PENGGUNAAN SARI BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB
SKRIPSI OLEH
NOR AIN BINTI HAMZAH NIM 050804006
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGGUNAAN SARI BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH
NOR AIN BINTI HAMZAH NIM 050804006
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENGGUNAAN SARI BUAH JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB
Oleh:
NOR AIN BINTI HAMZAH 050804006
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: Juni 2011
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si.,Apt. Dra. Julia Reveny, M.si.,Ph.D.,Apt. NIP 195111021977102001 NIP 195807101986012001
Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001
Pembimbing II, Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001
Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt.
NIP 19501117198002201 Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001
Dekan,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta shalawat beriring salam kepada Nabi
Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada ayahanda Hamzah Bin Mohamed Husain dan ibunda Nor
Saadian Bt Mohd Maulana, serta adik-adik saya Nor Qiadah dan Mohammad
Ikmal atas doa tulus dan dukungan moril maupun materil serta cinta dan kasih
yang diberikan kepada penulis dalam menghantarkan penulis meraih cita-cita.
Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si.,Apt. dan Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc.,
Apt. yang telah membimbing penulis dengan sabar sehingga selesainya
penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.,
yang telah memberikan fasilitas kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan pendidikan.
3. Ibu Dra. Azizah Nasution, M.Si., Apt., Selaku penasehat akademik yang
telah memberikan nasehat dan arahan kepada penulis serta seluruh staf
pengajar Fakultas Farmasi USU atas ilmu yang telah diberikan selama
perkuliahan dan juga staf tata usaha yang telah memberikan bantuan
4. Kepala Laboratorium Farmasetika Dasar dan Kepala Laboratorium
Teknologi Sediaan Cair Dan Semisolid yang telah memberikan fasilitas
kepada penulis selama melakukan penelitian.
5. Bapak Drs. Suryanto, M.si.,Apt serta Ibu Dra. Julia Reveny,
M.si.,Ph.D.,Apt dan Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt sebagai tim penguji
yang sangat banyak memberikan masukan dan saran atas skripsi ini.
6. Teman baik penulis Ashmir, Nurul, Pipi, Ical, Teti, Lel, Ain Bj, Mena,
Zue, Farah, Adeq dan seluruh mahasiswa Farmasi stambuk 2005 serta
kakak-kakak maupun adik-adik mahasiswa Farmasi yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan motivasinya.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam manyelesaikan
skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Wassalam,
Penulis
ABSTRAK
Kulit yg kering memerlukan pelembab yang biasanya berbentuk krim. Bahan pelembab yang biasanya digunakan antara lain gliserin. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) adalah bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit karena kaya akan vitamin A, B1, B6, C dan E. Selain vitamin, buah jambu biji juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat besi, karbohidrat, protein dan lemak. Berdasarkan kandungannya,maka dilakukan penelitian dengan menggunakan sari buah jambu biji yang telah dipekatkan menjadi sediaan krim pelembab.
Pada penelitian ini digunakan sari buah jambu biji (Psidium guajava L.) sebagai pelembab dalam dasar krim m/a (minyak/air). Konsentrasi sari buah jambu biji yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Hasil pengamatan stabilitas selama penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar menunjukkan bahwa sediaan krim stabil. Sediaan krim yang dihasilkan mempunyai pH 5,96-6,36. Merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi buah jambu biji yang ditambahkan ke dalam sediaan krim akan semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.
ABSTRACT
Dry skin need a moisturizer that is usually shaped cream. The ingredients moisturizing that are commonly used include glycerin. Guava fruit ( Psidium guajava L.) is a natural material that can be used skin moisturizer because it is
rich in vitamins A, B1, B6, C and E. Beside vitamin, guava fruit also has mineral as calcium, phosphor, potassium, iron, carbohydrate, protein and lipid. Based on its contents, when conducting research using guava juice has concentrated into moisturizing cream preparations.
A research about using of guava juice (Psidium guajava L.) as moisturizer in o/w (oil/water) cream base has been done. The concentration of guava juice were 2.5%; 5%; 7.5%; 10%, and then they were compared with 2% glycerine and control preparation. Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH value, type of emulsion, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from the skin using 6 volunteers.
The result of the homogenity test showed that the moisturizing cream preparation was homogenous. The result of stability during 1, 4, 8, and 12 weeks storage in room temperature shows that cream is stabil, with pH 5,96-6,36, was o/w emulsion type, didn’t irritate, didn’t induce also rough on skin. The result of water vaporization inhibition shows that the higher the consentration of guava juice added to the cream preparation, the higher the ability of the cream to inhibit water vaporization from the skin.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Hipotesa ... 4
1.4. Tujuan Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Uraian Buah Jambu Biji ... 5
2.1.1 Manfaat dan Kandungan Buah Jambu Biji ... 5
2.1.2 Taksonomi Tanaman Buah Jambu Biji ... 6
2.2. Kulit ... 6
2.2.1 Anatomi Kulit ... 7
2.2.2 Fungsi Kulit ... 9
2.2.3 Jenis Kulit ... 10
2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecantikan ... 11
2.3. Krim ... 12
2.3.1 Krim Tangan dan Badan... 13
2.3.2 Krim Pelembab ... 13
2.4. Emulsi ... 14
2.4.1 Stabilitas Emulsi ... 15
2.5. Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab ... 16
2.6. Silika Gel... 17
3.1. Alat-alat... 18
3.2. Bahan-bahan ... 18
3.3. Sukarelawan ... 18
3.4. Prosedur kerja ... 19
3.4.1. Pembuatan sari buah jambu biji ... 19
3.4.2. Formula dasar krim ... 19
3.4.3. Pembuatan sediaan krim ... 21
3.5. Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 22
3.5.1. Pemeriksaan homogenitas ... 22
3.5.2. Pengamatan Stabilitas Sediaan Setelah Selesai Dibuat, Penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 22
3.5.3. Penentuan pH sediaan ... 23
3.6. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 23
3.7. Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 24
3.8. Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
4.1. Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 26
