• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Daya Kelembaban Minyak Zaitun (Olea europaea) Dan Gliserol Dalam Sediaan Krim Tangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Daya Kelembaban Minyak Zaitun (Olea europaea) Dan Gliserol Dalam Sediaan Krim Tangan"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN DAYA KELEMBABAN MINYAK ZAITUN

(Olea europaea) DAN GLISEROL DALAM

SEDIAAN KRIM TANGAN

SKRIPSI

OLEH:

CUT YUNITA SAVITRI NIM 091524053

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PERBANDINGAN DAYA KELEMBABAN MINYAK ZAITUN

(Olea europaea) DAN GLISEROL DALAM

SEDIAAN KRIM TANGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

CUT YUNITA SAVITRI NIM 091524053

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PERBANDINGAN DAYA KELEMBABAN MINYAK ZAITUN (Olea europae) DAN GLISEROL DALAM

SEDIAAN KRIM TANGAN

OLEH:

CUT YUNITA SAVITRI 091524053

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Agustus 2011

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt. NIP 195111021977102001 NIP 195807101986012001

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001

Pembimbing II,

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. NIP 19501117198002201 Dra. Saodah, M.Sc., Apt.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan penulis kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan penelitian

dan penulisan skripsi ini. Terima kasih tidak terhingga kepada Ayahanda Barrul

Walidin dan Ibunda Cut Ratna Dewi, b’ Syibran, b’ Putra, b’Pon, cutkak,k’Meidi,

k’Ifri, k’Mali, k’Yuni yang memberikan do’a dan dorongan demi suksesnya

penulis.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Saodah, M.Sc., Apt., selaku

dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama

melakukan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas

Farmasi, Bapak Drs. Muchlisyam, M.Si.,Apt., sebagai dosen penasehat

akademik penulis, beserta seluruh staf pengajar Fakultas Farmasi USU

Medan yang telah mendidik penulis.

2. Ibu Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt, Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt.,

dan Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran dan kritikan kepada penulis hingga selesainya penulisan

skripsi ini.

3. Staf Laboratorium Teknologi Formulasi Sediaan Cair dan Semi Solid

(Farmasetika) yang telah memberikan petunjuk dan saran serta fasilitas

(5)

4. Teman-teman penulis, Teti, Rika, Ika, Dara, Srie, Anna, Hartie, Safrina, Ain,

K’Nda, K’ Memel, K’Lel, Hetty, Izza, Ayu dan rekan-rekan Farmasi

Ekstensi angkatan 2009 lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu, yang

telah memberikan bantuan, saran, dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu

penulis dengan kerendahan hati bersedia menerima kritikan dan saran yang

membangun dari kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Agustus 2011 Penulis,

(6)

ABSTRAK

Minyak zaitun adalah salah satu contoh bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit. Minyak zaitun mengandung zat-zat minyak, berbagai vitamin, dan sejumlah kecil mineral. Minyak zaitun merupakan pelembab yang baik untuk melembabkan kulit wajah dan tubuh. Gliserol juga dapat digunakan sebagai pelembab dimana dapat mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum.

Berdasarkan fungsi dari minyak zaitun dan gliserol dicoba untuk melakukan penelitian dengan membandingkan minyak zaitun dan gliserol yang dibuat menjadi sediaan hand cream. Minyak zaitun dan gliserol diformulasikan dalam krim tipe m/a untuk membuat sediaan yang berfungsi sebagai pelembab.

Telah dilakukan penelitian terhadap minyak zaitun dan gliserol dalam dasar krim m/a (minyak/air) sebagai pelembab. Konsentrasi minyak zaitun dan gliserol yang digunakan adalah 0,5%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12%. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan, antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Pada penyimpanan selama 12 minggu sediaan krim minyak zaitun dan gliserol adalah stabil atau tidak mengalami perubahan warna, bau, maupun pecahnya emulsi. Sediaan krim minyak zaitun mempunyai pH 7,4 – 7,63, sedangkan gliserol mempunyai pH 7,5 – 7,67. Sediaan krim yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi minyak zaitun dan gliserol yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Tetapi kemampuan minyak zaitun untuk mengurangi penguapan air dari kulit lebih besar daripada gliserol.

(7)

ABSTRACT

Olive oil is one of natural material can be as moisturizing skin. Olive oil contain substance of oil, some kind of vitamin, and few mineral. Olive oil is good moisturizing for face and body. Glycerol also can be used as moisturizer.

Based on the function of olive oil and glycerol can be tried to do a research compare moisturizers of olive oil and glycerol is made to be hand cream. Olive oil and gliserol was formulated in a type of cream o/w to made preparations used to as moisturizer.

A research has been done to the olive oil and glycerol in o/w (oil/water) cream base as natural moisturizer in cream preparations. The concentration of olive oil and glycerol used were 0.5%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, and 12%. Some test have been done to the preparation including homogenate test, stability observation, pH determination, type of emulsion determation, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water on the 6 volunteers skin.

The result of the homogenate test showed that moisturizing cream preparation was homogenous. In the storage of 12 weeks preparation cream, olive oil and glycerol are stable. Olive oil having pH 7.4 – 7.63, while glycerol having pH 7.5 – 7.67. Produced of the preparation cream was type of emulsion o/w, does not irritated skin and cause itching and does not cause rough skin. Result of testing the ability reducing water evaporation from the skin showed higher concentration of olive oil and glycerol were added into the cream preparation the grater ability of the cream to reduce the evaporation of water from the skin. But ability olive oil to reduce the evaporation of water from the skin higher than glycerol.

