PERBANDINGAN DAYA KELEMBABAN MINYAK ZAITUN
(Olea europaea) DAN GLISEROL DALAM
SEDIAAN KRIM TANGAN
SKRIPSI
OLEH:
CUT YUNITA SAVITRI NIM 091524053
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERBANDINGAN DAYA KELEMBABAN MINYAK ZAITUN
(Olea europaea) DAN GLISEROL DALAM
SEDIAAN KRIM TANGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
CUT YUNITA SAVITRI NIM 091524053
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PERBANDINGAN DAYA KELEMBABAN MINYAK ZAITUN (Olea europae) DAN GLISEROL DALAM
SEDIAAN KRIM TANGAN
OLEH:
CUT YUNITA SAVITRI 091524053
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: Agustus 2011
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt. NIP 195111021977102001 NIP 195807101986012001
Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195111021977102001
Pembimbing II,
Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. NIP 19501117198002201 Dra. Saodah, M.Sc., Apt.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan penulis kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan penelitian
dan penulisan skripsi ini. Terima kasih tidak terhingga kepada Ayahanda Barrul
Walidin dan Ibunda Cut Ratna Dewi, b’ Syibran, b’ Putra, b’Pon, cutkak,k’Meidi,
k’Ifri, k’Mali, k’Yuni yang memberikan do’a dan dorongan demi suksesnya
penulis.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu
Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Saodah, M.Sc., Apt., selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama
melakukan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas
Farmasi, Bapak Drs. Muchlisyam, M.Si.,Apt., sebagai dosen penasehat
akademik penulis, beserta seluruh staf pengajar Fakultas Farmasi USU
Medan yang telah mendidik penulis.
2. Ibu Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt, Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt.,
dan Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan kritikan kepada penulis hingga selesainya penulisan
skripsi ini.
3. Staf Laboratorium Teknologi Formulasi Sediaan Cair dan Semi Solid
(Farmasetika) yang telah memberikan petunjuk dan saran serta fasilitas
4. Teman-teman penulis, Teti, Rika, Ika, Dara, Srie, Anna, Hartie, Safrina, Ain,
K’Nda, K’ Memel, K’Lel, Hetty, Izza, Ayu dan rekan-rekan Farmasi
Ekstensi angkatan 2009 lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu, yang
telah memberikan bantuan, saran, dan semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu
penulis dengan kerendahan hati bersedia menerima kritikan dan saran yang
membangun dari kesempurnaan skripsi ini.
Medan, Agustus 2011 Penulis,
ABSTRAK
Minyak zaitun adalah salah satu contoh bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit. Minyak zaitun mengandung zat-zat minyak, berbagai vitamin, dan sejumlah kecil mineral. Minyak zaitun merupakan pelembab yang baik untuk melembabkan kulit wajah dan tubuh. Gliserol juga dapat digunakan sebagai pelembab dimana dapat mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum.
Berdasarkan fungsi dari minyak zaitun dan gliserol dicoba untuk melakukan penelitian dengan membandingkan minyak zaitun dan gliserol yang dibuat menjadi sediaan hand cream. Minyak zaitun dan gliserol diformulasikan dalam krim tipe m/a untuk membuat sediaan yang berfungsi sebagai pelembab.
Telah dilakukan penelitian terhadap minyak zaitun dan gliserol dalam dasar krim m/a (minyak/air) sebagai pelembab. Konsentrasi minyak zaitun dan gliserol yang digunakan adalah 0,5%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12%. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan, antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Pada penyimpanan selama 12 minggu sediaan krim minyak zaitun dan gliserol adalah stabil atau tidak mengalami perubahan warna, bau, maupun pecahnya emulsi. Sediaan krim minyak zaitun mempunyai pH 7,4 – 7,63, sedangkan gliserol mempunyai pH 7,5 – 7,67. Sediaan krim yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi minyak zaitun dan gliserol yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Tetapi kemampuan minyak zaitun untuk mengurangi penguapan air dari kulit lebih besar daripada gliserol.
ABSTRACT
Olive oil is one of natural material can be as moisturizing skin. Olive oil contain substance of oil, some kind of vitamin, and few mineral. Olive oil is good moisturizing for face and body. Glycerol also can be used as moisturizer.
Based on the function of olive oil and glycerol can be tried to do a research compare moisturizers of olive oil and glycerol is made to be hand cream. Olive oil and gliserol was formulated in a type of cream o/w to made preparations used to as moisturizer.
A research has been done to the olive oil and glycerol in o/w (oil/water) cream base as natural moisturizer in cream preparations. The concentration of olive oil and glycerol used were 0.5%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, and 12%. Some test have been done to the preparation including homogenate test, stability observation, pH determination, type of emulsion determation, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water on the 6 volunteers skin.
The result of the homogenate test showed that moisturizing cream preparation was homogenous. In the storage of 12 weeks preparation cream, olive oil and glycerol are stable. Olive oil having pH 7.4 – 7.63, while glycerol having pH 7.5 – 7.67. Produced of the preparation cream was type of emulsion o/w, does not irritated skin and cause itching and does not cause rough skin. Result of testing the ability reducing water evaporation from the skin showed higher concentration of olive oil and glycerol were added into the cream preparation the grater ability of the cream to reduce the evaporation of water from the skin. But ability olive oil to reduce the evaporation of water from the skin higher than glycerol.
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Uraian tanaman zaitun ... 5
2.1.1 Jenis-jenis pohon zaitun ... 5
2.1.2 Kandungan dan manfaat minyak zaitun ... 6
2.1.3 Macam minyak zaitun ... 7
2.2 Kulit ... 8
2.2.1 Fungsi Kulit ... 7
2.2.2 Struktur Kulit ... 10
2.3 Emulsi ... 12
2.4 Krim ... 14
2.5 Kosmetik ... 15
2.5.1 Kosmetik Pelembab ... 16
2.5.2 Alasan Kulit Dilembabkan ... 16
2.5.3 Faktor yang Menyebabkan Dehidrasi Kulit ... 17
2.5.4 Macam-macam Kosmetik Pelembab ... 17
2.6. Bahan-bahan Sediaan Krim Pelembab ... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20
3.1 Alat-alat... 20
3.4.3 Pembuatan sediaan krim ... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 27
4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 27
4.1.1 Homogenitas sediaan ... 27
4.1.2 Pengamatan Stabilitas Sediaan Setelah Selesai Dibuat, Penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 27
4.1.3. pH sediaan ... 28
4.1.4 Tipe Emulsi Sediaan ... 31
4.2 Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 33
4.3 Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ... 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
4.1. Kesimpulan ... 39
4.2. Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA ... 40
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Formula Sediaan Krim dengan Minyak Zaitun Sebagai
Pelembab ... 22
Tabel 2 Formula Sediaan Krim dengan Gliserol Sebagai Pelembab ... 23
Tabel 3 Data Pengamatan Terhadap Sediaan Pada Saat Sediaan Selesai dibuat, 1, 4, 8, dan 12 minggu ... 27
Tabel 4 Data Pengukuran pH Sediaan Selesai dibuat ... 29
Tabel 5 Data Pengukuran pH Sediaan setelah Penyimpanan Selama 12 Minggu ... 30
Tabel 6 Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 32
Tabel 7 Data Uji Daya Iritasi terhadap Kulit Sukarelawan...33
Tabel 8 Data Kemampuan Krim Minyak Zaitun Untuk Mengurangi
Penguapan Air Dari Kulit………34
Tabel 9 Data Kemampuan Krim Gliserol Untuk Mengurangi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Minyak Zaitun ... 41
Gambar 2 Sediaan Krim .. ... 41
Gambar 3 Sediaan Krim Setelah Penyimpanan Selama 12 minggu ... 42
Gambar 4 Uji Tipe Emulsi Minyak Zaitun ... ...42
Gambar 5 Uji Tipe Emulsi Gliserol………..43
Gambar 6 Uji Tipe Emulsi di atas Objek Glass ... 43
Gambar 7 Rangkaian Alat Untuk Pengujian ... 44
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Gambar minyak zaitun………...…...41
Lampiran 2 Gambar sediaan krim... . 41
Lampiran 3 Gambar sediaan krim seyelah penyimpanan selama
12 minggu ...42
Lampiran 4 Gambar uji tipe emulsi minyak zaitun………...42
Lampiran 5 Gambar rangkaian alat yang digunakan untuk
pengujian ………..…...44
Lampiran 6 Gambar pH meter... ...45
Lampiran 7 Perhitungan... ...46
ABSTRAK
Minyak zaitun adalah salah satu contoh bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan pelembab kulit. Minyak zaitun mengandung zat-zat minyak, berbagai vitamin, dan sejumlah kecil mineral. Minyak zaitun merupakan pelembab yang baik untuk melembabkan kulit wajah dan tubuh. Gliserol juga dapat digunakan sebagai pelembab dimana dapat mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum.
Berdasarkan fungsi dari minyak zaitun dan gliserol dicoba untuk melakukan penelitian dengan membandingkan minyak zaitun dan gliserol yang dibuat menjadi sediaan hand cream. Minyak zaitun dan gliserol diformulasikan dalam krim tipe m/a untuk membuat sediaan yang berfungsi sebagai pelembab.
Telah dilakukan penelitian terhadap minyak zaitun dan gliserol dalam dasar krim m/a (minyak/air) sebagai pelembab. Konsentrasi minyak zaitun dan gliserol yang digunakan adalah 0,5%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12%. Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan, antara lain: uji homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen. Pada penyimpanan selama 12 minggu sediaan krim minyak zaitun dan gliserol adalah stabil atau tidak mengalami perubahan warna, bau, maupun pecahnya emulsi. Sediaan krim minyak zaitun mempunyai pH 7,4 – 7,63, sedangkan gliserol mempunyai pH 7,5 – 7,67. Sediaan krim yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi minyak zaitun dan gliserol yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Tetapi kemampuan minyak zaitun untuk mengurangi penguapan air dari kulit lebih besar daripada gliserol.
ABSTRACT
Olive oil is one of natural material can be as moisturizing skin. Olive oil contain substance of oil, some kind of vitamin, and few mineral. Olive oil is good moisturizing for face and body. Glycerol also can be used as moisturizer.
Based on the function of olive oil and glycerol can be tried to do a research compare moisturizers of olive oil and glycerol is made to be hand cream. Olive oil and gliserol was formulated in a type of cream o/w to made preparations used to as moisturizer.
A research has been done to the olive oil and glycerol in o/w (oil/water) cream base as natural moisturizer in cream preparations. The concentration of olive oil and glycerol used were 0.5%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, and 12%. Some test have been done to the preparation including homogenate test, stability observation, pH determination, type of emulsion determation, skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of water on the 6 volunteers skin.
The result of the homogenate test showed that moisturizing cream preparation was homogenous. In the storage of 12 weeks preparation cream, olive oil and glycerol are stable. Olive oil having pH 7.4 – 7.63, while glycerol having pH 7.5 – 7.67. Produced of the preparation cream was type of emulsion o/w, does not irritated skin and cause itching and does not cause rough skin. Result of testing the ability reducing water evaporation from the skin showed higher concentration of olive oil and glycerol were added into the cream preparation the grater ability of the cream to reduce the evaporation of water from the skin. But ability olive oil to reduce the evaporation of water from the skin higher than glycerol.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kulit merupakan ”selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus, respirasi dan pengaturan suhu
tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk
melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari.
Kulit juga merupakan salah satu panca indera manusia yang terletak di
permukaan tubuh. Bagi tubuh kulit mempunyai fungsi yang sangat penting dan
fungsi ini tidak sepadan dengan lapisannya yang tipis. Berkaitan dengan letaknya
yang ada di permukaan tubuh maka kulit merupakan organ pertama yang terkena
pengaruh tidak menguntungkan dari lingkungan. Oleh karenanya menjaga
kesehatan kulit sama pentingnya dengan menjaga organ lain (Santoso, 2001).
Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan kulit diperlukan jenis
kosmetik tertentu. Selama kosmetik tersebut tidak mengandung bahan berbahaya
yang secara farmakologis aktif mempengaruhi kulit, penggunaan kosmetik jenis
ini menguntungkan dan bermanfaat untuk kulit itu sendiri.
Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,
pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga
untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta indrustrinya baru dimulai
secara besar-besaran pada abad ke-20. Kosmetik menjadi salah satu bagian dunia
antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang disebut kosmetik medik
(cosmeceuticals) (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,
dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan
kedalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud
untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan
tidak termasuk golongan obat (Wasitaatmadja, 1997).
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI, sediaan krim tangan termasuk
penggolongan kosmetik bagian preparat perawatan kulit. Krim adalah sediaan
setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60%
dimaksudkan untuk pemakaian luar. Bahan yang digunakan mencakup zat
emolien, zat sawar (barier), zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat
penutup kulit yang berpori lebar, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat
warna (Ditjen POM, 1985).
Kosmetik pelembab yang didasarkan pada gliserol akan mengering di
permukaan kulit, membentuk lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap
uap air dari udara dan mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini
membuat kulit nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum
corneum kulit. Tetapi konsentrasi gliserol yang tinggi sedikit banyak dapat
mengiritasi kulit. Sekarang konsentrasi gliserol yang lazim digunakan adalah
10-20 %. Sedangkan kosmetik yang ditambahkan campuran minyak seperti minyak
tumbuhan lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus
sel-sel stratum corneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat (Tranggono
Minyak zaitun dengan kandungan asam oleat hingga 80% dapat
mengenyalkan kulit dan melindungi elastis kulit dari kerusakan. Selain itu,
minyak zaitun juga kaya vitamin E yang merupakan anti penuaan dini
(Surtiningsih, 2005).
Dalam penelitian ini peneliti ingin membandingkan gliserol dengan
humektan jenis minyak yang mana pada penelitian ini yang digunakan adalah
minyak zaitun (Olea europaea).
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol dapat diformulasikan
kedalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.
2. Berapa persentase kemampuan minyak zaitun (Olea europaea) dan
gliserol mengurangi penguapan air dari kulit tangan atau melembabkan
kulit tangan dalam bentuk sediaan krim.
3. Apakah minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol mempunyai daya
kelembaban yang berbeda pada kulit tangan dalam sediaan krim.
1.3 Hipotesa
1. Minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol dapat diformulasikan ke
dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.
2. Semakin tinggi konsentrasi minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol,
maka semakin tinggi persentase mengurangi penguapan air dari kulit
tangan atau melembabkan kulit tangan dalam bentuk sediaan krim
3. Minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol mempunyai daya kelembaban
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol
dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.
2. Untuk mengetahui persentase minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol
mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit tangan dalam
sediaan krim.
3. Untuk mengetahui perbandingan daya kelembaban minyak zaitun (Olea
europaea) dan gliserol pada kulit tangan dalam sediaan krim.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman Zaitun
Pohon zaitun memiliki keistimewaan yaitu mempunyai umur yang
panjang, umurnya dapat mencapai 600 tahun. Satu pohon zaitun bisa
membuahkan 15-20 kg zaitun per tahun. Spanyol, Italia, Yunani, Turki, Tunisia,
Portugis, Maroko, Suriah, Aljazair, Argentina, dan Prancis adalah negara-negara
penghasil minyak zaitun.
Zaitun biasanya berbunga antara bulan Juni hingga Oktober. Minyak
zaitun dapat berkualitas baik setelah 6-8 bulan dari masa berbunga. Saat itu, buah
zaitun berwarna hitam sebagai tanda telah matang sempurna. Untuk masa panen,
biasanya dimulai dari bulan September hingga bulan Maret tahun berikutnya.
2.1.1 Jenis-jenis Pohon Zaitun
Ada beberapa jenis pohon zaitun, diantaranya :
1. Pohon zaitun darat, biasanya tumbuh di daerah laut Mediterania dan
memberikan minyak yang melimpah.
2. Pohon zaitun Eropa. Ini mencakup 3 zaitun yang terkenal, yaitu :
a. Olea Eoupe Ewawediteuarea.
b. Lape vini.
c. Vari
Tinggi pohon zaitun bisa mencapai 15 meter. Tetapi, kebanyakan para
petani zaitun memotong dahan-dahannya hingga tingginya tidak mencapai 1
meter. Ini dilakukan agar mudah dipetik dan dipanen. Pohon zaitun tahan panas
2.1.2 Kandungan dan manfaat minyak zaitun (Olea europae)
Minyak zaitun terdiri dari zat-zat minyak yang dinamakan glesiredat
(ester) dengan persentase 97% dan zat-zat minyak lainnya. Minyak zaitun juga
mengandung berbagai vitamin (seperti vitamin A, B, C, D, dan vitamin E), zat-zat
pewarna (seperti klorofil, xanthophyll), serta berbagai zat aromatic yang
menimulkan aroma dan rasa yang khas. Terakhir minyak zaitun mengandung
sejumlah kecil mineral (besi, magnesium, dan kalsium), koloid, resin, dan air.
Secara umum, asam-asam lemak dalam minyak zaitun dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :
a. Asam lemak tak jenuh dengan kadar 70-80%. Asam jenis ini memiliki
keistimewaan yakni menjadi cair pada suhu normal. Asam lemak ini
dibagi menjadi asam oleat dan asam linoleat.
b. Asam lemak jenuh dengan kadar 8-10%. Asam jenis ini memiliki
kelebihan memadat pada suhu normal. Asam lemak ini dibagi menjadi
asam palmitat dan asam stearat.
Setiap 100 gram zaitun mengandung zat-zat sebagai berikut : 90 gram
protein, 61 mg kalsium, 22 mg magnesium, 17 mg fosfor, 1 mg besi, 0,22 mg
tembaga, 36 mg klorin, 4,4 gram serat, 180 µg beta karotin, 3-30 mg vitamin K.
Menurut Surtiningsih (2005) minyak zaitun selain digunakan untuk
berbagai masakan juga berkhasiat untuk perawatan kecantikan. Minyak zaitun
kaya vitamin E yang merupakan anti penuaan dini. Minyak zaitun juga
bermanfaat untuk menghaluskan dan melembabkan permukaan kulit tanpa
melembabkan kulit wajah dan tubuh. Selain itu, minyak zaitun bermanfaat untuk
melepaskan lapisan sel-sel kulit mati.
2.1.3 Macam Minyak Zaitun
Minyak zaitun adalah minyak yang dihasilkan dari perasan buah zaitun
yang masih segar (baru). Minyak jenis ini dibagi menjadi :
a. Minyak zaitun virgin (virgin Olive oil)
Diolah dengan metoda mekanika-fisika sederhana tanpa transaksi termal
atau kimia. Minyak ini langsung dikonsumsi apa adanya.
- Extra olive oil : minyak zaitun virgin yang memiliki aroma dan rasa
yang enak, keasamannya tidak lebih dari 1%.
- Fine virgin olive oil : karakteristiknya sama dengan minyak
sebelumnya, tetapi keasamannya 1,5%.
- Semi-fine virgin olive oil : karakteristiknya sama dengan sebelumnya,
tetapi keasamannya mencapai 3%.
- Virgin olive oil lampante : untuk jenis ini tidak baik dikonsumsi
langsung karena rasa dan aromanya kurang enak, tingkat keasamannya
juga lebih dari 3,3%. Minyak jenis ini disebut juga dengan lampante
(minyak lampu) dan harus melalui proses penjernihan.
b. Minyak zaitun sulingan (refined olive oil)
Minyak jenis ini dihasilkan dari penjernihan virgin olive oil secara
berulang yang tidak mempengaruhi struktur kimianya.
c. Minyak zaitun extra virgin (extra virgin olive oil)
d. Minyak zaitun murni (pure olive oil)
2.2 Kulit
Kulit adalah suatu shell yang fleksibel, mudah melentur, protektif,
mengatur diri sendiri yang melindungi sistem kita. Kulit tersusun oleh banyak
macam jaringan, termasuk pembuluh darah, kelenjar lemak, kelenjar keringat,
organ pembuluh perasa dan urat syaraf, jaringan pengikat, otot polos dan lemak
(Moh. Anief, 1997).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² dengan berat
kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh.
(Wasitaatmadja, 1997).
2.2.1 Fungsi kulit
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan
sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan
keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya
ultra violet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap
tekanan dan infeksi dai luar.
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik
maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti
atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur,
bakteri atau virus.
Ganguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak
subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai
pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin
yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan
adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang
mempunyai pH 5,0-6,5.
Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai fungsi sebagai berikut:
− Kulit sebagai filter dan pelindung.
Kulit mempunyai kemampuan untuk memilih bahan-bahan yang penting
bagi tubuh sehingga dapat mencegah bakteri dan zat kimia masuk kedalam
tubuh. Selain itu, kulit dapat melindungi tubuh terhadap benturan fisik,
sinar matahari, panas dan dingin.
− Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam
jaringan tubuh.
Lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam tubuh. Kulit
mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit mengalami luka
atau retak daya ikat terhadap air akan berkurang.
− Kulit mengatur suhu tubuh.
Kulit membantu dan menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara
melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas. Keringat tersebut menguap
merasa kedinginan, pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga
tubuh akan tertahan.
− Kulit sebagai sistem syaraf yang sensitif
Kulit terdiri dari sistem syaraf yang peka terhadap ancaman dari luar,
seperti dingin, panas, sentuhan, dan tekanan. Oleh karena itu, kulit segera
memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem syaraf tersebut
(Wirakusumah, 1994).
2.2.2 Struktur Kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda.
Ketiga lapisan tersebut yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan
hipodermis (subkutan).
a. Lapisan Epidermis (kutikel)
Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar terdiri
dari sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu:
− Lapisan tanduk (stratum korneum)
Adalah lapisan yang paling luar dan terdiri dari beberapa sel-sel gepeng
yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi
keratin (zat tanduk).
− Lapisan rintangan (stratum lusidum)
Terdapat dibawah lapisan tanduk, merupakan lapisan sel-sel gepeng
tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang
disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar
dan terdapat inti diantaranya.
− Lapisan tajuk (stratum spinosum)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya
berbeda-beda karena adanya proses mitosis.
− Lapisan tunas (stratum basale)
Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada
pembatasan demo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan
tuna juga termasuk sel-sel yang disebut melanocytes, yaitu sel-sel yang
memproduksi pigmen melanin.
b. Lapisan Dermis
Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan
elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2
bagian:
1. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
2. Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan,
bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut
kolagen elastis dan retikulin.
c. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,
berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu
tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan
berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan
memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya
(Wirakusumah, 1994).
2.2.3 Jenis Kulit
Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian :
1. Kulit Normal
Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan
elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
2. Kulit Berminyak
Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang
berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori kulit
lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.
3. Kulit Kering
Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun
sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihatnya kerutan
(Wasitaatmadja, 1997).
2.3 Emulsi
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak
tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi
butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini
bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting
agar memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan
membentuk film (lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan
film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan
dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe
M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase
intern adalah air dan fase extern adalah minyak (Anief, 2004).
Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase
dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase
kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air
dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase
minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut
kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian
besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah
menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan
diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985).
Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voight,1995 adalah:
1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit
2. Memberi efek dingin terhadap kulit
3. Tidak menyumbat pori-pori kulit
4. Bersifat lembut
2.4 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri
dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di
tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979).
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O
b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan
dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini
(Lachman, 1994).
Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena
memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak
serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung
air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin,
propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w
2.5. Kosmetik
Kosmetik menurut Peraturan Menteri kesehatan RI No.445/MenKes/1998
adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar
badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan
rongga mulut untk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan,
melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.
Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksudkan dengan ’tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit’ adalah sediaan
tersebut seyogyanya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit (Tranggono dan
Latifah, 2007).
Namun ternyata tidak mudah membedakan antara kosmetik dan obat yang
pemakaiannya topikal pada kulit seperti salep, krim, bedak, pasta, atau losio.
Pengguanaan kosmetik juga diharapkan untuk menghasilkan suatu perubahan baik
dalam struktur maupun faal sel kulit. Misalnya, perubahan susunan sel kulit yang
tua ke arah yang lebih muda, atau perubahan produksi kelenjar keringat yang
membentuk minyak permukaan kulit.
Kadang-kadang kosmetik dicampur dengan bahan-bahan yang berasal dari
obat topikal yang dapat mempengaruhi struktur dan faal sel kulit. Bahan-bahan
tersebut misalnya: antijerawat (sulfur, resorsin), antipengeluaran keringat
(aluminium klorida), plasenta, atau hormon (estrogen). Bahan-bahan inilah yang
2.5.1. Kosmetika Pelembab
Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang
bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh
seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit
maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit
menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).
Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan
dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan
sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi
sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah
tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan
non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit
(Wasitaatmadja, 1997).
2.5.2. Alasan kulit dilembabkan
Secara garis besar, retak-retak pada stratum korneum akan menimbulkan
gangguan kulit yang lebih serius. Jika celah-celah berbentuk V itu berkembang
dan bahan-bahan asing seperti sisa sabun, kotoran dan sisa mikroorganisme
masuk, maka kulit yang menjadi kering dan retak-retak itu akan menimbulkan
iritasi dan peradangan atau keratinisasi abnormal yang juga akan melemahkan
kulit. Di sinilah perlunya kosmetik pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit
yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat
2.5.3. Faktor yang menyebabkan dehidrasi kulit
Normalnya, kulit sehat dilindungi dari kekeringan oleh bahan-bahan yang
bisa menyerap air, asam amino, purin, pentose, choline dan derivirat asam fosfat,
yang jumlah totalnya 20% dari berat lapisan stratum korneum. Bahan-bahan yang
larut dalam air tersebut dapat terangkat dari kulit oleh perspirasi atau pencucian
jika bahan-bahan itu dilindungi oleh lapisan lemak tipis yang tidak larut air. Jika
lapisan lemak tipis itu diangkat, bahan-bahan yang dapat larut dalam air itu
terbuka dan siraman air berikutnya akan mengangkat mereka, meninggalkan kulit
yang sebagian atau sepenuhnya kehilangan karakter hidrofilik dan elastisitasnya,
demikianlah penghilangan lapisan lemak kulit menyebabkan dehidrasi kulit.
2.5.4. Macam-macam kosmetik pelembab
Tipe kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Kosmetik pelembab berdasarkan lemak
Kosmetik tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream.
Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit
banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi
lembab dan lembut.
Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar
kemana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat
kulit lengket dan terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup
daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum
corneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan
2. Kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis.
Preparat jenis ini akan mongering di permukaan kulit, membentuk
lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan
mempertahankannya dipermukaan kulit. Preparat ini membuat kulit
Nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum
kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.6. Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab
Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan,
zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).
a. Emolien
Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari
lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.
b. Zat sawar
Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.
c. Humektan
Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban
diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya
bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara
dan menahan air agar tidak menguap.
d. Zat pengemulsi
Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua
bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat,
e. Pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka
waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat
bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas
mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat
antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997).
f. Parfum
Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan
atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari
parfum menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang
BAB III
METODE PERCOBAAN
2.1 Alat-Alat yang Digunakan
Neraca listrik , pH meter , mikroskop, lumpang, stamfer, objek gelas,
alat-alat gelas, tutup pot plastik, kain kasa, penangas air, batang pengaduk, spatel, pot
plastik, cawan porselin.
2.2 Bahan-Bahan yang Digunakan
Setil alkohol, lanolin, paraffin cair, asam stearat, gliserol, metil paraben,
TEA, air suling, minyak zaitun, silika gel.
2.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi berjumlah 12 orang dan
penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
berjumlah 6 orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985) :
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
4. Bersedia menjadi sukarelawan
2.4 Prosedur Kerja
2.4.1 Formula Dasar Krim (Balsam, M.S.,1972).
Setil alkohol 2 %
Lanolin 1 %
Paraffin cair 2 %
Gliserol 12 %
Metil paraben 0,15 %
KOH 1 %
Air suling 68,85 %
Pewangi q.s
2.4.2 Formula Dasar Krim yang Dimodifikasi (Balsam, M.S.,1972).
Setil alkohol 2 %
Lanolin 1 %
Parafin cair 2 %
Asam stearat 13 %
Gliserol 12 %
Metil paraben 0,15 %
TEA 1 %
Air suling 68,85 %
Pewangi q.s
Basa KOH dalam formula dasar krim diganti menggunakan basa TEA
karena dengan menggunakan basa KOH diperoleh hasil krim yang keras dan
mengurangi nilai estetika dari krim tersebut. Sedangkan dengan menggunakan
basa TEA krim yang dihasilkan lebih lembut sehingga dapat meningkatkan nilai
2.4.3 Pembuatan Sediaan Krim
Konsentrasi minyak zaitun dan gliserol yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu: 2 %, 4 %, 6 %, 8 %, 10 %, dan 12%. Adapun formula yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Formula Sediaan Krim Dengan Minyak Zaitun Sebagai Pelembab
Tabel 2. Formula Sediaan Krim Dengan Gliserol Sebagai Pelembab
Keterangan: Formula H: Konsentrasi gliserol 2 % Formula I: Konsentrasi gliserol 4 %
- Penambahan minyak zaitun sebagai pelambab
Setil alkohol, lanolin, paraffin liquid, asam stearat dimasukkan ke dalam
cawan penguap dan dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dan TEA
masing-masing dilarutkan dalam air panas (massa II). Lalu tambahkan massa II ke
dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus secara terus menerus
hingga terbentuk krim. Tambahkan minyak zaitun ke dalam massa krim gerus
- Penambahan gliserol sebagai pelembab
Setil alkohol, lanolin, paraffin liquid, asam stearat dimasukkan ke dalam
cawan penguap dan dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dan TEA
masing-masing dilarutkan dalam air panas (massa II). Lalu tambahkan massa II ke
dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus secara terus menerus
hingga terbentuk krim. Kemudian tambahkan gliserol ke dalam massa krim gerus
homogen. Terakhir tambahkan 3 tetes parfum dan digerus sampai homogen.
2.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
2.5.1 Pemeriksaan Homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
2.5.2 Pengamatan Stabilitas Sedíaan
Cara:
Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam pot plastik.
Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sedíaan telah selesai dibuat,
penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan pada temperatur kamar, bagian
yang diamati berupa pecah atau tidaknya emulsi, pemisahan fase, perubahan
warna dan bau dari sediaan.
2.5.3 Penentuan pH Sediaan
Cara:
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar
standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat
menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling,
lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan
elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga
pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan.
(Rawlins, 2003).
2.6 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
Cara :
Sejumlah tertentu sediaan diapuskan di atas objek gelas, ditambahkan 1
tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan
diamati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan
tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan
tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen POM, 1985).
2.7 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara:
kosmetika dioleskan di belakang telinga, kemudian biarkan selama 24 jam dan
lihat perubahan yang terjadi berupa kemerahan pada kulit, gatal dan pengkasaran
2.8 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air dari Kulit
Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm
yang dirangkai seperti pada lampiran 5, halaman 29.
Cara :
Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah sukarelawan
diberikan tanda berupa lingkaran yang sama diameternya dengan diameter tutup
pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Pada wadah
plastik yang belum dilubangi ditimbang 10 g silika gel. Wadah silika gel tersebut
dialasi dengan kain kasa kemudian silika gel yang sudah ditimbang dibungkus
dengan kain kasa tersebut sehingga silika gel tidak jatuh meskipun wadah silika
dibalikkan. Wadah plastik yang lain dilubangi, kemudian wadah plastik disatukan
dengan menggunakan isolatip transparan, wadah yang berlubang berada pada
bagian bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup. Selanjutnya wadah plastik
diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah diolesi sediaan. Agar
wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk mencegah pengaruh
udara dari lingkungan maka digunakan isolatif transparan yang ditempelkan
sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut. Alat ini dibiarkan menempel
selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang
kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan blanko sebagai kontrol
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Penentuan Mutu Fisik Sediaan
3.1.1. Homogenitas Sedíaan
Dari percobaan yang dilakukan pada sedíaan krim pelembab tidak
diperoleh butiran-butiran, maka sedíaan krim pelembab dikatakan homogen.
3.1.2. Stabilitas Sediaan
Tabel 3. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat Sediaan
Keterangan: Formula A: Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula B: Konsentrasi minyak zaitun 2%
Formula C: Konsentrasi minyak zaitun 4%
bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan
perubahan bau.
Dari data di atas di peroleh hasil bahwa selama penyimpanan selama 12
minggu tidak terjadi perubahan warna, bau, maupun pecahnya emulsi.
3.1.3. pH Sedíaan
pH sedíaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan
Tabel 4. Data Pengukuran pH Sediaan pada saat selesai di buat
No Formula pH
I II III Rata-rata
1. A 7,0 7,2 7,3 7,17
2. B 7,5 7,4 7,3 7,4
3. C 7,6 7,4 7,5 7,5
4. D 7,6 7,6 7,4 7,53
5. E 7,7 7,6 7,6 7,63
6. F 7,6 7,6 7,5 7,57
7. G 7,7 7,7 7,5 7,6
8. H 7,5 7,5 7,4 7,47
9. I 7,6 7,6 7,4 7,53
10. J 7,7 7,5 7,5 7,57
11. K 7,7 7,5 7,6 7,6
12. L 7,7 7,7 7,5 7,63
Tabel 5. Data Pengukuran pH Sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu
Hasil penentuan pH sediaan pada saat sediaan selesai di buat, didapatkan
bahwa pH dari formula A: 7,17 ; formula B: 7,4 ; formula C: 7,5 ; formula D: 7,53
; formula E: 7,63 ; formula F: 7,57 ; formula G: 7,6 ; formula H: 7,47 ; formula I:
7,53 ; formula J: 7,57 ; formula K: 7,6 ; formula L: 7,63 ; formula M: 7,67.
Hasil penentuan pH sediaan setelah penyimpanan 12 minggu, didapatkan
bahwa pH dari formula A: 7,2 ; formula B: 7,37 ; formula C: 7,43 ; formula D:
7,47 ; formula E: 7,53 ; formula F: 7,5 ; formula G: 7,57 ; formula H: 7,4 ;
formula I: 7,43 ; formula J: 7,5 ; formula K: 7,57 ; formula L: 7,6 ; formula M:
7,63. Menurut Balsam (1972), pH untuk sediaan krim tangan dan badan adalah
5-8, sehingga formula diatas memenuhi syarat pH untuk krim tangan dan tidak
mengiritasi kulit. Namun selama penyimpanan selama 12 minggu sediaan krim
mengalami penurunan pH. Hal ini disebabkan karena pengaruh reaksi hidrolisis
yang terjadi dalam sediaan krim.
3.1.4. Tipe Emulsi Sediaan
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan menggunakan
Tabel 6. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
No Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan
Ya Tidak
Keterangan : Formula A : Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula B : Konsentrasi minyak zaitun 2%
Formula C : Konsentrasi minyak zaitun 4%
Menurut Ditjen POM (1985), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat
dilakukan dengan menggunakan biru metil bila diaduk biru metil terlarut
Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel 5 diatas, formula
krim dengan konsentrasi gliserol dan minyak zaitun 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, dan
12% juga blanko menunjukkan biru metil dapat larut dalam krim tersebut. Dengan
demikian larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan
krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi m/a.
3.3 Data Uji Daya Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Tabel 7. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
NO Pernyataan
terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika dibagian bawah
diatas, ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa kemerahan, gatal atau
pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.
3.4 Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit
Pengujian dilakukan terhadap 6 orang sukarelawan yang berusia 20-30
tahun yang berjenis kelamin perempuan. Data yang diperoleh merupakan rata-rata
dari 3 kali perlakuan untuk setiap sukarelawan dimana diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 8. Data Kemampuan Sediaan Krim Minyak Zaitun Untuk Mengurangi
Penguapan Air Dari Kulit
No Sukarelawan Persentase Pengurangan Penguapan Air Pada Formula Minyak Zaitun
(%)
Grafik 1. Persentase Pengurangan Penguapan Air dari Kulit pada Krim Minyak Zaitun
Tabel 9. Data Kemampuan Sediaan Krim Gliserol Untuk Mengurangi Penguapan
Air Dari Kulit
Grafik 2. Persentase Pengurangan Penguapan Air dari Kulit pada Krim Gliserol
Dari data diatas dapat dilihat bahwa krim minyak zaitun dan gliserol
mempunyai perbandingan dimana krim minyak zaitun dengan konsentrasi 2%
mampu mengurangi penguapan air sebesar 17,39% sampai 27,73%, sedangkan
krim gliserol dengan konsentrasi 2% mampu mengurangi penguapan air dari
kulit sebesar 13,04% sampai 21,05%, untuk krim minyak zaitun konsentrasi 4%
mampu mengurangi penguapan air sebesar 26,09% sampai 36,84%, sedangkan
krim gliserol dengan konsentrasi 4% mampu mengurangi penguapan air dari
kulit sebesar 22,73% sampai 31,58%, untuk krim minyak zaitun konsentrasi 6%
mampu mengurangi penguapan air sebesar 36,36% sampai 47,37%, sedangkan
krim gliserol dengan konsentrasi 6% mampu mengurangi penguapan air dari
kulit sebesar 30,43% sampai 42,10%, untuk krim minyak zaitun konsentrasi 8%
mampu mengurangi penguapan air sebesar 47,83% sampai 68,42%, sedangkan
krim gliserol dengan konsentrasi 8% mampu mengurangi penguapan air dari
kulit sebesar 39,13% sampai 63,16%, untuk krim minyak zaitun konsentrasi 10% 0
krim gliserol dengan konsentrasi 10% mampu mengurangi penguapan air dari
kulit sebesar 52,17% sampai 68,42 %, untuk krim minyak zaitun konsentrasi 12%
mampu mengurangi penguapan air sebesar 75,00% sampai 84,21%, sedangkan
krim gliserol dengan konsentrasi 12% mampu mengurangi penguapan air dari
kulit sebesar 63,63% sampai 73,68%, sedangkan blanko hanya mampu
mengurangi penguapan air sebesar 4,35% sampai 5,26%.
Dari data diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sampel
yang ditambahkan dalam sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan
sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Krim dengan penambahan
minyak zaitun sebagai pelembab mempunyai kemampuan mengurangi penguapan
air lebih besar daripada krim dengan penambahan gliserol. Menurut Ayu Sekar
(2010) minyak zaitun dapat mengunci kandungan air dalam kulit dengan cara
menghalangi penguapan pada lapisan terluar kulit atau mengambil air dari dermis
kemudian membawa ke permukaan kulit (pelembab humektan). Minyak zaitun
dengan kandungan asam oleat yang tinggi hingga 80 % akan lebih mudah
bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum corneum
sehingga dapat melembabkan kulit dan melindungi elastis kulit dari kerusakan.
Kandungan vitamin E dalam minyak zaitun merupakan anti penuaan dini
dan mampu menghaluskan dan melembabkan permukaan kulit tanpa menyumbat
pori-pori. Minyak zaitun merupakan pelembab yang baik untuk melembabkan
kulit wajah dan tubuh. Selain itu, minyak zaitun bermanfaat untuk melepaskan
lapisan sel-sel kulit mati (Surtiningsih, 2005).
Gliserol membentuk lapisan yang bersifat higroskopis yang mampu
membuat kulit nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum
corneum. Jadi, minyak zaitun dengan kandungan asam lemak tak jenuhnya (asam
oleat) dan vitamin mampu mengurangi penguapan air dari kulit lebih besar
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol dapat diformulasikan dalam
bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan
semuanya homogen dan stabil pada penyimpanan selama 12 minggu.
Sediaan krim minyak zaitun mempunyai pH 7,4-7,63, sedangkan krim
gliserol mempunyai pH 7,47-7,67 serta tidak mengiritasi kulit.
2. Penambahan minyak zaitun (Olea europaea) dan gliserol dalam sediaan
krim mampu mengurangi penguapan air pada kulit, bahwa semakin tinggi
konsentrasi sampel yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin
tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut mengurangi penguapan air
dari kulit.
3. Persentase kemampuan minyak zaitun (Olea europaea) dalam mengurangi
penguapan air pada kulit lebih besar dari pada gliserol pada konsentrasi
2%-12%, dan yang paling besar adalah pada konsentrasi 12%.
5.2. Saran
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat membandingkan
humektan minyak lainnya dengan minyak zaitun, seperti minyak jarak, VCO, dan
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal.132.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaam Farmasi. Edisi Keempat. Penerbit Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 387-389.
Balsam, M.S. (1972). Cosmetics Science and Technology. Second edition. London. Jhon Willy and Son, Inc. Hal.211
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 33.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 83, 97, 356.
Hammad, Sa’id. (2010). 70 Resep Sehat dangan Minyak Zaitun. Solo: Penerbit PT Aqwam. Hal. 27-35.
Putriyanti, D. (2009). 100% Cantik Rahasia di Balik Buah dan Sayur. Yogyakarta: Penerbit Best Publisher. Hal. 36.
Rawlins, E. A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London: Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.
Santoso, D. (2001). Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 1.
Surtiningsih, (2005). Cantik dengan Bahan Alami. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. Hal. 67
Tranggono, R. I dan Fatma Latifah. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 46.
LAMPIRAN Lampiran 1. Gambar minyak zaitun
Gambar 1. Minyak Zaitun Lampiran 2. Gambar Sediaan krim
Gambar 2. Sediaan krim
Gambar 3. Sediaan krim setelah penyimpana selama 12 minggu Lampiran 4. Gambar uji tipe emulsi minyak zaitun
Gambar 5. Uji tipe emulsi di atas objek gelas
Gambar 6. Uji tipe emulsi di atas objek gelas
Penguapan Air Dari Kulit
Rangkaian alat pada saat pengujian
Tutup Pot Plastik Tidak Berlubang Tutup Pot Plastik Berlubang
Rangkaian Kedua Tutup Pot Plastik
Lampiran 6. Gambar pH meter
Lampiran 7. Perhitungan
Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada
sukarelawan.
a. Pertambahan berat
Petambahan berat = berat akhir – berat awal
Berat awal = 10,01 g
Berat akhir = 10,14 g
Pertambahan berat = 130 mg
b. Presentase pengurangan penguapan
= pertambahan berat tanpa sedíaan – pertambahan berat sediaan
Pertambahan berat tanpa sediaan = 200 mg
Pertambahan berat sediaan = 130 mg
Persentase pengurangan penguapan = 35 %
pertambahan berat sediaan