4.1.2. Penentuan pH sediaan ... 26
4.1.3. Pengamatan Stabilitas Sediaan Setelah Selesai Dibuat, Penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 28
4.2. Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 30
4.3. Tipe Emulsi Sediaan ... 31
4.4. Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ... 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 35
5.1. Kesimpulan ... 35
5.2. Saran ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Formula Sediaan Krim ... 21
Tabel 2. Data Pengukuran pH Sediaan ... 27
Tabel 3. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat
Sediaan Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 28
Tabel 4. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 30
Tabel 5. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 31
Tabel 6. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ... 32
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Gambar Persen Pengurangan Penguapan Air ... 33
Gambar 2. Gambar Buah Jambu biji ... 39
Gambar 3. Gambar Buah Jambu biji setelah di freezee dryer .. ... 39
Gambar 4. Gambar Sediaan formula krim ...40
Gambar 5. Gambar sediaan krim selama penyimpanan selama 12 minggu ...40
Gambar 6. Gambar uji tipe di atas objek gelas...41
Gambar 7. Gambar Alat freezee dryer ...41
Gambar 8. Gambar Alat pH meter ...42
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Gambar Buah jambu biji ...39
Lampiran 2. Gambar Sediaan fomula krim pelembab dari buah jambu biji ... ... 40
Lampiran 3. Gambar sediaan krim dalam penyimpanan selama 12minggu...40
Lampiran 4. Gambar tipe emulsi ... 41
Lampiran 5. Gambar Alat Freezee drayer ... 41
Lampiran 6. Gambar Alat pH meter...42
Lampiran 7. Gambar alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit……….43
ABSTRAK
Kulit yg kering memerlukan pelembab yang biasanya berbentuk krim. Bahan pelembab yang biasanya digunakan antara lain gliserin. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) adalah bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit karena kaya akan vitamin A, B1, B6, C dan E. Selain vitamin, buah jambu biji juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat besi, karbohidrat, protein dan lemak. Berdasarkan kandungannya,maka dilakukan penelitian dengan menggunakan sari buah jambu biji yang telah dipekatkan menjadi sediaan krim pelembab.
Pada penelitian ini digunakan sari buah jambu biji (Psidium guajava L.) sebagai pelembab dalam dasar krim m/a (minyak/air). Konsentrasi sari buah jambu biji yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Hasil pengamatan stabilitas selama penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar menunjukkan bahwa sediaan krim stabil. Sediaan krim yang dihasilkan mempunyai pH 5,96-6,36. Merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi buah jambu biji yang ditambahkan ke dalam sediaan krim akan semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.
ABSTRACT
Dry skin need a moisturizer that is usually shaped cream. The ingredients moisturizing that are commonly used include glycerin. Guava fruit ( Psidium guajava L.) is a natural material that can be used skin moisturizer because it is
rich in vitamins A, B1, B6, C and E. Beside vitamin, guava fruit also has mineral as calcium, phosphor, potassium, iron, carbohydrate, protein and lipid. Based on its contents, when conducting research using guava juice has concentrated into moisturizing cream preparations.
A research about using of guava juice (Psidium guajava L.) as moisturizer in o/w (oil/water) cream base has been done. The concentration of guava juice were 2.5%; 5%; 7.5%; 10%, and then they were compared with 2% glycerine and control preparation. Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH value, type of emulsion, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from the skin using 6 volunteers.
The result of the homogenity test showed that the moisturizing cream preparation was homogenous. The result of stability during 1, 4, 8, and 12 weeks storage in room temperature shows that cream is stabil, with pH 5,96-6,36, was o/w emulsion type, didn’t irritate, didn’t induce also rough on skin. The result of water vaporization inhibition shows that the higher the consentration of guava juice added to the cream preparation, the higher the ability of the cream to inhibit water vaporization from the skin.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,
dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan ke
dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud
untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan
tidak termasuk golongan obat . Definisi ini jelas menunjukkan bahwa kosmetika
bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan
penyakit. Obat bekerja lebih kuat dan dalam, sehingga dapat mempengaruhi
struktur dan faal tubuh (Wasitaatmadja, 1997).
Namun ternyata tidak mudah membedakan antara kosmetika dan obat
yang pemakaiannya topikal pada kulit semacam salep, krim, bedak, pasta, atau
losio. Meskipon tidak begitu jelas diutarakan oleh pembuat dan pengguna jasa
kosmetik, kosmetik juga diharapkan untuk menghasilkan suatu perubahan baik
dalam struktur maupun faal sel kulit, sekecil apa pun. Misalnya, perubahan
susunan sel kulit yang tua ke arah yang lebih muda, atau perubahan produksi
kelenjar keringat yang membentuk minyak permukaan kulit (Wasitaatmadja,
1997).
Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang
bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh
maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit
menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).
Ketika usia menjelang tua akan terjadi penuaan kulit, yang ditandai oleh
kulit yang kering, kasar, bersisik, bebercak cokelat atau putih tidak merata, kendur
menggelatung dengan kerut-kerutan dan lipatan-lipatan kulit jelas. Fungi kulit
adalah menjaga kelembapan tubuh. Kelembaban dijaga denagn cara mencegah
keluaranya cairan dalam tubuh. Lapisan kulit bersifat kenyal (padat dan kencang),
terutama pada bagian lapisan tanduknya sehingga air tidak mudah keluar dari
tubuh. Kulit juga mempunyai daya mengikat air yang sangat kuat, yaitu mencapai
empat kali beratnya sehingga mampu mempertahankan tekstuk/bentuknya sendiri
(Dhody,1998).
Kulit sehat berarti kulit yang tidak menderita penyakit, baik penyakit yang
mengenai kulitnya secara langsung ataupun penyakit dalam tubuh yang secara
tidak langsung mempengaruhi kesehatan kulitnya. Penampilan kulit sehat dapat
dilihat dari struktur fisik kulit berupa warna, konsistensi kelembaban, kelenturan,
tebal dan tekstur kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Jambu biji (Psidium guajava L.) atau sering juga disebut jambu batu,
jambu siki dan jambu klutuk adalah tanaman tropis yang berasal dari Brazil.
