• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU NELAYAN DALAM PERUSAKAN LINGKUNGAN LAUT DI KEPULAUAN DESA SAPEKEN (Studi Pada Masyarakat Nelayan di Desa Sapeken, Kabupaten Sumenep )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERILAKU NELAYAN DALAM PERUSAKAN LINGKUNGAN LAUT DI KEPULAUAN DESA SAPEKEN (Studi Pada Masyarakat Nelayan di Desa Sapeken, Kabupaten Sumenep )"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU NELAYAN DALAM PERUSAKAN LINGKUNGAN LAUT DI KEPULAUAN DESA SAPEKEN

(Studi Pada Masyarakat Nelayan di Desa Sapeken, Kabupaten Sumenep )

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Oleh :

Moh.Usban

Nim : (07230009)

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Moh. Usban Nim : 07230009

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Jenjang : Sarjana Strata

Judul Skripsi : DAMPAK PERILAKU NELAYAN TERHADAP PERUSAKAN LINGKUNGAN LAUT DI KEPULAUAN DESA SAPEKEN (Studi kasus pada Masyarakat Nelayan Desa Sapeken. Kabupaten Sumenep)

Disetujui Untuk Diuji Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Drs. Jaynuri, MSi) (Drs. Imam Hidayat,MSi)

Mengetahui

Dekan FISIP UMM Kajur Ilmu Pemerintahan

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Dipertahankan di hadapan Sidang Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malan Pada tanggal :

Hari : Sabtu

Tanggal : 28 januari

Jam : 10.00-11.00 wib

Tempat : Kajur Ilmu Pemerintahan

Dewan Penguji

1. Drs. Asep Nurjaman,M.Si 2. Dr. Tri Sulistyaningsih. M.Si 3. Drs. Jainuri, M.Si

4. Drs. Imam Hidayat, M. Si

Mengesahkan Dekan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Nama : Moh. Usban

Nim : 07230009

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Jenjang : Sarjana Strata 1 (S-1)

Menyatakan bahwa karya ilmiah atau skripsi yang berjudul DAMPAK

PERILAKU NELAYAN TERHADA KERUSAKAN LINGKUNGAN LAUT DI

KEPULAUAN DESA SAPEKEN (Studi kasus Pada Masyarakat Nelayan Desa Sapeken

Kabupaten Sumenep) adalah bukan merupakan karya orang lain baik sebagian maupun

keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila

pernyataan ini tidak benar kami bersedia mendapatkan sanksi sesuai ketentuan yang

berlaku.

Malang, 25 Januari 2012

Yang Menyatakan,

(5)

BERITA ACARA BIMBINGAN

Tanggal Selesai Bimbingan Skripsi tanggal 25 Januari 2012

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

15 juli 2011 Pengajuan Proposal

25 juli 2011 Revisi Proposal

29 juli 2011 ACC Seminar Proposal

3 agustus 2011 Pengajuan Bab II

8 september 2011 Revisi Bab II

11 september 2011 ACC Bab II

19 januari 2012 Pengajuan Bab III, IV,V

20 januari 2012 ACC Bab III,IV ,V

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, dan sesungguhnya hanya dari karena

dan kuasa semata, segala apa yang diupayakan dapat terlaksana dengan atas izinNya. Dan tak

lupa Solawat serta salam tetap tercurahkan bagi junjungan umat Nabi Muhammad SAW, serta

keluarga dan para pengikutnya yang menghantarkan pada ajaran selamat yang insya Allah di

ridho'I oleh Allah SWT.

Dengan penuh ucap syukur, Skripsi yang berjudul "Perilaku Nelayan Dalam Perusakan

Lingkungan Laut Di Kepulauan Desa Sapeken" telah terselesaikan dengan baik dan dengan

penuh harapan, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang

berkepentingan dan untuk memenuhi salah syarat bagi penulis guna mencapai gelar Sarjana Ilmu

Sosial.

Dalam kesempatan ini, penulis lanyaknya mengucapkan terima kasih dan rasa hormat

yang tulus untuk di sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan

dorongan hingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini tanpa hambatan yang berarti.

Selayaknya Ucapan terima kasih ini ditujukan kepada:

1. Bapak. Drs. Muhajir Effendi, MAP. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang

2. Bapak.Dr.Wahyudi, Msi. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

3. Bapak Dr. Tri Sulistyaninggsih, Msi. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

4. Bapak. Drs. Jaynuri, Msi. Selaku Dosen Pembimbing I

5. Bapak. Drs. Imam Hidayat, Msi. Selaku Dosen Pembimbing II

6. Ayahanda dan Ibunda (Paleba dan Baiduri) juga kakak (Ainaini,Rumaiyah, dan Hasmi) dan

adikku (Nurhalimah dan Nurhamimah) yang telah memberikan dorongan baik moril maupun

materil kepada penulis sehingga mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan Skripsi ini.

