• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Supplier Bahan Baku dengan Metode AHP dan PROMETHEE di PT Wijaya Karya Beton PPB Sumut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Supplier Bahan Baku dengan Metode AHP dan PROMETHEE di PT Wijaya Karya Beton PPB Sumut"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

URAIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PT.

WIJAYA KARYA BETON PPB SUMUT

Uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing staf yang terdapat pada struktur organisasi PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut adalah sebagai berikut :

A. Manajer Pabrik (Factory Manajer)

Tugas dan wewenang manajer pabrik adalah : 1. Memimpin seluruh kegiatan di dalam pabrik

2. Se a ai en am il e u usan ”decision maker” dalam pelaksanaan kegiatan.

3. Mengendalikan dan mengevaluasi produksi dari segi biaya, mutu dan waktu secara berkala.

4. Melaksanakan fungsi perencanaan dan pengawasan produksi sehingga tujuan perusahaan akan tercapai secara efektif.

5. Bertanggung jawab atas pengadaan lokasi dan pengendalian persediaan suku cadang, bahan baku, bahan penunjang dan produk jadi.

6. Mengupayakan peningkatan kualitas hasil kerja meliputi biaya, mutu dan waktu sesuai standar yang telah ditetapkan.

7. Mengupayakan terlaksananya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). 8. Bertanggung jawab atas keamanan semua harta perusahaan yang ada di

bawah pengelolaannya.

9. Mengupayakan tertib administrasi dan menyajikan laporan seluruh kegiatan pabrik secara berkala.

(3)

10.Mengupayakan peningkatan kemampuan sumber daya manusia dalam bidang manajemen, keahlian dan keterampilan.

11.Melaksanakan kerja sama dengan organisasi pemasaran dalam rangka optimasi sumber daya produksi dan distribusi.

12.Mengusahakan terjadinya hubungan yang sehat dan saling menguntungkan dengan pihak-pihak luar atau di dalam perusahaan yang berkaitan dengan ruang lingkup kerjanya.

13.Bertanggung jawab atas kelangsungan pabrik 14.Bertanggung jawab kepada direktur pusat.

B. Seksi Teknik dan Mutu

Tugas dan wewenang seksi teknik dan mutu adalah :

1. Menyusun rencana teknik untuk mencapai sasaran mutu produk susuai dengan persyaratan teknis didalam dokumen yang telah disepakati oleh pelanggan dan perusahaan.

2. Bertanggung jawab atas tercapainya tingkat efektifitas pemanfaatan sumber daya di pabrik melalui optimalisasi desain dan metode produksi. 3. Bertanggung jawab terlaksananya dukungan dan pelayanan jasa rekayasa

diperlukan di pabrik dan wilayah penjualan dalam rangka pengupayaan percepatan penyelesaian proses produksi dan distribusi.

(4)

5. Menyusun rencana pengawasan dan pengujian berupa prosedur, sistem dan pedoman lingkungan pabrik, antara lain meliputi:

a) Menetapkan kendali mutu

b) Merumuskan kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan pada saat pengendalian.

c) Merumuskan kriteria kendali mutu.

d) Merumuskan sistem dokumentasi/sistem informasi e) Merumuskan alat kendali mutu.

6. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 2000 dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang dikembangkan perusahaan.

7. Melaksanakan penelitian terhadap metode produksi serta rekomendasi peningkatan sistem produksi agar dicapai kualitas yang diinginkan.

8. Melaksanakan pembinaan bawahan yang meliputi tanggung jawab sesuai dengan perkembangan perusahaan.

C. Seksi Perencanaan dan Evaluasi Produksi

Tugas dan wewenang seksi perencanaan dan evaluasi produksi adalah : 1. Melaksanakan dan mengelola administrasi produksi secara berkala.

2. Bertanggung jawab tersusunnya produksi dan kebutuhan sumber daya untuk keperluan seluruh jalur yang ada di pabrik.

(5)

surat perintah produksi secara tertib dan baik.

4. Menerima pesanan dari langganan-langganan dan konsumen.

5. Menyusun rencana produksi produk beton yang disesuaikan dengan rencana distribusi dengan rencana distribusi unit penjualan produk beton. 6. Melaksankan pengendalian, evaluasi dan analisa biaya produksi dan

pemanfatan sumber daya pabrik.

7. Mengupayakan peningkatan efektivitas dan efisiensi biaya produksi dan pemanfatan sumber daya tanpa mengurangi waktu yang telah ditetapkan. 8. Menyusun anggaran biaya produksi untuk keperluan seluruh jalur yang

ada di pabrik.

9. Melaksanakan administrasi persediaan gudang yang meliputi persediaan bahan baku dan penunjang, persediaan dalam proses, persediaan barang jadi dan suku cadang secara tertib.

10.Membuat dan menyajikan laporan produksi secara berkala.

11.Bertanggung jawab atas keterpaduan jadwal produksi dengan rencana penyerahan dan distribusi dari waktu ke waktu.

D. Seksi Peralatan

Tugas dan wewenang seksi peralatan adalah :

1. Merencanakan dan melaksanakan pengawasan program perawatan mesin dan peralatan pabrik sesuai dengan standar.

(6)

3. Merencanakan, mengendalikan dan mengevaluasi kebutuhan suku cadang mesin dan peralatan pabrik.

4. Bertanggung jawab atas keberadaan mesin dan peralatan pabrik.

5. Mempersiapkan sumber daya cetak sesuai dengan rencana produksi yang telah ditetapkan.

6. Bertanggung jawab atas beroperasinya mesin dan peralatan pabrik sebelum dan selama proses produksi.

7. Mengendalikan dan mengevaluasi biaya peralatan pabrik.

8. Bertanggung jawab atas kelengkapan dan berfungsinya mesin dan peralatan yang akan dimobilisasikan ke pabrik.

9. Mengatur pembagian shift kerja regu peralatan dan menentapkan kepala regunya.

E. Seksi Keuangan dan Personalia

Tugas dan wewenang seksi keuangan dan personalia adalah : 1. Menyusun anggaran biaya dan kas keperluan seluruh kegiatan.

2. Melaksanakan pembayaran kepaa pihak ketiga sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan.

3. Melaksanakan pengendalian dan evaluasi biaya langsung dan tidak langsung serta anggaran kas secara berkala.

4. Mengadakan pengadaan lokal dan memantau perkembangan harga dari pemasok agar didapat harga yang bersaing.

(7)

mengendalikan persekot.

6. Melaksanakan administrai persediaan kantor yang meliputi persediaan bahan baku dan penunjang, persediaan dalam proses, persediaan barang jadi dan suku cadang secara tertib.

7. Membuat dan menyajikan laporan keuangan yang meliputi neraca dan membuat perhitungan laba rugi secara berkala.

8. Melaksanakan pencatatan, klasifikasi data keuangan serta evaluasinya menjadi info yang akurat.

9. Melaksanakan pengawasan penerapan sistem informasi dalam arti seluas-luasnya.

- Seksi Produksi

Tugas dan wewenang seksi produksi adalah :

1. Merencanakan jadwal induk produksi dan kebutuhan sumber daya keperluan jalur-jalur produksinya.

2. Mengatur pembagian shift kerja kepala-kepala shift

3. Memimpin regu-regu produksi dalam melaksanakan produksi sesuai dengan jadwal dan pedoman yang telah ditetapkan.

4. Melaksanakan pengaduan lokal dan memantau perkembangan harga. 5. Bertanggung jawab atas kualitas hasil kerja yang meliputi biaya, mutu,

waktu sesuai standar.

(8)

7. Berdiskusi dengan seksi teknik dan mutu bila terjadi kegagalan produksi. 8. Membuat laporan secara rutin dan tahunan untuk hasil produksi.

