PENGGUNAAN SARI LOBAK (
Raphanus sativus
L
.
)
SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN
HAND CREAM
SKRIPSI
OLEH:
LEL QADAR
NIM 081524033
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGGUNAAN SARI LOBAK (
Raphanus sativus
L
.
)
SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN
HAND CREAM
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
LEL QADAR
NIM 081524033
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
PENGGUNAAN SARI LOBAK (
Raphanus sativus
L.)
SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN
HAND CREAM
Oleh:
LEL QADAR
081524033
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal:
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt.
NIP 195011171980022001 NIP 195111021977102001
Pembimbing II, Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt.
NIP 195011171980022001
Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt.
NIP 196106191991031001 NIP 195107031977102001
Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. NIP 195404121987012001
Medan, Desember 2011
Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Dekan,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, karunia, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Penggunaan Sari Lobak (Raphanus sativus L.) sebagai Pelembab dalam
Sediaan Hand cream”.
Lobak mengandung berbagai jenis enzim, vitamin dan mineral. Lobak kaya
akan vitamin A, B1 dan C yang sangat penting untuk menangkal radikal bebas. Selain
vitamin, lobak juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat besi,
karbohidrat, protein, dan lemak. Berdasarkan kandungannya, dicoba untuk melakukan
penelitian dengan menggunakan sari lobak yang dibuat menjadi sediaan hand cream.
Sari lobak diformulasikan dalam krim tipe m/a untuk membuat sediaan yang berfungsi
sebagai pelembab.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi
yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.
2. Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama
melakukan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt.,
dan Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan kritik kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi
4. Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt., sebagai dosen penasehat akademik
penulis.
Ucapan terima kasih yang tulus dan tiada terhingga untuk keluarga tercinta,
Ayahanda Drs, H. Tgk. Zaini Yusuf, Ibunda Hj. Mariani Yusuf, abang Habib Effendi,
serta adik Mona, Habib Agus Faroqi dan kakanda Ipanda putra atas do’a, perhatian,
kepercayaan dan dukungan yang diberikan baik moril maupun materil yang tiada
hentinya demi suksesnya penulis. Tak terlupakan untuk rekan-rekan mahasiswa
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, teristimewa buat rekan-rekan Farmasi
Ekstensi angkatan 2008 – 2009 yang telah memberikan bantuan, saran, dan semangat
kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu
penulis dengan kerendahan hati bersedia menerima kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, Desember 2011 Penulis
LEL QADAR
PENGGUNAAN SARI LOBAK (Raphanus sativus L.) SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN HAND CREAM
ABSTRAK
Lobak (Raphanus sativus L.) adalah salah satu contoh bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit. Lobak mengandung berbagai jenis enzim, vitamin dan mineral. Lobak kaya akan vitamin A, B1 dan C yang sangat penting untuk menangkal radikal bebas. Selain vitamin, lobak juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat besi, karbohidrat, protein dan lemak. Berdasarkan kandungannya, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan sari lobak sebagai pelembab dalam sediaan hand cream. Sari Lobak diformulasikan dalam sediaan krim tipe m/a (minyak/air) sebagai pelembab.
Konsentrasi sari lobak yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko. Beberapa pengujian dilakukan terhadap sediaan krim pelembab antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Hasil pengamatan stabilitas selama penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar menunjukkan bahwa sediaan krim stabil tidak mengalami perubahan pada penyimpanan. Sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu pH 5,63-6,03. Merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit kemerahan, gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari lobak yang ditambahkan ke dalam sediaan krim akan semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit, dibandingkan dengan sediaan gliserin 2% kemampuan sari lobak dengan konsentrasi 10% untuk mengurangi penguapan air dari kulit adalah hampir sama.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sari lobak dapat diformulasikan dalam sediaan hand cream dan mampu mengurangi penguapan air dari kulit.
THE USE OF RADISH ( Raphanus sativus L.) AS MOISTURIZING IN THE HAND CREAM
ABSTRACT
Radish (Raphanus sativus L.) is one of sample natural substance that can be used as skin moisturizing. Radish contain some kind of enzyme, vitamin, and mineral. Radish was rich of vitamin A, B1, and C, which very important to ward free radical. Beside vitamin, radish also has minerals such as calcium, phosphor, potassium. iron, carbohydrate, protein and lipid. Based on it’s contains, a research about using radish as moisturizing agen in hand cream formula. Radish is formulated in the cream basis o/w (oil/water) as a moisturizing.
The concentration radish used were 2.5%, 5%, 7.5%, 10%, and then they were compared with preparation containing 2% glycerine and blanko preparation. Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH determination, type of emulsion determination, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from the skin using 12 volunteers.
The result of the homogeneity test shows that moisturizing cream preparation was homogenous. The result of stability during 1, 4, 8, and 12 weeks storage in room temperature shows that cream is stable is no physical changing Cream preparations after 12 weeks storage with pH 5.63-6.03 was o/w emulsion type, no irritate and nof cause erythema, itchy also rough on skin. The result of water vaporization inhibition shows that the higher the concentration of radish added to the cream preparation, the higher the ability of the cream to inhibit water vaporization from the skin. Compared to cream witch glycerin 2% the ability of radish witch concentration 10% for reducing water vaporization from the skin is nearly getting the same result.
