• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Sari Lobak (Raphanus sativus L.) sebagai Pelembab dalam Sediaan Hand cream

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Sari Lobak (Raphanus sativus L.) sebagai Pelembab dalam Sediaan Hand cream"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN SARI LOBAK (

Raphanus sativus

L

.

)

SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN

HAND CREAM

SKRIPSI

OLEH:

LEL QADAR

NIM 081524033

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGGUNAAN SARI LOBAK (

Raphanus sativus

L

.

)

SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN

HAND CREAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

LEL QADAR

NIM 081524033

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGUNAAN SARI LOBAK (

Raphanus sativus

L.)

SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN

HAND CREAM

Oleh:

LEL QADAR

081524033

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt.

NIP 195011171980022001 NIP 195111021977102001

Pembimbing II, Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt.

NIP 195011171980022001

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt.

NIP 196106191991031001 NIP 195107031977102001

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. NIP 195404121987012001

Medan, Desember 2011

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, karunia, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Penggunaan Sari Lobak (Raphanus sativus L.) sebagai Pelembab dalam

Sediaan Hand cream”.

Lobak mengandung berbagai jenis enzim, vitamin dan mineral. Lobak kaya

akan vitamin A, B1 dan C yang sangat penting untuk menangkal radikal bebas. Selain

vitamin, lobak juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat besi,

karbohidrat, protein, dan lemak. Berdasarkan kandungannya, dicoba untuk melakukan

penelitian dengan menggunakan sari lobak yang dibuat menjadi sediaan hand cream.

Sari lobak diformulasikan dalam krim tipe m/a untuk membuat sediaan yang berfungsi

sebagai pelembab.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi

yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.

2. Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., selaku

dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama

melakukan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt.,

dan Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran dan kritik kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi

(5)

4. Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt., sebagai dosen penasehat akademik

penulis.

Ucapan terima kasih yang tulus dan tiada terhingga untuk keluarga tercinta,

Ayahanda Drs, H. Tgk. Zaini Yusuf, Ibunda Hj. Mariani Yusuf, abang Habib Effendi,

serta adik Mona, Habib Agus Faroqi dan kakanda Ipanda putra atas do’a, perhatian,

kepercayaan dan dukungan yang diberikan baik moril maupun materil yang tiada

hentinya demi suksesnya penulis. Tak terlupakan untuk rekan-rekan mahasiswa

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, teristimewa buat rekan-rekan Farmasi

Ekstensi angkatan 2008 – 2009 yang telah memberikan bantuan, saran, dan semangat

kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu

penulis dengan kerendahan hati bersedia menerima kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Desember 2011 Penulis

LEL QADAR

(6)

PENGGUNAAN SARI LOBAK (Raphanus sativus L.) SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN HAND CREAM

ABSTRAK

Lobak (Raphanus sativus L.) adalah salah satu contoh bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit. Lobak mengandung berbagai jenis enzim, vitamin dan mineral. Lobak kaya akan vitamin A, B1 dan C yang sangat penting untuk menangkal radikal bebas. Selain vitamin, lobak juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat besi, karbohidrat, protein dan lemak. Berdasarkan kandungannya, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan sari lobak sebagai pelembab dalam sediaan hand cream. Sari Lobak diformulasikan dalam sediaan krim tipe m/a (minyak/air) sebagai pelembab.

Konsentrasi sari lobak yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko. Beberapa pengujian dilakukan terhadap sediaan krim pelembab antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Hasil pengamatan stabilitas selama penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar menunjukkan bahwa sediaan krim stabil tidak mengalami perubahan pada penyimpanan. Sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu pH 5,63-6,03. Merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit kemerahan, gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari lobak yang ditambahkan ke dalam sediaan krim akan semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit, dibandingkan dengan sediaan gliserin 2% kemampuan sari lobak dengan konsentrasi 10% untuk mengurangi penguapan air dari kulit adalah hampir sama.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sari lobak dapat diformulasikan dalam sediaan hand cream dan mampu mengurangi penguapan air dari kulit.

(7)

THE USE OF RADISH ( Raphanus sativus L.) AS MOISTURIZING IN THE HAND CREAM

ABSTRACT

Radish (Raphanus sativus L.) is one of sample natural substance that can be used as skin moisturizing. Radish contain some kind of enzyme, vitamin, and mineral. Radish was rich of vitamin A, B1, and C, which very important to ward free radical. Beside vitamin, radish also has minerals such as calcium, phosphor, potassium. iron, carbohydrate, protein and lipid. Based on it’s contains, a research about using radish as moisturizing agen in hand cream formula. Radish is formulated in the cream basis o/w (oil/water) as a moisturizing.

The concentration radish used were 2.5%, 5%, 7.5%, 10%, and then they were compared with preparation containing 2% glycerine and blanko preparation. Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH determination, type of emulsion determination, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from the skin using 12 volunteers.

The result of the homogeneity test shows that moisturizing cream preparation was homogenous. The result of stability during 1, 4, 8, and 12 weeks storage in room temperature shows that cream is stable is no physical changing Cream preparations after 12 weeks storage with pH 5.63-6.03 was o/w emulsion type, no irritate and nof cause erythema, itchy also rough on skin. The result of water vaporization inhibition shows that the higher the concentration of radish added to the cream preparation, the higher the ability of the cream to inhibit water vaporization from the skin. Compared to cream witch glycerin 2% the ability of radish witch concentration 10% for reducing water vaporization from the skin is nearly getting the same result.

The conclusion of this research that radish juice can be formulated in hand cream preparation and be able to reduce water evaporation from the skin.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesa ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Lobak ... 4

2.1.1 Taksonomi lobak ... 4

2.1.2 Kandungan dan manfaat lobak ... 5

2.2 Kulit ... 5

2.2.1 Anatomi kulit ... 6

2.2.2 Fungsi kulit ... 7

2.2.3 Jenis Kulit ... 8

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecantikan kulit... 9

2.3 Emulsi ... 10

(9)

2.4.1 Krim tangan dan badan ... 12

2.5 Kosmetik untuk Kulit ... 13

2.5.1 Kosmetik pelembab ... 13

2.5.2 Syarat dari kosmetika pelembab ... 14

2.5.3 Pelembaban kulit ... 14

2.5.4 Macam-macam kosmetik pelembab ... 14

2.5 Bahan-bahan Sediaan Krim Pelembab ... 15

2.5 Silika Gel ... 16

BABIII METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat yang Digunakan ... 17