(9)

KUESIONER I

PEMILIHAN KRITERIA PENGUKURAN KINERJA

SUPPLIER

Dengan hormat, peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu membantu peneliti sehubungan dengan pengumpulan data. Peneliti adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara jurusan Teknik Industri yang sedang melakukan penelitian Tu as Sarjana an erju ul “Analisis Kinerja Supplier Bahan Baku dengan Metode AHP dan PROMETHEE di PT. Wijaya Karya Beton PPB

Sumut”. Adapun tujuan dari penyebaran kuesioner ini adalah untuk menentukan kriteria yang akan digunakan dalam pengukuran kinerja pemasok (supplier) bahan baku. Peneliti mengharapkan Bapak/Ibu untuk bersedia memberikan jawaban terkait dengan kriteria yang digunakan dalam pengukuran kinerja supplier agar hasil penilaian dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Atas bantuan yang diberikan peneliti ucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2016 Peneliti

Dewi Clara Siahaan

(10)

A. BIODATA

Nama :

Umur :

Jabatan :

Lama Menduduki Jabatan :

B. PETUNJUK PENGISIAN

Untuk menyamakan pemahaman dan prosedur, maka peneliti sampaikan kepada Bapak/Ibu diminta untuk memberikan jawaban mengenai kriteria yang digunakan dalam pengukuran kinerja supplier. Berikan tanda centang (√ a au tanda silang (X) pada tempat yang telah disediakan. Kriteria yang disusun berdasarkan Teori Dickson.

C. KUESIONER

1. Apakah Anda setuju/tidak setuju kriteria berikut untuk dijadikan pengukuran kinerja supplier?

No Kriteria Tanggapan

1. Quality (kualitas) Setuju Tidak Setuju 2. Delivery (penghantaran) Setuju Tidak Setuju 3. Performance history (prestasi

kinerja sebelumnya) Setuju Tidak Setuju 4. Warranties and claim policies

(garansi dan layanan pengaduan) Setuju Tidak Setuju 5. Production and claim policies

(kebijakan produksi dan klaim) Setuju Tidak Setuju

6. Price (harga) Setuju Tidak Setuju

7. Technical capability (kemampuan teknis)

(11)

No Kriteria Tanggapan

8. Financial position (keadaan finansial) Setuju Tidak Setuju 9. Procedural compliance (kepatuhan

terhadap prosedural) Setuju Tidak Setuju 10. Communication system (sistem komunikasi) Setuju Tidak Setuju 11. Reputation and position in industry

(Reputasi dan posisi dalam industri) Setuju Tidak Setuju 12. Desire for business (hasrat berbisnis) Setuju Tidak Setuju 13. Management and organization (manajemen

dan organisasi) Setuju Tidak Setuju

14. Operating controls (kontrol operasi) Setuju Tidak Setuju 15. Repair service (layanan perbaikan) Setuju Tidak Setuju

16. Attitudes (sikap) Setuju Tidak Setuju

17. Impression (kesan) Setuju Tidak Setuju 18. Packaging ability (kemampuan

pengepakan) Setuju Tidak Setuju

19. Labor relations records (hubungan dengan

pegawai) Setuju Tidak Setuju

20. Geographical location (Letak geografis) Setuju Tidak Setuju 21. Amount of past business (nilai bisnis

terdahulu) Setuju Tidak Setuju

22. Training aids (alat bantu pelatihan) Setuju Tidak Setuju 23. Reciprocal arrangements (pengaturan

hubungan timbal balik) Setuju Tidak Setuju

2. Berikan pendapat apabila menurut Anda masih ada kriteria lain yang belum termasuk dari 23 kriteria di atas sebagai bahan pertimbangan pengukuran kinerja supplier?

(12)

KUESIONER II

PEMILIHAN SUBKRITERIA PENGUKURAN KINERJA

SUPPLIER

Kuesioner ini adalah kuesioner tahap II yang bertujuan untuk menentukan subkriteria yang akan digunakan dalam pengukuran kinerja pemasok (supplier) bahan baku. Peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu membantu peneliti sehubungan dengan pengumpulan data. Peneliti adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara jurusan Teknik Industri yang sedang melakukan penelitian Tugas Sarjana an erju ul “Analisis Kinerja Supplier Bahan Baku dengan Metode

AHP dan PROMETHEE di PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut”. Peneliti mengharapkan Bapak/Ibu untuk bersedia memberikan jawaban terkait dengan subkriteria yang digunakan dalam pengukuran kinerja supplier bahan baku agar hasil penilaian dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Atas bantuan yang diberikan peneliti ucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2016 Peneliti

Dewi Clara Siahaan

(13)

A. BIODATA

Nama :

Umur :

Jabatan :

Lama Menduduki Jabatan :

B. PETUNJUK PENGISIAN

Untuk menyamakan pemahaman dan prosedur, maka peneliti sampaikan kepada Bapak/Ibu petunjuk pengisian kuisioner sebagai berikut:

1. Bapak/Ibu diminta untuk memberikan jawaban terkait dengan subkriteria yang digunakan dalam pengukuran kinerja supplier dengan memberikan tanda en an √ a au an a silan X a a em a an ela ise ia an.

2. Kuisioner ini bersifat semi terbuka, dimana Bapak/ Ibu dapat juga menambahkan subkriteria lain yang dianggap penting.

C. KUESIONER

1. Apakah Anda setuju/tidak setuju subkriteria berikut untuk dijadikan pengukuran kinerja supplier ditinjau dari kriteria Quality (Kualitas) ?

o Kesesuaian dengan standar mutu bahan baku yang ditetapkan perusahaan

Setuju Tidak Setuju

o Konsistensi mutu Setuju Tidak Setuju

Bila ada kriteria lain, mohon ditambahkan:

(14)

2. Apakah Anda setuju/tidak setuju subkriteria berikut untuk dijadikan pengukuran kinerja supplier ditinjau dari kriteria Delivery (Pengiriman)?

o Ketepatan waktu pengiriman Setuju Tidak Setuju

o Kesesuaian jumlah pengiriman Setuju Tidak Setuju

o Kontinuitas pengiriman Setuju Tidak Setuju

o Denda/pinalty yang diberikan Setuju Tidak Setuju

Bila ada kriteria lain, mohon ditambahkan:

... ...

3. Apakah Anda setuju/ tidak setuju subkriteria berikut untuk dijadikan pengukuran kinerja supplier ditinjau dari kriteria Price (Harga)?

o Harga barang Setuju Tidak Setuju

o Kemudahan cara pembayaran Setuju Tidak Setuju

o Kemauan bernegosiasi Setuju Tidak Setuju

o Pemberian diskon Setuju Tidak Setuju

Bila ada kriteria lain, mohon ditambahkan:

... ...

