PENGGUNAAN BUAH LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch) DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB
SKRIPSI OLEH RIZKI SAFITRI
NIM 060804010
FAKULTAS FARMASI
PENGGUNAAN BUAH LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch) DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH RIZKI SAFITRI
NIM 060804010
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENGGUNAAN BUAH LABU KUNING (Cucurbita moschata Durch) DALAM SEDIAAN KRIM PELEMBAB
Oleh: RIZKI SAFITRI
060804010
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: Januari 2011
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt. Dr. Karsono, Apt.
NIP 195807101986012001 NIP 195409091982011001
Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt. NIP 195807101986012001
Pembimbing II, Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt.
NIP 195306251986012001
Drs. Suryanto, M.Si., Apt.
NIP 196106191991031001 Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt.
NIP 195011171980022001
Dekan,
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta shalawat beriring salam kepada Nabi
Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada ayahanda H.Irianto Sotarduga S.H dan ibunda Hj.Parida Hairani
M.Pd , serta adik-adik saya Dian, Indah, Aldi atas doa tulus dan dukungan moril
maupun materil serta cinta dan kasih yang diberikan kepada penulis dalam
menghantarkan penulis meraih cita-cita.
Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt. dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si.,
Apt. yang telah membimbing penulis dengan sabar sehingga selesainya
penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dekan Fakultas Farmasi Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.,
yang telah memberikan fasilitas kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan pendidikan.
3. Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt., Selaku penasehat
akademik yang telah memberikan nasehat dan arahan kepada penulis serta
seluruh staf pengajar Fakultas Farmasi USU atas ilmu yang telah diberikan
selama perkuliahan dan juga staf tata usaha yang telah memberikan
4. Ibu Dra. Saodah, M.Si., Apt. selaku kepala Laboratorium Farmasetika
Dasar yang telah memberikan fasilitas kepada penulis selama melakukan
penelitian.
5. Bapak Dr. Karsono, Apt serta Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt dan Dra.
Anayanti Arianto, M.Si., Apt sebagai tim penguji yang sangat banyak
memberikan masukan dan saran atas skripsi ini.
6. Teman baik penulis Mely, Dirman, Lia, Ima, Niar, Yola, Nopi dan seluruh
mahasiswa Farmasi stambuk 2004 serta kakak-kakak maupun adik-adik
mahasiswa Farmasi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas
segala bantuan dan motivasinya.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah turut membantu penulis dalam manyelesaikan
skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Wassalam,
Penulis
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap buah labu kuning (Cucurbita
moschata Durch) dalam dasar krim m/a sebagai pelembab. Konsentrasi buah labu kuning yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kemudian dibandingkan
dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko.
Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji
homogenitas, pengamatan stabilitas, penentuan pH, penentuan tipe emulsi. Iritasi
terhadap kulit dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari
kulit.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang
dihasilkan adalah homogen. Hasil pengamatan stabilitas selama penyimpanan 1,
4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar menunjukkan bahwa sediaan krim
stabil. Sediaan krim yang dihasilkan mempunyai pH 6,4 - 6,5. Merupakan tipe
emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian
kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi
konsentrasi buah labu kuning yang ditambahkan ke dalam sediaan krim akan
semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan
air dari kulit.
ABSTRACT
A research about using of pumpkin (Cucurbita moschata Durch) as
moisturizer in o/w cream base has been done. The concentration of pimpkin were
2.5%; 5%; 7.5%; 10%;, and then they were compared with 2% glycerine and
control preparation.
Some test have been done on preparation including: homogenity test,
preparation stability, pH value, type of emulsion, skin irritation, and the ability of
preparation to reducing water vaporization volunters skin.
The result of the homogenity test showed that the moisturizing cream
preparation was homogenous. The result of stability during 1, 4, 8, and 12 weeks
storage in room temperature shows that cream is stabil, with pH 6.4 – 6.5, was
o/w emulsion type, didn’t irritate, didn’t induce also rough on skin. The result of
water vaporization inhibition shows that the higher the consentration of pumpkin
added to the cream preparation, the higher the ability of the cream to inhibit water
vaporization from the skin.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 3
1.3Hipotesis ... 3
1.4Tujuan Penelitian ... 3
1.5Manfaat Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1.1 Manfaat dan Kandungan Buah Labu Kuning ... 4
2.1.2 Taksonomi Tanaman Buah Labu Kuning ... 5
2.2 Kulit ... 6
2.2.1 Anatomi Kulit ... 6
2.2.2 Fungsi Kulit ... 8
2.2.3 Jenis Kulit ... 8
2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecantikan Kulit ... 10
2.3 Krim ... 11
2.3.1 Krim Tangan dan Badan ... 11
2.3.2 Krim Pelembab ... 12
2.4 Emulsi ... 13
2.4.1 Stabilitas Emulsi ... 13
2.5 Silika Gel ... 15
BAB III METODE PERCOBAAN ... 16
3.1 Alat-alat Yang Digunakan ... 16
3.2 Bahan-bahan Yang Digunakan ... 16
3.3 Sukarelawan ... 16
3.4.1 Pembuatan Sari Buah Labu Kuning ... 17
3.4.2 Formula Dasar Krim Yang Dimodifikasi ... 17
3.4.3 Pembuatan Sediaan Krim ... 17
3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 19
3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas ... 19
3.5.2 Penentuan pH Sediaan ... 19
3.5.3 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 19
3.5.4 Pengamatan Stabilitas Sediaan ... 20
3.5.5 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 20
3.5.6 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ...20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
4.1 Penentuan Mutu Fisik Sedian ... 22
4.1.1 Homogenitas Sediaan ... 22
4.1.2 pH Sediaan ... 22
4.1.3 Stabilitas Sediaan ... 23
4.2 Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 24
4.4 Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air
Dari Kulit ... 26
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... .. 28
4.1 Kesimpulan ... .. 28
4.2 Saran ... 28
DAFTAR PUSTAKA ... 29
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap buah labu kuning (Cucurbita
moschata Durch) dalam dasar krim m/a sebagai pelembab. Konsentrasi buah labu kuning yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kemudian dibandingkan
dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko.
Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji
homogenitas, pengamatan stabilitas, penentuan pH, penentuan tipe emulsi. Iritasi
terhadap kulit dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari
kulit.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang
dihasilkan adalah homogen. Hasil pengamatan stabilitas selama penyimpanan 1,
4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar menunjukkan bahwa sediaan krim
stabil. Sediaan krim yang dihasilkan mempunyai pH 6,4 - 6,5. Merupakan tipe
emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian
kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi
konsentrasi buah labu kuning yang ditambahkan ke dalam sediaan krim akan
semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan
air dari kulit.
ABSTRACT
A research about using of pumpkin (Cucurbita moschata Durch) as
moisturizer in o/w cream base has been done. The concentration of pimpkin were
2.5%; 5%; 7.5%; 10%;, and then they were compared with 2% glycerine and
control preparation.
Some test have been done on preparation including: homogenity test,
preparation stability, pH value, type of emulsion, skin irritation, and the ability of
preparation to reducing water vaporization volunters skin.
The result of the homogenity test showed that the moisturizing cream
preparation was homogenous. The result of stability during 1, 4, 8, and 12 weeks
storage in room temperature shows that cream is stabil, with pH 6.4 – 6.5, was
o/w emulsion type, didn’t irritate, didn’t induce also rough on skin. The result of
water vaporization inhibition shows that the higher the consentration of pumpkin
added to the cream preparation, the higher the ability of the cream to inhibit water
vaporization from the skin.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pada umumnya setiap wanita menginginkan dirinya diberikan anugrah
kecantikan yang sempurna dari Tuhan, dengan kecantikan yang dimilikinya maka
seseorang akan lebih percaya diri. Pandangan-pandangan mengenai kecantikan
pada akhirnya mengarahkan wanita untuk berusaha mendapatkan kecantikan yang
sempurna. Seiring dengan perkembangan budaya dan pemikiran di masyarakat,
yang cenderung mengedepankan kecantikan fisik dibandingkan kecantikan
batiniah (inner beauty), kebanyakan wanita lebih mengutamakan pencapaian
kecantikan fisik. Dalam usaha pencapaian kecantikan fisik ini, wanita biasanya
menaruh perhatian lebih pada kecantikan kulit (Primandini, 2010).
Kulit sehat berarti kulit yang tidak menderita penyakit, baik penyakit yang
mengenai kulitnya secara langsung ataupun penyakit dalam tubuh yang secara
tidak langsung mempengaruhi kesehatan kulitnya. Penampilan kulit sehat dapat
dilihat dari struktur fisik kulit berupa warna, konsistensi kelembaban, kelenturan,
tebal dan tekstur kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Pada kondisi kulit tertentu pelembaban diperlukan oleh kulit untuk
mempertahankan struktur dan fungsinya. Berbagai faktor eksternal maupun
internal dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit tersebut, misalnya udara
kering, sinar matahari, angin keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit dan lain
Oleh pengaruh faktor-faktor tersebut kulit dapat menjadi lebih kering
akibat kehilangan air oleh penguapan yang tidak dirasakan. Oleh karena itu dalam
kondisi tertentu dibutuhkan perlindungan tambahan yaitu dengan memberikan
kosmetika pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Berbagai bahan pangan alami seperti wortel, tomat, timun, alpukat,
bengkuang telah banyak digunakan dalam formulasi produk-produk kecantikan
seperti masker, pelembab, body lotion dan sebagainya. Banyak bahan pangan
alami Indonesia yang mempunyai potensi gizi dan komponen bioaktif yang baik,
namun belum termanfaatkan secara optimum. Labu kuning atau waluh (Cucurbita
moschata Durch), yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai pumpkin, termasuk dalam komoditas pangan yang pemanfaatannya masih sangat terbatas (Anonim,
2009).
Buah labu kuning biasanya hanya digunakan sebagai bahan dasar untuk
membuat makanan-makanan tertentu, misalnya sup, kolak maupun puding.
Namun karena mengetahui vitamin yang terkandung dalam buah labu kuning
sangat baik untuk kesehatan kulit, maka saya tertarik untuk memformulasikan
labu kuning dalam bentuk sediaan krim pelembab.
Labu kuning banyak mengandung vitamin A, vitamin C, vitamin E,
mineral seperti fosfor dan besi, serta karbohidrat dan lemak. Vitamin A, vitamin C
dan vitamin E sangat baik untuk kulit yaitu membuat kulit menjadi lebih bersinar.
Tidak hanya itu kandungan betakaroten yaitu sumber antioksidan dalam labu
kuning mampu mencegah penuaan dini dan kanker. Konsumsi labu secara teratur
jerawat. Labu kuning semakin kaya manfaat, yaitu selain kaya akan serat
berdasarkan penelitian labu kuning juga dapat menurunkan potensi penyakit
jantung (Primandini, 2010).
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah buah labu kuning (Cucurbita moschata Durch) dapat
diformulasikan ke dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.
