• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L) DAN KUALITAS SPERMATOZOA PADA MENCIT (Mus musculus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L) DAN KUALITAS SPERMATOZOA PADA MENCIT (Mus musculus)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 2460-0334 127

EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L) DAN KUALITAS SPERMATOZOA

PADA MENCIT (Mus musculus)

Sri Mudayatiningsih, Endang Sri Dewi Hastuti Suryandari, Isnaeni DTN

Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen 77 C Malang e-mail: mudayati69@gmail.com

Abstract: The use of herbal or medicinal plants as contraceptives have long been known to the public.

Plants are used as a contraceptive containing compounds antifertilitas, antiesterogenik, and anti-implantation in men and women. One of the natural materials are antifertilitas is betel leaf (Piper betle). This study was conducted to prove the effect of extracts of betel leaf (Piper betle L) on the quality of spermatogenic mice (Mus musculus). Laboratory experimental research design with four groups: one control group and three treatment groups. The type of design used post test only control design. The research data is within the normal distribution, so that a different test independent t-test with a confi-dence level of 90%. Test results of independent t-test was no significant difference in the group treated with doses of 5 and 10 while at a dose of 20 there is no difference when compared with the control group. The conclusion of this study after administration of betel leaf extract in the group treated with doses of 5, 10 mg / kg body weight can affect the quality of spermatozoa, while a dose of 20 mg / kg less can affect the quality of spermatozoa. Suggestions put forward by the researchers of this study is that in order to determine the effect of extracts of betel leaf (Piper betle L) as antifertilitas by affecting sperm quality should be using dose 5,10,20,40 mg / kg with time and sample a lot.

Keywords:  betel leaf (Piper betle L), the quality of spermatozoa (motility, viability, concentration) Abstrak: Penggunaan herbal atau tanaman obat sebagai kontrasepsi telah lama dikenal masyarakat.

Tanaman yang digunakan sebagai kontrasepsi mengandung senyawa antifertilitas, antiesterogenik, dan anti implantasi pada pria maupun wanita. Salah satu bahan alam bersifat antifertilitas adalah daun sirih (Piper betle L). Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan pengaruh ekstrak daun sirih (Piper betle L) terhadap kualitas spermatogenik mencit (Mus musculus). Rancangan penelitian eksperimental laboratorium dengan empat kelompok yaitu satu kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan. Jenis rancangan yang digunakan post test only control design. Hasil uji independent t-test ada perbedaan bermakna pada kelompok perlakuan dengan dosis 5 dan 10 sedangkan pada dosis 20 tidak ada perbedaan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulan penelitian ini setelah pemberian ekstrak daun sirih pada kelompok perlakuan dengan dosis 5, 10 mg/kgBB dapat memengaruhi kualitas spermatozoa sedangkan dosis 20 mg/kgBB kurang dapat mempengaruhi kualitas spermato-zoa. Saran yang diajukan peneliti berdasarkan penelitian ini adalah bahwa untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun sirih (Piper betle L) sebagai antifertilitas dengan memengaruhi kualitas sperma sebaiknya menggunakan dosis 5,10,20,40 mg/kgBB dengan waktu dan sampel yang banyak.

Kata kunci: Daun sirih (Piper betle L), kualitas spermatozoa (motilitas, viabilitas, konsentrasi)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-empat di dunia setelah RRC, India dan Amerikat Serikat yaitu 237.6 juta jiwa ditahun 2010 dengan laju pertumbuhan penduduk 1.3% dengan jumlah terbanyak 58 persen di Pulau Jawa. Indonesia juga merupakan

negara berkembang dengan banyak masalah salah satunya adalah bidang kependudukan yang terus meningkat pertumbuhan penduduknya. Pertum-buhan penduduk yang semakin tinggi akan mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejateraan hidup, semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang dilakukan oleh

(2)

pemerintah untuk mensejaterakan rakyat. Pemerintah berupaya menekan laju pertumbuhan penduduk dengan keluarga berencana (KB), Pencapaian tujuan dan sasaran dari kebijakan kependudukan tersebut telah dirumuskan berbagai kebijaksanaan, antara lain meliputi peningkatan kualitas penduduk, pengendalian pertumbuhan dan kualitas penduduk dalam rangka menekan dan mengendalikan pertambahan jumlah penduduk (BPS & BKKBN, 2011)

Pemerintah telah menggalakkan program keluarga berencana (KB) sebagai program nasional di Indonesia yang berfungsi untuk mengendalikan ledakan jumlah penduduk. Keberhasilan program KB tersebut diperlukan peran serta aktif dari semua pihak baik wanita maupun laki-laki. Program KB sampai saat ini masih didominasi wanita sedangkan keikutsertaan laki-laki dalam melaksanakan KB masih sangat rendah yaitu enam persen dari seluruh akseptor KB. Rendahnya keikutsertaan KB dari laki-laki mungkin disebabkan masih terbatasnya pilihan kontrasepsi untuk laki-laki dan belum memberikan hasil yang memuaskan, sedangkan peranan laki dalam program KB sangat penting karena laki-laki lebih dominan sebagai penentu kebijakan dalam keluarga,

