• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Sediaan Krim Cair Tangan Dan Badan Menggunakan Sari Tomat (Solanum Lycopersicum) Sebagai Bahan Pelembab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Formulasi Sediaan Krim Cair Tangan Dan Badan Menggunakan Sari Tomat (Solanum Lycopersicum) Sebagai Bahan Pelembab"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI SEDIAAN KRIM CAIR TANGAN DAN BADAN

MENGGUNAKAN SARI TOMAT (

Solanum lycopersicum

)

SEBAGAI BAHAN PELEMBAB

SKRIPSI

OLEH: CHRISTINE NIM 091501044

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

FORMULASI SEDIAAN KRIM CAIR TANGAN DAN BADAN

MENGGUNAKAN SARI TOMAT (

Solanum lycopersicum

)

SEBAGAI BAHAN PELEMBAB

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH: CHRISTINE NIM 091501044

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN KRIM CAIR TANGAN DAN BADAN

MENGGUNAKAN SARI TOMAT (

Solanum lycopersicum

)

SEBAGAI BAHAN PELEMBAB

OLEH:

CHRISTINE NIM 091501044

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 7 Februari 2014 Pembimbing I,

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. NIP 195107031977102001

Pembimbing II,

Dra. Saodah, M.Sc., Apt. NIP 194901131976032001

Panitia Penguji,

Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 130672239

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi Sediaan Krim Cair Tangan dan Badan Menggunakan Sari Tomat (Solanum lycopersicum) Sebagai Bahan Pelembab”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universita Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., dan Dra. Saodah, M.Sc., Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan petunjuk, perhatian, saran dan motivasi selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang memberikan masukan, kritikan, arahan, dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., selaku Kepala Laboratorium Farmasetika Dasar dan Bapak Prof. Dr. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., selaku Kepala Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU yang telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian.

(5)

moril maupun materil, serta Fransiska dan Iwan atas doa, dorongan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada teman-teman seangkatan yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan saran, dukungan, dan doa selama penelitian dan penyusunan skripsi ini berlangsung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi.

Medan, 7 Februari 2013

Penulis,

Christine

(6)

FORMULASI SEDIAAN KRIM CAIR TANGAN DAN BADAN

MENGGUNAKAN SARI TOMAT (

Solanum lycopersicum

)

SEBAGAI BAHAN PELEMBAB

ABSTRAK

Tomat merupakan sumber vitamin A, B, C, dan E, sejumlah mineral penting dan pigmen alami yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Tomat mempunyai beberapa manfaat untuk perawatan kulit sehingga kulit lebih sehat dan cantik. Vitamin A dan karoten dalam tomat dapat meningkatkan kandungan air pada kulit. Oleh karena itu kelembapan kulit akan terjaga dan kulit tidak akan menjadi kering. Telah dilakukan penelitian sari tomat (Solanum lycopersicum) yang diformulasi dalam sediaan krim cair sebagai pelembab. Tujuan penelitian untuk mengetahui manfaat sari tomat sebagai pelembab dan dapat diformulasi dalam bentuk sediaan krim cair tipe emulsi m/a.

Tomat dijus dengan menggunakan juicer. Sari tomat dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer pada suhu -40°C dan tekanan 2 atm. Dibuat sediaan krim cair dengan konsentrasi sari tomat yang digunakan adalah 2, 4, 6, dan 8% kemudian sediaan dibandingkan dengan sediaan blanko (dasar krim) dan gliserin 2%. Pengujian yang dilakukan terhadap sediaan adalah pemeriksaan mutu fisik meliputi uji homogenitas, penentuan tipe emulsi, viskositas, pengamatan stabilitas sediaan (yang meliputi perubahan bau, warna dan pecah tidaknya emulsi selama 12 minggu), penentuan pH, uji iritasi terhadap kulit dan uji kemampuan sediaan dalam mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sari tomat dengan konsentrasi 2, 4, 6 dan 8% dapat diformulasi menjadi sediaan krim cair dengan tipe emulsi m/a. Uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim cair tangan dan badan yang dihasilkan adalah homogen. pH sediaan berkisar 6,2 - 6,6. Sediaan tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Data pengamatan stabilitas sediaan menunjukkan bahwa sediaan yang mengandung sari tomat 2% dan 4% tetap stabil hingga minggu ke-12 sedangkan untuk sediaan yang mengandung sari tomat 6% dan 8% mengalami perubahan bau. Hasil uji kemampuan krim dalam mengurangi penguapan air dari kulit dengan konsentrasi sari tomat 2; 4; 6; 8%; krim yang mengandung gliserin 2%; dan dasar krim adalah 28,44; 33,64; 37,95; 40,39; 39,66; dan 23,59%. Sediaan yang mengandung sari tomat 8% memiliki kemampuan mengurangi penguapan air dari kulit yang lebih besar dari sediaan pembanding. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sari tomat dapat diformulasikan menjadi sediaan krim cair tipe emulsi m/a dan sediaan mampu mengurangi penguapan air dari kulit.

(7)

THE FORMULATION OF HAND AND BODY LOTION USING TOMATO JUICE (Solanum lycopersicum) AS A MOISTURIZING AGENT

ABSTRACT

Tomato is a source of vitamin A, B, C, and E, some minerals and pigments which have ability as an antioxidant. Tomato has some advantages for skin care in order to create more healthy and beautiful skin. Vitamin A and carotene in tomato are able to elevate water contents on skin. Moisture levels will be maintained and skin would not be dry. A research had been conducted to formulate the tomato juice (Solanum lycopersicum) into a hand and body lotion as a moisturizing agent. The research purposes were to determine the ability of tomato juice as a moisturizing agent and to formulate into lotion with o/w emulsion type.

