• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Pelestarian LAR Untuk Menjaga Keseimbangan Potensi Peternakan dan Kearifan Lokal di Kabupaten Sumbawa ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Upaya Pelestarian LAR Untuk Menjaga Keseimbangan Potensi Peternakan dan Kearifan Lokal di Kabupaten Sumbawa ABSTRAK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Pelestarian LAR Untuk Menjaga Keseimbangan Potensi Peternakan dan Kearifan Lokal di Kabupaten Sumbawa

1

Sudirman, 1Ahmad Yani, 2Ardiyansyah

1

Dosen Ilmu Peternakan Fakultas Pertanian dan Perikanan, Universitas Samawa 2

Dosen Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Samawa

ABSTRAK

Tujuan penelitian ialah 1) Mendeskripsikan dan menganalisis serta menggali masalah dan akibat degradasi alih fungsi LAR di 4 wilayah fokus kajian. 2) Mengidentifikasi stakeholder yang terkait Sengketa dan Intervensi, penguasaan lahan LAR oleh para pihak atau beberapa stakeholder. 3) Untuk menjelaskan dan mengetahui masalah relevansi antara sarana pendukung dengan populasi serta produksi ternak di masing-masing wilayah. 4) Menganalisis Daya dukung ketersediaan pakan dan sumber air bagi ternak di kawasan-kawasan LAR yang kian menipis setiap tahunnya akibat kondisi alam dan ulah manusia. 5) Untuk menjelaskan peran sosial kemasyarakatan seperti Aspek kelembagaan, prilaku pemanfaatan LAR dan tradisi lokal masyarakat. 6) Menjelaskan Kontribusi LAR terhadap kesejahtraan masyarakat dikaitkan dengan dengan sektor lainnya. 7) Untuk mendeskripsikan dan menganalisis harapan (ekspektasi) masyarakat terhadap keberadaan LAR Ternak. Penelitian dilaksanakan pada empat lokasi yaitu LAR Kuang Bira; LAR Jorok; LAR Ai Limung; LAR Timpong dan dilaksanakan selama 8 bulan .Teknik pengambilan sampel adalah purposive sample dengan jumlah narasumber tidak dibatasi tetapi melihat perkembangan informasi yang diperoleh peneliti dari wawancara dan observasi yang dilakukan. Teknik pengumpulan wawancara, observasi dan FGD. Analisis data secara induktif. Hasil penelitian 1. strategi pengembangan LAR Kuang Bira sebagai berikut; mengoptimalkan pemanfaatan LAR, khususnya untuk tanaman-tanaman yang bisa menjadi pakan ternak di musim kemarau; memanfaatkan kelembagaan petani untuk mendapatkan bantuan pemerintah dan mengoptimlakan potensi kawasan agropolitan untuk memperkuat pemanfaatan LAR; menjaga peningkatan populasi ternak sambil tetap memanfaatkan potensi lahan untuk tanaman Srikaya; pemanfaatan secara optimal limbah hasil pertanian sebagai pakan ternak; pengaturan lahan-lahan milik pribadi untuk menjagai kawasan LAR secara bersama-sama; mensinergikan pemanfaatan LAR sebagai kawasan penghasil srikaya dan peternakan; melakukan penghijauan di kawasan hulu sungai untuk menjaga dan mingkatkan ketersediaan sumber air; dan memperketat penjagaan ternak dan pengaturan pemanfaatan kawasan. 2. strategi pengembangan LAR Jorok dengan; meningkatkan hasil ternak dengan mengoprimalkan pemanfaatan LAR dikombinasikan dengan sistem kandang; pelestarian kawasan LAR dengan tumbuh-tumbuhan yang bisa menjadi sumber pakan, terutama persediaan pada saat musim kemarau; menjaga fungsi LAR untuk mengoptimalkan peningkatan populasi ternak; menciptakan sektor peternakan sebagai penopang utama ekonomi masyarakat; mengatur kelembagaan dan mengoptimalkan pemanfaatan LAR sehingga meminimalisir terjadinya alih fungsi kawasan; mengupayakan tersedianya air dan sumber pakan khususnya saat musim kemarau; dan membentuk kelompok dan kelembagaan masyarakat pengguna LAR. 3. Strategi pengembangan LAR Timpong dengan; mengoptimalkan perhatian dan bantuan pemerintah untuk pengembangan ternak melalui pemanfaatan potensi LAR; memanfaatkan potensi dasar sambil mengupayakan perubahan status kawasan; mengoptimalkan pemanfaatkan LAR untuk ternak sambil tetap mempertahankan potensi hutan; pembentukan kelompok ternak dan penguatan kelembagaan pemanfaatan LAR untuk mengoptimalkan bantuan pemerintah dan peningkatan daya dukung ternak bagi perekonomian masyarakat; membentuk kelompok dan penguatan kelembagaan masyarakat pengelola LAR; dan pembangunan sarana prasarana penunjang pemanfaatan LAR. 4. Strategi pengembangan LAR AI Limung dengan; memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada untuk memantapkan posisi sebagai sentra program BSS; meningkatkan nilai tambah ternak, salah satunya dengan pengembangan susu ternak menjadi permen susu; mengatur kembali status dan posisi kawasan untuk mempertahankan area sesuai deengan perda RTRW seluas 1007 Ha; memantapkan kembali kelompok yang sudah terbentuk untuk peningkatan pemanfaatan ternak, baik untuk pemeliharaan maupun untuk peningkatan nilai tambah; sinkronisasi kebijakan lintas sektor untuk tetap memperthankan posisi kawasan sebagai sentra program BSS; dan menjaga keutuhan kelompok dan peningkatan kelembagaan untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan LAR.