Laki-laki merupakan fokus baru dalam pro-gram KB yang selama ini belum banyak diperhatikan, sehingga masalah ini yang menjadi landasan mengapa perkembangan teknologi kontrasepsi lebih mengarah pada laki-laki (Wilopo, 2006). Metode kontrasepsi laki-laki sampai saat ini yang dianggap mantap adalah kondom dan vasektomi (Moeloek, 2002;Sumaryati, 2004), tetapi penggunaan kondom sebagai alat kontrasepsi menimbulkan keluhan psikologik, sedangkan vasektomi walaupun merupakan kontrasepsi yang diandalkan sering menimbulkan efeksamping yang permanen yaitu bisa terjadi kegagalan rekanalisasi, alternatif lain dalam metode kontrasepsi laki-laki yaitu penggunaan hormon tetapi belum memuaskan dan perlu dilakukan penelitian tentang alat kontrapsi alternatif (Moeloek, 2002).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mencari dan mengembangkan suatu metode

pengaturan kesuburan pria yang aman, efektif dan dapat diterima yaitu melalui bahan atau zat alam dari beberapa tumbuhan yang diduga mempunyai bahan aktif yang bersifat antifertilitas (Wang.C & Waites GMH,1993). Penentuan kontrasepsi untuk laki-laki dari bahan alam yang ideal masih mengalami banyak kendala, menginggat bahwa obat kontrasepsi laki-laki yang ideal harus memenuhi beberapa syarat antara lain dapat menimbulkan keadaan azoosperma, mudah digunakan, tidak menimbulkan efek samping dan efek toksik, tidak mengganggu libido maupun perilaku sexual serta bersifat reversibel (Harrera, 1984). Penggunaan herbal atau tanaman obat sebagai kontrasepsi telah lama dikenal masyarakat. Beberapa literatur dan penelitian, terdapat 74 jenis tanaman yang secara empiris digunakan oleh masyarakat di beberapa daerah untuk kontrasepsi salah satunya adalah daun sirih (Piper betle L), beberapa penelitian tentang ekstra daun sirih (Piper betle L) yang telah dilakukan oleh J.D Sharman et al., (2007)di India dengan menggunakan hewan coba mencit albino didapatkan hasil bahwa ekstrak Piper betle L dapat menurunkan kadar fruktosa dalam vessikula seminalis dan berkurangnya bobot organ reproduksi.

Penelitian ini akan dilakukan pada hewan coba mencit karena mempunyai daya kekebalan dan secara etis dan logis penelitian ini tidak mungkin dilakukan pada manusia (Amori, 1996). Berdasarkan latar belakang diatas akan diteliti pengaruh ekstrak daun sirih (Piper betle L) pada dosis tertentu dapat mempengaruhi kualitas sel spermatozoa pada mencit (Mus musculus).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh ekstrak daun sirih (Piper betle L) terhadap kualitas spermatozoa pada mencit (Mus

musculus). Tujuan khusus penelitian ini adalah 1)

menganalisis kualitas spermatozoa pada mencit jantan yang diberi ekstrak daun sirih (Piper betle

L) dengan dosis 5 mg/Kg BB lebih sedikit daripada

kontrol, 2) menganalisis kualitas spermatozoa pada mencit jantan yang diberi ekstrak daun sirih (Piper

betle L) dengan dosis 10 mg/Kg BB lebih sedikit

(3)

sperma-tozoa pada mencit jantan yang diberi ekstrak daun sirih (Piper betle L) dengan dosis 20 mg/Kg BB lebih sedikit daripada kontrol

METODE PENELITIAN

Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian eksperimental laboratorik karena memberikan perlakuan terhadap mencit (Mus

musculus) berupa injeksi intramuskuler dengan

berbagai dosis dan hasilnya akan dibandingkan dengan kontrol. Jenis rancangannya adalah post

test only control design (Tjokroprawiro dkk,1996;

Sugiyono, 2008; Budiarto, 2003). Subyek penelitian terdiri dari empat kelompok yang dipilih secara acak dan telah dihomogenkan. Satu kelompok sebagai kontrol dan tiga kelompok lainnya sebagai kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak daun sirih dengan dosis yang berbeda.

Penelitian ini menggunakan mencit karena secara etik tidak dapat diberikan perlakukan pajanan ekstrak daun sirih terhadap manusia. Dosis yang digunakan untuk penelitian ini adalah berdasarkan penelitian ini adalah 5, 10, 20 mg/kg BB.

Populasi penelitian ini adalah mencit jantan dewasa dengan spesies Mus musculus dengan kriteria sampel yang digunakan adalah sehat (bergerak lincah tidak lesu, kulit bersih tanpa luka dan bulunya rata halus, mata terang dan tidak layu), umur 2-3 bulan dan berat badan 25-30 gram dan

fertile (sudah pernah dikawinkan), diperoleh dari

tempat yang sama dengan harapan dari keturunan yang sama.

Besar sampel yang digunakan berdasarkan rumus replikasi oleh Kemas (1991), jumlah sampel yang digunakan berdasarkan penghitungan diatas adalah 9 ekor, dan akan ditambahkan 20-40% (2-4 ekor) tiap kelompok untuk menghindari kematian sehingga menjadi 12 ekor dikalikan dua sehingga totalnya 24 ekor yang kemudian dibagi menjadi empat kelompok, tiap kelompok enam ekor. Pemilihan sampel dengan random yaitu menandai semua tikus dengan angka satu sampai 24 sesuai dengan total mencit, kemudian dipilih secara acak enam nomor pertama untuk kelompok kontrol, enam nomor kedua untuk kelompok perlakuan

pertama dan seterusnya sehingga diperoleh empat pembagian kelompok mencit. Mencit dimasukkan dalam satu kelompok sesuai dengan nomor yang diacak.