Tomato juice was obtained by using a juicer. Tomato juice was dried using freeze dryer at -40°C temperature and 2 atm pressure. The concentrations of tomato juice were used are 2, 4, 6, and 8% and then they were compared with blank product and a product which contains 2% glycerin. Some tests were performed on the product were physical quality inspection including homogeneity test, determinate the type of emulsion, product’s viscosity, product’s stability examination (such as the changes of odor, color and the consistency for 12 weeks), pH determination, skin irritation test and the ability of the product to reduce water evaporation from the skin using 12 volunteers.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tomat ... 5

2.1.1 Sistematika tanaman tomat ... 5

2.1.2 Manfaat dan kandungan tomat ... 6

2.2 Kulit ... 7

(9)

2.2.3 Pentingnya melembabkan kulit ... 11

2.5.1 Bahan-bahan dalam sediaan krim cair tangan dan badan ... 17

3.4.4 Formulasi sediaan krim cair tangan dan badan ... 22

3.4.4.1 Formula standar ... 22

3.4.4.2 Formula modifikasi ... 23

3.4.4.3 Pembuatan sediaan krim cair tangan dan badan ... 24

3.5 Pemeriksaan Terhadap Sediaan ... 24

3.5.1 Pemeriksaan homogenitas ... 24

(10)

3.5.3 Pengukuran pH sediaan ... 25

3.5.4 Penentuan stabilitas sediaan ... 25

3.5.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan ... 25

3.5.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 26

3.5.7 Pengukuran viskositas sediaan ... 27

3.5.8 Pengukuran angka lempeng total ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Hasil Pembuatan Sari Tomat ... 28

4.2 Pemeriksaan terhadap Sediaan ... 28

4.2.1 Pemeriksaan homogenitas ... 28

4.2.2 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 28

4.2.3 Pengukuran pH sediaan ... 29

4.2.4 Penentuan stabilitas sediaan ... 30

4.2.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan ... 32

4.2.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 33

4.2.7 Pengukuran viskositas sediaan ... 35

4.2.8 Pengukuran angka lempeng total sediaan ... 36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

5.1 Kesimpulan ... 37

5.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Kandungan nilai gizi dan kalori pada sari dan buah tomat

per 100 gram ... 7

Tabel 2 Formula krim cair yang dibuat ... 23

Tabel 3 Data penentuan tipe emulsi sediaan ... 29

Tabel 4 Data pengukuran pH sediaan krim pada saat selesai dibuat ... 29

Tabel 5 Data pengukuran pH sediaan krim setelah penyimpanan selama 12 minggu ... 30

Tabel 6 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat, penyimpanan selama 1, 4, 8, dan 12 minggu ... 31

Tabel 7 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 33

Tabel 8 Data pengurangan penguapan air dari kulit ... 34

Tabel 9 Data pengukuran viskositas absolut sediaan ... 35

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Gambar sediaan krim cair tangan dan badan ... 40

Lampiran 2 Gambar tomat ... 41

Lampiran 3 Gambar sari tomat kering ... 41

Lampiran 4 Gambar juicer ... 42

Lampiran 5 Gambar alat freeze dryer ... 43

Lampiran 6 Gambar viskometer Brookfield ... 44

Lampiran 7 Gambar spindle ... 44

Lampiran 8 Gambar pH meter ... 45

Lampiran 9 Gambar uji kelarutan metilen biru ... 46

Lampiran 10 Gambar rangkaian alat yang digunakan pada pengujian penguapan air pada kulit ... 47

Lampiran 11 Perhitungan dan data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 48

Lampiran 12 Hasil determinasi ... 53

(13)

FORMULASI SEDIAAN KRIM CAIR TANGAN DAN BADAN

MENGGUNAKAN SARI TOMAT (

Solanum lycopersicum

)

SEBAGAI BAHAN PELEMBAB

ABSTRAK

Tomat merupakan sumber vitamin A, B, C, dan E, sejumlah mineral penting dan pigmen alami yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Tomat mempunyai beberapa manfaat untuk perawatan kulit sehingga kulit lebih sehat dan cantik. Vitamin A dan karoten dalam tomat dapat meningkatkan kandungan air pada kulit. Oleh karena itu kelembapan kulit akan terjaga dan kulit tidak akan menjadi kering. Telah dilakukan penelitian sari tomat (Solanum lycopersicum) yang diformulasi dalam sediaan krim cair sebagai pelembab. Tujuan penelitian untuk mengetahui manfaat sari tomat sebagai pelembab dan dapat diformulasi dalam bentuk sediaan krim cair tipe emulsi m/a.

Tomat dijus dengan menggunakan juicer. Sari tomat dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer pada suhu -40°C dan tekanan 2 atm. Dibuat sediaan krim cair dengan konsentrasi sari tomat yang digunakan adalah 2, 4, 6, dan 8% kemudian sediaan dibandingkan dengan sediaan blanko (dasar krim) dan gliserin 2%. Pengujian yang dilakukan terhadap sediaan adalah pemeriksaan mutu fisik meliputi uji homogenitas, penentuan tipe emulsi, viskositas, pengamatan stabilitas sediaan (yang meliputi perubahan bau, warna dan pecah tidaknya emulsi selama 12 minggu), penentuan pH, uji iritasi terhadap kulit dan uji kemampuan sediaan dalam mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sari tomat dengan konsentrasi 2, 4, 6 dan 8% dapat diformulasi menjadi sediaan krim cair dengan tipe emulsi m/a. Uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim cair tangan dan badan yang dihasilkan adalah homogen. pH sediaan berkisar 6,2 - 6,6. Sediaan tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Data pengamatan stabilitas sediaan menunjukkan bahwa sediaan yang mengandung sari tomat 2% dan 4% tetap stabil hingga minggu ke-12 sedangkan untuk sediaan yang mengandung sari tomat 6% dan 8% mengalami perubahan bau. Hasil uji kemampuan krim dalam mengurangi penguapan air dari kulit dengan konsentrasi sari tomat 2; 4; 6; 8%; krim yang mengandung gliserin 2%; dan dasar krim adalah 28,44; 33,64; 37,95; 40,39; 39,66; dan 23,59%. Sediaan yang mengandung sari tomat 8% memiliki kemampuan mengurangi penguapan air dari kulit yang lebih besar dari sediaan pembanding. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sari tomat dapat diformulasikan menjadi sediaan krim cair tipe emulsi m/a dan sediaan mampu mengurangi penguapan air dari kulit.

(14)

THE FORMULATION OF HAND AND BODY LOTION USING TOMATO JUICE (Solanum lycopersicum) AS A MOISTURIZING AGENT

ABSTRACT

Tomato is a source of vitamin A, B, C, and E, some minerals and pigments which have ability as an antioxidant. Tomato has some advantages for skin care in order to create more healthy and beautiful skin. Vitamin A and carotene in tomato are able to elevate water contents on skin. Moisture levels will be maintained and skin would not be dry. A research had been conducted to formulate the tomato juice (Solanum lycopersicum) into a hand and body lotion as a moisturizing agent. The research purposes were to determine the ability of tomato juice as a moisturizing agent and to formulate into lotion with o/w emulsion type.