(2)

PENDAHULUAN

Kabupaten Sumbawa sebagai kabupaten peternakan didukung oleh keadaan alam pulau sumbawa dan sistem beternak yang berbeda dengan daerah lain di Indonesia, yakni dengan sistem ekstensif, dimana ternak tidak dikandangkan tetapi dilepas di padang penggembalaan umum yang disebut LAR. Tradisi ini telah berlaku secara turun temurun dan merupakan kearifan lokal masyarakat Sumbawa. Saat ini luas LAR yang ada semakin berkurang karena adanya alih fungsi kawasan LAR untuk kepentingan sektor lain. Mengingat pentingnya keberadaan LAR bagi peternak di Kabupaten Sumbawa, maka perlu adanya upaya pelestariannya. Data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Kumbawa tahun 2011 jumlah keseluruhan LAR sebanyak 59 lokasi yang tersebar 46 desa dengan total luas 27.933 Ha.

Lokasi LAR tersebar dari bagian timur sampai bagian barat. Dari 59 lokasi LAR baru 7 lokasi yang secara administratif telah di SK-kan Bupati untuk melindungi keberadaannya. Jika LAR ini tidak di pertahankan dikhawatirkan jumlah populasi ternak akan menurun. LAR sangat berpengaruh terhadap kehidupan peternak serta

perkembangan peternakan di Kabupaten Sumbawa. Perlunya perlindungan terhadap keberadaan LAR ini bukan hanya berhubungan dengan kebutuhan akan lahan penggembalaan ternak semata tetapi lebih jauh LAR dalam kultur masyarakat Sumbawa mempunyai fungsisosial, ekonomi dan budaya. Keberadaan LAR yang membentuk komunitas masyarakat peternak, dirasakan sebagai arena tukar informasi, transaksi hewan, serta interaksi sosial lainnya. Sedangkan fungsi lingkungan LARya itu dapat dimanfaatkan untuk alternatif daerah tangkapan air. LAR sebagai ekosistem kombinasi padang rumput dan hutan alami merupakan kawasan terbuka yang dapat menyerap air permukaan dan dari kotoran ternak yang dilepas di LAR dapat memperbaiki kesuburan tanah. Berkaitan dengan hal tersebut permasalahan yang timbul adalah:

a) Degradasi dan Alih Fungsi, atau berkurangnya luas kawasan LAR karena distorsi pembangunan di sektor lain seperti pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan dan transmigrasi. Kawasan LAR dialih fungsikan untuk bendungan, tambak, lahan tanaman pangan, kawasan pemukiman transmigrasi hingga

(3)

kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI);

b) Sengketa dan Intervensi, munculnya klaim penguasaan lahan LAR oleh para pihak atau beberapa stakeholder (masyarakat, pemerintah maupun investor);

c) Masalah Relevansi, ketidak seimbangan atau tidak sebandingnya

antara sarana pendukung

(infrastruktur) dengan populasi serta produksi ternak di masing-masing wilayah;

d) Daya dukung ketersediaan pakan dan sumber air bagi ternak di kawasan-kawasan LAR yang kian menipis setiap tahunnya akibat kondisi alam dan ulah manusia;

e) Sosial kemasyarakatan, Aspek kelembagaan prilaku pemanfaatan LAR dan tradisi lokal masyarakat f) Ekonomi, Kontribusi LAR terhadap

kesejahtraan masyarakat, sejauhmana kontribusi LAR kaitan dengan sektor lain

g) Ekpektasi masyarakat terhadap LAR

Ternak, harapan dan usulan

masyarakat terkait dengan keberadaan LAR.

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: a) Mendeskripsikan dan menganalisis

serta menggali masalah dan akibat

degradasi alih fungsi LAR di 4 wilayah fokus kajian

b) Mengidentifikasi stakeholder yang terkait Sengketa dan Intervensi, penguasaan lahan LAR oleh para pihak atau beberapa stakeholder (masyarakat, pemerintah maupun investor).

c) Untuk menjelaskan dan mengetahui Masalah Relevansi antara sarana pendukung (infrastruktur) dengan populasi serta produksi ternak di masing-masing wilayah;

d) Menganalisis Daya dukung ketersediaan pakan dan sumber air bagi ternak di kawasan-kawasan LAR yang kian menipis setiap tahunnya akibat kondisi alam dan ulah manusia e) Untuk menjelaskan peran sosial kemasyarakatan seperti Aspek kelembagaan, prilaku pemanfaatan LAR dan tradisi lokal masyarakat f) Menjelaskan Kontribusi LAR

terhadap kesejahtraan masyarakat dikaitkan dengan dengan sektor lainnya.

g) Untuk mendeskripsikan dan menganalisis harapan (ekspektasi) masyarakat terhadap keberadaan LAR Ternak.