Variabel pada penelitian ini adalah variabel bebas, tergantung dan kendali. Variabel bebas

(in-dependent variable) adalah ekstrak daun sirih

dengan dosis 5 mg/KgBB, 10 mg/KgBB, 20 mg/ KgBB. Variabel tergantung (dependent variable) meliputi kualitas spermatozoa. Variabel kendali pada penelitian ini adalah spesies, umur, kesehatan fisik, jenis makanan, perawatan dan pemeliharaan sanitasi hewan coba.

Penelitian ini dilakukan di laboratorium di laboratorium FKH Unair Surabaya. Waktu penelitian dilakukan kurang lebih 24 hari atau ± 1,5 siklus epitel seminiferus (1/3 siklus spermato-genesis). Di mulai tanggal 11 juli sampai dengan 3 agustus 2013.

Pengambilan data pada penelitian ini adalah setelah hewan coba yang sudah dipilih dilakukan aklimasi dulu di laboratorium selama 1 minggu untuk menyesuaikan diri dari lingkungannya. Kemudian hewan coba dibagi menjadi empat kelompok yang masing-masing berjumlah 6 setiap kelompok dan ditempatkan dalam keranjang sesuai dengan kelompoknya. Tiga kelompok perlakuan akan diberikan ekstrak daun sirih dengan dosis 5 mg/kgBB, 10 mg/kgBB, 20 mg/kgBB dengan cara injeksi intramuskuler setiap dua hari sekali selama 24 hari. Setelah selesai perlakuan mencit dikorbankan dengan dibius menggunakan klorofom terlebih dulu, kemudian di bedah dan diambil epidedemisnya untuk dianalisis kualitas sperma-tozoa. Pengambilan epidedemis dilakukan dengan cara mengangkat kauda epidedemis, dipotong-potong dan direndam dalam larutan Nacl 0.9% pada suhu 37-40 derajat celcius untuk memperoleh suspense sperma. Setelah itu baru dilakukan pemeriksaan uji kualitas sperma.

Setelah selesai perlakuan mencit dikorbankan dengan dibius menggunakan klorofom terlebih dulu, kemudian di bedah dan diambil epidedemisnya untuk dianalisis kualitas spermatozoa. Pengambilan epidedemis dilakukan dengan cara mengangkat kauda epidedemis, dipotong-potong dan direndam

(4)

dalam larutan Nacl 0.9% pada suhu 37-40 derajat celcius untuk memperoleh suspense sperma. Setelah itu baru dilakukan pemeriksaan uji kualitas sperma.

Analisis data untuk mengetahui beda nilai kualitas spermatozoa dari masing-masing kelompok perlakuan dengan uji independent

t-test. Syarat yang harus dipenuhi untuk uji ini adalah

kelompok yang dibandingkan terdiri dari lebih dari dua kelompok, data distribusi normal, tidak ada korelasi di antara kelompok perlakuan, dan variansnya homogen. Uji independent t-test yang bermakna secara signifikan untuk mengetahui pada kelompok mana yang berbeda, yaitu kelompok kontrol dengan ketiga perlakuan dan antar kelompok perlakuan itu sendiri. Perbandingan antar kelompok tersebut dapat menggambarkan perlakuan mana yang berbeda dengan perlakuan yang lain, sehingga dapat diketahui pada dosis berapa ekstrak daun sirih dapat menimbulkan efek positif yang ingin dilihat.

Hasil pengumpulan data dilakukan pengolahan untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian ekstrak daun sirih (Piper

betle L) terhadap kualitas spermatozoa mencit (Mus musculus). Menggunakan uji Analisis

dengan taraf kepercayaan 90%.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada mencit jantan

(Mus musculus) yang berjumlah enam ekor

perkelompok, terbagi menjadi empat kelompok yaitu kontrol dan tiga kelompok perlakuan. Kelompok kontrol diberikan injeksi aquabides secara intramuskuler, sedangkan kelompok perlakuan terdiri dari X1 diberi ekstrak daun sirih 5 mg/kb BB, X2 diberi ekstrak daun sirih 10 mg/ kb BB, X3 diberikan ekstrak daun sirih 20 mg/kb BB. Variabel yang diukur adalah kualitas sperma yang terdiri dari motilitas meliputi gerakan massa, gerakan individu, macam gerakan, dan viabilitas serta konsentrasi. Penghitungan konsentrasi menggunakan improved Neubauer dengan cara menghitung jumlah sel spermatozoa di dalam 5 kotak besar secara diagonal. Jadi yang dihitung ada 5 x 16 kotak kecil = 80 kotak kecil. Dalam

papan hitung NI seluruhnya mengandung 625 kotak kecil, bila jumlah sel spermatozoa di dalam 80 kotak kecil = Y, jadi didalam 625 kotak kecil kotak (0.1 mm3) semen mengandung 625/80 x 200 x 10 x Y = 15625 Y.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian aquabides injeksi intramuskuler mencit jantan pada kelompok kontrol tidak banyak memengaruhi kualitas spermatozoa, baik pada motilitas, viabilitas dan konsentrasi. Hasil analisis kualitas sperma menunjukkan bahwa, hampir semua gerakan se-men membentuk gelombang yang besar, banyak serta cepat dan hanya sebagian kecil gerakan se-men membentuk gelombang besar sampai sedang dan jarang. Gerakkan individu dari sel spermato-zoa rata-rata mempunyai gerakan cepat dengan macam gerakan progresif, ocilator, sirkuler

Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun sirih dengan dosis 5 mg/kgBB injeksi intramuskuler mencit jantan pada kelompok perlakuan sebagaian kecil memengaruhi kualitas spermatozoa, baik pada motilitas, viabilitas dan konsentrasi. Hasil analisis kualitas sperma diperoleh data bahwa, hampir semua gerakan se-men membentuk gelombang yang besar sampai sedang, dan hanya sebagian kecil gerakan semen membentuk gelombang kecil dan sedikit jumlahnya. Gerakkan individu dari sel spermato-zoa rata-rata mempunyai gerakan dari sedang sampai cepat dengan macam gerakan progresif, ocilator, sirkuler sampai tidak ada gerakan atau necrosperma.

Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun sirih dengan dosis 10 mg/kgBB injeksi intramuskuler mencit jantan pada kelompok perlakuan memengaruhi kualitas spermatozoa, baik pada motilitas, viabilitas dan konsentrasi. Hasil analisis diperoleh data bahwa, hampir semua gerakan semen membentuk gelombang yang kecil dengan sedikit jumlahnya, dan hanya sebagian kecil gerakan semen membentuk gelombang yang besar, banyak serta cepat. Gerakkan individu dari sel spermatozoa rata-rata mempunyai gerakan lambat, pelan dengan macam gerakan awalnya progresif tapi lama-lama tidak ada gerakan atau necrosperma

(5)

Tabel 1. Hasil Pengukuran Motilitas, Viabilitas dan Konsentrasi Sperma Pada Mencit Jantan Kelompok Kontrol

Kelompok Motilitas Viabilitas

(%)

Konsentrasi

(mm3)

Gerakan Masa Gerakan Individu Macam Gerakan

K1.1 +++ 4 P,O,S 100 1.031.250 K1.2 +++ 4 P,O,S 100 203.125 K1.3 ++ 3 P,O,S 72.72 312.500 K1.4 +++ 3 P,O,S 85.89 109.375 K1.5 +++ 3 P,O,S 86.70 108.475 K1.6 +++ 4 P,O,S 100 203.128

Tabel 2. Hasil Pengukuran Motilitas, Viabilitas dan Konsentrasi Sperma Pada Mencit Jantan Kelompok Perlakuan Yang Diberikan Ekstrak Daun Sirih dengan Dosis 5 mg/kgBB

Kelompok Motilitas Viabilitas

(%)

Konsentrasi (mm3)

Gerakan Masa Gerakan Individu Macam Gerakan

K2.1 ++ 3 P,O,S,N 73.84 578,125 K2.2 + 2 P,O,S,N 64.70 62.500 K2.3 ++ 2 P,O,S,N 66.6 46.875 K2.4 ++ 1 P,O,S,N 71.42 109.375 K2.5 ++ 2 P,O,S,N 66.8 46.879 K2.6 ++ 1 P,O,S,N 72.42 109.385

Tabel 3. Hasil Pengukuran Motilitas, Viabilitas dan Konsentrasi Sperma pada Mencit Jantan Kelompok Perlakuan yang Diberikan Ekstrak Daun Sirih dengan Dosis 10 mg/kgBB

Kelompok Motilitas Viabilitas

(%)

Konsentrasi (mm3)

Gerakan Masa Gerakan Individu Macam Gerakan

K3.1 +++ 3 P 90.9 15.625 K3.2 ++ 1 P,N 45.65 281.250 K3.3 ++ 1 P,N 33.34 46.875 K3.4 + 1 P,N 42.85 78.125 K3.5 ++ 1 P,N 34.34 46.875 K3.6 + 1 P,N 40.85 76.125

Tabel 4. Hasil Pengukuran Motilitas, Viabilitas dan Konsentrasi Sperma pada Mencit Jantan Kelompok Perlakuan yang Diberikan Ekstrak Daun Sirih dengan Dosis 20 mg/kgBB

Kelompok Motilitas Viabilitas

(%)

Konsentrasi

(mm3)

Gerakan Masa Gerakan Individu Macam Gerakan

K4.1 +++ 3 P,O,S,N 73.84 578,125 K4.2 ++ 2 P,S,N 64.70 62.500 K4.3 + 1 P,N 66.6 46.875 K4.4 ++ 2 P,O,N 71.42 109.375 K4.5 + 1 P,N 66.8 46.879 K4.6 ++ 2 P,O,N 72.42 109.385

(6)

Pengaruh pemberian ekstrak daun sirih (Piper

betle L) terhadap kualitas spermatozoa pada

mencit (Mus musculus) yang diberikan dosis 5 mg/kgBB dibandingkan dengan kelompok kontrol. Data jumlah kualitas spermatozoa pada mencit

jantan dilakukan uji parametrik independent t test karena berada dalam distribusi normal. Uji

inde-pendent t test dilakukan untuk membedakan

kualitas spermatozoa pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil uji tersebut terdapat pada Tabel 6.

