PENGGUNAAN SARI DAUN ROSELLA
(
Hibiscus sabdariffa
Linn.
)
DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
HAYATUL AKMAL
NIM 071501081
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGGUNAAN SARI DAUN ROSELLA
(
Hibiscus sabdariffa
Linn.
)
DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
HAYATUL AKMAL
NIM 071501081
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt.
NIP 196106191991031001 NIP 195111021977102001
Drs. Suryanto, M.Si., Apt.
Pembimbing II, NIP 196106191991031001
Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.
NIP 195011171980022001 NIP196005111989022001
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan ridhaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Penggunaan
sari daun rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) dalam sediaan krim pelembab”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., dan Ibu Drs. Fat Aminah,
M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberi motivasi dan
membimbing penulis dengan penuh kesabaran, tanggung jawab, tulus dan
ikhlas selama penelitian hingga menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Ucapan
terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Juanita
Tanuwijaya, M.Si., Apt., Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., dan Ibu Dra.
Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik
dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Serta kepada Ibu Dr. Marline
Nainggolan, M.Si., Apt., sebagai dosen penasehat akademik yang telah
membimbing penulis selama masa pendidikan.
Penulis juga tiada lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan
Hasballah dan Umi Dra. Hj. Rabiatul Adawiyah Z, M.Kes., Apt., untuk
adik-adikku tersayang Chairunisa dan Alfath Amarullah atas do’a, dukungan,
motivasi dan perhatian yang tiada hentinya kepada penulis. Ucapan terima
kasih kepada sahabat-sahabatku Dewi Pertiwi, Rinda Pramadia, dan kepada
rekan-rekan farmasi stambuk 2007 yang memberikan saran, arahan dan
masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi ini.
Medan, 19 Juli 2013
Penulis,
PENGGUNAAN SARI DAUN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn.) radikal bebas. Selain vitamin daun rosella juga mengandung mineral seperti karbohidrat, protein dan lemak. Tujuan penelitian adalah untuk membuat sediaan krim pelembab dengan menggunakan sari daun rosella sebagai pelembab dan kemampuannya dalam mengurangi penguapan air dari kulit.
Sari daun rosella dikeringkan dengan freeze driyer selama 72 jam dan
diformulasikan dalam sediaan krim tipe m/a yang berfungsi sebagai pelembab. Konsentrasi sari daun rosella yang digunakan 0,5-4% lalu dibandingkan dengan sediaan blanko (dasar krim tanpa sampel) dan sediaan yang mengandung gliserin 2%. Pengujian terhadap sediaan krim meliputi uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit sukarelawan, dan pengujian menggunakan metode gravimetri untuk mengetahui kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit pada12 orang sukarelawan.
Hasil pengujian homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogeny dan stabil selama penyimpanan 8 minggu pada temperature kamar. Sediaan krim mempunyai pH 6,1-7,0, merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi kulit. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari daun rosella yang ditambahkan pada sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sari daun rosella dapat diformulasikan dalam sediaan krim dan mampu mengurangi penguapan air dari kulit.
THE USE OF ROSELLA LEAF (Hibiscus sabdariffa Linn.) EXTRACT IN THE PREPARATION OF A MOISTURIZER CREAM
Abstract
Rosella leaf (Hibiscus sabdariffa Linn.) is one of natural material that
can be used as moisturizing agent on skin. Rosella leaf was rich of vitamin B1, B2, C, and betacarotene which important to ward free radical. Beside vitamin, rosella leaf also has carbohydrat, protein and lipid. Goals of this research were to make moisturizer cream with using rosella leaf extract as moisturizer and knowing its ability in reducing water evaporation from skin.
Rosella leaf extractwas dried with freezee driyer for 72 hours was
formulation in o/w as cream that used as a moisturizer. Concentration of rosella leaf extract used were 0.5-4% and then compared with blank and glycerine 2%. Some test have been done on moisturizer including: homogenity test, stability test, pH value, type of emulsion, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from skin with gravimetry method using 12 volunteers.
The result of the homogenity test showed that moisturizer cream was homogenous and stable in storage 8 weeks in room temperatur, a pH value 6.1-7.0, this cream had o/w (oil/water) emulsion type, did not irritate skin. Result of testing the ability of reducing water evaporation from the skin showed that the higher concentration of rosella leaf extract added into the cream the greater the ability to reduce the evaporation of water from the skin.
The conclusion of the result from this research that rosella leaf extract can be formulated in cream preparation and be able to reduce the evaporation of water from the skin.
