• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kekerabatan Genetik Empat Aksesi Plasma Nutfah Pinang Asal Sulawesi Utara dan Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Kekerabatan Genetik Empat Aksesi Plasma Nutfah Pinang Asal Sulawesi Utara dan Sumatera Utara"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

17

Asal Sulawesi Utara dan Sumatera Utara

MIFTAHORRACHMAN

Balai Penelitian Tanaman Palma, Manado Jln. Raya Mapanget, Kotak Pos 1004 Manado 95001

E-mail: miftahorrachman@yahoo.com Diterima 10 Pebruari 2012 / Direvisi 27 April 2012 / Disetujui 30 Mei 2012

ABSTRAK

Tanaman pinang merupakan komoditas ekspor untuk sebagian besar petani pinang di Pulau Sumatera. Hingga saat ini masih kurang informasi tentang keragaman genetik pinang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 di Kebun Percobaan Kayuwatu, Balai Penelitian Tanaman Palma Manado, Sulawesi Utara. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari jarak genetik koleksi empat aksesi plasma nutfah pinang asal Sulawesi Utara dan Sumatera Utara. Untuk mengetahui kekerabatan antara empat aksesi pinang tersebut diukur jarak genetiknya dengan menggunakan perhitungan nilai D2 statistik dari Malahanobis didasarkan pada empat karakter vegetatif dan generatif, yaitu tinggi batang, jarak antar nodus, panjang daun, dan panjang rangkaian bunga. Hasil penelitian menunjukkan keempat aksesi pinang tersebut membentuk tiga kelompok dan jarak genetik terjauh terdapat antarakelompok I (Pinang Molinow-2 dan Mongkonai) dan Kelompok III (Pinang Galangsuka) dengan nilai D2 = 9658894.337. Sumbangan terbesar terjadinya jarak genetik tersebut adalah karakter panjang rangkaian bunga dengan kontribusi sebesar 83.33 persen. Diharapkan hasil ini dapat dimanfaatkan untuk perbaikan genetik keempat aksesi pinang tersebut, terutama aksesi Molinow-2 dan Mongkonai yang memiliki jarak genetik dengan 2 aksesi lainnya dapat dijadikan sebagai tetua dalam perbaikan genetik tanaman pinang.

Kata kunci : Kekerabatan genetik, jarak genetik, aksesi, pinang.

ABSTRACT

Genetic Relationship among Four Arecanut Accessions from North Sulawesi and North Sumatera

Arecanut is a commodity export crops for most farmers on Sumatera island. Until now information about diversity of arecanut is less. The research was conducted in June 2011 at Kayuwatu Experimental Garden, Indonesian Palmae Research Institute Manado, North Sulawesi Province. The purpose of this activity was to know genetic relationship among four Arecanut germplasm accessions from North Sulawesi and North Sumatera. The genetic relationship estimated by using D2 Mahalanobis Statistics based on four characters, such as, height of stem, length of internodes, length of leaf, and length of inflorescence. The result showed that four accessions were divided into three groups and the widest genetic distance had found between group I (Molinow-2, Mongkonai) with value of D2 = 9658894.337. The highest contribution of the genetic relationship was length of inflorescence. (contribution 83.33 percent).

Keywords : Genetic relationship, genetic distance, accessions, arecanut.

PENDAHULUAN

Perbaikan tanaman pada dasarnya tergantung dari tersedianya suatu populasi yang terdiri dari individu-individu yang memiliki susunan genetik berbeda dan memiliki adaptasi yang luas serta keefektifan seleksi terhadap populasi tersebut (Ruchjaningsih et al., 2002). Persilangan antar individu yang berkerabat dekat pada tanaman menyerbuk silang cenderung menghasilkan keturunan yang lemah, ukuran buah lebih kecil, kurang subur dan banyak individu yang cacat. Dengan kata lain untuk perbaikan tanaman pinang yang memiliki sifat menyerbuk silang, populasi tanaman yang akan dijadikan sebagai tetua harus memiki jarak genetik

yang cukup luas. Menurut Sujatha et al. (2002), keragaman genetik memerankan peranan yang penting dalam pemuliaan tanaman karena hibrida antara galur-galur dari asal yang berbeda umumnya menampakkan heterosis yang lebih besar dibanding tetua-tetua yang memiliki kekerabatan yang dekat.