Tabel 5. Nilai Signifikansi (p) Hasil Uji Normalitas Penelitian Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piperbetle L) terhadap Kualitas Spermatozoa pada Mencit (Mus musculus)

Variabel Koefisien

Kolmogorov-Smirnov

Signifikasi keterangan

Gerakan sperma 1.113 0.168 Normal

Viabilitas 0.623 0.833 Normal

Konsentrasi 1.224 0.100 Normal

Macam gerakan 1.247 0.089 Normal

Tabel 6. Hasil Nilai Signifikasi (p) dari Pengukuran Uji Beda Variabel Kualitas Spermatozoa pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan dengan Dosis 5 mg/kgBB

Variabel Kelompok N Mean p- value

Gerakan sperma Kontrol

Perlakuan 1 6 6 3.5000 1.8333 0.002 Viabilitas Kontrol Perlakuan 1 6 6 90.888500 69.29667 0.004 Konsentrasi Kontrol Perlakuan 1 6 6 177.97550 158.85650 0.839

Macam gerakan Kontrol

Perlakuan 1 6 6 2.8333 1.8333 0.002

Tabel 7. Hasil Nilai Signifikasi (p) dari Pengukuran Uji Beda Variabel Kualitas Spermatozoa pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan dengan Dosis 10 mg/kgBB

Variabel Kelompok N Mean p- value

Gerakan sperma Kontrol

Perlakuan 2 6 6 3.5000 1.3333 0.000 Viabilitas Kontrol Perlakuan 2 6 6 90.88500 47.98833 0.003 Konsentrasi Kontrol Perlakuan 2 6 6 78.843652 96.080492 0.118

Macam gerakan Kontrol

Perlakuan 2 6 6 2.8333 1.8333 0.022

Tabel 8. Hasil Nilai Signifikasi (p) dari Pengukuran Uji Beda Variabel Kualitas Spermatozoa pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan dengan Dosis 20 mg/kgBB

Variabel Kelompok N Mean p- value

Gerakan sperma Kontrol

Perlakuan 3 6 6 1.8333 1.8333 1.000 Viabilitas Kontrol Perlakuan 3 6 6 59.29667 56.75000 0.080 Konsentrasi Kontrol Perlakuan 3 6 6 158.85650 291.66667 0.239

Macam gerakan Kontrol

Perlakuan 3 6 6 1.8333 1.8333 1.000

(7)

Hasil uji Levene dengan menggunakan uji F, diperoleh nilai signifikan pada gerakan sperma sebesar 0.168, viabilitas 0.833, konsentrasi 0.100 dan macam gerakan 0.089 yang lebih besar daripada  = 0.05 sehingga dapat disimpulkan asumsi kedua kelompok sama. Selain itu dapatkan pula nilai signifikan pada gerakan sperma sebesar 0.002, viabilitas 0.004, macam gerakan 0.002. Nilai signifikansi tersebut <  = 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan kecuali pada nilai konsentrasi tidak menunjukkan adanya perbedaan. Kelompok perlakuan memiliki gerakan sperma, viabilitas, dan macam gerakan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Pengaruh pemberian ekstrak daun sirih (Piper

betle L) terhadap kualitas spermatozoa pada

mencit (Mus musculus) yang diberikan dosis 10 mg/kgBB dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil uji Levene dengan menggunakan uji F, diperoleh nilai signifikan pada gerakan sperma sebesar 0.168, viabilitas 0.833, konsentrasi 0.100 dan macam gerakan 0.089 yang lebih besar daripada  = 0.05 sehingga dapat disimpulkan asumsi kedua kelompok sama. Selain itu dapatkan pula nilai signifikan pada gerakan sperma sebesar 0.000, viabilitas 0.003, macam gerakan 0.022. Nilai signifikansi tersebut <  = 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan kecuali pada nilai konsentrasi tidak menunjukkan adanya perbedaan. Kelompok perlakuan memiliki gerakan sperma, viabilitas, dan macam gerakan sangat rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Pengaruh pemberian ekstrak daun sirih (Piper

betle L) terhadap kualitas spermatozoa pada

mencit (Mus musculus) yang diberikan dosis 20 mg/kgBB dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil uji Levene dengan menggunakan uji F, diperoleh nilai signifikan pada gerakan sperma sebesar 0.168, viabilitas 0.833, konsentrasi 0.100 dan macam gerakan 0.089 yang lebih besar daripada  = 0.05 sehingga dapat disimpulkan asumsi kedua kelompok sama. Selain itu

didapatkan pula nilai signifikan pada gerakan sperma, viabilitas, macam gerakan, konsentrasi mempunyai nilai signifikansi >  = 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle L) dengan dosis 5 mg/kgBB pada mencit jantan menyebabkan perbedaan yang bermakna terhadap kualitas spermatozoa antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hasil analisa data menggunakan uji t-test independent diperoleh data bahwa p value < 0.05, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol yang di injeksi aquabidest dengan kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak daun sirih dengan dosis 5 mg/kgBB. Perbedaan terdapat pada gerakan sperma, viabilitas, dan macam gerakan yang mempunyai nilai signifikansi <  = 0.05, sehingga dapat disimpulkan kelompok perlakuan memiliki gerakan sperma, viabilitas, macam gerakkan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Penurunan kualitas spermatozoa yang meliputi gerakan sperma, viabilitas, macam gerakan akibat pengaruh pemberian ekstrak daun sirih (Piper