Tomato juice was obtained by using a juicer. Tomato juice was dried using freeze dryer at -40°C temperature and 2 atm pressure. The concentrations of tomato juice were used are 2, 4, 6, and 8% and then they were compared with blank product and a product which contains 2% glycerin. Some tests were performed on the product were physical quality inspection including homogeneity test, determinate the type of emulsion, product’s viscosity, product’s stability examination (such as the changes of odor, color and the consistency for 12 weeks), pH determination, skin irritation test and the ability of the product to reduce water evaporation from the skin using 12 volunteers.

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat disekitar. Di Mesir, 3500 tahun Sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain misalnya tanah liat, lumpur, arang, batubara. Penggunaan susu, akar, daun, kulit pohon, rempah, minyak bumi, minyak hewan, madu dan lainnya sudah menjadi hal biasa dalam kehidupan masyarakat saat itu. Sekarang kosmetika dibuat tidak hanya dari bahan alami tetapi juga dari bahan sintetik untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Menurut Ditjen POM, kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, dan mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

(16)

sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono dan Latifah, 2007).

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Kosmetik pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).

(17)

Berdasarkan zat yang terkandung pada tomat, peneliti melakukan penelitian dengan sari tomat sebagai bahan pelembab pada sediaan krim cair tangan dan badan.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian adalah:

a. Apakah sari tomat (Solanum lycopersicum) dapat diformulasikan dalam sediaan krim cair tangan dan badan tipe emulsi m/a.

b. Apakah sari tomat dalam bentuk sediaan krim cair tangan dan badan tipe emulsi m/a mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.

1.3Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

a. Sari tomat dapat diformulasikan dalam sediaan krim cair tangan dan badan tipe emulsi m/a.

b. Sari tomat dalam bentuk sediaan krim cair tangan dan badan tipe emulsi m/a mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

(18)

b. Untuk mengetahui kemampuan sari tomat dalam bentuk sediaan krim cair tangan dan badan tipe emulsi m/a dalam mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.

1.5Manfaat Penelitian

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tomat

Buah tomat (Solanum lycopersicum) berasal dari Amerika tropis, ditanam sebagai tanaman buah di ladang, pekarangan, atau ditemukan liar pada ketinggian 1 - 1600 m dpl. Tanaman ini tidak tahan hujan, sinar matahari terik, serta menghendaki tanah yang gembur dan subur (Dalimartha, 2007).

Tanaman tomat tergolong tanaman semusim (annual). Artinya, tanaman berumur pendek yang hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Tanaman tomat merupakan tanaman perdu atau semak yang menjalar pada permukaan tanah dengan panjang mencapai ± dua meter (Firmanto, 2011).

2.1.1 Sistematika tanaman tomat

Menurut hasil determinasi dari Herbarium Medanese, tomat diklasifiksasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Solanum

(20)

2.1.2 Manfaat dan kandungan tomat

Kandungan yang terdapat dalam buah tomat meliputi alkaloid solanin (0,007%), saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat, biflavonoid, protein, lemak, gula (fruktosa, glukosa), adenine, trigonelin, kolin, tomatin, mineral (Ca, Mg, P, K, Na, Fe, sulfur, klorin), vitamin (B1, B2, B6, C, E, niasin), histamin, dan likopen (Dalimartha, 2007).

Sebagai sumber vitamin, buah tomat sangat baik untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit, seperti sariawan karena kekurangan vitamin C, xeropthalmia pada mata akibat kekurangan vitamin A, beri-beri, radang syaraf, lemahnya otot-otot, dermatitis, bibir menjadi merah dan radang lidah akibat kekurangan vitamin B. Sebagai sumber mineral, buah tomat dapat bermanfaat untuk pembentukan tulang dan gigi (zat kapur dan fosfor), sedangkan zat besi (Fe) yang terkandung didalam buah tomat dapat berfungsi untuk pembentukan sel darah merah atau hemoglobin. Buah tomat juga mengandung serat yang berfungsi memperlancar proses pencernaan makanan didalam perut dan membantu memudahkan buang kotoran. Selain itu, tomat mengandung zat potassium yang sangat bermanfaat untuk menurunkan gejala tekanan darah tinggi. Kandungan nilai gizi dan kalori pada tomat ditunjukkan pada Tabel 1 (Firmanto, 2011).

(21)

stabilitas jaringan ikat didalam sel sehingga kelenturan dan kekenyalan kulit terjaga (Tranggono dan Latifah, 2007).

Tabel 1 Kandungan nilai gizi dan kalori pada sari dan buah tomat per 100 gram Jenis Zat Gizi Sari tomat Tomat muda Tomat masak

Kalori (kal)

Kulit menutupi seluruh tubuh dan melindunginya dari rangsangan eksternal dan kerusakan serta dari kehilangan kelembaban. Luas permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m2. Ketebalan kulit bervariasi terhadap usia, jenis kelamin dan lingkungan hidup. Umumnya, kulit pria lebih tebal dibandingkan kulit wanita. Namun, wanita mempunyai lapisan lemak yang tebal pada subkutan. Secara umum, kulit pada kelopak mata adalah yang paling tipis dan kulit pada telapak kaki adalah yang paling tebal (Mitsui, 1997).

2.2.1 Struktur kulit

(22)

a. Epidermis

Lapisan-lapisan penyusun pada epidermis bervariasi pada ketebalan, tergantung pada ukuran sel dan jumlah lapisan sel, berkisar antara 0,8 mm pada telapak tangan dan tapak kaki hingga 0,06 mm pada kelopak mata.

Sel-sel yang mempunyai jaringan epitel yang berbeda dari semua organ, dari lapisan proliferasi sel basal sel-sel tersebut berubah dari sel aktif metabolik menjadi padat, mati, protein keratin. Secara berurutan, epidermis dibedakan atas 5 lapisan (Mithal dan Saha, 2000):

 Lapisan tanduk (stratum corneum)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel-sel yang sudah mati dipermukaan kulit akan melepaskan diri untuk beregenerasi. Permukaan stratum corneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam disebut mantel asam kulit.

 Lapisan jernih (stratum lucidum)

Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat tampak pada telapak tangan dan telapak kaki.

(23)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.

 Lapisan malphigi (stratum spinosum)

Memiliki sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filament-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.

 Lapisan basal (stratum germinativum)

Lapisan terbawah epidermis. Didalam stratum germinivatum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui dendrit-dendritnya (Tranggono dan Latifah, 2007).

b. Dermis

Lapisan ini jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastic dan fibrosa padat dengan elemen selular, kelenjar, dan rambut sebagai adneksa kulit. Lapisan ini terdiri atas (Wasitaatmadja, 1997):

- Pars papilaris, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

- Pars retikularis, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengan subkutan, terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastin dan retikulin. c. Hypodermis (Subkutan)

(24)

terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah bening. Lapisan lemak ini juga berfungsi sebagai bantalan (Wasitaatmadja, 1997).