2. Apakah buah labu kuning (Cucurbita moschata Durch) dalam bentuk
sediaan krim mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau
melembabkan kulit.
1.3 Hipotesis
1. Buah labu kuning (Cucurbita moschata Durch) dapat diformulasikan ke
dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.
2. Buah labu kuning (Cucurbita moschata Durch) mampu mengurangi
penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan
krim.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah buah labu kuning (Cucurbita moschata Durch)
dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.
2. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan krim buah labu kuning
(Cucurbita moschata Durch) mengurangi penguapan air dari kulit atau
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Buah Labu Kuning
Ada lima spesies labu yang umum dikenal, yaitu Cucurbita maxima,
Cucurbita ficifolia, Cucurbita mixta, Cucurbita moschata, dan Cucurbita pipo L (Anonim, 2010).
Buah labu kuning umumnya berbentuk bulat dan berukuran besar. Warna
kulit luarnya kuning kecoklatan, sementara daging buahnya berwarna kuning tua
dan tebal. Rasanya manis (Wirakusumah, 2010). Mempunyai kulit yang sangat
tebal dan keras, sehingga dapat bertindak sebagai penghalang laju respirasi
keluarnya air melalui proses penguapan, maupun masuknya udara penyebab
proses oksidasi. Hal tersebutlah yang menyebabkan labu kuning relatif awet
dibanding buah-buahan lainnya. Daya awet dapat mencapai enam bulan atau
lebih, tergantung pada cara penyimpanannya (Anonim, 2010).
2.1.1 Manfaat Dan Kandungan Buah Labu Kuning
Labu kuning atau waluh merupakan bahan pangan yang kaya vitamin A, C
dan E, mineral, serta karbohidrat. Daging buahnya pun mengandung antioksidan
sebagai penangkal berbagai jenis kanker. Buah labu dapat digunakan untuk
berbagai jenis makanan dan cita rasanya enak. Daunnya berfungsi sebagai sayur
dan bijinya dapat dijadikan kuwaci. Air buahnya berguna sebagai penawar racun
binatang berbisa, sementara bijinya menjadi obat cacing pita (Anonim, 2009).
Labu juga kaya akan asam lemak baik protein yang di butuhkan kulit dan
kulit lebih bersinar. Makan labu juga bisa mendorong regenerasi sel kulit dan
melawan bakteri penyebab jerawat. Vitamin E merupakan antioksidan kuat yang
membantu proses perbaikan kulit. Zinc yang terkandung dalam labu juga bisa
sebagai obat bagi mereka yang jerawat (Anonim, 2009). Adapun kandungan gizi
pada labu dapat dilihat dalam tabel berikut:
Komponen gizi Jumlah Komponen gizi Jumlah
karbohidrat 65 g protein 1,0 g
Gula 136 g Vitamin A 361 mg
Serat 0,5 g betakaroten 310 mcg
Lemak total 0,1 g Vitamin B1 0,05 mg
Vitamin B2 0,11 mg Vitamin B3 0,11 mg
Vitamin B5 0,298 mg Vitamin B6 0,061 mg
Folat 16 mcg Vitamin E 1,06 mg
Kalsium 21 mg Zat besi 0,8 mg
Magnesium 12 mg Fosfor 44 mg
Kalium 340 mg Natrium 1,0 mg
Seng 0,3 mg
(Wirakusumah, 2010).
2.1.2 Taksonomi Tanaman Buah Labu Kuning Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Cucurbita
2.2 Kulit
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
dari luar (Tranggono, 2007).
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya.
Dimana lapisan lemak tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari
kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga
mengandung air sebagai pelembab alami, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi
sangat penting karena kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang
dikandungnya dan bukan pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam kulit
sedikit maka kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak
mendalam. Keadaan ini menyebabkan mikroorganisme, kotoran, sisa sabun, dan
lain-lain akan masuk pada kulit yang pecah-pecah tersebut sehingga menimbulkan
berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan serta menjadi sumber infeksi
(Tranggono, 2007).
2.2.1 Anatomi Kulit
Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis, dan
subkutis (subkutan).
1. Lapisan Epidermis
Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas:
• Stratum corneum (lapisan tanduk)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti,
tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat
yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten
terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit
untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.
• Stratum lucidum (lapisan jernih)
Berada tepat dibawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis,
jernih, mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada telapak
tangan dan telapak kaki.
• Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir
kasar, berinti mengkerut.
• Stratum spinosum (lapisan malphigi)
Sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap
sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.
• Stratum germinativum (lapisan basal)
Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel
melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin (Tranggono,
2007).
2. Dermis
Lapisan dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan
elastin, yang berada didalam substansi dasar yang bersifat koloid dan
3. Subkutis
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar
yang berisi sel-sel lemak. Dilapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi,
pembuluh darah dan saluran getah bening (Wasitaatmadja, 1997).
2.2.2 Fungsi Kulit
Kulit sebagai organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa fungsi
(Wirakusumah, 1994), diantaranya sebagai berikut:
a. Kulit sebagai filter dan pelindung tubuh
Kulit mempunyai kemampuan untuk mencegah masuknya bahan-bahan
yang membahayakan tubuh, seperti bakteri dan bahan asing lainnya.
Selain itu kulit juga dapat melindungi tubuh dari benturan fisik, panas
matahari, api, dan angin.
Fungsi proteksi (Dwikarya, 2003), terjadi karena beberapa hal:
1. Kehadiran selaput tanduk yang bersifat waterproof atau kedap air,
sehingga manusia tidak menggelembung ketika berenang.