betle L) pada mencit jantan disebabkan oleh

kandung bahan ekstrak daun sirih yang mengandung senyawa zat kimia salah satunya

tannin dan diastase yang memiliki sifat septik

yang dapat menghambat dan mempengaruhi sekresi GnRH (Gonadotropin Releasing

Hormon) yang dilakukan oleh system limbik di

otak. Fungsi dari hormone GnRH untuk menstimulasi pelepasan hormon gonadotropin hipofisis terhadap FSH dan LH, sehingga apabila terjadi hambatan di GnRH, maka hipofisis ante-rior sebagai pengahasil FSH dan LH juga akan dipengaruhi dan secara tidak langsung akan memengaruhi testis terutama sel sertoli tidak mendapatkan rangsangan hormone testosterone yang di hasilkan oleh sel leydig. Kondisi ini akan mempengaruhi proses spermatogenesis, sehingga kualitas sperma juga akan terpengaruh. Hal ini juga

(8)

sesuai dengan teori bahwa obatan-obatan dan ramuan tradisional dapat mempengaruhi kecepatan sekresi GnRH oleh hipotalamus yang akan mempengaruhi mekanisme feed back

negatif.

Penelitian tentang kualitas sperma yang menggunakan hewan coba mencit jantan Mus

musculus yang diberikan ekstrak daun sirih dengan

dosis 5 mg/kgBB menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Penurunan kualitas sperma-tozoa akibat senyawa tannin dan diastase yang terkandung dalam ekstrak daun sirih. Senyawa ini dapat memengaruhi kerja hormon GnRH sehingga menghambat hipofisis anterior dalam mengahsilkan FSH dan LH. Kondisi ini akan mengakibatkan fungsi LH untuk merangsang sel leydig dalam menghasilkan hormon testosteron menurun. Rendahnya kadar hormon testosteron akan memengaruhui proses spermatogenesis, sehingga kualitas sperma juga akan terganggu. Kondisi ini dapat dilihat dari hasil analisis penelitian pada kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak daun sirih (Piper betle L) dengan dosis 5 mg/kgBB menunjukkan data adanya adanya penurunan kualitas spermatozoa, baik pada motilitas, viabilitas dan konsentrasi. Hasil analisis kualitas sperma diperoleh data bahwa, hampir semua gerakan se-men membentuk gelombang yang besar sampai sedang, dan hanya sebagian kecil gerakan semen membentuk gelombang kecil dan sedikit jumlahnya. Gerakkan individu dari sel spermato-zoa rata-rata mempunyai gerakan dari sedang sampai cepat dengan macam gerakan msih ada progresif, ocilator, sirkuler walaupun sudah mulai ada necrosperma atau tidak ada gerakan.

Pengaruh pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle L) terhadap kualitas spermatozoa pada mencit (Mus musculus) yang diberikan dosis 10 mg/kgBB dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle L) dengan dosis 10 mg/kgBB pada mencit jantan menyebabkan perbedaan yang bermakna terhadap kualitas sper-matozoa antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hasil analisa data menggunakan uji

t-test independent diperoleh data bahwa p value <

0.05, yaitu terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara kelompok kontrol yang di injeksi aquabidest dengan kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak daun sirih dengan dosis 10 mg/ kgBB. Perbedaan terdapat pada gerakan sperma, viabilitas, dan macam gerakan yang mempunyai nilai signifikansi <  = 0.05, sehingga dapat disimpulkan kelompok perlakuan memiliki gerakan sperma, viabilitas, macam gerakkan sangat rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Penurunan kualitas spermatozoa yang meliputi gerakan sperma, viabilitas, macam gerakan akibat pengaruh pemberian ekstrak daun sirih (Piper

betle L) pada mencit jantan disebabkan oleh

kandungan bahan ekstrak daun sirih yang mengandung senyawa zat kimia salah satunya

tannin dan diastase yang memiliki sifat septik

yang dapat menghambat dan mempengaruhi sekresi GnRH (Gonadotropin Releasing

Hormon) yang dilakukan oleh system limbik di

otak. Fungsi dari hormone GnRH untuk menstimulasi pelepasan hormon gonadotropin hipofisis terhadap FSH dan LH, sehingga apabila terjadi hambatan di GnRH, maka hipofisis ante-rior sebagai pengahasil FSH dan LH juga akan dipengaruhi dan secara tidak langsung akan mempengaruhi testis terutama sel sertoli tidak mendapatkan rangsangan hormone testosterone yang di hasilkan oleh sel leydig. Kondisi ini akan mempengaruhi proses spermatogenesis, sehingga kualitas sperma juga akan terpengaruh. Hal ini juga sesuai dengan teori bahwa obatan-obatan dan ramuan tradisional dapat memengaruhi kecepatan sekresi GnRH oleh hipotalamus yang akan mempengaruhi mekanisme feed back negatif.

