• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES

TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Matematika Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

NURUL QOMAR 060892

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE

TEAMS GAMES

TOURNAMENT

(TGT) UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KOMUNUKASI MATEMATIS SISWA SMP

Oleh Nurul Qomar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Nurul Qomar 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES

TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KOMUNUKASI MATEMATIS SISWA SMP

Oleh

NURUL QOMAR

060892

Menyetujui:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Wahyudin, M. Pd. NIP. 195108081974121001

Pembimbing II

Drs. H. Asep Syarif H., M.Si. NIP. 195804011985031001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

(4)

Iii Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

The purpose of the research presented was to determine whether increased mathematical communication skills of students who received the learning by using cooperative model and Teams Games Tournament (TGT) type higher than students who received direct instruction. The research method used was quasi-experimental with class VII student population is one of the junior high school in Bandung, while the sample is a class VII-A as an experimental class and class VII-B as the control class. The study design used is non equivalent control group. Discussion used in this study is up flat triangle. The instrument used was a mathematical instrument test communication skills. The results showed that the increase in mathematical communication skills of students receiced the learning by using cooperative model and teams games tournament type higher than students who received direct instruction.

Keywords: cooperative learning teams tournament games, mathematical

(5)

Iii Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Tujuan dari penelian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan populasinya adalah siswa kelas VII salah satu SMP di Bandung, sedangkan sampelnya adalah kelas VII-A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-B sebagai kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah kelompok kontrol non ekuivalen. Bahasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bangun datar segitiga. Instrumen yang dipakai adalah instrumen tes kemampuan komunikasi matematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe teams games tournament lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran

langsung.

Kata kunci: pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament, kemampuan

(6)

iv

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Definisi Operasional ... 5

G. Hipotesis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komunikasi Matematis ... 8

B. Model Pembelajaran Kooperatif ... 11

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) ... 12

(7)

v

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Model Pembelajaran Langsung ... 15

E. Penelitian yang Relevan ... 16

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 17

B. Populasi dan Sampel ... 18

C. Instrumen Penelitian ... ... 18

Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 18

a. Validitas ……….. ... 19

b. Reliabilitas ……… ... 21

c. Daya Pembeda……… ... 22

d. Indeks Kesukaran……… ... 23

D. Prosedur Penelitian ... 24

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 24

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 25

3. Tahap Evaluasi ... 25

E. Prosedur Pengolahan Data ... 25

a. Analisis Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 26

b. Analisis Indeks Gain ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisa Data Berbentuk Tes ... 31

(8)

vi

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Analisis Data Tes Awal (Postes) ... 35

c. Analisis Data Indeks Gain ... 38

B. Pembahasan ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 46

(9)

1

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 (BSNP, 2006:140), salah satu tujuan umum mempelajari matematika pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah siswa mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Selain itu, Sumarmo (2006) mengelompokkan kemampuan dasar matematika dalam lima standar, yaitu : (1) kemampuan mengenal, memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan ide matematika; (2) kemampuan menyelesaikan masalah matematis (mathematical problem solving); (3) kemampuan bernalar matematis (mathematical reasoning); (4) kemampuan melakukan koneksi matematis (mathematical connection); (5) kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication).

Kemampuan komunikasi matematis sangat bermanfaat bagi siswa terutama dalam hal mengemukakan ide matematika yang dimilikinya baik secara lisan maupun tulisan. Baroody (Suzana, 2009:6) mengungkapkan bahwa paling tidak ada dua alasan penting yang menjadikan komunikasi dalam matematika perlu menjadi fokus perhatian. Pertama, mathematics is a language; matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir, alat untuk

mengemukakan pola-pola atau menyelesaikan masalah, namun matematika juga merupakan alat yang tidak terhingga nilainya untuk mengkomunikasikan berbagai ide dengan jelas, tepat, dan cermat. Kedua, mathematics learning a social activity; matematika sebagai aktivitas sosial

(10)

2

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

komunikasi antar guru dan siswa yang merupakan bagian penting untuk memelihara dan mengembangkan potensi matematika siswa.