2. Keasaman (pH) kulit akibat keringat dan lemak kulit (sebum) menahan
dan menekan bakteri dan jamur yang berkeliaran di sekitar kulit.
3. jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ
tubuh dari benturan.
b. Kulit sebagai pengatur suhu tubuh
Kulit dapat menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara melepaskan
keringat apabila suhu tubuh panas. Yang mana keringat tersebut akan
mengalami kedinginan maka pembuluh darah dalam kulit akan menyempit
sehingga panas yang ada di dalam tubuh tidak keluar (tetap tertahan).
c. Kulit sebagai sistem saraf yang sensitif
Kulit terdiri dari sistem syaraf yang peka terhadap ancaman dari luar
seperti panas, dingin, sentuhan dan tekanan. Oleh karena itu kulit akan
selalu memberikan reaksi setelah ada peringatan awaldari sistem syaraf
tersebut.
d. Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam
jaringan tubuh lapisan kulit bersifat pejal (padat dan kencang) terutama
bagian lapisan tanduknya. Kulit mempunyai genggaman terhadap air yang
kuat, namun apabila kulit terluka atau retak maka daya genggamnya
terhadap air akan berkurang.
2.2.3 Jenis Kulit
Ditinjau dari sudut perawatan (Wasitaatmadja, 1997), kulit terdiri atas 3 jenis:
1. Kulit Normal
Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak mengkilap atau kusam, segar
dan elastis dengan minyak dan kelembaban cukup.
2. Kulit Berminyak
Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang
berlebihan sehingga tampak mengkilat, kotor dan kusam. Biasanya pori
kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.
3. Kulit Kering
Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang atau
kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis dan mudah terlihat
kerutan.
2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecantikan Kulit
Masalah yang terjadi pada kulit disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari
dalam tubuh sendiri maupun dari luar (Wirakusumah, 1994), Adapun beberapa
faktornya adalah sebagi berikut:
a. Keturunan (bawaan)
keadaan kulit seseorang dapat tercermin pada kulit kedua orang tuanya.
Misalnya warna kulit ada yang hitam, putih, atau sawo matang. Demikian
pula dengan kulit halus, kasar atau berminyak.
b. Hormon
Kadar hormon estrogen (pada wanita) dan progesteron (pada pria) dalam
tubuh sangat mempengaruhi keadaan kulit. Misalnya timbulnya jerawat
pada saat menstruasi yang disebabkan meningkatnya hormon estrogen.
Hormon estrogen ini juga berperan dalam proses regenerasi kulit.
c. Alergi
Bagi sebagian orang ada memiliki jenis kulit sensitif dan alergi terhadap
benda-benda atau zat tertentu. Seperti perhiasan, jam tangan, kosmetik
maupun makanan. Gejala alergi ini dapat dilihat dengan berubahnya warna
kulit menjadi kemerahan, terasa gatal, menjadi bengkak bahkan sampai
ada yang terluka.
d. Iklim
Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada
perlindungan ketika beraktivitas di tempat yang terkena sinar matahari
langsung, misalnya dengan menggunakan topi, payung, maupun krim tabir
surya.
e. Stres
Faktor psikologi dapat pula mempengaruhi kecantikan kulit, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2.3 Krim
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi setengah kental
mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe
krim ada 2 yaitu: krim tipe air minyak (a/m) dan krim minyak air (m/a). untuk
membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan anionik,
kationik, dan nonionik (Anief, 2000).
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O seperti cold cream.
b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti vanishing cream .
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan
dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini
(Lachman,1994).
Untuk penstabilan krim ditambahkan zat antioksidan dan zat pengawet.
Zat pengawet yang sering digunakan adalah nipagin 0,12-0,18% dan nipasol
0,02-0,05% (Anief, 2000).
2.3.1 Krim Tangan dan Badan
Krim tangan dan badan adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
bersisik, dan tidak mudah pecah. Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum
untuk mempertahankan agar permukaan kulit tetap lembut, lunak, dan terlindungi.
Krim tangan dan badan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Memberikn sumber kelembaban yang siap digunakan oleh kulit
2. Memberikan lapisan tipis minyak yang bersifat seperti sebum dan tidak
mempengaruhi respirasi kulit
3. Memberikan rasa lembut dan halus pada kulit,tidak terlalu berminyak
4. Mudah dikontrol (Ditjen POM, 1985).
2.3.2 Krim Pelembab
Umumnya krim pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan,
maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk
melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan air
dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan minyak
kulit semula. Kosmetika pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan dalam
bentuk cairan minyak tersebut (moisturizing oil), atau campuran minyak dalam air
(moisturizing cream) dan dapat ditambah atau di kurangi zat tertentu untuk tujuan
khusus (Wasitaatmadja, 1997).
Cara mencegah penguapan air dari sel kulit (Wasitaatmadja, 1997), adalah:
1. Menutupi permukaan kulit dengan minyak (oklusif)
2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam
kulit
3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat
4. memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh sinar matahari yang
dapat mengeringkan kulit
2.4 Emulsi
Emulsi adalah suatu disperse dimana fase terdispers terdiri dari
bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi keseluruh pembawa yang tidak bercampur.
Dalam batasan emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium
dispersi sebagai fase luar (fase kontinu). Emulsi yang mempunyai fase dalam
minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi
tanda sebagai emulsi m/a. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan
fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebagai emulsi a/m
(Ansel, 1989).
Keuntungan dari tipe emulsi m/a (Voight, 1995), adalah:
1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit
2. Memberi efek dingin terhadap kulit
3. Tidak menyumbat pori-pori kulit
4. Bersifat lembut
5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit
2.4.1 Stabilitas Emulsi
Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika :
a. Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk
agregat dari bulatan-bulatan.
b. Jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik kepermukaan atau turun
c. Jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan
membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar
emulsi, yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam.