7. Sahabat dan rekan-rekan semua yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan masukan, baik langsung maupun tidak langsung sehingga Skripsi ini dapat

(7)

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu

segal kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

skripsi ini, sehingga nantinya akan lebih bermanfaat khusunya bagi penulis sendiri dan para

pembaca pada umumnya.

Malang,

(8)

DAFTAR ISI

E. Definisi Konsep dan Definisi Operasional………. 13

F. Metode Penelitian……… 17

(9)

1. Kondisi Geografis Desa Sapeken………. 56 2. Kondisi Sosial Desa Sapeken……….. 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Perilaku Nelayan……… …75

B. Dampak Perilaku Nelayan Bahan Kimia……….. …100 C. Impilkasi Hasil Penelitian………. 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……….. 112

B. Saran……… 113

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Hudijono dan Nasru Alam Azis,2001,lonceng Kematian Suku Bajo, Harian Kompas , edisi Jumat, 8 Juni 2001,Jakarta

Bagong dan Sutinah. 2008. Metode Penelitian :Berbagai Pendekatan Alternatif .Jakarta :Kencana.

Dahuri, Rokhmin et. Al. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Hamidi,2007 Metode Penelitian dan teori komunikasi ,Pendekatan Praktis Penulisan Proposal Dan Laporan Penelitian

Marsi Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Sosial.BP3S,Jakarta, 1989

Moleong, J. Lexy, 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung PT. Remaja Rosda Karya

Rachmad K. Dwi Susilo, 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern. Ar-Ruzz Media, Jogjakarta Soehartono, Irawan. 2008. Metode Penelitian Sosial. Pt.Remaja Roasdakarya: Bandung,

Sanapiah Faisal. 1990. Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta PT. Grafindo Persada

Sumber lain

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai bangsa maritim yang memiliki pantai terpanjang

didunia, dengan garis pantai lebih 81.000 km. 67.439 desa di Indonesia, kurang

lebih 9.261 desa dikatagorikan sebagai desa pesisir. Disamping sebagai negara

maritim Indonesia juga merupakan negara kepuluan terbesar di dunia dengan

17.508 pulau. Hal ini menyebabkan sebagian besar masyarakat tinggal dan

menempati daerah sekitar wilayah pesisir dan menggantungkan hidupnya sebagai

nelayan. Sedangkan potensi lestari sumber daya perikanan laut Indonesia

diperkirakan sebesar 6,40 juta ton per tahun. Dari potensi tersebut, jumlah tangkap

yang diperbolehkan sebesar 5,12 juta ton per tahun atau sekitar 80% dari potensi

lestari.1 Potensi-potensi tersebut perlu di kelola dengan secara terpadu agar dapat

di manfaatkan secara berkelanjutan.

Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan

keanekaragaman sumber daya alamnya, baik sumberdaya yang dapat pulih

(renewable resources) seperti perikanan tangkap nada budidaya, ekosistem hutan

mangrove, dan ekosistem terumbu karang) maupun sumberdaya yang tidak dapat

1

(12)

pulih (non-renewable resources) seperti minyak dan gas bumi serta mineral atau

bahan tambang lainnya). dan jasa lingkungan, seperti pariwisata bahari, industri

maritim, jasa angkutan dan sebagainya. Indonesia dikenal sebagai negara dengan

kekayaan keanaekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar didunia, karena

memiliki ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, terumbu karang, dan padang

lamun (sea grass) yang sangat luas dan beragam. (Dahuri, Rokhmin et. Al. 2001)2.

Sumber daya alam khususnya di wilayah pesisir dan lautan memiliki arti

strategis yang besar karena:

1. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan dan jumlah penduduk

serta semakin menipisnya sumberdaya alam di daratan, maka sumberdaya

kelautan akan menjadi tumpuan bagi kesinambungan pembangunan ekonomi

nasional dimasa mendatang;

2. Pergeseran konsentrasi kegiatan ekonomi global dari poros Eropa Atlantik

menjadi poros Asia Pasifik yang diikuti dengan perdagangan bebas dunia

tahun 2020, tentu akan menjadikan kekayaan sumberdaya kelautan Indonesia,

khususnya di KTI (Kawasan Timur Indonesia), sebagai aset nasional dengan

keunggulan komparatif yang harus dimanfaatkan secara optimal;

2

(13)

3. Dalam menuju era industrialisasi, wilayah pesisir dan lautan menjadi prioritas

utama sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, pariwisata, agrobisnis,

agroindustri, pemukiman, transportasi dan pelabuhan. Kondisi ini

menyebabkan banyak kota-kota yang terletak di wilayah pesisir terus

dikembangkan dalam menyambut tatanan ekonomi baru dan kemajuan

industrialisasi. Tidak mengherankan jika sekitar 65% penduduk Indonesia

bermukim di sekitar wilayah pesisir.