Key words: Rosella leaf extract (Hybiscus sabdariffa Linn), cream, moisturizer
3.5.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk
mengurangi penguapan air ... 19
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 21
4.1.1 Homogenitas sediaan ... 21
4.1.2 Stabilitas sediaan ... 21
4.1.3 pH sediaan ... 23
4.1.4 Tipe emulsi sediaan ... 24
4.1.5 Uji daya iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 25
4.1.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
5.1 Kesimpulan ... 29
5.2 Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1Formula sediaan krim yang dibuat ... 17
4.1Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat
sediaan selesai dibuat dan setelah 1,4, dan 8 minggu ... 22
4.2Data pengukuran pH sediaan setelah dibuat ... 23
4.3Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama
8 minggu ... 23
4.4Data penentuan tipe emulsi sediaan ... 25
4.5Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 26
4.6Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Gambar sediaan krim setelah dibuat ... 32
2. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan selama 8 minggu ... 33
3. Gambar uji tipe emulsi ... 34
4. Gambar tumbuhan rosella ... 35
5. Gambar alat frezee dryer ... 36
6. Gambar sari daun rosella setelah pengering bekuan ... 37
7. Gambar rangkaian alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit ... 38
8. Perhitungan persentase pengurangan penguapan air ... 39
9. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 40
PENGGUNAAN SARI DAUN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn.) radikal bebas. Selain vitamin daun rosella juga mengandung mineral seperti karbohidrat, protein dan lemak. Tujuan penelitian adalah untuk membuat sediaan krim pelembab dengan menggunakan sari daun rosella sebagai pelembab dan kemampuannya dalam mengurangi penguapan air dari kulit.
Sari daun rosella dikeringkan dengan freeze driyer selama 72 jam dan
diformulasikan dalam sediaan krim tipe m/a yang berfungsi sebagai pelembab. Konsentrasi sari daun rosella yang digunakan 0,5-4% lalu dibandingkan dengan sediaan blanko (dasar krim tanpa sampel) dan sediaan yang mengandung gliserin 2%. Pengujian terhadap sediaan krim meliputi uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit sukarelawan, dan pengujian menggunakan metode gravimetri untuk mengetahui kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit pada12 orang sukarelawan.
Hasil pengujian homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogeny dan stabil selama penyimpanan 8 minggu pada temperature kamar. Sediaan krim mempunyai pH 6,1-7,0, merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi kulit. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari daun rosella yang ditambahkan pada sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sari daun rosella dapat diformulasikan dalam sediaan krim dan mampu mengurangi penguapan air dari kulit.
THE USE OF ROSELLA LEAF (Hibiscus sabdariffa Linn.) EXTRACT IN THE PREPARATION OF A MOISTURIZER CREAM
Abstract
Rosella leaf (Hibiscus sabdariffa Linn.) is one of natural material that
can be used as moisturizing agent on skin. Rosella leaf was rich of vitamin B1, B2, C, and betacarotene which important to ward free radical. Beside vitamin, rosella leaf also has carbohydrat, protein and lipid. Goals of this research were to make moisturizer cream with using rosella leaf extract as moisturizer and knowing its ability in reducing water evaporation from skin.
Rosella leaf extractwas dried with freezee driyer for 72 hours was
formulation in o/w as cream that used as a moisturizer. Concentration of rosella leaf extract used were 0.5-4% and then compared with blank and glycerine 2%. Some test have been done on moisturizer including: homogenity test, stability test, pH value, type of emulsion, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from skin with gravimetry method using 12 volunteers.
The result of the homogenity test showed that moisturizer cream was homogenous and stable in storage 8 weeks in room temperatur, a pH value 6.1-7.0, this cream had o/w (oil/water) emulsion type, did not irritate skin. Result of testing the ability of reducing water evaporation from the skin showed that the higher concentration of rosella leaf extract added into the cream the greater the ability to reduce the evaporation of water from the skin.
The conclusion of the result from this research that rosella leaf extract can be formulated in cream preparation and be able to reduce the evaporation of water from the skin.
Key words: Rosella leaf extract (Hybiscus sabdariffa Linn), cream, moisturizer
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang dikenakan pada
kulit manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik serta
merubah rupa. Karena terjadi kontak antara kosmetika dengan kulit, maka
kosmetika akan diserap oleh kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam dari
tubuh. Jumlah kosmetika yang terserap kulit bergantung pada beberapa faktor,
yaitu kondisi kulit pemakai dan keadaan kosmetik yang dipakai. Kontak
kosmetik dengan kulit menimbulkan akibat positif berupa manfaat dari
kosmetik dan akibat negatif atau merugikan berupa efek samping kosmetik
(Wasitaatmadja, 1997).
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung
air tidak kurang dari 60% dimaksudkan untuk pemakaian luar. Bahan yang
digunakan mencakup zat emolien, zat sawar (barier), zat pengental dan
pembentuk lapisan tipis, zat penutup kulit yang berpori lebar, zat pengemulsi,
zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).
Pada dasarnya ada dua tipe reaksi negatif kulit akibat pemakaian
kosmetik yang tidak aman, yaitu reaksi toksik dan reaksi intoleransi. Reaksi
toksik adalah suatu kerusakan pasif pada organisme yang disebabkan oleh
kerja dari sejumlah bahan yang bersifat racun. Bahan yang memiliki efek
beracun tersebut dikenal sebagai iritan primer dan efeknya disebut iritasi
meskipun tingkat keparahannya tergantung pada kesehatan kulit dan kesehatan
umum orang tersebut (Tranggono dan Latifah, 2007).