Disebarkan ke Indonesia melalui Thailand. Jambu biji memiliki kulit buah
berwarna hijau dan kuning dengan biji-biji kecil keras tersebar di seluruh daging
buahnya. Tidak banyak orang tahu bahwa kandungan vitamin C pada jambu biji
lebih tinggi dari buah jeruk. Selain itu buah ini juga lebih banyak mengandung
berkhasiat menyehatkan tekstur kulit.Selain vitamin C. jambu biji juga
mengandung vitamin A, B dan potasium yang tak kalah tinggi dengan
buah-buahan lain. Berbagai jenis vitamin itu, berperan penting untuk menjaga kulit
agar tetap bercahaya, segar, mengurangi kerutan dan mencegah penuaan dini.
Dengan makan jambu biji secara rutin, elastisitas kulit lebih terjaga. Bukan hanya
itu makan jambu biji dua kali sehari dapat membantu menurunkan berat badan
dan mencegah sembelit. Karena kandungan serat yang tinggi pada buah yang
manis ini (Anonim,2011).
Vitamin sangat penting untuk kesehatan dan kemulusan kulit.
Mengkonsumsi vitamin C jika ingin memiliki kulit indah, cerah, sehat, dan awet
muda. Vitamin C merupakan bahan utama dalam pembentukan kolagen yang
sangat penting bagi kulit. Dan jambu biji adalah salah satu sumber vitamin C
terbaik yang dapat kita nikmati. Selain itu,Kekurangan vitamin A membuat kulit
kering dan bersisik. Jambu biji juga kaya dengan vitamin A dan vitamin E
(Astrid,2010). Dengan alasan ini penulis meneliti pengaruh dari jambu biji dalam
krim pelembab.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah sari buah jambu biji (Psidium guajava L.) dapat diformulasikan
kedalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.
2. Apakah sari buah jambu biji (Psidium guajava L.) mampu mengurangi
penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan
1.3 Hipotesa
1. Sari buah jambu biji (Psidium guajava L.)dapat diformulasikan ke dalam
sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.
2. Sari buah jambu biji (Psidium guajava L.) mampu mengurangi penguapan
air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk memformulasikan sari buah jambu biji (Psidium guajava L.) dalam
sediaan krim tipe emulsi m/a.
2. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan sari buah buah jambu biji
(Psidium guajava L.) mengurangi penguapan air dari kulit atau
melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Buah Jambu Biji
Tanaman jambu biji bukan merupakan tanaman asli indonesia. Dari
berbagai sumber pustaka menyebutkan bahwa tanaman jambu biji diduga berasal
dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis.
Buah jambu biji berbentuk bulat, bulat agak lonjong, lonjong, dan daging
buah berwarna putih ada yang merah tergantung pada varietasnya. Buah memiliki
kulit tipis dan permukaannya halus sampai kasar. Buah yang telah masak
dagingnya lunak, sedangkan yang belum masak dagingnya agak keras dan renyah.
Buah berasa manis, kurang manis, dan hambar, tergantung dari varietasnya
(Bambang,2010)
2.1.1 Manfaat Dan Kandungan Buah Jambu Biji
Jambu biji sangat tinggi kandungan vitamin C. Dari segi kandungan
vitamin C-nya, vitamin C dari buah jambu biji putih sekitar 116-190mg,
sedangkan pada jambu biji merah adalah 87mg per 100 gram jambu. Vitamin C
berperan sebagai antioksidan yang berguna untuk melawan serangan radikal bebas
penyebab penuaan dini dan berbagai jenis kanker (Anonim, 2006).
Buah jambu biji juga bermanfaat untuk pengobatan bermacam-macam
penyakit, seperti memperlancar pencernaan, menurunkan kolesterol, antioksidan,
menghilangkan rasa lelah dan lesu, demam berdarah, dan sariawan.(Bambang,
Adapun kandungan gizi pada jambu biji dapat dilihat dalam tabel berikut:
Komponen gizi Jumlah Komponen gizi Jumlah
Karbohidrat 11.88 g Vitamin C 183,5 mg
Protein 0.82 g Vitamin A 792 UI
Serat 5,4 g Niacin 1,2 mg
Lemak total 0,6 g Kalium 284 mg
Kalsium 20 mg Riboflavin 0,05 mg
Besi 0,31 mg Vitamin B6 0,143 mg
Magnesium 10 mg Vitamin E 1,120 mg_ATE
Fosfor 25 mg Asam pantotenat 0,150 mg
Natrium 3 mg Vitamin B1 0,05 mg
Folat 14 mcg
Sumber : rujukan standar pada pusat gizi USDA keluaran 14 (july 2001)
(Anonim,2001).
2.1.2 Taksonomi Tanaman Buah Jambu Biji
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L. (Arief ,2010).
2.2 Kulit
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya.
Lapisan lemak tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan
penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga mengandung air
sebagai pelembab alami, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi sangat penting
karena kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang dikandungnya
dan bukan pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam kulit sedikit maka
kulit akan kering dan pecah-pecah. Keadaan ini menyebabkan mikroorganisme,
kotoran, sisa sabun, dan lain-lain akan masuk pada kulit yang pecah-pecah
tersebut sehingga menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan
serta menjadi sumber infeksi (Tranggono, 2007).
2.2.1 Anatomi Kulit
Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis, dan
subkutis (subkutan).
1. Lapisan Epidermis
Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas: • Stratum corneum (lapisan tanduk)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti,
tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat
sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin,
yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten
terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit
Berada tepat dibawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis,
jernih, mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada telapak
tangan dan telapak kaki.
• Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir
kasar, berinti mengkerut.
• Stratum spinosum (lapisan malphigi)
Sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap
sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. • Stratum germinativum (lapisan basal)
Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel
melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin (Tranggono,
2007).