Disamping itu suatu emulsi mungkin sangat dipengaruhi oleh kontaminasi
dan pertumbuhan mikroba serta perubahan fisika dan kimia lainnya (Ansel, 1989).
Umumnya proses kerusakan emulsi terjadi menurut 3 pola, yaitu kriming,
inversi fase dan de-emulsifikasi.
Kriming adalah proses mengembangnya partikel dispersi karena pengaruh gravitasi, sehingga masing-masing partikel memisah menjadi bentuk emulsi krim
dan emulsi yang lebih encer, masing-masing mengandung lemak berkisar 30-35%
dan 8-10%. Kriming terjadi karena sedimentasi partikel dispersi secara
perlahan-lahan.
Inversi fase adalah ketidakstabilan emulsi karena perubahan fase m/a menjadi a/m atau sebaliknya. Faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya inversi
fase antara lain adalah:
1. Konsentrasi volume kedua fase
2. Sifat serta jumlah zat pengemulsi.
De-emulsifikasi adalah proses pemisahan sempurna emulsi menjadi masing-masing komponen cair. Proses pemisahan tersebut dapat terjadi dalam 2 tahap,
yaitu:
1. Mula-mula terjadi flokulasi, partikel dispersi masing-masing berikatan
membentuk kelompok yang lebih besar, tetapi apabila di kocok perlahan-lahan
2. Selanjutnya terjadi koalesensi, kelompok partikel dispersi membentuk
kelompok yang lebih besar, yang sifatnya ireversibel, secara visual terlihat
memisah, tetapi jika dikocok kuat-kuat akan terdispersi sempurna (Ditjen
POM, 1985)
2.5 Silika Gel
Silika gel (SiO2) adalah terhidrat sebagian, amorf, terdapat dalam bentuk
granul seperti kaca dengan berbagai ukuran. Jika digunakan sebagai pengering,
sering kali disalut dengan senyawa yang berubah warna jika kapasitas penyerapan
air telah habis. Bahan berwarna tersebut dapat di kembalikan (dapat menyerap air
kembali) dengan memanaskannya pada suhu 110o hingga gel berubah warna
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat-Alat Yang Digunakan
Neraca listrik (Mettler Toledo), pH meter (Orion EA 940), freezee dryer
(Modulyo, Edward, serial no:3985), blender (National), mikroskop, oven,
lumpang porselen, stamfer, alat-alat gelas, objek gelas, pot plastik, tutup pot
plastik, kain kasa, penangas air, batang pengaduk, spatel, selotip transparan,
kertas tissue.
3.2 Bahan-Bahan Yang Digunakan
Asam stearat, setil alkohol, sorbitol 70%, propilen glikol, trietanolamin
(TEA), gliserin, air suling, nipagin, natrium metabisulfit, parfum, sari buah labu
kuning.
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan
kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 6 orang
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
6. Sukarelawan adalah orang yang sering berada di sekitar peneliti sehingga lebih
mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi pada kulit yang sedang
di uji.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Pembuatan Sampel Buah Labu Kuning
Buah labu kuning yang segar dicuci, dikupas kulitnya dan bijinya dibuang,
kemudian daging buah labu kuning diparut dan dihaluskan dengan blender, lalu
hasilnya dikeringkan dengan freezee dryer selama 24 jam pada suhu -40°C dan
tekanan 2 atm, sampai diperoleh serbuk kering.
3.4.2 Formula Dasar Krim (Modifikasi dari Young, 1972)
Asam stearat 12 g
Setil alkohol 0,5 g
Sorbitol sirup 5 g
Propilen glikol 3 g
Trietanolamin 1 g
Nipagin 0,1 g
Natrium metabisulfit 0,2 g
Air suling ad 100 ml
3.4.3 Pembuatan Sediaan Krim
Konsentrasi buah labu kuning yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
blanko, 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, dan gliserin 2%. Adapun formula yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Formula Sediaan Krim
Komposisi
Formula
Blanko BLK 2,5%
BLK 5%
BLK 7,5%
BLK 10%
Gliserin 2%
Asam stearat (g) 12 12 12 12 12 12
Setil alkohol (g) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Propilen glikol (g) 3 3 3 3 3 3
Sorbitol 70% (g) 5 5 5 5 5 5
Trietanolamin (g) 1 1 1 1 1 1
Gliserin (%) - - - 2
Sari buah labu kuning (%) - 2,5 5 7,5 10 -
Nipagin (g) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Natrium metabisilfit (g) 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Aquadest (ml) ad 100 100 100 100 100 100
Parfum (tetes) 3 3 3 3 3 3
Cara pembuatan:
Asam stearat, setil alkohol, dimasukkan ke dalam cawan penguap dan
dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dan natrium metabisulfit dilarutkan
dalam air panas, lalu tambahkan TEA dan dikocok sampai larut (massa II). Lalu
tambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus
secara terus menerus lalu tambahkan sorbitol 70% hingga terbentuk dasar krim.
buah labu kuning digerus dengan penambahan propilen glikol, lalu tambahkan
dasar krim sedikit demi sedikit sambil digerus hingga homogen. Terakhir
tambahkan 3 tetes parfum dan digerus sampai homogen.
3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.5.2 Penentuan pH Sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar
netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan
harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan
dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram
sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan
dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan.
Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).
3.5.3 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1
tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Jika metil biru tersebar merata
berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti
sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen POM, 1985).