Potensi konflik dalam masyarakat pesisir terkait dengan pola kepemilikan

dan penguasaan terhadap sumberdaya alam. Sifat dari pola kepemilikan dan

penguasaan sumberdaya alam wilayah pesisir itu sendiri dapat dikelompokkan

menjadi empat, yaitu: (1) tanpa pemilik (open access property); (2) milik

masyarakat atau komunal (common property); (3) milik pemerintah (public state

property); (4) milik pribadi (quasi private property).3

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi

laut yang sangat besar. Namun, selama ini potensi laut tersebut belum

termanfaatkan dengan baik dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa pada

umumnya, dan pemasukan devisa negara khususnya. Bahkan, sebagian besar hasil

pemanfaatan laut selama ini justru “lari” atau “tercuri” ke luar negeri oleh para

3

(14)

nelayan asing yang memiliki perlengkapan modern dan beroperasi hingga perairan

Indonesia secara ilegal.

Dalam konteks inilah upaya pemanfaatan laut Indonesia secara maksimal

tidak saja tepat tetapi juga merupakan suatu keharusan. Pertanyaan yang timbul

kemudian adalah pemanfaatan laut yang bagaimana? Seharusnya adalah

pemanfaatan laut yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya pada

masyarakat secara lestari. Dalam konteks inilah kerjasama dalam pengelolaan

potensi sumberdaya tersebut sangat diperlukan, karena yang diinginkan bukan

saja peningkatan hasil pemanfaatan laut, tetapi juga pemerataan hasil pemanfaatan

yang dinikmati seluas- luasnya oleh masyarakat.

Dengan hadirnya otonomi daerah tahun 1999, Indonesia telah mengalami

perubahan yang amat besar dalam sistem hukumnya. Pengelolaan pesisir dan

sumberdaya alam lainnya telah berganti dari pemerintah pusat ke pemerintah

daerah, dan bidang legislatif dianggap memiliki peran lebih besar dalam

menyusun dan mengawasi peraturan perundang-undangan. Pengelolaan

sumberdaya pesisir juga mendapat perhatian lebih besar sejalan dengan

dibentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Sejalan dengan era

otonomi, sejak tahun 2001 Pemda mempunyai kewenangan yang jelas dalam

(15)

sesuai Pasal 10 UU No. 22/99. Namun kapasitas Pemda untuk mengelola potensi

sumberdaya tersebut masih relative terbatas, khususnya pembangunan kelautan

non-perikanan. Disisi lain sumberdaya kelautan tersebut dimanfaatkan berbagai

pihak secara tidak bertanggung jawab (intruders) seperti destructive fishing,

pencurian ikan di laut, serta reklamasi pantai yang kurang memperhatikan

kelestarian lingkungan.

Pulau Madura khususnya di Kabupaten Sumenep memiliki beberapa pulau

terpencil tepatnya di pulau Sapeken, Kawasan kepulauan Sapeken di ujung timur

Kabupaten Sumenep menyimpan potensi yang luar biasa sumber daya alam

apalagi sumber daya manusianya. Kepulauan Sapeken terdiri 11 pulau kecil dan

besar. Seluruhnya secara administratif menjadi satu kecamatan yaitu Kecamatan

Sapeken, dengan pulau Sapeken sebagai pusat kecamatan. Secara geografis

sebenarnya kawasan ini lebih dekat dengan Bali, tetapi entah dengan

pertimbangan apa, akhirnya kawasan ini menjadi salah satu kecamatan dari

kepulauan Sumenep Madura. Walaupun dalam kawasan Pulau Madura tapi pulau

ini di huni oleh warga keturunan suku Bajo, Mandar dan bugis dari Bone Sulawsi

Selatan. Suku Bajo berasal dari “ manusia perahu “, suatu komunitas yang

hidupnya lebih banyak di habiskan di atas perahu untuk mencari pelbagai potensi

(16)

membangun permukiman, itu pun tidak lepas dari laut. Masyarakat suku bajo ini

banyak menyebar di pelbagai wilayah Indonesia termasuk di pulau Sapeken.4

Pola kerja masyarakat nelayan desa Sapeken di dalam melaut atau mencari

ikan bervariasi, ada yang mencari ikan atau melaut hanya satu hari, satu minggu

dan satu bulan. Namun para nelayan umumnya turun kelaut sekitar jam enam

pagi. Nelayan Sapeken di dalam menangkap ikan menggunakan tiga macam alat

tangkap yang masih di anggap ekonomis oleh para nelayan. Ketiga alat tangkap

itu terdiri dari pancing, jaring dan rawe. Ketiga ini di pergunakan sesuai dengan

spesialis ikan yang akan di tangkap. Nelayan di dalam memasarkan ikannya tidak

menggunakan perantara tengkulak, mereka kebanyakan langsung menjual sendiri

ke gudang yang telah lama menjadi mitra kerja para nelayan. Modal pinjaman dari

pihak swasta yang selama ini masih kurang dan jumlahnya juga sedikit.

Sedangkan modal pinjaman dari pihak pemerintah daerah maupun pusat belum

ada sama sekali. Kondisi sosial dan budaya masyarakat desa sapeken ini sudah

berjalan dengan baik.

Sebelum tahun 1990 an keadaan lingkungan di Kepulauan Desa Sapeken,

Kecamatan Sapeken sangat mendukung, masyarakat dalam mencari ikan juga

mempergunakan peralatan tradisional berupa kapal ketek (sampan/kapal kecil

4

(17)

yang terbuat dari kayu), pancing, jala dan lain-lain dimana penangkapan ikan

masih dilakukan dengan peralatan tradisional dengan hasil yang juga tidak begitu

besar. Seiring dengan perkembangan zaman masyarakat mulai mengenal peralatan

kimia diantaranya adalah potasium (kalium) dan bahan peledak seperti, bom untuk

menangkap ikan di laut hasilnya memang dapat meningkatkan hasil tangkapan

tetapi dampaknya jelas lingkungan laut menjadi rusak dan bisa berakibat fatal

pada pelakunya jika terjadi kesalahan dalam menggunakannya yaitu, kematian.

“Tak kan ada ikan di meja makan, tanpa ada jerih payah nelayan...”

Itulah sepenggal bait nyanyian yang pernah populer lewat media tayangan

Televisi Republik Indonesia. Suatu tayangan yang sedemikian sering kala itu,

pada stasiun TV satu-satunya; merupakan upaya berskala luas untuk

mengingatkan kepada kelompok sosial lain akan peran nelayan yang telah

memberikan andil yang tidak kecil dalam pemenuhan sebagian kebutuhan pangan.

Sudah sewajarnya pekerjaan sebagai nelayan juga memperoleh tempat yang

terhormat dalam pergaulan sosial kemasyarakatan. Lebih lanjut, dalam bait

nyanyian tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa di meja makan

kecuali tersaji ikan, juga ada sajian pokok; yaitu nasi, keduanya sebagai

(18)

Perubahan dari nelayan sederhana menjadi nelayan yang menggunakan

bahan kimia seperti potassium (kalium) dan bahan peledak seperti ,bom tentunya

membawa perubahan pada lingkungan sosial masyarakat. Perubahan lingkungan

sosial masyarakat nelayan bisa berdampak positif maupun negatif bagi kehidupan

sosial masyarakat nelayan di kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken.

Dampak positif adalah meningkatkan jumlah tangkapan ikan, banyaknya

tangkapan ini akan berdampak pada kehidupan sosial ekonomi para nelayan

dimana kebutuhan sekunder para nelayan seperti televisi, kendaraan dan lain-lain

dapat dipenuhi dengan meningkatkan pendapatan. Perubahan dari nelayan yang

berdampak negatif bagi kehidupan sosial masyarakat nelayan di Kepulauan Desa

Sapeken, Kecamatan Sapeken.

Kerusakan akibat penggunaan potassium dan bahan peledak seperti, bom

adalah rusaknya dan hancurnya terumbu karang yang merupakan tempat dimana

ikan-ikan berkembang biak. Disamping itu penggunaan potassium dan bahan

peledak juga mengakibatkan ikan-ikan yang tidak menjadi sasaran tangkap seperti

ikan-ikan kecil menjadi ikut mati karena keracunan sehingga dengan cepat akan

mengakibatkan ikan menjadi habis. Dampak negatifnya adalah penggunaan bahan

kimia Potasium dan bahan peledak adalah menimbulkan kerusakan lingkungan.

(19)

dari potassium dan bahan peledak yaitu nelayan sudah menyadari bahwa laut tidak

mungkin diambil hasilnya dengan menggunakan bahan kimia tersebut seterusnya

karena ikan akan cepat habis dan lingkungan menjadi rusak sehingga hasil ikan

akan cenderung semakin menurun sehingga perlu adanya kesadaran bahwa laut

harus dijaga kelestariannya.

Tetapi ada juga nelayan yang tidak peduli dengan kelestarian alam mereka

yang tidak peduli dengan keadaan kelestarian laut tersebut dan hanya

mementingkan diri sendiri akan berusaha untuk mendapatkan ikan dengan cara

apapun termasuk penggunaan bahan kimia yang berbahaya bagi kelangsungan

hidup hayati ikan. Ikan-ikan yang seharusnya berkembang biak malah sebaliknya

menjadi cepat habis karena tidak tahan dengan bahan-bahan beracun tersebut,

begitu pula terumbu karang akan menjadi rusak akibat ulah manusia yang

menggunakan bahan bahan kimia sebagai alat untuk menangkap ikan. Terumbu

karang yang seharusnya tumbuh dengan baik menjadi rusak dan tidak bisa

berkembang, padahal terumbu karang tersebut adalah seharusnya dijaga dan

dilindungi dengan baik.

Sejak krisis moneter sekitar tahun 1997 banyak masyarakat yang mulai

berfikir untuk mencari cara agar bagaimana cepat mendapat ikan demi untuk

(20)

bahan kimia potassium dan bahan peledak seperti bom untuk menangkap ikan,

yang tentunya hal ini diperoleh para nelayan dari toko-toko yang menjual bahan

kimia tersebut secara gelap, ada juga sebagian yang diperolehnya dari sesama

nelayan. Antara sesama nelayan mereka akan saling membagi karena

kebersamaan mereka adalah yang diperlukan dalam menjaga keharmonisan

hubungan sesama nelayan.

Adanya ketidaksepahaman dapat menimbulkan konflik-konflik yang

merubah tatanan sosial bila konflik berkembang akan menimbulkan perubahan

lingkungan sosial pada nelayan di Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken.

Bagi nelayan yang menyadari pentingnya kelestarian alam laut akan

mengingatkan pada nelayan yang menggunakan bahan kimia potassium dan bahan

peledak karena hal tersebut juga akan mematikan usaha nelayan yang lainnya.

Perilaku masyarakat nelayan yang dianggap salah dengan menggunakan

bahan kimia tersebut akan berhadapan dengan masyarakat nelayan yang tidak

menggunakan bahan kimia sehingga menyimpan potensi konflik diantara

keduanya. Hal inilah yang menarik untuk diteliti pada masyarakat nelayan di

Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep di mana

dengan perilaku tersebut memberikan dampak yang negatif bagi kawasan perairan

(21)

Keberadaan bahan kimia potassium dan bahan peledak sekalipun bersifat

merusak erat kaitannya dengan keberadaan mata pencaharian hidup masyarakat

nelayan. Sehingga pada perkembangannya, mempengaruhi pembentukan perilaku

yang terdapat pada sebagian anggota masyarakat nelayan pada saat ini yaitu

keinginan untuk menangkap ikan dengan cara yang lebih mudah. Pertimbangan

ini menyebabkan perilaku yang lebih mementingkan kebutuhan secara ekonomis

penggunaan potassium dan bahan peledak oleh sebagian masyarakat merupakan

usaha yang telah menjadi komoditi tersendiri dan menjadi alternatif peningkatan

pendapatan mata pencaharian anggota masyarakat. Sebagai komoditi, maka

prinsip pasar berlaku yaitu apabila jumlah permintaan semakin tinggi sedangkan

jumlah yang tersedia tetap, maka akan semakin tinggi pula harganya. Prinsip pasar

ini terutama berlaku dalam perkembangan jumlah tangkapan ikan.

Sebagian masyarakat nelayan yang tidak menggunakan potassium dan

bahan peledak untuk mengekspresikan segala persoalan lingkungan hidup yang

mereka hadapi melalui proses interaksi yang terjadi dalam ruangan sosial yang

ada di masyarakat sehingga perilaku masyarakat nelayan akan bersinggungan satu

(22)

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perilaku nelayan dalam perusakan lingkungan laut di

Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken ?.

2. Bagaimanakah dampak dari perilaku nelayan dalam perusakan

lingkungan laut di Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui perilaku nelayan dalam perusakan lingkungan laut di

Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken.

2. Untuk mengetahui dampak dari perilaku nelayan dalam perusakan

lingkungan laut di Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Bagi nelayan

Sebagai referensi atau informasi bagi nelayan tentang bahaya

(23)

b. Bagi kalangan akademik,

Sebagai bahan referensi khususnya untuk Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik (FISIP) khususnya Jurusan Ilmu Pemerintahan,

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang hendak melakukan

penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat dijadikan sebagai informasi kepada pemerintah Kabupaten

Sumenep khususnya di Kepulauan Desa Sapeken untuk membuat

kebijaksanaan strategi untuk melestarikan perairan di kawasan tersebut

b. Dapat dipergunakan sebagai masukan serta bahan pertimbangan bagi

siapa saja yang memiliki minat terhadap lingkungan nelayan

E. Definisi Konsep dan Definisi Operasional 1. Definisi Konsep

Dalam pembuatan skripsi haruslah dapat dihindari adanya

kesalahpahaman dalam penelitian. Salah satu hal yang mutlak diperhatikan

adalah konsep, yang mana konsep ini didasarkan dari judul.

Untuk itu beberapa konsep yang di gunakan harus di jelaskan

melalui batasan-batasan/definisi secara jelas. Menurut Singarimbun dan

(24)

terpenting dan merupakan definisi yang dipakai oleh peneliti untuk

menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial dan alami’’.5

Definisi konsep dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Perilaku Nelayan

Perilaku didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan

atau dialami seseorang Dalam pengertian yang lebih sempit perilaku

dapat dirumuskan hanya mencakup reaksi yang dapat diamati secara

umum atau obyektif Chaplin dan Hamidi dengan judul bukunya metode

penelitian dan teori komunikasi (2007:100).6 Menurut Walgito

(2003:13), yang dimaksud perilaku atau aktivitas dalam pengertian

yang luas yaitu perilaku yang menampak (overt behavior) dan perilaku

yang tidak menampak (inner behavior), demikian pula

aktivitas-aktivitas tersebut disamping aktivitas-aktivitas motorik juga termasuk aktivitas-aktivitas

emosional dan kognitif.7 Sedangkan nelayan adalah orang yang

beraktivitas dalam penangkapan ikan. Jadi perilaku nelayan adalah

segala sesuatu yang dilakukan oleh nelayan dalam menangkap ikan,

yang dalam hal ini adalah nelayan potassium dan bahan peledak.

5

Marsi Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Sosial.BP3S,Jakarta, 1989 hal.17

6

Hamidi. 2007. Metode Penelitian danTeori Komunikasi ,Pendeketan PraktisPenulisan Proposaldan Laporan Penelitian.Malang:UMMPress hal 100

7

(25)

2. Perusakan Lingkungan Laut

Lingkungan laut, juga sebagai sumber daya alam potensial.

Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah

manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengerusakan hutan

bakau, merupakan kegiatan-kegiatan manusia yang mengancam

kelestarian laut dan pantai.8

Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai

disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang

merupakan pelindung alami terhadap gempuran ombak.

Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat

dilakukan dengan cara:

a. Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman

bakau di areal sekitar pantai dan laut.

b. Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai

maupun didasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan

tanaman laut,

8

(26)

c. Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam

mencari ikan.

3. Perilaku nelayan dalam menangkap ikan.

Aktivitas manusia lainnya yang juga merusak ekosistem laut

secara langsung adalah penangkapan ikan tidak ramah lingkungan

dengan menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti sianida dan bahan

peledak yang dapat menyebabkan kematian hewan-hewan karang dan

kerusakan secara fisik terumbu karang. Penggunaan bahan peledak dan

racun dalam penangkapan ikan karang menimbulkan efek samping

yang sangat besar. Selain rusaknya ekosistem laut dan terumbu karang

yang ada di sekitar lokasi peledakan, juga dapat menyebabkan

kematian organisme lain yang bukan merupakan target. Sementara

praktek pembiusan dapat mematikan zooxanthella hewan penyusun

karang sehingga karang menjadi berubah warna yang akhirnya mati

serta ikan-ikan lainnya ikut mati yang tidak menjadi target. Oleh sebab

itu, penggunaan bahan peledak (bom) dan bahan beracun (potas)

berpotensi menimbulkan kerusakan yang luas terhadap ekosistem

(27)

2. Definisi Operasional

Definisi operasional mempunyai tujuan untuk menjelaskan

identifikasi konsep yang lebih akurat untuk di amati. Dimana berkaitan

dengan kegiatan apa saja yang harus dilakukan dalam memperoleh data

indikator yang menunjukkan konsep yang di maksud. Maka dari itu dapat

dirumuskan beberapa indikator penelitian sebagai berikut:

Mengenai definisi operasional masing-masing variabel adalah:

1. Perilak Nelayan

a. Pemakaian alat untuk menangkap ikan

b. Usaha-usaha yang dilakukan dalam perusakan lingkungan laut

2. Dampak Perilaku Nelayan

a. Kerusakan fisik lingkungan

b. Kerusakan sosial

c. Pola hubungan manusia

d. Pola hubungan ekonomi

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk memperoleh

data yang diperlukan agar tercapai tujuan dari penelitian tersebut. Penelitian ini

(28)

nelayan dalam pengerusakan lingkungan laut di Kepulauan Desa Sapeken,

Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep.

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif

dalam bentuk kualitatif. Hal ini dipilih karena yang menjadi subyek dari penelitian

ini adalah manusia disamping itu dengan menggunakan jenis penelitian ini penulis

dapat menggambarkan atau melukiskan fenomena-fenomena sedemikian rupa

secara sistematis, faktual serta aktual dari data yang diperoleh di lapangan.9

Sebagai penelitian fenomenologis yang dilakukan ini adalah berusaha untuk

memberikan gambaran yang jelas tentang perilaku negatif nelayan potassium

dalam pengerusakan lingkungan laut di Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan

Sapeken, dalam menangkap ikan.

Pendekatan kualitatif berasumsi bahwa manusia adalah makhluk yang

aktif, yang mempunyai kebebasan kemauan, yang perilakunya hanya dapat

dipahami dalam konteks budayanya, dan yang perilakunya tidak didasarkan pada

hukum sebab akibat.

9

(29)

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilakukan untuk

mendapatkan informasi serta data-data yang diperlukan oleh peneliti untuk

menunjang penelitian. Lokasi penelitian ini dilaksanakan secara sengaja di

Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep

dikarenakan lokasi penelitian merupakan daerah tempat peneliti bertempat tinggal,

sehingga akan lebih lanjut mudah bagi peneliti untuk mendapatkan data baik dari

masyarakat nelayan maupun dari instansi yang terkait dengan penelitian nantinya.

Selain itu akan lebih mempermudah peneliti untuk berinteraksi dengan

masyarakat sehinnga mempermudah peneliti untuk mendapatkan data dari para

responden.

3. Subyek Penelitian atau Informan

Menurut Spradley dalam Sugiono (2005:49) dalam penelitian kualitatif

tidak menggunakan istilah populasi, tetapi dinamakan “social situation” atau

situasi social yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actor),

dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Berdasar pada pendapat

tersebut maka dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena

penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial

(30)

ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial

pada kasus yang dipelajari. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian

adalah:

1. Tempat (place) adalah Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken

2. Pelaku (actor) adalah nelayan potassium dan bahan peledak di Kepulauan Desa

Sapeken, Kecamatan Sapeken

3. Aktivitas (activity) yaitu perilaku nelayan potassium dan bahan peledak di

Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken.

Informan dalam penelitian ini adalah yang dapat diambil sebagai berikut:

1. Petugas Dinas Perikanan dan Kelautan

2. Kepala Desa

3. Masyarakat nelayan yang terdiri dari, ketua perkumpulan nelayan

(1) ,pemimpin dalam kapal (1), bagian pemasangan jaring ke laut

(2), bagian pengambilan ikan (2), dan pengumpulan ikan (2).

4. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data adalah cara yang di pergunkan untuk

(31)

sesuai dengan kerangka metode penelitian, Sehingga dalam penelitian ini tehnik

pengumpulan data yang di gunakan adalah.10

a. Interview (wawancara)

Yaitu cara pengumpulan data yang mengharuskan seseorang peneliti

mengadakan kontak langsung secara lisan dan tatap muka dengan sumbernya

maupun dalam situasi yang sengaja digunakan untuk keperluan tersebut.

Alasan menggunakan teknik ini agar data yang diperoleh bersifat faktual dan

akurat karena berasal dari sumber langsung.

Sedangkan jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara

terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terinci mengenai

pokok permasalahan yang diteliti. Bentuk pertanyaan terstruktur bersifat

lengkap, mendetail, dan faktual, yang disampaikan secara tertulis maupun

secara lisan. Wawancara tidak berstruktur, yaitu teknik wawancara yang hanya

memuat garis besar yang akan ditanyakan saja. Adapun tujuan dari wawancara

ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang perilaku nelayan potasium di

Kepulauan Desa Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep.

10

(32)

b. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data di mana peneliti melakukan

pengamatan secara langsung terhadap suatu benda, kondisi atau perilaku

masyarakat desa. Data yang dapat diperoleh melalui observasi adalah :

1) Peneliti dapat melihat dan mengamati secara langsung obyek yang akan

diteliti.

2) Observasi dapat dilakukan kapan saja tanpa mengenal waktu.

