PENGGUNAAN SARI BUAH RASBERI
(
Rubus rosaefolius
Smith.) SEBAGAI
BAHAN PELEMBAB DALAM
SEDIAAN KRIM
SKRIPSI
OLEH:
WINDA KARNELIA PUTRI
NIM 091501095
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGGUNAAN SARI BUAH RASBERI
(
Rubus rosaefolius
Smith.) SEBAGAI
BAHAN PELEMBAB DALAM
SEDIAAN KRIM
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
WINDA KARNELIA PUTRI
NIM 091501095
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENGGUNAAN SARI BUAH RASBERI
(
Rubus rosaefolius
Smith.) SEBAGAI
BAHAN PELEMBAB DALAM
SEDIAAN KRIM
OLEH:
WINDA KARNELIA PUTRI NIM 091501095
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: 7 Februari 2014
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195011171980022001 NIP 195111021977102001
Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt.
Pembimbing II, NIP 195011171980022001
Dra. Saodah, M.Sc., Apt. Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 194901131976032001 NIP 196106191991031001
Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001
Medan, April 2014 Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Dekan,
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT, karena atas berkat
rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Penggunaan Sari Buah Rasberi (Rubus rosaefolius Smith.) sebagai Bahan
Pelembab dalam Sediaan Krim. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmsi,
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara. Ucapan terima kasih juga penulis
ucapkan kepada Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., dan Ibu Dra. Saodah,
M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Bapak Drs. Suryanto, M.Si.,
Apt., dan ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang
telah memberikan arahan dan perbaikan penulisan skripsi ini serta kepada
Bapak Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.Si., Apt., selaku dosen penasehat
akademik yang telah membimbing penulis selama di fakultas farmasi, juga
kepada dosen-dosen di Fakultas Farmasi yang telah membimbing penulis
selama masa perkuliahan.
Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan
kakanda Wellya Siska, kakanda Dina Serli Yulanda, adinda Reski Andika
yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil. Ucapan terima
kasih tak lupa juga saya ucapkan kepada teman terbaik saya Oktaviandri
Saputra, anggota Apotik Mansur, dan teman-teman Farmasi Klinis angkatan
2009 yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang menyempurnakan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Januari 2014 Penulis,
PENGGUNAAN SARI BUAH RASBERI (Rubus rosaefolius Smith.) SEBAGAI BAHAN PELEMBAB DALAM SEDIAAN KRIM
ABSTRAK
Rasberi merupakan buah yang kaya serat dan vitamin, seperti vitamin A, C, E, dan K. Vitamin A efektif dalam mencegah, memperlambat, meregenerasi sel-sel kulit yang rusak akibat proses penuaan seperti kulit kering, bersisik, kerusakan akibat cahaya matahari, dan kerutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sari buah rasberi dapat diformulasikan ke dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a dan melihat kemampuan sari buah rasberi mengurangi penguapan air dari kulit.
Sari buah rasberi diperoleh dari buah rasberi segar yang disari dengan menggunakan juicer, kemudian dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer. Formula krim terdiri dari asam stearat, setil alkohol, trietanolamin, metil paraben, natrium metabisulfit, parfum stroberi, dan akuades. Konsentrasi sari buah rasberi yang digunakan adalah 2, 4, 6, dan 8%, lalu dibandingkan dengan krim blanko dan sediaan yang mengandung gliserin 2%. Evaluasi sediaan krim dilakukan terhadap pemeriksaan homogenitas, penentuan tipe emulsi, pengukuran pH sediaan, penentuan stabilitas sediaan, uji iritasi kulit, penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit, uji cemaran mikroba, dan uji hedonik.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa seluruh sediaan homogen dan memiliki tipe emulsi m/a. Sediaan mempunyai nilai pH 5,4−6,0, tidak menyebabkan iritasi, sediaan krim dengan konsentrasi sari buah rasberi 2% mengalami kerusakan emulsi sejak minggu pertama, sediaan dengan konsentrasi 4, 6, dan 8% tetap stabil selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah rasberi yang ditambahkan maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Sediaan krim dengan konsentrasi sari buah rasberi 4 dan 6% tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan krim yang mengandung gliserin 2% untuk mengurangi penguapan air dari kulit, sedangkan krim dengan konsentrasi sari buah rasberi 8% lebih efektif dibandingkan dengan sediaan gliserin 2%. Semua sediaan krim tidak memenuhi persyaratan cemaran mikroba. Pada uji hedonik panelis memberikan kategori penilaian netral untuk krim dengan konsentrasi sari buah rasberi 2, 4, dan 6% dan tidak suka untuk konsentrasi 8%. Kesimpulan dari penelitian ini, sari buah rasberi dapat di formulasikan ke dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan dengan konsentrasi sari buah rasberi 8% memiliki kemampuan yang paling tinggi dalam mengurangi penguapan air dari kulit.
UTILIZING OF RASPBERRY FRUIT JUICE (Rubus rosaefolius Smith.) AS MOISTURIZER IN CREAM PREPARATION
ABSTRACT
Raspberries is fruit that rich in fiber and vitamins such as vitamin A, C, E and K. Vitamin A has shown to be effective in preventing, retarding, and restoring changes associated with the aging process, such as dry, scaly skin, photodamage, and the formation of wrinkles. The purpose of this study was to determine whether the raspberry juice can be formulated into a cream preparation with o/w emulsion type and to observed the capability of raspberry fruit extact reduced the evaporation of water from the skin.
Raspberry fruit juice obtained from fresh raspberry fruit which juiced using juicer, then dried using freeze dryer. The formula of cream consist of stearic acid, cetyl alcohol, triethanolamine, methylparaben, metabisulphite sodium, strawberry parfume, and aquadest. The concentration of raspberry fruit juice which used was 2, 4, 6, and 8%, and then compared with blank cream and preparation containing 2% glycerine. Evaluations of cream had been tested on homogeneity, type of emulsion determination, preparation pH measurements, preparation stability determination, skin irritation test, examination of preparation capability to reduce water evaporation from the skin, microbial contamination test, and hedonic test.