2. Lapisan Dermis
Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan
elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2
bagian:
• Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
• Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah
subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya
3. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,
berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu
membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur
panas tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan
berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan
memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya
(Wirakusumah, 1994).
2.2.2 Fungsi Kulit
Kulit sebagai organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa fungsi
(Dhody, 1998), diantaranya sebagai berikut:
a. Kulit sebagai pelindung dan filter tubuh
Kulit memiliki kemampuan untuk memilih bahan-bahan penting yang
diperlukan oleh tubuh,seperti mencegah bakteri penyakit dan zat kimia
yang masuk kedalam tubuh. Di samping itu, kulit juga dapat melindungi
tubuh dari bahaya lingkungan, seperti panas sinar matahari, benturan fisik,
dingin, hujan, dan angin dengan cara membentuk perlindung asam kulit
secara alamiah, juga berfungsi mengekskresi.
Fungsi proteksi (Dwikarya, 2003), terjadi karena beberapa hal:
1. Keasaman (pH) kulit akibat keringat dan lemak kulit (sebum) menahan
dan menekan bakteri dan jamur yang berada di sekitar kulit.
2. jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ
b. Kulit sebagai pengatur suhu tubuh
Kulit berfungsi membantu menjaga agar suhu tubuh tetap optimal dengan
cara melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas, lalu keringat akan
menguap dan tubuh akan terasa dingin kembali. Sebaiknya, bila tubuh
merasa kedinginan maka pembuluh darah dalam kulit akan menyempit
(vasokonstriksi) sehingga panas tubuh akan tetap tertahan.
c. Kulit menjaga kelembaban tubuh
Kelembaban dijaga dengan cara mencegah keluarnya cairan dalam tubuh.
Lapisan kulit bersifat kenyal, terutama pada bagian lapisan tanduknya
sehingga air tidak mudah keluar dari dalam tubuh. Kulit juga mempunyai
daya mengikat air yang sangat kuat, yaitu mencapai empat kali beratnya
sehingga mampu mempertahankan teksturnya sendiri.
d. Kulit sebagai system syaraf yang sensitif
Kulit memiliki system saraf yang sangat peka terhadap pengaruh atau
ancaman dari luar, seperti dingin, panas, sentuhan, tekanan, dan sakit.
Oleh karena itu, kulit akan segera memberikan reaksi bila ada tanda-tanda
awal dari system syaraf tersebut seperti rasa gatal dan kemerahan.
2.2.3 Jenis Kulit
Ditinjau dari sudut perawatan (Wasitaatmadja, 1997), kulit terdiri atas 3 jenis:
1. Kulit Normal
Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak mengkilap atau kusam, segar
dan elastis dengan minyak dan kelembaban cukup.
Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang
berlebihan sehingga tampak mengkilat, kotor dan kusam. Biasanya pori
kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.
3. Kulit Kering
Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang atau
sedikit sehingga pada perabaan terasa kering, kasar karena banyak lapisan
kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis dan mudah terlihat
kerutan.
2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecantikan Kulit
Masalah yang terjadi pada kulit disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari
dalam tubuh sendiri maupun dari luar (Wirakusumah, 1994), Adapun beberapa
faktornya adalah sebagi berikut:
a. Ras (bawaan)
keadaan kulit seseorang dapat tercermin pada kulit kedua orang tuanya.
Misalnya warna kulit ada yang hitam, putih, atau sawo matang. Demikian
pula dengan kulit halus, kasar atau berminyak.
b. Hormon
Kadar hormon estrogen (pada wanita) dan progesteron (pada pria) dalam
tubuh sangat mempengaruhi keadaan kulit. Misalnya timbulnya jerawat
pada saat menstruasi yang disebabkan meningkatnya hormon estrogen.
Hormon estrogen ini juga berperan dalam proses regenerasi kulit.
c. Alergi
Bagi sebagian orang ada memiliki jenis kulit sensitif dan alergi terhadap
maupun makanan. Gejala alergi ini dapat dilihat dengan berubahnya warna
kulit menjadi kemerahan, terasa gatal, menjadi bengkak bahkan sampai
ada yang terluka.
d. Iklim
Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada
kulit. Misalnya kulit akan menjadi kering. Oleh karena itu perlu
perlindungan ketika beraktivitas di tempat yang terkena sinar matahari
langsung, misalnya dengan menggunakan topi, payung, maupun krim tabir
surya.
e. Stres
Faktor psikologi dapat pula mempengaruhi kecantikan kulit, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2.3 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri
dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di
tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979).
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O seperti cold cream.
b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti vanishing cream .
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan
dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini
(Lachman,1994).
Untuk penstabilan krim ditambahkan zat antioksidan dan zat pengawet.
Zat pengawet yang sering digunakan adalah nipagin 0,12-0,18% dan nipasol
0,02-0,05% (Anief, 2004).
2.3.1 Krim Tangan dan Badan
Krim tangan dan badan adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering, tidak
bersisik, dan tidak mudah pecah. Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum
untuk mempertahankan agar permukaan kulit tetap lembut, lunak, dan terlindungi.
Krim tangan dan badan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Memberikan sumber kelembaban yang siap digunakan oleh kulit
2. Memberikan lapisan tipis minyak yang bersifat seperti sebum dan tidak
mempengaruhi respirasi kulit
3. Memberikan rasa lembut dan halus pada kulit,tidak terlalu berminyak
4. Mudah dikontrol (Ditjen POM, 1985).
2.3.2 Krim Pelembab
Umumnya krim pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan,
maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk
melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan air
kulit awal. Kosmetika pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan dalam bentuk
cairan minyak tersebut (moisturizing oil), atau campuran minyak dalam air
(moisturizing cream) dan dapat ditambah atau dikurangi zat tertentu untuk tujuan
khusus (Wasitaatmadja, 1997).