The conclusion of this research that radish juice can be formulated in hand cream preparation and be able to reduce water evaporation from the skin.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesa ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Lobak ... 4
2.1.1 Taksonomi lobak ... 4
2.1.2 Kandungan dan manfaat lobak ... 5
2.2 Kulit ... 5
2.2.1 Anatomi kulit ... 6
2.2.2 Fungsi kulit ... 7
2.2.3 Jenis Kulit ... 8
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecantikan kulit... 9
2.3 Emulsi ... 10
2.4.1 Krim tangan dan badan ... 12
2.5 Kosmetik untuk Kulit ... 13
2.5.1 Kosmetik pelembab ... 13
2.5.2 Syarat dari kosmetika pelembab ... 14
2.5.3 Pelembaban kulit ... 14
2.5.4 Macam-macam kosmetik pelembab ... 14
2.5 Bahan-bahan Sediaan Krim Pelembab ... 15
2.5 Silika Gel ... 16
BABIII METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat yang Digunakan ... 17
3.2 Bahan-bahan yang Digunakan ... 17
3.3 Teknik Pengambilan Sampel... 17
3.4 Sukarelawan ... 17
3.5 Prosedur Kerja ... 18
3.5.1 Pembuatan sari lobak ... 18
3.5.2 Formula standar hand cream ... 18
3.5.3 Formula dasar krim yang dimodifikasi ... 18
3.5.4 Pembuatan sediaan krim ... 19
3.6 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 20
3.6.1 Pemeriksaan homogenitas ... 20
3.6.2 Pengamatan stabilitas sediaan ... 20
3.6.3 Penentuan pH sediaan ... 21
3.7 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 21
3.9 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi
Penguapan Air Dari Kulit ... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 23
4.1.1 Homogenitas sediaan ... 23
4.1.2 Stabilitas sediaan ... 23
4.1.3 pH sediaan ... 25
4.1.4 Tipe emulsi sediaan ... 28
4.1.5 Data uji daya iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 29
4.1.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 32
5.2 Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Formula dasar sediaan krim ... 19
Tabel 4.2 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat
sediaan selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 24
Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat ... 25
Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama 12
minggu... 26
Tabel 4.5 Data penentuan tipe emulsi sediaan ... ... 28
Tabel 4.6 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 29
Tabel 4.7 Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Gambar lobak ... 35
Lampiran 2. Gambar alat juicer ... 35
Lampiran 3. Gambar sari lobak setelah di freeze dryer ... 36
Lampiran 4. Gambar sediaan krim setelah dibuat……….. 36
Lampiran 5. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu... 37
Lampiran 6. Gambar uji tipe emulsi ……….. 38
Lampiran 7. Gambar alat freezee dryer... 39
Lampiran 8. Gambar pH meter... 40
Lampiran 9. Gambar rangkaian alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit ... 41
Lampiran 10. Perhitungan ... 42
PENGGUNAAN SARI LOBAK (Raphanus sativus L.) SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN HAND CREAM
ABSTRAK
Lobak (Raphanus sativus L.) adalah salah satu contoh bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit. Lobak mengandung berbagai jenis enzim, vitamin dan mineral. Lobak kaya akan vitamin A, B1 dan C yang sangat penting untuk menangkal radikal bebas. Selain vitamin, lobak juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat besi, karbohidrat, protein dan lemak. Berdasarkan kandungannya, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan sari lobak sebagai pelembab dalam sediaan hand cream. Sari Lobak diformulasikan dalam sediaan krim tipe m/a (minyak/air) sebagai pelembab.
Konsentrasi sari lobak yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko. Beberapa pengujian dilakukan terhadap sediaan krim pelembab antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Hasil pengamatan stabilitas selama penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar menunjukkan bahwa sediaan krim stabil tidak mengalami perubahan pada penyimpanan. Sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu pH 5,63-6,03. Merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit kemerahan, gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari lobak yang ditambahkan ke dalam sediaan krim akan semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit, dibandingkan dengan sediaan gliserin 2% kemampuan sari lobak dengan konsentrasi 10% untuk mengurangi penguapan air dari kulit adalah hampir sama.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sari lobak dapat diformulasikan dalam sediaan hand cream dan mampu mengurangi penguapan air dari kulit.
THE USE OF RADISH ( Raphanus sativus L.) AS MOISTURIZING IN THE HAND CREAM
ABSTRACT
Radish (Raphanus sativus L.) is one of sample natural substance that can be used as skin moisturizing. Radish contain some kind of enzyme, vitamin, and mineral. Radish was rich of vitamin A, B1, and C, which very important to ward free radical. Beside vitamin, radish also has minerals such as calcium, phosphor, potassium. iron, carbohydrate, protein and lipid. Based on it’s contains, a research about using radish as moisturizing agen in hand cream formula. Radish is formulated in the cream basis o/w (oil/water) as a moisturizing.
The concentration radish used were 2.5%, 5%, 7.5%, 10%, and then they were compared with preparation containing 2% glycerine and blanko preparation. Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH determination, type of emulsion determination, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from the skin using 12 volunteers.
The result of the homogeneity test shows that moisturizing cream preparation was homogenous. The result of stability during 1, 4, 8, and 12 weeks storage in room temperature shows that cream is stable is no physical changing Cream preparations after 12 weeks storage with pH 5.63-6.03 was o/w emulsion type, no irritate and nof cause erythema, itchy also rough on skin. The result of water vaporization inhibition shows that the higher the concentration of radish added to the cream preparation, the higher the ability of the cream to inhibit water vaporization from the skin. Compared to cream witch glycerin 2% the ability of radish witch concentration 10% for reducing water vaporization from the skin is nearly getting the same result.
The conclusion of this research that radish juice can be formulated in hand cream preparation and be able to reduce water evaporation from the skin.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan
yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan
alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetika tidak hanya dari bahan
alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan kecantikan
(Wasitaatmadja, 1997).
Definisi kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.445/MenKes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan
pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian
luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan
tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.
Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang dikenakan pada kulit
manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik serta merubah rupa.
Karena terjadi kontak antara kosmetika dengan kulit, maka kosmetika akan diserap
oleh kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam dari tubuh. Jumlah kosmetika yang
terserap kulit bergantung pada beberapa faktor, yaitu kondisi kulit pemakai dan
keadaan kosmetik yang dipakai. Kontak kosmetik dengan kulit menimbulkan akibat
positif berupa manfaat dari kosmetik dan akibat negatif atau merugikan berupa efek
Produk kosmetik sangat diperlukan oleh manusia, baik laki-laki maupun
perempuan. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari dan diseluruh tubuh,
mulai dari rambut sampai ujung kaki (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kulit merupakan organ pertama yang terkena polusi oleh zat-zat yang terdapat
di lingkungan hidup kita. Berbagai faktor baik dari luar tubuh maupun dari dalam
tubuh dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit, misalnya: udara kering,
kelembaban udara yang rendah, sinar matahari, usia, berbagai penyakit kulit maupun
penyakit dalam tubuh. Karena faktor-faktor tersebut dapat terjadi penguapan yang
berlebihan pada epidermis kulit sehingga menyebabkan kulit kering (Wasitaatmadja,
1997).