3.2 Bahan-bahan yang Digunakan ... 17

3.3 Teknik Pengambilan Sampel... 17

3.4 Sukarelawan ... 17

3.5 Prosedur Kerja ... 18

3.5.1 Pembuatan sari lobak ... 18

3.5.2 Formula standar hand cream ... 18

3.5.3 Formula dasar krim yang dimodifikasi ... 18

3.5.4 Pembuatan sediaan krim ... 19

3.6 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 20

3.6.1 Pemeriksaan homogenitas ... 20

3.6.2 Pengamatan stabilitas sediaan ... 20

3.6.3 Penentuan pH sediaan ... 21

3.7 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 21

(10)

3.9 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi

Penguapan Air Dari Kulit ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 23

4.1.1 Homogenitas sediaan ... 23

4.1.2 Stabilitas sediaan ... 23

4.1.3 pH sediaan ... 25

4.1.4 Tipe emulsi sediaan ... 28

4.1.5 Data uji daya iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 29

4.1.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 32

5.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Formula dasar sediaan krim ... 19

Tabel 4.2 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat

sediaan selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 24

Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat ... 25

Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama 12

minggu... 26

Tabel 4.5 Data penentuan tipe emulsi sediaan ... ... 28

Tabel 4.6 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 29

Tabel 4.7 Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar lobak ... 35

Lampiran 2. Gambar alat juicer ... 35

Lampiran 3. Gambar sari lobak setelah di freeze dryer ... 36

Lampiran 4. Gambar sediaan krim setelah dibuat……….. 36

Lampiran 5. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu... 37

Lampiran 6. Gambar uji tipe emulsi ……….. 38

Lampiran 7. Gambar alat freezee dryer... 39

Lampiran 8. Gambar pH meter... 40

Lampiran 9. Gambar rangkaian alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit ... 41

Lampiran 10. Perhitungan ... 42

(13)

PENGGUNAAN SARI LOBAK (Raphanus sativus L.) SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN HAND CREAM

ABSTRAK

Lobak (Raphanus sativus L.) adalah salah satu contoh bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit. Lobak mengandung berbagai jenis enzim, vitamin dan mineral. Lobak kaya akan vitamin A, B1 dan C yang sangat penting untuk menangkal radikal bebas. Selain vitamin, lobak juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat besi, karbohidrat, protein dan lemak. Berdasarkan kandungannya, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan sari lobak sebagai pelembab dalam sediaan hand cream. Sari Lobak diformulasikan dalam sediaan krim tipe m/a (minyak/air) sebagai pelembab.

Konsentrasi sari lobak yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko. Beberapa pengujian dilakukan terhadap sediaan krim pelembab antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Hasil pengamatan stabilitas selama penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar menunjukkan bahwa sediaan krim stabil tidak mengalami perubahan pada penyimpanan. Sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu pH 5,63-6,03. Merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit kemerahan, gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari lobak yang ditambahkan ke dalam sediaan krim akan semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit, dibandingkan dengan sediaan gliserin 2% kemampuan sari lobak dengan konsentrasi 10% untuk mengurangi penguapan air dari kulit adalah hampir sama.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sari lobak dapat diformulasikan dalam sediaan hand cream dan mampu mengurangi penguapan air dari kulit.

(14)

THE USE OF RADISH ( Raphanus sativus L.) AS MOISTURIZING IN THE HAND CREAM

ABSTRACT

Radish (Raphanus sativus L.) is one of sample natural substance that can be used as skin moisturizing. Radish contain some kind of enzyme, vitamin, and mineral. Radish was rich of vitamin A, B1, and C, which very important to ward free radical. Beside vitamin, radish also has minerals such as calcium, phosphor, potassium. iron, carbohydrate, protein and lipid. Based on it’s contains, a research about using radish as moisturizing agen in hand cream formula. Radish is formulated in the cream basis o/w (oil/water) as a moisturizing.

The concentration radish used were 2.5%, 5%, 7.5%, 10%, and then they were compared with preparation containing 2% glycerine and blanko preparation. Some test have been done to the preparation including: homogeneity test, stability examination, pH determination, type of emulsion determination, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water from the skin using 12 volunteers.

The result of the homogeneity test shows that moisturizing cream preparation was homogenous. The result of stability during 1, 4, 8, and 12 weeks storage in room temperature shows that cream is stable is no physical changing Cream preparations after 12 weeks storage with pH 5.63-6.03 was o/w emulsion type, no irritate and nof cause erythema, itchy also rough on skin. The result of water vaporization inhibition shows that the higher the concentration of radish added to the cream preparation, the higher the ability of the cream to inhibit water vaporization from the skin. Compared to cream witch glycerin 2% the ability of radish witch concentration 10% for reducing water vaporization from the skin is nearly getting the same result.

The conclusion of this research that radish juice can be formulated in hand cream preparation and be able to reduce water evaporation from the skin.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan

yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan

alami yang terdapat di sekitarnya. Namun, sekarang kosmetika tidak hanya dari bahan

alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan kecantikan

(Wasitaatmadja, 1997).

Definisi kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.445/MenKes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan

pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian

luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah

penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan

tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang dikenakan pada kulit

manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik serta merubah rupa.

Karena terjadi kontak antara kosmetika dengan kulit, maka kosmetika akan diserap

oleh kulit dan masuk ke bagian yang lebih dalam dari tubuh. Jumlah kosmetika yang

terserap kulit bergantung pada beberapa faktor, yaitu kondisi kulit pemakai dan

keadaan kosmetik yang dipakai. Kontak kosmetik dengan kulit menimbulkan akibat

positif berupa manfaat dari kosmetik dan akibat negatif atau merugikan berupa efek

(16)

Produk kosmetik sangat diperlukan oleh manusia, baik laki-laki maupun

perempuan. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari dan diseluruh tubuh,

mulai dari rambut sampai ujung kaki (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kulit merupakan organ pertama yang terkena polusi oleh zat-zat yang terdapat

di lingkungan hidup kita. Berbagai faktor baik dari luar tubuh maupun dari dalam

tubuh dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit, misalnya: udara kering,

kelembaban udara yang rendah, sinar matahari, usia, berbagai penyakit kulit maupun

penyakit dalam tubuh. Karena faktor-faktor tersebut dapat terjadi penguapan yang

berlebihan pada epidermis kulit sehingga menyebabkan kulit kering (Wasitaatmadja,

1997).