4. Apakah Anda setuju/tidak setuju subkriteria berikut untuk dijadikan pengukuran kinerja supplier ditinjau dari kriteria Warranties and Claim Policies (Garansi

dan Layanan Pengaduan)?

o Kecepatan konfirmasi ketersediaan

pesanan Setuju Tidak Setuju

o Kemudahan dihubungi Setuju Tidak Setuju

o Kecepatan respon terhadap complain Setuju Tidak Setuju Bila ada kriteria lain, mohon ditambahkan:

(15)

KUESIONER III

PENILAIAN TINGKAT KEPENTINGAN (BOBOT) KRITERIA

SUPPLIER

Kuesioner ini adalah kuesioner tahap III yang bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan (bobot) dari kriteria dan alternatif yang telah ditentukan oleh perusahaan terhadap penilaian pemasok (supplier) bahan baku. Peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu membantu peneliti sehubungan dengan pengumpulan data yang berupa pengisian kuesioner. Peneliti adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara jurusan Teknik Industri yang sedang melakukan penelitian Tugas Sarjana an erju ul “Analisis Kinerja Supplier Bahan Baku dengan Metode AHP

dan PROMETHEE di PT. Wijaya Karya Beton PPB Sumut”. eneli i

mengharapkan kiranya Bapak/Ibu untuk bersedia memberikan penilaian yang sebenarnya mengenai perbandingan berpasangan setiap kriteria dan alternatif penilaian pemasok di kuesioner ini, agar hasil penilaian dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Atas bantuan yang diberikan peneliti ucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2016 Peneliti

(16)

A. BIODATA

Nama :

Umur :

Jabatan :

Lama Menduduki Jabatan :

B. PETUNJUK PENGISIAN

Untuk menyamakan pemahaman dan prosedur, maka peneliti sampaikan kepada

Bapak/Ibu petunjuk kuisioner pembobotan berikut :

1. Pembobotan dilakukan dengan perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan kriteria

penilaian di sebelah kiri dengan kriteria penilaian di sebelah kanan.

2. Kolom penilaian sebelah kiri dipilih/diisi jika kriteria sebelah kiri lebih penting dari kriteria

sebelah kanan, sehingga kolom sebelah kanan tidak perlu diisi lagi. Sebaliknya, kolom

penilaian sebelah kanan dipilih/diisi jika kriteria sebelah kanan lebih tinggi dari kriteria

sebelah kiri.

3. Bapak/Ibu diminta untuk melingkari (O) pada angka yang sesuai dengan arti penilaian berikut :

Tabel Skala Perbandingan Berpasangan

Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya

Elemen yang satu sangat penting ketimbang yang lainnya

Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya

Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya

(17)

4. Usahakan penilaian Bapak/Ibu konsisten. Misalnya Bapak/Ibu menyatakan A lebih penting

daripada B, dan B lebih penting dari C, maka penilaian Bapak/Ibu konsisten jika menyatakan A

lebih penting daripada C dan penilaian tidak konsisten jika menyatakan C lebih penting

daripada A.

5. Berikut adalah contoh pengisian kuisionernya,

Kriteria Penilaian Kriteria

A 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B

A 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 C

B 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 C

Keterangan: 1 : Sama pentingnya

3 : Sedikit lebih penting

5 : Lebih penting daripada

7 : Jauh lebih penting

9 : Mutlak lebih penting

2,4,6,8 : Nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan

Arti pengisian di atas:

a. B pada tingkat kepentingan sedikit lebih penting daripada A

b. A pada tingkat kepentingan jauh lebih penting daripada C

(18)

C. KUESIONER

Tingkat kepentingan elemen-elemen dan unsur-unsur untuk menentukan pilihan kriteria

pada penilaian pemasok besi dengan melihat kinerja terpenting.

Kriteria-kriteria yang akan digunakan dalam kuesioner ini adalah:

1. Quality (Kualitas)

Kemampuan pemasok dalam memenuhi kualitas pesanan dengan kriteria penilaian:

a. Kesesuaian dengan standar mutu bahan baku yang ditetapkan perusahaan

b. Konsistensi mutu

2. Delivery (Pengiriman)

Kemampuan pemasok dalam mengirim pesanan dengan kriteria penilaian:

a. Ketepatan waktu pengiriman

b. Kesesuaian jumlah pengiriman

3. Price (Harga)

Kemampuan pemasok dalam mengirim pesanan dengan kriteria penilaian:

a. Kemauan bernegosiasi

4. Warranties and claim policies (Garansi dan Layanan Pengaduan)

Kemampuan pemasok dalam mengirim pesanan dengan kriteria penilaian:

a. Kecepatan konfirmasi ketersediaan pesanan

(19)

1. Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria

Kriteria Penilaian Kriteria

Kualitas

2. Perbandingan Berpasangan Antar Subkriteria Kualitas (Quality)

Subkriteria Penilaian Subkriteria

Kesesuian dengan

(20)

Ketepatan waktu pengiriman

9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

(21)

4. Perbandingan Berpasangan Antar Subkriteria Garansi dan Layanan

Pengaduan (Warranties and claim policies)

Subkriteria Penilaian Subkriteria

Kecepatan konfirmasi

5. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Supplier untuk Subkriteria

Kesesuaian dengan Standar Mutu Bahan Baku yang Ditetapkan

Perusahaan

Kriteria Kesesuaian dengan Standar Mutu Bahan Baku yang Ditetapkan Perusahaan

Alternatif Supplier Penilaian Alternatif Supplier

(22)

6. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Supplier untuk Subkriteria

Konsistensi Mutu

Konsistensi Mutu

Alternatif Supplier Penilaian Alternatif Supplier

BKL Bohlindo Teknik 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

7. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Supplier untuk Subkriteria

Ketepatan Waktu Pengiriman

Ketepatan Waktu Pengiriman

Alternatif Supplier Penilaian Alternatif Supplier

BKL Bohlindo Teknik 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

PT. Multi Welindo BKL Bohlindo Teknik 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

(23)

BKL Bohlindo Teknik 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

8. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Supplier untuk Subkriteria

Kesesuaian Jumlah Pengiriman

Kesesuaian Jumlah Pengiriman

Alternatif Supplier Penilaian Alternatif Supplier

(24)

9. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Supplier untuk Subkriteria

Kemauan Bernegosiasi

Kemauan Bernegosiasi

Alternatif Supplier Penilaian Alternatif Supplier

BKL Bohlindo Teknik 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Supplier untuk Subkriteria

Kecepatan Konfirmasi Ketersediaan Pesanan

Kecepatan Konfirmasi Ketersediaan Pesanan

Alternatif Supplier Penilaian Alternatif Supplier

(25)

PT. Multi Welindo 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9

11. Perbandingan Berpasangan Antar Alternatif Supplier untuk Subkriteria

Kecepatan respon terhadap complain

Kecepatan respon terhadap complain

Alternatif Supplier Penilaian Alternatif Supplier

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Andrison Bagus. 2002. Model Pengambilan Keputusan Untuk Mengevaluasi Kinerja Subkontraktor di PT. Astra Honda Motor Melalui

Pendekatan Analytical Hierarchy Process dan PROMETHEE (Preference

Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation). Jakarta: FT-UI

EVN Macedonia, dkk. (2013). Key Performance Criteria For Vendor Selection – A Literature Review. Management Research And Practice Vol. 5 Issue 2

(2013) pp: 63-75. ISSN 2067-2462. mrp.ase.ro.

Fernandes,,Nuria Gens 2014. The Management of Missing Values in PROMETHEE Methods. Universite Libre of Bruxelles dan Universite

D’Eur e.

Ginting, Rosnani. 2010. Perancangan Produk. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Harsono, Ambar dkk. 2009. Metode Pemilihan Pemasok Sayuran di Supermarket dengan Metode AHP dan PROMETHEE (Studi Kasus di PT. Hero

Supermarket Cabang Suci Bandung). Bandung: Teknik Industri Institut

(36)

DAFTAR PUSTAKA (Lanjutan)

Kazan, Halim dkk. 2015. Election of Deputy Candidates for Nomination with AHP-Promethee Methods. Turki: Elsevier.

Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management. Edisi Pertama. Surabaya: Guna Widya.

Rahmatullah,,Dzikri Arbawan, dkk.2013. Usulan Prioritas Peringkat dalam Pemilihan Supplier Produk Yamato dengan Metode Promethee Studi

Kasus PT. Chitose Mfg. Bandung: Teknik Industri Institut Teknologi

Nasional.

Rakasiwi Ardianto, Ryan. Penerapan Metode Fuzzy-Promethee pada Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Media Iklan pada PT. Sidomuncul.