(8)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian tanaman zaitun ... 5

2.1.1 Jenis-jenis pohon zaitun ... 5

2.1.2 Kandungan dan manfaat minyak zaitun ... 6

2.1.3 Macam minyak zaitun ... 7

2.2 Kulit ... 8

2.2.1 Fungsi Kulit ... 7

2.2.2 Struktur Kulit ... 10

(9)

2.3 Emulsi ... 12

2.4 Krim ... 14

2.5 Kosmetik ... 15

2.5.1 Kosmetik Pelembab ... 16

2.5.2 Alasan Kulit Dilembabkan ... 16

2.5.3 Faktor yang Menyebabkan Dehidrasi Kulit ... 17

2.5.4 Macam-macam Kosmetik Pelembab ... 17

2.6. Bahan-bahan Sediaan Krim Pelembab ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20

3.1 Alat-alat... 20

3.4.3 Pembuatan sediaan krim ... 22

(10)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 27

4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 27

4.1.1 Homogenitas sediaan ... 27

4.1.2 Pengamatan Stabilitas Sediaan Setelah Selesai Dibuat, Penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 27

4.1.3. pH sediaan ... 28

4.1.4 Tipe Emulsi Sediaan ... 31

4.2 Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 33

4.3 Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

4.1. Kesimpulan ... 39

4.2. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Formula Sediaan Krim dengan Minyak Zaitun Sebagai

Pelembab ... 22

Tabel 2 Formula Sediaan Krim dengan Gliserol Sebagai Pelembab ... 23

Tabel 3 Data Pengamatan Terhadap Sediaan Pada Saat Sediaan Selesai dibuat, 1, 4, 8, dan 12 minggu ... 27

Tabel 4 Data Pengukuran pH Sediaan Selesai dibuat ... 29

Tabel 5 Data Pengukuran pH Sediaan setelah Penyimpanan Selama 12 Minggu ... 30

Tabel 6 Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 32

Tabel 7 Data Uji Daya Iritasi terhadap Kulit Sukarelawan...33

Tabel 8 Data Kemampuan Krim Minyak Zaitun Untuk Mengurangi

Penguapan Air Dari Kulit………34

Tabel 9 Data Kemampuan Krim Gliserol Untuk Mengurangi

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Minyak Zaitun ... 41

Gambar 2 Sediaan Krim .. ... 41

Gambar 3 Sediaan Krim Setelah Penyimpanan Selama 12 minggu ... 42

Gambar 4 Uji Tipe Emulsi Minyak Zaitun ... ...42

Gambar 5 Uji Tipe Emulsi Gliserol………..43

Gambar 6 Uji Tipe Emulsi di atas Objek Glass ... 43

Gambar 7 Rangkaian Alat Untuk Pengujian ... 44

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Gambar minyak zaitun………...…...41

Lampiran 2 Gambar sediaan krim... . 41

Lampiran 3 Gambar sediaan krim seyelah penyimpanan selama

12 minggu ...42

Lampiran 4 Gambar uji tipe emulsi minyak zaitun………...42

Lampiran 5 Gambar rangkaian alat yang digunakan untuk

pengujian ………..…...44

Lampiran 6 Gambar pH meter... ...45

Lampiran 7 Perhitungan... ...46

(14)

ABSTRAK

Minyak zaitun adalah salah satu contoh bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit. Minyak zaitun mengandung zat-zat minyak, berbagai vitamin, dan sejumlah kecil mineral. Minyak zaitun merupakan pelembab yang baik untuk melembabkan kulit wajah dan tubuh. Gliserol juga dapat digunakan sebagai pelembab dimana dapat mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum.

Berdasarkan fungsi dari minyak zaitun dan gliserol dicoba untuk melakukan penelitian dengan membandingkan minyak zaitun dan gliserol yang dibuat menjadi sediaan hand cream. Minyak zaitun dan gliserol diformulasikan dalam krim tipe m/a untuk membuat sediaan yang berfungsi sebagai pelembab.

Telah dilakukan penelitian terhadap minyak zaitun dan gliserol dalam dasar krim m/a (minyak/air) sebagai pelembab. Konsentrasi minyak zaitun dan gliserol yang digunakan adalah 0,5%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12%. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan, antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan.

Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Pada penyimpanan selama 12 minggu sediaan krim minyak zaitun dan gliserol adalah stabil atau tidak mengalami perubahan warna, bau, maupun pecahnya emulsi. Sediaan krim minyak zaitun mempunyai pH 7,4 – 7,63, sedangkan gliserol mempunyai pH 7,5 – 7,67. Sediaan krim yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi minyak zaitun dan gliserol yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Tetapi kemampuan minyak zaitun untuk mengurangi penguapan air dari kulit lebih besar daripada gliserol.

(15)

ABSTRACT

Olive oil is one of natural material can be as moisturizing skin. Olive oil contain substance of oil, some kind of vitamin, and few mineral. Olive oil is good moisturizing for face and body. Glycerol also can be used as moisturizer.

Based on the function of olive oil and glycerol can be tried to do a research compare moisturizers of olive oil and glycerol is made to be hand cream. Olive oil and gliserol was formulated in a type of cream o/w to made preparations used to as moisturizer.

A research has been done to the olive oil and glycerol in o/w (oil/water) cream base as natural moisturizer in cream preparations. The concentration of olive oil and glycerol used were 0.5%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, and 12%. Some test have been done to the preparation including homogenate test, stability observation, pH determination, type of emulsion determation, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water on the 6 volunteers skin.

The result of the homogenate test showed that moisturizing cream preparation was homogenous. In the storage of 12 weeks preparation cream, olive oil and glycerol are stable. Olive oil having pH 7.4 – 7.63, while glycerol having pH 7.5 – 7.67. Produced of the preparation cream was type of emulsion o/w, does not irritated skin and cause itching and does not cause rough skin. Result of testing the ability reducing water evaporation from the skin showed higher concentration of olive oil and glycerol were added into the cream preparation the grater ability of the cream to reduce the evaporation of water from the skin. But ability olive oil to reduce the evaporation of water from the skin higher than glycerol.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kulit merupakan ”selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki

fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan

luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti

pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus, respirasi dan pengaturan suhu

tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk

melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari.