The evaluation results showed that all preparations were homogeneous and had o/w emulsion type. Preparations had pH value 5.4 to 6.0, non-irritating, cream preparation at 2% raspberry juice concentration occured emulsion break since first week, while the preparation with concentration of 4, 6, and 8% were stable during 12 weeks of storage at room temperature. Results of testing the capability of reduction of water evaporation from the skin showed the higher concentration of raspberry juiced, the higher the capability of the cream preparation to reduce the evaporation of water from the skin. Cream preparation at 4 and 6% raspberry juice concentration there was no significance different with preparation containing 2% glycerin to reduce water evaporation from the skin, while cream with concentration of 8% raspberry fruit juice more effective than glycerin 2% praparation. All the preparations were not qualify the requirements of microbial contamination. In hedonic test panelists provide a neutral assessment category to cream with juiced raspberry concentration of 2, 4, and 6% and not good assestment for 8%. Conclusion of study that raspberry juice can be formulated into a cream preparation with o/w emulsion type. Cream with concentration 8% raspberry juice has high capability to reduced evaporation
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Hipotesis ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Uraian Buah Rasberi ... 5
2.1.1 Sistematika buah rasberi ... 5
2.1.2 Kandungan dan manfaat ... 6
2.2 Kulit ... 7
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecantikan Kulit ... 9
2.5 Krim ... 10
2.6 Krim Pelembab ... 12
2.7 Fungsi Masing-Masing Bahan ... 14
2.8 Silika Gel ... 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 18
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
3.2 Alat-alat yang Digunakan ... 18
3.3 Bahan-bahan yang Digunakan ... 18
3.4 Sukarelawan ... 19
3.5 Prosedur Kerja ... 19
3.5.1 Pengumpulan sampel ... 19
3.5.2 Identifikasi sampel ... 19
3.5.3 Pembuatan sari buah rasberi ... 19
3.5.4 Formulasi sediaan krim ... 20
3.5.4.1 Formula standar ... 20
3.5.4.2 Formula yang telah dimodifikasi ... 20
3.5.4.3 Pembuatan krim ... 20
3.5.5 Pemeriksaan terhadap sediaan krim ... 22
3.5.5.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan krim ... 22
3.5.5.2 Penentuan tipe emulsi sediaan krim ... 22
3.5.5.3 Pengukuran pH sediaan krim ... 23
3.5.5.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan ... 24
3.5.5.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 24
3.5.5.7 Analisis data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 25
3.5.5.8 Uji total cemaran mikroba ... 25
3.5.5.9 Uji hedonik ... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
4.1 Hasil Pembuatan Sari Buah Rasberi ... 27
4.2 Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim ... 27
4.2.1 Homogenitas sediaan krim ... 27
4.2.2 Tipe emulsi sediaan krim ... 27
4.2.3 pH sediaan krim ... 28
4.2.4 Stabilitas sediaan krim ... 30
4.2.5 Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 32
4.2.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 33
4.2.7 Total cemaran mikroba ... 36
4.2.8 Uji hedonik ... 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
5.1 Kesimpulan ... 39
5.2 Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... 41
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kandungan gizi buah rasberi ... 6
Tabel 3.1 Formula sediaan krim A, B, C, D, E, dan F ... 21
Tabel 4.1 Data penentuan tipe emulsi sediaan krim A, B, C, D, E, dan F dengan mengamati kelarutannya dalam air dan
metilen biru ... 28
Tabel 4.2 Data pengukuran pH dari sediaan krim A, B, C, D, E, dan
F pada saat selesai dibuat ... 29
Tabel 4.3 Data pengukuran pH dari sediaan krim A, B, C, D, E, dan
F setelah penyimpanan selama 12 minggu ... 29
Tabel 4.4 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim A, B, C, D, E, dan F pada saat sediaan selesai dibuat,
penyimpanan selama 1,4,8, dan 12 minggu ... 31
Tabel 4.5 Data uji iritasi terhadap kulit masing-masing sukarelawan
berdasarkan reaksi iritasi berupa eritema dan edema ... 32
...
Tabel 4.6 Data kemampuan sediaan krim A, B, C, D, E, dan F untuk
mengurangi penguapan air dari kulit ... 34
Tabel 4.7 Data kemampuan sediaan krim A, B, C, D, E, dan F untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan metode
Tukey ... 35
Tabel 4.8 Data nilai total cemaran mikroba dari sediaan krim A, B, C,
D, E, dan F ... 36
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur lapisan kulit ... 8
Gambar 4.1 Histogram uji pengurangan penguapan air dari kulit pada
PENGGUNAAN SARI BUAH RASBERI (Rubus rosaefolius Smith.) SEBAGAI BAHAN PELEMBAB DALAM SEDIAAN KRIM
ABSTRAK
Rasberi merupakan buah yang kaya serat dan vitamin, seperti vitamin A, C, E, dan K. Vitamin A efektif dalam mencegah, memperlambat, meregenerasi sel-sel kulit yang rusak akibat proses penuaan seperti kulit kering, bersisik, kerusakan akibat cahaya matahari, dan kerutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sari buah rasberi dapat diformulasikan ke dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a dan melihat kemampuan sari buah rasberi mengurangi penguapan air dari kulit.
Sari buah rasberi diperoleh dari buah rasberi segar yang disari dengan menggunakan juicer, kemudian dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer. Formula krim terdiri dari asam stearat, setil alkohol, trietanolamin, metil paraben, natrium metabisulfit, parfum stroberi, dan akuades. Konsentrasi sari buah rasberi yang digunakan adalah 2, 4, 6, dan 8%, lalu dibandingkan dengan krim blanko dan sediaan yang mengandung gliserin 2%. Evaluasi sediaan krim dilakukan terhadap pemeriksaan homogenitas, penentuan tipe emulsi, pengukuran pH sediaan, penentuan stabilitas sediaan, uji iritasi kulit, penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit, uji cemaran mikroba, dan uji hedonik.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa seluruh sediaan homogen dan memiliki tipe emulsi m/a. Sediaan mempunyai nilai pH 5,4−6,0, tidak menyebabkan iritasi, sediaan krim dengan konsentrasi sari buah rasberi 2% mengalami kerusakan emulsi sejak minggu pertama, sediaan dengan konsentrasi 4, 6, dan 8% tetap stabil selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah rasberi yang ditambahkan maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Sediaan krim dengan konsentrasi sari buah rasberi 4 dan 6% tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan krim yang mengandung gliserin 2% untuk mengurangi penguapan air dari kulit, sedangkan krim dengan konsentrasi sari buah rasberi 8% lebih efektif dibandingkan dengan sediaan gliserin 2%. Semua sediaan krim tidak memenuhi persyaratan cemaran mikroba. Pada uji hedonik panelis memberikan kategori penilaian netral untuk krim dengan konsentrasi sari buah rasberi 2, 4, dan 6% dan tidak suka untuk konsentrasi 8%. Kesimpulan dari penelitian ini, sari buah rasberi dapat di formulasikan ke dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan dengan konsentrasi sari buah rasberi 8% memiliki kemampuan yang paling tinggi dalam mengurangi penguapan air dari kulit.
UTILIZING OF RASPBERRY FRUIT JUICE (Rubus rosaefolius Smith.) AS MOISTURIZER IN CREAM PREPARATION
ABSTRACT
Raspberries is fruit that rich in fiber and vitamins such as vitamin A, C, E and K. Vitamin A has shown to be effective in preventing, retarding, and restoring changes associated with the aging process, such as dry, scaly skin, photodamage, and the formation of wrinkles. The purpose of this study was to determine whether the raspberry juice can be formulated into a cream preparation with o/w emulsion type and to observed the capability of raspberry fruit extact reduced the evaporation of water from the skin.
Raspberry fruit juice obtained from fresh raspberry fruit which juiced using juicer, then dried using freeze dryer. The formula of cream consist of stearic acid, cetyl alcohol, triethanolamine, methylparaben, metabisulphite sodium, strawberry parfume, and aquadest. The concentration of raspberry fruit juice which used was 2, 4, 6, and 8%, and then compared with blank cream and preparation containing 2% glycerine. Evaluations of cream had been tested on homogeneity, type of emulsion determination, preparation pH measurements, preparation stability determination, skin irritation test, examination of preparation capability to reduce water evaporation from the skin, microbial contamination test, and hedonic test.
The evaluation results showed that all preparations were homogeneous and had o/w emulsion type. Preparations had pH value 5.4 to 6.0, non-irritating, cream preparation at 2% raspberry juice concentration occured emulsion break since first week, while the preparation with concentration of 4, 6, and 8% were stable during 12 weeks of storage at room temperature. Results of testing the capability of reduction of water evaporation from the skin showed the higher concentration of raspberry juiced, the higher the capability of the cream preparation to reduce the evaporation of water from the skin. Cream preparation at 4 and 6% raspberry juice concentration there was no significance different with preparation containing 2% glycerin to reduce water evaporation from the skin, while cream with concentration of 8% raspberry fruit juice more effective than glycerin 2% praparation. All the preparations were not qualify the requirements of microbial contamination. In hedonic test panelists provide a neutral assessment category to cream with juiced raspberry concentration of 2, 4, and 6% and not good assestment for 8%. Conclusion of study that raspberry juice can be formulated into a cream preparation with o/w emulsion type. Cream with concentration 8% raspberry juice has high capability to reduced evaporation
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pada saat ini penggunaan kosmetika di kalangan masyarakat sudah
menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar. Hal ini dikarenakan penggunaan
kosmetika tidak hanya terbatas untuk mempercantik dan merawat diri saja
tetapi juga untuk tujuan kesehatan (Anita, 2008).