Semarang : Universitas Dian Nuswantoro.

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metodologi Penelitian. Edisi 3. Medan: USU Press.

(37)

DAFTAR PUSTAKA (Lanjutan)

Winarto dan Udisubakti Ciptomulyono. 2013. Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) pada Penentuan Bentuk Organisasi (Studi Kasus di PT

CVX, Steam and Supply Team). Prosiding Seminar Nasional Manajemen

(38)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Kriteria Pemilihan Supplier

Menurut I Nyoman Pujawan (2005), supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier, pabrik, distributor, took atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik.

Pada suatu supply chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah produk selesai diproduksi, dikirim ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir. Yang kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya. Informasi tentang persediaan produk yang masih ada di masing-masing supermarket sering dibutuhkan oleh distributor maupun pabrik.

3.2. Kriteria Pengambilan Keputusan

(39)

mengambil keputusan. Analisis terhadap kriteria pemilihan dan mengukur kinerja dari pemasok telah menjadi fokus para peneliti dan praktisi sejak tahun 1960-an.

Pada tahun itu, kriteria yang paling signifikan adalah kualitas produk, waktu pengiriman, data historis kinerja, dan kebijakan garansi yang digunakan oleh pemasok. Kriteria-kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Pemasok atau Vendor Dickson

Rank Factor Mean Rating Evaluation

1 Quality 3,5

Extreme importance

2 Delivery 3,4

3 Performance history 3,0

4 Warranties and claim policies 2,8

5 Production and claim policies 2,8

Considerable importance

6 Price 2,8

7 Technical capability 2,8

8 Financial position 2,5

9 Procedural compliance 2,5

10 Communication system 2,5

11 Reputation and position in industry 2,4

Considerable importance

12 Desire for business 2,4

13 Management and organization 2,3

14 Operating controls 2,2

15 Repair service 2,2

19 Labor relations records 2,0

20 Geographical location 1,9

21 Amount of past business 1,6

22 Training aids 1,5

23 Reciprocal arrangements 0,6 Slight importance

Sumber: EVN Macedonia (2013)

3.3. AHP (Analytical Hierarchy Process)

(40)

tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tentinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. Manfaat dari penggunaan Analytical Hierarchy Process (AHP) antara lain yaitu: 1. Memadukan intuisi pemikiran, perasaan dan penginderaan dalam menganalisis

pengambilan keputusan.

2. Memperhitungkan konsistensi dari penilaian yang telah dilakukan dalam membandingkan faktor-faktor yang ada.

3. Memudahkan pengukuran dalam elemen. 4. Memungkinkan perencanaan ke depan.

Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternaif-alternatif pilihan yang ingin di ranking. 3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan

kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing—masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam

matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

(41)

vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maximum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.

6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis

pilihan dalam penentuan prioritas elemen—elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0, 100 maka penilaian harus diulang kembali.

3.3.1. Decomposition

(42)

Gambar 3.1. Hirarki Lengkap

Dalam penyusunan hirarki ini perlu dilakukan perincian atau pemecahan dari persoalan yang utuh menjadi beberapa unsur atau komponen yang kemudian dari komponen tersebut dibentuk suatu hirarki.

Pemecahan unsur ini dilakukan sampai unsur tersebut sudah tidak dapat dipecah lagi sehingga didapat beberapa tingkat suatu persoalan. Penyusunan hirarki merupakan langkah penting dalam model analisis hirarki. Adapun langkah-langkah penyusunan hirarki adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi tujuan keseluruhan dan sub tujuan.

2. Mencari kriteria untuk memperoleh sub tujuan dari tujuan keseluruhan.

3. Menyusun sub kriteria dari masing-masing kriteria, dimana setiap kriteria dan sub kriteria harus spesifik dan menunjukkan tingkat nilai dari parameter atau intensitas verbal.

(43)

5. Kebijakan dari pelaku

6. Penentuan alternatif sebagai output tujuan yang akan ditentukan prioritasnya.

3.3.2. Comparative Judgement

Comparative judgement merupakan proses penilaian kepentingan atau

kesukaan relatif terhadap elemen berpasangan (pairwise) dalam suatu level berhubungan dengan level di atasnya. Penilaian ini adalah inti dari AHP, sehingga kita memperoleh prioritas elemen dalam suatu level. Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen.

Hasil dari penilaian ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Dalam melakukan penialaian terhadap elemen-elemen yang diperbandingkan terdapat tahapan-tahapan, yakni:

1. Elemen mana yang lebih (penting/disukai/berpengaruh/lainnya) 2. Berapa kali sering (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)

(44)

Tabel 3.2. Dasar Perbandingan Kriteria Intensitas

Kepentingan Defenisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya. 5 Elemen yang satu essensial atau sangat

penting ketimbang elemen lainnya

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen

lainnya. 7 Satu elemen jelas lebih penting dari

elemen lain

Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih penting

ketimbang elemen lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan

tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,

8

Nilai-nilai antara dua pertimbangan b

Pendekatan Kompromi diperlukan antara dua

pertimbangan

Kebalikan

Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan

aktivitas j, maka j mempunyai kebalikannya bila dibandingkan dengan

i Sumber: Thomas L. Saaty (1993)

Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal, artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka

elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat m elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran m x n. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n(n-1)/2 karena matriks reciprocal (nilai kebalikan) dan elemen-elemen diagonalnya sama dengan 1. Reciprocal memungkinkan dilakukannya pembagian dengan menggunakan notasi perkalian :

(45)

3.3.3. Synthesis of Priority

Synthesis of Priority adalah tahap untuk mendapatkan bobot bagi setiap

elemen hierarki dan elemen alternatif. Synthesis of priority juga merupakan proses penentuan prioritas elemen-elemen dalam suatu level. Caranya adalah dengan membuat alternatif keputusan di antara masing-masing kriteria yang ada.

Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari vektor prioritas (eigenvector) dari suatu level hirarki untuk mendapatkan local priority. Proses penentuan eigenvector mensyaratkan matriks yang non negatif dan tidak ada angka nol. Dengan skala 1 sampai 9, syarat ini dapat terpenuhi karena 1/9 adalah nilai elemen terkecil dan 9 terbesar.

3.3.4. Logical Consistency

Logical Consistency dapat dianggap sebagai prinsip rasionalitas AHP.

(46)

3.4. Konsistensi Hierarki

Menurut Thomas L. Saaty (1993), dalam permasalahan pengambilan keputusan sangat penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi matriks yang diperoleh karena peneliti tidak ingin keputusan yang diperoleh memiliki konsistensi yang rendah yang menyebabkan keacakan penelitian.

Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan indeks konsistensi dengan persamaan:

Dimana:

CI = Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency index)

maks = eigenvalue maksimum

n = ukuran matriks

Apabila CI bernilai nol, berarti matriks konsisten, batas ketidakkonsistensi (inconsistency) yang ditetapkan Saaty diukur dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yakni perbandingan indeks konsistensi dengan nilai random indeks (RI) yang diperlihatkan seperti Tabel 3.3. Nilai ini bergantung pada ordo matriks n. Dengan demikian, Rasio Konsistensi dapat dirumuskan :

Tabel 3.3. Nilai Index Random (RI)

Ukuran

Matriks 1,2 3 4 5 6 7 8 9 10

(47)

3.5. Rata-rata Geometrik

Menurut Winarto dan Udisubakti Ciptomulyono (2013), dari data yang diperoleh dari responden, kemudian dilakukan pengecekan indeks konsistensinya, jika tidak konsisten (indeks konsistensinya < 0.10), maka kuisioner harus diulang kembali. Berikutnya dari pembobotan kriteria yang telah konsisten yang diberikan oleh responden dan hasil penilaian alternatif-alternatif berdasarkan skala Likert dilakukan perhitungan.