Bean dan Bart (Ansari, 2003: 16) mengemukakan bahwa komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam hal menjelaskan suatu algoritma dan cara unik untuk memecahkan masalah; kemampuan siswa mengkonstruksi; menjelaskan fenomena dunia nyata secara: grafik, kata-kata atau kalimat, persamaan, tabel dan sajian secara fisik. Kemampuan komunikasi matematis sangatlah penting dalam pembelajaran matematika, dalam hal ini Lindquist (Suherman, 2011:3) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi dalam matematika perlu dibangun agar siswa dapat :

1) Merefleksi dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan-gagasan matematika dalam berbagai situasi.

2) Memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik dan secara aljabar.

3) Mengembangkan pemahaman terhadap gagasan matematik termasuk peranan definisi dalam berbagai situasi matematika. 4) Menggunakan keterampilan membaca, mendengar dan menulis,

menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematik. 5) Mengkaji gagasan matematik melalui konjektur dan alasan

yang meyakinkan.

6) Memahami nilai dari notasi peran matematika dalam pengembangan gagasan matematik.

(11)

3

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang mereka pelajari. Selama proses kegiatan pembelajaran itu, siswa dimungkinkan untuk berdiskusi dan mengungkapkan ide-ide yang diperolehnya kepada teman sekelompoknya. Dengan cara ini siswa mendapatkan wawasan ke dalam pemikiran mereka sendiri. Dalam rangka mengkomunikasikan pemikiran mereka kepada orang lain, siswa belajar secara alami untuk merefleksikan, mengatur dan mengkonsolidasikan pemikiran mereka tentang matematika. Siswa harus didorong untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk mengekspresikan diri mereka secara jelas dan terpadu. Kemampuan untuk menulis tentang matematika akan sangat dipelihara di kelas. Ketika bekerja pada masalah dengan teman sekelas, siswa juga memiliki kesempatan untuk melihat perspektif dan metode lain. Mereka dapat belajar untuk memahami dan mengevaluasi pemikiran orang lain untuk membangun ide-ide tersebut.

Guru sangat berperan dalam mendorong terjadinya proses belajar secara optimal sehingga siswa belajar secara aktif. Sumarmo (1997) mengatakan agar pembelajaran dapat memaksimalkan proses dan hasil belajar matematika, guru perlu mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi, bertanya serta menjawab pertanyaan, berpikir secara kritis, menjelaskan setiap jawaban yang diberikan dan memberikan alasan untuk setiap jawaban yang diajukan.

(12)

4

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

SMP.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan

pembelajaran langsung?

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari kekeliruan pemahaman, maka ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII salah satu SMP di Bandung. 2. Pokok bahasan yang dipilih dalam penelitian adalah “bangun datar

(13)

5

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang sebelumnya dikemukakan, maka penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) lebih tinggi daripada siswa yang

mendapatkan pembelajaran langsung.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi nyata bagi berbagai kalangan berikut ini :

1. Manfaat bagi siswa

a. Siswa akan merasa senang terhadap matematika b. Hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat c. Membangun komunikasi matematika antar siswa

d. Meningkatkan kerjasama antar siswa khususnya antar anggota kelompok

e. Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun kelompok

2. Manfaat bagi peneliti

a. Melalui penelitian ini, peneliti memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

b. penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti dalam penerapan model pembelajaran kooperatif jika menjadi guru matematika kelak.

(14)

6

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk menghindari perbedaan atau kekurangjelasan makna, maka defnisi

operasional dalam proposal ini adalah:

1. Pengertian Komunikasi Matematis

Kemampuan komunikasi matematis yang peneliti maksud adalah kemampuan yang dapat diukur melalui aspek: (1) Menggunakan representasi menyeluruh untuk menyatakan konsep matematika dan solusinya; (2) Membuat situasi matematika dan menyediakan ide serta keterangan dalam bentuk tertulis; (3) Menggunakan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar dan aljabar; (4) Menginterpretasikan ide matematika dalam bentuk gambar dan aljabar.

2. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif yaitu pengelompokan siswa di dalam ke dalam kelompok-kelompok kecil agar siswa dapat saling memotivasi dan bekerja sama dalam mempelajari materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

(15)

7

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.

3. Teams Games Tournaments (TGT)

Teams Games Tournament (TGT) pada awal mulanya

dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Dalam TGT, para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Secara umum, model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus reguler dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games Tournament dimasukkan sebagai tahapan review setelah setelah siswa bekerja dalam tim.

4. Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung atau direct instruction, juga dikenal dengan istilah strategi belajar ekspositori dan whole class teaching. Model pembelajaran langsung ini merupakan bentuk dari

pendekatan yang berorientasi kepada guru (teacher centered appproch). Model pembelajaran langsung ini sangat ditentukan oleh

pendidik, artinya pendidik berperan penting dan dominan dalam proses pembelajaran. Penyebutan ini mengacu pada gaya mengajar di mana pendidik terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya kepada seluruh peserta didik dalam kelas.

(16)

8

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peserta didik, agar peserta didik dapat menguasai materi secara optimal. Dalam strategi pembelajaran ini peserta didik tidak dituntut untuk menemukan materi karena materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Pendidik secara langsung menyampaikan objek materi, sedangkan peserta didik dianggap hanya datang menerima materi secara langsung dari pendidik.

G. HIPOTESIS

(17)

17

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, sebab dalam penelitian ini diberikan suatu perlakuan untuk mengetahui hubungan antara perlakuan tersebut dengan aspek

tertentu yang akan diukur. Menurut Ruseffendi (2005:35) “Penelitian

eksperimen atau percobaan (experimental research) adalah penelitian

yang benar-benar untuk melihat hubungan sebab-akibat. Perlakuan yang kita lakukan terhadap variabel bebas kita lihat hasilnya pada variabel

terikat”.

Dalam penelitian ini perlakuan yang diberikan adalah pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament, sedangkan aspek yang diukurnya adalah komunikasi matematis siswa. Oleh karena itu, yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe teams games dan variabel terikatnya adalah komunikasi matematis siswa.

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok pretes-postes (pretest-posttest control group design). Dasar pertimbangan dalam memilih desain ini adalah karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe teams games tournament dan siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung. Adapun desain penelitiannya sebagai berikut.

O X O

---

(18)

18

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:

O: Tes Awal (Pretest) & Tes Akhir (Posttest)

X : Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif tipe teams games tournament (TGT)

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 32 Bandung. Kelas VII di SMP Negeri 32 Bandung terdiri dari 10 kelas, yaitu mulai dari kelas VII-A sampai dengan kelas VII-J. Oleh karena itu sampel dilakukan secara acak terhadap kelas-kelas yang tersedia. Kedua kelas yang terpilih secara acak dipilih secara acak lagi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas Kontrol. Hasilnya diperoleh kelas VII-A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-B sebagai kelas kontrol.

D. Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui model kooperatif tipe teams games tournament maka diperlukan instrumen. Dalam pengumpulan data suatu penelitian, sering instrumen bertindak sebagai alat evaluasi. Alat evaluasi yang digunakan soal tes kemampuan komunikasi matematis. Selain itu, digunakan juga instrumen lain yang diharapkan dapat memberikan data yang lengkap. Instrumen penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

(19)

19

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

eksperimen dan kelompok kontrol. Tes awal (pretest) diberikan untuk mengukur kemampuan awal kedua kelompok. Tes akhir (postest) diberikan untuk melihat kemampuan akhir yang diraih oleh siswa pada kedua kelompok tersebut. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis diraih siswa pada kedua kelompok dapat dilihat dari hasil antara tes awal (pretest) dan tes akhir (postest).

Alat evaluasi yang baik harus memperhatikan beberapa kriteria seperti, validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda. Oleh karena itu, sebelum digunakan dalam penelitian, semua perangkat dikonsultasikan dengan pembimbing dan diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa yang berada diluar sampel untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda dari tes yang akan digunakan dalam penelitian.

Untuk menentukan validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda butir soal, dan indeks kesukaran butir soal, sebelumnya dilakukan pemberian skor terhadap hasil pekerjaan siswa. Kriteria pemberian skor menurut Szetela (Aziz, 2008) terlihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Kriteria Penilaian Tes Uraian

Skor Kriteria

0 Siswa terlihat tidak menjawab atau memberikan

pernyataan yang tidak berkaitan.

1 Siswa menjawab pertanyaan, tapi jawabannya tidak

logis dan tidak relevan.

2 Siswa memahami dan menjawab pertanyaan, tapi

jawabannya tidak lengkap dan membingungkan.

3

Siswa memahami dan menjawab pertanyaan dengan banyak aspek yang relevan dan benar serta penelaahan yang logis tapi memuat sedikit kesalahan.

4

(20)

20

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Validitas

Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap penguasaan konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk menentukan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi product moment dari Pearson (Suherman, 2003: 120), dengan rumus: X = nilai rata-rata tes pertama perorangan

Y = nilai rata-rata tes kedua perorangan

N = banyaknya siswa peserta tes

Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai rxy tersebut dibagi ke dalam kategori berikut ini menurut Guilford (Suherman, 2003:113)

Tabel 3.2

Klasifikasi Validitas Soal

Koefisien validitas Kriteria

0,90 ≤ rxy≤ 1,00 Validitas sangat tinggi

0,70 ≤ rxy < 0,90 Validitas tinggi

0,40 ≤ rxy < 0,70 Validitas sedang

0,20 ≤ rxy < 0,40 Validitas rendah

0,00 ≤ rxy < 0,20 Validitas sangat rendah

(21)

21

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil uji coba dan perhitungan dengan bantuan Anates, diperoleh validitas dari tiap butir soal yang disajikan pada

tabel berikut:

Tabel 3.3 Validitas Butir Soal

No. Soal Koefisien Validitas Kategori

1 0,739 Validitas tinggi

Reliabilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketetapan alat evaluasi dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu (Ruseffendi, 1998: 142). Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dengan rumus Alpha (Suherman, 2003:149) seperti di bawah ini:

Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai r11 tersebut dibagi ke dalam kategori berikut ini menurut Guilford (Suherman, 2003:112)

(22)

22

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Klasifikasi Reliabilitas Soal

Koefisien reliabilitas Kriteria

r11≤ 0.20 reliablitas sangat rendah 0.20 < r11≤ 0.40 reliablitas rendah 0.40 < r11≤ 0.70 reliablitas sedang 0.70 < r11≤ 0.90 reliablitas tinggi

0.90 < r11≤ 1.00 reliablitas sangat tinggi

r11 > 1,00 Tidak reliabel

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan Anates, diperoleh keofisien realibilitas sebesar 0,87. Hal ini

menunjukan bahwa instrumen tes memiliki derajat reliabilitas tinggi.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda merupakan alat evaluasi yang menunjukkan kemampuan siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar dengan siswa yang tidakdapat menjawab dengan benar. Rumus untuk menentukan daya pembeda (Suherman, 2003: 159) adalah:

SMI

X = rata-rata skor kelompok atas

B

X = rata-rata skor kelompok bawah DP = daya pembeda

SMI = skor maksimum ideal tiap butir soal

(23)

23

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.5

Klasifikasi Daya Pembeda

Koefisien Reliabilitas Kriteria

0.70 < ≤ 1.00 Sangat baik

0.40 < ≤ 0.70 Baik

0.20 < ≤ 0.40 Cukup

0.00 < ≤ 0.20 Jelek

≤ 0.00 Sangat jelek

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan Anates, diperoleh nilai daya pembeda tiap butir soal yang disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.6

Daya Pembeda Butir Soal

No. Soal Koefisien Daya Pembeda Kategori

1 0,37 Cukup

2 0,69 Baik

3 0,56 Baik

4 0,75 Sangat Baik

5 0,78 Sangat Baik

d. Indeks Kesukaran

(24)

24

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu SMI

X IK

dengan:

IK = indeks kesukaran

X = skor rata-rata tiap butir soal

SMI = skor maksimum ideal tiap butir soal

Interpretasi yang lebih rinci untuk indeks kesukaran tersebut dibagi ke dalam kategori berikut ini menurut Guilford (Suherman, 2003:213).

Tabel 3.7

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Koefisien Indeks Kesukaran Kriteria

IK = 0.00 Terlalu sukar

0.00 < IK ≤ 0.30 Sukar

0.30 < IK ≤ 0.70 Sedang

0.70 < IK <1.00 Mudah

IK = 1.00 Terlalu mudah

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan Anates, diperoleh nilai indeks kesukaran tiap butir soal yang disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.8

Indeks Kesukaran Butir Soal

(25)

25

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 0,50 Sedang

2 0,36 Sedang

3 0,33 Sedang

4 0,61 Sedang

5 0,28 Sukar

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan kegiatan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu sebagai berikut.

a. Identifikasi permasalahan mengenai bahan ajar, merencanakan pembelajaran, serta alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian.

c. Pembuatan instrumen penelitian yang terdiri dari RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, instrumen tes (pretes-postes), LKS (Lembar Kerja Siswa).

d. Melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan untuk mengetahui kualitasnya. Uji coba instrumen ini diberikan terhadap subyek lain di luar subyek penellitian, tetapi mempunyai kemampuan yang setara dengan subyek dalam penelitian yang akan dilakukan.

e. Analisis kualitas/kriteria instrumen

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap ini, yaitu sebagai berikut.

(26)

26

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kedua kelas tersebut. Di kelas kontrol, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Sedangkan di kelas eksperimen, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model kooperatif tipe teams games tournament (TGT).

c. Memberikan postes pada kedua kelas tersebut.

3. Tahap evaluasi

a. Mengumpulkan dan mengolah data b. Melakukan analisis data

c. Menarik kesimpulan dari hasil analisis data

F. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data diperoleh dari hasil pretes dan postes, maka selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis untuk menjawab hipotesis yang diajukan. Adapun prosedur analisis dari tiap data yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Analisis Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Pengolahan data pretes pada kelas eksperimen dan kontrol bertujuan

untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas, apakah kedua kelas

memiliki kemampuan yang sama atau tidak. Adapun langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal.

Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk.

Uji normalitas dilakukan pada data pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan hipotesis sebagai berikut:

(27)

27

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan menggunkan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah:

1) Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima. 2) Jika nilai signifikansi (Sig) < 0,05 maka H0 ditolak. 2) Uji Homogenitas Varians Kelompok

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua

kelompok memiliki variansi yang homogen atau tidak homogen. Jika

kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan

dengan menguji homogenitas varian kelompok. Sedangkan jika tidak

berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan pengujian

non-parametrik.

Uji homogenitas dilakukan pada data pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan hipotesis sebagai berikut: H0: Sampel berasal dari populasi yang homogen.

H1: Sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.

Dengan menggunkan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah:

1) Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima. 2) Jika nilai signifikansi (Sig) < 0,05 maka H0 ditolak. 3) Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan rata digunakan untuk mengetahui apakah

rata-rata skor pretes kedua kelas sama. Jika kedua kelas berasal dari populasi

yang berdistribusi normal dan data yang diperoleh homogen maka

untuk pengujian hipotesis dilakukan uji t yaitu Independent Sample

T-Test dengan asumsi kedua varians homogen. Jika kedua kelas berasal

dari populasi yang berdistribusi normal tetapi data yang diperoleh tidak

homogen maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji t’ yaitu

Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians tidak

(28)

28

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengujiannya menggunakan uji non-parametrik yaitu uji

Mann-Whitney.

Perumusan hipotesis uji Mann Whitney skor pretes adalah sebagai berikut:

H0:

=

�, nilai rata-rata kelas kontrol sama dengan kelas

eksperimen.

H1:

,

nilai rata-rata kelas kontrol tidak sama dengan

kelas eksperimen.

Keterangan : ��= rata-rata kelas kontrol

= rata-rata kelas eksperimen

Dengan menggunakan taraf signifikansi α = 5%, maka

kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Nilai signifikansi (sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima. 2) Nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka H0 ditolak.

b. Analisis Indeks Gain

Menghitung indeks gain dari masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Apabila kemampuan awal siswa (dari hasil pretes) pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol maka dapat dihitung gain dengan rumus:

Indeks gain = Postes – Pretes

Apabila kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen tidak sama dengan kelas kontrol maka dapat dihitung gain dengan rumus menurut Hake (1999:1) sebagai berikut

� � � � � � � � � �

Kemudian gain ternormalisas (N-Gain) dari kelas eksperimen dan kelas kontrol itu dihitung rata-rata dan simpangan baku.

(29)

29

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.9

Interpretasi Indeks Gain

Dalam prosesnya, pengolahan dan penganalisisan data hasil penelitian dikakan dengan bantuan software SPSS 15 for windows. 1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal.

Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk.

Uji normalitas dilakukan pada data indeks gain dengan hipotesis sebagai berikut:

H0: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1: Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Dengan menggunkan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah:

1) Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima. 2) Jika nilai signifikansi (Sig) < 0,05 maka H0 ditolak.

2) Uji Homogenitas Varians Kelompok

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua

kelompok memiliki variansi yang homogen atau tidak homogen. Jika

kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan

dengan menguji homogenitas varian kelompok. Sedangkan jika tidak

berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan pengujian

non-parametrik.

Besar persentase Interpretasi g > 0,7 Tinggi 0,3 0,7 Sedang

(30)

30

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji homogenitas dilakukan pada data indeks gain dengan hipotesis sebagai berikut:

H0: Sampel berasal dari populasi yang homogen. H1: Sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.

Dengan menggunkan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya adalah:

1) Jika nilai signifikansi (Sig) ≥ 0,05 maka H0 diterima. 2) Jika nilai signifikansi (Sig) < 0,05 maka H0 ditolak.

3) Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan rata digunakan untuk mengetahui apakah

rata-rata skor indeks gain kedua kelas sama. Jika kedua kelas berasal dari

populasi yang berdistribusi normal dan data yang diperoleh homogen

maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji t yaitu Independent

Sample T-Test dengan asumsi kedua varians homogen. Jika kedua

kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal tetapi data yang

diperoleh tidak homogen maka untuk pengujian hipotesis dilakukan uji

t’ yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua varians tidak homogen. Untuk data yang tidak memenuhi asumsi normalitas maka

pengujiannya menggunakan uji non-parametrik yaitu uji

Mann-Whitney.

Perumusan hipotesis uji Mann Whitney indeks gain adalah sebagai berikut:

H0: �� ≤ ��, Rata-rata indeks gain kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-rata indeks gain kelas kontrol

H1: �� > ��, Rata-rata indeks gain kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan rata-rata indeks gain kelas kontrol.

Keterangan : ��: rata-rata kelas kontrol

(31)

31

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan menggunakan taraf signifikansi α = 5%, maka

kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

(32)

43

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada seluruh tahapan penelitian yang dilakukan di kelas VII SMP Negeri 32 Bandung, maka diperoleh kesimpulan berkaitan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament, yaitu peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) lebih tinggi daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran langsung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh terhadap pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Sebelum melaksanakan penelitian, disarankan agar terlebih dahulu mengadakan uji coba pelaksanaan model kooperatif tipe TGT pada kelas yang berbeda agar peneliti dapat lebih menguasai jalannya proses pembelajaran dan pengondisian siswa dalam kegiatan kelompok harus mendapatkan perhatian utama, agar kegiatan diskusi dan tanya jawab diantara anggota kelompok akan berjalan dengan baik, sehingga hasil yang dicapai dapat lebih optimal.

(33)

44

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, B.I. (2003). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMU melalui Strategi Think-Talk-Write. Disertasi Doktor pada PPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Aziz, T.A. (2008). Pembelajaran Matematika Model Advance Organizer untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa SMA. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

BSNP. (2006). Draft Final Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTs. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Depdiknas. (2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika.

Jakarta: Pusat kurikulum.

Isjoni. (2009). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Puniarti, T. (2003). Matematik Pembelajaran Geometri Berdasarkan Tahap-tahap Awal Van Hiele dalam Upaya Meningkatkan

Kemampuan Komunikasi Siswa SLTP. Tesis pada PPS Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: Tidak Diterbitkan.

Rachmawati, W., (2008). Pengaruh Pendekatan Problem Based Learning dalam Pembelajarn Matematika terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi (Materi Diklat). Depdiknas: Tidak diterbitkan.

(34)

45

Nurul Qomar, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Solihin, Ahmad. (2011). Pengaruh Pendekatan Collaborative Problem Solving terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jica UPI

Suherman, H (2011). Penerapan Model Kooperatif Tipe Three-Step Interviwe dengan Pendekatan Berbasis Masalah dalam Upaya Meningkatkan Komunikasi Matematika Siswa. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sumarmo, U., (2010). Berfikir Dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, Dan Bagaimana Dikembangkan Pada Peserta Didik. Makalah pada FPMIPA UPI: tidak diterbitkan.

Suryadi, D. (2005). Penggunaan pendekatan pembelajaran tidak langsung serta pendekatan gabungan langsungdan tidak langsung dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi siswa SLTP. Disertasi Doktor PPS, UPI. Bandung: PPs UPI.

Suzana, A., (2009). Pengaruh Penerapan Model Reciprocal Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Trianto. (2011). Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivitis. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Tes Uraian
Tabel 3.2 Klasifikasi Validitas Soal
Tabel 3.3
tabel berikut:
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kajian literatur mengenai sistem pendanaan KPS (Tabel 1), beberapa faktor kunci keberhasilan skema KPS pada pembangunan infrastruktur mencakupi kerjasama dan

This year seminar officially picked up a theme: Research in Teacher Education: What, How, and Why?as a response to the professionalism demand of English teachers..

INSIDEN INFEKSI SALURAN KEMIH BERDASARKAN HITUNG LEUKOSIT PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III PERIODE SEPTEMBER-OKTOBER 2015 DI RUMAH SAKIT

Sarung Helm anti air, sebuah solusi bagi mayoritas orang yang sering merasa tidak nyaman saat bepergian karena masih banyak tempat parkir yang kurang akan kenyamanan

bahwa dalam rangka mendukung operasional Pelabuhan Perikanan Birea serta melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (6) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

Human error atau kesalahan manusia kerap sering terjadi pada penyusunan data-data, pencatatan transaksi, pembuatan laporan dan pekerjaan yang masih mengandalkan teknologi manual.

Atas kehendak-Nya sehingga dapat diselesaikannya skripsi dengan judul “ PENERAPAN METODE DRILL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASING BAWAH BOLAVOLI PADA SISWA

Sebagaimana kita ketahui, jika alih fungsi lahan hutan tersebut dilakukan sesuai dengan peruntukannya, yaitu sesuai dengan lingkungan yang mempunyai ekosistem