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia No. HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang kosmetik,
defisini kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan
organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki
bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Kulit merupakan lapisan yang menutupi dan melindungi seluruh tubuh
dari berbagai macam gangguan dari luar tubuh. Kulit merupakan organ
pertama yang terkena polusi oleh zat-zat yang terdapat di lingkungan hidup
kita (Wasitaatmadja, 1997). Kadar air dalam kulit secara alami dapat menyusut
akibat panas matahari, angin, udara dingin, penggunaan air conditioner,
heater, dan faktor lingkungan lainnya (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kulit kering dapat menyebabkan kulit menjadi kasar, bersisik, kurang
dari berbagai faktor yang menyebabkan kulit menjadi kering yaitu dengan
adanya Natural Moisturizing Factor (NMF) yang merupakan tabir lemak pada
lapisan stratum corneum atau disebut dengan mantel asam. Namun dalam
kondisi tertentu NMF tersebut tidak mencukupi oleh karenanya dibutuhkan
perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan memberikan kosmetika
pelembab kulit (Wasitaatmadja 1997).
Pemakaian krim dapat memperbaiki kulit kering karena meninggalkan
lapisan yang rapat pada kulit, permeabilitas terhadap air rendah, mensuplai
komponen hidrofilik sehingga mampu menahan dehidrasi air dari kulit dengan
demikian kulit menjadi lembut (Anita, 2008).
Buah rasberi mempunyai bentuk yang kecil dan mempunyai banyak
warna, yaitu merah, hitam, ungu, dan emas. Namun yang paling banyak
ditemukan adalah buah rasberi yang berwarna merah (Laseduw, 2012). Rasberi
merupakan buah yang kaya serat dan vitamin, seperti vitamin A, C, E, dan K.
Selain itu buah rasberi juga mengandung cukup tinggi karbohidrat, protein,
kalium, natrium, magnesium, dan folat (Anonim, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengembangkan
formula sediaan krim dengan memanfaatkan sumber bahan alami yaitu buah
rasberi untuk menggantikan pelembab yang ada pada formula yang digunakan.
1.2Perumusan Masalah
1. Apakah sari buah rasberi dapat diformulasikan ke dalam sediaan krim
2. Apakah krim sari buah rasberi mampu mengurangi penguapan air dari kulit
atau melembabkan kulit.
3. Apakah krim sari buah rasberi tidak menyebabkan iritasi pada kulit.
4. Apakah krim sari buah rasberi lebih efektif melembabkan kulit dibandingkan
dengan gliserin 2%.
1.3 Hipotesis
1. Sari buah rasberi dapat diformulasikan ke dalam sediaan krim dengan tipe
emulsi m/a.
2. Krim sari buah rasberi mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau
melembabkan kulit.
3. Krim sari buah rasberi tidak menyebabkan iritasi pada kulit.
4. Krim sari buah rasberi lebih efektif melembabkan kulit dibandingkan dengan
gliserin 2%.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah sari buah rasberi dapat diformulasikan dalam
sediaan krim tipe emulsi m/a.
2. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan krim sari buah rasberi
mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.
3. Untuk mengetahui apakah sari buah rasberi tidak menyebabkan iritasi pada
4. Untuk mengetahui apakah krim sari buah rasberi lebih efektif melembabkan
kulit dibandingkan dengan gliserin 2%.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan
hasil guna buah rasberi yaitu selain digunakan sebagai bahan makanan juga
dapat digunakan sebagai bahan kosmetik yaitu sebagai bahan pelembab dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Buah Rasberi
Rubus rosaefolius Smith berupa semak berduri, tepi daun bergerigi,
bunga berwarna putih, dan buah berwarna merah yang berdiameter 1,2 cm.
Daun berbentuk oval dengan ujung yang runcing. Rasberi dikenal sebagai buah
berkelompok yang berisi biji kecil dengan rongga pada bagian dalam buah
(Anonim, 2011). Kelebihan dari buah rasberi adalah umur panen singkat,
mudah dibudidaya, dapat berproduksi sepanjang tahun, dan harga relatif
murah. Oleh karena itu, buah rasberi dapat menjadi alternatif pelembab alami.
Pada umumnya, Rubus rosaefolius Smith tumbuh di daerah terbuka,
tepi hutan, atau pinggir sungai. Daerah penyebarannya meliputi Kontinental
Asia (Kamboja dan Vietnam), Jepang, Taiwan, New Britain, Irlandia Baru,
Australia, Borneo, Jawa, Philipina, Bali, Sulawesi, dan Kepulauan Nusa
Tenggara (Kalkman, 1993).
2.1.1 Sistematika buah rasberi
Menurut hasil determinasi dari Herbarium Medanese, rasberi
diklasifiksasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Kelas : Dikotiledonae Ordo : Rosales Famili : Rosaceae Genus : Rubus
2.1.2 Kandungan dan manfaat
Adapun kandungan gizi dalam 100 g buah rasberi dapat dilihat pada
Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Kandungan gizi buah rasberi
Komponen gizi Jumlah Komponen gizi Jumlah
Energi 52 Kkal Folat 21 mcg
Karbohidrat 11,94 g Niasin 0,598 mg
Protein 1,20 g Piridoxine 0,055 mg
Lemak 0,65 g Riboflavin 0,038 mg
Kolesterol 0 mg Kalium 151 mg
Serat 6,5 g Kalsium 25 mg
Vitamin A 33 IU Tembaga 90 µg
Vitamin C 26,2 mg Besi 0,69 mg
Vitamin E 1,42 mg Magnesium 22 mg
Vitamin K 7,8 µg Mangan 0,670 mg
Natrium 1 mg Zink 0,42 mg
Sumber: USDA National Nutrient Data Base, (Anonim, 2009)
Buah rasberi kaya serat yang sangat berfungsi dalam sistem
pencernaan. Buah ini mengandung vitamin seperti vitamin A, C, E dan K.
Vitamin A effektif dalam mencegah, memperlambat, meregenerasi sel-sel kulit
yang rusak akibat proses penuaan seperti kulit kering dan bersisik, kerusakan
akibat cahaya matahari, dan kerutan. Menipisnya epidermis adalah salah satu
karakteristik penuaan kulit. Kulit kehilangan bagian yang berfungsi sebagai
pelindung, kapasitas retensi air berkurang yang menyebabkan kulit kering,
besisik, dan pecah-pecah. Vitamin A berfungsi sebagai pelindung yang dapat
mencegah kerusakan tersebut. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang
reaktif pada kulit. Vitamin C merupakan bahan utama dalam pembentukan
kolagen yang sangat penting bagi kulit (Barel, dkk., 2009).
Rasberi juga mengandung sejumlah mineral seperti kalium, mangan,
tembaga, besi dan magnesium. Kalium merupakan komponen penting dari sel
dan cairan tubuh yang membantu mengontrol detak jantung dan tekanan darah
(Anonim, 2009). Kandungan antosianin dari buah rasberi mampu mengurangi
resiko penyakit jantung dan membantu daya penglihatan (Laseduw, 2012).
2.2 Kulit
Kulit merupakan lapisan yang menutupi dan melindungi seluruh tubuh
dari berbagai macam gangguan dari luar tubuh yang menyebabkan hilangnya
kelembaban sehingga kulit menjadi kering. Kulit kering mempunyai karakter
kasar dan keras, tidak fleksibel, dan pecah-pecah akibat kekurangan air di
stratum corneum dan kelembaban yang rendah (Anita, 2008).
Lapisan epidermis memiliki fungsi yang paling penting yaitu menjaga
gangguan stimuli eksternal seperti dehidrasi, sinar ultraviolet, faktor fisik, dan
faktor kimia lainnya. Fungsi ini dilakukan oleh lapisan stratum corneum
sebagai lapisan paling luar. Lapisan dermis merupakan lapisan kulit kedua
setelah lapisan epidermis yang memegang peranan penting dalam elastisitas
dan ketegangan dari kulit. Sel subkutan berada dibawah lapisan dermis. Sel ini
berperan dalam mengatur temperatur kulit (Anita, 2008). Struktur lapisan kulit
Gambar 2.1 Struktur lapisan kulit (Bramayudha, 2008).
2.3 Fungsi Kulit
Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai beberapa
fungsi diantaranya sebagai berikut (Wirakusumah, 1994):
a. Kulit sebagai filter dan pelindung tubuh
Kulit mempunyai kemampuan untuk mencegah masuknya bahan-
bahan yang membahayakan tubuh, seperti bakteri dan bahan asing lainnya.
selain itu, kulit juga dapat melindungi tubuh dari benturan fisik, panas
matahari, api dan dingin.
Lapisan kulit bersifat pejal (padat dan kencang) terutama bagian lapisan
tanduknya sehingga air tidak mudah keluar dari dalam tubuh. Dengan
demikian, kelembabannya selalu terjaga.
c. Kulit pengatur suhu tubuh
Kulit membantu dan menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara
melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas. Keringat tersebut kemudian
akan menguap sehingga menyebabkan tubuh terasa dingin. Demikian pula
sebaliknya. Bila seseorang mengalami kedinginan,pembuluh darah dalam kulit
akan menyempit sehingga panas tubuh tertahan.
d. Kulit sebagai system syaraf yang sensitif
Kulit terdiri dari system syaraf yang peka terhadap ancaman dari luar
seperti panas, dingin, sentuhan dan tekanan. Oleh karena itu, kulit akn segera
memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari system syaraf tersebut.
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecantikan Kulit
Masalah yang terjadi pada kulit disebabkan oleh berbagai faktor, baik
dari dalam tubuh sendiri maupun dari luar (Wirakusumah, 1994). Adapun
beberapa faktornya adalah sebagi berikut:
a. Genetika (bawaan)
Keadaan kulit seseorang dapat tercermin pada kulit kedua orang tuanya.
Misalnya warna kulit ada yang hitam, putih, atau sawo matang. Demikian pula
dengan kulit halus, kasar atau berminyak.
Kadar hormon estrogen (pada wanita) dan progesteron (pada pria)
dalam tubuh sangat mempengaruhi keadaan kulit. Misalnya timbulnya jerawat
pada saat menstruasi yang disebabkan meningkatnya hormon estrogen.
Hormon estrogen ini juga berperan dalam proses regenerasi kulit.
c. Alergi
Bagi sebagian orang ada yang memiliki jenis kulit sensitif dan alergi
terhadap benda-benda atau zat tertentu. Seperti perhiasan, jam tangan,
kosmetik maupun makanan. Gejala alergi ini dapat dilihat dengan berubahnya
warna kulit menjadi kemerahan, terasa gatal, menjadi bengkak bahkan sampai
ada yang terluka.
d. Iklim
Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada
kulit. Misalnya kulit akan menjadi kering. Oleh karena itu perlu perlindungan
ketika beraktivitas di tempat yang terkena sinar matahari langsung, misalnya
dengan menggunakan topi, payung, maupun krim tabir surya.
e. Stres
Faktor psikologi dapat pula mempengaruhi kecantikan kulit, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2.5 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam
minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan
untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi
mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang
dapat dicuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan
estetika (Ditjen POM, 1995).
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O seperti cold cream
b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti vanishing cream
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air,
dan dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini
(Lachman, dkk., 1994).
Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari
karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak
berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream
mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan
(gliserin, propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream
dan emulsi o/w untuk mengurangi peguapan air dari permukaan kulit (Voight,
2.6 Krim Pelembab
Umumnya krim pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan,
maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk
melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan
air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan
minyak kulit awal. Kosmetika pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan
dalam bentuk cairan minyak tersebut (moisturizing oil), atau campuran minyak
dalam air (moisturizing cream) dan dapat ditambah atau dikurangi zat tertentu
untuk tujuan khusus (Wasitaatmadja, 1997).
Cara mencegah penguapan air dari sel kulit (Wasitaatmadja, 1997), adalah:
1. Menutupi permukaan kulit dengan minyak (oklusif)
2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam
kulit
3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat
hidrofilik yang menyerap air
4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh sinar matahari yang
dapat mengeringkan kulit
Tipe kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Kosmetik pelembab dengan dasar lemak
Kosmetik tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream.
Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sehingga
mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan
bentuk, yaitu krim lemak anhydrous, krim emulsi W/O, emulsi ganda, krim
O/W yang kaya lemak, dan emulsi O/W cair yang mengandung air lebih dari
80%.
2. Kosmetik pelembab dengan dasar gliserol atau humektan sejenis.
Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk
lapisan yang bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan
mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit nampak
lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono
dan Latifah, 2007).
Pada emulsi minyak dalam air, fase minyak dan fase air yang terpisah
disatukan dengan pemanasan dan pengadukan. Fase minyak mengandung
komponen bahan yang larut minyak. Fase air mengandung komponen bahan
yang larut air yang dipanaskan pada suhu yang sama dengan fase minyak
kemudian disatukan (Lachman, dkk., 1994).
Pencampuran antara fase minyak dan air dilakukan pada suhu 70-75°C.
Proses emulsifikasi pada pembuatan krim pelembab adalah pada suhu 70°C
(Anita, 2008). Waktu pengadukan juga mempengaruhi emulsi yang dihasilkan.
Pengadukan yang terlalu lama pada saat dan setelah emulsi terbentuk harus
dihindari, karena akan menyebabkan terjadinya penggabungan partikel.
Lamanya pengadukan tidak dapat ditetapkan secara pasti karena hanya dapat
diketahui secara empiris. Pengadukan akan mengurangi ukuran partikel dan
partikel akan menyebabkan semakin meningkatnya viskositas emulsi
(Lachman, dkk., 1994).
2.7 Fungsi Masing-Masing Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam krim kosmetik memiliki fungsi
yang berbeda-beda antar lain:
1. Asam stearat
Asam stearat (C16H32O2) merupakan asam lemak yang terdiri dari rantai
hidrokarbon, diperoleh dari lemak dan minyak yang dapat dimakan, dan
berbentuk serbuk berwarna putih. Asam stearat mudah larut dalam kloroform,
eter, etanol, dan tidak larut dalam air. Bahan ini berfungsi sebagai pengemulsi
dalam sediaan kosmetika (Depkes RI, 1993).
2. Setil alkohol
Setil alkohol (C16H33OH) merupakan butiran yang berwarna putih,
berbau khas lemak, rasa tawar, dan melebur pada suhu 45-50°C. Setil alkohol
larut dalam etanol dan eter namun tidak larut dalam air. Bahan ini berfungsi
sebagai pengemulsi, penstabil, dan pengental (Depkes RI, 1993). Alkohol
dengan bobot molekul tinggi seperti stearil alkohol, setil alkohol, dan gliseril
monostearat digunakan terutama sebagai zat pengental dan penstabil untuk
emulsi minyak dalam air dari lotion (Ansel, 2005).
3. Metil paraben
Metil paraben memiliki ciri-ciri serbuk hablur halus, berwarna putih,
diikuti rasa tebal (Ditjen POM, 1979). Efektif pada rentang pH 4-8 (Anita,
2008).
Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan antimikroba
dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi dan digunakan baik
sendiri atau dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan antimikroba
lain. Pada kosmetik, metil paraben adalah pengawet antimikroba yang paling
sering digunakan. Metil paraben meningkatkan aktivitas antimikroba dengan
panjangnya rantai alkil, namun dapat menurunkan kelarutan terhadap air,
sehingga paraben sering dicampur dengan bahan tambahan yang berfungsi
meningkatkan kelarutan. Kemampuan pengawet metil paraben ditingkatkan
dengan penambahan propilen glikol (Rowe, dkk., 2006).
4. Trietanolamin
Trietanolamin berupa cairan tidak berwarna, tidak berbau, higroskopis,
mudah larut dalam etanol dan juga berfungsi sebagai emulsifier dan pengatur
pH (Depkes RI, 1993).
Trietanolamin secara luas digunakan pada formulasi farmasetik topikal
terutama di dalam pembentukan emulsi. Ketika dicampurkan beberapa bagian
dengan asam lemak, seperti asam stearat atau asam oleat, trietanolamin
membentuk sabun anionik dengan pH sekitar 8, yang mana digunakan sebagai
bahan pengemulsi untuk menghasilkan butiran halus yang stabil di dalam
emulsi minyak dalam air. Konsentrasi yang biasanya digunakan sebagai
pengemulsi yaitu 2-4% dari berat sediaan dan 2-5 kali dari jumlah asam lemak
5. Pewangi (essential oil)
Hampir setiap jenis kosmetik menggunakan zat pewangi yang terutama
berguna untuk menambah nilai estika produk yang dihasilkan. Pewangi yang
biasa digunakan adalah minyak (essential oil). Minyak parfum yang digunakan
biasanya dalam jumlah yang kecil sehingga tidak menyebabkan iritasi
(Sondari, 2007). Penambahan pewangi pada produk merupakan upaya agar
produk mendapatkan tanggapan yang positif. Pewangi sensitif terhadap panas,
oleh karenanya bahan ini ditambahkan pada temperatur yang rendah
(Lachman, dkk., 1994).
6. Air
Air merupakan komponen yang paling besar persentasenya dalam
pembuatan krim pelembab. Air yang digunakan dalam pembuatan krim
pelembab merupakan air murni yaitu air yang diperoleh dengan cara
penyulingan, proses penukaran ion dan osmosis sehingga tidak lagi
mengandung ion-ion dan mineral-mineral. Air murni hanya mengandung
molekul air saja dan dideskripsikan sebagai cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berasa, memiliki pH 5,0 - 7,0; dan berfungsi sebagai pelarut (Depkes RI 1993).
7. Gliserin
Gliserin (C3H8O3) disebut juga gliserol atau gula alkohol, merupakan cairan
yang kental, jernih, tidak berwarna, sedikit berbau, dan mempunyai rasa manis.
Gliserin larut dalam alkohol dan air tetapi tidak larut dalam pelarut organik
2.8 Silika Gel
Pemerian SiO2 terhidrat sebagian, amorf, terdapat dalam bentuk granul
seperti kaca dengan berbagai ukuran. Jika digunakan sebagai pengering, sering
kali disalut dengan senyawa yang berubah warna jika kapasitas penyerapan air
telah habis. Bahan berwarna tersebut dapat dikembalikan (dapat menyerap air
kembali) dengan memanaskannya pada suhu 110°C hingga gel berubah warna
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilangsungkan di laboratorium Farmasetika Dasar
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan selama bulan Februari
hingga bulan Juli 2013.
3.2 Alat-alat yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi neraca listrik
(Boeco Germany), freeze dryer (VirTis “benchtop K”), pH meter (Hanna
Instruments), juicer (National), lumpang porselen, stamfer, objek gelas,
alat-alat gelas, tutup pot plastik, kain kasa, penangas air, batang pengaduk, spatel,
pot plastik, selotip transparan.
3.3 Bahan-bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: asam stearat,
setil alkohol, trietanolamin (TEA), sari buah rasberi, gliserin, akuades, metil
paraben, natrium metabisulfit, parfum stroberi, metilen biru, silika gel, larutan
3.4 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan
kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12
orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
4. Bersedia menjadi sukarelawan
3.5 Prosedur Kerja
3.5.1 Pengumpulan sampel
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah
rasberi yang dibeli di desa Tongkoh, Sibolangit, Sumatera Utara.
3.5.2 Identifikasi sampel
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense, Departemen
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, USU. Hasil
identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 15 (Halaman 63).
3.5.3 Pembuatan sari buah rasberi
Buah rasberi yang segar dicuci bersih, kemudian dipisahkan dari
tangkainya dan disari dengan menggunakan juicer, lalu disaring dengan kain
dan diambil filtratnya, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu
3.5.4 Formulasi sediaan krim
3.5.4.1. Formula standar
Formula standar yang dipilih pada pembuatan krim dalam penelitian ini
dengan komposisi sebagai berikut (Young, 1972):
R/ Asam stearat 12 g
Setil alkohol 0,5 g
Sorbitol 5 g
Propilen glikol 3 g Trietanolamin 1 g
Gliserin satu sampai lima tetes Metil Paraben satu sendok spatula Parfum satu sampai tiga tetes
Akuades 78,2 ml
3.5.4.2. Formula yang telah dimodifikasi
Formula dasar krim yang digunakan dimodifikasi dengan
menghilangkan sorbitol dan propilen glikol yang merupakan humektan dan
menambahan antioksidan yaitu natrium metabisulfit. Untuk itu formula krim
yang digunakan adalah:
R/ Asam stearat 12 g
Setil alkohol 0,5 g
Sari buah rasberi x % Trietanolamin 1 g Metil Paraben 0,1 g Natrium metabisulfit 0,2 Parfum stroberi 3 tetes
Akuades ad 100 ml
3.5.4.3 Pembuatan krim
Konsentrasi sari buah rasberi yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu: 2, 4, 6, dan 8%. Adapun formula yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 3.1 Formula sediaan krim A, B, C, D, E, dan F
No Komposisi Formula
A B C D E F
1 Asam stearat (g) 12 12 12 12 12 12
2 Setil alkohol (g) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
3 Trietanolamin (g) 1 1 1 1 1 1
4 Natrium metabisulfit(g) 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
5 Metil paraben (g) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
6 Sari buah rasberi (g) - 2 4 6 8 -
7 Gliserin (g) - - - 2
8 Parfum stroberi (tetes) 3 3 3 3 3 3
9 Akuades ad (ml) 100 100 100 100 100 100
Keterangan: A : Krim blanko
B : Krim sari buah rasberi 2% C : Krim sari buah rasberi 4% D : Krim sari buah rasberi 6% E : Krim sari buah rasberi 8% F : Krim gliserin 2%
Cara pembuatan krim sari buah rasberi:
Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap
dan dilebur di atas penangas air (massa I). Metil paraben dilarutkan dalam air
panas ditambahkan natrium metabisulfit dan trietanolamin, lalu diaduk hingga
larut (massa II). Kemudian ke dalam lumpang panas dimasukkan massa I,
ditambahkan massa II, dan digerus secara konstan hingga terbentuk dasar krim
yang homogen.
Sari buah rasberi digerus, lalu ditambahkan dasar krim dan gerus
hingga homogen, kemudian tambahkan parfum stroberi, dihomogenkan, dan
Cara pembuatan krim gliserin 2%:
Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap
dan dilebur di atas penangas air (massa I). Metil paraben dilarutkan dalam air
panas ditambahkan natrium metabisulfit, trietanolamin, dan gliserin 2%, lalu
diaduk hingga larut (massa II). Kemudian ke dalam lumpang panas
dimasukkan massa I, ditambahkan massa II, dan digerus secara konstan hingga
terbentuk homogen, kemudian tambahkan parfum stroberi, dihomogenkan, dan
masukkan ke dalam wadah.
3.5.5 Pemeriksaan terhadap sediaan krim
3.5.5.1 Pemeriksaan homogenitas sediaan krim
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.
Yaitu dengan cara sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca,
sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya
butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.5.5.2 Penentuan tipe emulsi sediaan krim
Penentuan tipe emulsi krim dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
pengenceran fase dan dengan pengecatan atau pewarnaan.
Pengen ceran fase dilakukan dengan mengencerkan 0,1 g sediaan krim
dengan 50 ml air dalam beaker gelas. Jika sediaan terdispersi secara homogen
dalam air, maka sediaan termasuk emulsi tipe m/a. Jika sediaan tidak
terdispersi secara homogen dalam air, maka termasuk emulsi tipe a/m
Pengecatan atau pewarnaan dilakukan dengan menambahkan 1 tetes
metilen biru pada sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas,
diaduk dengan batang pengaduk. Jika metilen biru tersebar merata berarti
sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti
sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen POM, 1985).
3.5.5.3 Pengukuran pH sediaan krim
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar
netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat
menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan akuades,
lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 0,5 gram sediaan dan dilarutkan dalam 50 ml akuades. Kemudiaan
elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan nilai
pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan
(Rawlins, 2003).
3.5.5.4 Penentuan stabilitas sediaan krim
Sebanyak 25 ml dari masing-masing formula sediaan dimasukkan ke
dalam pot plastik 50 ml. Selanjutnya dilakukan pengamatan berupa pecah atau
tidaknya emulsi, perubahan warna, dan perubahan bau pada saat sediaan
selesai dibuat serta dalam penyimpanan selama 1, 4, 8, dan 12 minggu (Ansel,
3.5.5.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan
Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan. Sediaan dioleskan
di belakang telinga membentuk lingkaran dengan diameter 3 cm, lalu dibiarkan
selama 24 jam dengan diamati setiap 4 jam sekali apakah terjadi iritasi kulit
atau tidak (Ditjen POM, 1985). Eritema: tidak eritema 0,sangat sedikit eritema
1, sedikit eritema 2, eritema sedang 3, eritema sangat parah 4.dan Edema: tidak
edema 0, sangat sedikit edema 1, sedikit edema 2, edema sedang 3, edema
sangat parah 4 (Barel, dkk., 2009).
3.5.5.6 Penentuan kemampuan sediaan krim untuk mengurangi penguapan air dari kulit
Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm
yang dirangkai.
Sediaan ditimbang sekitar 500 mg. Pada bagian dalam lengan bawah
sukarelawan diberikan tanda berupa lingkaran yang sama diameternya dengan
diameter tutup pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian
tersebut. Sebelum dipakai, silika gel diaktifkan terlebih dahulu agar dicapai
berat konstan, dengan cara memanaskannya di dalam oven pada suhu 105°C
sampai warnanya kembali biru. Kemudiaan ditimbang hingga dicapai berat
konstan dan disimpan dalam desikator. Pada kain kasa ditimbang seksama 10 g
silika gel dan dibungkus, lalu dimasukkan ke dalam wadah plastik yang
dilubangi. Wadah plastik yang lain tidak dilubangi, kemudian wadah plastik
disatukan dengan menggunakan selotip transparan, wadah yang berlubang
wadah plastik diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah diolesi
sediaan. Agar wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk
mencegah pengaruh udara dari lingkungan maka digunakan selotip transparan
yang ditempelkan sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut. Alat ini
dibiarkan menempel selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang
digunakan ditimbang kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan
pembanding (deNavarre, 1975).
3.5.5.7 Analisis data kemampuan sediaan krim untuk mengurangi penguapan air dari kulit
Data hasil penentuan kemampuan sediaan mengurangi penguapan air
dari kulit dianalisis secara deskriptif dengan uji One Way ANOVA. Analisis
statistik ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service
Solution) versi 16.
3.5.5.8 Uji total cemaran mikroba
Ditimbang 1 gram sampel ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 10
ml akuades lalu dihomogenkan selama lebih kurang 1 menit dengan alat
vortex. Dibuat pengenceran hingga 10-5, diambil 1 ml dari pengenceran dan di
masukkan ke cawan petri. Ditambahkan 9-10 g media PCA lalu di
homogenkan. Di inkubasi pada suhu 37°C selama 24-48 jam. Dihitung semua
koloni dalam cawan petri dengan coloni counter.
3.5.5.9 Uji hedonik
Uji hedonik atau uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesukaan panelis terhadap produk yang dihasilkan. Uji hedonik dilakukan
menggunakan alat indera manusia yaitu penglihatan, penciuman, dan peraba.
Parameternya meliputi, warna, aroma, kemudahan menyebar, dan kesan
lengket di kulit. Skala hedonik yang dihasilkan berkisar 1-5, yaitu: (1) sangat
tidak suka, (2) tidak suka, (3) netral, (4) suka, (5) sangat suka. Uji hedonik
yang dilakukan menggunakan panelis sebanyak 30 orang dari kalangan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Sari Buah Rasberi
Filtrat yang diperoleh dari 2 kilogram buah rasberi segar sebanyak 800
ml, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer selama 120 jam, diperoleh sari
kering buah rasberi sebanyak 85 g. Rendemen yang diperoleh yaitu 4,25%.
4.2 Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim
4.2.1 Homogenitas sediaan krim
Pemeriksaan homogenitas dilakukan untuk melihat homogenitas
sediaan krim pada saat dioleskan. Hasil pemeriksaan homogenitas
menunjukkan bahwa sediaan krim sari buah rasberi memiliki homogenitas
yang baik. Perlakuan yang sama juga dilakukan terhadap sediaan pembanding
yaitu blanko dan gliserin 2%. Hasil yang diperoleh menunjukkan susunan yang
homogen dan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas. Hal tersebut
menunjukkan bahwa bahan-bahan penyusun sediaan krim dan sari buah rasberi
bercampur sempurna secara homogen.
4.2.2 Tipe emulsi sediaan krim
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan dengan
Tabel 4.1 Data penentuan tipe emulsi sediaan krim A, B, C, D, E, dan F dengan mengamati kelarutannya dalam air dan metilen biru
No. Formula
Kelarutan dalam air Kelarutan metilen biru dalam sediaan
Ya Tidak Ya Tidak
1 A - -
2 B - -
3 C - -
4 D - -
5 E - -
6 F - -
Keterangan: A : Krim blanko
B : Krim sari buah rasberi 2% C : Krim sari buah rasberi 4% D : Krim sari buah rasberi 6% E : Krim sari buah rasberi 8% F : Krim gliserin 2%
Hasil uji tipe emulsi terhadap krim yang dibuat menunjukkan bahwa
formula krim sari buah rasberi dengan konsentrasi 2, 4, 6, dan 8%, gliserin 2%,
dan blanko dapat larut dalam air dan metilen biru. Menurut Syamsuni (2006),
untuk membedakan tipe emulsi dapat dilakukan dengan pengenceran fase dan
pengecatan atau pewarnaan. Emulsi tipe m/a dapat diencerkan dengan air dan
memberikan warna biru jika ditambah metilen biru, karena metilen biru larut
dalam air. Dengan demikian terbukti bahwa sediaan krim yang dibuat memiliki
tipe emulsi m/a.
4.2.3 pH sediaan krim
Kadar keasaman untuk produk kosmetik atau produk yang digunakan
untuk pemakaian luar yang berhubungan langsung dengan kulit haruslah sesuai
[image:42.595.115.499.169.299.2]nilai pH yang sangat tinggi atau sangat rendah akan menyebabkan kulit
teriritasi. pH normal kulit adalah 5 – 6,5, Wasitaatmadja (1997) menjelaskan
bahwa produk kosmetika pelembab kulit sebaiknya memiliki pH sekitar 5,5,
sedangkan menurut Badan Standar Nasional tahun 1996 pH produk krim yang
disarankan berkisar antara 4,5 - 8,0. Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada
Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.
Tabel 4.2 Data pengukuran pH dari sediaan krim A, B, C, D, E, dan F pada saat selesai dibuat
No. Formula pH pH rata-rata
pH 1 pH 2 pH 3
1 A 6,80 6,70 6,70 6,73
2 B 6,00 6,00 6,00 6,00
3 C 5,80 5,90 5,80 5,83
4 D 5,70 5,60 5,60 5,63
5 E 5,40 5,40 5,40 5,40
6 F 6,60 6,60 6,50 6,57
Tabel 4.3 Data pengukuran pH dari sediaan krim A, B, C, D, E, dan F setelah penyimpanan selama 12 minggu
No. Formula pH pH rata-rata
pH 1 pH 2 pH 3
1 A 6,70 6,70 6,50 6,63
2 B 5,90 5,80 5,80 5,83
3 C 5,60 5,60 5,60 5,60
4 D 5,40 5,50 5,40 5,43
5 E 5,30 5,30 5,20 5,27
6 F 6,40 6,50 6,40 6,43
Keterangan : A : Krim blanko
Hasil pengukuran pH dari sediaan krim menunjukkan bahwa pH
sediaan krim sari buah rasberi memiliki rentang nilai pH antara 5,40 - 6,00.
Sedangkan pH blanko adalah 6,73 dan pembanding yaitu gliserin 2% adalah
6,57. Sediaan tetap stabil setelah penyimpanan selama 12 minggu karena tidak
terjadi perubahan nilai pH yang besar, yaitu antara 5,27 - 6,63. Dari data dapat
dilihat bahwa semakin banyak jumlah sari buah rasberi yang ditambahkan
maka pH sediaan semakin menurun atau dengan kata lain pH sediaan semakin
asam. Ini dapat disebabkan karena buah rasberi mengandung sejumlah
senyawa asam seperti Vitamin C, asam galat, dan asam salisilat yang dapat
menyebabkan pH dari sediaan menjadi asam. Nilai pH sediaan masih termasuk
ke dalam kisaran nilai pH menurut SNI 16-4399-1996 yaitu 4,5 - 8,0. Hal ini
berarti sediaan krim memenuhi syarat dan masih aman digunakan untuk kulit.
4.2.4 Stabilitas sediaan krim
Hasil pengamatan stabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.4 Sediaan
kosmetik dianggap stabil jika selama periode waktu penyimpanan dan
penggunaan, sifat dan karakteristiknya masih sama dengan yang dimilikinya
pada saat dibuat.
Emulsi yang tidak stabil akan mengalami perubahan kimia dan
perubahan fisika, antara lain perubahan warna atau warna memudar, perubahan
bau, kristalisasi, pemisahan fase, sedimentasi, pembentukan agregat,
pembentukan gel, penguapan, peretakan, pengerasan, dan lain-lain (Anita,
Tabel 4.4 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim A, B, C, D, E, dan F pada saat sediaan selesai dibuat, penyimpanan selama 1, 4, 8 dan 12 minggu
No. Formula
Pengamatan setelah Selesai
dibuat
1 minggu
4 minggu 8 minggu 12 minggu X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z
1 A - - - -
2 B - - - - - - - - -
3 C - - - -
4 D - - - -
5 E - - - -
6 F - - - -
Keterangan: A : Krim blanko
B : Krim sari buah rasberi 2% C : Krim sari buah rasberi 4% D : Krim sari buah rasberi 6% E : Krim sari buah rasberi 8% F : Krim gliserin 2%
X : Perubahan warna Y : Perubahan bau Z : Pecahnya emulsi - : Tidak terjadi
√ : Terjadi
Hasil pengukuran stabilitas emulsi memperlihatkan seluruh sediaan
yang dibuat tidak mengalami perubahan emulsi kecuali pada sediaan krim sari
buah rasberi 2% terjadi flokulasi sejak minggu ke-1. Flokulasi merupakan
proses yang terjadi antara droplet dari fase internal emulsi di mana droplet
tersebut bergabung menjadi suatu partikel besar tetapi dengan pengocokan
sedikit akan terdispersi sempurna (Barel, dkk., 2009). Pembentukan flokulasi
dipengaruhi oleh kecepatan dan lama pengadukan/penggerusan. Penggerusan
yang terlalu cepat serta waktu yang singkat cenderung menyebabkan flokulasi
[image:45.595.118.497.158.305.2]yang cukup tinggi dan kekentalan sediaan yang rendah menyebabkan
pergerakan globula meningkat dan cendrung membentuk flok. Semakin tinggi
kekentalan suatu bahan, maka bahan tersebut akan semakin stabil karena
pergerakan partikel cenderung sulit (Anita, 2008).
Selama penyimpanan tidak terjadi perubahan bau dan warna pada
masing-masing sediaan. Hal ini dikarenakan penggunaan zat antimikroba metil
paraben dapat mencegah berubahnya bau akibat pengaruh mikroba (Muliady,
2012). Reaksi oksidasi dari senyawa yang terkandung dalam sediaan krim
dapat dicegah dengan penggunaan antioksidan. Dalam penelitian ini
antioksidan yang digunakan adalah natrium metabisulfit.
4.2.5 Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan
Hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 4.5. Hasil uji iritasi
menunjukkan bahwa semua panelis memberikan hasil negatif terhadap reaksi
iritasi yang diamati yaitu eritema dan edema.
Tabel 4.5 Data uji iritasi terhadap kulit masing-masing sukarelawan berdasarkan reaksi iritasi berupa eritema dan edema
Reaksi iritasi Sukarelawan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII Eritema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Edema 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Index iritasi primer: 0/24 = 0,00
Keterangan: sistem skor Federal Hazardous Substance Act (Barel, dkk., 2009).
Eritema Edema
tidak eritema 0 tidak edema 0
sangat sedikit eritema 1 sangat sedikit edema 1
sedikit eritema 2 sedikit edema 2
eritema sedang 3 edema sedang 3
[image:46.595.109.503.525.605.2]Eritema adalah kondisi medis yang ditandai dengan munculnya ruam
merah pada kulit. Edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan di antara
sel-sel tubuh atau di dalam berbagai rongga tubuh. Dari hasil uji iritasi tersebut
dapat disimpulkan bahwa sediaan krim yang dibuat aman untuk digunakan.
4.2.6 Kemampuan sediaan krim untuk mengurangi penguapan air dari kulit
Besarnya pengurangan penguapan air dari kulit masing-masing
sukarelawan berbeda-beda. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kekeringan kulit baik faktor internal maupun faktor eksternal. Kondisi
lingkungan seperti suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi tingkat
kekeringan kulit. Faktor internal seperti usia, nutrisi yang dikonsumsi, dan
hormon juga mempengaruhi tingkat kekeringan kulit (Andirisnanti, 2012).
Dari pengujian yang dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan,
diperoleh data seperti yang tertera pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.1. Sediaan
yang mengandung sari buah rasberi dengan konsentrasi 2, 4, 6, dan 8% mampu
mengurangi penguapan air dari kulit masing-masing sebesar 14,10; 20,31;
28,85; dan 36,58%. Sedian blanko dan gliserin 2% mengurangi penguapan air
dari kulit sebesar 5,89 dan 23,78%. Sediaan dengan konsentrasi sari buah
rasberi 8% memiliki kemampuan yang paling tinggi dalam mengurangi
penguapan air dari kulit.