Kulit merupakan salah satu panca indera manusia yang terletak di permukaan
tubuh. Bagi tubuh kulit mempunyai fungsi yang sangat penting dan fungsi ini tidak
sepadan dengan lapisannya yang tipis. Berkaitan dengan letaknya yang ada di
permukaan tubuh maka kulit merupakan organ pertama yang terkena pengaruh tidak
menguntungkan dari lingkungan. Oleh karenanya menjaga kesehatan kulit sama
pentingnya dengan menjaga organ lain (Santoso, 2001).
Kulit sehat berarti kulit yang tidak menderita penyakit, baik penyakit yang
mengenai kulitnya secara langsung ataupun penyakit dalam tubuh yang secara tidak
langsung mempengaruhi kesehatan kulitnya. Penampilan kulit sehat dapat dilihat dari
struktur fisik kulit berupa warna, konsistensi kelembaban, kelenturan, tebal dan tekstur
kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Lobak mengandung berbagai jenis enzim, vitamin, dan mineral, lobak kaya
vitamin, lobak juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, zat besi, karbohidrat,
protein dan lemak (Anonim, 2010).
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah sari lobak (Raphanus sativus L.) dapat diformulasikan dalam sediaan
krim dengan tipe emulsi m/a.
2. Apakah sari lobak (Raphanus sativus L.) dalam bentuk sediaan krim mampu
mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.
1.3 Hipotesa
1. Sari lobak (Raphanus sativus L.) dapat diformulasikan ke dalam sediaan krim
dengan tipe emulsi m/a.
2. Sari lobak (Raphanus sativus L.) dalam bentuk sediaan krim mampu
mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah sari lobak (Raphanus sativus L.) dapat diformulasikan
dalam sediaan krim tipe emulsi m/a.
2. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan krim sari lobak (Raphanus sativus
L) mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk
sediaan krim.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Lobak
Lobak mulai dikenal bangsa China sekitar tahun 500 SM. Lobak sering disebut dengan lobak cina/lobak oriental. Tanaman lobak memiliki akar tunggang
dengan akar samping yang tumbuh pada akar tunggang. Akar tunggang ini nantinya
berubah fungsi dan bentuk menjadi umbi yang besar, umbi tersebut tumbuh
memanjang ke bawah seperti wortel, bentuknya lebih bulat dan berwarna putih bersih.
Untuk batangnya ukurannya pendek dan daunnya lonjong berbulu, bagian umbi yang
dekat dengan permukaan tanah dan terkena sinar matahari biasanya akan berubah
warna menjadi agak kehijauan. Lobak tumbuh baik di daerah pegunungan ataupun di
dataran rendah, dengan udara lembab dan dingin (Anonim, 2010).
2.1.1 Taksonomi Lobak ( Rhaphanus sativus L.)
Menurut (Ali dan Rahayu, 1999) dalam taksonomi tumbuhan, lobak
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Papaveralas
Famili : Cruciferae/ Brassicaceae
Genus : Raphanus
Spesies : Raphanus sativus L.
Lobak banyak mengandung vitamin, mineral,dan kandungan gizi lainnya
dalam 100 gram yaitu: kalori (19,00 kal), protein (0,90 g), lemak (0,10 g ), karbohidrat
(4,20 g), kalsium (35,00 mg), fosfor (26,00 mg), besi (0,60 mg), vitamin A (10,00 SI),
vitamin B1 (0,03 mg), vitamin C (32,00 mg), air (94,10 g), bagian yang biasa dimakan
Lobak mempunyai khasiat untuk melancarkan jalannya air kencing, sayuran ini
pun dapat menghilangkan lendir yang ada di dalam kerongkongan. Oleh karena itu
orang yang menderita demam atau sakit batuk sangat baik mengkonsumsi sayuran
lobak. Selain khasiat dari umbinya, daun lobak yang dikonsumsi dapat berfungsi
membersihkan darah. Hampir seluruh bagian tanaman lobak dapat dimakan, umbinya
dapat dimakan mentah sebagai lalap atau dimasak untuk sayur. Daun dan batangnya
juga dapat digunakan sebagai lalap baik dalam keadaan mentah atau setengah dikukus
(Ali dan Rahayu, 1999).
2.2 Kulit
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya. Dimana
lapisan lemak tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan
penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga mengandung air
sebagai pelembab alami, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi sangat penting karena
kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang dikandungnya dan bukan
pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam kulit sedikit maka kulit akan kering
dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam. Keadaan ini menyebabkan
mikroorganisme, kotoran, sisa sabun, dan lain-lain akan masuk pada kulit yang
pecah-pecah tersebut sehingga menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan
2.2.1 Anatomi kulit
Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis, dan subkutis
(Tranggono dan Latifah, 2007).
1. Lapisan Epidermis
Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas:
Stratum corneum (lapisan tanduk)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak
mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung
air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu jenis protein yang tidak
larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini
berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.
Stratum lucidum (lapisan jernih)
Berada tepat di bawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis, jernih,
mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak
kaki.
Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar,
berinti mengkerut.
Stratum spinosum (lapisan malphigi)
Sel berbentuk kubus dan seperti berduri, intinya besar dan oval. Setiap sel berisi
filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.
Stratum germinativum (lapisan basal)
Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel
2. Dermis
Lapisan dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang
berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin
mukopolisakarida.
3. Subkutis
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi
sel-sel lemak. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf sepi, pembuluh darah, dan
saluran getah bening (Tranggono dan Latifah, 2007., Wasitaatmadja, 1997).
2.2.2 Fungsi kulit
Kulit sebagian organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa fungsi
(Wirakusumah, 1994), diantaranya sebagai berikut:
a. Kulit sebagai filter dan pelindung tubuh
Kulit mempunyai kemampuan untuk mencegah masuknya bahan-bahan yang
membahayakan tubuh, seperti bakteri dan bahan asing lainnya. Selain itu kulit juga
dapat melindungi tubuh dari benturan fisik, panas matahari, api, dan angin.
Fungsi proteksi (Dwikarya, 2003), terjadi karena beberapa hal:
1. Kehadiran selaput tanduk yang bersifat waterproof atau kedap air, sehingga
manusia tidak menggelembung ketika berenang.
2. Keasaman (pH) kulit akibat keringat dan lemak kulit (sebum) menahan dan
menekan bakteri dan jamur yang berkeliaran di sekitar kulit.
3. Jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ tubuh dari
benturan.
Kulit dapat menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara melepaskan keringat
apabila suhu tubuh panas, yang mana keringat tersebut akan menguap dan tubuh
merasa dingin. Demikian pula sebaliknya bila mengalami kedinginan maka
pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga panas yang ada di dalam
tubuh tidak ke luar (tetap tertahan).
c. Kulit sebagai sistem saraf yang sensitif
Kulit terdiri dari sistem saraf yang peka terhadap ancaman dari luar seperti panas,
dingin, sentuhan dan tekanan. Oleh karena itu kulit akan selalu memberikan reaksi
setelah ada peringatan awal dari sistem saraf tersebut.
d. Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam jaringan
tubuh, lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam tubuh. Kulit
mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit mengalami luka atau retak
maka daya ikat terhadap air akan berkurang.
2.2.3 Jenis Kulit
Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian:
1. Kulit normal
Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan elastis
dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
2. Kulit berminyak
Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak di permukaan kulit yang berlebihan
sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit lebar sehingga
kesannya kasar dan lengket.
Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun
sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihatnya kerutan (Dwikarya,
2003).
2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecantikan Kulit
Masalah yang terjadi pada kulit disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari
dalam tubuh sendiri maupun dari luar, Adapun beberapa faktornya adalah sebagai
berikut: (Wirakusumah, 1994).
a. Keturunan (bawaan)
Keadaan kulit seseorang dapat tercermin pada kulit kedua orang tuanya.
Misalnya warna kulit ada yang hitam, putih, atau sawo matang. Demikian pula
dengan kulit halus, kasar atau berminyak.
b. Hormon
Kadar hormon estrogen (pada wanita) dan progesteron (pada pria) dalam tubuh
sangat mempengaruhi keadaan kulit. Misalnya timbulnya jerawat pada saat
menstruasi yang disebabkan meningkatnya hormon estrogen. Hormon estrogen
ini juga berperan dalam proses regenerasi kulit.
c. Alergi
Bagi sebagian orang ada memiliki jenis kulit sensitif dan alergi terhadap
benda-benda atau zat tertentu. Seperti perhiasan, jam tangan, kosmetik maupun
makanan. Gejala alergi ini dapat dilihat dengan berubahnya warna kulit
menjadi kemerahan, terasa gatal, menjadi bengkak bahkan sampai ada yang
terluka.
Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada kulit.
Misalnya kulit akan menjadi kering. Oleh karena itu perlu perlindungan ketika
beraktivitas di tempat yang terkena sinar matahari langsung, misalnya dengan
menggunakan topi, payung, maupun krim tabir surya.
e. Stres
Faktor psikologi dapat pula mempengaruhi kecantikan kulit, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2.3 Emulsi
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur,
biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil
dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk
dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi dapat distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Anief, 2000).
Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi
merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika
terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m).
Pada umumnya, sebagian besar sediaan kosmetik yang beredar adalah sistem minyak
dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit (Ditjen POM, 1985).
Keuntungan dari tipe emulsi m/a (Voight, 1995), adalah:
1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit.
2. Memberi efek dingin terhadap kulit.
3. Tidak menyumbat pori-pori kulit.
4. Bersifat lembut
Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika:
a. Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk
agregat dari bulatan-bulatan.
b. Jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun ke
dasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam.
c. Jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan
membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar emulsi,
yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam. (Ansel,
1989).
2.4 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara
tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi
relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.
Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi
minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai
panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih di tujukan untuk
penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O seperti cold cream
b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti vanihing cream
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan
dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini (Lachman,
Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena
memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta
memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung air dalam
persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin, propilenglikol, sorbitol)
sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w untuk mengurangi
peguapan air dari permukaan kulit (Voight, 1995).
2.4.1 Krim tangan dan badan
Krim tangan dan badan adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering, tidak bersisik,
dan tidak mudah pecah. Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum untuk
mempertahankan agar permukaan kulit tetap lembut, lunak, dan terlindungi.
Krim tangan dan badan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (Ditjen POM,
1985).
1. Memberikan sumber kelembaban yang siap digunakan oleh kulit
2. Memberikan lapisan tipis minyak yang bersifat seperti sebum dan tidak
mempengaruhi respirasi kulit
3. Memberikan rasa lembut dan halus pada kulit,tidak terlalu berminyak
4. Mudah dikontrol.
2.5 Kosmetik Untuk Kulit
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh
manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan
mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan
dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi
baik (Ditjen POM, 2004).
2.5.1 Kosmetika pelembab
Umumnya kosmetika pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan,
maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk
melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan air dari
sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan minyak kulit
semula. Kosmetik pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan dalam bentuk cairan
minyak tersebut (moisturizing oil), atau campuran minyak dalam air (moisturizing
cream) dan dapat ditambahkan atau dikurangi zat tertentu untuk tujuan khusus
(Wasitaatmadja, 1997).
2.5.2 Syarat dari kosmetika pelembab
Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab, yaitu:
a. Enak dan mudah dipakai.
b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan.
c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur.
d. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit
(Tranggono dan Latifah, 2007).
Secara garis besar, retak-retak pada stratum korneum di bawah kondisi yang
kurang baik akan menimbulkan gangguan kulit yang lebih serius. Jika celah-celah
berbentuk V itu berkembang dan bahan-bahan asing seperti sisa sabun, kotoran dan
sisa mikroorganisme masuk, maka kulit yang menjadi kering dan retak-retak itu akan
menimbulkan iritasi dan peradangan atau keratinisasi abnormal yang juga akan
melemahkan kulit. Di sinilah perlunya kosmetik pelembab kulit untuk mencegah
dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta
akibat-akibat buruknya (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.5.4 Macam-macam kosmetik pelembab
Tipe kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Kosmetik pelembab dengan dasar lemak
Kosmetik tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim
ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sehingga mencegah
penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut.
Kosmetik pelembab dengan dasar lemak terbagi dalam berbagai bentuk,
yaitu krim lemak anhydrous, krim emulsi W/O, emulsi ganda, krim O/W yang
kaya lemak, dan emulsi O/W cair yang mengandung air lebih dari 80%.
2. Kosmetik pelembab dengan dasar gliserol atau humektan sejenis.
Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan
yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan
mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit nampak
lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono
2.6 Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab
Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat
pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).
a. Emolien
Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin
dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.
b. Zat sawar
Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.
c. Humektan
Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban
diantara produk dan udara, baik di dalam kulit maupun di luar kulit. Biasanya
bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan
menahan air agar tidak menguap.
d. Zat pengemulsi
Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua
bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin
(Wasitaatmadja, 1997).
e. Pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu
selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat anti
kuman sehingga menangkal aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil
(Wasitaatmadja, 1997).
Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas
nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum
menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan
produsen (Lachman, dkk., 1994).
2.7 Silika Gel
Silika gel (SiO2) adalah terhidrat sebagian, amorf, terdapat dalam bentuk
granul seperti kaca dengan berbagai ukuran. Jika digunakan sebagai pengering, sering
kali disalut dengan senyawa yang berubah warna jika kapasitas penyerapan air telah
habis. Bahan berwarna tersebut dapat dikembalikan (dapat menyerap air kembali)
dengan memanaskannya pada suhu 110oC hingga gel berubah warna semula (Ditjen
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Alat-Alat yang Digunakan
Neraca listrik, pH meter, mikroskop, freeze dryer, juicer, lumpang, stamfer,
objek gelas, alat-alat gelas, pot plastik, tutup pot plastik, kain kasa, penangas air,
batang pengaduk, spatel, selotip transparan, kertas tisu.
3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan
Asam stearat, setil alkohol, trietanolamin (TEA), gliserin, air suling, nipagin,
natrium metabisulfit, oleum citri, lobak, metil biru, silika gel, larutan dapar pH asam
(4,01), larutan dapar pH netral (7,01).
3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan
dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah lobak yang segar.
3.4 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan
sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12 orang dengan kriteria
sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
4. Bersedia menjadi sukarelawan (dengan surat lampiran terlampir).
3.5.1 Pembuatan Sari Lobak
Buah lobak yang segar dengan berat 2,2 kg dikupas kulitnya dan diperoleh
daging buah lobak sebanyak 2 kg, kemudian dipotong-potong menjadi bagian yang
lebih kecil dan dihaluskan dengan juicer, dan dihasilkan sari sebanyak 1,3 kg
selanjutnya dikeringkan dengan freeze dryer sampai diperoleh sari lobak sebanyak
54,7 gram.
3.5.2 Formula Standar Hand cream (Young, 1972)
R/ Asam stearat 12 g
Setil alkohol 0,5 g
Sorbitol sirup 5 g
Propilen glikol 3 g
Nipagin 0,1 g
Trietanolamin 1 g
Air suling ad 100 ml
Parfum 3 tetes
3.5.3 Formula Dasar Krim yang Dimodifikasi (tanpa sorbitol dan propilen)
Asam stearat 12 g
Setil alkohol 0,5 g
Trietanolamin 1 g
Nipagin 0,1 g
Na. Metabisulfit 0,2 g
Air suling ad 100 ml
Parfum (oleum citri) 3 tetes
Konsentrasi lobak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 2,5%, 5%, 7,5%,
10% dan gliserin 2% (sebagai pembanding). Adapun formula yang digunakan adalah
[image:33.595.113.513.193.510.2]sebagai berikut:
Tabel 3.1 Formula Sediaan Krim
Komposisi
Formula
A B C D E F
Asam stearat (g) 12 12 12 12 12 12
Setil alkohol (g) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Trietanolamin (g) 1 1 1 1 1 1
Gliserin (%) - - - 2
Sari lobak (%) - 2,5 5 7,5 10 -
Nipagin (mg) 100 100 100 100 100 100
Na. Metabisulfit (mg) 200 200 200 200 200 200
Air suling (ml) ad 100 100 100 100 100 100
Oleum citri (tetes) 3 3 3 3 3 3
Keterangan: Formula A: Blanko (Dasar krim tanpa sampel) Formula B: Konsentrasi sari lobak 2,5% Formula C: Konsentrasi sari lobak 5% Formula D: Konsentrasi sari lobak 7,5% Formula E: Konsentrasi sari lobak 10%
Formula F :Konsentrasi gliserin 2% (sebagai pembanding)
Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan
dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dan natrium metabisulfit dilarutkan
dalam air panas, lalu ditambahkan trietanolamin dan diaduk sampai larut (massa II).
Lalu ditambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus
secara terus menerus hingga terbentuk dasar krim. Sari lobak hasil freezee dryer
digerus di dalam lumpang lalu ditambahkan sedikit demi sedikit dasar krim dan
digerus. Terakhir tambahkan 3 tetes oleum citri dan digerus sampai homogen.
3.6 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.6.1 Pemeriksaan Homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan
tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.6.2 Pengamatan Stabilitas Sedíaan Cara:
Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup
bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sedíaan
telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan pada temperatur
kamar, bagian yang diamati berupa pecah atau tidaknya emulsi, permisahan fase,
perubahan warna dan bau dari sedíaan.
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Cara:
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH
7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH
tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan
tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan
dilarutkan dalam air suling sampai 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan dalam
larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang
ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).
3.7 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1 tetes
metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Ditutup dengan kaca penutup dan diamati
di bawah mikroskop. Bila warna biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe
emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m
(Ditjen POM, 1985).
3.8 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara: kosmetika
dioleskan di belakang telinga, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan dilihat
perubahan yang terjadi berupa kemerahan pada kulit, gatal dan pengkasaran
(Wasitaatmadja, 1997).
dari Kulit
Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan
dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm yang dirangkai
seperti pada lampiran 9, halaman 41.
Cara:
Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah sukarelawan
diberikan tanda berupa lingkaran yang mempunyai diameter sama dengan diameter
tutup pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Sebelum
dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan, kemudian
diletakkan pada desikator. Pada wadah plastik yang belum dilubangi ditimbang 10 g
silika gel. Wadah plastik yang lain dilubangi, kain kasa dijahit, dimasukkan silika gel
dalam kain kasa, diletakkan di atas pot plastik ditutup dengan pot satu lagi, diisolasi,
diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah diolesi sediaan. Agar wadah
plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk mencegah pengaruh udara dari
lingkungan maka digunakan isolatif transparan yang ditempel sedemikian rupa pada
lengan bagian bawah tersebut. Alat ini dibiarkan menempel selama 3 jam kemudian
segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang kembali. Cara ini dilakukan untuk
setiap sediaan dan pembanding yaitu sediaan yang menggunakan gliserin 2% dan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.1.1. Homogenitas Sedíaan
Dari percobaan yang dilakukan pada sedíaan krim pelembab tidak diperoleh
butiran-butiran, maka sedíaan krim pelembab dikatakan homogen. Perlakuan yang
sama juga dilakukan terhadap sedíaan pembanding yaitu formula blanko dan gliserin
2%, hasil yang diperoleh juga menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek
gelas.
4.1.2. Stabilitas Sediaan
Menurut Ansel (1989) rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung
bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan
perubahan bau. Untuk mengatasinya maka di tambahkan suatu antioksidan.
Antioksidan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah natrium metabisulfit.
Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh aktifitas bakteri dan jamur, untuk mengatasi
hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan pengawet. Pengawet yang digunakan
Tabel 4.1 Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat Sediaan Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu
No Formula
Pengamatan setelah
Selesai
dibuat
1 minggu 4 minggu 8 minggu 12 minggu
x y z x y Z x y z x y z x y z
1 A - - - -
2 B - - - -
3 C - - - -
4 D - - - -
5 E - - - - - - - -
6 F - - - -
Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi sari lobak 2,5% Formula C : Konsentrasi sari lobak 5% Formula D : Konsentrasi sari lobak 7,5% Formula E : Konsentrasi sari lobak 10%
Formula F : Formula krim yang mengandung gliserin 2% (sebagai pembanding)
x : Perubahan warna
y : Perubahan bau z : Pecahnya emulsi
- : Tidak ada perubahan
√ : Terjadi perubahan
Dari data di atas didapat hasil bahwa tidak terjadi perubahan warna, bau dan
pecahnya emulsi (pemisahan fase) pada formula blanko, konsentrasi sari lobak 2,5%,
konsentrasi sari lobak 5%, konsentrasi sari lobak 7,5%, konsentrasi sari lobak 10%,
dan gliserin 2% sehingga semua sediaan stabil dan dapat digunakanan.
pH sedíaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan yang
[image:39.595.119.525.168.412.2]dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Pengukuran pH Sediaan pada Saat Selesai Dibuat
Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi sari lobak 2,5% Formula C : Konsentrasi sari lobak 5% Formula D : Konsentrasi sari lobak 7,5% Formula E : Konsentrasi sari lobak 10%
Formula F : Formula krim yang mengandung gliserin 2% (sebagai pembanding)
Tabel 4.3 Data Pengukuran pH Sediaan Setelah Penyimpanan Selama 12 Minggu
No Formula pH
I II III Rata-rata
1 A 5,9 6,1 6,2 6,06
2 B 5,9 5,9 6,0 5,93
3 C 5,8 5,9 5,9 5,86
4 D 5.8 5,7 5,6 5,70
5 E 5,7 5,7 5,6 5,66
Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi sari lobak 2,5% Formula C : Konsentrasi sari lobak 5% Formula D : Konsentrasi sari lobak 7,5% Formula E : Konsentrasi sari lobak 10%
Formula F : Formula krim yang mengandung gliserin 2% (sebagai pembanding)
Hasil penentuan pH sediaan pada saat sediaan selesai dibuat, didapatkan bahwa
pH dari formula A: 6,06 ; formula B: 5,93 ; formula C: 5,86 ; formula D: 5,70 ;
formula E: 5,66 ; formula F: 6,06. Berdasarkan data tabel 4, maka hasil penentuan pH
sediaan krim selesai dibuat berkisar antara 5,70-6,06.
Hasil penentuan pH sediaan setelah penyimpanan 12 minggu, didapatkan
bahwa pH dari formula A: 6,00 ; formula B: 5,90 ; formula C: 5,83; formula D: 5,73 ;
formula E: 5,63 ; formula F: 6,03. Berdasarkan data tabel 5, maka hasil penentuan pH
sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu berkisar antara 5,63-6,03.
Pada sediaan krim setelah selesai dibuat, terjadi penurunan pH pada setiap
kenaikan konsentrasi lobak, disebabkan karena lobak bersifat asam. Oleh karena itu
semakin tinggi konsentrasi lobak yang ditambahkan, pH sediaan semakin asam. Ini
No Formula Ph
I II III Rata-rata
1 A 6,0 6,0 6,0 6,00
2 B 5,9 6.0 5,8 5,90
3 C 5,8 5,9 5,8 5,83
4 D 5,8 5,7 5,7 5,73
5 E 5,7 5,6 5,6 5,63
menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi lobak mempengaruhi pH sediaan krim
tangan dan badan.
Namun selama penyimpanan 12 minggu sediaan krim mengalami penurunan
pH tapi hanya kecil yaitu 0,03 sehingga keasaman pH tidak berpengaruh, juga bila
dibandingkan dengan gliserin sebagai pelembab sebagaimana gliserin juga menurun.
Sehingga relatif sama gliserin dengan sediaan krim yang lain, maka dianggap tidak
berpengaruh pada sediaan krim
Walaupun demikian pH tersebut masih masuk dalam kisaran pH untuk sediaan
krim tangan dan badan (Christopher, 1993).
Menurut Balsam (1972), pH untuk sediaan krim tangan dan badan adalah 5-8,
sehingga formula di atas memenuhi syarat pH untuk krim tangan dan tidak mengiritasi
4.1.4. Tipe Emulsi Sediaan
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan menggunakan biru
[image:42.595.111.524.181.550.2]metil adalah:
Tabel 4.4 Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
No Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan
Ya Tidak
1 A √ -
2 B √ -
3 C √ -
4 D √ -
5 E √ -
6 F √ -
Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi sari lobak 2,5% Formula C : Konsentrasi sari lobak 5% Formula D : Konsentrasi sari lobak 7,5% Formula E : Konsentrasi sari lobak 10%
Formula G : Formula krim yang mengandung gliserin 2% (sebagai pembanding).
Menurut Ditjen POM (1985), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat
dilakukan dengan menggunakan biru metil, jika biru metil terlarut bila diaduk maka
emulsi tersebut adalah tipe m/a.
Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel 5 di atas, formula krim
dengan konsentrasi lobak 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, gliserin 2% dan blanko menunjukkan
sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe
emulsi m/a.
[image:43.595.114.541.212.360.2]4.1.5 Data Uji Daya Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan Tabel 4.5 Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
N
o Pernyataan
Sukarelawan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
1. Kemerahan
pada kulit - - - -
2. Gatal
pada kulit - - - -
3. Kulit menjadi
kasar - - - -
Keterangan:
+ : Terjadi iritasi - : Tidak terjadi iritasi
Menurut Wasitaatmadja (1997), uji kulit yang dilakukan untuk mengetahui
terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika di bagian bawah
lengan atau di belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel di atas,
ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa kemerahan, gatal atau pengkasaran
pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.
4.1.6 Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit
Pengujian dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan yang berusia 20-30 tahun
yang berjenis kelamin perempuan, data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
No Sukarelawan Persentase Pengurangan Penguapan Air Di Kulit
Pada Masing-masing Formula
A B C D E F
1 I 10,00 15,00 25,00 30,00 45,00 45,00
2 II 10,00 20,00 25,00 30,00 45,00 40,00
3 III 9,09 13,63 22,72 36,36 45,45 45,45
4 IV 7,69 11,53 23,07 34,61 46,15 46,15
5 V 9,52 19,04 28,57 38,09 47,61 42,85
6 VI 8,00 12,00 20,00 32,00 40,00 44,00
7 VII 7,40 14,81 25,92 33,33 44,44 48,14
8 VIII 10,34 13,79 27,58 34,48 44,82 48,27
9 IX 7,14 14,28 21,42 28,57 39,28 46,42
10 X 10,00 13,33 20,00 30,00 43,33 46,66
11 XI 6,66 13,33 23,33 33,33 43,33 43,33
12 XII 6,25 12,50 21,87 31,25 43,75 43,75
Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi sari lobak 2,5% Formula C : Konsentrasi sari lobak 5% Formula D : Konsentrasi sari lobak 7,5% Formula E : Konsentrasi sari lobak 10%
Formula F : Formula krim yang mengandung gliserin 2% (sebagai pembanding)
Dari data di atas dapat dilihat bahwa krim sari lobak dengan konsentrasi 2,5%
mampu mengurangi penguapan air dari kulit, sebesar 11,53% sampai 20,00% untuk
konsentrasi 5% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 20,00% sampai
28,57%, untuk konsentrasi 7,5% mampu mengurangi penguapan air sebesar 28,57%
sampai 38,09% sedangkan untuk konsentrasi 10% mampu mengurangi peguapan air
dari kulit sebesar 39,28% sampai 47,61%. Pengukuran ini dibandingkan dengan
sediaan yang mengandung gliserin konsentrasi 2% dan blanko. Dimana sediaan
sebesar 40,00% hingga 48,27% sedangkan blanko hanya mampu mengurangi
penguapan air sebesar 6,25% hingga 10,34%
Dari data di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari lobak
yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan
krim tersebut menahan penguapan air dari kulit.
Dari data dapat diketahui bahwa penguapan air dari kulit antara krim sari lobak
konsentrasi 10% dengan krim gliserin konsentrasi 2% yaitu pada 5 sukarelawan
memberikan hasil yang sama, pada 5 sukarelawan memberikan hasil bahwa krim
gliserin konsentrasi 2% lebih baik dari pada krim sari lobak 10%, dan pada 2
sukarelawan memberikan hasil bahwa krim sari lobak konsentrasi 10% lebih baik dari
pada krim gliserin konsentrasi 2%. Dari sini dapat disimpulkan bahwa penguapan air
dari kulit dengan menggunakan krim sari lobak konsentrasi 10% dan krim gliserin
konsentrasi 2% memberikan hasil yang hampir sama.
Perbedaan nilai persentase dari tiap sukarelawan ini disebabkan oleh perbedaan
cuaca dan tiap individu yang berbeda-beda sehingga hasil uji pada setiap sukarelawan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Sari lobak (Rhaphanus Sativus L.) dapat diformulasikan ke dalam bentuk
sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya
homogen, sediaan krim stabil pada penyimpanan selama 12 minggu, memiliki
pH 5,63-6,03 dan sediaan krim sari lobak tidak menyebabkan iritasi kulit.
2. Penambahan sari lobak kedalam sediaan krim dapat mengurangi penguapan air
pada kulit, dimana dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi sari lobak yang ditambahkan pada sediaan krim, maka
semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut mengurangi penguapan
air dari kulit. Krim dengan sari lobak 10% adalah yg terbesar pengurangan
airnya, dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2%, ternyata
kemampuan lobak dengan konsentrasi sari lobak 10% untuk mengurangi
penguapan air dari kulit hampir sama dengan sediaan yang mengandung
gliserin 2%.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memformulasikan lobak dalam
DAFTAR PUSTAKA
Ali N.B.V, dan Rahayu. (1999) Wortel dan Lobak. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya Hal 7-9.
Anonim, (2010). Sehat Dengan Lobak
Anief, Moh. (2000). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesembilan Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal.132.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaam Farmasi. Edisi Keempat. Penerbit Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 387-389.
Balsam, M.S. (1972). Cosmetics Science and Technology. Second Edition. London. Jhon Willy and Son, Inc. Hal.211.
Christopher, G. (1993). Restoration of Collagen Formation in PhotodamagedHuman Skin By Tretinoin (Online). Hal.530-535
Denavarre, M. (1975). The Chemistry and Manufacture of Cosmetics. Second Edition. Florida: Continental Press. Hal. 119.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 33.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 83, 97, 356.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 1197.
Ditjen POM. (2004). Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Kosmetik. Jakarta Hal.2.
Dwikarya, M. (2003). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Penerbit Kawan Pustaka. Hal. 2.
Lachman, L., Liberman, A.H, Kanig, J. L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia. Hal. 1118.
Rawlins, E.A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London: Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.
Tranggono, R.I., Latifah.F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 3, 6, 76-77, 83.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima.Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 5, 16, 25, 111-112.
Wirakusumah, E.S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 6-10.
Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited Hal.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar lobak
Lampiran 3. Gambar lobak yang telah di Freeze Dryer
Lampiran 4. Gambar sediaan krim setelah selesai dibuat
Pandangan depan
Blanko
2,5%
5%
7,5%
10%
Gliserin
Pandangan atas
Lampiran 5. Gambar sediaan krim pelembab setelah penyimpanan selama 12 minggu
2,5%
5%
7,5%
10%
Gliserin
2%
Blanko
Lampiran 6. Gambar uji tipe emulsi
Blanko
2,5%
5%
7,5%
10% gliserin
Lampiran 9. Gambar rangkaian alat yang digunakan untuk pengujian
Rangkaian alat pada saat pengujian
Tutup pot plastik tidak berlubang Tutup pot plastik berlubang
Lampiran 10. Perhitungan
Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada Sukarelawan I
(Formula D)
a. Pertambahan berat
Petambahan berat = berat akhir – berat awal
Berat awal = 10,01 g
Berat akhir = 10,15 g
Pertambahan berat = 140 mg
b. Presentase pengurangan penguapan
= pertambahan berat tanpa sedíaan – pertambahan berat sediaan
Diketahui : Pertambahan berat tanpa sediaan = 200 mg
Pertambahan berat sediaan = 140 mg
Jadi persentase pengurangan penguapan air dari kulit adalah :
= 200 – 140
140
x 100%
= 30%
Lampiran 11. Tabel kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit pertambahan berat sediaan
1. Sukarelawan I
No Formula Berat awal
(g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan
1 Tanpa
sediaan
10,01 10,21 200 0,00
2 A 10,00 10,18 180 10,00
3 B 10,00 10,17 170 15,00
4 C 10,01 10,16 150 25,00
5 D 10,01 10,15 140 30,00
6 E 10,00 10,11 110 45,00
7 F 10,01 10,12 110 45,00
2. Sukarelawan II
No Formula Berat awal
(g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan
1 Tanpa
sediaan
10,00 10,20 200 0,00
2 A 10,01 10,19 180 10,00
3 B 10,01 10,17 160 20,00
4 C 10,00 10,15 150 25,00
5 D 10,00 10,14 140 30,00
6 E 10,00 10,11 110 45,00
7 F 10,00 10,12 120 40,00
3. Sukarelawan III
No Formula Berat awal
(g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan
1 Tanpa
sediaan
10,02 10,24 220 0,00
2 A 10,01 10,21 200 9,09
3 B 10,00 10,19 190 13,63
4 C 10,00 10,17 170 22,72
5 D 10,01 10,15 140 36,36
6 E 10,00 10,12 120 45,45
4. Sukarelawan IV
No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan
berat
% pengurangan
penguapan
1 Tanpa
sediaan
10,00 10,26 260 0,00
2 A 10,00 10,24 240 7,69
3 B 10,01 10,24 230 11,53
4 C 10,00 10,20 200 23,07
5 D 10,00 10,17 170 34,61
6 E 10,00 10,14 140 46,15
7 F 10,01 10,15 140 46,15
5. Sukarelawan V
No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan
berat
% pengurangan
penguapan
1 Tanpa
sediaan
10,02 10,23 210 0,00
2 A 10,02 10,21 190 9,52
3 B 10,00 10,17 170 19,04
4 C 10,00 10,15 150 28,57
5 D 10,01 10,14 130 38,09
6 E 10,01 10,12 110 47,61
7 F 10,00 10,12 120 42,85
6. Sukarelawan VI
No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan
berat
% pengurangan
penguapan
1 Tanpa
sediaan
10,00 10,25 250 0,00
2 A 10,01 10,24 230 8,00
3 B 10,01 10,23 220 12,00
4 C 10,00 10,20 200 20,00
5 D 10,00 10,17 170 32,00
6 E 10,00 10,15 150 40,00
7 F 10,02 10,16 140 44,00
No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan berat
% pengurangan
penguapan
1 Tanpa
sediaan
10,00 10,27 270 0,00
2 A 10,00 10,25 250 7,40
3 B 10,00 10,23 230 14,81
4 C 10,01 10,21 200 25,92
5 D 10,01 10,19 180 33,33
6 E 10,00 10,15 150 44,44
7 F 10,03 10,17 140 48,14
8. Sukarelawan VIII
No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan
berat
% pengurangan
penguapan
1 Tanpa
sediaan
10,00 10,29 290 0,00
2 A 10,00 10,26 260 10,34
3 B 10,00 10,25 250 13,79
4 C 10,01 10,22 210 27,58
5 D 10,00 10,19 190 34,48
6 E 10,00 10,16 160 44,82
7 F 10,00 10,15 150 48,27
9. Sukarelawan IX
No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan
berat
% pengurangan
penguapan
1 Tanpa
sediaan
10,00 10,28 280 0,00
2 A 10,00 10,26 260 7,14
3 B 10,00 10,24 240 14,28
4 C 10,00 10,22 220 21,42
5 D 10,00 10,20 200 28,57
6 E 10,00 10,17 170 39,28
10. Sukarelawan X
No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan
berat
% pengurangan
penguapan
1 Tanpa
sediaan
10,00 10,30 300 0,00
2 A 10,01 10,28 270 10,00
3 B 10,00 10,26 260 13,33
4 C 10,02 10,26 240 20,00
5 D 10,00 10,21 210 30,00
6 E 10,01 10,18 170 43,33
7 F 10,00 10,16 160 46,66
11. Sukarelawan XI
No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan
berat
% pengurangan
penguapan
1 Tanpa
sediaan
10,00 10,30 300 0,00
2 A 10,00 10,28 280 6,66
3 B 10,01 10,27 260 13,33
4 C 10,01 10,24 230 23,33
5 D 10,00 10,20 200 33,33
6 E 10,00 10,17 170 43,33
7 F 10,01 10,18 170 43,33
12. Sukarelawan XII
No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan
berat
% pengurangan
penguapan
1 Tanpa
sediaan
10,01 10,33 320 0,00
2 A 10,00 10,30 300 6,25
3 B 10,00 10,28 280 12,50
4 C 10,00 10,25 250 21,87
5 D 10,00 10,22 220 31,25
6 E 10,01 10,19 180 43,75