Informasi jarak genetik dan hubungan keke-rabatan sangat diperlukan dalam merakit varietas unggul. Semakin jauh jarak genetik antar tetua maka peluang dihasilkan kultivar baru dengan variabilitas genetik luas akan menjadi semakin besar. Salah satu pembatas keberhasilan dalam persilangan adalah hubungan kekerabatan genetik antar tetua. Penelitian tanaman teh di Gambung seperti dikemukakan oleh Sriyadi et al. (2002) menemukan tanaman F1 hasil

(2)

18

persilangan buatan antara klon TRI 2024 X PS 1 adalah yang terbaik, yang merupakan tetua dengan hubungan kekerabatan yang jauh. Purwanto et al. (2005) mengemukakan bahwa terjadi hambatan kompatibilitas tepung sari dengan putik dalam persilangan antar genus Ascocenda (Ascocentrum x

Vanda) akibat kedekatan dalam hubungan

keke-rabatan.

Menurut Haydar et al. (2007) jarak genetik sangat esensial dimanfaatkan untuk mendapatkan tujuan pemuliaan, seperti pemuliaan untuk mening-katkan hasil, adaptasi tanaman yang lebih luas, kualitas tanaman yang diinginkan, serta tanaman yang tahan terhadap hama dan penyakit.

Hubungan kekerabatan genetik pada tanaman dapat diketahui dengan menggunakan data dari sifat morfologi (Rahman et al., 1997 dalam Sriyadi et al., 2002). Salah satu pendekatan untuk mengetahui jarak genetik/hubungan kekerabatan plasma nutfah tanaman pinang adalah dengan menggunakan model yang dikemukakan oleh Mahalanobis (Singh dan Chaudary, 1977). Model jarak genetik yang dikemu-kakan oleh Mahalanobis ini telah dimanfaatkan secara luas oleh para ahli baik dibidang pertanian, antro-pologi, bidang ekonomi dan bidang lain. Dalam statistik, jarak Mahalanobis (Mahalanobis Distance) adalah pengukuran jarak yang didasarkan pada korelasi antara variabel-variabel dimana pola per-bedaannya dapat diidentifikasi dan dianalisa. Metode ini merupakan cara yang sangat bermanfaat untuk mendeterminasi kesamaan/kemiripan dari suatu set contoh. Menurut Gashaw et al. (2007), penggunaan D2

Mahalanobis adalah salah satu teknik biometrical yang sangat penting untuk mengestimasi jarak genetik yang ada dalam suatu populasi.. Analisis jarak genetik dengan menggunakan D2 Mahalanobis

juga telah diterapkan pada 11 populasi pinang asal Kalimantan Barat (Miftahorrachman dan Maskromo, 2007) yang membentuk 4 kelompok dengan penyum-bang terbesar terjadinya jarak genetik antar kelompok adalah karakter panjang polar buah sebesar 89.09 persen. Singh et al. (2006) dalam penelitian mereka berhasil mengelompokkan 52 genotipe padi dataran rendah dengan menggunakan Mahalanobis D2

Statis-tik menjadi 6 kluster berdasarkan karakter agro-morfologi. Shukla et al. (2010) menggunakan Mahala-nobis Distance, mengelompokkan 122 aksesi Oppium Poppy asal India kedalam 11 kluster berdasarkan kandungan morphine, codein, thebaine, narcotine dan papaverine yang terkandung dalam opium mentah.

Aksesi pinang Molinow-1, Molinow-2, Mong-konai (asal Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara) dan Galang Suka (asal Deli Serdang Sumatera Utara merupakan plasma nutfah pinang hasil eksplorasi pada tahun 2003 oleh Tim Eksplorasi Plasma Nutfah Balai Penelitian Tanaman Palma Manado.