Setelah data terkumpul sebelum dilakukan perhitungan dengan AHP lebih dahulu dilakukan perhitungan dengan menggunakan Rata-rata Geometrik (Geometric Mean) dimana perhitungan ini untuk memberikan pendekatan rata-rata yang lebih baik karena bias mengeliminasi deviasi yang terjadi untuk data-data yang didapat dari penilaian responden dalam kuisioner. Rata-rata Geometrik dapat dirumuskan sebagai berikut:

n

Keterangan :

(48)

3.6. Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluations

(PROMETHEE)

Menurut Nuria Gens Fernandes (2013), metode hubungan outranking adalah salah satu kategori yang paling penting di bidang Multicriteria Decision Aid didasarkan pada hubungan outranking antara alternatif. Metode

PROMETHEE, yang dikembangkan oleh JP Brans dan dipresentasekan untuk pertama kalinya pada tahun 1982, adalah salah satu metode yang didasarkan pada perbandingan berpasangan antara kriteria. Perbandingan ini memperhitungkan fungsi preferensi yang nantinya menentukan tingkat preferensi antara evaluasi setiap alternatif. Oleh karena itu, evaluasi yang diperkaya dengan fungsi preferensi dan analisis keandalan ditingkatkan. Akhirnya, netflow diberikan untuk setiap kriteria alternatif yang tergantung pada apakah kriteria tersebut lebih disukai untuk orang lain atau tidak. Alternatif terbaik adalah alternatif dengan netflow yang lebih besar. Secara khusus, PROMETHEE I digunakan untuk

mendapatkan peringkat parsial dan PROMETHEE II diterapkan untuk mendapatkan peringkat lengkap semua alternatif yang layak.

3.6.1. Fungsi Preferensi dan Kriteria Umum

Karena metode PROMETHEE didasarkan pada perbandingan antara pasangan untuk semua kriteria, perbedaan antara evaluasi dari setiap pasangan alternatif untuk setiap kriteria fj harus dihitung dengan rumus:

(49)

Perbedaan ini tidak hanya berguna untuk menentukan yang terbaik dari dua alternatif untuk suatu kriteria, tetapi juga untuk mengukur intensitas preferensi. Semakin besar nilai dj, maka semakin kuat nilai preferensi di atas b. Namun, penting untuk diketahui bahwa nilai jarak tergantung pada unit kriteria j.

Untuk meningkatkan perbandingan antara alternatif, fungsi preferensi didefinisikan. Fungsi-fungsi ini membiarkan pengambil keputusan menggambarkan bagaimana perbedaan harus ditafsirkan. Misalnya, jika rentang nilai antar alternatif sangat kecil sehingga pengambil keputusan dapat mengabaikan itu, dua tindakan dianggap tidak berbeda. Selain itu, jika perbedaan lebih besar dari nilai tertentu, preferensi yang ketat dapat didefinisikan antara dua tindakan, terlepas dari apakah dengan menaikkan rentang nilai lebih.

Fungsi preferensi dicirikan dengan cara berikut:

j a j j a a A

Fungsi tersebut didefenisikan sebagai berikut:

j a

j a ji a j a n re eren e j a ji a j a ea re eren e j a ji a j a s r n re eren e j a ji a j a s ri re eren e

(50)

keputusan, enam fungsi preferensi diusulkan. Pemilihan fungsi preferensi yang paling memadai untuk setiap kriteria dilakukan secara interaktif oleh analis dan pengambil keputusan, yang memperhitungkan derajat preferensi dan perbedaan yang diamati. Jenis fungsi preferensi terpilih harus mencerminkan sikap pengambil keputusan dalam kaitannya dengan nilai dari yang dapat terjadi antara sepasang alternatif.

Hal ini penting untuk menggarisbawahi bahwa kemungkinan memilih antara fungsi preferensi yang berbeda merupakan bantuan penting dalam tugas mewakili preferensi pembuat keputusan dengan cara yang lebih handal. Oleh karena itu, proses pengambilan keputusan diperkaya, memberikan realisme lebih dan kekonsistenan untuk solusi dari masalah keputusan multikriteria.

Berbagai jenis fungsi preferensi P yang umum digunakan disajikan di bawah ini, didefinisikan dan diplot sesuai dengan perbedaan nilai d. Kemudian, contoh ilustratif digunakan untuk menunjukkan bagaimana definisi fungsi preferensi dapat diterapkan untuk masalah tertentu. Meskipun beberapa jenis kasus tertentu yang lain, fungsi preferensi ini perlu didefinisikan secara terpisah karena fungsi preferensi jelas menggambarkan opini pembuat keputusan pada kriteria itu.

1. Type I: Usual

(51)

Gambar 3.2. Grafik Tipe Usual

Dengan ketentuan:

ji a ji a

2. Type II: U-shape

(52)

Gambar 3.3. Grafik Tipe U-shape

Dengan ketentuan:

3. Tipe III: V-shape

Jenis fungsi preferensi yang ketiga ini memungkinkan si pembuat keputusan untuk semakin lebih memilih satu tindakan di atas yang lain sesuai dengan jarak nilai yang ada antara kedua tindakan. Tingkat preferensi meningkat secara linear sampai batas p, karena perbedaan yang tinggi dari nilai preferensi sudah kuat. Parameter p ditentukan oleh semakin menurun nilainya sementara preferensi dianggap kuat (menurut sudut pandang pembuat keputusan). Oleh karena itu, p adalah ambang (threshold) batas preferensi yang kuat.

Gambar 3.4. Grafik Tipe V-shape

Dengan ketentuan:

ji a ji a ji a

(53)

Dalam hal ini, dua alternatif a dan b adalah mutlak sampai perbedaan antara evaluasi pada kriteria mencapai batas q. Kemudian, preferensi lemah jika (fj(a)-fj(b)) lebih tinggi dari q tetapi lebih rendah dari p dan ini adalah mengapa nilai ½ diberikan untuk nilai fungsi preferensi. Akhirnya, jika perbedaan antara evaluasi lebih besar dari p, preferensi satu tindakan atas yang lain adalah ketat. Hal ini jelas terlihat bahwa jenis fungsi preferensi membutuhkan dua parameter definisi: q dan p. Perlu dicatat bahwa fungsi preferensi tipe I dan II adalah kasus khusus dari jenis fungsi preferensi.

Gambar 3.5. Grafik Tipe IV: Level

Dengan ketentuan:

ji a ji a ji a

5. Type V: V-shape with indifference

(54)

diperlukan. Perlu digarisbawahi bahwa fungsi preferensi tipe I, II dan III adalah kasus khusus dari jenis fungsi preferensi.

Gambar 3.6. Grafik Tipe V: V-shape with Indifference

Dengan ketentuan:

ji a

ji a ji a

6. Type VI : Gaussian

(55)

Gambar 3.7. Grafik Tipe VI : Gaussian

Dengan ketentuan:

ji a

e s ji a

Contoh:

Hotel berguna untuk menggambarkan bagaimana berbagai jenis fungsi preferensi dapat diterapkan dalam situasi yang berbeda.

Pertama-tama, individu bisa memperhitungkan fakta bahwa hotel ini menawarkan Wi-Fi gratis atau tidak. Kemudian, dua jenis evaluasi akan ada pada kriteria ini 'W':

a. Hotel yang menawarkan Wi-Fi gratis: W (a) = 1 b. Hotel yang tidak menawarkan Wi-Fi gratis: W (a) = 0 dimana a adalah alternatif dipertimbangkan.