2.2.2 Fungsi kulit

Kulit sebagai organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa fungsi, diantaranya sebagai berikut:

a. Pelindung Tubuh/Proteksi

Serat elastis dermis dan lapisan lemak subkutan mencegah gangguan mekanik eksternal diteruskan secara langsung terhadap bagian tubuh dalam. Kulit memiliki kapasitas penetralisir basa dan permukaan kulit dijaga tetap pada pH asam lemah agar terlindung dari toksin kimia. Bagian tubuh yang sering mendapat gangguan mekanik kronik akan mempunyai lapisan tanduk yang tebal sehingga terlindung dari rangsangan luar. Lapisan tanduk terluar dan lemak pada permukaan kulit berfungsi sebagai penghalang penetrasi air, cairan tubuh dan terhadap racun dari luar masuk kedalam tubuh. Asam lemak tak jenuh pada kulit mempunyai sifat bakterisid dan mencegah tumbuhnya bakteri dikulit. Pigmen melanin pada kulit mengabsorpsi dan melindungi tubuh dari bahaya radiasi UV (Mitsui, 1997).

b. Pengatur Suhu Tubuh/Termoregulasi

Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah jumlah aliran darah melalui kulit dengan dilatasi dan kontriksi kapiler darah kulit dan dengan penguapan uap air (Mitsui, 1997).

(25)

c. Sistem Pancaindera

Kulit memiliki banyak reseptor sehingga dapat merasakan perubahan disekitarnya. Kulit dapat merasakan tekanan, sentuhan, suhu dan nyeri. Badan Meissner, lempeng Merkel, Golgi Mazzoni menerima rangsangan sentuhan. Badan Pacinian menerima rangsangan tekanan, dan ujung saraf bebas menerima rangsangan nyeri (Mitsui, 1997).

d. Absorpsi

Berbagai substansi diserap melalui kulit kedalam tubuh. Ada 2 jalur penyerapan, yang satu melalui epidermis dan yang lainnya melalui kelenjar sebaseus pada folikel rambut. Steroid seperti hormon wanita, pria dan adrenokortikosteroid, dan juga zat larut lemak seperti vitamin A, D, E dan K diabsorpsi melalui kulit, tetapi zat larut air tidak dapat dengan mudah diserap akibat adanya sawar air dan zat larut air pada lapisan tanduk (Mitsui, 1997).

e. Fungsi Lain

Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan (pucat dan bulu kuduk berdiri tegak), dan digambarkan sebagai organ yang menunjukkan emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D dengan bantuan sinar UV terhadap prekursor vitamin D dalam kulit (Mitsui, 1997).

2.2.3 Pentingnya melembabkan kulit

(26)

Kandungan air di dalam stratum korneum, meskipun sedikit (hanya 10%), sangat penting. Air yang terkandung dalam stratum korneum sangat berpengaruh pada kelembutan dan elastisitas stratum korneum (Tranggono dan Latifah, 2007).

Jika kandungan air dari stratum korneum semakin sedikit, semakin rendah elastisitas jaringan stratum korneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam mirip huruf V. Jika bahan-bahan asing seperti sisa sabun, kotoran dan mikroorganisme masuk dan menumpuk dalam celah V ini, maka kulit yang menjadi kering dan retak-retak akan menimbulkan iritasi dan peradangan yang juga akan melemahkan kulit. Disinilah perlunya kosmetika pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat buruknya (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.3 Emulsi

(27)

Tergantung pada konstituennya, viskositas emulsi dapat sangat bervariasi dan emulsi dalam farmasi bisa disiapkan sebagai cairan atau semisolid (setengah padat). Berdasarkan konstituen dan maksud pemakaiannya, emulsi cair bisa dipakai secara oral, topikal atau parenteral; emulsi semisolid digunakan secara topikal. Banyak preparat farmasi yang mungkin sebenarnya emulsi tidak digolongkan sebagai emulsi karena cocok untuk masuk dalam kategori sediaan farmasi lainnya yang lebih tepat. Misalnya, lotio-lotio tertentu, liniment, krim, dan salep (Ansel, 2005).

2.3.1 Stabilitas emulsi

Emulsi dikatakan pecah jika partikel halus yang terdispersi secara spontan bersatu membentuk partikel yang lebih besar atau berkoalesensi, dan akhirnya terpisah menjadi 2 fase. Secara umum, ada 3 pola kerusakan emulsi, yaitu: Kriming adalah proses mengembangnya partikel dispersi karena pengaruh gravitasi, sehingga masing-masing partikel memisah menjadi bentuk emulsi krim dan emulsi yang lebih encer, masing-masing mengandung lemak berkisar 30 – 35% dan 8 – 10% (Ditjen POM, 1985).

Inversi fase adalah ketidakstabilan emulsi yang terjadi karena perubahan fase m/a menjadi a/m atau sebaliknya. Faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya inversi fase antara lain adalah konsentrasi volume kedua fase, sifat, dan jumlah zat pengemulsi (Ditjen POM, 1985).

(28)

a) Mula-mula terjadi flokulasi, partikel dispersi saling berikatan membentuk kelompok yang lebih besar, tetapi jika dikocok perlahan-lahan akan terdispersi sempurna.

b) Selanjutnya terjadi koalesensi, kelompok partikel dispersi membentuk kelompok yang lebih besar, yang sifatnya ireversibel, secara visual terlihat memisah, tetapi jika dikocok kuat-kuat akan terdispersi sempurna.

Sumber ketidakstabilan lainnya adalah pertumbuhan mikroorganisme. Emulsi m/a yang dibuat dengan bahan alam seperti gom, karbohidrat, dan protein sangat cepat ditumbuhi bakteri pembusuk, jamur, dan bakteri lain (Rawlins, 1977).

2.4 Kosmetik untuk Kulit

Kata ‘kosmetik’ berasal dari bahasa Yunani ‘kosmeticos’ yang berarti berhias. Sejak saat itu semua bahan yang digunakan untuk mempercantik atau mengubah penampilan disebut kosmetik. Kosmetik secara umum untuk penggunaan luar tubuh. Dengan kata lain, diaplikasikan pada kulit, rambut dan kuku untuk menutupi, mewarnai, melembutkan, membersihkan, menutrisi, membentuk, memelihara, menghilangkan dan melindungi (Mithal dan Saha, 2000).