3.5.4 Pengamatan Stabilitas Sediaan
Cara:
Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam gelas ukur 25 ml,
ditutup bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada
saat sediaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan
pada temperatur kamar, bagian yang diamati berupa pecah atau tidaknya emulsi,
3.5.5 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Percobaan ini dilakukan pada 6 orang sukarelawan dengan cara: kosmetika dioleskan di belakang telinga, kemudiaan biarkan selama 24 jam dan lihat
perubahan yang terjadi berupa iritasi pada kulit, gatal dan pengkasaran
(Wasitaatmadja, 1997).
3.5.6 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air
dari Kulit
Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan
dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm yang
dirangka i seperti pada lampiran 5, halaman 34.
Cara:
Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah
sukarelawan diberikan tanda berupa lingkaran yang sama diameternya dengan
diameter tutup pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian
tersebut. Sebelum dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat
konstan, kemudiaan diletakkan pada desikator. Pada wadah plastik yang belum
dilubangi ditimbang 10 g silika gel. Wadah silika gel tersebut diselubungi dengan
kain kasa sehingga silika gel tersebut tidak jatuh meskipun wadah silika
dibalikkan. Wadah plastik yang lain dilubangi, kemudian wadah plastik disatukan
dengan menggunakan isolatip transparan, wadah yang berlubang berada pada
bagian bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup. Selanjutnya wadah plastik
wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk mencegah pengaruh
udara dari lingkungan maka digunakan isolatif transparan yang ditempelkan
sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut. Alat ini dibiarkan menempel
selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang
kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan pembanding yaitu sediaan
yang menggunakan gliserin 2%, dan blanko sebagai kontrol pengujian tanpa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
4.1.1 Homogenitas Sediaan
Dari percobaan yang telah dilakukan pada sediaan krim pelembab tidak
diperoleh butiran-butiran, maka sediaan tersebut dikatakan homogen. Perlakuan
yang sama juga dilakukan terhadap sediaan pembanding yaitu blanko dan gliserin
2%, hasil yang diperoleh juga menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada
objek gelas.
4.1.2 pH Sedíaan
pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan
[image:37.595.115.513.563.757.2]yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Data Pengukuran pH Sediaan
No Formula pH
I II III Rata-rata
1 Blanko 6,6 6,6 6,5 6,6
2 BLK 2,5 6,3 6,4 6,4 6,4
4 BLK 7,5% 6,4 6,5 6,5 6,5
5 BLK 10% 6,5 6,5 6,5 6,5
6 Gliserin 2% 6,3 6,2 6,3 6,3
Keterangan: BLK: Sari Buah Labu Kuning
Hasil penentuan pH sediaan, didapatkan bahwa pH dari blanko: 6,6. BLK
2,5%: 6,4. BLK 5%: 6,4. BLK 7,5%: 6,5. BLK 10%: 6,5. Gliserin 2%: 6,3.
Menurut Balsam (1972), pH untuk kulit adalah 5-8, dimana sediaan diatas
memenuhi syarat sehingga aman digunakan dan tidak menyebabkan iritasi.
[image:38.595.115.537.566.727.2]4.1.3 Stabilitas Sediaan
Tabel 3. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat Sediaan Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu
No Formula
Pengamatan setelah
Selesai dibuat
1 minggu 4 minggu 8 minggu 12 minggu
x y z x y z x y z x y z x y z
2 BLK 2,5% - - - -
3 BLK 5% - - - -
4 BLK 7,5% - - - -
5 BLK 10% - - - -
6 Gliserin 2%
- - - -
Keterangan: BLK : Buah Labu Kuning
x : Perubahan warna
y : Perubahan bau
z : Pecahnya emulsi
- : Tidak terjadi
Menurut Ansel (1989) rusak atau tidaknya suatu sediaan yang
mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya
perubahan warna dan perubahan bau. Untuk mengatasinya maka di tambahkan
suatu antioksidan. Antioksidan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
natrium metabisulfit. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh aktifitas bakteri dan
jamur, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan
[image:39.595.112.540.83.282.2]pengawet. Pengawet yang digunakan adalah nipagin.
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan warna, bau
sediaan BLK 5%, sediaan BLK 7,5%, sediaan BLK 10%, dan gliserin 2%
sehingga semua sediaan stabil dan dapat digunakan.
4.2 Data Uji Daya Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Tabel 4. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
No Pernyataan
Sukarelawan
I II III IV V VI
1 Iritasi pada kulit - - - -
2 Gatal pada kulit - - - -
3 Kulit menjadi kasar - - - -
Keterangan: + : Terjadi iritasi
- : Tidak terjadi iritasi
Menurut Wasitaatmadja (1997), uji kulit yang dilakukan untuk mengetahui
terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika di belakang daun
telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel di atas, ternyata tidak terlihat
adanya efek samping berupa iritasi, gatal atau pengkasaran pada kulit yang
ditimbulkan oleh sediaan.
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan dengan menggunakan
[image:41.595.111.513.185.492.2]biru metil adalah:
Tabel 5. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
No Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan
Ya Tidak
1 Blanko +
2 BLK 2,5% +
3 BLK 5% +
4 BLK 7,5% +
5 BLK 10% +
6 Gliserin 2% +
Keterangan: BLK: Buah Labu Kuning
+ : Biru Metil Larut
Menurut Ditjen POM (1985), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat
dilakukan dengan menggunakan biru metil, jika biru metil terlarut bila diaduk
maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.
Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel di atas, formula
biru metil dapat larut dalam krim tersebut. Dengan demikian larutnya biru metil
pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai
tipe emulsi m/a.