Penelitian tentang kualitas sperma yang menggunakan hewan coba mencit jantan Mus

musculus yang diberikan ekstrak daun sirih dengan

dosis 10 mg/kgBB menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Penurunan kualitas sperma-tozoa akibat senyawa tannin dan diastase yang terkandung dalam ekstrak daun sirih. Senyawa ini dapat mempengaruhi produksi hormon GnRH yang menghambat hipofisis anterior mengahsilkan FSH

(9)

dan LH, sehingga respon terhadap testis juga akan terjadi penurunan yang akan memengaruhi sel sertoli dan sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron yang memengaruhi proses spermato-genesis, sehingga kualitas sperma juga akan terganggu. Kondisi ini dapat dilihat dari hasil analisis penelitian pada kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak daun sirih (Piper betle L) dengan dosis 10 mg/kgBB menunjukkan data bahwa, hampir semua gerakan semen membentuk gelombang yang kecil dengan sedikit jumlahnya, dan hanya sebagian kecil gerakan semen membentuk gelombang yang besar, banyak serta cepat. Gerakkan individu dari sel spermatozoa rata-rata mempunyai gerakan lambat, pelan dengan macam gerakan awalnya progresif tapi lama-lama tidak ada gerakan atau necrosperma. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle L) dengan dosis 20 mg/kgBB pada mencit jantan menyebabkan perbedaan yang bermakna terhadap kualitas spermatozoa antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hasil analisa data menggunakan uji t-test independent diperoleh data bahwa p value > 0.05, yaitu tidak terdapat perbedaan antara kelompok kontrol yang di injeksi aquabidest dengan kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak daun sirih dengan dosis 20 mg/ kgBB. Perbedaan terdapat pada gerakan sperma, viabilitas, dan macam gerakan yang mempunyai nilai signifikansi >  = 0.05, sehingga dapat disimpulkan kelompok perlakuan memiliki gerakan sperma, viabilitas, macam gerakkan hampir sama dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Penurunan kualitas spermatozoa yang meliputi gerakan sperma, viabilitas, macam gerakan akibat pengaruh pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle L) pada mencit jantan disebabkan oleh kandung bahan ekstrak daun sirih yang mengandung senyawa zat kimia salah satunya tannin dan

dia-stase yang memiliki sifat septik yang dapat

menghambat dan mempengaruhi sekresi GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) yang dilakukan oleh system limbik di otak. Fungsi dari hormone GnRH untuk menstimulasi pelepasan hormon gonadotropin hipofisis terhadap FSH dan

LH, sehingga apabila terjadi hambatan di GnRH, maka hipofisis anterior sebagai pengahasil FSH dan LH juga akan dipengaruhi dan secara tidak langsung akan memengaruhi testis terutama sel sertoli tidak mendapatkan rangsangan hormone testosterone yang di hasilkan oleh sel leydig. Kondisi ini akan mempengaruhi proses spermato-genesis, sehingga kualitas sperma juga akan terpengaruh. Hal ini juga sesuai dengan teori bahwa obatan-obatan dan ramuan tradisional dapat mempengaruhi kecepatan sekresi GnRH oleh hipotalamus yang akan mempengaruhi mekanisme

feed back negatif.

Penelitian tentang kualitas sperma yang menggunakan hewan coba mencit jantan Mus musculus yang diberikan ekstrak daun sirih dengan dosis 20 mg/kgBB menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Tidak adanya penurunan kualitas spermatozoa akibat senyawa tannin dan

diastase yang terkandung dalam ekstrak daun sirih

kemungkinan senyawa ini pada dosis maximal tidak dapat mempengaruhi kerja hormon GnRH yang menghambat hipofisis anterior mengahsilkan FSH dan LH, sehingga kemungkinan dosis maksimal 20 mg/kgBB tidak berpengaruh pada kerja GnRH yang merangsang hipofisis anterior dalam menghasilkan FSH dan LH untuk merangsang sel sertoli dan sel leydig menghasilkan hormon testosteron yang mempengaruhi proses spermatogenesis, akibatnya kualitas sperma tetap dipertahankan.

Kondisi ini dapat dilihat dari hasil analisis penelitian pada kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak daun sirih (Piper betle L) dengan dosis 20 mg/kgBB menunjukkan data adanya perubahan sebagaian kecil mempengaruhi kualitas spermatozoa, baik pada motilitas, viabilitas dan konsentrasi. Hasil analisis kualitas sperma diperoleh data bahwa, gerakan semen membentuk gelombang yang besar, kecil dan sebagian besar membentuk gelombang sedang jarang. Gerakan individu dari sel spermatozoa rata-rata mempunyai gerakan dengan macam gerakan progresif, ocilator, sirkuler sampai tidak ada gerakan atau necrosperma.