(56)

Selain itu, perjalanan seseorang ke Barcelona juga dapat mempertimbangkan jumlah bintang dari masing-masing hotel. Akibatnya, individu tersebut bisa memilih fungsi preferensi tipe II untuk memperbaiki nilai threshold mutlak 1. Oleh karena itu, sebuah hotel akan lebih disukai dari yang lain

ketika perbedaan antara jumlah bintang mereka lebih besar dari satu. Namun, perlu dicatat bahwa tingkat preferensi hotel dengan lima bintang yang lain dengan satu bintang akan sama bahwa tingkat preferensi hotel dengan tiga bintang di atas yang lain dengan satu bintang. Model ini akan dibatasi oleh aspek ini dan, karena itu, fungsi preferensi tipe IV akan lebih akurat untuk menentukan tingkat preferensi antara jumlah bintang.

Untuk memperkaya kriteria ini, individu dapat memilih jenis fungsi preferensi IV dan memperbaiki ambang mutlak dari 1 dan ambang preferensi kuat 3. Oleh karena itu, tingkat preferensi hotel dengan lima bintang di atas yang lain dengan satu bintang akan lebih tinggi dari tingkat preferensi hotel dengan tiga bintang di atas yang lain dengan satu bintang, karena fungsi preferensi akan mengambil masing-masing nilai 1 dan 1/2.

(57)

Dalam hal ini, itu juga akan menarik untuk memilih fungsi preferensi tipe V, yang akan memungkinkan individu untuk menentukan ambang kepastian. Akibatnya, pengambil keputusan akan memiliki pilihan untuk mempertimbangkan kesamaan dua hotel dengan skor sangat mirip, seperti 7,6 dan 7,9. Misalnya, ambang kesamaan dan ambang preferensi yang ketat bisa sama dengan 0,3 dan 1. Sementara hotel dengan skor 9,3 akan mutlak sama satu sama lain dengan 9, itu akan memiliki tingkat preferensi kuat dengan a= 8.

Akhirnya, jenis VI harus digunakan jika individu ingin bahwa setiap peningkatan kecil dari jarak antara dua alternatif menyebabkan peningkatan tingkat preferensi antara alternatif. Misalnya, jenis fungsi preferensi dapat diterapkan pada kriteria memperhitungkan harga sewa. Jika individu ditugaskan

nilai 5 un u arame er s in a re erensi in al ari 7 € selama in al

ari 3 € a an 98 se an an in a re erensi in al ari 7 € selama

in al € a an 6 .

3.6.2. Agregat Indeks Preferensi

(58)

j

j

Indeks preferensi agregat adalah nilai-nilai yang menyatakan tingkat preferensi suatu alternative dengan alternative lainnya dengan cara mempertimbangkan semua kriteria. Hal ini didefenisikan sebagai berikut:

a A a j a . j

j

Sering terjadi a adalah lebih baik daripada b di beberapa kriteria dan b lebih baik daripada kriteria lainnya. Sebagai konsekuensi, baik (a, b) dan (b, a) biasanya positif. Indeks preferensi agregat harus ditafsirkan mengingat:

a re erensi l al an lema ari a mele a i a re erensi l al an ua ari a mele a i

Akhirnya, menarik untuk menggarisbawahi norma indeks ini:

a A

a a a a a a

3.6.3. Outranking

Metode PROMETHEE didasarkan pada kuantifikasi bagaimana suatu kriteria yang mengungguli semua kriteria lain dan bagaimana kriteria ini dinilai

le semua ran . Inila se a n a men a a φ si i a an φ- negatif (a) outranking arus didefinisikan. Ukuran pertama mengungkapkan kapasitas

outranking dari tindakan yang berkaitan dengan semua tindakan lain sementara

(59)

arus positif menunjukkan kekuatan dari suatu tindakan dan aliran negatif menunjukkan kelemahannya.

Jelas bahwa semakin tinggi outranking positif maka semakin baik alternative tersebut. Sejalan dengan itu, semakin besar aliran outranking negatif maka semakin buruk alternatifnya. Nilai-nilai dari dua langkah dihitung sebagai jumlah dari semua indeks preferensi agregat dibagi dengan jumlah tindakan bahwa dibandingkan dengan (n-1). Akibatnya, nilai-nilai yang dinormalisasi antara 0 dan 1.

Net outranking aliran φ a ari in a an i e inisi an se a ai er e aan antara aliran outranking positif dan aliran outranking negatif:

Leaving flow

Net outranking aliran φ a ari in a an i e inisi an se a ai er e aan antara aliran outranking positif dan aliran outranking negatif:

Entering flow

Semakin tinggi ukuran ini, maka tindakan semakin baik. Jika netflow bernilai positif, maka alternatif tersebut lebih unggul di semua alternatif yang lain, tapi ketika nilai netflow adalah negatif, maka alternatif yang dihasilkan kurang unggul.

Menurut Ryan Rakasiwi (2013) PROMETHEE (Preference Ranking Organization Method For Enrichment Evaluation) tergolong ke dalam keluarga

Multi-Criteria Decision Analysis (MCDA). Dikembangkan oleh J.P. Brans pada

(60)

telah terbagi menjadi 6 kategori perangkingan: PROMETHEE I (rangking secara parsial), PROMETHEE II (rangking secara utuh), PROMETHEE III (rangking berdasarkan interval), PROMETHEE IV (untuk kasus berkelanjutan), PROMETHEE V (MCDA yang mengikutsertakan batasan segmentasi), dan

PROMETHEE VI (representasi otak manusia). Kesuksesan metode ini dalam

pengaplikasiannya di berbagai bidang didasarkan pada properti matematisnya dan kemudahannya untuk diterapkan.

3.7. Kuesioner

Menurut Rosnani Ginting (2010), kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner dirancang dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Syarat utama pengisian kuesioner adalah pertanyaan yang jelas dan mengarah ke tujuan. Empat komponen inti dari sebuah kuesioner, yaitu:

1. Kuesioner memiliki subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian.

2. Kuesioner memiliki ajakan, yaitu permohonan dari peneliti untuk turut serta mengisi secara aktif dan objektif pertayaan maupun pernyataan yang tersedia. 3. Kuesioner memiliki petunjuk pengiisian kuesioner, dimana petunjuk yang

(61)

4. Kuesioner memiliki pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat pengisian jawaban, baik secara tertutup, semi tertutup, maupun terbuka.

Menurut Sukaria Sinulingga (2013), perancangan kuesioner yang baik perlu dipahami prinsip-prinsip yang terkait dengan cara penulisan pertanyaan (wording of quetions), cara pengukuran yaitu mengkatagorikan, membuat skala dan mengkodekan (catagorized, scaled and coded) jawaban dari responden dan kerapian (general appearance) kuesioner tersebut.

3.8. Metode Sampling

Menurut Sukaria Sinulingga (2013), Sampling adalah metode pengumpulan data yang sangat populer karena manfaatnya yang demikian besar dalam penghematan sumber daya waktu dan biaya dalam kegiatan pengumpulan data.

Sampling ialah proses penarikan sampel melalui mekanisme tertentu melalui mana karakteristik populasi dapat diketahui atau didekati. Secara garis besar metode penarikan sampel dapat diklasifikasi atas dua bagian yaitu:

1. Probability Sampling 2. Nonprobability Sampling

3.8.1. Probability Sampling

Probability sampling, setiap elemen dari populasi diberi kesempatan yang

(62)

1. Simple Random Sampling

Simple random sampling yang sering juga disebut unrestricted probability sampling, setiap elemen dari populasi mempunyai kesempatan atau peluang

yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel. 2. Systematic Sampling

Systematic sampling adalah suatu metode pengambilan sampel dari populasi

dengan cara menarik elemen setiap kelipatan ke n dari populasi tersebut mulai dari urutan yang dipilih secara random diantara nomor 1 hingga n.

