata yang diucapkan dalam satu hembusan napas dan terdiri dari beberapa fonem. Contoh perubahan suku kata u ̴ pi ̴ mi ̴ u terdapat pada tabel 4.3 berikut.

(6)

Tabel 4.3 Variasi dengan Silabel No. No. Glos Glos Berian DP 1 64 Memisahkan jagung dari tongkol (manual) u ̴ pi ̴ mi ̴ u upIl 2, 3 pipIl 4, 5 mipIl 1 upil 6 2 84 Panen padi dengan disabit  ̴  ̴ di rIt 2 rIt 1, 3, 5, 6 dirIt 4 Pada glos 64 MEMISAHKAN JAGUNG DARI TONGKOL (MANUAL) muncul empat berian berbeda yaitu [upIl], [pipIl], [mipIl] dan [upil]. Berian [upIl] muncul di DP 2, 3, berian [pipIl] muncul di DP 4, 5, berian [mipIl] muncul di DP 1, dan berian [upil] muncul di DP 6. Empat berian tersebut mengalami perubahan fonologis pada suka kata atau silabel. Berian [upIl] pola silabelnya [u-pIl] V, berian [pipIl] pola silabelnya [pi-pIl] KV, berian [mipIl] pola silabelnya [mi-pIl] KV, berian [u-pil] pola silabelnya KV. Silabel adalah bagian kata yang diucapkan dalam satu hembusan napas dan terdiri dari beberapa fonem. Distribusi Variasi Fonologis

Gambar 4.11 Peta Berkas Isoglos Fonologi

Gambar 4.11 menjelaskan adanya sebaran variasi fonologis yang terjadi di Kabupaten Nganjuk. Variasi fonologis yang terjadi tidak ada perbedaan di DP 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 semuanya sama. Dari 140 glos hanya ditemukan 10 variasi fonologis. Itu menunjukan

variasi fonologis lebih sedikit dari variasi leksikal pada bahasa Jawa medan makna pertanian. Berdasarkan peta isoglos dan berkas isogloss tersebut, DP yang cenderung menghilangkan bunyi adalah DP 4 karena secara geografis desa Payaman terletak di kota yang kemungkinan besar penuturnya dipengaruhi oleh pemakai BI di media massa, pendidikan dan administrasi negara karena semua kegiatan tersebut berada di kota sehingga penuturnya secara sadar atau tidak akan menggunakan BI untuk berkomunikasi dengan mereka. Faktor tersebut sebagai salah satu yang mempengaruhi pengilangan bunyi yang dilakukan oleh penutur isolek Jawa di Payaman. DP yang mengalami proses nasalisasi adalah DP 1, 3, 4, 5 karena di DP 3, 4, 1, 5 sering berinteraksi sehingga keempat DP saling mempengaruhi. DP yang mengalami asimilasi progresif adalah DP 1 dan 5 karena DP 1 dan 5 saling berinteraksi sehingga berian yang mereka gunakan saling mempengaruhi.

Variasi Leksikal

Pada penelitian ini ditemukan 4 pola variasi leksikal sebagai berikut.

Variasi dengan 

Variasi leksikal dengan  berarti ada DP yang tidak memiliki atau memunculkan leksikal pada glos yang diacu. Hal itu terdapat pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Variasi Leksikal, Variasi Dengan  No. No. Glos Glos Berian DP 1 33 Syukuran setelah masa tanam bncn pri r 2 sdkh bumi 4 nlni 1 usumi 3  5, 6 2 34 Syukuran sebar benih mbuk bumi, bub bumi 2 sdkh bumi 4 nmp 3

(7)

buk bumi 1, 5  6 3 60 Jagung usia 30-40 hari kmbo 2, 3, 5 slpn 1 jntn 6  3 4 99 Benih kedelai disebar swr 3, 5 br 1, 4  6 swr, br 2 5 108 Akar kedelai yang berbintil krntIl 2 srntIl 5 brintIl 1, 3 yt 4  6 6 113 Batang yang sudah terpisah dari kedelai sedikit mlt 2 r 1 tintn 5 mnirn dl 3 rn 4  6 7 114 Batang yang sudah terpisah dari kedelai (banyak) tintn 2, 4, 5 r 1  3  6