Kulit merupakan salah satu panca indera manusia yang terletak di permukaan

tubuh. Bagi tubuh kulit mempunyai fungsi yang sangat penting dan fungsi ini tidak

sepadan dengan lapisannya yang tipis. Berkaitan dengan letaknya yang ada di

permukaan tubuh maka kulit merupakan organ pertama yang terkena pengaruh tidak

menguntungkan dari lingkungan. Oleh karenanya menjaga kesehatan kulit sama

pentingnya dengan menjaga organ lain (Santoso, 2001).

Kulit sehat berarti kulit yang tidak menderita penyakit, baik penyakit yang

mengenai kulitnya secara langsung ataupun penyakit dalam tubuh yang secara tidak

langsung mempengaruhi kesehatan kulitnya. Penampilan kulit sehat dapat dilihat dari

struktur fisik kulit berupa warna, konsistensi kelembaban, kelenturan, tebal dan tekstur

kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Lobak mengandung berbagai jenis enzim, vitamin, dan mineral, lobak kaya

(17)

vitamin, lobak juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, zat besi, karbohidrat,

protein dan lemak (Anonim, 2010).

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah sari lobak (Raphanus sativus L.) dapat diformulasikan dalam sediaan

krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Apakah sari lobak (Raphanus sativus L.) dalam bentuk sediaan krim mampu

mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.

1.3 Hipotesa

1. Sari lobak (Raphanus sativus L.) dapat diformulasikan ke dalam sediaan krim

dengan tipe emulsi m/a.

2. Sari lobak (Raphanus sativus L.) dalam bentuk sediaan krim mampu

mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah sari lobak (Raphanus sativus L.) dapat diformulasikan

dalam sediaan krim tipe emulsi m/a.

2. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan krim sari lobak (Raphanus sativus

L) mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk

sediaan krim.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Lobak

Lobak mulai dikenal bangsa China sekitar tahun 500 SM. Lobak sering disebut dengan lobak cina/lobak oriental. Tanaman lobak memiliki akar tunggang

dengan akar samping yang tumbuh pada akar tunggang. Akar tunggang ini nantinya

berubah fungsi dan bentuk menjadi umbi yang besar, umbi tersebut tumbuh

memanjang ke bawah seperti wortel, bentuknya lebih bulat dan berwarna putih bersih.

Untuk batangnya ukurannya pendek dan daunnya lonjong berbulu, bagian umbi yang

dekat dengan permukaan tanah dan terkena sinar matahari biasanya akan berubah

warna menjadi agak kehijauan. Lobak tumbuh baik di daerah pegunungan ataupun di

dataran rendah, dengan udara lembab dan dingin (Anonim, 2010).

2.1.1 Taksonomi Lobak ( Rhaphanus sativus L.)

Menurut (Ali dan Rahayu, 1999) dalam taksonomi tumbuhan, lobak

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Papaveralas

Famili : Cruciferae/ Brassicaceae

Genus : Raphanus

Spesies : Raphanus sativus L.

(19)

Lobak banyak mengandung vitamin, mineral,dan kandungan gizi lainnya

dalam 100 gram yaitu: kalori (19,00 kal), protein (0,90 g), lemak (0,10 g ), karbohidrat

(4,20 g), kalsium (35,00 mg), fosfor (26,00 mg), besi (0,60 mg), vitamin A (10,00 SI),

vitamin B1 (0,03 mg), vitamin C (32,00 mg), air (94,10 g), bagian yang biasa dimakan

Lobak mempunyai khasiat untuk melancarkan jalannya air kencing, sayuran ini

pun dapat menghilangkan lendir yang ada di dalam kerongkongan. Oleh karena itu

orang yang menderita demam atau sakit batuk sangat baik mengkonsumsi sayuran

lobak. Selain khasiat dari umbinya, daun lobak yang dikonsumsi dapat berfungsi

membersihkan darah. Hampir seluruh bagian tanaman lobak dapat dimakan, umbinya

dapat dimakan mentah sebagai lalap atau dimasak untuk sayur. Daun dan batangnya

juga dapat digunakan sebagai lalap baik dalam keadaan mentah atau setengah dikukus

(Ali dan Rahayu, 1999).

2.2 Kulit

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya. Dimana

lapisan lemak tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan

penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga mengandung air

sebagai pelembab alami, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi sangat penting karena

kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang dikandungnya dan bukan

pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam kulit sedikit maka kulit akan kering

dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam. Keadaan ini menyebabkan

mikroorganisme, kotoran, sisa sabun, dan lain-lain akan masuk pada kulit yang

pecah-pecah tersebut sehingga menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan

(20)

2.2.1 Anatomi kulit

Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis, dan subkutis

(Tranggono dan Latifah, 2007).

1. Lapisan Epidermis

Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas:

 Stratum corneum (lapisan tanduk)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak

mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung

air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu jenis protein yang tidak

larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini

berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.

 Stratum lucidum (lapisan jernih)

Berada tepat di bawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis, jernih,

mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak

kaki.

 Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar,

berinti mengkerut.

 Stratum spinosum (lapisan malphigi)

Sel berbentuk kubus dan seperti berduri, intinya besar dan oval. Setiap sel berisi

filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.

 Stratum germinativum (lapisan basal)

Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel

(21)

2. Dermis

Lapisan dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang

berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin

mukopolisakarida.

3. Subkutis

Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi

sel-sel lemak. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf sepi, pembuluh darah, dan

saluran getah bening (Tranggono dan Latifah, 2007., Wasitaatmadja, 1997).

2.2.2 Fungsi kulit

Kulit sebagian organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa fungsi

(Wirakusumah, 1994), diantaranya sebagai berikut:

a. Kulit sebagai filter dan pelindung tubuh

Kulit mempunyai kemampuan untuk mencegah masuknya bahan-bahan yang

membahayakan tubuh, seperti bakteri dan bahan asing lainnya. Selain itu kulit juga

dapat melindungi tubuh dari benturan fisik, panas matahari, api, dan angin.

Fungsi proteksi (Dwikarya, 2003), terjadi karena beberapa hal:

1. Kehadiran selaput tanduk yang bersifat waterproof atau kedap air, sehingga

manusia tidak menggelembung ketika berenang.

2. Keasaman (pH) kulit akibat keringat dan lemak kulit (sebum) menahan dan

menekan bakteri dan jamur yang berkeliaran di sekitar kulit.

3. Jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ tubuh dari

benturan.