Kulit juga merupakan salah satu panca indera manusia yang terletak di

permukaan tubuh. Bagi tubuh kulit mempunyai fungsi yang sangat penting dan

fungsi ini tidak sepadan dengan lapisannya yang tipis. Berkaitan dengan letaknya

yang ada di permukaan tubuh maka kulit merupakan organ pertama yang terkena

pengaruh tidak menguntungkan dari lingkungan. Oleh karenanya menjaga

kesehatan kulit sama pentingnya dengan menjaga organ lain (Santoso, 2001).

Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit diperlukan jenis

kosmetik tertentu. Selama kosmetik tersebut tidak mengandung bahan berbahaya

yang secara farmakologis aktif mempengaruhi kulit, penggunaan kosmetik jenis

ini menguntungkan dan bermanfaat untuk kulit itu sendiri.

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,

pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga

untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta indrustrinya baru dimulai

secara besar-besaran pada abad ke-20. Kosmetik menjadi salah satu bagian dunia

(17)

antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang disebut kosmetik medik

(cosmeceuticals) (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,

dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan

kedalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud

untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan

tidak termasuk golongan obat (Wasitaatmadja, 1997).

Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI, sediaan krim tangan termasuk

penggolongan kosmetik bagian preparat perawatan kulit. Krim adalah sediaan

setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60%

dimaksudkan untuk pemakaian luar. Bahan yang digunakan mencakup zat

emolien, zat sawar (barier), zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat

penutup kulit yang berpori lebar, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat

warna (Ditjen POM, 1985).

Kosmetik pelembab yang didasarkan pada gliserol akan mengering di

permukaan kulit, membentuk lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap

uap air dari udara dan mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini

membuat kulit nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum

corneum kulit. Tetapi konsentrasi gliserol yang tinggi sedikit banyak dapat

mengiritasi kulit. Sekarang konsentrasi gliserol yang lazim digunakan adalah

10-20 %. Sedangkan kosmetik yang ditambahkan campuran minyak seperti minyak

tumbuhan lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus

sel-sel stratum corneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat (Tranggono

(18)

Minyak zaitun dengan kandungan asam oleat hingga 80% dapat

mengenyalkan kulit dan melindungi elastis kulit dari kerusakan. Selain itu,

minyak zaitun juga kaya vitamin E yang merupakan anti penuaan dini

(Surtiningsih, 2005).

Dalam penelitian ini peneliti ingin membandingkan gliserol dengan

humektan jenis minyak yang mana pada penelitian ini yang digunakan adalah

minyak zaitun (Olea europaea).

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol dapat diformulasikan

kedalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Berapa persentase kemampuan minyak zaitun (Olea europaea) dan

gliserol mengurangi penguapan air dari kulit tangan atau melembabkan

kulit tangan dalam bentuk sediaan krim.

3. Apakah minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol mempunyai daya

kelembaban yang berbeda pada kulit tangan dalam sediaan krim.

1.3 Hipotesa

1. Minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol dapat diformulasikan ke

dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Semakin tinggi konsentrasi minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol,

maka semakin tinggi persentase mengurangi penguapan air dari kulit

tangan atau melembabkan kulit tangan dalam bentuk sediaan krim

3. Minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol mempunyai daya kelembaban

(19)

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol

dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.

2. Untuk mengetahui persentase minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol

mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit tangan dalam

sediaan krim.

3. Untuk mengetahui perbandingan daya kelembaban minyak zaitun (Olea

europaea) dan gliserol pada kulit tangan dalam sediaan krim.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman Zaitun

Pohon zaitun memiliki keistimewaan yaitu mempunyai umur yang

panjang, umurnya dapat mencapai 600 tahun. Satu pohon zaitun bisa

membuahkan 15-20 kg zaitun per tahun. Spanyol, Italia, Yunani, Turki, Tunisia,

Portugis, Maroko, Suriah, Aljazair, Argentina, dan Prancis adalah negara-negara

penghasil minyak zaitun.

Zaitun biasanya berbunga antara bulan Juni hingga Oktober. Minyak

zaitun dapat berkualitas baik setelah 6-8 bulan dari masa berbunga. Saat itu, buah

zaitun berwarna hitam sebagai tanda telah matang sempurna. Untuk masa panen,

biasanya dimulai dari bulan September hingga bulan Maret tahun berikutnya.

2.1.1 Jenis-jenis Pohon Zaitun

Ada beberapa jenis pohon zaitun, diantaranya :

1. Pohon zaitun darat, biasanya tumbuh di daerah laut Mediterania dan

memberikan minyak yang melimpah.

2. Pohon zaitun Eropa. Ini mencakup 3 zaitun yang terkenal, yaitu :

a. Olea Eoupe Ewawediteuarea.

b. Lape vini.

c. Vari

Tinggi pohon zaitun bisa mencapai 15 meter. Tetapi, kebanyakan para

petani zaitun memotong dahan-dahannya hingga tingginya tidak mencapai 1

meter. Ini dilakukan agar mudah dipetik dan dipanen. Pohon zaitun tahan panas

(21)

2.1.2 Kandungan dan manfaat minyak zaitun (Olea europae)

Minyak zaitun terdiri dari zat-zat minyak yang dinamakan glesiredat

(ester) dengan persentase 97% dan zat-zat minyak lainnya. Minyak zaitun juga

mengandung berbagai vitamin (seperti vitamin A, B, C, D, dan vitamin E), zat-zat

pewarna (seperti klorofil, xanthophyll), serta berbagai zat aromatic yang

menimulkan aroma dan rasa yang khas. Terakhir minyak zaitun mengandung

sejumlah kecil mineral (besi, magnesium, dan kalsium), koloid, resin, dan air.