Aksesi-aksesi ini selain memiliki umur yang sama, juga memiliki karakteristik morfologi yang berbeda terutama aksesi Molinow-2 dan aksesi Mongkonai. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari jarak genetik tiga aksesi plasma nutfah pinang asal Sulawesi Utara dan satu aksesi pinang asal Sumatera Utara.

BAHAN DAN METODA

Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Juni 2011 di Kebun Percobaan Kayuwatu, Balai Penelitian Tanaman Palma Manado, Sulawesi Utara. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 80 meter dari permukaan laut, dengan jenis tanah alluvial. Evaluasi keragaman karakter morfologi dilakukan terhadap empat aksesi plasma nutfah pinang, yaitu Molinow-1, Molinow-2, Mongkonai (asal Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara), dan Galang Suka (asal Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara). Umur tanaman yang diamati 8 tahun (tanam bulan September 2003). Keempat aksesi ini digunakan sebagai materi pene-litian karena terlihat adanya perbedaan fenotipik di lapang terutama antara aksesi molinow-2 dan Mongkonai dengan aksesi Molinow-1 dan Galang-suka. Pengamatan dilakukan dengan mengadopsi model Stantech Cogent (Santos et al. 1996) terhadap empat karakter morfologi dari 15 contoh tanaman untuk setiap aksesi plasma nutfah pinang. Penentuan pohon contoh dilakukan secara Purposive Random

Sampling, yaitu ditentukan 15 pohon contoh. Karakter

yang diamati adalah tinggi batang (diukur dari permukaan tanah sampai pangkal pelepah daun terbawah), jarak antar nodus (diukur 5 inter nodus kemudian dirata-ratakan), panjang daun (diukur dari pangkal pelepah sampai anak daun paling atas: contoh daun tertua), dan panjang rangkaian bunga (diukur mulai dari pangkal rangkaian bunga sampai spikelet paling atas). Keempat karakter ini ditentukan sebagai parameter pengamatan karena merupakan karakter pembeda pada tanaman palma khususnya tanaman pinang.

Perbedaan antar karakter diuji dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Tingkat diversitas genetik dihitung dengan uji statistik D2 dari

Mahalanobis dan pengelompokkan aksesi-aksesi di-lakukan dengan menggunakan metode akar ciri yang dikemukakan Mahalanobis (1928) dalam Singh dan Chaudary (1977):

D2 = Wij (X1i-X2i) (X1j-X2j)

Keterangan:

Wij = invers dari matriks ragam dan peragam yang

dihitung

i = ragam (varian) dari karakter yang diamati j = peragam (covarian) dari karakter yang diamati

(3)

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis jarak genetik (nilai D2) terhadap empat

karakter morfologi dari tiga aksesi pinang asal Provinsi Sulawesi Utara dan satu aksesi asal Sumatera Utara membentuk tiga kelompok (Tabel 1), yaitu Kelompok I terdiri dari dua aksesi (Molinow-2 dan Mongkonai), Kelompok II terdiri dari satu aksesi (Molinow-1), dan Kelompok III terdiri dari satu aksesi (Galang Suka). Jarak genetik terjauh antar kelompok terjadi antara kelompok I dan III dengan nilai D2 sebesar 9658894.337, sedangkan jarak terdekat

antara kelompok II dan III dengan nilai D2 =

4.469.391,88. Jarak genetik antar aksesi di dalam kelompok hanya terdapat pada kelompok I dengan nilai D2 = 122506.66, sedangkan kelompok II dan III

tidak ada jarak genetik karena di dalam kedua kelompok ini masing-masing hanya terdiri dari 1 aksesi. Ilustrasi mengenai jarak genetik antar kelompok dan antar aksesi di dalam kelompok dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 1. Pengelompokan tiga aksesi pinang asal Sulawesi Utara dan satu aksesi pinang asal Sumatera Utara berdasarkan nilai statistik D2.

Table 1. Grouping of three accessions of arecanut from North Sulawesi and one accession of arecanut from North Sumatera based on statistic value D2 Kelompok Groups Jumlah aksesi Number accession Aksesi Accession I 2 Molinow-2, Mongkonai II 1 Molinow-1

III 1 Galang Suka

7790424.82 9658894.337 4469391.88

Gambar 1. Ilustrasi jarak genetik antar kelompok

dari 4 aksesi pinang.