(22)

Kulit dapat menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara melepaskan keringat

apabila suhu tubuh panas, yang mana keringat tersebut akan menguap dan tubuh

merasa dingin. Demikian pula sebaliknya bila mengalami kedinginan maka

pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga panas yang ada di dalam

tubuh tidak ke luar (tetap tertahan).

c. Kulit sebagai sistem saraf yang sensitif

Kulit terdiri dari sistem saraf yang peka terhadap ancaman dari luar seperti panas,

dingin, sentuhan dan tekanan. Oleh karena itu kulit akan selalu memberikan reaksi

setelah ada peringatan awal dari sistem saraf tersebut.

d. Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam jaringan

tubuh, lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam tubuh. Kulit

mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit mengalami luka atau retak

maka daya ikat terhadap air akan berkurang.

2.2.3 Jenis Kulit

Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian:

1. Kulit normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan elastis

dengan minyak dan kelembaban yang cukup.

2. Kulit berminyak

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak di permukaan kulit yang berlebihan

sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit lebar sehingga

kesannya kasar dan lengket.

(23)

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun

sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihatnya kerutan (Dwikarya,

2003).

2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecantikan Kulit

Masalah yang terjadi pada kulit disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari

dalam tubuh sendiri maupun dari luar, Adapun beberapa faktornya adalah sebagai

berikut: (Wirakusumah, 1994).

a. Keturunan (bawaan)

Keadaan kulit seseorang dapat tercermin pada kulit kedua orang tuanya.

Misalnya warna kulit ada yang hitam, putih, atau sawo matang. Demikian pula

dengan kulit halus, kasar atau berminyak.

b. Hormon

Kadar hormon estrogen (pada wanita) dan progesteron (pada pria) dalam tubuh

sangat mempengaruhi keadaan kulit. Misalnya timbulnya jerawat pada saat

menstruasi yang disebabkan meningkatnya hormon estrogen. Hormon estrogen

ini juga berperan dalam proses regenerasi kulit.

c. Alergi

Bagi sebagian orang ada memiliki jenis kulit sensitif dan alergi terhadap

benda-benda atau zat tertentu. Seperti perhiasan, jam tangan, kosmetik maupun

makanan. Gejala alergi ini dapat dilihat dengan berubahnya warna kulit

menjadi kemerahan, terasa gatal, menjadi bengkak bahkan sampai ada yang

terluka.

(24)

Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada kulit.

Misalnya kulit akan menjadi kering. Oleh karena itu perlu perlindungan ketika

beraktivitas di tempat yang terkena sinar matahari langsung, misalnya dengan

menggunakan topi, payung, maupun krim tabir surya.

e. Stres

Faktor psikologi dapat pula mempengaruhi kecantikan kulit, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

2.3 Emulsi

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur,

biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil

dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini bergabung dan membentuk

dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi dapat distabilkan dengan zat

pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Anief, 2000).

Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi

merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika

terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m).

Pada umumnya, sebagian besar sediaan kosmetik yang beredar adalah sistem minyak

dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit (Ditjen POM, 1985).

Keuntungan dari tipe emulsi m/a (Voight, 1995), adalah:

1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit.

2. Memberi efek dingin terhadap kulit.

3. Tidak menyumbat pori-pori kulit.

4. Bersifat lembut

(25)

Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika:

a. Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk

agregat dari bulatan-bulatan.

b. Jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun ke

dasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam.

c. Jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan

membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar emulsi,

yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam. (Ansel,

1989).

2.4 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan

obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara

tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi

relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.

Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi

minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai

panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih di tujukan untuk

penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O seperti cold cream

b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti vanihing cream

Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan

dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini (Lachman,

(26)

Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena

memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta

memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung air dalam

persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin, propilenglikol, sorbitol)

sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w untuk mengurangi

peguapan air dari permukaan kulit (Voight, 1995).

2.4.1 Krim tangan dan badan

Krim tangan dan badan adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk

maksud melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering, tidak bersisik,

dan tidak mudah pecah. Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum untuk

mempertahankan agar permukaan kulit tetap lembut, lunak, dan terlindungi.

Krim tangan dan badan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (Ditjen POM,

1985).

1. Memberikan sumber kelembaban yang siap digunakan oleh kulit

2. Memberikan lapisan tipis minyak yang bersifat seperti sebum dan tidak

mempengaruhi respirasi kulit

3. Memberikan rasa lembut dan halus pada kulit,tidak terlalu berminyak

4. Mudah dikontrol.

2.5 Kosmetik Untuk Kulit

Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

(27)

adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh

manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan

mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan

dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi

baik (Ditjen POM, 2004).

2.5.1 Kosmetika pelembab

Umumnya kosmetika pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan,

maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk

melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan air dari

sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan minyak kulit

semula. Kosmetik pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan dalam bentuk cairan

minyak tersebut (moisturizing oil), atau campuran minyak dalam air (moisturizing

cream) dan dapat ditambahkan atau dikurangi zat tertentu untuk tujuan khusus

(Wasitaatmadja, 1997).

2.5.2 Syarat dari kosmetika pelembab

Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab, yaitu:

a. Enak dan mudah dipakai.

b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan.

c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur.

d. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit

(Tranggono dan Latifah, 2007).

(28)

Secara garis besar, retak-retak pada stratum korneum di bawah kondisi yang

kurang baik akan menimbulkan gangguan kulit yang lebih serius. Jika celah-celah

berbentuk V itu berkembang dan bahan-bahan asing seperti sisa sabun, kotoran dan

sisa mikroorganisme masuk, maka kulit yang menjadi kering dan retak-retak itu akan

menimbulkan iritasi dan peradangan atau keratinisasi abnormal yang juga akan

melemahkan kulit. Di sinilah perlunya kosmetik pelembab kulit untuk mencegah

dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta

akibat-akibat buruknya (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.5.4 Macam-macam kosmetik pelembab

Tipe kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Kosmetik pelembab dengan dasar lemak

Kosmetik tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim

ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sehingga mencegah

penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut.

Kosmetik pelembab dengan dasar lemak terbagi dalam berbagai bentuk,

yaitu krim lemak anhydrous, krim emulsi W/O, emulsi ganda, krim O/W yang

kaya lemak, dan emulsi O/W cair yang mengandung air lebih dari 80%.