(4)

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tipe deskriptif yang dilakukan untuk mengkaji kenyataan kenyataan kehidupan masyrakat peternak tradisional Sumbawa yang menggunakan sistem LAR. Di laksanakan pada empat lokasi yaitu Zona Barat : LAR Kuang Bira desa Motong kecamatan Utan, Zona Timur : LAR Jorok desa Maronge Kecamatan Maronge, Zona Utara : LAR Ai Limung Desa Pungkit Kecamatan Moyo Utara, Zona Selatan :

LAR Timpong Desa Semamung

Kecamatan Moyo Hulu dan dilaksanakan selama 8 bulan .Teknik pengambilan sampel adalah purposive sample dengan jumlah narasumber tidak dibatasi tetapi melihat perkembangan informasi yang diperoleh peneliti dari wawancara dan observasi yang dilakukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan FGD. Analisis data secara induktif. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang dihimpun melalui wawancara, observasi lapangan, FGD maupun dokumen resmi dari beberapa instansi terkait dengan penelitian. Setelah ditelaah dan dipelajari kemudian digenerasikan kedalam suatu kesimpulan yang bersifat umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang empiris tentang lokasi

penelitian. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penggunaan Lahan

Masyarakat Sumbawa dalam penggunaan lahan umumnya untuk lahan pertanian, dan juga banyak menggunakan lahan sebagai tempat penggembalaan ternak atau LAR. Selebihnya untuk sektor usaha lain seperti tambak dan perkebunan. B. LAR Dalam Sosial Ekonomi

Masyarakat Sumbawa

Peternak di Sumbawa lebih memilih cara beternak ekstensifikasi dengan menggembalakan ternaknya di LAR karena beberapa pertimbangan:

a. tidak terlalu banyak memerlukan tenaga kerja untuk memelihara ternak sehingga tenaga yang ada dapat digunakan untuk menggarap lahan pertanian dan pekerjaan lainnya.

b. tidak perlu menyediakan pakan ternak terutama di musim penghujan karena telah tersedia dilokasi LAR, dan ternak lebih aman dari pencurian.

c. kotoran ternak dapat menyuburkan tanah baik di lokasi LAR maupun tanah tegalan/ladang.

C. LAR dan Kearifan Lokal

Sistem LAR merupakan manifestasi kearifan lingkungan masyarakat lokal

(5)

yang lahir menjadi tradisi beternak dengan memanfaatkan padang penggembalaan umum sebagai aset sosial, dimana banyak nilai-nilai sosial yang terbangun dari beternak tersebut.

D. Kondisi LAR di Kabupaten Sumbawa Luas LAR di Kabupaten Sumbawa saat ini banyak berkurang akibat alih fungsi LAR untuk kepentingan lain seperti pembangunan sektor lain seperti pertanian (dominan cetak sawah baru), pertambangan maupun perikanan dan kawasan transmigrasi. Dimana degradasi kawasan LAR lebih banyak dioengaruhi oleh faktor manusia, ketimbang faktor alam.

1. Potensi LAR

Luas LAR di kabupaten Sumbawa kini sekitar 27.933 ha tersebaqr di sekitar 13 kecamatan. Dengan adanya LAR diharapkan kesinambungan pembangunan peternakan dapat berkesesuaian dan tidak saling merugikan dengan pembangunan sektor lainnya.

2. Populasi Ternak

Populasi ternak hasil registrasi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2013, jumlah ternak besar di kabupaten Sumbawa mencapai 300.108 ekor secara spesifik disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1. Perkembangan Populasi Ternak berdasarkan Registrasi Ternak Tahun 2013 N o. Jenis Ternak 2012 (ekor) 2013 (ekor) Rata-rata Pertumbh 1. Sapi Bali 193.907 206.923 10,13 % 2. Sapi Sumbawa 3.234 4.046 18,40 % 3. Kerbau Sumbawa 54.022 50.857 -2,09 % 4. Kuda Sumbawa 39.660 38.282 0,54 % T o t a l 290.823 300.108

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan 2014

3. Daya Dukung LAR

Daya dukung LAR menyangkut kemampuan LAR dalam menampung populasi ternak dikawasan tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan ketersediaan pakan termasuk sumber air untuk keperluan ternak dan jumlah ternak yang menempati kawasan LAR.

4. Pengurangan Luas LAR

Meskipun daya tampung LAR masih memungkinkan untuk perkembangan populasi ternak, tetapi ancaman justru karena adanya potensi pengurangan luas areal LAR yang disebabkan alih fungsi lahan penggembalaan umum. Pengurangan luas LAR yang terjadi dari tahun ke tahun belumj terdata secara statistik tetapi kenyataan dilapangan telah terjadi pengurangan luas LAR karena alih fungsi lahan, salah satu contohnya percetakan sawah baru kawasan LAR. Dan tidak menutup kemungkinan pengurangan luas LAR akan terjadi seiring dengan kebutuhan pembangunan daerah. Hasil observasi di lapangan potensi alih fungsi LAR oleh masyarakat masih terjadi terutama digunakan untuk lahan pertanian

(6)

walaupun sebatas pada musim penghujan. 5. Dampak Alih Fungsi LAR

Adanya alih fungsi lahan menimbulkan dampak pada lingkungan sosial masyarakat. Dampak langsung dari alih fungsi lahan LAR menyebabkan hilangnya tempat untuk mengembalakan ternak. Dengan demikian peternak terpaksa harua mencari lahan penggembalaan lain, bisa dengan memindahkan ke wilayah LAR lain atau ke tempat daerah potensi padang lainnya (tegalan, lahan kering).dampak sosial lain dengan hilangnya suatu LAR karena alih fungsi adalah hilang pula komunitas masyarakat yang berbentuk dari aktivitas sosial di LAR tersebut. Hal ini dapat menghilangkan nilai-nilai tradisi dan kearifan lingkungan yang seharusnya perlu dilestarikan. Perubahan alih fungsi LAR dapat juga mengubah mata pencaharian sebagian masyarakat peternak.

6. Stakeholder yang terkait dengan LAR Stakeholder ini juga sangat dipengaruhi bentuk atau implementasi kebijakan-kebijakan yang emnyangkut kelangsungan pengembangan kawasan LAR di Kabupaten Sumbawa.

6.1. Masyarakat

Masyarakat yang langsung menerima akibat terjadinya pengurangan luas LAR adalah peternak pengguna LAR. Dengan berkurangnya luas LAR tentu

akan mengurangi areal penggembalaan. tidak hanya peternak saja yang dirugikan, mengingat sebagian peternak adalah juga sebagai petani mereka sangat bergantung dengan keberadaan LAR. Jika memang ada kegiatan pembangunan yang mengharuskan menggunakan kawasan LAR, perlu dipikirkan alternatif pemecahan masalahnya. Sebab jika dibiarkan, akan muncul distorsi pengembangan wilayah antara sektor peternakan dengan sektor-sektor lainnya, seperti sektor pertanian, pertambangan, kehutanan dan sektor investasi swasta. 6.2. Pemerintah

Pemerintah kabupaten sumbawa dan pemerintah propinsi maupun pusat kerap mempunyai kegiatan diwilayah Kabupaten Sumbawa yang menyangkut penggunaan kawasan LAR, misalnya proyek pembangunan bendungan atau pemberian ijin perusahaan pertambangan dan sebagainya. Sektor peternakan adalah salah satu sektor unggulan yang menghasilkan PAD. Pada tahun 2014 penerimaan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan mencapai Rp. 2.877.794.410 dari kegiatan seperti: retribusi pemakaian kekayaan daerah; retribusi bangunan dan gedung milik pemda; retribusi RPH; retribusi usaha daerah dan sumber lain-lain PAD yang sah.

(7)

Melihat besarnya kontribusi sektor peternakan bagi PAD kabupaten sumbawa, maka sangatlah penting memperhatikan kebutuhan peternak sebagai salah satu pelaku pembangunan peternakan. Yang penting diidentifikasi adalah status lahan LAR apakah berkaitan dengan penggunaan lahan untuk kegiatan sektor lain. Hal ini untuk menghindari kemungkinan timbulnya konflik kepentingan. Sementara itu dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) kabupaten sumbawa tahun 2011-2031 dimaktubkan pula rencana pengembangan kawasan kegiatan ekonomi sektor peternakan.

PELESTARIAN LAR DI EMPAT WILAYAH LAR KABUPATEN

SUMBAWA

Upaya memaksimalkan fungsi LAR di Kabupaten Sumbawa sebagai salah sistem peternakan terpadu di Sumbawa merupakan upaya yang menjadi program pemerintah baik pusat maupun propinsi selama ini, namun sejauh ini belum dilakukan secara optimal dan bisa memberikan pengaruh besar pada pencapaian tujuan menjadikan kabupaten sumbawa sebagai daerah peternakan dan mandiri dari sentuhan-sentuhan pihak lain dalam hal pengembangan sektor peternakan. Upaya pelestarian dalam hal ini adalah upaya mengembalikan sekaligus menguatkan fungsi pemanfaatan LAR agar

dapat mendorong mengembangan potensi sesuai dengan hajat perencanaan pembangunan yang komprehensif. Empat wilayah atau zona penelitian ini, sekaligus menjadi obyek upaya pelestarian Lar dengan harapan dapat direalisasikan ke depannya. Sehingga bisa menjadi percontohan di semua zona.

A. LAR Kuang Bira

Hasil observasi di LAR Kuang Bira desa Motong Kecamatan Utan yang dirangkum dalam beberapa bahasan kajian terkait potensi LAR hasil penggalian informasi dan pendalaman di lapangan. Paparan ini merupakan deskripsi kondisi terbaru dari LAR Kuang Bira desa Motong kecamatan Utan.

Daya Dukung

1. Sumber air: air pipa dari cek dam brang anak ditampung di 5 bak permanen dan disalurkan ke bak swemi permanen di beberapa titik;

2. Luasan LAR: luas kuang bira mencapai 113 ha telah di SK-kan bupati sebagai kawasan LAR;

3. Sumber pakan Utama: rumput hijau, rumput gajah dan seterusnya.

4. Populasi ternak: ternak besar mencapai ± 1500 ekor;

5. Infrastruktur: kandang bibit, kandang jepit, balai pertemuan, pagar kawasan, areal budidaya pakan ternak (rumput gajah, gamal dan seterusnya);

(8)

6. Kelembagaan: ada 4 kelompok peternakan aktif pengguna kawasan LAR kuang bira, yang anggotanya berasal dari beberapa desa bahkan dari luar kecamatan utan;

7. Akses jalan: belum memadai bagi kendaraan, sempit dan bebatuan;

8. Status lahan: belum ada sengketa lahan dalam hal pemanfaatan kawasan LAR, terbangun kesepakatan sosial yang solid antar masyarakat pemanfaat LAR. STRATEGI PENGEMBANGAN DAN UPAYA PELESTARIAN LAR KUANG

BIRA KECAMATAN UTAN Kombinasi faktor internal dan eksternal selanjutnya dapat dirumuskan strategi pengembangan LAR kuang bira sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan pemanfaatan LAR, khususnya untuk tanaman-tanaman yang bisa menjadi pakan ternak di musim kemarau;

2. Memanfaatkan kelembagaan petani untuk mendapatkan bantuan pemerintah dan mengoptimlakan potensi kawasan agropolitan dan KSK untuk memperkuat pemanfaatan lAR;

3. Menjaga peningkatan populasi ternak sambil tetap memanfaatkan potensi lahan untuk tanaman Srikaya;

4. Pemanfaatan secara optimal limbah hasil pertanian sebagai pakan ternak; 5. Pengaturan lahan-lahan milik pribadi

untuk menjagai kawasan LAR secara bersama-sama;

6. Mensinergikan pemanfaatan LAR sebagai kawasan penghasil srikaya dan peternakan;

7. Memanfaatkan kelembagaan petani untuk melakukan penanaman kembali daerah hulu sungai;

8. Pengaturan mekanisme pemanfaatan kawasan LAR dan pengetatan pengawasan melalui kelembagan yang sudag terbentuk;

9. Melakukan penghijauan di kawasan hulu sungai untuk menjaga dan mingkatkan ketersediaan sumber air; 10. Memperketat penjagaan ternak dan

pengaturan pemanfaatan kawasan. B. LAR Jorok Maronge

Kawasan ini merupakan hasil konversi LAR terpadu dari Kecamatan Plampang sebelum dimekarkan. Dulunya LAR ini dihitung sebagai LAR terpadu dengan luasan mencapai ribuan hektar. Sebelum pemekaran, dinas peternakan kabupaten sumbawa menyebutnya sebagai LAR Simu-Muer.

Daya Dukung

1. Sumber Air: mengandalkan Drainase Alam (kokar) atau air hujan yang ditampung di beberapa bak semi permanen;

2. Luasan LAR: luas LAR jorok sekitar 300 ha belum di SK-kan bupati sebagai

(9)

kawasan LAR;

3. Sumber pakan utama: rumput hijau, limbah pertanian (jerami, dan lain sebagainya);

4. Populasi ternak: populasi ternak besar di LAR jorok mencapai 1000 sampai 1500 ekor;

5. Infrastruktur: kandang bibit milik pribadi, pagar kawasan milik pribadi; 6. Kelembagaan: belum terbentuk

kelompok pengguna kawasan lar jorok, hanya ada kelompok tani yang tidak fokus pada peternakan.

7. Akses jalan: jalan usaha tani pengerasan;

8. Status lahan: cenderung pemanfaatan LAR secara pribadi oleh pemilik lahan, karena sebagian kawasan LAR merupakan lahan pertanian produktif; STRATEGI PENGEMBANGAN LAR

JOROK KECAMATAN MARONGE Kombinasi faktor internal dan eksternal dari kondisi eksisting tersebut diatas dirumuskan strategi pengembangan LAR Jorok Kecamatan Maronge sebagai berikut:

1. Meningkatkan hasil ternak dengan mengoprimalkan pemanfaatan LAR dikombinasikan dengan sistem kandang;

2. Pelestarian kawasan LAR dengan tumbuh-tumbuhan yang bisa menjadi sumber pakan, terutama persediaan

pada saat musim kemarau;

3. Menjaga fungsi LAR untuk mengoptimalkan peningkatan populasi ternak;

4. Menciptakan sektor peternakan sebagai penopang utama ekonomi masyarakat; 5. Mengatur kelembagaan dan

mengoptimalkan pemanfaatan LAR sehingga meminimalisir terjadinya alih fungsi kawasan;

6. Mengupayakan tersedianya air dan sumber pakan khususnya saat musim kemarau;

7. Dan membentuk kelompok dan kelembagaan masyarakat pengguna LAR.

C. LAR Timpong

Secara geografis kecamatan moyo hulu merupakan daerah yangnsebagian besar kawasan hutan. Karena itu penduduk kecamatan moyo hulu sebagian besar adalah petani lahan basah dan lahan kering serta hidup dari peternakan.

Daya Dukung

1. Sumber Air: mengandalkan drainase alam (kokar) dan sungai ai suer yang merupakan bagian daerah aliran sungai (DAS) brang biji;

2. Luasan LAR: luas LAR timpong sekitar 800 ha belum di SK-kan Bupati sebagai kawasan LAR dan sumber pakan utama: rumput hijau, daun semak perdu, dan sebagainya.

(10)

3. Populasi ternak: populasi ternak besar di LAR timpong mencapai 500 sampai 1000 ekor;

4. Infrastruktur: belum ada infrastruktur pengembangbiakan ternak seperti kandang bibit, dan sebagainya (belum tersentuh);

5. Kelembagaan: belum terbentuk kelompok peternak pengguna kawasan LAR timpong, hanya ada kelompok tani yang tidak fokus pada peternakan; 6. Akses jalan: jalan setapak, belum ada

jalan lebar ke kawasan LAR;

7. Status lahan: cenderung pemanfaatan LAR secara pribadi pemilik, karena kawasan LAR merupakan lahan perkebunan masyarakat desa semamung dan kawasan hutan negara; STRATEGI PENGEMBANGAN LAR

TIMPONG MOYO HULU

Kombinasi antara faktor-faktor eksternal dan internal kondisi eksisting LAR timpong berikut strateginya adalah: 1. Mengoptimalkan perhatian dan bantuan

pemerintah untuk pengembangan ternak melalui pemanfaatan potensi LAR;

2. Memanfaatkan potensi dasar sambil mengupayakan perubahan status kawasan;

3. Mengoptimalkan pemanfaatkan LAR untuk ternak sambil tetap mempertahankan potensi hutan;

4. Pembentukan kelompok ternak dan penguatan kelembagaan pemanfaatan LAR untuk mengoptimalkan bantuan pemerintah dan peningkatan daya dukung ternak bagi perekonomian masyarakat;

5. Membentuk kelompok dan penguatan kelembagaan masyarakat pengelola LAR;

6. Pembangunan sarana prasarana penunjang pemanfaatan LAR.

D. LAR Ai Limung

Dalam Perda nomor 10 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumbawa 2011-2031 wilayah LAR limung ditetapkan sebagai kawasan sentra. Namun hal ini sangat berbanding terbalik dengan kondisi saat ini, dimana fasilitas-fasilitas yang telah dibangun dilokasi Holding Ground untuk menunjang program BSS, kini kondisinya mangkrak atau tidak difungsikan.

Daya Dukung

1. Sumber Air: sumur bor dan cek dam penampung dan bak permanen, air hujan;

2. Luasan LAR: luas LAR ai limung mencapai 1007 ha telah di SK-kan Bupati sebagai kawasan LAR dan sentra program BSS;

3. Sumber pakan utama: rumput hijau, rumput gajah, dan sebagainya.

(11)

di LAR ai limung 1500 sampai 2500 ekor;

5. Infrastruktur: kandang bibit, kandang jepit (holding ground), fasilitas biogas, areal budidaya pakan ternak rumput gajah dan sebagainya;

6. Kelembagaan: ada 6 kelompok peternak pengguna kawasan LAR ai limung yang anggotanya berasal dari desa pungkit dan songkar;

7. Akses jalan: cukup memadai, jalan pengerasan;

8. Status lahan: pemanfaatannya sebagai

kawasan LAR dan sentra

pengembangan sektor peternakan diatur dalam Perda RTRW, memiliki masterplan kawasan LAR. Namun sebagian lahan dalam kawasan LAR dikuasai oleh masyarakat secara hak milik (SPPT/ sertifikat);

STRATEGI PENGEMBANGAN LAR AI LIMUNG KECAMATAN MOYO

UTARA

Hasil kombinasi faktor internal dan eksternal dapat dirumuskan strategi pengembangan LAR Ai Limung sebagai berikut:

1. Memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada untuk memantapkan posisi sebagai sentra program BSS;

2. Meningkatkan nilai tambah ternak, salah satunya dengan pengembangan susu ternak menjadi permen susu; 3. Mengatur kembali status dan posisi

kawasan untuk mempertahankan area sesuai deengan perda RTRW seluas 1007 Ha;

4. Memantapkan kembali kelompok yang sudah terbentuk untuk peningkatan pemanfaatan ternak, baik untuk pemeliharaan maupun untuk peningkatan nilai tambah;

5. Sinkronisasi kebijakan lintas sektor untuk tetap memperthankan posisi kawasan sebagai sentra program BSS; 6. Menjaga keutuhan kelompok dan

peningkatan kelembagaan untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan LAR.

ANALISIS, PEMETAAN KAWASAN LAR DAN REKOMENDASI A. Analisis Kebutuhan

Untuk menganalisis kebutuhan pengembangan LAR di 4 obyek kajian, maka perlu ditampilkan kembali permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat pemanfaatan kawasan lAR, karena sejatinya kebutuhan masyarakat adalah jawaban dari masalah yang dihadapi. Masalah yang muncul merupakan faktor atau kondisi yang bisa menghambat pencapaian harapan masyarakat untuk pelestarian kawasan LAR sebagai wilayah ternak.

B. Pemetaan Potensi masing-masing Kawasan

(12)

selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan 10 potensi dasar di atas, dengan mencantukan tanda centang untuk kawasan yang memiliki potensi dasar dan tanda setrip untuk kawasan yang tidak memiliki, meskipun demikian, bukan berarti kawasan lain tidak potensial untuk pengembangan ternak, hanya saja dala skala prioritas memerlukan banyak tahapan untuk pemenuhannya.

Potensi Dasar masing masing kawasan LAR POTENSI DASAR K B J O T I L I Kawasan luas √ √ √ √

Potensi Ternak Besar √ √ √ √ Tanah Subur untuk

pengembangan pakan ternak

√ - √ - Tersedia sumber air

sepanjang musim √ - √ - Sarana prasarana lengkap √ -

√ Akses jalan (transportasi)

menuju lokasi kondisinya baik - √ - √ Kelompok dan Kelembagaan √ - - √ Kawasan sangat bermanfaat bagi peningkatan populasi ternak √ √ √ √ Tingginya harapan masyarakat terhadap pemanfaatan LAR √ √ √ √

Ada Surat Keputusan Bupati tentang penetapan kawasan

√ - - √

JUMLAH 9 5 6 8

Hasil pemetaaan potensi dasar dari masing-masing kawasan, selanjutnya dapat diketahui bahwa kawasan LAR potensial untuk dikembangkan menjadi pilot project serta memerlukan Action Research dan Action Plan untuk hal itu

adalah LAR Kuang Bira Kecamatan Utan dan LAR Ai Limung kecamatan Moyo Utara.

KESIMPULAN Kesimpulan

1. Alih fungsi kawasan sehingga terjadi degradasi dan pengurangan luasan kawasan LAR telah menjadi salah satu ancaman paling serius dirasakan masyarakat. Dari 4 kawasan yang sudah dikaji diantara telah mengalami kondisi pengurangan luas, di antara adalah LAR kuang bira kecamatan utan, LAR jorok kecamatan Maronge dan LAR Ai limung kecamatan Moyo Utara.

2. Sengketa dan potensi konplik mulai muncul karena sebagian besar kawasan telah diklaim oleh pihak-pihak tertentu sebagai kawasan milik pribadi, bahkan dibuktikan dengan sertifikat.

3. Keberadaan LAR secara tidak ditunjang oleh sarana dan prasarana pendukung yang memadai padahal keberadaannya dirasakan sangat bermanfaat oleh masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan populasi ternak.

4. Sumber air dan pakan sebagai kebutuhan paling dari ternak di wilayah LAR merupakan persoalan utama dihampir semua kawasan LAR. Dari LAR yang sudah ditetapkan hanya LAR kuang bira yang masih bisa

(13)

memenuhi kebutuhan air dan pakan ternak hingga musim kemarau.

5. Dari aspek sosial kemasyarakatan, kajian menunjukkan bahwa kesadaran kolektif para pemanfaat LAR ditunjang dengan kelembagaan kelompok ternak merupakan paling penting keberhasilan masyarakat melestarikan dan mengoptimalkan fungsi LAR.

6. Kaitannya dengan pentingnya arti keberadaan LAR bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, seluruh responden menyatakan harapan yang sama, bahwa LAR perlu dipertahankan dan ditingkatkan upaya pelestarian fungsinya melalui berbagai bentuk skema intervensi kebijakan pemerintah. Saran dan Rekomendasi

Masing-masing kawasan LAR memeliki karakteristik dan kebutuhan intervensi yang berbeda-beda, meskipun sama-sama merupakan pilar pneting perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, sehingga dalam penyusun kebijakan serta rencana aksi kegiatan, perlu dipilah berdasarkan kebutuhan masing masing kawasan, untuk merumuskan kawasan LAR yang benar representatif dan menjadi Pilot Project atau LAR percontohan bagi wilayah lainnya di Kabupaten Sumbawa. Serta perlu adanya Peraturan Daerah (Perda) yang eksplisit mengatur tentang

peternakan dan kawasan LAR sebagai dasar yuridis peternakan sistem LAR di Kabupaten Sumbawa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 1990. Manajemen Penelitian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Bappeda Kabupaten Sumbawa, 2012. Laporan Rencana Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumbawa Tahun 2012.

BPS Kabupaten Sumbawa, 2014. Kabupaten Sumbawa Dalam Angka 2014.

Dilaga, S.H., 2006. Kontribusi Potensial Padang Rumput Sebagai Wadah dan Sumber Pakan Kerbau di Sumbawa. Proceeding Lokakarya Nasional Dinas Peternakan, Usaha Ternak Kerbau

di Indonesia di Sumbawa Besar Tanggal 30 September 2012.

Laporan Tahunan Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa Tahun 2014. Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa. Sumbawa Besar.

Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa, 2011. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa

Buku Besar Potensi Ternak di Kabupaten Sumbawa 2005 – 2010. Hadi, P.U. et al., 2002. Improving

Indonesia’s Beef Industry. ACIAR Monograph Series. Canberra. http://www.aciar.gov.au

Hadi, SP., 2000. Manusia dan Lingkungan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

(14)

---, 2005. Bahan Kuliah Metodologi Penelitian Sosial : Kuantitatif,Kualitatif dan Kaji Tindak. Program Magister Ilmu

Lingkungan Universitas

Diponegoro. Semarang.

---, 2006. Tantangan dan Peluang Dalam Mengaktualisasikan KembaliKearifan Lingkungan. Makalah pada Sarasehan Nasional KearifanLingkungan PPLH Regional Jawa Universitas Gadjah MadaYogyakarta, 27 September 2006.

---, 2006. Resolusi Konflik Lingkungan. Badan Penerbit UniversitasDiponegoro. Semarang. Hikmat, H. 2004. Strategi Pemberdayaan

Masyarakat. Humaniora

UtamaPress. Bandung.82

Imran, 2006. Kerbau Sumbawa dan Padang Penggembalaan. Proceeding Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau di Indonesia di SumbawaBesar Tanggal 4-5 Agustus 2006.

Iskandar, J. 2001. Manusia Budaya dan Lingkungan. Kajian Ekologi Manusia.Humanoria Utama Press. Bandung.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI, 1997. Undang-undang Nomor 23Tahun 1997 Tentang Pengelolaan lingkungan Hidup.

Keraf, AS. 2002. Etika Lingkungan.

Penerbit Buku Kompas.

JakartaLAR: Jejak Tradisi Tau Samawa Yang Tersisa. Gaung NTB, 22 Pebruari 2003.

Mitchell, B. et al., 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. GadjahMada University Press. Yogyakarta.

Moleong, LJ., 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. RemajaRosdakarya. Bandung. Nawawi, H. 2001. Metodologi Penelitian

Kualitatif. PT. Remaja

Rosdakarya.Bandung

Pemerintah Daerah Kabupaten

Sumbawa.http : //

www.sumbawa.go.id

Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Sumbawa, 1992. Peraturan DaerahTingkat II Kabupaten Sumbawa Nomor 12 Tahun 1992. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun

2004 Tentang Perlindungan Hutan.http : // www.dephut.go.id Purba, J. 2002. Pengelolaan Lingkungan

Sosial. Kantor Menteri

NegaraLingkungan Hidup. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Suhubdy, 2006. Inovasi Teknologi Pakan Aplikatif Untuk Pengembangan Usaha Ternak Kerbau. Proceeding Lokakarya Nasional Usaha TernakKerbau di Indonesia di Sumbawa Besar Tanggal 4-5 Agustus 2006.

Suparjan dan Suyatno, H., 2003. Pengembangan Masyarakat. Dari

Pembangunan Sampai

Pemberdayaan. Aditya Media .Yogyakarta.

Tasdiyanto (editor), 2006. Kearifan Lingkungan Untuk Indonesiaku. Pusat Pengelolaan Lingkungan

(15)

Hidup Regional Jawa. Kementrian NegaraLingkungan Hidup RI.83 ---, 2007. Kearifan Lingkungan ;

Sinergi Sains dan Religi. Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Jawa. Kementrian NegaraLingkungan Hidup RI. Tjokroamijoyo, B. 1998. Kebijaksanaan

dan Administrasi Pembangunan (Perkembangan, Teori dan Penerapan). LP3ES. Jakarta.84

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Populasi Ternak  berdasarkan Registrasi Ternak Tahun  2013    N o

Referensi

Dokumen terkait

Penurunan laju korosi dan peningkatan efisiensi inhibisi ini terjadi karena ekstrak kulit manggis bekerja sesuai prinsip kerja inhibitor organik yaitu bekerja dengan

33 Adapun proses pelaksanaan pembelajaran Fiqih dengan menggunakan modular instruction atau pembelajaran dengan modul dilakukan guru ketika di kelas dengan cara

Untuk mengkaji dan menjelaskan Relasi Pemerintah Dan Rakyat Dalam Kasus Perambahan Hutan Di Kawasan Hutan Produksi Register 45 Sungai Buaya Kabupaten Mesuji dalam

Berdasarkan hasil penelitian diketahui gambaran nyata bahwa variabel prediktor yang diteliti, yakni Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah, Budaya Organisasi dan

Alasannya penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Kecamatan Koto Kampar Hulu karena wilayah di Desa ini merupakan daerah yang kurang pesat perkembangannya di

Therefore, this study was conducted to determine if training would have an improvement on a proper hand washing practices among elementary school students.. Methods:An

Semakin banyak informasi lingkungan yang diungkapkan oleh perusahaan, maka semakin tinggi kepercayaan stakeholders terhadap perusahaan, sehingga mendorong stakeholders untuk

Disebabkan intensitas pemakaian penggunaan sepeda motor sekarang ini yang butuh kecepatan tinggi yang memaksa mesin hingga pada putaran maksimumnya, sehingga dilakukan penelitian