Reaksi intoleransi yang sering disebut reaksi alergi tidak terjadi pada
semua orang yang mengenakan kosmetik yang sama. Bahan penyebab alergi
yang ada di dalam kosmetik bukan merupakan elemen primer yang aktif
menimbulkan kerusakan, melainkan hanya sebagai faktor pemicu terjadinya
reaksi alergi pada orang-orang yang memilki kelemahan tertentu (predisposisi)
(Tranggono dan Latifah, 2007).
Secara alami, vitamin mampu melindungi kulit dari radikal bebas yang
sangat reaktif yang menjadi penyebab utama kerusakan dan kelainan kulit.
Vitamin A, B, C, D, dan E jika digunakan secara topikal akan memberikan
manfaat yang sama dengan suplemen untuk mengobati penyakit dan kelainan
kulit tertentu. Sari buah dan sayuran, baik dalam bentuk murni atau
dicampurkan dalam krim, susu, atau face mask, juga memiliki efek yang
menguntungkan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia terletak
di bagian paling luar dan mempunyai permukaan paling luas. Oleh karena itu,
kondisi kulit selalu dipandang pertama kali dan dianggap sebagai salah satu
unsur kecantikan. Dengan demikian, kulit senantiasa memancarkan kesegaran
bagi orang yang memandangnya (Wirakusumah, 2007).
Rosella yang mempunyai nama ilmiah Hibiscus sabdariffa Linn,
beriklim tropis dan subtropis. Di Afrika Timur, rebusan kelopak rosela yang
dikenal dengan nama Sudan tea, digunakan untuk mengurangi batuk. Daun
rosella juga bisa mengobati kaki pecah-pecah atau pada kulit yang terbakar.
Daun ini juga dapat mempercepat pematangan bisul sekaligus bersifat
melembutkan kulit (emollient). Daun rosella juga kaya akan vitamin B1, B2, C
dan beta karoten yang sangat penting untuk menangkal radikal bebas. Selain
vitamin, daun rosella juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, zat
besi, karbohidrat, protein dan lemak (Maryani dan Kristiana, 2005)
Berdasarkan kandungan yang terdapat pada daun rosella maka daun
rosella diduga mempunyai kemampuan untuk melembabkan kulit. Berkaitan
dengan hal tersebut penulis ingin meneliti pengaruh daun rosella dalam krim
sebagai pelembab.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah sari daun rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) dapat
diformulasikan ke dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a?
2. Apakah sari daun rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) mampu
mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam
bentuk sediaan krim?
1.3 Hipotesa
1. Sari daun rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) dapat diformulasikan ke
2. Sari daun rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) mampu mengurangi
penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan
krim.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah sari daun rosella (Hibiscus sabdariffa Linn)
dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.
2. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan sari daun rosella
(Hibiscus- sabdriffa Linn) mengurangi penguapan air dari kulit atau
melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman Rosella
2.1.1 Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.)
Rosella yang mempunyai nama ilmiah Hibiscus sabdariffa Linn.
Merupakan anggota famili Malvaceae. Rosella dapat tumbuh baik di daerah
beriklim tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai habitat asli di daerah
yang terbentang dari India hingga Malaysia. Namun, sekarang tanaman ini
telah tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Di Afrika
Timur, rebusan kelopak bunga rosela yang dikenal dengan nama Sudan tea,
digunakan untuk mengurangi batuk. Daun rosella juga bisa mengobati kaki
pecah-pecah atau pada kulit yang terbakar. Daun ini juga dapat mempercepat
pematangan bisul sekaligus bersifat melembutkan kulit (emollient) (Maryani
dan Kristiana,2005).
Hibiscus sabdariffa Linn. merupakan tanaman semusim yang tumbuh
tegak bercabang yang berbatang bulat dan berkayu. Daunnya tunggal,
berbentuk bulat telur, pertulangan menjari dan letaknya berseling dan
pinggiran daun bergerigi. Bunga rosella bertipe tunggal yaitu hanya terdapat
satu kuntum bunga pada setiap tangkai bunga. Bunga ini mempunyai 8-11
helai kelopak yang berbulu dengan panjang 1 cm, pangkal saling berlekatan
dan berwarna merah (Rahmawati, 2012).
Menurut Rahmawati (2012) rosella diklasifikasi sebagai berikut:
2.1.3 Kandungan dan manfaat daun rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) Menurut Maryani dan Kristiana (2005), kandungan gizi rosella,
diantaranya :
Betakaroten (mcg/100 mg) : 4135
Protein (g/100g) : 3,3
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan
rangsangan dari luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah
mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus
(keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit yang sudah mati), respirasi dan
pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, pembentukan pigmen
melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai
peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar.