(10)

PENUTUP

Ekstrak daun sirih (Piper betle L) dosis 5, 10 mg/kgBB yang di injeksikan pada mencit Mus

musculus kelompok perlakuan dapat memengaruhi

kerja GnRH yang berdampak pada proses sper-matogenesis sehingga menurunkan kualitas sperma bila dibandingkan dengan kelompok kontrol Ekstrak daun sirih (Piper betle L) dosis 20 mg/kgBB yang di injeksikan pada mencit Mus

musculus kelompok perlakuan kurang dapat

memengaruhi kerja GnRH, sehingga berdampak pada proses spermatogenesis sehingga tidak dapat menurunkan kualitas sperma bila dibandingkan dengan kelompok kontrol

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan ekstrak daun sirih (Piper betle L) dengan dosis 5, 10, mg/kg BB/ hari minimal selama 24 hari dapat menurunkan kualitas sperma, sehingga konsumsi ekstrak daun sirih dapat memberikan efek terhadap infertilitas, dalam hal ini menggunakan mencit jantan sebagai model. Dosis mencit tersebut dapat dikonversi menjadi dosis manusia yang diasumsikan akan memengaruhi infertilitas pria jika diberikan dengan ekstrak daun sirih.

Beberapa saran yang diajukan untuk perbaikan penelitian serupa yang akan datang adalah: 1) pemilihan besar dan selisih dosis ekstrak daun sirih (Piper betle L) antar perlakuan serta lama pember ian aga r dapat member ikan perbedaan ya ng bermakna terhadap hasil penelitian, 2) penambahan jumlah kelompok yang lebih besar antar perlakuan dan kontrol agar dapat memberikan gambaran perbedaan yang sangat bermakna terhadap hasil penelitian, 3) penelitian lain dengan menggunakan ekstrak daun sirih

(Piper betle L) seba gai perlakuan untuk

menghitung perubahan hormon testosteron terhadap jumlah spermatozoa.

DAFTAR PUSTAKA

Amori, G.1996. Mus musculus. IUCN Red List of Threat-ened Species

Biro Pusat Statistik. 2011. Badan koordinasi keluarga

berencana nasional. Depkes.Macro

Interna-tional. Survey Demografi dan Kesehatan Indone-sia.

Budiarto E.2003. Metodologi penelitian kedokteran,

sebuah pengantar. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Hafez,E.S.E. 1980. Human Reproduction Conception,

and Contraception. 2nd edition . Maryland : Harper

and Row Publishers. Inc.

Herrera CL, Ramos EV, Villanueva BA.1984. Philppine Plants as Possible Sources of A n t i f e r t i l i t y Agent. Philipine J. Sci ; 91-129.

Kemas AS.,1991. Rancangan percobaan. Jakarta: Rajawali Press, 19-52

Moeloek. N. 2002. Perkembangan Kontrasepsi

Laki-Laki. Pertemuan Ilmiah Tahunan XIV Perkumpulan

Andrologi Indonesia. Denpasar.

Parthodihardjo,S. 1982. Ilmu Reproduksi hewan. Jakarta : Penerbit Mutiara

Sumaryanti A. 2004. Tahun ini KB Laki-Laki Mulai

Digalakkan. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. http:www//.bkkbn.go.id/

article_detail.php diaskses 26 oktober 2010. Sugiyono. 2008. Metode penelitian kuantitatif

kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta,

72-80.

Sharman J.D. 2007. Antifertility efficacy of Piper betle Linn (Petiole) on female albino rats. Asia J. Exp.

Sci., 21 (1) : 145-150.

Sherwood. L. 2011, Fisiologi manusia: dari sel ke

sistem. Alih bahasa Brahm.U. Edisi ke enam.

Jakarta : EGC

WHO. 1999. Laboratory manual for the examination

of human semen and sperm-cervical mucus in-teraction. Fourth Edition. Cambridge University

Press.

Wang C & Waites GMH. 1993. Research strategy of the world health organization task force on meth-ods for regulation of male infertility and need for sperm function assays. Dalam : Oshima H, Henry GB,eds, Current topics in andrology. Japan

Soci-ety of Andrology. 294-299.

Wilopo SA. 2006. Perkembangan teknologi

kontrasepsi laki-lak terkini, gema laki-laki.

(online). Http://www.pikas.bkkbn.go.id/gemalaki-laki/artice-detail php cetak 2009 juni 18.

Referensi

Dokumen terkait

Pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh dari sikap guru berdiskusi melalui supervise akademik adalah 79,38 kategori “cukup”,sedangkan pada siklus II nilai

Dengan kekuatan-Nya juga penulis telah dapat menyelesaikan kegiatan karya tulis yang tertuang dalam skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Conceptual

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas II SDN Wiyung 1 Surabaya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Aktivitas guru selama proses

Adanya kebutuhan ini tentunya memerlukan peran berbagai jenis media dalam melakukan iklan baik media cetak, media elektronik, maupun media luar ruangan dan media lini bawah

Non ferros alloy (alumunium, copper, magnesium) tidak memiliki fatique limits sehingga fatik akan terjadi tergantung pada nilai tegangannya.. Yang dikenal dengan fatique

Investasi perkebunan ini ada hal-hal yang harus diperhatikan yaitu mengenai jaminan kepastian hukum hak guna usaha yang diberikan oleh pemerintah kepada Investor, dan hal ini

Pengujian ini dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan model regresi yang digunakan dalam memprediksi nilai variabel dependen. Nilai R 2 menunjukkan seberapa besar

Hasil analisis regresi pada perkembangan sel mulai empulur ke kulit menunjukkan hubungan yang sangat signifikan pada sel dimensi serat dan signifikan pada jumlah