3) Dokumentasi, teknik dokumentasi yaitu cara pengambilan data dengan

menyelidiki benda seperti buku atau catatan lain yang berkaitan dengan

data yang diperlukan. Adapun tujuannya adalah;

a. Memperoleh gambaran tentang sejarah keberadaan Kepulauan Desa

Sapeken, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep

b. Memperoleh gambaran hasil-hasil yang sudah dicapai, perkembangan,

(33)

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengambilan data yang tidak

langsung ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumentasi yang

diteliti dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi.11

5. Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah salah satu sumber data yang di peroleh secara

langsung peneliti dari nara sumber yang dapat dipercaya dalam memberikan

informasi yang berkaitan dengan judul peneliti. Data primer dalam penelitian

ini seperti orang (masyarakat nelayan) yang terlibat langsung di dalamnya.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di gunakan untuk mendukung data

primer. Data sekunder tersebut adalah dokumen-dokumen resmi, koran-koran

maupun internet atau televise, perundang-undangan yang berhubungan

dengan dan berkaitan dengan penelitian ini serta masyarakat umum yang juga

menjadi bagian penting dalam penelitian.

11

(34)

6. Teknik Analisa Data

Dalam suatu penelitian setelah proses pengumpulan data selesai dilakukan

maka data-data yang telah diperoleh disusun, diolah, dianalisa, dan disajikan

untuk mendapatkan interprestasi. Peneliti menggunakan analisa diskriptif

kualitatif. Deskriptif maksudnya adalah penyajian data penelitian kedalam bentuk

kata-kata atau gambar daripada angka. Laporan hasil penelitian berisi

kutipan-kutipan dari data sebagai ilustrasi dan memberikan dukungan atas apa yang

disajikan. Data ini meliputi hasil wawancara, catatan lapangan dokumen pribadi,

memo dan catatan-catatan resmi lainnya. Deskripsi laporan penelitian seringkali

berisi kutipan yang bermaksud memberikan gambaran dalam bentuk narasi situasi

tertentu atau pandangan tertentu.

Analisa data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan

oleh data.12

Dalam analisa data, penulis menggunakan teknik analisa data deskriptif

kualitatif yaitu data yang telah dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan angka–

12

(35)

angka sebagai pendukung. Dengan menggunakan teknik atau metode ini, penulis

berupaya untuk dapat menggambarkan atau melukiskan sedemikian rupa secara

sistematis, faktual serta aktual dari data yang diperoleh di lapangan.

Adapun tahap-tahap yang ditempuh dalam menganalisa data, sebagai

berikut:

1. Pengumpulan data, yaitu data dikumpulkan sedemikian rupa dengan

menggolongkan dan membuang yang tidak perlu kemudian diolah untuk

proses yang selanjutnya. Pengumpulan data ini terdiri dari:

a) Mengedit data, yaitu memeriksa data yang terkumpul apakah sudah

lengkap dan benar sehingga siap untuk diproses lebih lanjut.

b) Klasifikasi data, yaitu menyeleksi data yang terkumpul sesuai dengan

sumber data masing-masing.

2. Reduksi data adalah bentuk analisa yang mempertegas, memperpendek,

membuat focus, membuang hal yang tidak penting, dan mengatur data

sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan. Reduksi

data berlangsung terus- menerus selam penelitian berlangsung.

3. Penyajian data, yaitu berupa sekumpulan informasi tersusun yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

(36)

macam kebutuhan, kemudian dilakuka pengolahan data dengan cara

mengklasifikasikan dalam bentuk uraian.

4. Menulis kesimpulan atau verifikasi, yaitu merumuskan kesimpulan

secara rinci.

Dalam hal ini setelah data diolah, maka diambil beberapa

alternatif yang terbaik atau dijadikan sebagai bahan penyampaian

informasi dan pengambilan keputusan.13

13

Referensi

Dokumen terkait

Judul :Partisipasi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Front Penyelamat Lingkungan (FPL) dalam Proses Konservasi Lingkungan Laut di Kecamatan Sapeken Kabuten

Akan tetapi, pada kenyataannya yang terjadi pada masyarakat pesisir/pelaut sumber daya laut tersebut itu baik ikan, terumbu karang, wisata bahari, gas alam, mineral dan

Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/ atau vokasi.11 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sudut pandang atau pandangan masyarakat nelayan

Penelitian diharapkan dapat diajadikan sebagai bahan informasi bahwa motivasi kerja dan persepsi nelayan terhadap konflik kelompok penting bagi para nelayan sehingga pimpinan

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terpusat pada fenomena yang terkait dengan pandangan masyarakat nelayan terhadap sanitasi lingkungan pada masyarakat nelayan Desa

“Profesi nelayan merupakan profesi yang paling lama digeluti oleh masyarakat Desa Tamasaju karena mayoritas daerahnya berada di pesisir pantai, sehingga hanya mengandal

Dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang penulis lakukan, peneliti menyimpulkan makna ritual sedekah laut menurut masyarakat nelayan Desa Kluwut,

Trimades – P2O LIPI (2010) melaporkan bahwa di wilayah pesisir Bintan Timur potensi konflik pemanfaatan antara stakeholders cukup tinggi, terutama antara masyarakat nelayan