2.4.1 Kosmetik pelembab

(29)

alamiah yaitu dengan memberikan kosmetika pelembab kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Umumnya krim pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan, maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan minyak kulit semula. Kosmetika pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan dalam bentuk cairan minyak tersebut (moisturizing oil), atau campuran minyak dalam air (moisturizing cream) dan dapat ditambah atau di kurangi zat tertentu untuk tujuan khusus (Wasitaatmadja, 1997).

Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah (Wasitaatmadja, 1997): 1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti minyak

hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin, asam stearat, lemak alkohol, setil alkohol, lauril alcohol, propilen glikol, beeswax, steril stearat, carnauba, candelilla, lesitin, kolesterol.

2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit. Misalnya: gliserin, propilenglikol, sorbitol, gelatin, dan beberapa vitamin.

3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik yang menyerap air.

(30)

2.4.2 Jenis kosmetik pelembab

Kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu : kosmetik pelembab berdasarkan lemak dan kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik pelembab berdasarkan lemak

Kosmetik pelembab tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke mana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum corneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah penguapan air kulit, tetapi tidak sampai mencegah sepenuhnya agar kongesti perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik pelembab yang didasarkan pada gliserol dan sejenisnya

(31)

2.5 Krim Cair Tangan dan Badan

Krim tangan dan badan adalah suatu sediaan kosmetika yang digunakan dengan maksud melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering, tidak bersisik dan tidak mudah pecah. Biasanya dibuat dalam bentuk krim dan krim cair atau emulsi (Ditjen POM, 1985).

Formula krim tangan konvensional adalah modifikasi vanishing cream dengan tipe m/a, komposisi dasar menggunakan sabun asam stearat sebagai pengemulsi, asam stearat berlebih, humektan seperti gliserol, dan jumlah air yang tinggi. Formula krim cair bisa sangat mirip, yang membedakan hanya jumlah bahan padatnya (Balsam dan Sargarin, 1972).

Suatu sediaan krim cair tangan dan badan dikatakan baik apabila fungsinya dapat melembutkan kulit, menjaga keseimbangan kulit, dapat dipakai dengan mudah dan dapat disapukan dengan cepat pada permukaan kulit, tidak meninggalkan selaput yang retak-retak pada pemakaiannya, tidak mempengaruhi pengeluaran keringat, mempunyai bau, warna, dan kestabilan fisik yang baik (Balsam dan Sargarin, 1972).

2.5.1 Bahan-bahan dalam sediaan krim cair tangan dan badan

Bahan yang biasa digunakan mencakup zat emolien, zat sawar (barrier), zat penutup untuk kulit yang berpori lebar, zat humektan (pelembab), zat pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).

(32)

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol (Ditjen POM, 1985).

Setil alkohol berbentuk lilin, lempengan putih, granul, atau dadu. Memiliki bau yang lemah dan tidak berasa. Kelarutannya yaitu larut dalam etanol (95%) dan eter, tidak larut dalam air, larut saat dilebur dengan minyak, parafin cair dan padat dengan titik lebur 45°C -52°C. Dalam losion, krim, dan salep, digunakan karena sifat emoliennya dan sebagai bahan pengemulsi. Setil alkohol meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi. Sebagai emolien dan emulgator digunakan dalam konsentrasi 2%-5%. Sebagai pengental dalam krim dan losion biasanya digunakan dengan konsentrasi di bawah 1% (Rowe, dkk., 2009).

a. Zat sawar

Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat (Ditjen POM, 1985).

(33)

c. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban diantara produk dan udara, baik di dalam kulit maupun di luar kulit. Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap (Ditjen POM, 1985).

d. Zat pengemulsi

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).

Sabun trietanolamin-stearat termasuk pengemulsi anionik. Kelebihan dari pengemulsi ini adalah lebih lembut dan lebih mudah larut daripada natrium atau kalium stearat. Sabun trietanolamin-stearat menghasilkan emulsi yang stabil, tetapi pada penyimpanan cenderung mengental dan akhirnya membentuk gel. (Balsam dan Sargarin, 1972).

e. Pengawet

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat anti kuman sehingga menangkal aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja, 1997).

(34)

sediaan topikal sebanyak 0,02%-0,3% sebagai antimikroba, efektif pada pH 4-8 (Rowe, dkk., 2009).

f. Antioksidan

Proses oksidasi dialihkan dan kestabilan dari obat diawetkan dengan zat-zat yang disebut antioksidan, yang bereaksi dengan satu atau lebih senyawa dalam obat. Untuk menjaga kemajuan reaksi rantai umumnya, antioksidan bereaksi dengan memberikan atom-atom hidrogen yang tersedia kepada elektron-elektron dari radikal bebas. Antioksidan yang paling sering digunakan dalam preparat air adalah natrium sulfit, natrium bisulfit, natrium metabisulfit, asam hipofosforus, dan asam askorbat (Ansel, 2005).

Natrium metabisulfit digunakan sebagai antioksidan dalam sediaan oral, parenteral dan topikal, pada konsentrasi 0,01-1,0% b/v. Natrium metabisulfit juga memiliki aktivitas antibakteri, yang berperan lebih baik pada pH asam, dan juga dapat digunakan sebagai bahan pengawet pada preparat oral seperti sirup (Rowe, dkk., 2009).

g. Parfum

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi proses penyiapan sampel, pembuatan sari, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi terhadap sukarelawan, dan uji kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit.

3.1 Alat-Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : viskometer Brookfield, pH meter (Hanna Instruments), juicer (Cosmos), neraca listrik (Boeco Germany), freeze dryer (VirTis “benchtop K”), mikroskop (Boeco Germany), lumpang porselen, stamfer, objek dan dek gelas, alat-alat gelas, kain kasa, penangas air, spindle no.63, batang pengaduk, spatel, sudip, pot plastik, selotip transparan.

3.2 Bahan-Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Asam stearat, setil alkohol, gliserin, trietanolamin, akuades, nipagin, natrium metabisulfit, oleum rosae, silika gel, tomat, metil biru, larutan dapar pH asam (4,01) dan larutan dapar pH netral (7,01).

3.3 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan sediaan dalam mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12 orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):

(36)

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah tomat yang dibeli di Pajak Sore, Padang Bulan.

3.4.2 Identifikasi sampel

Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Medanense, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, USU. Hasil identifikasi sampel dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 52. Gambar tomat dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 41 .

3.4.3 Pembuatan sari tomat

Tomat segar berwarna merah seberat 1,5 kg dibersihkan dari kotoran dengan cara mencucinya dengan air bersih, ditiriskan, dan dihaluskan dengan juicer hingga diperoleh sari sebanyak 1,2 L. Sari tomat lalu dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu -40°C dengan tekanan 2 atm selama 48 jam. Gambar juicer dapat dilihat pada lampiran 4, halaman 42 . Gambar alat freeze dryer dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 43.

3.4.4 Formulasi sediaan krim cair tangan dan badan 3.4.4.1 Formula standar

(37)

Asam stearat 12 g

Formula krim cair yang dibuat dapat dilihat pada Tabel 2. Modifikasi dilakukan dengan menghilangkan sorbitol sirup dan propilen glikol yang merupakan humektan dan menambahkan natrium metabisulfit sebagai antioksidan. Sehingga formula dasar krim cair yang digunakan adalah:

Asam stearat 12 g Tabel 2. Formula krim cair yang dibuat

Komposisi Formula

(38)

E : Formula krim dengan konsentrasi sari tomat 8% F : Formula krim dengan konsentrasi gliserin 2%

3.4.4.3 Pembuatan sediaan krim cair tangan dan badan

Lumpang porselin diisi dengan air panas dan didiamkan sampai dinding luar lumpang terasa panas, kemudian air panas dibuang dan lumpang dikeringkan. Ditimbang bahan-bahan yang akan diperlukan untuk membuat dasar krim. Asam stearat dan setil alkohol dilebur di atas penangas air (massa I). Kemudian nipagin, natrium metabisulfit dan trietanolamin dilarutkan dalam akuades panas (massa II). Kemudian massa I dimasukkan ke dalam lumpang porselin panas, ditambahkan massa II dan di aduk secara konstan hingga diperoleh massa krim cair.

Sari tomat digerus halus dan ditimbang. Lalu ditambahkan dasar krim yang telah ditimbang dan digerus hingga homogen. Ditambahkan oleum rosae sebanyak 3 tetes, diaduk, kemudian dimasukkan ke dalam wadah.

3.5 Pemeriksaan terhadap sediaan 3.5.1 Pemeriksaan homogenitas

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.5.2 Penentuan tipe emulsi sediaan

Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pengenceran fase dan dengan pewarnaan.

(39)

Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1 tetes metil biru, diaduk. Tutup dengan kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen POM, 1985).

3.5.3 Pengukuran pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan akuades, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 0,5 gram sediaan dan dilarutkan dalam 50 ml akuades. Kemudiaan elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan nilai pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 1977).

3.5.4 Penentuan stabilitas sediaan

Sebanyak 50 ml dari masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik 100 ml. Selanjutnya dilakukan pengamatan berupa pecah atau tidaknya emulsi, perubahan warna, dan perubahan bau pada saat sediaan selesai dibuat serta dalam penyimpanan selama 1, 4, 8, dan 12 minggu (Ansel, 2005). 3.5.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan

(40)

3.5.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm yang dirangkai. Gambar rangkaian alat yang digunakan pada pengujian penguapan air pada kulit dapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 47.

Sediaan ditimbang sekitar 500 mg. Pada bagian lengan bawah sukarelawan

diberikan tanda berupa lingkaran yang sama diameternya dengan diameter tutup pot

plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Sebelum dipakai,

silika gel diaktifkan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan, kemudiaan disimpan

pada desikator. Pada kain kasa ditimbang seksama 10 g silika gel dan dibungkus, lalu

dimasukkan dalam wadah plastik yang belum dilubangi. Wadah plastik yang lain

dilubangi, kemudian wadah plastik disatukan dengan menggunakan selotip

transparan, wadah yang berlubang berada pada bagian bawah, dan posisi kedua

wadah menelungkup. Selanjutnya wadah plastik diletakkan pada lengan bawah

sukarelawan yang telah diolesi sediaan. Agar wadah plastik tersebut dapat melekat

dengan baik dan untuk mencegah pengaruh udara dari lingkungan maka digunakan

selotip transparan yang ditempelkan sedemikian rupa pada lengan bagian bawah

tersebut. Alat ini dibiarkan menempel selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika

gel yang digunakan ditimbang kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan

(41)

3.5.7 Pengukuran viskositas sediaan

Viskositas sediaan dapat ditentukan dengan menggunakan viskometer Brookfield (Ansel, 2005).

Sebanyak 200 ml sediaan dimasukkan dalam wadah, lalu dimasukkan spindle sampai batas pencelupan dan dijalankan rotor. Viskositas diukur menggunakan Viskometer Brookfield model DV-E seri LV dengan spindle dan kecepatan yang disesuaikan. Pengukuran ini dilakukan pada suhu ruangan, maka akan diperoleh viskositas absolut dari sediaan. Gambar viskometer Brookfield dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 44. Gambar spindle dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 44.

3.5.8 Pengukuran angka lempeng total

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembuatan Sari Tomat

Filtrat sari tomat yang diperoleh sebanyak 1,2 L, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer dan diperoleh sari tomat yang berupa serbuk kering seberat 60,84 g. Gambar sari tomat kering dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 41. 4.2 Pemeriksaan terhadap Sediaan

4.2.1 Homogenitas sediaan

Dari percobaan yang dilakukan, pada sediaan tidak diperoleh butiran-butiran kasar, maka sediaan tersebut dikatakan homogen. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada sediaan pembanding yakni blanko dan gliserin 2%, hasil yang diperoleh menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas.

4.2.2 Tipe emulsi sediaan

Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan dengan mengamati kelarutan dalam metilen biru dapat dilihat pada Tabel 3.

(43)

Tabel 3. Data penentuan tipe emulsi sediaan

No Formula Kelarutan Metilen Biru Kelarutan dalam Air

Ya Tidak Ya Tidak

ST : Sediaan yang mengandung sari tomat

SG 2% : Sediaan yang mengandung gliserin 2% (pembanding)

Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel di atas, formula krim cair dengan konsentrasi sari tomat 2%, 4%, 6%, 8%, gliserin dan blanko dapat bercampur dengan metilen biru dan air. Dengan demikian terbukti bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi m/a.

4.2.3 pH sediaan

pH sediaan ditentukan dengan menggunakan alat pH meter. Gambar pH meter dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 45. Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5 di bawah ini:

Tabel 4. Data pengukuran pH sediaan krim pada saat selesai dibuat

(44)

Tabel 5. Data pengukuran pH sediaan krim setelah penyimpanan selama 12

ST : Sediaan yang mengandung sari tomat

SG 2% : Sediaan yang mengandung gliserin 2% (pembanding)

Dari hasil pengukuran pH sediaan krim pada saat selesai dibuat, diperoleh pH pada sediaan blanko yakni 6,6. Sedangkan pH sediaan krim yang mengandung sari tomat adalah 6,3-6,9 dan pH sediaan krim yang mengandung gliserin 2% adalah 7,0. Hasil pengukuran pH sediaan krim setelah penyimpanan selama 12 minggu untuk sediaan blanko pH sediaan blanko yakni 6,3, untuk sediaan krim yang mengandung sari tomat terdapat perubahan pH menjadi 6,2-6,6 dan untuk sediaan mengandung gliserin 2% pH yang diperoleh adalah 7,0.

Menurut Balsam dan Sagarin (1972), pH dari krim tangan antara 5 dan 8, sehingga sediaan krim cair tangan memenuhi syarat pH.

Semakin alkalis atau semakin asam bahan yang mengenai kulit, semakin sulit kulit untuk menetralisirnya sehingga kulit dapat menjadi kering, pecah-pecah, sensitive dan mudah terkena infeksi (Tranggono dan Latifah, 2007).

4.2.4 Stabilitas sediaan

(45)

pada penyimpanan terjadi up ward creaming yaitu pembentukan massa krim ke atas yang disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih kecil dari pada berat jenis fase pendispersi, sebaliknya down ward creaming yaitu pembentukan massa krim ke bawah, hal ini disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih besar dari pada fase pendispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau. Gambar sediaan krim cair tangan dan badan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 40.

Tabel 6. Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat, penyimpanan selama 1, 4, 8, dan 12 minggu.

No Formula

ST : Sediaan yang mengandung sari tomat SG 2% : Sediaan yang mengandung gliserin 2% x : Perubahan warna

y : Perubahan bau z : Pecahnya emulsi - : Tidak terjadi perubahan

(46)

Menurut Rawlins (1977), sumber tidak stabilnya suatu emulsi adalah mikroorganisme. Emulsi m/a yang dibuat dengan bahan-bahan alami seperti gom, karbohidrat, dan protein mudah sekali ditumbuhi fungi dan bakteri pembusuk. Dan tingginya kandungan air juga menyebabkan mikroba cepat berkembang, sehingga kebutuhan konsentrasi pengawet pada fase air harus cukup untuk menghambat pertumbuhan mikroba, dan sebagian pengawet juga dimasukkan dalam fase minyak.

Menurut Ansel (2005), rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau.

Dari data di atas diperoleh hasil bahwa pada sediaan krim cair blanko, gliserin 2% dan krim cair sari tomat konsentrasi 2% dan 4% tidak terjadi perubahan warna, bau, dan pecah emulsi selama 12 minggu penyimpanan, sedangkan pada sediaan krim cair sari tomat pada konsentrasi 6% mengalami perubahan bau pada penyimpanan 12 minggu dan krim cair sari tomat konsentrasi 8% mengalami perubahan bau pada penyimpanan 8 minggu. Hal ini dikarenakan tomat memiliki kandungan air dan protein yang tinggi.

Dengan demikian, krim cair tangan dan badan yang mengandung sari tomat 2% dan 4% memenuhi persyaratan kestabilan. Sedangkan untuk sediaan mengandung sari tomat dengan konsentrasi di atas 4% yakni 6% dan 8% tidak memenuhi persyaratan kestabilan.

4.2.5 Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

(47)

Menurut Wasitaatmadja (1997), uji kulit yang dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping pada kulit dengan mengoleskan sediaan pada bagian depan bawah lengan atau dibelakang daun telinga, dan sediaan dapat digunakan jika setelah 24-48 jam tidak terjadi reaksi kulit yang tidak diinginkan. Dari data uji iritasi di bawah, diketahui bahwa sediaan tidak menimbulkan reaksi iritasi pada kulit sukarelawan seperti kemerahan, bengkak, dan gatal.

Tabel 7. Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Pernyataan Sukarelawan

- : Tidak menimbulkan iritasi + : Terjadi reaksi iritasi

4.2.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

(48)

berbeda. Faktor yang mempengaruhi besarnya penguapan air dari kulit yakni perbedaan cuaca pada saat pengujian dan pengaruh banyaknya keringat yang dihasilkan oleh setiap sukarelawan dikarenakan aktivitas yang berbeda-beda.

Dari data yang diperoleh juga dapat dilihat perbandingan dari persentase kemampuan sediaan pembanding yakni sediaan gliserin 2% dengan sediaan krim cair yang mengandung sari tomat dimana sediaan krim cair yang mengandung tomat memiliki kemampuan mengurangi penguapan air yang mendekati kemampuan gliserin bahkan untuk konsentrasi sari tomat 8% kemampuannya cenderung lebih baik. Perhitungan dan tabel kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 48. Tabel 8. Data kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit

No. Sukarelawan

Pengurangan Penguapan Air pada Setiap Formula (%)

Nilai rata-rata 23,59 28,44 33,64 37,95 40,39 39,66 Keterangan :

(49)

4.2.7 Viskositas sediaan

Pengujian viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield dengan spindle no. 63 sehingga diperoleh data seperti yang tercantum dalam Tabel 9.

Menurut Sugihartini (2010), viskositas berpengaruh pada kemampuan sediaan menyebar dan melekat pada permukaan kulit. Semakin tinggi viskositas (semakin kental) sediaan, maka kemampuannya untuk menyebar pada permukaan kulit akan menurun sedangkan kemampuan melekat pada kulit akan meningkat, begitu pula sebaliknya.

Tabel 9. Data pengukuran viskositas absolut sediaan No. Formula Spindle Speed

Rpm

ST : Sediaan yang mengandung sari tomat

SG 2% : Sediaan yang mengandung gliserin 2% (pembanding)

(50)

4.2.8 Pengukuran angka lempeng total sediaan

Sumber kontaminasi mikroba dapat melalui beberapa perantara diantaranya seperti bahan baku terutama air, alat-alat pengolahan, bahan kemasan atau tempat penyimpanan, operator atau lingkungan produksi. Proses aseptis pada saat produksi menjadi mutlak untuk menghindari kontaminasi terhadap produk (Rahmanto, 2011). Hasil pengukuran angka lempeng total (ALT) dapat dilihat pada Tabel 10 berikut:

Tabel 10. Data pengukuran angka lempeng total sediaan No. Formula Hasil ALT ( x105)

1 Blanko 640

2 ST 2% 217

3 ST 4% 92

4 ST 6% 15

5 ST 8% 3

6 SG 2% 309

Keterangan :