Secara umum, asam-asam lemak dalam minyak zaitun dibagi menjadi dua

bagian, yaitu :

a. Asam lemak tak jenuh dengan kadar 70-80%. Asam jenis ini memiliki

keistimewaan yakni menjadi cair pada suhu normal. Asam lemak ini

dibagi menjadi asam oleat dan asam linoleat.

b. Asam lemak jenuh dengan kadar 8-10%. Asam jenis ini memiliki

kelebihan memadat pada suhu normal. Asam lemak ini dibagi menjadi

asam palmitat dan asam stearat.

Setiap 100 gram zaitun mengandung zat-zat sebagai berikut : 90 gram

protein, 61 mg kalsium, 22 mg magnesium, 17 mg fosfor, 1 mg besi, 0,22 mg

tembaga, 36 mg klorin, 4,4 gram serat, 180 µg beta karotin, 3-30 mg vitamin K.

Menurut Surtiningsih (2005) minyak zaitun selain digunakan untuk

berbagai masakan juga berkhasiat untuk perawatan kecantikan. Minyak zaitun

kaya vitamin E yang merupakan anti penuaan dini. Minyak zaitun juga

bermanfaat untuk menghaluskan dan melembabkan permukaan kulit tanpa

(22)

melembabkan kulit wajah dan tubuh. Selain itu, minyak zaitun bermanfaat untuk

melepaskan lapisan sel-sel kulit mati.

2.1.3 Macam Minyak Zaitun

Minyak zaitun adalah minyak yang dihasilkan dari perasan buah zaitun

yang masih segar (baru). Minyak jenis ini dibagi menjadi :

a. Minyak zaitun virgin (virgin Olive oil)

Diolah dengan metoda mekanika-fisika sederhana tanpa transaksi termal

atau kimia. Minyak ini langsung dikonsumsi apa adanya.

- Extra olive oil : minyak zaitun virgin yang memiliki aroma dan rasa

yang enak, keasamannya tidak lebih dari 1%.

- Fine virgin olive oil : karakteristiknya sama dengan minyak

sebelumnya, tetapi keasamannya 1,5%.

- Semi-fine virgin olive oil : karakteristiknya sama dengan sebelumnya,

tetapi keasamannya mencapai 3%.

- Virgin olive oil lampante : untuk jenis ini tidak baik dikonsumsi

langsung karena rasa dan aromanya kurang enak, tingkat keasamannya

juga lebih dari 3,3%. Minyak jenis ini disebut juga dengan lampante

(minyak lampu) dan harus melalui proses penjernihan.

b. Minyak zaitun sulingan (refined olive oil)

Minyak jenis ini dihasilkan dari penjernihan virgin olive oil secara

berulang yang tidak mempengaruhi struktur kimianya.

c. Minyak zaitun extra virgin (extra virgin olive oil)

d. Minyak zaitun murni (pure olive oil)

(23)

2.2 Kulit

Kulit adalah suatu shell yang fleksibel, mudah melentur, protektif,

mengatur diri sendiri yang melindungi sistem kita. Kulit tersusun oleh banyak

macam jaringan, termasuk pembuluh darah, kelenjar lemak, kelenjar keringat,

organ pembuluh perasa dan urat syaraf, jaringan pengikat, otot polos dan lemak

(Moh. Anief, 1997).

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² dengan berat

kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta

merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis

dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh.

(Wasitaatmadja, 1997).

2.2.1 Fungsi kulit

Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki

fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan

luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti

pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan

sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan

keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya

ultra violet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap

tekanan dan infeksi dai luar.

Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik

maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti

(24)

atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur,

bakteri atau virus.

Ganguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak

subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai

pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin

yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan

adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang

mempunyai pH 5,0-6,5.

Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai fungsi sebagai berikut:

− Kulit sebagai filter dan pelindung.

Kulit mempunyai kemampuan untuk memilih bahan-bahan yang penting

bagi tubuh sehingga dapat mencegah bakteri dan zat kimia masuk kedalam

tubuh. Selain itu, kulit dapat melindungi tubuh terhadap benturan fisik,

sinar matahari, panas dan dingin.

− Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam

jaringan tubuh.

Lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam tubuh. Kulit

mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit mengalami luka

atau retak daya ikat terhadap air akan berkurang.

− Kulit mengatur suhu tubuh.

Kulit membantu dan menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara

melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas. Keringat tersebut menguap

(25)

merasa kedinginan, pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga

tubuh akan tertahan.

− Kulit sebagai sistem syaraf yang sensitif

Kulit terdiri dari sistem syaraf yang peka terhadap ancaman dari luar,

seperti dingin, panas, sentuhan, dan tekanan. Oleh karena itu, kulit segera

memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem syaraf tersebut

(Wirakusumah, 1994).

2.2.2 Struktur Kulit

Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda.

Ketiga lapisan tersebut yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan

hipodermis (subkutan).

a. Lapisan Epidermis (kutikel)

Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar terdiri

dari sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu:

− Lapisan tanduk (stratum korneum)

Adalah lapisan yang paling luar dan terdiri dari beberapa sel-sel gepeng

yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi

keratin (zat tanduk).

− Lapisan rintangan (stratum lusidum)

Terdapat dibawah lapisan tanduk, merupakan lapisan sel-sel gepeng

tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang

disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak jelas di telapak tangan dan kaki.

(26)

Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar

dan terdapat inti diantaranya.

− Lapisan tajuk (stratum spinosum)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya

berbeda-beda karena adanya proses mitosis.

− Lapisan tunas (stratum basale)

Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada

pembatasan demo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan

tuna juga termasuk sel-sel yang disebut melanocytes, yaitu sel-sel yang

memproduksi pigmen melanin.

b. Lapisan Dermis

Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada

epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan

elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2

bagian:

1. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi

ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

2. Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan,

bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut

kolagen elastis dan retikulin.

c. Lapisan Subkutan

Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,

berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu

(27)

tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan

berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan

memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya

(Wirakusumah, 1994).

2.2.3 Jenis Kulit

Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian :

1. Kulit Normal

Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan

elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.

2. Kulit Berminyak

Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang

berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit

lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.

3. Kulit Kering

Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun

sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihatnya kerutan

(Wasitaatmadja, 1997).

2.3 Emulsi

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak

tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi

butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini

bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi

(28)

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting

agar memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan

membentuk film (lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan

film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan

dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe

M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase

intern adalah air dan fase extern adalah minyak (Anief, 2004).

Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase

dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase

kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air

dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase

minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut

kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian

besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah

menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan

diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985).

Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voight,1995 adalah:

1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit

2. Memberi efek dingin terhadap kulit

3. Tidak menyumbat pori-pori kulit

4. Bersifat lembut

(29)

2.4 Krim

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini

secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai

konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak

dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri

dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau

alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di

tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak

kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979).

Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok,

yaitu:

a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O

b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti

Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan

dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini

(Lachman, 1994).

Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena

memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak

serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung

air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin,

propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w

(30)

2.5. Kosmetik

Kosmetik menurut Peraturan Menteri kesehatan RI No.445/MenKes/1998

adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar

badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan

rongga mulut untk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan,

melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak

dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.

Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksudkan dengan ’tidak

dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit’ adalah sediaan

tersebut seyogyanya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit (Tranggono dan

Latifah, 2007).

Namun ternyata tidak mudah membedakan antara kosmetik dan obat yang

pemakaiannya topikal pada kulit seperti salep, krim, bedak, pasta, atau losio.

Pengguanaan kosmetik juga diharapkan untuk menghasilkan suatu perubahan baik

dalam struktur maupun faal sel kulit. Misalnya, perubahan susunan sel kulit yang

tua ke arah yang lebih muda, atau perubahan produksi kelenjar keringat yang

membentuk minyak permukaan kulit.

Kadang-kadang kosmetik dicampur dengan bahan-bahan yang berasal dari

obat topikal yang dapat mempengaruhi struktur dan faal sel kulit. Bahan-bahan

tersebut misalnya: antijerawat (sulfur, resorsin), antipengeluaran keringat

(aluminium klorida), plasenta, atau hormon (estrogen). Bahan-bahan inilah yang

(31)

2.5.1. Kosmetika Pelembab

Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang

bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh

seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit

maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit

menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan

dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan

sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi

sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah

tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan

non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit

(Wasitaatmadja, 1997).

2.5.2. Alasan kulit dilembabkan

Secara garis besar, retak-retak pada stratum korneum akan menimbulkan

gangguan kulit yang lebih serius. Jika celah-celah berbentuk V itu berkembang

dan bahan-bahan asing seperti sisa sabun, kotoran dan sisa mikroorganisme

masuk, maka kulit yang menjadi kering dan retak-retak itu akan menimbulkan

iritasi dan peradangan atau keratinisasi abnormal yang juga akan melemahkan

kulit. Di sinilah perlunya kosmetik pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit

yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat

(32)

2.5.3. Faktor yang menyebabkan dehidrasi kulit

Normalnya, kulit sehat dilindungi dari kekeringan oleh bahan-bahan yang

bisa menyerap air, asam amino, purin, pentose, choline dan derivirat asam fosfat,

yang jumlah totalnya 20% dari berat lapisan stratum korneum. Bahan-bahan yang

larut dalam air tersebut dapat terangkat dari kulit oleh perspirasi atau pencucian

jika bahan-bahan itu dilindungi oleh lapisan lemak tipis yang tidak larut air. Jika

lapisan lemak tipis itu diangkat, bahan-bahan yang dapat larut dalam air itu

terbuka dan siraman air berikutnya akan mengangkat mereka, meninggalkan kulit

yang sebagian atau sepenuhnya kehilangan karakter hidrofilik dan elastisitasnya,

demikianlah penghilangan lapisan lemak kulit menyebabkan dehidrasi kulit.

2.5.4. Macam-macam kosmetik pelembab

Tipe kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Kosmetik pelembab berdasarkan lemak

Kosmetik tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream.

Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit

banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi

lembab dan lembut.

Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar

kemana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat

kulit lengket dan terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup

daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum

corneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan

(33)

2. Kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis.

Preparat jenis ini akan mongering di permukaan kulit, membentuk

lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan

mempertahankannya dipermukaan kulit. Preparat ini membuat kulit

Nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum

kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.6. Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab

Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan,

zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).

a. Emolien

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari

lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.

b. Zat sawar

Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.

c. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban

diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya

bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara

dan menahan air agar tidak menguap.

d. Zat pengemulsi

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua

bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat,

(34)

e. Pengawet

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka

waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat

bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas

mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat

antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997).

f. Parfum

Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan

atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari

parfum menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang

(35)

BAB III

METODE PERCOBAAN

2.1 Alat-Alat yang Digunakan

Neraca listrik , pH meter , mikroskop, lumpang, stamfer, objek gelas,

alat-alat gelas, tutup pot plastik, kain kasa, penangas air, batang pengaduk, spatel, pot

plastik, cawan porselin.

2.2 Bahan-Bahan yang Digunakan

Setil alkohol, lanolin, paraffin cair, asam stearat, gliserol, metil paraben,

TEA, air suling, minyak zaitun, silika gel.

2.3 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi berjumlah 12 orang dan

penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

berjumlah 6 orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985) :

1. Wanita berbadan sehat

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi

4. Bersedia menjadi sukarelawan

2.4 Prosedur Kerja

2.4.1 Formula Dasar Krim (Balsam, M.S.,1972).

Setil alkohol 2 %

Lanolin 1 %

Paraffin cair 2 %

(36)

Gliserol 12 %

Metil paraben 0,15 %

KOH 1 %

Air suling 68,85 %

Pewangi q.s

2.4.2 Formula Dasar Krim yang Dimodifikasi (Balsam, M.S.,1972).

Setil alkohol 2 %

Lanolin 1 %

Parafin cair 2 %

Asam stearat 13 %

Gliserol 12 %

Metil paraben 0,15 %

TEA 1 %

Air suling 68,85 %

Pewangi q.s

Basa KOH dalam formula dasar krim diganti menggunakan basa TEA

karena dengan menggunakan basa KOH diperoleh hasil krim yang keras dan

mengurangi nilai estetika dari krim tersebut. Sedangkan dengan menggunakan

basa TEA krim yang dihasilkan lebih lembut sehingga dapat meningkatkan nilai

(37)

2.4.3 Pembuatan Sediaan Krim

Konsentrasi minyak zaitun dan gliserol yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu: 2 %, 4 %, 6 %, 8 %, 10 %, dan 12%. Adapun formula yang digunakan

adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Formula Sediaan Krim Dengan Minyak Zaitun Sebagai Pelembab

(38)

Tabel 2. Formula Sediaan Krim Dengan Gliserol Sebagai Pelembab

Keterangan: Formula H: Konsentrasi gliserol 2 % Formula I: Konsentrasi gliserol 4 %

- Penambahan minyak zaitun sebagai pelambab

Setil alkohol, lanolin, paraffin liquid, asam stearat dimasukkan ke dalam

cawan penguap dan dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dan TEA

masing-masing dilarutkan dalam air panas (massa II). Lalu tambahkan massa II ke

dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus secara terus menerus

hingga terbentuk krim. Tambahkan minyak zaitun ke dalam massa krim gerus

(39)

- Penambahan gliserol sebagai pelembab

Setil alkohol, lanolin, paraffin liquid, asam stearat dimasukkan ke dalam

cawan penguap dan dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dan TEA

masing-masing dilarutkan dalam air panas (massa II). Lalu tambahkan massa II ke

dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus secara terus menerus

hingga terbentuk krim. Kemudian tambahkan gliserol ke dalam massa krim gerus

homogen. Terakhir tambahkan 3 tetes parfum dan digerus sampai homogen.

2.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

2.5.1 Pemeriksaan Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.

Cara:

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

2.5.2 Pengamatan Stabilitas Sedíaan

Cara:

Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam pot plastik.

Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sedíaan telah selesai dibuat,

penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan pada temperatur kamar, bagian

yang diamati berupa pecah atau tidaknya emulsi, pemisahan fase, perubahan

warna dan bau dari sediaan.

2.5.3 Penentuan pH Sediaan

(40)

Cara:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar

standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat

menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling,

lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu

ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan

elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga

pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan.

(Rawlins, 2003).

2.6 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan

Cara :

Sejumlah tertentu sediaan diapuskan di atas objek gelas, ditambahkan 1

tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan

diamati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan

tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan

tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen POM, 1985).

2.7 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara:

kosmetika dioleskan di belakang telinga, kemudian biarkan selama 24 jam dan

lihat perubahan yang terjadi berupa kemerahan pada kulit, gatal dan pengkasaran

(41)

2.8 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air dari Kulit

Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm

yang dirangkai seperti pada lampiran 5, halaman 29.

Cara :

Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah sukarelawan

diberikan tanda berupa lingkaran yang sama diameternya dengan diameter tutup

pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Pada wadah

plastik yang belum dilubangi ditimbang 10 g silika gel. Wadah silika gel tersebut

dialasi dengan kain kasa kemudian silika gel yang sudah ditimbang dibungkus

dengan kain kasa tersebut sehingga silika gel tidak jatuh meskipun wadah silika

dibalikkan. Wadah plastik yang lain dilubangi, kemudian wadah plastik disatukan

dengan menggunakan isolatip transparan, wadah yang berlubang berada pada

bagian bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup. Selanjutnya wadah plastik

diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah diolesi sediaan. Agar

wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk mencegah pengaruh

udara dari lingkungan maka digunakan isolatif transparan yang ditempelkan

sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut. Alat ini dibiarkan menempel

selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang

kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan blanko sebagai kontrol

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Penentuan Mutu Fisik Sediaan

3.1.1. Homogenitas Sedíaan

Dari percobaan yang dilakukan pada sedíaan krim pelembab tidak

diperoleh butiran-butiran, maka sedíaan krim pelembab dikatakan homogen.

3.1.2. Stabilitas Sediaan

Tabel 3. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat Sediaan

(43)

Keterangan: Formula A: Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Formula B: Konsentrasi minyak zaitun 2%

Formula C: Konsentrasi minyak zaitun 4%

bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan

perubahan bau.

Dari data di atas di peroleh hasil bahwa selama penyimpanan selama 12

minggu tidak terjadi perubahan warna, bau, maupun pecahnya emulsi.

3.1.3. pH Sedíaan

pH sedíaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan

(44)

Tabel 4. Data Pengukuran pH Sediaan pada saat selesai di buat

No Formula pH

I II III Rata-rata

1. A 7,0 7,2 7,3 7,17

2. B 7,5 7,4 7,3 7,4

3. C 7,6 7,4 7,5 7,5

4. D 7,6 7,6 7,4 7,53

5. E 7,7 7,6 7,6 7,63

6. F 7,6 7,6 7,5 7,57

7. G 7,7 7,7 7,5 7,6

8. H 7,5 7,5 7,4 7,47

9. I 7,6 7,6 7,4 7,53

10. J 7,7 7,5 7,5 7,57

11. K 7,7 7,5 7,6 7,6

12. L 7,7 7,7 7,5 7,63

(45)

Tabel 5. Data Pengukuran pH Sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu

(46)

Hasil penentuan pH sediaan pada saat sediaan selesai di buat, didapatkan

bahwa pH dari formula A: 7,17 ; formula B: 7,4 ; formula C: 7,5 ; formula D: 7,53

; formula E: 7,63 ; formula F: 7,57 ; formula G: 7,6 ; formula H: 7,47 ; formula I:

7,53 ; formula J: 7,57 ; formula K: 7,6 ; formula L: 7,63 ; formula M: 7,67.

Hasil penentuan pH sediaan setelah penyimpanan 12 minggu, didapatkan

bahwa pH dari formula A: 7,2 ; formula B: 7,37 ; formula C: 7,43 ; formula D:

7,47 ; formula E: 7,53 ; formula F: 7,5 ; formula G: 7,57 ; formula H: 7,4 ;

formula I: 7,43 ; formula J: 7,5 ; formula K: 7,57 ; formula L: 7,6 ; formula M:

7,63. Menurut Balsam (1972), pH untuk sediaan krim tangan dan badan adalah

5-8, sehingga formula diatas memenuhi syarat pH untuk krim tangan dan tidak

mengiritasi kulit. Namun selama penyimpanan selama 12 minggu sediaan krim

mengalami penurunan pH. Hal ini disebabkan karena pengaruh reaksi hidrolisis

yang terjadi dalam sediaan krim.

3.1.4. Tipe Emulsi Sediaan

Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan menggunakan

(47)

Tabel 6. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan

No Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan

Ya Tidak

Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel)

Formula B : Konsentrasi minyak zaitun 2%

Formula C : Konsentrasi minyak zaitun 4%

Menurut Ditjen POM (1985), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat

dilakukan dengan menggunakan biru metil bila diaduk biru metil terlarut

(48)

Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel 5 diatas, formula

krim dengan konsentrasi gliserol dan minyak zaitun 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, dan

12% juga blanko menunjukkan biru metil dapat larut dalam krim tersebut. Dengan

demikian larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan

krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi m/a.

3.3 Data Uji Daya Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Tabel 7. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

NO Pernyataan

terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika dibagian bawah

(49)

diatas, ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa kemerahan, gatal atau

pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.

3.4 Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit

Pengujian dilakukan terhadap 6 orang sukarelawan yang berusia 20-30

tahun yang berjenis kelamin perempuan. Data yang diperoleh merupakan rata-rata

dari 3 kali perlakuan untuk setiap sukarelawan dimana diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 8. Data Kemampuan Sediaan Krim Minyak Zaitun Untuk Mengurangi

Penguapan Air Dari Kulit

No Sukarelawan Persentase Pengurangan Penguapan Air Pada Formula Minyak Zaitun

(%)

(50)

Grafik 1. Persentase Pengurangan Penguapan Air dari Kulit pada Krim Minyak Zaitun

Tabel 9. Data Kemampuan Sediaan Krim Gliserol Untuk Mengurangi Penguapan

Air Dari Kulit

(51)

Grafik 2. Persentase Pengurangan Penguapan Air dari Kulit pada Krim Gliserol

Dari data diatas dapat dilihat bahwa krim minyak zaitun dan gliserol

mempunyai perbandingan dimana krim minyak zaitun dengan konsentrasi 2%

mampu mengurangi penguapan air sebesar 17,39% sampai 27,73%, sedangkan

krim gliserol dengan konsentrasi 2% mampu mengurangi penguapan air dari

kulit sebesar 13,04% sampai 21,05%, untuk krim minyak zaitun konsentrasi 4%

mampu mengurangi penguapan air sebesar 26,09% sampai 36,84%, sedangkan

krim gliserol dengan konsentrasi 4% mampu mengurangi penguapan air dari

kulit sebesar 22,73% sampai 31,58%, untuk krim minyak zaitun konsentrasi 6%

mampu mengurangi penguapan air sebesar 36,36% sampai 47,37%, sedangkan

krim gliserol dengan konsentrasi 6% mampu mengurangi penguapan air dari

kulit sebesar 30,43% sampai 42,10%, untuk krim minyak zaitun konsentrasi 8%

mampu mengurangi penguapan air sebesar 47,83% sampai 68,42%, sedangkan

krim gliserol dengan konsentrasi 8% mampu mengurangi penguapan air dari

kulit sebesar 39,13% sampai 63,16%, untuk krim minyak zaitun konsentrasi 10% 0

(52)

krim gliserol dengan konsentrasi 10% mampu mengurangi penguapan air dari

kulit sebesar 52,17% sampai 68,42 %, untuk krim minyak zaitun konsentrasi 12%

mampu mengurangi penguapan air sebesar 75,00% sampai 84,21%, sedangkan

krim gliserol dengan konsentrasi 12% mampu mengurangi penguapan air dari

kulit sebesar 63,63% sampai 73,68%, sedangkan blanko hanya mampu

mengurangi penguapan air sebesar 4,35% sampai 5,26%.

Dari data diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sampel

yang ditambahkan dalam sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan

sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Krim dengan penambahan

minyak zaitun sebagai pelembab mempunyai kemampuan mengurangi penguapan

air lebih besar daripada krim dengan penambahan gliserol. Menurut Ayu Sekar

(2010) minyak zaitun dapat mengunci kandungan air dalam kulit dengan cara

menghalangi penguapan pada lapisan terluar kulit atau mengambil air dari dermis

kemudian membawa ke permukaan kulit (pelembab humektan). Minyak zaitun

dengan kandungan asam oleat yang tinggi hingga 80 % akan lebih mudah

bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum corneum

sehingga dapat melembabkan kulit dan melindungi elastis kulit dari kerusakan.

Kandungan vitamin E dalam minyak zaitun merupakan anti penuaan dini

dan mampu menghaluskan dan melembabkan permukaan kulit tanpa menyumbat

pori-pori. Minyak zaitun merupakan pelembab yang baik untuk melembabkan

kulit wajah dan tubuh. Selain itu, minyak zaitun bermanfaat untuk melepaskan

lapisan sel-sel kulit mati (Surtiningsih, 2005).

Gliserol membentuk lapisan yang bersifat higroskopis yang mampu

(53)

membuat kulit nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum

corneum. Jadi, minyak zaitun dengan kandungan asam lemak tak jenuhnya (asam

oleat) dan vitamin mampu mengurangi penguapan air dari kulit lebih besar

(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol dapat diformulasikan dalam

bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan

semuanya homogen dan stabil pada penyimpanan selama 12 minggu.

Sediaan krim minyak zaitun mempunyai pH 7,4-7,63, sedangkan krim

gliserol mempunyai pH 7,47-7,67 serta tidak mengiritasi kulit.

2. Penambahan minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol dalam sediaan

krim mampu mengurangi penguapan air pada kulit, bahwa semakin tinggi

konsentrasi sampel yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin

tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut mengurangi penguapan air

dari kulit.

3. Persentase kemampuan minyak zaitun (Olea europaea) dalam mengurangi

penguapan air pada kulit lebih besar dari pada gliserol pada konsentrasi

2%-12%, dan yang paling besar adalah pada konsentrasi 12%.

5.2. Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat membandingkan

humektan minyak lainnya dengan minyak zaitun, seperti minyak jarak, VCO, dan

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal.132.

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaam Farmasi. Edisi Keempat. Penerbit Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 387-389.

Balsam, M.S. (1972). Cosmetics Science and Technology. Second edition. London. Jhon Willy and Son, Inc. Hal.211

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 33.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 83, 97, 356.

Hammad, Sa’id. (2010). 70 Resep Sehat dangan Minyak Zaitun. Solo: Penerbit PT Aqwam. Hal. 27-35.

Putriyanti, D. (2009). 100% Cantik Rahasia di Balik Buah dan Sayur. Yogyakarta: Penerbit Best Publisher. Hal. 36.

Rawlins, E. A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London: Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.

Santoso, D. (2001). Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 1.

Surtiningsih, (2005). Cantik dengan Bahan Alami. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. Hal. 67

Tranggono, R. I dan Fatma Latifah. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 46.

(56)

LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar minyak zaitun

Gambar 1. Minyak Zaitun Lampiran 2. Gambar Sediaan krim

Gambar 2. Sediaan krim

(57)

Gambar 3. Sediaan krim setelah penyimpana selama 12 minggu Lampiran 4. Gambar uji tipe emulsi minyak zaitun

(58)

Gambar 5. Uji tipe emulsi di atas objek gelas

Gambar 6. Uji tipe emulsi di atas objek gelas

(59)

Penguapan Air Dari Kulit

Rangkaian alat pada saat pengujian

Tutup Pot Plastik Tidak Berlubang Tutup Pot Plastik Berlubang

Rangkaian Kedua Tutup Pot Plastik

(60)

Lampiran 6. Gambar pH meter

(61)

Lampiran 7. Perhitungan

Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada

sukarelawan.

a. Pertambahan berat

Petambahan berat = berat akhir – berat awal

Berat awal = 10,01 g

Berat akhir = 10,14 g

Pertambahan berat = 130 mg

b. Presentase pengurangan penguapan

= pertambahan berat tanpa sedíaan – pertambahan berat sediaan

Pertambahan berat tanpa sediaan = 200 mg

Pertambahan berat sediaan = 130 mg

Persentase pengurangan penguapan = 35 %

pertambahan berat sediaan

(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)

Gambar

Tabel 2. Formula Sediaan Krim Dengan Gliserol Sebagai Pelembab
Tabel 3. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat Sediaan
Tabel 4. Data Pengukuran pH Sediaan pada saat selesai di buat
Tabel 6. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

(4) Pada model pembelajaran TSTS dan LC5E, siswa dengan aktivitas belajar tinggi, sedang dan rendah memiliki prestasi belajar matematika yang sama pada materi

a) ketinggian maksimum dan waktu yang diperlukan untuk mencapai ketinggian tersebut,.. b) jarak jangkauan dan waktu yang diperlukan untuk mencapai jarak tersebut. c) kecepatan

Pada penelitian ini sebagian besar responden adalah multipara yakni memiliki 2-4 orang anak, biasanya ibu dengan jumlah anak lebih dari 3 lebih memilih alat kontrasepsi

Heat balance components for eight measurement periods (81 days) were used in the comparison. There was good agreement between model simulations and measurements. The average

Saya/Kami dengan ini memberi ijin kepada PT ASTRA AVIVA LIFE untuk menggunakan atau memberikan informasi atau keterangan mengenai Saya/Kami yang tersedia diperoleh atau disimpan

Motion of a loose rock is calculated as difference between two transformation matrices: the matrix � �� which transforms the target rock part of the reference point

4.1 Mengamati, mengolah, dan menyajikan teks laporan hasil pengamatan tentang gaya, gerak, energi panas, bunyi, dan cahaya dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan

1. Pelaksanaan bimbingan agama yang diterapkan pada anak-anak di Panti Asuahan Tenku Ampuan Fatimah Kuantan Malaysia meliputi bimbingan kejiwaan dimana pada umumnya yang