2. Kosmetik pelembab dengan dasar gliserol atau humektan sejenis.

Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan

yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan

mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit nampak

lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono

(29)

2.6 Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab

Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat

pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).

a. Emolien

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin

dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.

b. Zat sawar

Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.

c. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban

diantara produk dan udara, baik di dalam kulit maupun di luar kulit. Biasanya

bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan

menahan air agar tidak menguap.

d. Zat pengemulsi

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua

bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin

(Wasitaatmadja, 1997).

e. Pengawet

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu

selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat anti

kuman sehingga menangkal aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil

(Wasitaatmadja, 1997).

(30)

Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas

nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum

menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan

produsen (Lachman, dkk., 1994).

2.7 Silika Gel

Silika gel (SiO2) adalah terhidrat sebagian, amorf, terdapat dalam bentuk

granul seperti kaca dengan berbagai ukuran. Jika digunakan sebagai pengering, sering

kali disalut dengan senyawa yang berubah warna jika kapasitas penyerapan air telah

habis. Bahan berwarna tersebut dapat dikembalikan (dapat menyerap air kembali)

dengan memanaskannya pada suhu 110oC hingga gel berubah warna semula (Ditjen

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Alat-Alat yang Digunakan

Neraca listrik, pH meter, mikroskop, freeze dryer, juicer, lumpang, stamfer,

objek gelas, alat-alat gelas, pot plastik, tutup pot plastik, kain kasa, penangas air,

batang pengaduk, spatel, selotip transparan, kertas tisu.

3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan

Asam stearat, setil alkohol, trietanolamin (TEA), gliserin, air suling, nipagin,

natrium metabisulfit, oleum citri, lobak, metil biru, silika gel, larutan dapar pH asam

(4,01), larutan dapar pH netral (7,01).

3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan

dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah lobak yang segar.

3.4 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan

sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12 orang dengan kriteria

sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):

1. Wanita berbadan sehat

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi

4. Bersedia menjadi sukarelawan (dengan surat lampiran terlampir).

(32)

3.5.1 Pembuatan Sari Lobak

Buah lobak yang segar dengan berat 2,2 kg dikupas kulitnya dan diperoleh

daging buah lobak sebanyak 2 kg, kemudian dipotong-potong menjadi bagian yang

lebih kecil dan dihaluskan dengan juicer, dan dihasilkan sari sebanyak 1,3 kg

selanjutnya dikeringkan dengan freeze dryer sampai diperoleh sari lobak sebanyak

54,7 gram.

3.5.2 Formula Standar Hand cream (Young, 1972)

R/ Asam stearat 12 g

Setil alkohol 0,5 g

Sorbitol sirup 5 g

Propilen glikol 3 g

Nipagin 0,1 g

Trietanolamin 1 g

Air suling ad 100 ml

Parfum 3 tetes

3.5.3 Formula Dasar Krim yang Dimodifikasi (tanpa sorbitol dan propilen)

Asam stearat 12 g

Setil alkohol 0,5 g

Trietanolamin 1 g

Nipagin 0,1 g

Na. Metabisulfit 0,2 g

Air suling ad 100 ml

Parfum (oleum citri) 3 tetes

(33)

Konsentrasi lobak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 2,5%, 5%, 7,5%,

10% dan gliserin 2% (sebagai pembanding). Adapun formula yang digunakan adalah

[image:33.595.113.513.193.510.2]

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Formula Sediaan Krim

Komposisi

Formula

A B C D E F

Asam stearat (g) 12 12 12 12 12 12

Setil alkohol (g) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Trietanolamin (g) 1 1 1 1 1 1

Gliserin (%) - - - 2

Sari lobak (%) - 2,5 5 7,5 10 -

Nipagin (mg) 100 100 100 100 100 100

Na. Metabisulfit (mg) 200 200 200 200 200 200

Air suling (ml) ad 100 100 100 100 100 100

Oleum citri (tetes) 3 3 3 3 3 3

Keterangan: Formula A: Blanko (Dasar krim tanpa sampel) Formula B: Konsentrasi sari lobak 2,5% Formula C: Konsentrasi sari lobak 5% Formula D: Konsentrasi sari lobak 7,5% Formula E: Konsentrasi sari lobak 10%

Formula F :Konsentrasi gliserin 2% (sebagai pembanding)

(34)

Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan

dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dan natrium metabisulfit dilarutkan

dalam air panas, lalu ditambahkan trietanolamin dan diaduk sampai larut (massa II).

Lalu ditambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus

secara terus menerus hingga terbentuk dasar krim. Sari lobak hasil freezee dryer

digerus di dalam lumpang lalu ditambahkan sedikit demi sedikit dasar krim dan

digerus. Terakhir tambahkan 3 tetes oleum citri dan digerus sampai homogen.

3.6 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.6.1 Pemeriksaan Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.

Cara:

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan

tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.6.2 Pengamatan Stabilitas Sedíaan Cara:

Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup

bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sedíaan

telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan pada temperatur

kamar, bagian yang diamati berupa pecah atau tidaknya emulsi, permisahan fase,

perubahan warna dan bau dari sedíaan.

(35)

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.

Cara:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH

7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH

tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan

tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan

dilarutkan dalam air suling sampai 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan dalam

larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang

ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.7 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan

Cara:

Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1 tetes

metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Ditutup dengan kaca penutup dan diamati

di bawah mikroskop. Bila warna biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe

emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m

(Ditjen POM, 1985).

3.8 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara: kosmetika

dioleskan di belakang telinga, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan dilihat

perubahan yang terjadi berupa kemerahan pada kulit, gatal dan pengkasaran

(Wasitaatmadja, 1997).

(36)

dari Kulit

Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan

dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm yang dirangkai

seperti pada lampiran 9, halaman 41.

Cara:

Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah sukarelawan

diberikan tanda berupa lingkaran yang mempunyai diameter sama dengan diameter

tutup pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Sebelum

dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan, kemudian

diletakkan pada desikator. Pada wadah plastik yang belum dilubangi ditimbang 10 g

silika gel. Wadah plastik yang lain dilubangi, kain kasa dijahit, dimasukkan silika gel

dalam kain kasa, diletakkan di atas pot plastik ditutup dengan pot satu lagi, diisolasi,

diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah diolesi sediaan. Agar wadah

plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk mencegah pengaruh udara dari

lingkungan maka digunakan isolatif transparan yang ditempel sedemikian rupa pada

lengan bagian bawah tersebut. Alat ini dibiarkan menempel selama 3 jam kemudian

segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang kembali. Cara ini dilakukan untuk

setiap sediaan dan pembanding yaitu sediaan yang menggunakan gliserin 2% dan

(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.1.1. Homogenitas Sedíaan

Dari percobaan yang dilakukan pada sedíaan krim pelembab tidak diperoleh

butiran-butiran, maka sedíaan krim pelembab dikatakan homogen. Perlakuan yang

sama juga dilakukan terhadap sedíaan pembanding yaitu formula blanko dan gliserin

2%, hasil yang diperoleh juga menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek

gelas.