ST : Sediaan yang mengandung sari tomat

SG 2% : Sediaan yang mengandung gliserin 2% (pembanding)

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: a. Sari tomat (Solanum lycopersicum) dengan konsentrasi 2, 4, 6, dan 8% dapat

diformulasikan menjadi sediaan krim cair tangan dan badan tipe emulsi m/a. Untuk sediaan krim yang mengandung 2 dan 4% sari tomat memenuhi persyaratan stabilitas sediaan sedangkan untuk sediaan dengan konsentrasi 6 dan 8% sari tomat tidak memenuhi syarat stabilitas karena mengalami perubahan bau.

b. Penambahan sari tomat (Solanum lycopersicum) dalam sediaan krim cair tangan dan badan tipe emulsi m/a mampu mengurangi penguapan air dari kulit, semakin tinggi konsentrasi sari tomat yang ditambahkan ke dalam sediaan, maka kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit akan meningkat. Sediaan dengan sari tomat 8% memiliki kemampuan mengurangi penguapan air yang lebih baik dari sediaan pembanding. Pada sediaan dengan sari tomat 8% mampu mengurangi penguapan air hingga 40,39% dan pada sediaan gliserin 2% (pembanding) sebesar 39,66%.

5.2 Saran

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Penerjemah: Farida Ibrahim. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 162-163, 357-389.

Badan Standardisasi Nasional. (1996). Sediaan Tabir Surya. SNI 16-4399-1996. Jakarta. Hal. 1.

Balsam, M.S., dan Sagarin, E. (1972). Cosmetics: Science and Technology. Volume II. Edisi Kedua. New York: John Willey and Sons, Inc. Hal. 219.

Dalimartha, S. (2007). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid Ketiga. Jakarta: Trubus Agriwidya. Hal. 175-177.

deNavarre, M.G. (1975). The Chemistry and Manufacture of Cosmetics. Edisi Kedua. Florida: Continental Press. Hal. 119.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal. 8.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 84, 97, 356.

Ditjen POM. (2011). Metode Analisi Kosmetika. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 3.

Firmanto, B.H. (2011). Sukses Bertanam Tomat Secara Organik. Bandung: Angkasa. Hal. 10-11.

Lachman, L., Liberman, A.H., dan Kanig, J.L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 1117-1118.

Lingga, L. (2012). The Healing Power of Antioxidant. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hal. 145.

Mithal, B.M., dan Saha, R.N. (2000). A Handbook of Cosmetics. Edisi Kesatu. Delhi: Vallabh Prakashan. Hal. 11-16.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Kesatu. Amsterdam: Elsevier Science B. V. Hal. 13, 19-21.

(53)

Rawlins, E.A. (1977). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. Edisi Kedelapan. Eastbourne: Bailliere Tindall. Hal. 20-22, 262-264.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi Keenam. London: Pharmaceutical Press. Hal. 155, 441-442, 669-670, 697, 754.

Syamsuni. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 133. Sugihartini, N. (2010). Optimasi Komposisi Emulgator Krim Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis L.) sebagai Sediaan Kemopreventif Kanker Kulit dengan Metode Factorial Design. Hibah Disertasi. Yogyakarta:

Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada.

Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 4.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal. 5, 58-59.

(54)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar sediaan krim cair tangan dan badan

Keterangan:

ST : Sediaan yang mengandung sari tomat

SG : Sediaan yang mengandung gliserin (pembanding)

(55)

Lampiran 2. Gambar tomat

(56)
(57)
(58)

Lampiran 6. Gambar viskometer Brookfield

(59)
(60)
(61)

Lampiran 10. Gambar rangkaian alat yang digunakan pada pengujian penguapan air pada kulit

Keterangan:

1 : Tutup yang tidak berlubang 2 : Lengan bawah

3 : Tutup yang berlubang 4 : Selotip transparan

A : Gambar tutup pot plastik yang berlubang B : Gambar rangkaian kedua tutup pot plastik

1 2 3

4

(62)

Lampiran 11. Perhitungan dan data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit

Contoh perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan i. Perhitungan berat

Berat awal = 10,020 g Berat akhir = 10,185 g Pertambahan berat = 165 mg ii. Persentase pengurangan penguapan

Pertambahan berat tanpa sediaan = 205 mg Pertambahan berat sediaan = 165 mg

Persentase pengurangan penguapan = 19,51%

a. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan I No. Formula Berat awal

(g)

ST : Sediaan yang mengandung sari tomat

SG 2% : Sediaan yang mengandung gliserin 2% (pembanding) Pertambahan berat = berat akhir – berat awal

Pertambahan berat tanpa sediaan – Pertambahan berat sediaan

(63)

Lampiran 11. (lanjutan)

b. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan II No. Formula Berat awal

(g)

c. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan III

No. Formula Berat awal (g)

d. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan IV

(64)

Lampiran 11. (lanjutan)

e. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan V No. Formula Berat awal

(g)

f. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan VI

No. Formula Berat awal (g)

g. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan VII

(65)

Lampiran 11. (lanjutan)

h. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan VIII

No. Formula Berat awal (g)

i. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan IX

No. Formula Berat awal (g)

j. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan X No. Formula Berat awal

(66)

Lampiran 11. (lanjutan)

k. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan XI

No. Formula Berat awal (g)

l. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air pada sukarelawan XII

(67)
(68)

Gambar

Tabel 1 Kandungan nilai gizi dan kalori pada sari dan buah tomat per 100 gram
Tabel 2. Formula krim cair yang dibuat
Tabel 3. Data penentuan tipe emulsi sediaan
Tabel 5. Data pengukuran pH sediaan krim setelah penyimpanan selama 12 minggu
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sediaan krim dengan konsentrasi sari buah rasberi 4 dan 6% tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan krim yang mengandung gliserin 2% untuk mengurangi penguapan air

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sari kentang dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan losio tangan dan badan (hand and body lotion).. Sari kentang

Optimasi Komposisi Emulgator Krim Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis L.) sebagai Sediaan Kemopreventif Kanker Kulit dengan Metode Factorial Design.. Hibah

Minyak bekatul mampu melembabkan kulit dalam bentuk sediaan

Gambar buah tomat, tomat setelah di potong, tomat di juice dan sari tomat yang telah di freeze drying..

Ekstrak lobak merah (Raphanus sativus L.) dalam bentuk sediaan krim. mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau

Sediaan krim dengan konsentrasi sari buah rasberi 4 dan 6% tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan krim yang mengandung gliserin 2% untuk mengurangi penguapan air

Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah srikaya yang ditambahkan pada sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi