• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI... ABSTRACT... RINGKASAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI... ABSTRACT... RINGKASAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN..."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

RINGKASAN ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 7 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 8 1.4.1 Manfaat teoritis ... 8 1.4.2 Manfaat praktis ... 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkebunan Kelapa di Indonesia ... 10

2.2 Manfaat Kelapa Dalam ... 12

2.3 Nilai Ekonomi Total ... 18

2.3.1 Nilai Potensi Kayu ... 18

(2)

xiii

2.4 Penelitian Terdahulu ... 22

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ... 33

3.2 Kerangka Konsep ... 35

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan penelitian ... 39

4.2 Lokasi dan waktu penelitian ... 39

4.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 40

4.4 Jenis dan Sumber Data ... 40

4.4.1 Jenis data ... 40

4.4.2 Sumber data ... 41

4.5 Penentuan Sumber Data ... 42

4.6 Variabel Penelitian ... 42

4.6.1 Identifikasi variabel penelitian ... 42

4.6.2 Definisi operasional variabel ... 45

4.7 Analisis Data ... 48

4.7.1 Nilai Potensi Kayu Kelapa Dalam ... 48

4.7.2 Nilai Ekonomi Total Perkebunan Kelapa ... 50

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 53

5.1.1 Profil Desa Selumbung ... 53

5.1.2 Keadaan Wilayah Desa Selumbung ... 55

5.1.3 Struktur Organisasi Desa Selumbung ... 56

5.2 Identitas Responden ... 61

5.3 Nilai Potensi Kayu Kelapa ... 61

5.4 Nilai Ekonomi Total Perkebunan Kelapa ... 65

5.4.1 Nilai Manfaat Langsung Perkebunan Kelapa ... 65

5.4.2 Nilai Manfaat Tidak Langsung Perkebunan Kelapa ... 67

(3)

xiv

5.4.4 Nilai Manfaat Keberadaan Perkebunan Kelapa ... 72 5.4.5 Nilai Ekonomi Total Perkebunan Kelapa ... 73

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... 75 6.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(4)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman 1.1 Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Dalam di Bali

Tahun 2015 ... 3 1.2 Harga Buah Kelapa Dalam di Provinsi Bali Tahun 2015 ... 4 1.3 Hasil Analisis Kandungan Asam Lemak Minyak Kelapa Murni di

Desa Selumbung Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem

Tahun 2006 ... 5 2.1 Perhitungan Nilai Potensi Kayu ... 19 4.1 Variabel Penelitian dan Pengukuran Nilai Ekonomi Total

Perkebunan Kelapa di Desa Selumbung ... 43 4.2 Notasi Nilai Potensi Kayu Kelapa Dalam Di Desa Selumbung,

Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem ... 48 5.1 Nilai Potensi Kayu Kelapa Dalam Di Desa Selumbung, Kecamatan

Manggis, Kabupaten Karangasem ... 63 5.2 Nilai Manfaat Langsung Perkebunan Kelapa (Rp/ha/tahun) ... 65 5.3 Nilai Manfaat Tidak Langsung Perkebunan Kelapa (Rp/ha/tahun) .... 68 5.4 Nilai Manfaat Pilihan Perkebunan Kelapa (Rp/ha/tahun) ... 69 5.5 Nilai Ekonomi Total Perkebunan Kelapa di Desa Selumbung ... 73

(5)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman 3.1 Kerangka Berpikir ... 35 5.2 Struktur Organisasi Desa Selumbung ... 56

(6)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Identitas Responden ... 80 2. Nilai Manfaat Langsung Perkebunan Kelapa di Desa Selumbung,

Kabupaten Karangasem (Rp/tahun) ... 81 3. Kegiatan: Reboisasi Penanaman Intentif Satuan : Rp/Ha

(Penanaman Intensif 1.100 batang/Ha)

... ... 84 4. Nilai Manfaat Pilihan Perkebunan Kelapa di Desa Selumbung,

Kabupaten Karangasem (Rp/tahun) ... 87 5. Nilai Manfaat keberadaan Perkebunan Kelapa di Desa Selumbung,

Kabupaten Karangasem (Rp/tahun) ... 95 6. Dokumnetasi ... 96 7. Kuisioner Penelitian Tesisnilai Ekonomi Total Perkebunan Kelapa

(7)

xviii

ABSTRAK

Ni Luh Made Indah Murdyani Dewi. Nilai Ekonomi Total Perkebunan Kelapa di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Komisi Pembimbing Dr. I Wayan Budiasa, SP., MP dan Dr. Ir. I Nyoman Gede Ustriyana, MM.

Nilai ekonomi total (NET) pada perkebunan kelapa merupakan nilai keseluruhan yang di dapat dari nilai manfaat langsung, tidak langsung, pilihan, dan keberadaan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung potensi kayu kelapa yang dijadikan kayu balok dan menghitung nilai ekonomi total perkebunan kelapa di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem.

Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif berdasarkan analisis NET. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode survei terhadap 30 sampel petani dengan pengumpulan data berupa manfaat langsung, manfaat pilihan, dan manfaat keberadaan. Data sekunder diperoleh dengan studi pustaka yaitu pengumpulan data berupa manfaat tidak langsung.

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa nilai potensi kayu kelapa dalam sebesar Rp 470.435.250,00 per tahun dari total luas 330,13 ha dengan umur pohon kelapa dapat dijadikan kayu balok adalah 100 tahun. Selanjutnya, NET perkebunan kelapa sebesar Rp 11.975.383.877,76terdiri atas nilai manfaat langsung sebesar Rp 5.140.940.181,36 (42,93%), nilai manfaat tidak langsung

sebesar Rp 3.458.111.750,00 (28,88%), nilai manfaat pilihan sebesar Rp 3.136.108.890,34 (26,19%), dan nilai manfaat keberadaan sebesar Rp 240.223.056,06 (2,00%). NET sekitar 25,5 kali lebih besar dibandingkan

dengan potensi nilai kayu hasil penebangan. Oleh karena itu, perkebunan kelapa tersebut harus tetap bertahan dan terpelihara serta dilakukannya pemupukan terhadap tanaman kelapa sehingga akan menghasilkan produksi yang lebih optimal

Kata Kunci : manfaat langsung, tidak langsung, pilihan, keberadaan, kelapa

(8)

xix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki pertanaman kelapa terluas di dunia dengan pangsa 31% dari total luas areal kelapa dunia. Peringkat kedua diduduki Filipina (pangsa 25,8%), disusul India (pangsa 16,0%), Sri Langka (pangsa 3,7%), dan Thailand (pangsa 3,1%). Namun demikian, dari segi produksi ternyata Indonesia hanya menduduki posisi ke dua setelah Filipina. Ragam produk dan devisa yang dihasilkan Indonesia juga di bawah India dan Sri Lanka. Perolehan devisa dari produk kelapa mencapai 229 juta US$ atau 11% dari ekspor produk kelapa dunia pada tahun 2003 (BPPMD, 2009).

Sebagai tanaman tropis, kelapa telah lama dikenal masyarakat Indonesia, hal ini terlihat dari penyebaran tanaman kelapa di hampir seluruh wilayah Nusantara, yaitu di Sumatera dengan areal 1,20 juta ha (32,90%), Jawa 0,903 juta ha (24,30%), Sulawesi 0,716 juta ha (19,30%), Bali, NTB, dan NTT 0,305 juta ha (8,20%), Maluku dan Papua 0,289 juta ha (7,80%), dan Kalimantan 0,277 juta ha (7,50%). Selama 34 tahun, luas tanaman kelapa meningkat dari 1,66 juta hektar pada tahun 1969 menjadi 3,89 juta hektar pada tahun 2005. Meskipun luas areal meningkat, namun produksi pertanaman cenderung semakin menurun pada tahun 2001 rata-rata 1,3 ton/Ha dan tahun 2005 rata-rata 0,7 ton/Ha (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2008).

(9)

xx

Produksi kelapa Indonesia masih rendah dibandingkan dengan Filipina, tetapi masih di atas India dan Srilangka. Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi pertanaman kelapa selama ini adalah komposisi tanaman tua yang makin meningkat (Allorerung, 1999). Tanaman kelapa yang semakin tua, pohonnya akan bertambah tinggi dan buahnya makin berkurang. Allorerung (1990) mengemukakan bahwa produksi tanaman kelapa setelah umur 50 tahun akan menurun sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Disamping itu biaya panen meningkat dengan bertambah tingginya pohon sehingga tidak ekonomis lagi, oleh sebab itu kelapa yang telah tua terutama kelapa dalam (tall variety) perlu diremajakan.

Peremajaan berarti mengganti tanaman yang ada dengan tanaman baru, dengan cara menebang dan tidak menebang semua kelapa tua pada saat penanaman tanaman pengganti. Sebaiknya peremajaan dilakukan pada kelapa berumur lebih dari 50 tahun, karena pendapatan yang diperoleh tidak efisien lagi. Kondisi tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi secara sungguh-sungguh. Untuk itu pemberdayaan petani kelapa, dalam rangka meningkatkan pendapatan dan sekaligus mengentaskan kemiskinan merupakan upaya yang strategis (Supadi dan Nurmanaf, 2006).

Perkebunan kelapa rakyat dicirikan memiliki lahan yang sempit, pemeliharaan seadanya atau tidak sama sekali dan tidak pada skala komersial. Permintaan produk-produk berbasis kelapa masih terus meningkat baik untuk ekspor maupun pasar dalam negeri (Roadmap, 2009).

(10)

xxi

Tanaman kelapa ditanam hampir di seluruh wilayah Bali, sentra produksi terletak di Kabupaten Jembrana, Karangasem, dan Tabanan. Dari seluruh total luas areal perkebunan kelapa di Bali, kurang lebih 98,7% adalah merupakan perkebunan rakyat dimana tidak kurang dari 200.000 KK menggantungkan hidupnya di sektor perkebunan kelapa ini. Berikut adalah Tabel 1.1 mengenai luas areal dan produksi kelapa dalam di Provinsi Bali.

Tabel 1.1

Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Dalam Di Bali Tahun 2015

No. Kabupaten Luas Areal (Ha)

Produksi (ton) Produktivitas (Kg/Ha/Th) TBM TM TTM Jumlah I PERKEBUNAN RAKYAT 1 Jembrana 1.012,55 14.789,25 1.272,95 17.074,75 17.445,11 1.179,58 2 Tabanan 1.381,45 13.393,71 323,34 15.098,50 18.376,86 1.372,05 3 Badung 220,38 2.103,00 142,83 2.466,21 2.399,68 1.141,07 4 Gianyar 112,00 3.902,89 43,12 4.058,01 3.808,03 975,69 5 Bangli 279,00 2.530,00 9,00 2.818,00 2.941,23 1.162,54 6 Klungkung 1.224,00 2.114,00 25,00 3.363,00 2.232,80 1.056,20 7 Karangasem 3.320,38 14.084,55 581,45 17.986,38 14.673,44 1.041,81 8 Buleleng 1.140,88 7.401,21 456,60 8.998,69 9.024,88 1.219,38 9 Kota Denpasar 20,00 82,00 19,00 121,00 42,60 519,45 Jumlah Perk.Rakyat 8.710,64 60.400,61 2.873,29 71.984,54 70.944,62 9.667,78 II PERKEBUNAN BESAR 1 Pulukan - 34,82 102,99 137,81 27,65 793,99 2 Sangiang - 77,28 1,32 78,60 97,65 1.263,62 3 Sendang - - - - 4 Tajun - - - -

Jumlah Perk. Besar - 112,10 104,31 216,41 125,30 2.057,60

Total Bali 2015 8.710,64 60.512,71 2.977,60 72.200,95 71.069,92 11.725,38

Sumber : Disbun Bali (2016) Keterangan:

TBM : Tanaman Belum Menghasilkan TM : Tanaman Menghasilkan TTM : Tanaman Tidak Menghasilkan

(11)

xxii

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, telihat bahwa luas lahan kebun kelapa dalam di Kabupaten Karangasem memiliki potensi untuk terus dikembangkan sehingga nantinya petani yang berada di Kabupaten Karangasem ini dapat memanfaatkan kebun kelapanya untuk terus dilakukan suatu pengembangan. Selain memiliki luas kebun kelapa yang cukup tinggi, produksi kelapa di Kabupaten Karangasem rendah dibandingkan dengan Kabupaten Jembrana dan Tabanan, sehingga perlu adanya peningkatan pemeliharaan untuk mencapai hasil produksi yang maksimal.

Kabupaten Karangasem merupakan salah satu penghasil kelapa yang memiliki nilai jual tinggi di Provinsi Bali. Harga buah kelapa (Rp/butir) di Provinsi Bali terlihat pada Tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel 1.2

Harga Buah Kelapa Dalam di Provinsi Bali Tahun 2015

No Komoditi Kabupaten rata-rata Prov. Bali Jembr ana Taba nan Badu ng Bangli Giany ar Klungk ung Karang asem Bulel eng 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 Kelapa butiran (Rp/butir) 3.200 3.250 4.000 3.500 3.500 3.500 4.000 4.000 3.408

Sumber: Disbun Bali (2015)

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, terlihat bahwa harga kelapa butiran di Kabupaten Karangasem merupakan salah satu harga tertinggi di Provinsi Bali. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas kelapa di Karangasem juga merupakan kualitas terbaik sehingga para pengepul berani mengambil dengan harga yang tinggi.

Desa Selumbung merupakan salah satu desa penghasil tanaman kelapa di Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem. Kualitas minyak kelapa di desa ini

(12)

xxiii

tergolong cukup baik terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh BPTP Bali. Berikut adalah hasil analisa tersebut.

Tabel 1.3

Hasil Analisis Kandungan Asam Lemak Minyak Kelapa Murni di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem Tahun 2006

No Analisa Kimia Produk Petani (%) Standar (%)

1 Asam Kaproat 0,46 0,4-0,6 2 Asam Kaprilat 8,22 5,0-10,0 3 Asam Kaprat 6,89 4,5-8,0 4 Asam Laurat 52,11 43,0-53,0 5 Asam Miristat 17,47 16,0-21,0 6 Asam Palmitat 6,96 7,5-10,0 7 Asam Linoleat 0,79 2,0-4,0 8 Asam Oleat 4,86 1,0-2,5 9 Asam Stearat 2,22 < 0,5

10 Asam Lemak Bebas 0,12 ≤ 0,5

11 Bilangan Peroksida 0,56 ≤ 3

Sumber: BPTP Bali (2006)

Berdasarkan data penelitian dari BPTP Bali di atas, terlihat bahwa mutu minyak kelapa murni yang dihasilkan petani di Desa Selumbung ini telah memnuhi syarat dengan melihat standar yang diterbitkan oleh APCC khusus untuk minyak VCO. Kandungan minyak VCO yang teRpenting adalah Asam Laurat yang menurut hasil penelitian secara ilmiah membuktikan bahwa asam laurat dlaam tubuh manusia diubah menjadi monolaurin yang beRperan dalam membunuh virus, bakteri, cendawan, dna protozoa (anonim, 2006).

Tanaman kelapa memiliki peran sosial, budaya dan ekonomis dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan khususnya di Bali tanaman kelapa sangat dibutuhkan sebagai sarana upakara untuk kegiatan upacara keagamaan seperti buah dan janurnya. Manfaat tanaman Kelapa tidak saja terletak pada daging

(13)

xxiv

buahnya yang dapat diolah menjadi santan, kopra dan minyak kelapa tetapi seluruh bagian tanaman kelapa mempunyai manfaat yang sangat besar.

Dengan adanya peningkatan produktivitas dengan menggunakan bibit unggul dalam usaha peremajaan kelapa, pendapatan dari usahatani kelapa monokultur tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup yang layak bagi petani. Hal ini disebabkan antara lain oleh (a) nilai tukar kelapa butiran atau kopra relatif rendah, (b) semakin menyempitnya areal pemilikan petani, dan (c) terbatasnya kemampuan petani memelihara tanaman kelapanya (Mahmud dan Allorerung, 1997).

Desa Selumbung memiliki perkebunan kelapa seluas 330,13 ha dengan Tanaman Menghasilkan (TM) 300 ha dan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 30,13 ha. Jumlah produksi kelapa di Desa Selumbung adalah 295,5 ton kopra, sedangkan produktivitasnya sebesar 985 kg/ha/th kopra. Pada satu kg kopra dihasilkan 2,5 butir kelapa, jadi jumlah buah dalam satu ha perkebunan kelapa sebanyak 2462,5 butir (UPTD, 2015).

Perkebunan rakyat kelapa dalam selain memiliki nilai tangible (berwujud) yang secara nyata dapat menghasilkan devisa bagi negara, juga memiliki nilai-nilai intangible (tidak berwujud) yang belum dihitung secara ekonomi. Sebagai contoh manfaat tanaman kelapa sebagai penyangga bukit-bukit agar tidak terjadi longsor dan nilai-nilai kehidupan yang ada di sekitar perkebunan kelapa dalam serta nilai keberadaan dari penggunaan pupuk organik. Sifatnya yang non market tersebut menyebabkan banyak manfaat sumber daya kebun kelapa belum dinilai secara memuaskan dalam perhitungan ekonomi (Iqbal, 2014).

(14)

xxv

Perkebunan kelapa dalam sudah sejak lama dikenal masyarakat sebagai tanaman yang bernilai ekonomi, namun pola pemanfaatan kebun ini masih sangat rendah, dan masyarakat sekitar belum optimal dalam memanfaatkan dan memelihara kebun kelapa yang ada. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang perkebunan kelapa dalam, untuk memberikan informasi mengenai nilai manfaat perkebunan kelapa dalam secara keseluruhan pada Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang ingin diujikan adalah sebagai berikut.

1. Seberapa besar nilai potensi kayu kelapa dalam di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem jika ditebang secara keseluruhan?

2. Seberapa besar nilai ekonomi total perkebunan kelapa dalam di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut

1. Besarnya nilai potensi kayu kelapa dalam di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem jika ditebang secara keseluruhan.

(15)

xxvi

2. Besarnya nilai ekonomi total perkebunan kelapa dalam di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap pennulisan karya ilmiah atau penelitian memiliki manfaat atau guna yang ingin dicapai berupa hasil yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan saat ini maupun yang akan datang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun praktis. Secara rinci manfaat penelitian secara teoritis maupun praktis dapat dijabarkan sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan menambah wawasan bagi peneliti tentang nilai ekonomi total perkebunan kelapa di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat member bantuan positif bagi pengembangan perekonomian masyarakat, khususnya perekonomian para petani.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Petani di Desa Selumbung

Sebagai tambahan informasi bagi petani agar selalu memelihara kebun kelapa karena kelapa tersebut memiliki nilai yang sangat bermanfaat bagi petani. 2. Bagi Peneliti Lainnya

(16)

xxvii

Sebagai tambahan informasi bagi mahasiswa atau peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis sehingga dapat menambah pengetahuan dan referensi tentang nilai total ekonomi perkebunan kelapa.

3. Bagi Pemerintah

Sebagai refrensi dalam melaksanakan pembinaan usaha dan akses permodalan ke pihak bank.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada data training yang sebelumnya sudah melalui preprocessing sehingga dapat digunakan untuk membangun model Naive Bayes yaitu menyelesaikan masalah

Sebaliknya, genotipe yang berada di luar area kontur dan jauh dari titik pusat (0,0) dikatakan sebagai genotipe yang tidak stabil atau dapat diidentifikasi sebagai

Selain itu untuk memastikan kinerja pemasok sesuai dengan harapan dan target yang ditetapkan perusahaan, diusulkan sebuah konsep pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan

Juga menurut Bromley pasar tradisional di negara-negara Asia berlokasi di pedesaan dan area urban (Bromley, 1987). Dalam Permendagri 2007 dinyatakan bahwa pasar tradisional

Merupakan sistem pengelolaan aduan masyarakat , bisa secara manual atau fasilitas yang berbasis IT yang digunakan untuk merespon segala saran ,keluhan &amp;informasi

Dari hasil pengujian kadar air dan kadar abu dapat dilihat dari Tabel 1 yang menunjukkan bahwa madu hitam pahit memiliki kadar air sebanyak 18,64% dan madu kuning manis

Dalam skripsi menjelaskan tentang Mahkamah Konstitusi yang tidak mengadili perkara secara konkrit dan hanya menilai muatan materi norma yang terkandung dalam Undang-Undang

Dari latar belakang tersebut, maka perlu dibangun sebuah sistem informasi dalam bentuk peta yang dapat memberikan informasi tentang kualitas udara pada tempat