Figure 1. Ilustration of genetic distance among

groups of four accessions of arecanut.

Terjadinya pengelompokan terhadap empat aksesi pinang asal Sulawesi Utara dan Sumatera Utara berdasarkan karakter morfologi terjadi secara acak tanpa melihat letak geografi dari ke empat aksesi

pinang tersebut. Aksesi Molinow-1 dan Molinow-2 membentuk kelompok terpisah walaupun kedua aksesi tersebut berasal dari daerah yang sama. Sebaliknya aksesi Molinow-2 membentuk kelompok yang sama dengan Mongkonai (Kelompok I) walaupun berasal dari daerah yang berbeda. Aksesi lainnya, yaitu Galang Suka yang berasal dari daerah Sumatera Utara membentuk kelompok sendiri (Kelompok III) (Tabel 1). Baihaki dan Noldhi (2005) berpendapat bahwa terdapat variasi lingkungan makrogeofisik yang sangat besar di Indonesia yang mengakibatkan terjadinya lingkungan tumbuh yang besar terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini kemungkinan penyebab terjadinya perbedaan genetik yang beragam pada tanaman. Tyagi dan Sethi (2011) yang mengelompokkan 40 genotipe kedelai dari beberapa Negara Bagian India menggunakan model D2 Mahalanobis menyimpulkan dari 6 kelompok yang

terbentuk, genotipe-genotipe yang berasal dari daerah yang sama membentuk kelompok yang berbeda. Hasil pengelompokan 6 aksesi pinang di Gorontalo memberikan gambaran adanya keragaman secara morfologi yang tinggi terutama pada karakter generatif dan komponen buah serta memiliki jarak genetik yang cukup jauh (Maskromo dan Miftahorrachman, 2007).

Faktor penyumbang terbesar terjadinya jarak genetik antar empat aksesi pinang asal Sulawesi Utara dan Sumatera Utara tersebut adalah karakter panjang rangkaian bunga dengan persentase sumbangan sebesar 83.33 persen, diikuti oleh karakter panjang daun dengan persentase sumbangan 16.67 persen (Tabel 2). Karakter lainnya, yaitu tinggi batang dan jarak antar nodus sekalipun dalam tabel tidak terlihat memberikan kontribusi terhadap terjadinya jarak genetik antara keempat aksesi pinang, namun hasil analisis varian dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil untuk kedua karakter ini memperlihatkan perbedaan yang signifikan antar keempat aksesi pinang (Tabel 3).

Hasil pengelompokkan keempat aksesi pinang ini dapat dimanfaatkan sebagai calon tetua dalam perakitan tanaman pinang unggul karena telah diketahui perbedaan jarak genetik dari keempat aksesi tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Arunachalam (1981) dalam Abdelmahmoud dan Ahmed (2010), jarak genetik sangat bermanfaat untuk kegiatan seleksi calon tetua yang akan digunakan dalam hibridisasi. Demikian juga menurut Haydar

et al. (2007), adanya jarak genetik antar tetua suatu

populasi tanaman sangat esensial dimanfaatkan untuk mendapatkan tujuan pemuliaan, seperti pemuliaan untuk meningkatkan hasil, adaptasi tanaman yang lebih luas, kualitas tanaman yang diinginkan, serta tanaman yang tahan terhadap hama dan penyakit. I 122506.66 II 0.00 III 0.00

(4)

20

Tabel 2. Sumbangan tiap karakter terhadap jarak genetik tiga aksesi pinang asal Provinsi Sulawesi Utara dan satu aksesi asal Sumatera Utara.

Table 2. Contribution of each character to genetic distance of three arecanut from North Sulawesi and one arecanut from North Sumatera.