Cara mencegah penguapan air dari sel kulit (Wasitaatmadja, 1997), adalah:
1. Menutupi permukaan kulit dengan minyak (oklusif)
2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam
kulit
3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat
hidrofilik yang menyerap air
4. memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh sinar matahari yang
dapat mengeringkan kulit
2.4 Emulsi
Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase
dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase
kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air
dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase
minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut
kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian
besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah
menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan
diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985).
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting
membentuk film (lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan
film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan
dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe
M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase
intern adalah air dan fase extern adalah minyak (Anief, 2004).
Keuntungan dari tipe emulsi m/a (Voight, 1995), adalah:
1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit
2. Memberi efek dingin terhadap kulit
3. Tidak menyumbat pori-pori kulit
4. Bersifat lembut
5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit
2.4.1 Stabilitas Emulsi
Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika :
a. Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk
agregat dari bulatan-bulatan.
b. Jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik kepermukaan atau turun
kedasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam.
c. Jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan
membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar
emulsi, yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam.
Disamping itu suatu emulsi mungkin sangat dipengaruhi oleh kontaminasi
2.5 Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab
Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan,
zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).
a. Emolien
Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari
lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.
b. Zat sawar
Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.
c. Humektan
Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban
diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya
bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara
dan menahan air agar tidak menguap.
d. Zat pengemulsi
Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua
bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat,
trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).
e. Pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka
waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat
bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas
mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat
e. Parfum
Pemilihan sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan dan wangi
yang ditimbulkan dari parfum dapat menambah daya tarik konsumen untuk
memilih produk yang ditawarkan oleh produsen (Lachman, 1994).
2.6 Silika Gel
Silika gel (SiO2) adalah terhidrat sebagian, amorf, terdapat dalam bentuk
granul seperti kaca dengan berbagai ukuran. Jika digunakan sebagai pengering,
sering kali disalut dengan senyawa yang berubah warna jika kapasitas penyerapan
air telah habis. Bahan berwarna tersebut dapat di kembalikan (dapat menyerap air
kembali) dengan memanaskannya pada suhu 110o hingga gel berubah warna
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-Alat yang Digunakan
Neraca listrik (Mettler Toledo), pH meter (Orion EA 940), mikroskop,
freezee dryer (Modulyo, Edward, serial no: 3985), blender (Miyako), lumpang
porselen, stamfer, objek gelas, alat-alat gelas, tutup pot plastik, kain kasa,
penangas air, batang pengaduk, spatel, pot plastik, selotip transparan.
3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan
Asam stearat, setil alkohol,trietanolamin (TEA), gliserin, air suling,
nipagin, Natrium Metabisulfit, parfum, sari buah jambu biji, silika gel, air suling,
parfum, metil biru, larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01).
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan
kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 6 orang
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Pembuatan sari jambu biji
Buah jambu biji yang sudah masak dengan berat 2,5kg dikupas kulitnya
dan bijinya dibuang, dicuci bersih, kemudian daging buah jambu biji sebanyak
2,2kg dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil dan dihaluskan dengan
blander dan disaring, lalu dihasilkan sari sebanyak 700gram dan dikeringkan
dengan freezee dryer selama 48 jam pada suhu -40o dengan tekanan 2 atm, sampai
diperoleh sari buah jambu biji yang kental sebanyak 54,2gram.
3.4.2 Formula Dasar Krim
A. Formula dasar krim (Young, 1972)
R/ Asam stearat 12 g
Setil alkohol 0,5 g
Sorbitol sirup 5 g
Propilen glikol 3g
Trietanolamin 1g
Air suling ad 100ml
B. Formula yang telah di modifikasi
R/ Asam stearat 12 g
Setil alkohol 0,5 g
Sari buah jambu biji x
Trietanolamin 1 g
Nipagin 0,1 %
Na.Metabisulfit 0,2 %
Air suling ad 100 ml
Parfum 3 tetes
Sebagai pembanding digunakan gliserin 2%
Konsentrasi sari buah jambu biji yang digunakan dalam penelitian ini
3.4.3 Pembuatan Sediaan Krim
[image:37.595.108.539.195.641.2]Formula yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Formula Sediaan Krim
Komposisi
Formula
Blanko
SBJB
2,5%
SBJB
5%
SBJB
7,5%
SBJB
10%
Gliserin
2%
Asam stearat (g) 12 12 12 12 12 12
Setil alkohol (g) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Trietanolamin (g) 1 1 1 1 1 1
Gliserin (%) - - - 2
Sari buah jambu biji (%) - 2,5 5 7,5 10 -
Nipagin (mg) 100 100 100 100 100 100
Na.Metabisulfit (mg) 200 200 200 200 200 200
Air suling (ml) ad 100 100 100 100 100 100
Parfum (tetes) 3 3 3 3 3 3
Keterangan : SBJB : Sari Buah Jambu Biji
Cara Pembuatan:
Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan
dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dan Natrium metabisulfit
dilarutkan dalam air panas, lalu ditambahkan trietanolamin dan diaduk sampai
larut (massa II). Lalu ditambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang
panas sambil digerus secara terus menerus hingga terbentuk dasar krim. Sari buah
jambu biji hasil frezze dryer digerus di dalam lumpang,lalu ditambahkan sedikit
demi sedikit dasar krim dan digerus. Terakhir ditambahkan 3 tetes parfum dan
digerus sampai homogen.
3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.5.2 Pengamatan Stabilitas Sedíaan
Cara:
Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam gelas ukur 25 ml,
ditutup bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada
pada temperatur kamar, bagian yang diamati berupa pecah atau tidaknya emulsi,
pemisahan fase, perubahan warna dan bau dari sedíaan.
3.5.3 Penentuan pH Sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Cara:
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar
standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat
menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling,
lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan
elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga
pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan.
(Rawlins, 2003).
3.6 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
Cara :
Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1
tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan
diamati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan
tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan
3.7 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Percobaan ini dilakukan pada 6 orang sukarelawan dengan cara:
kosmetika dioleskan di belakang telinga, kemudian biarkan selama 24 jam dan
lihat perubahan yang terjadi berupa iritasi pada kulit, gatal dan pengkasaran
(Wasitaatmadja, 1997).
3.8 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air dari Kulit
Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm
yang dirangkai seperti pada lampiran 7,halaman 25.
Cara :
Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah sukarelawan
diberikan tanda berupa lingkaran yang sama diameternya dengan diameter tutup
pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Sebelum
dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan,
kemudiaan diletakkan pada desikator. Pada wadah plastik yang belum dilubangi
ditimbang 10 g silika gel. Wadah silika gel tersebut diselubungi dengan kain kasa
sehingga silika gel tersebut tidak jatuh meskipun wadah silika dibalikkan. Wadah
plastik yang lain dilubangi, kemudian wadah plastik disatukan dengan
menggunakan isolatip transparan, wadah yang berlubang berada pada bagian
bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup. Selanjutnya wadah plastik
wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk mencegah pengaruh
udara dari lingkungan maka digunakan isolatif transparan yang ditempelkan
sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut. Alat ini dibiarkan menempel
selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang
kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan pembanding yaitu sediaan
yang menggunakan gliserin 2%, dan blanko sebagai kontrol pengujian tanpa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
4.1.1 Homogenitas Sediaan
Dari percobaan yang telah dilakukan pada sediaan krim pelembab tidak
diperoleh butiran-butiran, maka sediaan tersebut dikatakan homogen. Perlakuan
yang sama juga dilakukan terhadap sediaan pembanding yaitu blanko dan gliserin
2%, hasil yang diperoleh juga menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada
objek gelas.
4.1.2 pH Sedíaan
pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan
Tabel 2. Data Pengukuran pH Sediaan
No Formula pH
I II III Rata-rata
1 Blanko 6,5 6,4 6,2 6,36
2 SBJB 2,5% 6,2 6,2 6,0 6,13
3 SBJB 5% 6,1 6,1 6,0 6,06
4 SBJB 7,5% 6,1 6,1 5,9 6,03
5 SBJB 10% 6,0 6,0 5,9 5,96
6 Gliserin 2% 6,1 6,1 6,0 6,06
Keterangan: SBJB: Sari Buah Jambu Biji
I : Pengukuran pada saat selesai dibuat
II : Pengukuran setelah 6 minggu
III : Pengukuran setelah 12minggu
Hasil penentuan pH sediaan, didapatkan bahwa pH dari blanko: 6,36.
SBJB 2,5%: 6,13. SBJB 5%: 6,06. SBJB 7,5%: 6,03. SBJB 10%: 5,96. Gliserin
2%: 6,06. Menurut Balsam (1972), pH untuk kulit adalah 5-8, sediaan memenuhi
4.1.3 Stabilitas Sediaan
Tabel 3. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat Sediaan Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu
No Formula
Pengamatan setelah
Selesai dibuat
1 minggu 4 minggu 8 minggu 12 minggu
x y z x y z x y z x y z x y z
1 Blanko - - - -
2 SBJB
2,5%
- - - -
3 SBJB
5%
- - - -
4 SBJB
7,5%
- - - -
5 SBJB
10%
- - - -
6 Gliserin 2%
- - - -
x : Perubahan warna
y : Perubahan bau
z : Pecahnya emulsi
- : Tidak terjadi
Menurut Ansel (1989) rusak atau tidaknya suatu sediaan yang
mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya
perubahan warna dan perubahan bau. Untuk mengatasinya maka di tambahkan
suatu antioksidan. Antioksidan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
natrium metabisulfit. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh aktifitas bakteri dan
jamur, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan
pengawet. Pengawet yang digunakan adalah nipagin.
Dari data diatas di dapat hasil bahwa tidak terjadi perubahan warna, bau
dan pecahnya emulsi (pemisahan fase) pada formula blanko, sediaan SBJB 2,5%,
sediaan SBJB 5%, sediaan SBJB 7,5%, sediaan SBJB 10%, dan gliserin 2%
4.2 Data Uji Daya Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Tabel 4. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
No Pernyataan
Sukarelawan
I II III IV V VI
a b a b a b a b a b a b
1 Iritasi pada kulit:
- eritema
- - - -
- edema - - - -
- papula - - - -
- vesikular - - - -
2 Gatal pada kulit - - - -
3 Kulit menjadi kasar - - - -
Keterangan: + : Terjadi iritasi
- : Tidak terjadi iritasi
a : Diuji pada saat selesai dibuat
b : Diuji setelah penyimpanan 12 minggu
Menurut Wasitaatmadja (1997), uji kulit yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika di belakang daun telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel di atas, ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa iritasi, gatal atau pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan dengan menggunakan
[image:47.595.111.514.185.492.2]biru metil adalah:
Tabel 5. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
No Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan
Ya Tidak
1 Blanko √ -
2 SBJB2,5% √ -
3 SBJB 5% √ -
4 SBJB 7,5% √ -
5 SBJB 10% √ -
6 Gliserin 2% √ -
Keterangan: SBJB: SariBuah Jambu Biji √ : Biru Metil Larut
Menurut Ditjen POM (1985), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat
dilakukan dengan menggunakan biru metil, jika biru metil terlarut bila diaduk
maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.
Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel di atas, formula
menunjukkan biru metil dapat larut dalam krim tersebut. Dengan demikian
larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang
dibuat mempunyai tipe emulsi m/a.
4.4. Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air
Dari Kulit
Pengujian dilakukan terhadap 6 orang sukarelawan yang berusia 20-30
[image:48.595.113.516.368.696.2]tahun yang berjenis kelamin wanita, data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air dari Kulit
No Sukarelawan
Persentase Pengurangan Penguapan Air Pada
Masing-masing Formula
Blanko SBJB
2,5%
SBJB 5%
SBJB 7,5%
SBJB 10%
Gliserin 2%
1 I 7,56% 13,64% 25,76% 37,87% 53,03% 59,09%
2 II 9,52% 15,48% 22,62% 42,86% 54,76% 54,76%
3 III 9,26% 14,82% 20,37% 40,74% 57,41% 55,56%
4 IV 8,33% 15% 26,67% 36,67% 55% 58,33%
5 V 8,64% 16,05% 22,22% 40,74% 54,32% 58,03%
6 VI 8,34% 16,67% 23,96% 38,54% 55,21% 57,29%
Gambar 1. Grafik Persen Pengurangan Penguapan Air
Dari data diatas dapat dilihat bahwa krim sari buah jambu biji dengan
konsentrasi 2,5% mampu mengurangi penguapan air dari kulit, sebesar 13,64%
sampai 16,67%, untuk konsentrasi 5% mampu mengurangi penguapan air dari
kulit sebesar 20,37% sampai 26,67%, untuk konsentrasi 7,5% mampu mengurangi
penguapan air sebesar 36,67% sampai 42,86% sedangkan untuk konsentrasi 10%
mampu mengurangi peguapan air dari kulit sebesar 53,03% sampai
57,41%.Pengukuran ini dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin
konsentrasi 2% dan blanko. Dimana sediaan dengan penambahan gliserin
konsentrasi 2% sudah mampu mengurangi penguapan air sebesar 54,76% hingga
59,09% sedangkan blanko hanya mampu mengurangi penguapan air sebesar
Dari data yang diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari
buah jambu biji yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula
kemampuan sediaan krim tersebut menahan penguapan air dari kulit.
Dari data dapat diketahui bahwa penguapan air dari kulit antara krim sari
buah jambu biji konsentrasi 10% dengan krim gliserin konsentrasi 2% yaitu pada
1 sukarelawan memberikan hasil yang sama , pada 4 sukarelawan memberikan
hasil bahwa krim gliserin konsentrasi 2% lebih bagus dari pada krim sari buah
jambu biji 10%, dan pada 1 sukarelawan memberikan hasil bahwa krim sari jambu
biji konsentrasi 10% lebih bagus dari pada krim gliserin konsentrasi 2%. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa penguapan air dari kulit dengan menggunakan krim sari
jambu biji dengan konsentrasi 10% dan krim gliserin dengan konsentrasi 2%
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Sari buah jambu biji (Pisidium guajava L.) dapat diformulasikan ke dalam
bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan
semuanya homogen, sediaan krim stabil pada penyimpanan selama 12
minggu, memiliki pH 5,96-6,36 dan sediaan krim sari buah jambu biji
tidak menyebabkan iritasi kulit.
2. Penambahan sari buah jambu biji kedalam sediaan krim dapat mengurangi
penguapan air pada kulit, dimana dari data yang diperoleh menunjukkan
bahwa semakin tinggi konsentrasi sari jambu biji yang ditambahkan pada
sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut
mengurangi penguapan air dari kulit. Dibandingkan dengan sediaan yang
mengandung gliserin 2%, ternyata kemampuan sari buah jambu biji
dengan konsentrasi sari buah jambu biji 10% untuk mengurangi
penguapan air dari kulit hampir sama dengan sediaan yang mengandung
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meningkatkan konsentrasi sari buah
jambu biji yang digunakan dan menggunakan metode lain dalam mengukur kadar
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal.71-72,132.
Anonim . (2011) .Jambu Biji Dapat Buat Kulit Mulus.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaam Farmasi. Edisi Keempat. Penerbit
Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 387-389.
Arief, P.S. (2010). Agribisnis Guava (jambu batu). Bandung: Penerbit CV
Pustaka Grafika. Hal.17.
Astrid,A. (2010).http://www.infoanak.com/jambu-biji-botoks-alami/
Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Second Edition. New York. John Willy and Son, Inc. Page. 179.
Bambang,C. (2010). Sukses Budi Daya Jambu Biji Di Perkarangan dan Perkebunan. Yogyakarta: Lily Publisher. Hal. 3.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta: Hal. 1197
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Hal. 8,33.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Hal. 22, 83, 97,
356.
Dhody, S.P. (1998). Agar Awet Muda. Ungaran: Pt Trubus Agriwidya. Hal. 2.
Dwikarya, Maria., DSSK (2003). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Penerbit Kawan Pustaka. Hal. 2.
Jaelani. (2009). Ensiklopedi Kosmetika Nabati. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Hal. 18.
Lachman, L. (1994). Teori an Praktek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti
Made, A. (2008).
jambu-biji/
Rawlins, E. A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London:
Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.
Santoso, D. (2001). Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 1.
Tranggono, R. I. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 46.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.
Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 11-12,69,111-12.
Wirakusumah, E. S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 6-7, 8-10.
Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited
Hal. 40.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar Buah Jambu biji
[image:55.595.175.423.191.376.2]
Gambar 2. Buah Jambu Biji
[image:55.595.197.415.464.628.2]
Lampiran 2. Sediaan Formula Krim Pelembab Dari Sari Buah Jambu biji
[image:56.595.113.512.115.292.2]
Gambar 4. Sediaan Formula Krim
Lampiran 3. Gambar sediaan krim dalam penyimpanan selama 12 minggu
[image:56.595.114.510.385.684.2]
Gambar 6. Gambar uji tipe emulsi di atas objek gelas
Lampiran 5. Gambar Alat freezee dryer
[image:57.595.204.417.393.629.2]Lampiran 6. Gambar Alat pH meter
[image:58.595.204.393.141.581.2]
Lampiran 7. Gambar alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit
Rangkaian alat pada saat pengujian
Tutup Pot Plastik Tidak Berlubang Tutup Pot Plastik Berlubang
[image:59.595.112.463.130.293.2]Rangkaian Kedua Tutup Pot Plastik
Lampiran 8. Perhitungan
Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan.