4.4. Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit
Pengujian dilakukan terhadap 6 orang sukarelawan yang berusia 20-30
[image:42.595.114.519.412.740.2]tahun yang berjenis kelamin wanita, data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air dari Kulit
No Sukarelawan
Persentase Pengurangan Penguapan Air Pada
Masing-masing Formula
Blanko BLK 2,5%
BLK 5%
BLK 7,5%
BLK 10%
Gliserin 2%
1 I 6,50% 15,44% 21,95% 27,64% 38,21% 40,65%
2 II 6,86% 11,76% 21,57% 28,43% 38,23% 43,14%
3 III 8,10% 14,42% 21,62% 27,03% 35,14% 39,64%
4 IV 8,53% 14,73% 19,38% 27,13% 35,66% 40,30%
5 V 7,93% 12,69% 19,05% 25,40% 34,92% 38,09%
Keterangan: BLK: Buah Labu Kuning
Grafik Persentase Pengurangan Penguapan Air Pada Masing-masing Formula
Gambar 1. Grafik Persen Pengurangan Penguapan Air
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa buah labu kuning dengan
konsentrasi 2,5% hanya mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar
11,76% sampai 15,44%, untuk konsentrasi 5% mampu mengurangi penguapan air
dari kulit sebesar 19,05% sampai 22,22%, untuk konsentrasi 7,5% mampu
mengurangi penguapan air sebesar 25,40% sampai 28,43% sedangkan untuk
konsentrasi 10% mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 34,92%
sampai 39,32%. Pengukuran ini dibandingkan dengan sediaan yang mengandung
gliserin 2% dan blanko. Dimana sediaan dengan penambahan gliserin 2% sudah
mampu mengurangi penguapan air sebesar 38,09% hingga 43,59% sedangkan
[image:43.595.117.509.189.385.2]blanko hanya mampu mengurangi penguapan air sebesar 6,50% hingga 8,54% Grafik % Pengurangan Penguapan Air Pada Masing-masing
Formula 0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00% 40,00% 45,00% 50,00% Sukarelawan % Pengurangan Penguapan air
Dari data di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi buah
labu kuning yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Buah labu kuning (Cucurbita moschata Durch) dapat diformulasikan ke
dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang
dihasilkan semuanya homogen, stabil pada penyimpanan selama 12
minggu, memiliki pH 6,4-6,5 dan sediaan krim buah labu kuning tidak
menyebabkan iritasi kulit.
2. Penambahan buah labu kuning ke dalam sediaan krim dapat mengurangi
penguapan air pada kulit, dimana dari data yang diperoleh menunjukkan
bahwa semakin tinggi konsentrasi buah labu kuning yang ditambahkan
pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim
tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Dibandingkan dengan
sediaan yang mengandung gliserin 2%, ternyata kemampuan buah labu
kuning untuk mengurangi penguapan air dari kulit hampir sama dengan
sediaan yang mengandung gliserin 2%.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memformulasikan buah labu
dari jenis lain seperti labu air sebagai pelembab dengan menggunakan formula
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2009). Labu Tumbuhan Kaya Manfaat.
wordpress.com. 28 Oktober 2010.
Anonim. (2010). Labu Kuning Kaya Antioksidan.
oktober 2010.
Anief, Moh. (2000). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Ke-9. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 71-72.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaam Farmasi. Edisi Keempat. Penerbit
Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 387-389.
Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Second Edition. New York. John Willy and Son, Inc. Page. 179.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Hal. 1197.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 8.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 22, 83, 97, 356.
Dwikarya, Maria., DSSK (2003). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Penerbit Kawan Pustaka. Hal. 2.
Hutapea, J.R. (1994). Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch). CCRC-Farmasi
UGM
Lachman, L. (1994). Teori an Praktek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal.1117-1118.
Primandini, N. (2010). The Miracle Of Fruits. Depok: Penerbit Etera. Hal. 83.
Rawlins, E.A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London:
Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 11-12, 69, 111-112.
Wirakusumah, E. S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 6-7, 8-10.
Wirakusumah, E. S. (2010). Jus Buah dan Sayurani. Cetakan 19. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 56
Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited
Lampiran 1. Gambar Buah Labu Kuning
[image:48.595.227.408.594.749.2]
Gambar 2. Buah Labu Kuning
Pandangan Depan
Gliserin 2% Blanko Labu Kuning 2,5%
Labu Kuning 5% Labu Kuning7,5% Labu Kuning 10%
[image:49.595.188.456.110.293.2]Lampiran 3. Gambar Alat freezee dryer
Lampiran 4. Gambar Alat pH meter
[image:51.595.222.398.119.517.2]
Lampiran 5. Gambar alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit
Tutup Pot Plastik Tidak Berlubang Tutup Pot Plastik Berlubang
[image:52.595.237.393.385.521.2]
Rangkaian Kedua Tutup Pot Plastik
Lampiran 6. Perhitungan
Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan.