No. Karakter

Characters

Jumlah nilai D2 yang muncul sebagai peringkat pertama

D2 value apperared at first rank

Persen sumbangan

Perecnt Contribution

1. . Tinggi batang

Height of stem 0 0.00

2. Jarak antar nodus

Length of internodes 0 0.00

3. Panjang daun

Length of leaf 1 16.67

4. Panjang rangkaian bunga

Length of infloressence 5 83.33

Total (%) 100

Tabel 3. Uji Beda Nyata Terkecil karakter tinggi batang, jarak antar nodus, panjang daun dan panjang rangkaian bunga empat aksesi pinang.

Table 3. LSD Test of height of stem, internodes distance, length of leaf, length of inflorescence.

Aksesi Accessions Karakter Characters Tinggi Batang Height of Stem

Jarak Antar Nodus

Internodes Distance

Panjang Daun

Length of leaf

Panjang Rangkaian Bunga

Length of inflorescence

Molinow-1 429.33 b 14.99 b 340.93 b 61.53 b Molinow-2 234.67 a 10.60 a 255.33 a 41.27 a Mongkonai 227.66 a 11.41 a 258.94 a 44.44 a Galang Suka 584.67 c 21.87 c 327.87 b 62.00 b

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda (BNT 5% tinggi batang 51.78; jarak antar nodus 3.17; panjang daun 19.55; panjang rangkaian bunga 9.17)

Note : Number followed by same letter is not different

KESIMPULAN

1. Tiga aksesi pinang asal Sulawesi Utara dan satu aksesi pinang asal Sumatera Utara membentuk 3 kelompok. Kelompok I terdiri dari aksesi Molinow-2 dan Mongkonai (Sulawesi Utara), Kelompok II terdiri dari aksesi Molinow-1 (Sulawesi Utara), dan Kelompok III terdiri dari aksesi Galang Suka (Sumatera Utara).

2. Jarak genetik terbesar antara kelompok I dan III dengan nilai D2 sebesar 9658894.337, sedangkan

jarak terdekat antara kelompok II dan III dengan nilai D2 sebesar 4469391.88.

3. Penyumbang terbesar terjadinya jarak genetik antar kelompok dari 4 aksesi pinang adalah karakter panjang rangkaian bunga dengan persen sumbangan sebesar 83.33 persen. Sedangkan penyumbang kedua adalah karakter panjang daun dengan besar sumbangan 16.67 persen

DAFTAR PUSTAKA

Abdelmahmoud, O.A, and O. Ahmed. 2010. Genetic

divergence among Sugarcane genotypes (Saccharum spp.) for cane yield attributes and

quality determinants. Africal Journal of Agriculture Research. Vol.5(16) pp. 2103-2107. 18 August 2010.

Baihaki, A dan W. Noldhi. 2005. Interaksi genotipe x lingkungan, adabtabilitas, dan stabilitas hasil, dalam pengembangan tanaman varietas unggul di Indonesia. Zuriat. Jurnal Pemuliaan Indonesia. Vol.16, No.1. Januari-Juni 2005. hal.1. Gashaw, A., H. Mohammed, and H. Singh. 2007. Genetic divergence in selected Durum Wheat genotypes of Ethiopian plasm. African Crop Science Journal. Vol 15. No.2. pp. 67-72.

Haydar, A., M.B. Ahmed, M.M. Hannan, M.A. Razvy, M.A. Mandal, M. Salahin, R. Karim, and M. Hossain. 2007. Analysis of genetic diversity in some potato varities grown in Bangladesh. Middle East Journal of Scientific Research. 2(3-4): 143-145.

Maskromo, I dan Miftahorrachman. 2007. Keragaman genetik plasma nutfah pinang (Areca catechu L.) di Provinsi Gorontalo. Jurnal Littri Vol. 13, No. 4, Desember 2007 : 119-124.

Miftahorrachman dan I. Maskromo. 2007. Jarak genetik sebelas aksesi plasma nutfah pinang (Areca catechu L.) asal Kalimantan Barat. Buletin Palma No. 33. Hal. 78-86.

(5)

21

Purwanto, A., E. Ambarwati, dan F. Setyaningsih.

2005. Kekerabatan antar anggrek spesies berdasarkan sifat morfoloogi tanaman dan bunga. Ilmu Pertanian. Vol. 12. No.1. Hal. 1-11.