Selain itu, kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang besar. Luas kulit pada
manusia rata-rata lebih kurang 2 meter persegi, dengan berat 10 kg jika dengan
lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak.
Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada
umumnya kulit dibagi dalam tiga lapisan jaringan yaitu: epidermis, dermis dan
hipodermis (Lachman, dkk., 1994).
2.2.2 Fungsi kulit
Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai beberapa
fungsi diantaranya sebagai berikut (Wirakusumah, 2007):
a. Kulit sebagai filter dan pelindung tubuh
Kulit mempunyai kemampuan untuk mencegah masuknya bahan- bahan
yang membahayakan tubuh, seperti bakteri dan bahan asing lainnya. Selain
itu, kulit juga dapat melindungi tubuh dari benturan fisik, panas matahari,
api dan dingin.
Lapisan kulit bersifat pejal (padat dan kencang) terutama bagian lapisan
tanduknya sehingga air tidak mudah ke luar dari dalam tubuh. Dengan
demikian, kelembabannya selalu terjaga.
c. Kulit pengatur suhu tubuh
Kulit membantu dan menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara
melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas. Keringat tersebut kemudian
akan menguap sehingga menyebabkan tubuh terasa dingin. Demikian pula
sebaliknya. Bila seseorang mengalami kedinginan, pembuluh darah dalam
kulit akan menyempit sehingga panas tubuh tertahan.
d. Kulit sebagai sistem syaraf yang sensitif
Kulit terdiri dari sistem syaraf yang peka terhadap ancaman dari luar
seperti panas, dingin, sentuhan dan tekanan. Oleh karena itu, kulit akan
segera memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem syaraf
tersebut.
2.2.3 Jenis kulit secara umum
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, kulit tubuh secara
umum dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Jenis kulit sensitif
Kulit jenis ini mudah sekali mengalami gangguan dan masalah yang
disebabkan oleh perubahan suhu, kelembaban, maupun penggunaan
b. Jenis kulit reaktif
Kulit jenis ini cepat mengalami perubahan secara tiba-tiba akibat adanya
perubahan lingkungan. Reaksi ini meskipun dalam jangka waktu yang tidak
terlalu lama akan kembali normal. Misalnya, kulit muka menjadi merah
secara tiba-tiba karena perlebaran pembuluh darah kapiler di bawah kulit
tanpa diketahui penyebab yang jelas.
c. Jenis kulit alergi
Jenis kulit ini berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. Pada
kasus-kasus tertentu, sistem kekebalan tubuh tidak dapat berperan sehingga akan
timbul alergi. Tanda-tanda alergi yaitu kulit memerah dan biasanya juga
timbul gatal-gatal pada kulit (Wirakusuma, 2007).
2.3 Krim
Krim didefinisikan sebagai “cairan kental atau emulsi setengah padat
baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air”. Krim biasanya
digunakan sebagai emolien atau pemakaian obat pada kulit.
Istilah krim secara luas digunakan dalam farmasi dan industri kosmetik,
dan banyak produk dalam perdagangan disebut sebagai krim tetapi tidak sesuai
dengan definisi di atas. Banyak hasil produksi yang nampaknya seperti krim
tetapi tidak mempunyai dasar dengan jenis emulsi, biasanya disebut krim.
Untuk penstabilan krim ditambahkan zat antioksidan dan zat pengawet.
Zat pengawet yang sering digunakan adalah nipagin 0,12-0,18% dan nipasol
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O seperti cold cream
b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti vanishing cream
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan
dikenal sebagai krim. Basis Vanishing cream termasuk golongan ini (Lachman
dkk, 1994).
Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari
karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak
berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Humektan
(gliserin, propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream
untuk mengurangi penguapan air dari permukaan kulit (Voight, 1995)
Basis krim untuk tipe air dalam minyak juga mempunyai kelebihan
dalam membersihkan kotoran yang larut dalam minyak dan tidak menyebabkan
kulit kering dan kasar. Namun tipe ini mempunyai kekurangan yaitu lebih
mahal, lebih lengket dan terasa panas menutupi pori-pori. Oleh karena itu krim
ini kurang diminati dalam sediaan pelembab (Wasitaatmadja, 1997).
2.4 Kosmetik Untuk Kulit
Kosmetik menurut peraturan Kementrian Kesehatan
No.445/MenKes/Permenkes/ 1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap
untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan
organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan,
keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Wasitaatmadja, 1997).
Tujuan penggunaaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk
mencegah kelainan yang timbul dan mempertahankan kondisi kulit, disamping
berkaitan dengan urusan penampilan. Salah satu kosmetika yang dianjurkan
adalah pembersih yang terdiri dari dua bahan dasar utama yaitu air dan minyak.
Pembersih yang berbahan dasar air yang dapat menghilangkan kotoran seperti
debu (Wasitaatmadja, 1997)
2.4.1Jenis Kosmetik
Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang
bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai
pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai
penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi
lebih kering (Wasitaatmadja, 1987).
Jenis pelembab mempunyai kandungan propilen glikol dan kolagen
yang bertujuan untuk mengikat air. Krim seperti emolien, merupakan jenis
pelembab yang kuat. Jenis pelembab ini biasanya digunakan pada malam hari
untuk menghaluskan kulit kering (Santoso, 2001).
Pelembab bekerja pada bagian kulit lapisan epidermis di stratum
korneum. Beberapa lapis dari sel mati berkeratin sangat hidrofil dan banyak
mengembang bila tercelup dalam air, hal ini menjaga permukaan kulit tetap
halus dan lentur. Bila air yang dikandung stratum korneum hilang, kulit akan
penutup yang menolak air, tapi dapat membantu menahan air agar tetap tinggal
dalam kulit (Anief, 1997).
Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari
kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar
lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar
yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor
perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan
perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik
pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan
untuk perawatan kulit agar kulit menjadi bersih dan sehat, terlindung dari
kekeringan dan sengatan cuaca, baik panas matahari maupun dingin, dan
nampak segar dan tekstur kulit yang lembut dan menarik. Kegiatan perawatan
kulit meliputi pembersihan, toning, kondisioning, dan pelindungan kulit
(Ditjen POM, 1985).
2.4.2 Macam-macam kosmetika pelembab
Kosmetika pelembab dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
1. Kosmetika pelembab dengan dasar lemak
Krim tipe ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit,
mencegah penguapan air kulit serta menyebabkan kulit menjadi lembab
dan lembut. Pelembab ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan
kulit, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit dan
adalah lemak (lanolin, lemak wool, lanette wax, glycerol monostearat).
Sebagai tambahan adalah mineral oil, olive oil, sesame oil, oleum cocos
yang semuanya merupakan bahan tipe W/O sedangkan untuk tipe O/W
bahan yang digunakan seperti gliserol, sirup sorbitol dan trietanolamine.
2. Kosmetika pelembab dengan dasar gliserol
Jenis pelembab ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk
lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan
mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit
nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum
kulit. Bahan yang digunakan sirup sorbitol, propilen glikol, glyceryl
monostearat atau lanette wax yang mempunyai dua fungsi pelembab
(higroskopis dan lapisan lemak) (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.4.3 Syarat dari kosmetika pelembab
Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab (Tranggono dan
Latifah, 2007), yaitu:
a. Mudah dipakai.
b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan.
c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur.
d. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan
kelembaban kulit.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat-Alat yang Digunakan
Neraca analitik, pH meter, freeze dryer, juicer, lumpang, stamfer,
objek gelas, alat-alat gelas, mikroskop, beaker glass, erlenmeyer, pipet tetes,
gelas ukur, tutup pot plastik, kain kasa, penangas air, batang pengaduk, spatel,
pot plastik, selotip transparan.
3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan
Asam stearat, setil alkohol, trietanolamin (TEA), gliserin, air suling,
nipagin, natrium metabisulfit, parfum, sari daun rosella, silika gel.
3.2.1 Teknik pengambilan sampel
Pengambilan daun rosella dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah daun
rosella yang segar. Sampel diambil dari daerah Aceh Barat Daya, desa
Babahrot.
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan
kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12
orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
4. Bersedia menjadi sukarelawan
Sukarelawan terdiri dari orang terdekat untuk lebih memudahkan
jalannya penelitian dalam penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi
penguapan air dari kulit.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Pembuatan sari daun rosella
Daun rosella dipisahkan dari batangnya lalu dicuci bersih sebanyak 3,5
kg, kemudian daun dihaluskan dengan juicer, lalu diperoleh sari sebanyak 2
liter yang ditambahkan dengan natrium metabisulfit sebanyak 0,1% dan
dikeringkan dengan freezee dryer selama 72 jam pada suhu -40oC dengan
tekanan 2 atm, sampai diperoleh sari sebanyak 30,6 gram. Bentuk sari yang
didapat berupa serbuk gumpalan, dan berwarna hijau kecoklatan.
3.4.2 Formula standar handcream (Young, 1972)
3.4.3 Formula yang dimodifikasi
Asam stearat 12 g
Setil alkohol 0,5 g
Trietanolamin 1 g
Nipagin 0.1 g
Natrium metabisulfit 0,1 g
Parfum 3 tetes
Sari daun rosella X%
Air suling ad 100 ml
3.4.4 Pembuatan sediaan krim
Konsentrasi serbuk sari daun rosella yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu: 0,5 %, 1 %, 1,5%, 2%, 2,5%, 3%, 3,5%, 4 % dan gliserin 2%.
Adapun formula yang digunakan, dapat dilihat pada Tabel 3.1
Cara pembuatan:
Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap
dan dilebur di atas penangas air (massa 1). Nipagin dilarutkan dalam air panas,
lalu ditambahkan natrium metabisulfit dan trietanolamin diaduk sampai larut
(massa II). Lalu ditambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang
panas sambil digerus secara terus menerus hingga terbentuk dasar krim. Sari
daun rosella digerus lalu ditambahkan sedikit demi sedikit dasar krim. Terakhir
Tabel 3.1 Formula sediaan krim yang dibuat
Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : konsentrasi sari daun rosella 0,5% Fomula C : konsentrasi sari daun rosella 1%
Formula D : konsentrasi sari daun rosella 1,5% Formula E : konsentrasi sari daun rosella 2% Formula F : konsentrasi sari daun rosella 2,5% Formula G : konsentrasi sari daun rosella 3% Formula H : konsentrasi sari daun rosella 3,5% Formula I : konsentrasi sari daun rosella 4%
Formula J : Formula krim dengan konsentrasi gliserin 2% (sebagai pembanding)
3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.5.1 Pemeriksaan homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau
bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang
homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.5.2 Pengamatan stabilitas sediaan
Pengamatan stabilitas sediaan meliputi: pecah tidaknya sediaan,
Cara:
Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik,
ditutup bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan
pada saat sediaan telah selesai dibuat, dan setelah penyimpanan 1, 4, dan 8
minggu yang dilakukan pada temperatur kamar.
3.5.3 Penentuan pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter
Cara:
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar
standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat
menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling,
lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian
elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga
pH konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan
(Rawlins, 2003).
3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan Cara:
Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1
tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup
dan diamati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti
3.5.5 Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan
Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara:
kosmetika dioleskan di belakang telinga, kemudian dibiarkan selama 24 jam
dan dilihat perubahan yang terjadi berupa eritema, papula, vesikula dan edema
(Ditjen POM, 1985).
3.5.6 Penetuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup plastik berdiameter 4,5 cm
yang dirangkai seperti pada lampiran
Cara:
Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah
sukarelawan diberikan tanda berupa lingkaran yang sama diameternya dengan
diameter tutup pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian
tersebut. Sebelum dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai
berat konstan, kemudian diletakkan pada eksikator. Pada wadah plastik yang
belum dilubangi, kain kasa dijahit, dimasukkan silika gel dibalikkan,
diletakkan di atas pot plastik kemudian wadah pot plastik disatukan dengan
menggunakan isolatip transparan. Wadah yang berlubang berada pada bagian
bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup. Selanjutnya wadah plastik
diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah dioleskan sediaan. Agar
wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk mencegah
pengaruh udara dari lingkungan maka digunakan isolatip transparan yang
dibiarkan menempel selama 3 jam kemudian segera dilepas, silika gel yang
digunakan ditimbang kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan
pembanding yaitu sediaan yang menggunakan gliserin 2% dan blanko sebagai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.1.1 Homogenitas sediaan
Dari pengamatan yang telah dilakukan pada sediaan krim pelembab
tidak diperoleh butiran-butiran, maka sediaan tersebut dikatakan homogen.
Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap sediaan pembanding yaitu
formula gliserin 2% dan blanko, hasil yang diperoleh menunjukkan tidak
adanya butiran-butiran.
4.1.2 Stabilitas sediaan
Menurut Ansel (1989), suatu emulsi menjadi tidak stabil akibat
penggumpalan dari pada globul-globul (bulatan-bulatan) dari fase terdispersi.
Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah
teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau.
Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan
dengan penambahan anti oksidan. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh
jamur atau mikroba, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan
penambahan anti mikroba. Anti mikroba yang digunakan adalah nipagin.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama
penyimpanan 8 minggu pada konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, 3%,
3,5%, dan 4%,menunjukkan kondisi yang stabil. Hasil uji stabilitas dapat
Tabel 4.1 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat, dan setelah 1, 4, dan 8 minggu
N
Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi sari daun rosella 0,5% Formula C : Konsentrasi sari daun rosella 1% Formula D : Konsentrasi sari daun rosella 1,5% Formula E : Konsentrasi sari daun rosella 2% Formula F : Konsentrasi sari daun rosella 2,5% Formula G : Konsentrasi sari daun rosella 3% Formula H : Konsentrasi sari daun rosella 3,5% Formula I : Konsentrasi sari daun rosella 4%
Formula J : Formula krim yang mengandung gliserin
2% (pembanding)
x : Perubahan warna
y : Perubahan bau
z : Pecahnya emulsi
- : Tidak terjadi perubahan
4.1.3 pH sediaan
pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan
Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat
Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama 8 minggu
Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi sari daun rosella 0,5% Formula C : Konsentrasi sari daun rosella 1% Formula D : Konsentrasi sari daun rosella 1,5% Formula E : Konsentrasi sari daun rosella 2% Formula F : Konsentrasi sari daun rosella 2,5% Formula G : Konsentrasi sari daun rosella 3% Formula H : Konsentrasi sari daun rosella 3,5% Formula I : Konsentrasi sari daun rosella 4%
Hasil penentuan pH sediaan pada saat selesai dibuat, didapatkan bahwa
pH dari formula A= 6,9; formula B= 6,8; formula C= 6,7; formula D= 6,7;
formula E= 6,7; formula F= 6,7 ; formula G= 6,6; formula H= 6,5; formula
I=6,4; formula J= 6,8 sedangkan hasil penentuan pH sediaan setelah
penyimpanan selama 8 minggu didapat bahwa pH dari formula A = 6,9 ;
formula B = 6,7 ; formula C = 6,7; formula D = 6,6; formula E= 6,6; formula
F= 6,6; formula G= 6,5; formula H= 6,3; formula I= 6,1; formula J= 6,8. Dari
hasil penentuan pH keduanya didapat bahwa pH dengan penambahan sari daun
rosella lebih rendah dibandingkan dengan sediaan blanko dan gliserin 2%, dan
setelah penyimpanan selama 8 minggu pH yang diperoleh semakin rendah
dibandingkan dengan pH setelah dibuat. Semakin tinggi konsentrasi sari daun
rosella yang ditambahkan ke dalam sediaan krim, maka semakin rendah pH
yang didapat. Hal ini dikarenakan pH sediaan krim tersebut mendekati pH dari
sari daun rosella yaitu 6,5. pH yang semakin asam terlihat pada konsentrasi
3,5% dan 4%. Menurut Balsam (1972), pH untuk sediaan krim adalah 5-8,
sehingga sediaan di atas memenuhi syarat pH untuk krim tangan dan badan.
4.1.4 Tipe emulsi sediaan
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan
Tabel 4.4 Data penentuan tipe emulsi sediaan
No Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan
Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada Tabel 5, formula krim
dengan konsentrasi sari daun rosella 0,5%, 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, 3%, 4%,
gliserin 2% dan blanko menunjukkan biru metil dapat larut dalam krim
tersebut. Dengan demikian larutnya biru metil pada sediaan tersebut
membuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi m/a.
4.1.5 Uji daya iritasi terhadap kulit sukarelawan
Penggunaan kosmetik pada kulit dapat menyebabkan berbagai
reaksi(efek samping). Untuk mengetahui ada atau tidaknya efek samping
tersebut maka dilakukan uji daya iritasi terhadap kulit. Berdasarkan penelitian
Tabel 4.5 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan mengetahui ada atau tidaknya efek samping, dilakukan dengan memakai kosmetika di belakang daun telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel diatas, ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa eritema, papula, vesikula dan edema yang ditimbulkan oleh sediaan.
4.1.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit Pengujian dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan yang berusia 20-30
tahun yang berjenis kelamin perempuan, data yang diperoleh dapat dilihat pada
Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi sari daun rosela 0,5%
konsentrasi 0,5% mampu mengurangi penguapan air dari kulit 11,53% sampai
24,24% untuk konsentrasi 1% mampu mengurangi penguapan air dari kulit
No Suka
relawan
sebesar 15,78% sampai 39,39%untuk konsentrasi 1,5% mampu mengurangi
penguapanair dari kulit sebesar 21,05% sampai 42,42% untuk konsentrasi 2%
mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 26,31% sampai 45,45%
untuk konsentrasi 2,5% mampu mengurangi penguapan air sebesar 30,43%
sampai 48,48% untuk konsentrasi 3% mampu mengurangi penguapan air
sebesar 36,84% sampai 51,51% untuk konsentrasi 3,5% mampu mengurangi
penguapan air sebesar 42,10% sampai 56,25% untuk konsentrasi 4% mampu
mengurangi penguapan air sebesar 47,36% sampai 62,50%. Pengukuran ini
dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% sudah mampu
mengurangi penguapan air sebesar 28,57% sampai 52,00% sedangkan blanko
hanya mampu mengurangi penguapan air sebesar 8,69% sampai 15,38%.
Dari data di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari
daun rosella yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula
kemampuan sediaan krim tersebut menahan penguapan air dari kulit, terlihat
pada konsentrasi 4%. Apabila dibandingkan dengan persentase kemampuan
sediaan pembanding yaitu gliserin 2% dalam mengurangi penguapan air dari
kulit, maka yang mendekati dengan kemampuan sediaan gliserin 2% yaitu
sediaan krim sari daun rosella dengan konsentrasi 2,5%.
Perbedaan nilai persentase kemampuan mengurangi penguapan air dari
kulit berbeda dari setiap sukarelawan disebabkan oleh perbedaan cuaca pada
saat pengujian dan banyaknya keringat yang dihasilkan oleh tiap sukarelawan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Sari daun rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) dapat diformulasikan
ke dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim
yang dihasilkan semuanya homogen dan tidak menyebabkan iritasi
pada kulit. Sediaan krim sari daun rosella pada konsentrasi 0,5%,
1%, 1,5%, 2%, 2,5%, 3%, 3,5%, dan 4% stabil pada penyimpanan
selama 8 minggu. Sediaan krim mempunyai pH 6,1-7,0.
2. Penambahan sari daun rosela ke dalam sediaan krim dapat
mengurangi penguapan air dari kulit. Dari data yang diperoleh
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari daun rosella
yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi
kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air
dari kulit. Dibandingkan dengan gliserin 2%, kemampuan
pengurangan penguapan air pada konsentrasi 2,5% jauh lebih baik
yaitu mencapai 48,48%.
5.2Saran
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar memformulasikan sari
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (1997). Formulasi Obat Topikal Dengan Dasar Penyakit Kulit.
Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 34.
Anief, M. (2000). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesembilan.
Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 71-72.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaam Farmasi. Edisi Keempat.
Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 387-389.
Balsam, M.S. (1972).Cosmetics Science and Technology. Edisi kedua. London.
Jhon Willey and Son, Inc. Hal. 211.
Ditjen POM.(1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal. 33.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal. 22, 83, 97, 356.
Lachman, L., Liberman, A.H., dan Kanig, J.L. (1994). Teori dan Praktek
Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 1091-1093.
Maryani, H., dan Kristiana, L. (2005). Khasiat dan Manfaat Rosela. Jakarta:
Penerbit PT Agro Media Pustaka. Hal. 13, 29.
Rahmawati, R. (2012). Budidaya Rosella. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru
Press. Hal. 87-89.
Rawlins, E.A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. Edisi
Kedelapan belas. London: Bailierre Tindall. Hal. 22,355.
Santoso, D. (2001). Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit. Edisi Kedua.
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 9-10 .
Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal.11, 127.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 26-27,111.
Wirakusumah, E.S. (2007) Cantik dan Awet Muda Dengan Buah, Sayur, Dan
Herbal. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal 6.
Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar sediaan krim setelah selesai dibuat Pandangan depan
A B C D E
F G H I J
Pandangan Atas
A B C D E
F G H I J
Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula B : Konsentrasi sari daun rosella 0,5%
Formula C : Konsentrasi sari daun rosella 1%
Formula D : Konsentrasi sari daun rosella 1,5%
Formula E : Konsentrasi sari daun rosella 2%
Formula F : Konsentrasi sari daun rosella 2,5%
Formula G : Konsentrasi sari daun rosella 3%
Formula H : Konsentrasi sari daun rosella 3,5%
Formula I : Konsentrasi sari daun rosella 4%
Formula J : Formula krim yang mengandung gliserin 2%
Lampiran 2. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan selama 8 minggu Pandangan depan
A B C D E
F G H I J
Pandangan atas
A B C D E
F G H I J
Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula B : Konsentrasi sari daun rosella 0,5%
Formula C : Konsentrasi sari daun rosella 1%
Formula D : Konsentrasi sari daun rosella 1,5%
Formula E : Konsentrasi sari daun rosella 2%
Formula F : Konsentrasi sari daun rosella 2,5%
Formula G : Konsentrasi sari daun rosella 3%
Formula H : Konsentrasi sari daun rosella 3,5%
Formula I : Konsentrasi sari daun rosella 4%
Formula J : Formula krim yang mengandung gliserin 2%
Lampiran 3. Gambar uji tipe emulsi
A B C D E F G H I J
Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula B : Konsentrasi sari daun rosella 0,5%
Formula C : Konsentrasi sari daun rosella 1%
Formula D : Konsentrasi sari daun rosella 1,5%
Formula E : Konsentrasi sari daun rosella 2%
Formula F : Konsentrasi sari daun rosella 2,5%
Formula G : Konsentrasi sari daun rosella 3%
Formula H : Konsentrasi sari daun rosella 3,5%
Formula I : Konsentrasi sari daun rosella 4%
Formula J : Formula krim yang mengandung gliserin 2%
Lampiran 5. Gambar alat freeze dryer
Rangkaian alat freeze dryer tanpa sampel
Lampiran 7. Gambar rangkaian alat yang digunakan untuk pengujian penguapanair dari kulit
A B
C D
Lampiran 8. Perhitungan persentase pengurangan penguapan air
Contoh perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan I
( formula A).
a. Pertambahan berat
Petambahan berat = berat akhir – berat awal
Berat awal = 10,01gr
Berat akhir = 10,15gr
Pertambahan berat = 140 mg
b. Persentase pengurangan penguapan
= pertambahan berat tanpa sedíaan – pertambahan berat sediaan
Diketahui: Pertambahan berat tanpa sediaan = 160 mg
Pertambahan berat sediaan = 140 mg
Jadi, persentase pengurangan penguapan air dari kulit adalah
% = 160mg– 140mg x 100%
160
= 12,05%