Contoh formula blanko pada sukarelawan I:
a. Pertambahan berat
Petambahan berat = berat akhir – berat awal
Berat awal = 10,15 g
Berat akhir = 10,54 g
Pertambahan berat = 390 mg
b. Presentase pengurangan penguapan
= pertambahan berat tanpa sedíaan – pertambahan berat sediaan
Pertambahan berat tanpa sediaan = 410 mg
Pertambahan berat sediaan = 390 mg
Persentase pengurangan penguapan = 4,88%
Tabel 7. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Masing-masing Sukarelawan
Sukarelawan formula Berat
Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan I Tanpa sediaan
10,14 10,55 410 0% 0%
Blanko 10,15 10,54 390 4,88%
6,50%
10,10 10,49 390 4,88%
10,10 10,47 370 9,76%
BLK
2,5%
10,09 10,45 360 12,19%
15,44%
10,15 10,50 350 14,63%
10,12 10,45 330 19,51%
BLK
5%
10,14 10,46 320 21,95%
21,95%
10,11 10,41 300 26,83%
10,11 10,45 340 17,07%
BLK
7,5%
10,09 10,41 320 21,95%
27,64%
10,13 10,42 290 29,27%
10,11 10,39 280 31,70 %
BLK
10%
10,06 10,33 270 34,15%
38,21%
10,16 10,41 250 39,02%
10,14 10,38 240 41,46%
Gliserin
2%
10,15 10,41 260 36,58%
40,65%
10,10 10,34 240 41,46%
Sukarelawan formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan II Tanpa sediaan
10,12 10,46 340 0 % 0%
Blanko 10,12 10,44 320 5,88%
6,8%
10,10 10,41 310 8,82%
10,10 10,42 320 5,88%
BLK 2,5%
10,09 10,41 320 5,88%
11,76%
10,14 10,44 300 11,76%
10,13 10,41 280 17,65%
BLK
5%
10,12 10,39 270 20,59%
21,57%
10,12 10,38 260 23,53%
10,10 10,37 270 20,59%
BLK
7,5%
10,19 10,45 260 23,53%
28,43%
10,11 10,35 240 29,41%
10,08 10,31 230 32,35%
BLK
10%
10,10 10,32 220 35,29%
38,23%
10,17 10,38 210 38,23%
10,15 10,35 200 41,18%
Gliserin
2%
10,14 10,34 200 41,18%
43,14%
10,12 10,31 190 44,12%
Sukarelawan formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan III Tanpa sediaan
10,10 10,47 370 0 % 0%
Blanko 10,17 10,52 350 5,40%
8,10%
10,10 10,44 340 8,10%
10,14 10,47 330 10,81%
BLK
2,5%
10,15 10,48 330 10,81%
14,42%
10,10 10,41 310 16,22%
10,12 10,43 310 16,22%
BLK
5%
10,13 10,43 300 18,92%
21,62%
10,12 10,41 290 21,62%
10,09 10,37 280 24,32%
BLK
7,5%
10,11 10,39 280 24,32%
27,03%
10,12 10,39 270 27,03%
10,10 10,36 260 29,73%
BLK
10%
10,10 10,35 250 32,43%
35,14%
10,14 10,37 230 37,84%
10,12 10,36 240 35,14%
Gliserin
2%
10,11 10,33 220 40,54%
39,64%
10,09 10,33 240 35,14%
Sukarelawan formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan IV Tanpa sediaan
10,09 10,52 430 0 % 0%
Blanko 10,14 10,55 410 4,65%
8,53%
10,15 10,54 390 9,30%
10,03 10,41 380 11,63%
BLK
2,5%
10,17 10,54 370 13,95%
14,73%
10,10 10,48 380 11,63%
10,12 10,47 350 18,60%
BLK
5%
10,09 10,45 360 16,28%
19,38%
10,10 10,44 340 20,93%
10,11 10,45 340 20,93%
BLK
7,5%
10,14 10,47 330 23,25%
27,13%
10,12 10,43 310 27,90%
10,09 10,39 300 30,23%
BLK
10%
10,10 10,39 290 32,56%
35,66%
10,10 10,38 280 34,88%
10,12 10,38 260 39,53%
Gliserin
2%
10,14 10,41 270 37,20%
40,30%
10,16 10,41 250 41,86%
Sukarelawan formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan V Tanpa sediaan
10,19 10,61 420 0 % 0%
Blanko 10,10 10,50 400 4,76%
7,93%
10,11 10,49 380 9,52%
10,14 10,52 380 9,52%
BLK
2,5%
10,15 10,52 370 11,90%
12,69%
10,09 10,45 360 14,28%
10,12 10,49 370 11,90%
BLK
5%
10,12 10,47 350 16,67%
19,05%
10,14 10,48 340 19,05%
10,13 10,46 330 21,43%
BLK
7,5%
10,09 10,42 330 21,43%
25,40%
10,18 10,48 300 28,57%
10,20 10,51 310 26,19%
BLK
10%
10,10 10,39 290 30,95%
34,92%
10,13 10,39 260 38,09%
10,10 10,37 270 35,71 %
Gliserin
2%
10,13 10,38 250 40,48%
38,09%
10,15 10,41 260 38,09%
Sukarelawan formula Berat Awal (g) Berat Akhir (g) Pertambahan Berat (mg) % pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan VI Tanpa sediaan
10,15 10,54 390 0 % 0%
Blanko 10,17 10,55 380 2,56%
8,55%
10,12 10,47 350 10,26%
10,10 10,44 340 12,82%
BLK
2,5%
10,09 10,42 330 15,38%
14,53%
10,06 10,39 330 15,38%
10,10 10,44 340 12,82%
BLK
5%
10,12 10,44 320 17,95%
22,22%
10,14 10,44 300 23,08%
10,12 10,41 290 25,64%
BLK
7,5%
10,10 10,38 280 28,20%
26,49%
10,11 10,40 290 25,64%
10,16 10,45 290 25,64%
BLK
10%
10,11 10,35 240 38,46%
39,32%
10,10 10,35 250 35,90%
10,10 10,32 220 43,59%
Gliserin
2%
10,14 10,35 210 46,15%
43,59%
10,12 10,34 220 43,59%