Contoh formula blanko pada sukarelawan I:
a. Pertambahan berat
Petambahan berat = berat akhir – berat awal
Berat awal = 10,01 g
Berat akhir = 10,22 g
Pertambahan berat = 210 mg
b. Presentase pengurangan penguapan
= pertambahan berat tanpa sediaan – pertambahan berat sediaan
Pertambahan berat tanpa sediaan = 220 mg
Pertambahan berat sediaan = 210 mg
Persentase pengurangan penguapan = 4,55
Tabel 7. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Masing-masing Sukarelawan
Sukarelawan formula Berat
Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan I Tanpa sediaan
10,03 10,25 220 0% 0%
Blanko 10,01 10,22 210 4,55%
7,56%
10,03 10,23 200 9,09%
10,06 10,26 200 9,09%
SBJB
2,5%
10,05 10,24 190 13,64%
13,64%
10,00 10,19 190 13,64%
10,01 10,20 190 13,64%
SBJB 5%
10,02 10,19 170 22,73%
25,76%
10,00 10,16 160 27,27%
10,01 10,17 160 27,27%
SBJB
7,5%
10,03 10,17 140 36,36%
37,87%
10,02 10,16 140 36,36%
10,02 10,15 130 40,90%
SBJB
10%
10,02 10,12 100 54,55%
53,03%
10,00 10,09 90 50,00%
10,00 10,10 100 54,55%
Gliserin
2%
10,03 10,10 70 68,18%
59,09%
10,02 10,12 100 54,55%
10,05 10,15 100 54,55%
Sukarelawan formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan II Tanpa sediaan
10,00 10,28 280 0 % 0%
Blanko 10,05 10,29 240 14,29%
9,52%
10,09 10,36 270 3,57%
10,10 10,35 250 10,71%
SBJB 2,5%
10,02 10,26 240 14,29%
15,48%
10,00 10,24 240 14,29%
10,00 10,23 230 17,86%
SBJB
5%
10,03 10,26 230 17,86%
22,62%
10,08 10,30 220 21,42%
10,05 10,25 200 28,57%
SBJB
7,5%
10,01 10,17 160 42,86%
42,86%
10,02 10,18 160 42,86%
10,01 10,15 160 42,86%
SBJB
10%
10,00 10,13 130 53,57%
54,76%
10,05 10,17 120 57,14%
10,03 10,16 130 53,57%
Gliserin
2%
10,04 10,16 120 57,14%
54,76%
10,01 10,14 130 53,57%
10,00 10,13 130 53,57%
Sukarelawan formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan III Tanpa sediaan
10,00 10,18 180 0 % 0%
Blanko 10,01 10,17 160 11,11%
9,26%
10,01 10,17 160 11,11%
10,02 10,19 170 5,55%
SBJB
2,5%
10,04 10,19 150 16,67%
14,82%
10,00 10,15 150 16,67%
10,02 10,18 160 11,11%
SBJB
5%
10,00 10,14 140 22,22%
20,37%
10,03 10,17 140 22,22%
10,02 10,17 150 16,67%
SBJB
7,5%
10,00 10,12 120 33,33%
40,74%
10,05 10,15 100 44,44%
10,06 10,16 100 44,44%
SBJB
10%
10,03 10,10 70 61,11%
57,41%
10,01 10,09 80 55,56%
10,02 10,10 80 55,56%
Gliserin
2%
10,00 10,08 80 55,56%
55,56%
10,01 10,09 80 55,56%
10,00 10,08 80 55,56%
Sukarelawan formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan IV Tanpa sediaan
10,09 10,29 200 0 % 0%
Blanko 10,05 10,24 190 5%
8,33%
10,02 10,20 180 10%
10,00 10,18 180 10%
SBJB
2,5%
10,04 10,21 170 15,00%
15,00%
10,03 10,20 170 15,00%
10,06 10,23 170 15,00%
SBJB
5%
10,03 10,17 140 30,00%
26,67%
10,00 10,15 150 25,00%
10,01 10,16 150 25,00%
SBJB
7,5%
10,02 10,15 130 35,00%
36,67%
10,04 10,16 120 40,00%
10,06 10,19 130 35,00%
SBJB
10%
10,00 10,09 90 55,00%
55,00%
10,02 10,11 90 55,00%
10,00 10,09 90 55,00%
Gliserin
2%
10,01 10,09 80 60,00%
58,33%
10,04 10,12 80 60,00%
10,02 10,11 90 55,00%
Sukarelawan formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan V Tanpa sediaan
10,00 10,27 270 0 % 0%
Blanko 10,01 10,25 240 11,11%
8,64%
10,01 10,269 250 7,41%
10,03 10,28 250 7,41%
SBJB
2,5%
10,00 10,23 230 14,81%
16,05%
10,02 10,25 220 14,81%
10,00 10,22 370 18,52%
SBJB
5%
10,00 10,20 200 25,93%
22,22%
10,00 10,21 210 22,22%
10,00 10,22 220 18,52%
SBJB
7,5%
10,04 10,20 160 40,74%
40,74%
10,05 10,20 150 44,44%
10,03 10,20 170 37,04%
SBJB
10%
10,01 10,13 120 55,56%
54,32%
10,02 10,14 120 55,56%
10,02 10,15 130 51,85 %
Gliserin
2%
10,04 10,14 110 59,25%
58,03%
10,05 10,17 120 55,56%
10,07 10,18 110 59,26%
Sukarelawan formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan VI Tanpa sediaan
10,05 10,37 320 0 % 0%
Blanko 10,03 10,32 290 9,38%
8,34%
10,03 10,32 290 9,38%
10,03 10,33 300 6,25%
SBJB
2,5%
10,02 10,29 270 15,63%
16,67%
10,03 10,29 260 18,75%
10,04 10,31 270 15,63%
SBJB 5%
10,01 10,23 220 31,25%
23,96%
10,02 10,27 250 21,88%
10,04 10,30 260 18,75%
SBJB
7,5%
10,05 10,25 200 37,50%
38,54%
10,07 10,26 190 40,63%
10,00 10,20 200 37,50%
SBJB
10%
10,01 10,16 150 53,13%
55,21%
10,04 10,18 140 56,25%
10,07 10,21 140 56,25%
Gliserin 2%
10,06 10,20 140 56,25%
57,29%
10,03 10,17 140 56,25%
10,09 10,22 130 59,38%