4.1.2. Stabilitas Sediaan

Menurut Ansel (1989) rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung

bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan

perubahan bau. Untuk mengatasinya maka di tambahkan suatu antioksidan.

Antioksidan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah natrium metabisulfit.

Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh aktifitas bakteri dan jamur, untuk mengatasi

hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan pengawet. Pengawet yang digunakan

(38)
[image:38.595.113.519.112.599.2]

Tabel 4.1 Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat Sediaan Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu

No Formula

Pengamatan setelah

Selesai

dibuat

1 minggu 4 minggu 8 minggu 12 minggu

x y z x y Z x y z x y z x y z

1 A - - - -

2 B - - - -

3 C - - - -

4 D - - - -

5 E - - - - - - - -

6 F - - - -

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi sari lobak 2,5% Formula C : Konsentrasi sari lobak 5% Formula D : Konsentrasi sari lobak 7,5% Formula E : Konsentrasi sari lobak 10%

Formula F : Formula krim yang mengandung gliserin 2% (sebagai pembanding)

x : Perubahan warna

y : Perubahan bau z : Pecahnya emulsi

- : Tidak ada perubahan

√ : Terjadi perubahan

Dari data di atas didapat hasil bahwa tidak terjadi perubahan warna, bau dan

pecahnya emulsi (pemisahan fase) pada formula blanko, konsentrasi sari lobak 2,5%,

konsentrasi sari lobak 5%, konsentrasi sari lobak 7,5%, konsentrasi sari lobak 10%,

dan gliserin 2% sehingga semua sediaan stabil dan dapat digunakanan.

(39)

pH sedíaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan yang

[image:39.595.119.525.168.412.2]

dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data Pengukuran pH Sediaan pada Saat Selesai Dibuat

Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi sari lobak 2,5% Formula C : Konsentrasi sari lobak 5% Formula D : Konsentrasi sari lobak 7,5% Formula E : Konsentrasi sari lobak 10%

Formula F : Formula krim yang mengandung gliserin 2% (sebagai pembanding)

Tabel 4.3 Data Pengukuran pH Sediaan Setelah Penyimpanan Selama 12 Minggu

No Formula pH

I II III Rata-rata

1 A 5,9 6,1 6,2 6,06

2 B 5,9 5,9 6,0 5,93

3 C 5,8 5,9 5,9 5,86

4 D 5.8 5,7 5,6 5,70

5 E 5,7 5,7 5,6 5,66

(40)

Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi sari lobak 2,5% Formula C : Konsentrasi sari lobak 5% Formula D : Konsentrasi sari lobak 7,5% Formula E : Konsentrasi sari lobak 10%

Formula F : Formula krim yang mengandung gliserin 2% (sebagai pembanding)

Hasil penentuan pH sediaan pada saat sediaan selesai dibuat, didapatkan bahwa

pH dari formula A: 6,06 ; formula B: 5,93 ; formula C: 5,86 ; formula D: 5,70 ;

formula E: 5,66 ; formula F: 6,06. Berdasarkan data tabel 4, maka hasil penentuan pH

sediaan krim selesai dibuat berkisar antara 5,70-6,06.

Hasil penentuan pH sediaan setelah penyimpanan 12 minggu, didapatkan

bahwa pH dari formula A: 6,00 ; formula B: 5,90 ; formula C: 5,83; formula D: 5,73 ;

formula E: 5,63 ; formula F: 6,03. Berdasarkan data tabel 5, maka hasil penentuan pH

sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu berkisar antara 5,63-6,03.

Pada sediaan krim setelah selesai dibuat, terjadi penurunan pH pada setiap

kenaikan konsentrasi lobak, disebabkan karena lobak bersifat asam. Oleh karena itu

semakin tinggi konsentrasi lobak yang ditambahkan, pH sediaan semakin asam. Ini

No Formula Ph

I II III Rata-rata

1 A 6,0 6,0 6,0 6,00

2 B 5,9 6.0 5,8 5,90

3 C 5,8 5,9 5,8 5,83

4 D 5,8 5,7 5,7 5,73

5 E 5,7 5,6 5,6 5,63

(41)

menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi lobak mempengaruhi pH sediaan krim

tangan dan badan.

Namun selama penyimpanan 12 minggu sediaan krim mengalami penurunan

pH tapi hanya kecil yaitu 0,03 sehingga keasaman pH tidak berpengaruh, juga bila

dibandingkan dengan gliserin sebagai pelembab sebagaimana gliserin juga menurun.

Sehingga relatif sama gliserin dengan sediaan krim yang lain, maka dianggap tidak

berpengaruh pada sediaan krim

Walaupun demikian pH tersebut masih masuk dalam kisaran pH untuk sediaan

krim tangan dan badan (Christopher, 1993).

Menurut Balsam (1972), pH untuk sediaan krim tangan dan badan adalah 5-8,

sehingga formula di atas memenuhi syarat pH untuk krim tangan dan tidak mengiritasi

(42)

4.1.4. Tipe Emulsi Sediaan

Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan menggunakan biru

[image:42.595.111.524.181.550.2]

metil adalah:

Tabel 4.4 Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan

No Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan

Ya Tidak

1 A √ -

2 B √ -

3 C √ -

4 D √ -

5 E √ -

6 F √ -

Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi sari lobak 2,5% Formula C : Konsentrasi sari lobak 5% Formula D : Konsentrasi sari lobak 7,5% Formula E : Konsentrasi sari lobak 10%

Formula G : Formula krim yang mengandung gliserin 2% (sebagai pembanding).

Menurut Ditjen POM (1985), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat

dilakukan dengan menggunakan biru metil, jika biru metil terlarut bila diaduk maka

emulsi tersebut adalah tipe m/a.

Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel 5 di atas, formula krim

dengan konsentrasi lobak 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, gliserin 2% dan blanko menunjukkan

(43)

sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe

emulsi m/a.

[image:43.595.114.541.212.360.2]

4.1.5 Data Uji Daya Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan Tabel 4.5 Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

N

o Pernyataan

Sukarelawan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII

1. Kemerahan

pada kulit - - - -

2. Gatal

pada kulit - - - -

3. Kulit menjadi

kasar - - - -

Keterangan:

+ : Terjadi iritasi - : Tidak terjadi iritasi

Menurut Wasitaatmadja (1997), uji kulit yang dilakukan untuk mengetahui

terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika di bagian bawah

lengan atau di belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel di atas,

ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa kemerahan, gatal atau pengkasaran

pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.

4.1.6 Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit

Pengujian dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan yang berusia 20-30 tahun

yang berjenis kelamin perempuan, data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

(44)

No Sukarelawan Persentase Pengurangan Penguapan Air Di Kulit

Pada Masing-masing Formula

A B C D E F

1 I 10,00 15,00 25,00 30,00 45,00 45,00

2 II 10,00 20,00 25,00 30,00 45,00 40,00

3 III 9,09 13,63 22,72 36,36 45,45 45,45

4 IV 7,69 11,53 23,07 34,61 46,15 46,15

5 V 9,52 19,04 28,57 38,09 47,61 42,85

6 VI 8,00 12,00 20,00 32,00 40,00 44,00

7 VII 7,40 14,81 25,92 33,33 44,44 48,14

8 VIII 10,34 13,79 27,58 34,48 44,82 48,27

9 IX 7,14 14,28 21,42 28,57 39,28 46,42

10 X 10,00 13,33 20,00 30,00 43,33 46,66

11 XI 6,66 13,33 23,33 33,33 43,33 43,33

12 XII 6,25 12,50 21,87 31,25 43,75 43,75

Keterangan: Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi sari lobak 2,5% Formula C : Konsentrasi sari lobak 5% Formula D : Konsentrasi sari lobak 7,5% Formula E : Konsentrasi sari lobak 10%

Formula F : Formula krim yang mengandung gliserin 2% (sebagai pembanding)

Dari data di atas dapat dilihat bahwa krim sari lobak dengan konsentrasi 2,5%

mampu mengurangi penguapan air dari kulit, sebesar 11,53% sampai 20,00% untuk

konsentrasi 5% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 20,00% sampai

28,57%, untuk konsentrasi 7,5% mampu mengurangi penguapan air sebesar 28,57%

sampai 38,09% sedangkan untuk konsentrasi 10% mampu mengurangi peguapan air

dari kulit sebesar 39,28% sampai 47,61%. Pengukuran ini dibandingkan dengan

sediaan yang mengandung gliserin konsentrasi 2% dan blanko. Dimana sediaan

(45)

sebesar 40,00% hingga 48,27% sedangkan blanko hanya mampu mengurangi

penguapan air sebesar 6,25% hingga 10,34%

Dari data di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari lobak

yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan

krim tersebut menahan penguapan air dari kulit.

Dari data dapat diketahui bahwa penguapan air dari kulit antara krim sari lobak

konsentrasi 10% dengan krim gliserin konsentrasi 2% yaitu pada 5 sukarelawan

memberikan hasil yang sama, pada 5 sukarelawan memberikan hasil bahwa krim

gliserin konsentrasi 2% lebih baik dari pada krim sari lobak 10%, dan pada 2

sukarelawan memberikan hasil bahwa krim sari lobak konsentrasi 10% lebih baik dari

pada krim gliserin konsentrasi 2%. Dari sini dapat disimpulkan bahwa penguapan air

dari kulit dengan menggunakan krim sari lobak konsentrasi 10% dan krim gliserin

konsentrasi 2% memberikan hasil yang hampir sama.

Perbedaan nilai persentase dari tiap sukarelawan ini disebabkan oleh perbedaan

cuaca dan tiap individu yang berbeda-beda sehingga hasil uji pada setiap sukarelawan

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Sari lobak (Rhaphanus Sativus L.) dapat diformulasikan ke dalam bentuk

sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya

homogen, sediaan krim stabil pada penyimpanan selama 12 minggu, memiliki

pH 5,63-6,03 dan sediaan krim sari lobak tidak menyebabkan iritasi kulit.

2. Penambahan sari lobak kedalam sediaan krim dapat mengurangi penguapan air

pada kulit, dimana dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin

tinggi konsentrasi sari lobak yang ditambahkan pada sediaan krim, maka

semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut mengurangi penguapan

air dari kulit. Krim dengan sari lobak 10% adalah yg terbesar pengurangan

airnya, dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2%, ternyata

kemampuan lobak dengan konsentrasi sari lobak 10% untuk mengurangi

penguapan air dari kulit hampir sama dengan sediaan yang mengandung

gliserin 2%.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memformulasikan lobak dalam

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Ali N.B.V, dan Rahayu. (1999) Wortel dan Lobak. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya Hal 7-9.

Anonim, (2010). Sehat Dengan Lobak

Anief, Moh. (2000). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesembilan Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal.132.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaam Farmasi. Edisi Keempat. Penerbit Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 387-389.

Balsam, M.S. (1972). Cosmetics Science and Technology. Second Edition. London. Jhon Willy and Son, Inc. Hal.211.

Christopher, G. (1993). Restoration of Collagen Formation in PhotodamagedHuman Skin By Tretinoin (Online). Hal.530-535

Denavarre, M. (1975). The Chemistry and Manufacture of Cosmetics. Second Edition. Florida: Continental Press. Hal. 119.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 33.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 83, 97, 356.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 1197.

Ditjen POM. (2004). Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Kosmetik. Jakarta Hal.2.

Dwikarya, M. (2003). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Penerbit Kawan Pustaka. Hal. 2.

Lachman, L., Liberman, A.H, Kanig, J. L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia. Hal. 1118.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London: Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.

(48)

Tranggono, R.I., Latifah.F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 3, 6, 76-77, 83.

Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima.Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 5, 16, 25, 111-112.

Wirakusumah, E.S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 6-10.

Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited Hal.