Ruchjaniningsih, S. Ridwan, H.H. Murdaningsih, dan

M. Wieny. 2002. Efek mulsa pada variabilitas genetik dan heretabilitas ketahanan terhadap

Ralstonia Solanacearum pada tiga belas genotip

kentang di dataran medium Jatinangor. Zuriat. Jurnal Pemuliaan Indonesia. Vol. 13. No. 2. Juli-Desember 2002. Hal.73.

Santos, G.A., P.A. Batugal, A. Othman, L. Baudoin,

and J.P. Labounise. 1996. Manual on Standardized Research Technique in Coconut Breeding. IPGRI-COGENT.

Singh, R.K and B.D. Chaudary. 1977. Biometrical

Methods in Quantitative Genetic Analysis. Kalyani Publishers. New Delhi. Ldhiana. P. 200. Singh, P.K, M.N. Mishra, D.K. Hore, and M.R. Verma. 2006. International Journal of The Faculty of Agriculture and Biology. Communication in Biometry and Crop Science. Vol.1, No.1, 2006. Pp. 35-40.

Sriyadi, B., R, Setiamihardja, A. Baihaki, dan W. Astika. 2002. Hubungan kekerabatan genetik antar tanaman teh F1 dari persilangan TRI 2024 x PS 1 berdasarkan penanda RAPD. Zuriat. Jurnal Pemuliaan Indonesia. Vol.13. No.1. Januari-Juni 2002. Hal.13.

Shukla, S., H.K. Yadav, A. Rastogi, K. Mishra, and P. Singh. 2010. Alkaloid diversity in relation to breeding for specific alkaloids in Opium Poppy (Papaver somniferum L.). Czech J. Genet. Plant Breed., 46, 2010 (4): 164-169.

Sujatha, H.L, Chikkadevaiah, and Nandini. 2002. Assesment of genetic diversity among 51 inbreed sunflower lines. Hellia, 25, Nr. 37, pp. 101-108. 2002. University of Agricultural Science, GKVK, Bangalore, India.

Tyagi, S.D. and J. Sethi. 2011. Genetic diversity pattern in Soybean [Glycine max (L.) Merrill]. Research Journal of Agricultural Science 2011, 2 (2): 288-290.

Gambar

Tabel 1.  Pengelompokan    tiga  aksesi  pinang  asal  Sulawesi  Utara  dan  satu  aksesi  pinang  asal  Sumatera  Utara  berdasarkan  nilai  statistik  D 2
Table 2.  Contribution of each character to genetic distance of three arecanut  from North Sulawesi and  one arecanut from North Sumatera

Referensi

Dokumen terkait

Melalui cara dengan mengintegrasikan kemampuan teknik personal , formalisasi pengembangan sistem informasi, program pelatihan dan pendidikan, dukungan manajemen

Dalam penelitian ini rumusan masalahnya adalah “Bagaimana model konseptual bimbingan teknis berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi tutor paket C pada Pusat Kegiatan

The aim of this study was to determine if the phenotypic characterization according to UPOV descriptor could be used in the course of improvement of testing sweet

Peserta didik mendengarkan dan menanggapi cerita guru tentang manfaat belajar menentukan jarak dua buah titik dalam bidang kartesius dalam kehidupan sehari-hari;..

Dengan adanya analisis kelayakan ini diharapkan resiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari.Suatu usaha dikatakan layak jika jumlah pendapatan yang

Salah satu metode yang tepat yang digunakan dalam proses konseling siswa untuk meningkatkan memberi solusi atas masalah siswa adalah metode behavior yaitu metode yang

Terdapat 3 aspek intensi membeli yang berasal dari aspek-aspek intensi berperilaku dari Ajzen 2005, yaitu sebagai berikut: • Sikap konsumen terhadap perilaku membeli Seseorang

Data-logger yang dibuat oleh IbIKK TE USD dapat mengukur tegangan, arus, daya dan energi yang dihasilkan oleh kincir angin dalam jangka waktu tertentu.. Perangkat