3. Stratified Random Sampling

Stratified random sampling menentukan strata elemen dalam populasi menjadi perhatian sehingga populasi dibagi sesuai dengan strata yang ada.

4. Cluster Sampling

Cluster sampling digunakan dengan multi stage, misalnya penelitian tentang pola hidup pada nasabah bank di suatu propinsi dilakukan.

5. Area Sampling

Area sampling digunakan dengan pengambilan sampel berdasarkan perbedaan

lokasi geografis dari populasi.

3.8.2. Nonprobability Sampling

Non-probability sampling adalah teknik sampling dimana setiap elemen

(63)

khusus masing-masing elemen. Model dari metode sampling yang non-probabilistik ini adalah convinience sampling dan purposive sampling.

1. Convinience Sampling

Convinience sampling adalah suatu metode sampling dimana para

respondennya adalah orang-orang yang secara sukarela menawarkan diri (conviniencely avaiable) dengan alasan masing-masing.

2. Purposive Sampling

Purposive sampling adalah metode sampling non-probability yang

menggunakan orang-orang tertentu (specific target-group) sebagai sumber data/informasi. Orang-orang tertentu yang dimaksud disini adalah individu atau kelompok yang karena pengetahuan, pengalaman, jabatan dan lain-lain yang dimilikinya menjadikan individu atau kelompok tersebut perlu dijadikan sumber informasi. Individu atau kelompok khusus ini langsung dicatat namanya sebagai reponden tanpa melalui proses seleksi secara random. Purposive sampling dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu judgement

sampling dan quota sampling. Judgement sampling adalah tipe pertama dari

purposive sampling, responden terlebih dahulu dipilih berdasarkan

(64)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Wijaya Karya Beton yang bergerak dalam memproduksi beton. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Raya Medan-Binjai km 15,5 Diski, Deliserdang Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2016 hingga Juni 2016.

4.2. Jenis Penelitian

(65)

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah kinerja supplier plat sambung yang terdiri dari 5 supplier yaitu BKL Bohlindo Teknik, PT. Mutli Welindo, CV. Bintang Lestari,

CV. Sinar Mandiri Agung, CV. Metalindo Teknik yang menjadi rekanan pabrik untuk melihat kinerja supplier dilakukan survei terhadap responden yang memahami kinerja supplier untuk kebutuhan data penelitian. Responden terdapat 10 orang yaitu Kepala Seksi Keuangan & Personalia, Staff Bagian Personalia, Asisten Pengadaan Material, Staff Pengadaan Material, Kepala Seksi Teknik dan Mutu, Asisten Seksi Teknik dan Mutu, Kepala Seksi Gudang, Asisten Seksi Gudang, Inspektor, dan Quality Control Incoming.

4.4. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen

Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah atribut kinerja supplier menurut teori Dickson adalah sebagai berikut:

a. Kualitas (Quality)

Atribut ini berfokus pada kemampuan supplier memenuhi atau melebihi harapan pabrik. Atribut/kriteria ini dikembangkan lagi menjadi:

(66)

b. Pengiriman (Delivery)

Atribut ini berfokus pada kemampuan supplier memenuhi pesanan perusahaan. Atribut ini dikembangkan lagi menjadi:

1) Ketepatan waktu pengiriman 2) Kesesuaian jumlah pengiriman c. Harga (Price)

Atribut ini berfokus pada kemauan bernegosiasi dengan supplier. d. Garansi dan layanan pengaduan (Warranties and claim policies)

Atribut ini berfokus pada kecepatan konfirmasi ketersediaan pesanan dan kecepatan respon terhadap complain.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah supplier terbaik.

4.5. Kerangka Berfikir

(67)

tersebut kemudian dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan dengan menggunakan kuesioner subkriteria sehingga memudahkan dalam melakukan penelitian. Selanjutnya dilakukan pembobotan dengan metode AHP terhadap kriteria. Hasil pembobotan dari pengolahan AHP digunakan sebagai data masukan untuk metode PROMETHEE. Pengolahan PROMETHEE I akan menghasilkan nilai leaving flow (strength atau kelebihan) dan entering flow (weakness atau

kekurangan) tiap supplier. Ranking supplier akan ditentukan oleh nilai net flow yang

didapatkan pada pengolahan PROMETHEE II. Kerangka berfikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4. 1.

Gambar 4.1. Kerangka Berfikir

4.6. Tahapan Penelitian

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yang diawali dengan melakukan identifikasi masalah hingga menghasilkan kesimpulan. Tahapan-tahapan tersebut meliputi:

1. Identifikasi masalah Kualitas

Pengiriman Harga Garansi dan layanan pengaduan

PROMETHEE

Kriteria AHP

(68)

Identifikasi masalah merupakan langkah pertama yang dilakukan saat penelitian berlangsung sehingga dapat mengangkat permasalahan secara jelas dan terarah.

2. Studi literatur

Kajian literatur merupakan bagian dari studi yang bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisa data sekunder dari instansi terkait, hasil penelitian, jurnal, dan literatur lain.

3. Perumusan masalah

Perumusan masalah menjabarkan kembali inti dari permasalahan yang teridentifikasi kemudian menuangkannya ke dalam satu lingkup permasalahan yang spesifik.

4. Perumusan tujuan penelitian

Penentuan tujuan penelitian sebagai acuan untuk mengarahkan dan menentukan hasil akhir penelitian.

5. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif, baik yang berupa data primer maupun data sekunder.

(69)

Gambar 4.2. Tahapan Proses Penelitian

Studi pendahuluan Studi kepustakaan

- Pengamatan awal (observasi) - Teori, Literatur

Pengumpulan Data - Data Primer : Kuesioner - Data Sekunder : Informasi

literatur

Pengolahan Data

- Menghitung bobot kriteria menggunakan AHP - Mengevaluasi alternatif supplier dengan

Metode PROMETHEE

Pembahasan

- Menentukan urutan rangking Supplier - Memilih alternatif terbaik

Kesimpulan dan Saran Rumusan Permasalahan

1. Supplier belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

2. Melakukan analisis terhadap kinerja supplier dengan mengetahui keunggulan dan kelemahan setiap supplier

(70)

4.7. Pengumpulan Data

4.7.1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung menggunakan instrument (alat pengumpulan data). Data primer pada penelitian ini terdiri dari

hasil wawancara, kuesioner penentuan kriteria, kuesioner penentuan subkriteria, dan kuesioner AHP.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan mengambil dari dokumen perusahaan. Data sekunder pada penelitian ini terdiri dari data keterlambatan kedatangan plat sambung, data kecacatan plat sambung, data historis nama supplier plat sambung, struktur organisasi, jumlah tenaga kerja, jumlah hari kerja, data proses produksi, data spesifikasi bahan baku maupun produk dan data mesin produksi.

4.7.2. Metode Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

(71)

2. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara pada pihak-pihak terkait di perusahaan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3. Teknik kepustakaan (studi literatur), yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari teori-teori dari buku dan mencari informasi dari jurnal yang berkaitan dengan pemecahan masalah tentang metode AHP dan PROMETHEE sesuai dengan permasalahan pada perusahaan.

4. Memberikan kuesioner dan mengambil data-data historis dari perusahaan. Kuesioner disebarkan kepada responden yang mengetahui tentang kinerja supplier. Data-data historis meliputi jumlah keterlambatan kedatangan dan

jumlah kecacatan plat sambung.

4.7.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang menjadi objek pengamatan oleh peneliti. Sampel merupakan subset dari populasi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dimana yang dijadikan sumber informasi adalah orang-orang tertentu yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya sehingga dapat dijadikan sumber informasi.

(72)

sering berinteraksi dengan supplier dan yang paling sering berinteraksi dengan proses penerimaan plat sambung hingga proses pembayaran ke supplier. Responden berjumlah 10 orang yaitu Kepala Seksi Keuangan & Personalia, Staff Bagian Personalia, Asisten Pengadaan Material, Staff Pengadaan Material, Kepala Seksi Teknik dan Mutu, Asisten Seksi Teknik dan Mutu, Kepala Seksi Gudang, Asisten Seksi Gudang, Inspektor, dan Quality Control Incoming

4.8. Pengolahan Data

Pengolahan dilakukan dengan menghitung bobot setiap variabel untuk setiap supplier dengan menggunakan metode AHP. Hasil pembobotan dari pengolahan AHP digunakan sebagai data masukan untuk metode PROMETHEE. Pengolahan PROMETHEE I akan menghasilkan nilai leaving flow (strength atau kelebihan) dan entering flow (weakness atau kekurangan) tiap supplier. Ranking supplier akan ditentukan oleh nilai net flow yang didapatkan pada pengolahan

(73)

Mulai

Susun matriks perbandingan berpasangan

Hitung bobot parsial dan nilai konsistensi

Hitung bobot prioritas

Hitung nilai preferensi dengan

PROMETHEE I

Selesai Penentuan ranking

setiap pemasok dengan PROMETHEE II

(74)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Menurut Sukaria Sinulingga (2013), pada pengumpulan data terdapat dua jenis data yang akan digunakan sebagai pengukuran kinerja supplier, yaitu data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara mencari/menggali secara langsung dari sumbernya oleh peneliti bersangkutan. Data primer yang digunakan adalah wawancara, dan kuesioner. Kuesioner dibagikan dalam 4 tahapan yaitu kuesioner tertutup (kuesioner penentuan kriteria), kuesioner semi terbuka (kuesioner penentuan subkriteria), dan kuesioner AHP (kuesioner tertutup).

Responden yang digunakan dalam kuesioner berjumlah 10 orang, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1. Daftar Responden Kuesioner

No Responden Jumlah (Orang)

1 Kepala Seksi Keuangan & Personalia 1

2 Staff Bagian Personalia 1

3 Asisten Pengadaan Material 1

4 Staff Pengadaan Material 1

5 Kepala Seksi Teknik dan Mutu 1

6 Asisten Seksi Teknik dan Mutu 1

7 Kepala Seksi Gudang 1

8 Asisten Seksi Gudang 1

9 Inspektor 1

10 Quality Control Incoming 1

Total 10

(75)

Data sekunder adalah data yang sudah tersedia oleh pihak lain sehingga tidak perlu lagi digali secara langsung dari sumbernya oleh peneliti. Data sekunder yang digunakan adalah data yang diperoleh langsung dari dokumentasi pihak pabrik seperti nama supplier plat sambung, jumlah pemesanan, jumlah keterlambatan, jumlah kecacatan plat sambung. Langkah selanjutnya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pembuatan dan penyebaran kuesioner.

5.1.1. Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner

Kuesioner dibagikan dalam 4 tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Tahapan pertama merupakan kuesioner tertutup (kuesioner penentuan kriteria). Pada kuesioner ini merupakan penentuan kriteria Dickson yang akan digunakan dalam pengukuran kinerja supplier yang relevan dengan perusahaan.

2. Tahapan kedua merupakan kuesioner semi terbuka (kuesioner penentuan subkriteria). Pada kuesioner ini merupakan penentuan subkriteria penilaian kinerja supplier yang relevan dengan perusahaan. Subkriteria yang digunakan diambil dari referensi penelitian terdahulu yang disesuaikan dengan keadaan perusahaan.

(76)

Kuesioner penentuan kriteria dapat dilihat pada Lampiran 2, kuesioner subkriteria dapat dilihat pada Lampiran 3, dan kuesioner AHP dapat dilihat pada Lampiran 4.

5.1.2. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup (Kuesioner Penentuan Kriteria)

(77)

Tabel 5.2. Rekapitulasi Kriteria Terpilih Berdasarkan Kuesioner Tahap I

Warranties and claim policies (garansi

dan layanan pengaduan) √ √ √ √ √ √ √ √ X √ 9

5.

Production and claim policies (kebijakan

produksi dan klaim) √ √ √ X X X X √ X X 4

Reputation and position in industry

(78)

Tabel 5.2. Rekapitulasi Kriteria Terpilih Berdasarkan Kuesioner Tahap I (Lanjutan)

No Kriteria Dickson

Jawaban Responden

Total

R-1 R-2 R-3 R-4 R-5 R-6 R-7 R-8 R-9 R-10

18.

Packaging ability

(kemampuan pengepakan) √ X √ X X X X X X X 2

19.

Labor relations records

(hubungan dengan

pegawai) X X X X √ X X X X X 1

20.

Geographical location

(Letak geografis) √ X X X √ X √ X √ X 4

21.

Amount of past business

(nilai bisnis terdahulu) X X X X X X X X X X 0

22.

Training aids (alat bantu

pelatihan) X X X X X X X X X X 0

23.

Reciprocal arrangements

(pengaturan hubungan

(79)

Untuk mempersempit lingkup penelitian, kriteria yang dipertimbangkan untuk kuesioner berikutnya yang mendapatkan persetujuan diatas 50% dari jumlah responden sebagai kriteria yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan. Dari hasil rekapitulasi kriteria berdasarkan kuesioner tahap I maka didapatkan 4 kriteria, yaitu kualitas, pengiriman, harga dan garansi & layanan pengaduan.

5.1.3. Rekapitulasi Kuesioner Semi Terbuka

(80)

Tabel 5.3. Rekapitulasi Subkriteria Terpilih Berdasarkan Kuesioner Tahap II

1. Kesesuaian dengan standar mutu

bahan baku yang ditetapkan perusahaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10

1. Kecepatan konfirmasi ketersediaan

pesanan √ √ √ √ √ √ √ √ X √ 9

2. Kemudahan dihubungi √ X X √ X X √ √ X X 4

3. Kecepatan respon terhadap complain X √ √ √ √ X √ X √ √ 7

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Pemasok atau Vendor Dickson Factor Mean Rating Evaluation
Gambar 3.1. Hirarki Lengkap
Gambar 3.4. Grafik Tipe V-shape
Gambar 3.5. Grafik Tipe IV: Level
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kriteria apa saja yang digunakan untuk memilih supplier bahan baku pewarna kain dan menentukan supplier mana yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kriteria yang digunakan pada pemilihan supplier dan memperoleh urutan prioritas supplier bahan baku, sehingga pengambil

Peneliti mengharapkan Bapak/Ibu untuk memberikan jawaban terkait dengan kriteria yang digunakan dalam pengukuran kinerja supplier TBS agar hasil penilaian dapat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kriteria apa saja yang digunakan untuk memilih supplier bahan baku pewarna kain dan menentukan supplier mana yang

supplier menggunakan Metode AHP dan TOPSIS didapatkan supplier bahan baku Merak Jaya Beton dengan performansi terbaik pada masing-masing bahan baku yaitu CV

Penggalian kriteria kinerja dilakukan dengan mengumpulkan kriteria kinerja dari referensi terdahulu sebagai masukan awal untuk menentukan kriteria kinerja yang digunakan oleh

Keputusan dapat diambil berdasarkan hasil dari responden, yaitu penyediaan kuesioner yang berisi perbandingan antara kriteria dan alternatif sebagai perhitungan dalam

Hasil akhir metode AHP yaitu guna mengetahui urutan kriteria mana yang paling utama pada proses pengambilan keputusan dalam pemilihan supplier serta menentukan supplier mana yang