(49)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar lobak

(50)

Lampiran 3. Gambar lobak yang telah di Freeze Dryer

Lampiran 4. Gambar sediaan krim setelah selesai dibuat

Pandangan depan

Blanko

2,5%

5%

7,5%

10%

Gliserin

(51)

Pandangan atas

Lampiran 5. Gambar sediaan krim pelembab setelah penyimpanan selama 12 minggu

2,5%

5%

7,5%

10%

Gliserin

2%

Blanko

(52)

Lampiran 6. Gambar uji tipe emulsi

Blanko

2,5%

5%

7,5%

10% gliserin

(53)
(54)
(55)

Lampiran 9. Gambar rangkaian alat yang digunakan untuk pengujian

Rangkaian alat pada saat pengujian

Tutup pot plastik tidak berlubang Tutup pot plastik berlubang

(56)

Lampiran 10. Perhitungan

Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada Sukarelawan I

(Formula D)

a. Pertambahan berat

Petambahan berat = berat akhir – berat awal

Berat awal = 10,01 g

Berat akhir = 10,15 g

Pertambahan berat = 140 mg

b. Presentase pengurangan penguapan

= pertambahan berat tanpa sedíaan – pertambahan berat sediaan

Diketahui : Pertambahan berat tanpa sediaan = 200 mg

Pertambahan berat sediaan = 140 mg

Jadi persentase pengurangan penguapan air dari kulit adalah :

= 200 – 140

140

x 100%

= 30%

Lampiran 11. Tabel kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit pertambahan berat sediaan

(57)

1. Sukarelawan I

No Formula Berat awal

(g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,01 10,21 200 0,00

2 A 10,00 10,18 180 10,00

3 B 10,00 10,17 170 15,00

4 C 10,01 10,16 150 25,00

5 D 10,01 10,15 140 30,00

6 E 10,00 10,11 110 45,00

7 F 10,01 10,12 110 45,00

2. Sukarelawan II

No Formula Berat awal

(g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,00 10,20 200 0,00

2 A 10,01 10,19 180 10,00

3 B 10,01 10,17 160 20,00

4 C 10,00 10,15 150 25,00

5 D 10,00 10,14 140 30,00

6 E 10,00 10,11 110 45,00

7 F 10,00 10,12 120 40,00

3. Sukarelawan III

No Formula Berat awal

(g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % pengurangan penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,02 10,24 220 0,00

2 A 10,01 10,21 200 9,09

3 B 10,00 10,19 190 13,63

4 C 10,00 10,17 170 22,72

5 D 10,01 10,15 140 36,36

6 E 10,00 10,12 120 45,45

(58)

4. Sukarelawan IV

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan

berat

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,00 10,26 260 0,00

2 A 10,00 10,24 240 7,69

3 B 10,01 10,24 230 11,53

4 C 10,00 10,20 200 23,07

5 D 10,00 10,17 170 34,61

6 E 10,00 10,14 140 46,15

7 F 10,01 10,15 140 46,15

5. Sukarelawan V

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan

berat

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,02 10,23 210 0,00

2 A 10,02 10,21 190 9,52

3 B 10,00 10,17 170 19,04

4 C 10,00 10,15 150 28,57

5 D 10,01 10,14 130 38,09

6 E 10,01 10,12 110 47,61

7 F 10,00 10,12 120 42,85

6. Sukarelawan VI

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan

berat

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,00 10,25 250 0,00

2 A 10,01 10,24 230 8,00

3 B 10,01 10,23 220 12,00

4 C 10,00 10,20 200 20,00

5 D 10,00 10,17 170 32,00

6 E 10,00 10,15 150 40,00

7 F 10,02 10,16 140 44,00

(59)

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan berat

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,00 10,27 270 0,00

2 A 10,00 10,25 250 7,40

3 B 10,00 10,23 230 14,81

4 C 10,01 10,21 200 25,92

5 D 10,01 10,19 180 33,33

6 E 10,00 10,15 150 44,44

7 F 10,03 10,17 140 48,14

8. Sukarelawan VIII

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan

berat

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,00 10,29 290 0,00

2 A 10,00 10,26 260 10,34

3 B 10,00 10,25 250 13,79

4 C 10,01 10,22 210 27,58

5 D 10,00 10,19 190 34,48

6 E 10,00 10,16 160 44,82

7 F 10,00 10,15 150 48,27

9. Sukarelawan IX

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan

berat

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,00 10,28 280 0,00

2 A 10,00 10,26 260 7,14

3 B 10,00 10,24 240 14,28

4 C 10,00 10,22 220 21,42

5 D 10,00 10,20 200 28,57

6 E 10,00 10,17 170 39,28

(60)

10. Sukarelawan X

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan

berat

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,00 10,30 300 0,00

2 A 10,01 10,28 270 10,00

3 B 10,00 10,26 260 13,33

4 C 10,02 10,26 240 20,00

5 D 10,00 10,21 210 30,00

6 E 10,01 10,18 170 43,33

7 F 10,00 10,16 160 46,66

11. Sukarelawan XI

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan

berat

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,00 10,30 300 0,00

2 A 10,00 10,28 280 6,66

3 B 10,01 10,27 260 13,33

4 C 10,01 10,24 230 23,33

5 D 10,00 10,20 200 33,33

6 E 10,00 10,17 170 43,33

7 F 10,01 10,18 170 43,33

12. Sukarelawan XII

No Formula Berat awal Berat akhir Pertambahan

berat

% pengurangan

penguapan

1 Tanpa

sediaan

10,01 10,33 320 0,00

2 A 10,00 10,30 300 6,25

3 B 10,00 10,28 280 12,50

4 C 10,00 10,25 250 21,87

5 D 10,00 10,22 220 31,25

6 E 10,01 10,19 180 43,75

(61)

Gambar

Tabel 3.1 Formula Sediaan Krim
Tabel 4.1 Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat Sediaan                Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu
Tabel 4.2 Data Pengukuran pH Sediaan pada Saat Selesai Dibuat
Tabel 4.4 Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi minyak zaitun dan gliserol yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka

Penambahan sari tomat ( Solanum lycopersicum ) dalam sediaan krim cair tangan dan badan tipe emulsi m/a mampu mengurangi penguapan air dari kulit, semakin tinggi konsentrasi

Dari data diatas dapat dilihat bahwa krim sari buah anggur hijau dengan. konsentrasi 2,5% mampu mengurangi penguapan air dari kulit,

merah dapat diformulasikan dalam krim tipe m/a dan memiliki kemampuan untuk melembabkan kulit dengan konsentrasi 2,5%.. Kata kunci: Ekstrak lobak merah, krim,

Penggunaan Sari Lobak ( Raphanus sativus L.) sebagai Pelembab dalam Sediaan Hand cream.. Universitas Sumatera

Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari kecambah yang ditambahkan ke dalam sediaan krim pelembab maka

Sediaan krim dengan konsentrasi sari buah rasberi 4 dan 6% tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan krim yang mengandung gliserin 2% untuk mengurangi penguapan air

Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah srikaya yang ditambahkan pada sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi