• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Sari Buah Anggur Merah (Fructus Vitis vinifera) Sebagai Pelembab Dalam Sediaan Krim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Sari Buah Anggur Merah (Fructus Vitis vinifera) Sebagai Pelembab Dalam Sediaan Krim"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGGUNAAN SARI BUAH ANGGUR MERAH (Fructus Vitis

vinifera) SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN KRIM

Diajukan oleh:

IIN NOVITA SRI REZEKI SITOMPUL

060824056

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGGUNAAN SARI BUAH ANGGUR MERAH (Fructus Vitis

vinifera) SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN KRIM

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai

gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

IIN NOVITA SRI REZEKI SITOMPUL

060824056

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGGUNAAN SARI BUAH ANGGUR MERAH (Fructus Vitis vinifera)

SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN KRIM

Diajukan oleh:

IIN NOVITA SRI REZEKI SITOMPUL

060824056

Medan, Agustus 2010

Disetujui oleh :

Disahkan Oleh:

Pembimbing I,

Dekan,

(Dra.Juanita Tanuwijaya, Apt)

(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.)

NIP 130 672 239

NIP 195311281983031002

Pembimbing II,

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan kasih

setia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

skripsi ini untuk memenuhi syarat dalam mencapai gelar sarjana farmasi pada

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang tulus tiada terhingga kepada Ayahanda dan

Ibunda yang tercinta, serta kepada abang dan adik ku atas doa, perhatian, dan

dorongan semangat kepada penulis selama masa perkuliahan hingga selesainya

skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak mendapatkan

bimbingan, bantuan, dan fasilitas yang sangat berharga dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis juga ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :

1.

Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

2.

Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt., sebagai pembimbing I dan Ibu Dra.

Saodah.MSc., Apt., sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan

waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran selama penelitian dan

penulisan skripsi ini.

(5)

4.

Ibu Dra, Saodah., MSc., Apt., selaku Kepala Laboratorium Formulasi Resep

beserta seluruh staf, yang telah mengijinkan penulis menggunakan fasilitas

laboratorium selama penelitian.

5.

Ibu Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., Ibu Dra.

Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan dan saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

6.

Bapak dan Ibu Staf Pengajar Fakutas Farmasi yang telah banyak

membimbing penulis selama masa pendidikan.

7.

Ucapan terima kasih kepada teman - temanku Rinces, Kartika, Fernawati,

Regina, Yasmina dan abang Godang Sinurat serta teman-teman yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu, yang member semangat dan doa kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, oleh

karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

pembaca.

Medan, September 2010

Penulis

(6)

PENGGUNAAN SARI BUAH ANGGUR MERAH (Fructus Vitis vinifera)

SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN KRIM

ABSTRAK

Buah anggur merah (Fructus Vitis vinifera) selain bisa dikomsumsi dapat

juga dimanfaatkan sebagai bahan pelembab. Tujuan penelitian untuk mengetahui

dapat atau tidaknya sari buah anggur merah diformulasikan dalam sediaan krim

dan untuk mengetahui kemampuan sari buah anggur merah dalam mengurangi

penguapan air dari kulit.

Metode pengambilan sampel dengan cara sampling Kuota. Sampel yang

digunakan yaitu sari buah anggur merah dari asal Vitis vinifera berasal dari

Probolinggo. Anggur merah yang digunakan untuk penelitian dibeli di pasar Sei

Sikambing. Uji dilakukan terhadap sediaan antara lain : uji homogenitas,

penentuan pH, penentuan tipe emulsi, mengamatan stabilitas sediaan, uji iritasi

terhadap sukarelawan dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air

dari kulit. Dalam hal ini sampel diujikan terhadap 6 orang sukarelawan wanita.

Konsentrasi sari buah anggur merah yang digunakan 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%

lalu dibandingkan dengan blanko dan sediaan yang mengandung gliserin 2%.

Hasil uji homogenitas yang telah dilakukan terhadap sediaan krim adalah

homogen, pH sediaan antara 7,55 – 8,48, tipe emulsi m/a, dan pada penyimpanan

sediaan selama 10 minggu terjadi perubahan warna dan pecahnya emulsi pada

formula 4 dan formula 5. Pada hasil uji iritasi menunjukkan bahwa sediaan tidak

menimbulkan iritasi. Dalam uji kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan

air dari kulit menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah anggur

merah yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula

kemampuan sediaan krim untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Dari data

yang diperoleh formula 3 mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebanyak

9,79% - 10,68%. Sedangkan gliserin 2% (pembanding) mempunyai kemampuan

untuk mengurangi penguapan air dari kulit sebanyak 5,76% - 8,37 %.

(7)

THE USE OF RED GRAPE JUICE ( Fructus Vitis vinifera) AS

MOISTERIZER IN THE BASES CREAM

ABSTRACT

Red grapes (Vitis vinifera) can be consumed can also be used as a

moisturizer. The purpose of this research to know whether red grape juice can be

used in cream formulation and to know the ability of red grape juice in reducing

water evaporation from the skin.

The removal organization method sample with Quota Sampling.The

sample used is a red grape juice from Vitis vinifera plant origin derived from

Probolinggo. The red grape used to research was obtained from Sei Sikambing.

The experiment of research with bases cream such as : homogeneity test,

determination of pH, type of emulsion, stability observation cream, irritation test

on volunteers and the ability of the cream to reduce water evaporation from the

skin. The sample were tested on six volunteers were women. Red grape juice

concentration used 1%, 2%, 3%, 4% and 5% and compared with the blank and

preparation containing 2% gliserin.

Homogeneity test results have been to the cream is homogeny, pH cream

between 7.55 –8.48, the emulsion type m/a, and on the storage of cream for 10

weeks occurred in color change and the emulsion on the formula 4 and formula 5.

In irritation test results showed that the cream does not cause irritation. In testing

the ability of cream to reduce water evaporation from skin showed that the higher

concentration of red grape juice is added to the cream, the higher ability of the

cream to reduce the evaporation of water from the skin. From the data obtained by

the formula 3 can reduce water evaporation from the skin as much as 9.79% -

10.68 %. While glycerin 2% ( for comparator) has the ability to reduce water

evaporation from the skin as much as 5.76% - 8.37%.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...

i

HALAMAN JUDUL ...

ii

HALAMAN PENGESAHAN ………..

iii

KATA PENGANTAR ...

iv

ABSTRAK ………...

vi

ABSTRACT ……….

vii

DAFTAR ISI ………

viii

DAFTAR TABEL ………

xi

DAFTAR GAMBAR ………

xii

DAFTAR LAMPIRAN ……….

xiii

BAB I. PENDAHULUAN ...

1

1.1. Latar Belakang ...

1

1.2. Perumusan Masalah ...

3

1.3. Hipotesa ...

3

1.4. Tujuan Penelitian ...

3

1.5. Manfaat Penelitian ...

3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...

4

2.1. Uraian Buah Anggur ...

4

(9)

2.1.2. Taksonomi Tanaman Buah Anggur ...

4

2.2. Kulit ...

5

2.2.1. Anatomi Kulit ...

5

2.2.2. Fungsi Biologik Kulit ...

7

2.2.3. Jenis Kulit ...

8

2.2.4. Jenis- jenis Kulit Muka ...

9

2.3. Struktur Kulit Normal ...

10

2.3.1. Perbedaan Struktur Kulit Normal dan Kulit Menua ...

11

2.4. Emulsi ...

11

2.5. Krim ...

12

2.6. Krim Tangan dan Badan ...

13

2.7. Bahan- bahan Sediaan Krim Tangan dan Badan ...

13

2.8. Silika Gel ...

14

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...

16

3.1. Alat-alat Yang Digunakan ...

16

3.2. Bahan- bahan Yang Digunakan ...

16

3.3. Sukarelawan ...

16

3.4. Prosedur Kerja ...

17

3.4.1. Pengolahan Sari Anggur Merah ...

17

3.4.2. Formula Dasar Krim ...

17

3.4.3. Pembuatan Sediaan Krim ...

17

(10)

3.5.1. Pemeriksaan Homogenitas ...

19

3.5.2. Penentuan pH Sediaan ...

19

3.5.3. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ...

19

3.5.4. Pengamatan Stabilitas Sediaan ...

20

3.5.5. Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ...

20

3.5.6. Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi

Penguapan Air Dari Kulit ...

20

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...

22

4.1. Penentuan Mutu Fisik Sediaan ...

22

4.1.1. Homogenitas Sediaan ...

22

4.1.2. pH Sediaan ...

22

4.2. Tipe Emulsi Sediaan ...

23

4.3. Stabilitas Sediaan ...

24

4.4. Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ...

25

4.5. Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Dari Kulit ...

25

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...

28

5.1. Kesimpulan ...

28

5.2. Saran ...

28

DAFTAR PUSTAKA ...

29

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Formula Sediaan Krim ...

18

Tabel 2. Data Pengukuran pH Sediaan ...

22

Tabel 3. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ...

23

Tabel 4. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan ...

24

Tabel 5. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ...

25

Tabel 6. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan

Air Dari Kulit ...

26

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Grafik % Penguapan Pengurangan Air ...

26

Gambar 2. Alat Oven ...

31

Gambar 3. Alat pH Meter Hanna 300 ...

32

Gambar 4. Formula Krim Pelembab ...

33

Gambar 5. Rangkaian Alat Yang Digunakan Untuk Pengujian

Penguapan Air Dari Kulit ...

34

Gambar 6. Buah Anggur Merah ...

35

Gambar 7. Rangkaian Alat Freezy dryer ...

36

Gambar 8. Kulit Normal ...

10

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Gambar Oven ...

31

Lampiran 2. Gambar pH Meter Hanna 300 ...

32

Lampiran 3. Gambar Sediaan Krim Pelembab ...

33

Lampiran 4. Gambar Alat Yang Digunakan Untuk Pengujian

Penguapan Air Dari Kulit ...

34

Lampiran 5. Gambar Buah Anggur Merah (Fructus Vitis vinifera) ...

35

Lampiran 6. Gambar Alat Freezy dryer ...

36

(14)

PENGGUNAAN SARI BUAH ANGGUR MERAH (Fructus Vitis vinifera)

SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN KRIM

ABSTRAK

Buah anggur merah (Fructus Vitis vinifera) selain bisa dikomsumsi dapat

juga dimanfaatkan sebagai bahan pelembab. Tujuan penelitian untuk mengetahui

dapat atau tidaknya sari buah anggur merah diformulasikan dalam sediaan krim

dan untuk mengetahui kemampuan sari buah anggur merah dalam mengurangi

penguapan air dari kulit.

Metode pengambilan sampel dengan cara sampling Kuota. Sampel yang

digunakan yaitu sari buah anggur merah dari asal Vitis vinifera berasal dari

Probolinggo. Anggur merah yang digunakan untuk penelitian dibeli di pasar Sei

Sikambing. Uji dilakukan terhadap sediaan antara lain : uji homogenitas,

penentuan pH, penentuan tipe emulsi, mengamatan stabilitas sediaan, uji iritasi

terhadap sukarelawan dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air

dari kulit. Dalam hal ini sampel diujikan terhadap 6 orang sukarelawan wanita.

Konsentrasi sari buah anggur merah yang digunakan 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%

lalu dibandingkan dengan blanko dan sediaan yang mengandung gliserin 2%.

Hasil uji homogenitas yang telah dilakukan terhadap sediaan krim adalah

homogen, pH sediaan antara 7,55 – 8,48, tipe emulsi m/a, dan pada penyimpanan

sediaan selama 10 minggu terjadi perubahan warna dan pecahnya emulsi pada

formula 4 dan formula 5. Pada hasil uji iritasi menunjukkan bahwa sediaan tidak

menimbulkan iritasi. Dalam uji kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan

air dari kulit menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah anggur

merah yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula

kemampuan sediaan krim untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Dari data

yang diperoleh formula 3 mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebanyak

9,79% - 10,68%. Sedangkan gliserin 2% (pembanding) mempunyai kemampuan

untuk mengurangi penguapan air dari kulit sebanyak 5,76% - 8,37 %.

(15)

THE USE OF RED GRAPE JUICE ( Fructus Vitis vinifera) AS

MOISTERIZER IN THE BASES CREAM

ABSTRACT

Red grapes (Vitis vinifera) can be consumed can also be used as a

moisturizer. The purpose of this research to know whether red grape juice can be

used in cream formulation and to know the ability of red grape juice in reducing

water evaporation from the skin.

The removal organization method sample with Quota Sampling.The

sample used is a red grape juice from Vitis vinifera plant origin derived from

Probolinggo. The red grape used to research was obtained from Sei Sikambing.

The experiment of research with bases cream such as : homogeneity test,

determination of pH, type of emulsion, stability observation cream, irritation test

on volunteers and the ability of the cream to reduce water evaporation from the

skin. The sample were tested on six volunteers were women. Red grape juice

concentration used 1%, 2%, 3%, 4% and 5% and compared with the blank and

preparation containing 2% gliserin.

Homogeneity test results have been to the cream is homogeny, pH cream

between 7.55 –8.48, the emulsion type m/a, and on the storage of cream for 10

weeks occurred in color change and the emulsion on the formula 4 and formula 5.

In irritation test results showed that the cream does not cause irritation. In testing

the ability of cream to reduce water evaporation from skin showed that the higher

concentration of red grape juice is added to the cream, the higher ability of the

cream to reduce the evaporation of water from the skin. From the data obtained by

the formula 3 can reduce water evaporation from the skin as much as 9.79% -

10.68 %. While glycerin 2% ( for comparator) has the ability to reduce water

evaporation from the skin as much as 5.76% - 8.37%.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Buah anggur merah (Fructus Vitis vinifera) telah dikenal sejak 5000 tahun

sebelum masehi. Buah anggur merah terkenal sebagai antioksidan, didalamnya

mengandung vitamin A, vitamin C, vitamin E, vitamin B1, vitamin B2, serat, gula, air,

fosfor, dan kalsium (Anonim, 2009). Vitamin C berguna sebagai sumber antioksidan

yang sangat kuat, vitamin C mempunyai peranan utama sebagai pembentukkan kolagen

interseluler berfungsi untuk mengurangi kerutan diwajah dan juga meningkatkan

kehalusan kulit, karena peranannya dalam mempertahankan kolagen yang dapat mengikat

sel-sel satu sama lain. Sedangkan vitamin A memiliki kemampuan biologis yang sangat

penting dan bermafaat bagi kulit, terutama untuk mengatasi jerawat, penuaan.

Keunggulan vitamin A dalam produk kosmetik antara lain dapat dengan mudah diserap

oleh kulit dan mampu meningkatkan kandungan air kulit. Vitamin B1 dapat mencegah

kulit kering dan bersisik sehingga vitamin B1 bermanfaat bagi kulit karena dapat

menangkal efek penuaan, meregenerasi kulit sehingga rona kulit menjadi lebih merata

(Wirakusumah E.S, 1994). Vitamin E berkhasiat untuk melindungi membran sel dari

serangan radikal bebas dan melindungi jaringan dari proses oksidasi, membantu

penggantian pembentukan sel kulit yang rusak, menjaga elastisitas kulit, mencegah

timbulnya keriput dan penuaan dini, serta menjaga pigmentasi kulit. Vitamin E disebut

juga sebagai anti oksidan (Anonim, 2010).

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki

fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan mekanisme biologis,

(17)

tubuh, pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet

matahari, sebagai peraba dan perasa (Tranggono.R.I.S dan Latifah.F, 2007).

Kulit sehat berarti kulit yang tidak mengandung penyakit, baik yang mengenai

kulit secara langsung maupun tidak langsung, atau penyakit dalam tubuh yang secara

langsung mempengaruhi kesehatan kulit. Penampilan kulit yang sehat dapat dilihat dari

struktur kulit berupa warna, kelembaban, kelenturan dan tekstur kulit. Berbagai faktor

yang dapat mempengaruhi penampilan kulit sehat, misalnya umur, ras, iklim, sinar

matahari, kehamilan dan lokasi kulit. Dari pengaruh faktor tersebut kulit menjadi lebih

kering akibat dari kehilangan air oleh penguapan dari kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Untuk menghindari hal itu, kulit perlu diberikan bahan pelembab atau bahan

yang dapat menjaga agar cairan kulit tidak menguap secara berlebihan misalnya buah

anggur merah dapat digunakan sebagai pelembab. Pelembab juga berguna untuk

menangkal pengaruh buruk akibat paparan sinar matahari, debu, gesekan, AC dan

perubahan cuaca. Krim tangan dan badan adalah sediaan kosmetik yang digunakan

sebagai pelembab untuk melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering,

bersisik dan tidak mudah pecah. Bahan yang biasa digunakan di dalam sediaan krim

tangan dan badan mencakup zat emolien, zat sawar (barier), zat pengental dan pembentuk

lapisan tipis, zat penutup kulit yang berpori lebar, zat pengemulsi, zat pengawet,

humektan, parfum dan pewarna (Ditjen POM, 1985).

Produk kecantikan atau kosmetik telah banyak dikenal oleh masyarakat

Indonesia. Akhir-akhir ini produk kecantikan banyak yang mengandung bahan kimia

sintetis yang sangat berbahaya sehingga dapat menimbulkan efek samping pada kulit,

sehingga kebanyakan masyarakat beralih menggunakan bahan alami yang tidak memicu

(18)

Berdasarkan pemaparan di atas penulis tertarik untuk memformulasikan buah

anggur merah menjadi sediaan krim tangan dan badan sehubungan dengan telah diketahui

khasiat buah anggur merah sebagai anti oksidan yang mengandung vitamin C, vitamin E,

vitamin A dan vitamin B yang penting bagi kesehatan kulit.

1.2

Perumusan Masalah

1. Apakah sari buah anggur merah dapat diformulasikan dalam sediaan krim

sebagai bahan pelembab.

2. Apakah sari buah anggur merah mampu mengurangi penguapan air dari

kulit atau melembabkan kulit dalam sediaan krim.

1.3 Hipotesa

1. Sari buah anggur merah dapat diformulasikan dalam sediaan krim sebagai

bahan pelembab.

2. Sari buah anggur merah mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau

melembabkan kulit dalam sediaan krim.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dapat atau tidaknya sari

buah anggur merah diformulasikan dalam sediaan krim dan untuk mengetahui

kemampuan sari buah anggur merah dalam mengurangi penguapan air dari kulit.

1.5

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil dari

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Buah Anggur

Buah merupakan salah satu jenis makanan yang banyak mengandung vitamin

serta mineral yang sangat dibutuhkan oleh manusia, buah anggur merah merupakan salah

satu dari buah yang cara pengolahannya tidak dimasak. Buah anggur mengandung banyak

gula sehingga sari dari buah anggur dapat diolah menjadi wine (minuman anggur merah)

(20)

2.1.1 Manfaat Dan Kandungan Gizi Buah Anggur

Buah anggur terkenal kaya antioksidan, didalamnya mengandung vitamin C,

provitamin A, vitamin B1, B2, serat dan kadar air tinggi, mineral besi, fosfor, kalsium.

Kandungan gizi buah anggur dalam 100 g terkandung protein 0,40 g, lemak 0,36 g,

karbohidrat 19,70 g, kalsium 6,00 mg, fosfor 24,40 mg, serat 1,70 g, vitamin A 66,00 IU,

vitamin B1 0,05 mg, vitamin B2 0,02 mg, vitamin C 3,00 mg. Selain itu, anggur sangat

baik untuk menjaga kesehatan dan kerja ginjal, menenangkan sistem saraf sehingga tidak

mengalami kekejangan.

Kandungan polifenol dan vitamin C berfungsi untuk menonaktifkan virus dan

tumor, serta dapat mencegah kerusakan gen sehingga mempunyai kemampuan untuk

melawan kanker (Wirakusumah, E. S, 2003).

2.1.2 Taksonomi Tanaman Buah Anggur

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Dikotiledoneae

Ordo : Vitales

Famili : Vitaceae

Genus : Vitis

Spesies : Vitis vinifera

(21)

Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia yang terletak

paling luar dan mempunyai permukaan yang paling luas. Kulit juga sangat kompleks,

elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, ras dan lokasi tubuh

(Wasitaatmadja. S. M, 1997).

Luas kulit pada manusia rata-rata ± 2 meter persegi, dengan berat 10 kg jika

dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas dua lapisan utama yaitu

epidermis (sebagai lapisan yang paling luar) dan dermis (Tranggono. R.I.S dan Latifah. F,

2007).

2.2.1 Anatomi Kulit

a. Lapisan Epidermis

Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar terdiri

dari sel-sel mati. Lapisan epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena

kosmetik dipakai pada epidermis ini. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai

bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak tangan,

telapak kaki, dan lapisan yang tpis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata,

pipi, dahi, dan perut.

Lapisan epidermis terdiri atas 5 lapisan (dimulai dari lapisan terluar sampai

(22)

1. Lapisan Tanduk (stratum corneum)

Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti,

tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit

mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein yang

tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan- bahan kimia. Hal ini

berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.

Secara alami, sel-sel yang sudah mati dipermukaan kulit akan melepaskan diri

untuk berregenerasi.

2. Lapisan Jernih (stratum lucidum)

Lapisan ini terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakan lapisan yang

tipis, jernih, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.

3. Lapisan Berbutir-butir (stratum glanulosum)

Lapisan ini tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir

kasar, berinti mengkerut.

4. Lapisan Malphigi (stratum spinosum)

Lapisan ini memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar

dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.

5. Lapisan Basal (stratum germinativum)

Merupakan lapisan terbawah epidermis. Di dalam lapisan basal juga terdapat

sel-sel melanosit, yaitu sel-sel-sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya

hanya membenttuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel

keratinosit melalui dendrit-dendritnya. Satu sel melanosit melayani sekitar 36 sel

keratinosit (Tranggono.R.I.S dan Latifah.F, 2007).

(23)

Lapisan ini lebih tebal dibanding lapisan epidermis. Yang menyusun lapisan ini

yaitu pembuluh darah, ujung syaraf, kelenjar minyak kulit, kelenjar keringat, otot

penegak rambut, dan akar rambut. Lapisan dermis terletak didalam jaringan penunjang

(kolagen) dan jaringan penghubung (elastin). Apabila jaringan ini rusak, kulit akan

menjadi kendur dan keriput karena kulit tidak elastis lagi (Wirakusumah.E.S, 1999).

c. Subkutis

Merupakan lapisan di bawah dermis atau yang terdiri dari lapisan lemak.

Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan

jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda- beda menurut daerah di tubuh dan

keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi

(Wirakusumah.E.S, 1999).

2.2.2 Fungsi Biologik Kulit

Kulit manusia sangat kompleks dan berkaitan satu dengan yang lainnya di

dalam tubuh manusia sehingga kulit mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Proteksi

Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun

mekanik, gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar

ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri dan virus. Gangguan fisik dan

mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan

kulit dan sebut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh

(Wasitaatmadja. S. M, 1997).

b. Absorbsi

Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk ke dalam tubuh melalui dua jalur

(24)

dalam lemak lebih mudah diabsorbsi dibanding air dan material yangn larut

dalam air (Tranggono.R.I.S dan Latifah.F, 2007).

c. Ekskresi

Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa

metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea dan sedikit lemak. Penguapan air

dari dalam tubuh dapat pula terjadi secara difusi melalui sel-sel epidermis, tetapi

karena selo epidermis baik fungsi sawarnya, maka kehilangan air melalui sel

epidermis dapat dicegah (Wasitaatmadja. S. M, 1997).

d. Sensori

Kulit bertanggu jawab sebagai indera terhadap rangsangan dari luar berupa

tekanan, raba, suhu dan nyeri melalui beberapa reseptor seperti badan Meissner di

lapisan dermis (Tranggono.R.I.S dan Latifah.F, 2007).

e. Termoregulasi

Kulit melakukan peran dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot

dinding pembuluh darah kulit. Pada keadaan suhu tubuh meningkat, kelenjar

keringat mengeluarkan banyak keringat kepermukaan kulit dan dengan

penguapan keringat tersebut terbuang kalori/ panas tubuh. Vasokonstriksi

pembuluh darah kapiler kulit menyebabkan kulit melindungi diri dari kehilangan

panas pada waktu dingin (Wasitaatmadja. S. M, 1997).

2.2.3 Jenis Kulit

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kecantikan dan kesehatan kulit, kulit

dapat dibedakan sebagai berikut :

(25)

Kulit jenis ini mudah mengalami gangguan, baik dari luar maupun dari tubuh.

Gangguan terhadap kulit yang sensitif akan menyababkan pembuluh darah

kapiler bereaksi secara berlebihan serta kulit terasa tegang. Perubahan yang cepat

pada kulit tersebut dikarenakan adanya perubahan lingkungan yang tidak biasa

dialami, seperti perubahan temperatur.

b.

Jenis kulit reaktif

Kulit jenis ini cepat mengalami perubahan secara tiba-tiba akibat adanya

perubahan lingkungan. Reaksi ini dalam jangka waktu tidak terlalu lama akan

kembali normal. Reaksi kulit karena perubahan/ pengaruh dari luar, misalnya

kulit muka menjadi merah secara tiba-tiba karena pelebaran pembuluh kepiler di

bawah kulit.

c. Jenis kulit alergi

Jenis kulit ini merupakan akibat dari fenomena yang sangat rumit dan

berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh (Wirakusumah.E.S, 1999).

2.2.4 Jenis- jenis Kulit Muka

Tiap individu mempunyai jenis kulit muka yang berlainan. Jenis kulit ini

dipengaruhi oleh kadar air di dalam lapisan kulit, produksi minyak dalam kulit, kondisi

dan percepatan pergantian sel- sel lapisan tanduk, serta faktor lingkungan. Oleh karena

itu, pengetahuan tentang jenis- jenis kulit sangatlah penting karena akan membantu dalam

perawatan kulit. Adapun perawatan kulit muka/ wajah dibedakan menjadi empat jenis

yaitu :

(26)

Pada jenis kulit normal, wajah akan terlihat lebih lembut, cerah, dan sehat.

Keadaan kulit tidak kering, kelembaban cukup, dan pori- pori masih tampak,

tetapi tidak terlalu besar

b) Kulit Berminyak

Jenis kulit ini mempunyai kadar minyak pada kulit wajah berlebih sehingga

apabila diraba terasa berminyak, wajah terlihat mengkilap, dan pori- pori terlihat

membesar

c)

Kulit Kering

Jenis kulit kering sedikit memproduksi minyak sehingga kulit wajah

terasa kencang dan kering, bahkan kulit menjadi bersisik halus. Jenis

kulit menyebabkan kulit menjadi cepat berkeriput dengan garis- garis

yang jelas (Wirakusumah.E.S, 1999).

2.3 Struktur Kulit Normal

(27)

2.3.1 Perbedaan Struktur Kulit Normal dan Kulit Menua

Gambar 9. Perbedaan Kulit Normal dan Kulit Menua

2.4 Emulsi

Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan

kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak tercampur. Dalam batasan

emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium dispersi sebagai fase

luar atau fase kontinu (Ansel, 1989).

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,

terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang

cocok.

Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar

memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film

(lapisan) disekeliling butir- butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar

mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah.

Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe m/a dimana tetes minyak terdispersi

dalam fase air dan tipe a/m dimana fase dalam adalah air dan fase luar adalah minyak

(Anief. M, 2003).

Emulsi yang dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi m/a

(28)

dimasukkan ke dalam emulsi, keinginan untuk mendapatkan efek emolien atau pelembut

jaringan (Ansel, 1989).

Keuntungan dari tipe emulsi m/a adalah :

1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit

2. Memberi efek dingin terhadap kulit

3. Tidak menyumbat pori- pori kulit

4. Bersifat lembut

5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit (Voight,

1995).

2.5 Krim

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak

kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Ditjen POM, 1979).

Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

a) Emulsi air dalam minyak atau emulsi A/M

b) Emulsi minyak dalam air atau emulsi Ms/A

Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan

dikenal sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini (Lachman, 1994).

Basis krim (vanishing cream) banyak disukai karena memiliki keuntungan yaitu

memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta memiliki kemampuan

penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung air dalam persentase yang besar

dan asam stearat. Humektan sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w

(29)

2.6 Krim Tangan dan Badan

Pada kondisi kulit tertentu pelembab diperlukan oleh kulit untuk

mempertahankan struktur dan fungsinya. Berbagai faktor baik dari luar tubuh maupun

dari dalam tubuh dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit tersebut, misal udara

kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun

penyakit dalam tubuh. Oleh faktor- faktor tersebut kulit dapat menjadi kering akibat dari

kehilangan air oleh penguapan yang tidak kita rasakan.

Krim tangan dan badan adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk maksud

melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering, bersisik, dan mudah pecah.

2.7 Bahan-Bahan Sediaan Krim Tangan dan Badan

bahan yang digunakan mencangkup emolien, zat sawar, zat humektan, zat

pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).

a. Emolien

Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin

dari darivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.

b. Zat sawar

Bahan- bahan yang biasa digunakan adalah parafin wax, asam stearat.

c. Humektan

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban

diantara produk dan udara, baik dalam kulit maupun diluar kulit. Biasanya bahan

yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan

air agar tidak menguap (Balsam,1972).

(30)

Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-

bahan secara merata, misalnya gliserin monostearat, trietanolamin

(Wasitaatmadja, 1997).

e. Pengawet

Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetik dalam jangka waktu

selama mungkin agar digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman

sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetik

menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat menangkal

terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997).

f. Parfum

Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas

nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum

menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan

produsen (Lachman, 1994).

2.8 Silika Gel

Silika gel merupakan suatu bentuk dari silika yang dihasilkan melalui

penggumpalan sol natrium silika (NaSiO2). Silika gel mencegah terbentuknya

kelembaban yang berlebihan sebelum terjadi. Silika gel merupakan produk yang aman

digunakan untuk menjaga kelembaban makanan,obat- obatan, bahan sensitif, elektronik.

Di dalamnya terdapat granula yang menghubungkan pori- poris mikroskopik yang akan

menangkap dan menahan uap air. Silika gel yang siap digunakan berwarna biru,

sedangkan jika silika gel sudah menyerap uap air, maka silika gel akan berubah warna

menjadi pink. Bahan pengering tersebut dapat diaktifkan lagi dengan cara pemasaran

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat – alat Yang Digunakan

Freezy dryer (Modulyo, Edward, serial no:3985), Neraca elektrik, pH meter Hanna

300, Oven, juiser (National), Mikroskop, alat- alat gelas, lumpang porselin, Stamfer,

Tutup pot plastik, Penangas air, Kain kasa, Pot plastik, Selotip transparan.

3.2

Bahan-bahan Yang Digunakan

Asam stearat, Setil alkohol, Trietanolamin (TEA), Nipagin, Gliserin, parfum, Air

suling, Silika Gel, Buah anggur merah (Fructus Vitis vinifera).

3.3

Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan

sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 6 orang dengan kriteria

sebagai berikut :

1.Wanita berbadan sehat

2. Usia antara 20-25 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi

4. Bersedia menjadi sukarelawan

5.Sukarelawan adalah orang terdekat dan sering berada disekitar pengujian

(32)

yang sedang di uji (Ditjen POM, 1985).

3.4 Prosedur kerja

3.4.1 Pengolahan Sari Anggur Merah

Buah anggur merah yang segar dicuci bersih kemudian dipisahkan dari tangkainya

dan dihaluskan dengan juiser, lalu diambil sarinya dan dikeringkan dengan freeze dryer

selama 48 jam pada suhu -4°C dan tekanan 4 atm, sampai diperoleh sari kental buah

anggur merah.

Dari buah anggur merah yang berat awal 2 kg diperoleh sari buah anggur merah

adalah 172 g.

3.4.2 Formula Dasar Krim (Young. A, 1972)

Asam stearat 12 g

Setil alkohol 0,5 g

Sorbitol sirup 5 g

Propilen glikol 3 g

Trietanolamin 1 g

Gliserin 2 tetes

Nipagin 0,1 g

Parfum 3 tetes

(33)

Tetapi dalam formulasi selanjutnya humektan seperti sorbitol sirup, propilen glikol

dan gliserin tidak dipakai, kecuali gliserin digunakan sebagai pembanding.

3.4.3 Pembuatan Sediaan Krim

Konsentrasi sari buah anggur merah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1%, 2%, 3%, 4%, 5% dan gliserin 2% (sebagai pembanding). Adapun formula yang

[image:33.595.147.478.317.699.2]

digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Formula Sediaan Krim

Komposisi

Formula

Blanko 1 2 3 4 5 6

Asam stearat (g) 12 12 12 12 12 12 12

Setil alkohol (g) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Sorbitol sirup (g) _ _ _ _ _ _ _

Propilen glikol (g) _ _ _ _ _ _ _

Trietanolamin (g) 1 1 1 1 1 1 1

Gliserin (g) _ _ _ _ _ _ 2%

Sari buah anggur merah (%)

_ 1 2 3 4 5 _

Nipagin (g) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

Aquadest ad 100 100 100 100 100 100 100

Parfum (tetes) 3 3 3 3 3 3 3

(34)

Formula 2: Konsentrasi sari buah anggur merah 2 %

Formula 3: Konsentrasi sari buah anggur merah 3 %

Formula 4: Konsentrasi sari buah anggur merah 4 %

Formula 5: Konsentrasi sari buah anggur merah 5 %

Formula 6: Konsentrasi gliserin 2% (pembanding)

Cara pembuatan :

Asam stearat, setil alkohol dimasukkan kedalam cawan penguap dan dileburkan

diatas penangas air (massa I). Nipagin dilarutkan dalam air panas, lalu tambahkan

Trietanolamin dan diaduk sampai larut (massa II). Lalu tambahkan massa II kedalam

massa I didalam lumpang panas sambil digerus secara terus menerus hingga terbentuk

dasar krim. Sari buah anggur merah digerus kedalam

lumpang, lalu tambahkan dasar krim dan digerus. Terakhir tambahkan 3 tetes parfum dan

digerus sampai homogen.

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.

Cara :

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak

(35)

3.5.2 Penentuan pH Sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.

Cara :

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH

7, hingga posisi jarum menunjukkan harga pH tersebut diatas. Kemudian elektroda dicuci

dan dibersihkan dengan kertas tissue. Satu gram sediaan diencerkan dengan aquadest 10

ml didalam suatu wadah kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut, jarum

dibiarkan bergerak sampai posisi konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan

harga pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.5.3 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan

Cara :

Sejumlah tertentu sediaan diletakkan diatas objek gelas, ditambahkan 1 tetes

metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan diamati

dibawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi

m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen

POM, 1985).

3.5.4 Pengamatan Stabilitas Sediaan

Cara :

Masing-masing formula sediaan dimasukkan kedalam beker gelas 50 ml,

ditutup bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat

(36)

temperature kamar, bagian yang diamati berupa pecah atau tidaknya emulsi, pemisahan

fase, perubahan warna dan bau dari sediaan (Ansel, H.C, 1989).

3.5.5 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Percobaan ini dilakukan pada 6 orang relawan dengan cara: kosmetika

dioleskan pada belakang telinga, kemudiaan biarkan selama 24 jam dan lihat perubahan

yang terjadi berupa iritasi pada kulit, gatal dan pengkasaran (Wasitaatmadja, 1997).

3.5.6 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air

Dari Kulit.

Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan

dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm.

Cara :

1. Lengan sukarelawan bagian bawah diberi tanda berupa lingkaran yang mempunyai

diameter sama dengan diameter wadah plastik yang digunakan.

2. Dioleskan 100 mg sediaan pada bagian tersebut.

3. Silika gel ditimbang di dalam wadah sebanyak 10 gram, kemudian dipanaskan dalam

oven pada suhu 105°C dan didinginkan di dalam desikator, kemudian ditimbang

kembali sampai diperoleh berat konstan, diperoleh B1.

4. Wadah plastik yang lain dibuat beberapa lubang dan dilengkapi dengan kain kasa,

ditutup ke wadah yang berisi silika gel, sehingga diperoleh seperangkat alat yang

siap digunakan untuk pengujian kemampuan pengurangan air pada kulit.

5. Kemudian alat tersebut ditempelkan pada lengan sukarelawan yang telah diberi

(37)

menempel pada lengan tersebut. Agar alat tersebut dapat melekat dengan baik dan

untuk mencegah pengaruh udara dari lingkungan maka, digunakan plester.

6. Tempelkan alat selama 3 jam kemudian segera dilepas, selanjutnya silika gel yang

digunakan ditimbang kembali, diperoleh B2.

Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan, blanko, dan pembanding yaitu sediaan yang

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

4.1.1 Homogenitas Sediaan

Menurut Dirjen POM (1979), pengamatan homogenitas dapat dilakukan dengan

mengoleskan sediaan pada sekeping kaca atau bahan trasparan lain, lalu diratakan, jika

tidak ada butiran-butiran maka sediaan dapat dikatakan homogen.

Dari percobaan yang dilakukan pada sediaan krim tidak diperoleh

butiran-butiran, maka sediaan tesebut dikatakan homogen. Perlakuan yang sama juga dilakukan

terhadap sediaan pembanding yaitu formula dengan gliserin 2 % dan blanko, hasil yang

diperoleh menunjukkan tidak ada butiran-butiran pada kepingan kaca.

4.1.2 pH Sediaan

pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan yang

[image:38.595.134.494.610.739.2]

dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Data Pengukuran pH Sediaan

No Formula

pH

I II III Rata-rata

1 Blanko 7,89 7,87 7,89 7,88

2 Formula 1 7,87 7,85 7,85 7,85

(39)

4 Formula 3 7,79 7,78 7,78 7,78

5 Formula 4 7,56 7,55 7,56 7,55

6 Formula 5 7,55 7,55 7,55 7,55

7 Gliserin 2 % 8,55 8,45 8,45 8,48

Hasil penentuan pH sediaan, didapatkan bahwa pH dari Blanko : 7,88; Gliserin 2

%: 8,48; Formula 1: 7,85; Formula 2: 7,85; Formula 3: 7,78; Formula 4: 7,55; Formula 5:

7,55. Dari hasil pH sediaan gliserin 2% :8,48 sampai Formula 5: 7,55 terjadi penurunan

pH diakibatkan karena penambahan sari buah anggur merah yang memiliki pH 3,9.

Menurut Balsam (1972), pH untuk sediaan krim adalah 5-8 sehingga sediaan krim

memenuhi syarat pH.

4.2 Tipe Emulsi Sediaan

Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan dengan menggunakan biru

[image:39.595.134.491.86.188.2]

metil adalah :

Tabel 3. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan

No

Formula

Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan

(40)

-Menurut Ditjen POM (1985), Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan

tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe

emulsi a/m

Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel 3 diatas, formula krim

dengan konsentrasi sari buah anggur merah 1% sampai 5%, gliserin 2% dan blanko

menunjukkan metil biru dapat larut dalam krim tersebut. Dengan demikian larutnya metil

biru pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe

emulsi m/a.

4.3 Stabilitas Sediaan

Menurut Ansel (1989), suatu emulsi menjadi tidak stabil akibat penggumpalan dari

pada globul-globul (bulatan-bulatan) dari fase terdispersi. Rusak atau tidaknya suatu

sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya

perubahan warna dan perubahan bau. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya

oksidasi dapat dilakukan dengan penambahan suatu antioksidan. Kerusakan dapat juga

ditimbulkan oleh jamur atau mikroba, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan

dengan penambahan anti mikroba. Anti mikroba yang digunakan adalah nipagin.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa masing-masing formula yang telah diamati

(41)
[image:41.595.99.551.118.567.2]

Tabel 4. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan

No Formula

Pengamatan Selama Penyimpanan

Selesai dibuat 1

Minggu

4

minggu

8

minggu

10

minggu

x y Z x y z x y z x y z x y z

1 Blanko - - -

-2 Formula 1 - - -

-3 Formula 2 - - -

-4 Formula 3 - - -

-5 Formula 4 - - - + - +

6 Formula 5 - - - + - +

7 Gliserin 2% - - -

-Keterangan : x : perubahan warna

y : perubahan bau

z : pecahnya emulsi

- : tidak terjadi

+ : terjadi

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa terjadi juga perubahan warna dan pecahnya

emulsi (pemisahan fase) pada formula 4 dan formula 5, sehingga sediaan krim dapat

digunakan kecuali formula 4 dan formula 5. Terjadinya perubahan warna pada sediaan

krim karena krim tidak mengandung anti oksidan dan pecahnya emulsi diakibatkan

karena kandungan air yang tinggi.

(42)

Penggunaan kosmetik yang tidak baik pada kulit dapat menyebabkan berbagai

reaksi (efek samping). Untuk mengetahui ada atau tidaknya efek samping tersebut maka

dilakukan uji daya iritasi terhadap kulit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka

[image:42.595.162.464.232.360.2]

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

No Pernyataan

Sukarelawan

I II III IV V VI

1 Iritasi pada kulit - - -

-2 Gatal pada kulit - - -

-3 Kulit menjadi kasar - - -

-Keterangan : + : Terjadi iritasi

- : Tidak terjadi iritasi

Menurut Wasitaatmadja (1997), uji iritasi terhadap kulit unutk mengetahui ada

tidaknya efek samping, dilakukan dengan memakai kosmetik dibelakang daun telinga dan

dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel 5, ternyata tidak terlihat adanya efek samping

berupa iritasi, gatal atau pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.

4.5 Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit

Pengujian dilakukan terhadap 6 orang sukarelawan yang berusia 20-25 tahun yang

(43)
[image:43.595.79.550.117.376.2]

Tabel 6. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit

No Sukarelawan

Persentase Pengurangan Penguapan Air

Pada Masing-masing Formula

Blanko F1 F2 F3 F4 F5 Gliserin

2%

1 I 1,84% 3,37% 8,43% 10,68% 13,01% 15,42% 7,14%

2 II 0,64% 2,64% 8,41% 10,09% 13,22% 15,06% 7,53%

3 III 1,11% 3,50% 7,89% 10,36% 12,67% 15,70% 8,37%

4 IV 1,76% 2,56% 8,99% 9,79% 11,96% 15,25% 8,27%

5 V 0,45% 3,00% 8,28% 10,16% 10,80% 14,06% 5,76%

6 VI 1,51% 3,42% 8,13% 10,68% 13,55% 16,02% 7,97%

(44)

Pada grafik diatas menunjukkan bahwa sediaan gliserin 2 % (pembanding) dengan

formula 2 yang mengandung sari buah anggur merah 2% mempunyai kemampuan yang

sama untuk mengurangi penguapan air dari kulit.

Sedangkan pada formula 1 dibandingkan dengan blanko mempunyai kemampuan

yang berbeda untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Hal ini disebabkan karena

formula 1 mengandung sari buah anggur merah 1% sehingga menunjukkan hasil yang

cukup berbeda.

Sediaan sari buah anggur merah dengan konsentrasi 5% mempunyai kemampuan

yang besar untuk mengurangi penguapan air dari kulit dibandingkan dengan konsentrasi

yang lain, yaitu sebanyak 14,06%-16,02%, namun pada penyimpanan 10 minggu terjadi

(45)

kemampuan mengurangi penguapan air dari kulit sebanyak 5,76%-8,37%. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah anggur merah yang ditambahkan

kedalam sediaan krim, semakin tinggi pula kemampuan untuk mengurangi penguapan air

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa

:

1. Sari buah anggur merah dapat diformulasi kedalam bentuk sediaan krim.

2. Sediaan krim yang dihasilkan memenuhi syarat homogenitas, stabil pada

penyimpanan selama 8 minggu, tetapi setelah 10 minggu terjadi perubahan warna

dan pecahnya emulsi dalam sediaan krim khususnya pada formula 4 dan formula

5.

3. Sediaan krim mempunyai pH 7,55-8,48

4. Sediaan krim sari buah anggur merah yang dihasilkan tidak menyebabkan iritasi

pada kulit.

5. Sari buah anggur merah yang ditambahkan kedalam sediaan krim mempunyai

kemampuan untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Dari data yang diperoleh

formula 3 mampu mengurangi penguapan air dari kulit, sebanyak 9,79%

-10,68%. Sedangkan gliserin 2% (pembanding) mempunyai kemampuan untuk

mengurangi penguapan air dari kulit sebanyak 5,76%-8,37%.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat membandingkan sari buah

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2008),Kegunaan Silika Gel.

Anonim, (2009), Manfaat Dan Khasiat Anggur.

http://

Anonim, (2010), Buah Anggur sumber antioksidan. www.vanillamist.com

Anief, M. (2003). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesepuluh.

Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal 132

Ansel, H.C.(1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Penerbit

Jakarta: Universitas Indonesia. Hal 387- 389.

Balsam, M. S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Second Edition. New

York. John Willy and Son, Inc. P 179- 218.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan

RI. Jakarta. Hal 33.

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta. Hal 22, 83, 356.

Rawlins, E. A. (2003). Bentley’s Texbooks of Pharmaceutics. 18th ed.

London, Bailierre Tindall. P 22, 355.

Lachman, L., Liberman, A. H. Kanig, J. L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi

Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia. Hal 1118

(48)

Bailierre Tindall. P. 22, 355

Rukmana, R. (1999). Seri Budi Daya Anggur. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Hal 83

Tranggono, R. I.S dan Latifah.F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 11, 22, 34-

46.

Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press. Hal.399- 400

Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit

Jakarta: Universitas Indonesia. Hal 23-45,62- 63.

Wirakusumah, E. S. (1999). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi

Kelima. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal 6- 9.

Wirakusumah, E. S. (2003). Buah dan Sayur Untuk Terapi. Edisi. Kesembilan

Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal 43

(49)
[image:49.595.133.493.136.497.2]

Lampiran 1. Gambar Oven

(50)
[image:50.595.132.485.139.395.2]

Lapiran 2. Gambar pH Meter Hanna 300

(51)
(52)

Lampiran 4. Gambar Alat Yang Digunakan Untuk Pengujian

Penguapan Air Dari Kulit.

Tutup pot plastik tidak berlubang

Tutup pot plastik yang berlubang

[image:52.595.115.296.162.330.2]

Rangkaian tutup pot plastik Contoh pemasangan alat

Gambar 5. Rangkaian Alat Yang digunakan Untuk Pengujian

(53)

Lampiran 5. Gambar Buah Anggur Merah (Fructus Vitis vinifera

[image:53.595.114.509.131.426.2]

(54)

Lampiran 6. Gambar Alat Freezy dryer

[image:54.595.154.500.139.536.2]

(55)

Lampiran 7. Perhitungan

Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan dengan formula blanko

a) Pertambahan berat

Pertambahan berat = berat akhir – berat awal

Berat awal = 10 g

Berat akhir = 10,420 g

Pertambahan berat = 420 mg

b) Persentase pengurangan penguapan

= 100%

sediaan a

berat tanp n

pertambaha

sediaan berat

n pertambaha

-sediaan a

berat tanp n

pertambaha

x

Pertambahan berat tanpa sediaan = 415 mg

Pertambahan berat sediaan = 420 mg

(56)

Tabel 7. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air

Pada Masing- masing Sukarelawan.

Sukarelawan Formula

Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % Pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan I Tanpa sediaan

10 10,415 415 0% 0%

Blanko 10

10,420 420 1,20

1,84 10,422 422 1,68

10,426 426 2,68

F1 10

10,400 400 3,61

3,37 10,401 401 3,37

10,402 402 3,13

F2 10

10,451 451 8,67

8,43 10,450 450 8,43

10,449 449 8,19

F3 10

10,370 370 10,84

10,68 10,372 372 10,36

10,370 370 10,84

F4 10

10,360 360 13,25

13,01 10,361 361 13,01

10,362 362 12,77

(57)

F5 10 10,350 350 15,66 15,42

10,352 352 15,18

Gliserin 2%

10

10,385 385 7,22

7,14 10,387 387 6,74

10,384 384 7,46

Sukarelawan Formula

Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % Pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan II Tanpa sediaan

10 10,416 416 0% 0%

Blanko 10

10,415 415 0,24

0,64 10,410 410 1,44

10,415 415 0,24

F1 10

10,405 405 2,64

2,64 10,404 404 2,88

10,406 406 2,40

F2 10

10,450 450 8,17

8,41 10,452 452 8,65

10,451 451 8,41

10,375 375 9,85

(58)

F3 10 10,374 374 10,09 10,09

F4 10

10,360 360 13,46

13,22 10,362 362 12,98

10,361 361 13,22

F5 10

10,355 355 14,66

15,06 10,353 353 15,14

10,352 352 15,38

Gliserin 2%

10

10,385 385 7,45

7,53 10,384 384 7,69

10,385 385 7,45

Sukarelawan Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % Pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan Tanpa sediaan

10 10,418 418 0% 0%

10,425 425 1,67

(59)

III

Blanko 10 10,420 420 0,47 1,11

F1 10

10,405 405 3,11

3,50 10,403 403 3,58

10,402 402 3,82

F2 10

10,449 449 7,41

7,89 10,451 451 7,89

10,453 453 8,37

F3 10

10,376 376 10,04

10,36 10,375 375 10,28

10,373 373 10,76

F4 10

10,366 366 12,44

12,67 10,365 365 12,67

10,364 364 12,91

F5 10

10,351 351 16,02

15,70 10,352 352 15,78

10,354 354 15,31

Gliserin 2%

10

10,380 380 9,09

8,37 10,381 381 8,85

(60)

Sukarelawan Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % Pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan IV Tanpa sediaan

10 10,415 415 0% 0%

Blanko 10

10,410 410 1,20

1,76 10,408 408 1,68

10,405 405 2,40

F1 10

10,405 405 2,40

2,56 10,405 405 2,40

10,403 403 2,89

F2 10

10,450 450 8,43

8,99 10,452 452 8,91

10,455 455 9,63

F3 10

10,373 373 10,12

9,79 10,374 374 9,87

10,376 376 9,39

F4 10

10,363 363 12,53

11,96 10,366 366 11,80

(61)

F5 10

10,353 353 14,93

15,25 10,351 351 15,42

10,351 351 15,42

Gliserin 2%

10

10,380 380 8,43

8,27 10380 380 8,43

10382 382 7,95

Sukarelawan Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % Pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan Tanpa sediaan

10 10,410 410 0% 0%

Blanko 10

10,405 405 1,21

0,45 10,406 406 0,09

10,407 407 0,07

10,420 420 2,43

(62)

V

F1 10 10,425 425 3,65 3,00

F2 10

10,377 377 8,04

8,28 10,376 376 8,29

10,375 375 8,53

F3 10

10,449 449 9,51

10,16 10,451 451 10,00

10,455 455 10,97

F4 10

10,365 365 10,97

10,80 10,365 365 10,97

10367 367 10,48

F5 10

10,350 350 14,63

14,06 10,352 352 14,14

10,355 355 13,41

Gliserin 2%

10

10,388 388 5,36

5,76 10,386 386 5,85

(63)

Sukarelawan Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % Pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan VI Tanpa sediaan

10 10,418 418 0% 0%

Blanko 10

10,425 425 1,67

1,51 10,425 425 1,67

10,423 423 1,19

F1 10

10,400 400 4,30

3,42 10,405 405 3,11

10,406 406 2,87

F2 10

10,453 453 8,37

8,13 10,452 452 8,13

10,451 451 7,89

F3 10

10,375 375 10,28

10,68 10,373 373 10,76

10,372 372 11,00

F4 10

10,363 363 13,15

13,55 10,361 361 13,63

10,360 360 13,87

F5 10

10,352 352 15,78

16,02 10,351 351 16,02

(64)

Gliserin 2%

10

10,388 388 7,17

7,97 10,383 383 8,37

10,383 383 8,37

Gambar

Gambar 8. Kulit Normal
Gambar 9. Perbedaan Kulit Normal dan Kulit Menua
Tabel 1. Formula Sediaan Krim
Tabel 2. Data Pengukuran pH Sediaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penguasaan Terhadap Dasar-Dasar Ilmu Kesehatan Masyarat Materi Penilaian 1 Fungsi –fungsi dasar untuk kewajiban individu dan organisasi dalam pelayanan Kesmas esensial 2

[r]

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014.. PARTAI

Advá Mendes Silva

Berbagai perbedaan tersebut antara lain disebabkan oleh (1) belum diterapkannya standarisasi yang ada sehingga masing-masing kelompok atau pelaku pertanian organik

Tabel 1 menyajikan daftar nutrisi yang telah dikaitkan dengan perkembangan berbagai jenis kanker baik dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh atau dengan

ketuntasan belajar peserta didik dengan presentase 82,35%, dengan kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian adalah pembelajaran pada kelas eksperimen yang