Dari Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi sari
buah rasberi yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula
Tabel 4.6 Data kemampuan sediaan krim A, B, C, D, E, dan F untuk mengurangi penguapan air dari kulit
No. Suka- relawan
Pengurangan Penguapan Air pada Masing-masing Formula (%)
A B C D E F
1 I 3,01 13,56 19,42 29,23 35,78 23,17
2 II 8,45 17,16 28,54 30,69 36,31 28,59
3 III 8,94 15,48 25,78 34,78 40,53 30,65
4 IV 2,79 9,95 28,01 21,71 37,58 25,23
5 V 3,89 18,69 12,25 25,03 33,49 19,83
6 VI 7,37 11,73 24,58 37,94 38,30 34,61
7 VII 3,16 10,62 18,7 30,83 34,04 23,01
8 VIII 9,32 12,53 10,63 31,41 38,95 17,04
9 IX 6,03 20,07 25,10 31,87 39,41 25,37
10 X 6,58 17,16 17,81 27,95 37,67 19,16
11 XI 8,55 19,06 25,42 20,54 28,56 20,75
12 XII 2,66 3,22 7,47 24,26 38,28 17,96
[image:48.595.111.501.144.424.2]Rata-rata 5,89 14,10 20,31 28,85 36,58 23,78
Gambar 4.1 Histogram uji pengurangan penguapan air dari kulit pada sediaan krim A, B, C, D, E, dan F
Keterangan: A : Krim blanko
B : Krim sari buah rasberi 2% C : Krim sari buah rasberi 4% D : Krim sari buah rasberi 6% E : Krim sari buah rasberi 8% F : Krim gliserin 2%
5,89 14,1 20,31 28,85 36,58 23,78 0 10 20 30 40
A B C D E F
[image:48.595.115.495.417.568.2]Setelah dilakukan uji statistik terhadap kemampuan sediaan
mengurangi penguapan air dari kulit menggunakan metode Tukey dengan
signifikansi 0,05, maka diperoleh data seperti pada Tabel 4.7. Berdasarkan data
yang diperoleh, dapat dilihat bahwa sediaan yang mengandung gliserin 2% dan
sari buah rasberi 4%, berada dalam kolom yang sama (subset 3). Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari
kedua sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Begitu juga dengan
sediaan sari buah rasberi 6% dan gliserin 2% berada pada kolom yang sama
(subset 4).
Tabel 4.7 Data kemampuan sediaan krim A, B, C, D, E, dan F untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan metode Tukey
Formula N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5
A 12 5,8958
B 12 14,1025
C 12 20,3092
F 12 23,7808 23,7808
D 12 28,8533
E 12 36,5750
Sig. 1,000 1,000 ,528 ,138 1,000
Keterangan: A : Krim blanko
[image:49.595.112.499.396.595.2]4.2.7 Total cemaran mikroba
Uji total cemaran mikroba adalah uji untuk mengetahui ada atau tidak adanya
mikroba dalam krim yang dibuat. Uji ini merupakan salah satu uji yang penting
karena kontaminasi mikroba dapat menyebabkan pemisahan fase, penyusutan
berat produk, dan bau yang tidak sedap (Anita, 2008). Hasil uji total cemaran
mikroba dapat di lihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Data nilai total cemaran mikroba dari sediaan krim A, B, C, D, E, dan F
No. Kode Sampel Ulangan Hasil SPC (x 105)
Hasil SPC Rata-rata (x 105)
1 A I 47 42,5
II 38
2 B I 8 10,5
II 13
3 C I 7 7
II 7
4 D I 2 3,5
II 5
5 E I 3 2
II 1
6 F I 52 48
II 44
Keterangan: A : Krim blanko
B : Krim sari buah rasberi 2% C : Krim sari buah rasberi 4% D : Krim sari buah rasberi 6% E : Krim sari buah rasberi 8% F : Krim gliserin 2%
Dari data dapat dilihat bahwa angka lempeng total dari semua sampel
yang diukur termasuk blanko dan pembanding gliserin 2% tidak memenuhi
[image:50.595.112.498.297.542.2]Republik Indonesia No. HK.00.06.4.02894 tahun 1994, yaitu angka lempeng
total untuk sediaan perawatan kulit tidak lebih dari 1×105.
Jumlah mikroba yang terdapat didalam sediaan yang mengandung sari
buah rasberi jauh lebih rendah dibandingkan dengan sediaan blanko dan
gliserin 2%. Adanya cemaran mikroba ini dapat disebabkan karena bahan yang
digunakan dalam pembuatan krim, terdiri dari bahan-bahan alami seperti
karbohidrat dan protein yang mudah sekali ditumbuhi fungi, ragi, dan bakteri
pembusuk.
Pada formula dengan penambahan sari buah rasberi terlihat bahwa
semakin tinggi penambahan sari buah rasberi maka semakin kecil jumlah
mikroba di dalamnya. Hal ini disebabkan karena karna kandungan flavanoid
dalam buah rasberi bersifat sebagai antimikroba. Selain itu nilai pH juga
berpengaruh pada pertumbuhan bakteri. Kebanyakan bakteri pada kulit
berkembang cepat pada pH 6 - 8 dan suhu 35 - 40°C. Suasana asam
mempunyai pengaruh buruk terhadap pertumbuhan bakteri. Dalam lingkungan
yang memenuhi persyaratan yang diperlukan bakteri dapat berkembang dengan
cepat dan sebaliknya jika kondisi tidak mendukung maka pertumbuhan bakteri
akan terhambat, namun bakteri tersebut tidak mati (Tranggono dan Latifah,
2007).
4.2.8 Uji hedonik
Uji hedonik dapat digunakan untuk melihat preferensi atau pandangan
konsumen terhadap suatu produk pengembangan atau memilih secara langsung
Dari pengujian yang dilakukan terhadap 30 orang sukarelawan dan
perhitungan yang dilakukan berdasarkan BSN (2006) diperoleh data hasil uji
[image:52.595.115.503.203.348.2]kesukaan yang dapat di lihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Data nilai uji hedonik formula B, C, D, dan E
No. Formula Interval Nilai Kesukaan
Pembulatan
Nilai Kesukaan Kategori
1 B 3,05 − 3,61 3 Netral
2 C 3,36− 3,83 3 Netral
3 D 3,12 − 3,82 3 Netral
4 E 1,96− 2,50 2 Tidak suka Keterangan:
B : Krim sari buah rasberi 2% C : Krim sari buah rasberi 4% D : Krim sari buah rasberi 6% E : Krim sari buah rasberi 8%
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa sediaan krim sari buah rasberi
dengan konsentrasi 2, 4, dan 6% memiliki penilaian netral dari para panelis dan
krim sari buah rasberi 8% memiliki penilaian tidak suka. Hal ini disebabkan
karena krim sari buah rasberi 2, 4, dan 6% mudah menyebar, tidak lengket
dikulit, dan memiliki aroma yang tidak terlalu tajam. Sedangkan krim sari buah
rasberi 8% lebih kental dan agak sukar menyebar di kulit saat di oleskan, serta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Buah rasberi (Rubus rosaefolius Smith.) dapat diformulasikan ke dalam
bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi m/a, memiliki penampakan yang
homogen, rentang pH pada kisaran 5,40-6,00, tidak menyebabkan iritasi,
sediaan stabil selama penyimpanan 12 minggu pada suhu kamar, kecuali
sediaan dengan konsentrasi 2% kurang stabil sejak minggu pertama. Hasil
pengukuran total mikroba menunjukkan bahwa semua sampel yang diukur
termasuk blanko dan gliserin 2% memiliki total mikroba yang melebihi
syarat. Panelis memberikan penilaian netral untuk krim dengan konsentrasi
sari buah rasberi 2, 4, dan 6% dan tidak suka untu