Pada glos 33 SYUKURAN SETELAH MASA TANAM muncul empat berian berbeda yaitu [bncn pri r], [sdkh bumi], [nlni] dan [usumi]. Berian ]bncn pri r] muncul di DP 2, berian [sdkh bumi] muncul di DP 4, berian [nlni] muncul di DP 1, berian [usumi] muncul di DP 3 dan di DP 5, 6 tidak muncul berian atau zero [] karena tidak memiliki berian untuk glos syukuran setelah masa tanam.

Variasi Leksikal Bentuk Khas

Variasi leksikal bentuk khas adalah variasi leksikal dengan leksikal yang merupakan bentuk khas atau tersendiri. Variasi tersebut cenderung terjadi pada glos yang beerkaitan dengan teknologi pertanian, atau glos yang di beberapa DP memiliki jenis pertanian yang berkaitan dengan glos tersebut. Contoh variasi leksikal itu terdapat pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4. 5 Variasi Leksikal Bentuk Khas No. No. Glos Glos Berian DP 1 21 Pupuk organik pup rni 2, 3, 5, 6 ms 1, 4 2 68 Daun jagung  j 2, 3, 4 tbn 1, 5, 6 3 79 Menyebar benih wr 2, 5 br winIh 1  pinIhn 6 nmp 3 br bnIh 4 4 105 Daun kedelai kering  rI 2, 4, 6 rn rI 1 tinn 5 rnd 3 5 123 Cabai rawit impI 1, 2,

(8)

lmb cilI

3

cilI 6

Pada glos 21 PUPUK ORGANIK muncul dua berian berbeda yiatu [pup rni] dan [ms]. Berian [pup rni] muncul di DP 2, 3, 5, 6 dan berian [ms] muncul di DP 1, 4. DP 1, 4. Berian [ms] dianggap sebagai bentuk khas daerah pengamatan karena hanya muncul di DP 1 dan 4, sedangkan DP 2, 3, 5, 6 memunculkan [pup rni]. Didasarkan pada glosnya, tampak bahwa glos pupuk organik merupakan istilah yang berkaitan dengan perkembangan pertanian sehingga berian yang muncul cenderung meminjam BI yaitu [pup rni]. Hal itu berbeda dengan DP 1 dna 4. DP 1 dan 4 memiliki berian tersendiri untuk glos pupuk organik tersebut sehingga berian [ms] dianggap sebagai bentuk khas.

Variasi yang Berupa Peminjaman Leksikal Variasi yang berupa peminjaman leksikal adalah variasi yang terjadi dengan cara meminjam leksikal dari isolek atau bahasa lain. Hal itu disebabkan oleh ketiadaan leksikal yang dimiliki penutur leksikal tersebut terdapat pada tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Peminjaman Leksikal No. No. Glos Glos Berian DP 1 24 Aliran air di sawah dari disel (24) kln 1, 2 pip 5 didisl 3 ndisl 4 ump 6 2 75 Jagung disiram air (75) kcr 2 dilp 1, 4, 5 sirm 3 cr 6 3 72 Rambut jagung (72) rmbt j 2, 3, 4, 6 jmbt j 1, 5 4 132 Panen di tempat atau pitIl lmb 2 diambil cabainya (132) rmbn lmb 1 muthIl 5 m lmb 3 undh 4 pnn 6

Pada glos 24 ALIRAN AIR DI SAWAH DARI DISEL muncul lima berian berbeda yaitu berian [kln] muncul di DP 1, 2, berian [pip] muncul di DP 5, berian [didisl] muncul di DP 3, berian [ndisl] muncul di DP 4 dan berian [ump] muncul di DP 6. Berian [ndisl] digunakan untuk menggantikan berian [kln], [pip] atau [ump].

Leksikal Bahasa Indonesia Pada Isolek Jawa Medan Makna Pertanian

Leksikal BI pada isolek Jawa medan makna pertanian adalah leksikal-leksikal bahasa Indonesia yang dipinjam oleh penutur isolek Jawa untuk melengkapi leksikal yang tidak dimiliki penutur pada glos glos tertentu. Hal itu terdapat pada tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Leksikal Bahasa Indonesia No. No. Glos Glos Berian DP 1 3 Lumbung lumb 1, 2, 3, 4, 5, 6 2 6 Bajak memakai alat (modern) hentrktr 5 tlktr 1 trktr 3, 4 luk 6 sikl, ltri, tlktr 3 3 9 Golok bet 5 l 1, 6 pd 2 pr 3 bndo 4

(9)

4 14 Sawah sben 1, 3, 5, 6 swh 2, 4 5 16 Buruh tani burh tni 2, 4, 5

krjo 1 preman 6 6 21 Pupuk kompos pup

knd 4 rb knd 2, 3, 6 pup kompos 5

7 22 Pupuk organik pup rni 2, 3, 5, 6 ms 1, 4 8 24 Aliran air di sawah dari sungai srsir 2 klnn 3, 5 wn 1, 6 irisi 4 9 28 Traktor plktr, tlktr 2 tlktr 1, 6 trktr 3, 4 luku mesin 5 10 33 Syukuran setelah masa tanam bncn pri r 2 sdkh bumi 4 nlni 1 usumi 3  5, 6 11 34 Syukuran sebar benih mbuk bumi, bub bumi 2 sdkh bumi 4 nmp 3 buk bumi 1, 5  6 12 50 Panen bawang merah njbl brmb 2 pann 3, 4, 5, 6 undh 1 13 52 Jagung nd 1 j 2, 3, 4, 5, 6 14 76 Bibit jagung winIh

j 1, 2, 4, 5, 6 bibIt j 3 15 72 Rambut jagung jmbt j 1, 5 rmbt j 2, 3, 4, 6 16 102 Memanen kedelai rIt dl 2, 5 dirIt 1 undh 4 pnn dl 6 17 107 Bibit kedelai winIh dl 1, 2, 4,

5 bibIt dl 3, 6 18 135 Panen di tempat atau di ambil cabainya pitIl lmb 2 rmbn lmb 1 munthIl 5 m lmb 3 undh 4 pnn 6

Pada glos 3 LUMBUNG muncul satu berian yaitu [lumb]. Berian [lumb] muncul di DP 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Hasil tersebut menyatakan adanya leksikal BI pada isolek Jawa di DP 1 sampai 6. Berian [lumb] dianggap sebagai isolek Jawa yang dipinjam secara untuh dari BI karena DP 1 sampai 6 tidak memiliki leksikal tersendiri.

Pada glos 6 BAJAK MEMAKAI ALAT (MODERN) muncul 5 berian berbeda yaitu [hentrktr], [tlktr], [trktr], [luk], [sikl, ltri, tlktr]. Berian [hentrktr] muncul di DP 5, berian [tlktr] muncul di DP 1, berian [trktr] muncul di DP 3, 4, berian [luk] muncul di DP 6 dan berian [sikl, ltri, tlkt] muncul di DP 3. Berian [trktr]

(10)

dianggap sebagai isok Jawa yang meminjam dari BI karena di DP 3, 4 tidak memiliki leksikal tersendiri. Penutur di DP 2 cenderung berinteraksi dengan DP 1 sehingga memiliki tiga berian yang berbeda.

Distribusi variasi leksikal

Gambar 4.45 Peta Berkas Isoglos Leksikal

Berdasarkan torehan garis isoglos pada semua peta leksikal, diperoleh hasil daerah yang mengalami penebalan garis isoglos. Daerah tersebut tergambar dalam peta berkas isoglos leksikal gambar 4.45, ditemukan di DP 1, 3, 6 dan DP 2, 4, 5 tidak mengalami penebalan. Jika ditelusuri dari garis isoglos peta leksikal tampak bahwa DP 1, 3 dan 6 memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri-ciri tersebut antara lain pertama, DP 6 cenderung  yaitu daerah yang cenderung tidak muncul berian. DP 6 secara geografis terletak di daerah Kertosono desa Pandan Toyo. Kecamatan Ketosono berbatasan dengan Kabupaten Jombang. Masyarakat Kertosono cenderung berinteraksi dengan masyarakat Jombang dari pada DP 1, 2, 3, 4, 5, mereka beranggapan bahwa Jombang lebih dekat mobilitasnya dibandingkan dengan DP-DP lain sehingga isolek yang mereka gunakan terpengaruh oleh daerah lain. Selain itu DP 6 pada glos tentang pertanian kedelai cenderung  karena DP 6 jarang bercocok tanam kedelai DP 6 cenderung bercocok tanam padi, itu menunjukan DP 6 cenderung tidak memiliki isolek tentang pertanian kedelai.

Kedua, variasi yang membentuk leksikal sendiri dengan cara menggabungkan leksikal yang sudah ada, pembentukan disebabkan daerah tersebut tidak memiliki leksikal yaitu DP 2 dan DP 3. DP 3 secara geografis berada di Kecamatan Ngluyu desa Gampeng DP 3 merupakan daerah perbukitan mobilitas

rendah sehingga untuk berinteraksi dengan DP lain membutuhkan jarak tempuh yang cukup jauh, hal itu mempengaruhi isolek Jawa pada medan makna pertanian untuk menghasilkan leksikal pertanian mereka menggabungkan leksikal yang sudah ada dengan demikian mereka akan memperoleh leksikal yang dianggapnya sebagai isolek mereka sendiri. DP 2 secara geografis terletak di Kecamatan Rejoso desa Ngadiboyo dari keseluruhan glos mereka memiliki leksikal tersendiri dari pada DP-DP lain dalam glos yang sama tetapi kecenderungan memiliki leksikal dengan cara menggabungkan leksikal yang sudah ada hal itu dilakukan untuk memperoleh leksikal yang dianggapnya sebagai isolek mereka. Penutu di DP 2 cenderung bercocok tanam bawang merah sehingga untuk leksikal yang berhubungan dengan glos 21, 68 dan 105 menghasilkan leksikal dengan cara menggabungkan dua leksikal yang sudah ada untuk dianggap sebagai isoleknya sendiri.

Ketiga, variasi yang meminjam leksikal lain cenderung terjadi di DP 3 karena DP 3 secara geografis berada di Kecamatan Ngluyu desa Gampeng DP 3 merupakan daerah perbukitan mobilitas rendah sehingga untuk berinteraksi dengan DP lain membutuhkan jarak tempuh yang cukup jauh, hal itu mempengaruhi isolek Jawa pada medan makna pertanian. Untuk menghasilkan leksikal pertanian mereka cenderung meminjam leksikal yang sudah ada dan dianggap sebagai isoleknya sendiri.

Keempat, pengaruh bahasa indonesia pada isolek jawa medan makna pertanian cenderung terjadi di DP 4 karena secara geografis DP 4 berada di kecamatan Nganjuk desa Payaman terletak di kota, kemungkinan besar penutur isolek Jawa dipengaruhi oleh pemakai BI di media massa, pendidikan dan adiminstrasi negara karena semua kegiatan tersebut berada di kota sehingga penutur isolek Jawa secara sadar atau tidak akan menggunakan BI untuk berkomunikasi dengan mereka. Faktor tersebut sebagai salah satu hal yang mempengaruhi peminjaman BI pada isolek mereka.

Bahasan Hasil Penelitian

Daerah Penelitian yang cenderung meminjam leksikal Bahasa Indonesia adalah DP 4. Secara geografis DP 4 berada di kecamatan Nganjuk desa Payaman terletak di kota. Letak desa Payaman yang berada di kota kemungkinan besar penutur isolek Jawa dipengaruhi oleh pemakai BI. Pendidikan tinggi akan berpengaruh terdapat isolek yang mereka gunakan karena bahasa Indonesia sebagai bahasa pengatar untuk

(11)

berkomunikasi. Mata pencarian juga menjadi salah satu faktor adanya pengaruh BI. Hal itu menjadi faktor peminjaman BI pada isolek mereka. Menikmati televisi, buku majalah, film, surat kabar dan radio adalah kebiasan masyarakat Payaman (kota) secara tidak langsung penutur harus memahami isi dari apa yang mereka baca, lihat, dengar.

Variasi dengan  yaitu daerah yang cenderung tidak muncul berian atau  adalah DP 6. DP 6 secara geografis terletak di Kecamatan Kertosono desa Pandan Toyo. Kecamatan Ketosono berbatasan dengan Kabupaten Jombang. Masyarakat Kertosono cenderung berinteraksi dengan masyarakat Jombang dari pada DP 1, 2, 3, 4, 5, mereka beranggapan bahwa Jombang lebih dekat mobilitasnya dari pada DP DP lain sehingga isolek yang mereka gunakan akan terpengaruh oleh daerah lain bahkan tidak memiliki leksikal yang dimiliki DP lai. Selain itu DP 6 pada glos tentang pertanian kedelai cenderung  karena DP 6 jarang bercocok tanam kedelai DP 6 cenderung bercocok tanam padi dan buah-buahan sehingga DP 6 cenderung tidak memiliki isolek tentang pertanian kedelai.

Berdasarkan torehan garis isoglos pada semua peta leksikal, diperoleh hasil daerah yang mengalami penebalan garis isoglos. Daerah tersebut tergambar dalam peta berkas isoglos leksikal gambar 4.45, menggambarkan adanya sebaran variasi leksikal penebalan garis isoglos ditemukan di DP 1, 3, 6 dan DP 2, 4, 5 tidak mengalami penebalan. Hal itu jika ditelusuri dari garis isoglos peta leksikal tampak bahwa DP 1, 3 dan 6 memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri-ciri tersebut yaitu DP 1 secara geografis berada di Kecamatan Sawahan desa Ngliman terletak di daerah perbukitan mobilitas sangat rendah. Mereka bergantung pada hasil pertanian dan perkebunan. Kecenderungan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari adalah isolek Jawa sehingga leksikal yang mereka hasilkan tidak mengalami pengaruh dari leksikal lain terutama BI, itu mneyebabkan penebalan pada garis isoglos berada di DP 1. DP 3 mengalami penebalan garis isoglos, scara geografis DP 3 di Kecamatan Ngluyu desa Gampeng terletak di daerah perbukitan mobilitas rendah memungkinkan untuk tidak berinteraksi dengan DP-DP lain karena terpenggal oleh bukit. DP 3 cenderung membentuk leksikal tersendiri dengan cara menggabungkan leksikal yang sudah ada dan cenderung meminjam leksikal lain untuk menghasilkan leksikal yang dianggap sebagai isoleknya sendiri. DP 3 cenderung bercocok tanam padi untuk menghasilkan leksikal yang bukan tentang pertanian padi mereka

cenderung meminjam leksikal lain dan menggabungkan leksikal yang sudah ada untuk memperoleh leksikal baru yang dianggap sebagai isoleknya sendiri sehingga terjadi penebalan di DP 3 pada garis isoglos. DP 6 mengalami penebalan pada garis isoglos, secara geografis DP di Kecamatan Kertosono desa Pandan Toyo berbatasan dengan Kabupaten lain yaitu Jombang sehingga untuk berinteraksi dengan DP-DP lain tidak memungkin. Daerah perbatasan cenderung akan terpengaruh oleh isolek daerah lain begitu juga yang terjadi di DP 6 cenderung tidak memiliki leksikal atau  pada glos tertentu. DP 6 tidak memiliki leksikal atau  terdapat di pertanian kedelai karena di DP 6 cenderung bercocok tanam padi sehingga tidak memiliki leksikal yang dimiliki oleh DP-DP lain dalam glos yang sama. PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, penelitian isolek Jawa pada medan makna pertanian dapat disimpulkan sebagai berikut. Variasi fonologis lebih sedikit dari pada leksikal. Variasi fonologis terdiri atas 4 pola berikut:

a) variasi dengan  artinya DP yang cenderung menghilangkan bunyi sebanyak 8 glos yaitu glos 17 [k ̴ ], 18 [p ̴ ], 71 [ ̴ n], 47, 67 [h ̴ ], 94 [h ̴ ], 104 [h ̴ ], 129 [h ̴ ], DP yang cenderung meghilangkan bunyi terdapat di DP 4.

b) variasi dengan konsonan artinya DP yang mengalmai proses perubahan nasalisasi sebanyak 3 glos yaitu glos 46 [n ̴ j], 110 [p ̴ m], 2 [t ̴ n] ,95 [t ̴ n]. c) variasi dengan vokal artinya DP yang mengalami perubahan asimilasi progresif sebanyak 1 glos yaitu glos 25 [i ̴ ].

d) variasi dengan silabel sebanyak 2 glos yaitu glos 64 [u ̴ pi ̴ mi ̴ u] dan 84 [ ̴  ̴ di].

Variasi leksikal isolek Jawa pada medan makna pertanian terdiri atas 4 pola berikut:

a) Variasi dengan  artinya ada DP yang tidak memiliki atau memunculkan leksikal pada glos yang diacu yaitu sebanyak 7 glos terdapat pada glos 33, 34, 60, 99, 108, 113, 114 dan DP cenderung  adalah DP 6.

b) Variasi leksikal bentuk khas artinya variasi leksikal denga leksikal yang merupakan bentuk khas tersendiri.

(12)

Variasi tersebut cenderung terjadi pada glos yang berkaitan dengan teknologi pertanian atau glos yang dibeberapa DP memiliki jenis pertanian yang berkaitan dengan glos tersebut yaitu sebanyak 8 glos, terdapat pada glos 21, 68, 79, 105, 123 dan DP yang cenderung memiliki leksikal tersendiri DP 2, 3.

c) Variasi yang berupa peminjaman leksikal artinya variasi yang terjadi dengan carameminjam leksikal dari isolek atau bahasa lain. Hal itu disebabkan oleh ketiadaan leksikal yanga dimiliki penutur pada glos-glos tertentu yaitu sebanyak 4 glos-glos, terdapat pada glos-glos 24, 75, 72, 132 dan DP yang cenderung meminjam leksikal lain adalah DP 3.

d) LeksikalBI pada isolek Jawa medan makna pertanian artinya leksikal-leksikal BI yang dipinjam oleh penutur isolek Jawa untuk melengkapi atau menggantikan leksikal yang tidak dimiliki penutur glos tertentu yaitu sebanyak 18 glos pada glos 3, 6, 9, 14, 16, 21, 22, 24, 28, 33, 34, 50, 52, 72, 76, 102, 107, 135 dan DP yang cenderung terpengaruh BI adalah DP 4.

Distribusi fonologis isolek Jawa pada medan makna pertanian cenderung sama, tidak ada kecenderungan karena penyebaran variasi leksikal lebih banyak dibandingkan variasi fonologis.

Distribusi variasi leksikal cenderung berada di DP 1, 3 dan 6 karena di DP 1 cenderung memiliki variasi sendiri, DP 3 cenderung memiliki variasi leksikal bentuk khas, dan DP 6 cenderung tidak memiliki leksikal sehingga penebalan garis isoglos leksikal terjadi di DP 1, 3 dan 6.

Terdapat peminjaman leksikal bahasa Indonesia. Hal itu disebabakan oleh ketiadaan leksikal

yang dimiliki penutur pada glos-glos tertentu yaitu pada teknologi pertanian atau glos yang dibeberapa DP tidak memiliki jenis pertanian yang berkaitan dengan glos tersebut, sehingga BI menjadi alternatif untuk menggantikan ketiadaan leksikal tersebut.

Saran

Penelitian lebih lanjut dengan memperluas daerah penelitianuntuk mengetahui distribusi sebaran variasi lekiskal maupun fonologis. Memperbanyak daftar tanyaan agar variasi leksikal maupun fonologis lebih banyak. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya dibidang dialektometri.

Daftar Rujukan

Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi: Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kisyani , Laksono dan Agusniar dian Saviyri. 2009. Dialekologi. Surabaya: Unesa Press.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar. Yogyakarta:Gajah Mada University Press.

Nadra dan Reniwati. 2009. Dialektologi: Teori dan Metode.Yogyakarta: Elmatera Publishing. Savitri, Agusniar Dian. 2015. Variasi Fonologi Bahasa

Madura Di Seluruh Jawa Timur. Disertasi. Tidak Diterbitkan.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analaisi

Bahasa. Yogyakarta: Universitas Sanata

Gambar

Tabel 4.1 Variasi dengan   No.  No.  Glos  Glos  Berian  DP  1  17  Musim  tanam  k ̴     kti  3, 5, 6  ti  1, 2, 4  2  18  Petani p ̴    ptni  2, 6  tni  1, 3, 4,  5  3  71  Kulit  jagung  kering  ̴  n  klbt  1, 2, 4, 5, 6  klbtn  3  4
Tabel 4.3 Variasi dengan Silabel  No.  No.  Glos  Glos  Berian  DP  1  64  Memisahkan  jagung  dari  tongkol  (manual)  u ̴  pi ̴  mi ̴  u   upIl  2, 3  pipIl  4,  5  mipIl  1  upil   6  2  84  Panen  padi  dengan disabit    ̴   ̴ di  rIt  2  rIt
Tabel 4. 5 Variasi Leksikal Bentuk Khas  No.  No.  Glos  Glos  Berian  DP  1  21  Pupuk  organik   pup  rni  2, 3, 5, 6   ms  1, 4  2  68  Daun jagung     j  2, 3, 4  tbn  1, 5,  6  3  79  Menyebar  benih   wr  2, 5  br  winIh   1
Tabel 4.6 Peminjaman Leksikal   No.  No.  Glos  Glos  Berian  DP  1  24  Aliran  air  di  sawah  dari  disel (24)   kln  1, 2  pip  5  didisl  3  ndisl  4  ump  6  2  75  Jagung  disiram  air  (75)  kcr  2  dilp  1, 4,  5  sirm  3  cr  6  3
+2

Referensi

Dokumen terkait

pengumuman yang telah ditentukan.. Penghuni asrama dilarang mencoret-coret di semua barang inventaris asrama. Penghuni asrama dilarang merokok di area asrama. Penghuni asrama

Populasi yang menjadi sasaran penelitian adalah para Kiai pengasuh pondok pesantren yang tidak terlibat secara langsung dalam kontestasi politik, baik sebagai calon

Pengenalan hukum melalui penyuluhan/advokasi menjadi salah satu solusi guna mengurai pola dan perilaku pergaulan para pelajar tentang batasan- batasan dalam hubungan

SMA salah satunya pelajaran matematika. Matematika lebih dikenal oleh masyarakat ilmu hitung. Selain berhitung matematika juga mengajarkan model matematika untuk

Satu per satu informasi objek di museum keraton Surakarta yang telah disusun manuscript-nya, seperti yang ditunjukkan pada tabel 1, kemudian dialih- mediakan

statis; (2) Penyimpanan arsip dilakukan secara mandiri dengan menggunakan klasifikasi sistem masalah; (3) Pengelolaan arsip dinamis aktif meliputi: penerimaan arsip,

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian getah buah pepaya (Carica papaya L.) pada mencit betina sebelum dikawinkan tidak memberikan pengaruh yang

Menurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan