SKRIPSI
PENGGUNAAN SARI BUAH ANGGUR MERAH (Fructus Vitis
vinifera) SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN KRIM
Diajukan oleh:
IIN NOVITA SRI REZEKI SITOMPUL
060824056
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGGUNAAN SARI BUAH ANGGUR MERAH (Fructus Vitis
vinifera) SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN KRIM
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
IIN NOVITA SRI REZEKI SITOMPUL
060824056
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
PENGGUNAAN SARI BUAH ANGGUR MERAH (Fructus Vitis vinifera)
SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN KRIM
Diajukan oleh:
IIN NOVITA SRI REZEKI SITOMPUL
060824056
Medan, Agustus 2010
Disetujui oleh :
Disahkan Oleh:
Pembimbing I,
Dekan,
(Dra.Juanita Tanuwijaya, Apt)
(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.)
NIP 130 672 239
NIP 195311281983031002
Pembimbing II,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan kasih
setia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi ini untuk memenuhi syarat dalam mencapai gelar sarjana farmasi pada
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang tulus tiada terhingga kepada Ayahanda dan
Ibunda yang tercinta, serta kepada abang dan adik ku atas doa, perhatian, dan
dorongan semangat kepada penulis selama masa perkuliahan hingga selesainya
skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak mendapatkan
bimbingan, bantuan, dan fasilitas yang sangat berharga dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis juga ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas
sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.
2.
Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt., sebagai pembimbing I dan Ibu Dra.
Saodah.MSc., Apt., sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan
waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran selama penelitian dan
penulisan skripsi ini.
4.
Ibu Dra, Saodah., MSc., Apt., selaku Kepala Laboratorium Formulasi Resep
beserta seluruh staf, yang telah mengijinkan penulis menggunakan fasilitas
laboratorium selama penelitian.
5.
Ibu Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., Ibu Dra.
Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan dan saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6.
Bapak dan Ibu Staf Pengajar Fakutas Farmasi yang telah banyak
membimbing penulis selama masa pendidikan.
7.
Ucapan terima kasih kepada teman - temanku Rinces, Kartika, Fernawati,
Regina, Yasmina dan abang Godang Sinurat serta teman-teman yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, yang member semangat dan doa kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca.
Medan, September 2010
Penulis
PENGGUNAAN SARI BUAH ANGGUR MERAH (Fructus Vitis vinifera)
SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN KRIM
ABSTRAK
Buah anggur merah (Fructus Vitis vinifera) selain bisa dikomsumsi dapat
juga dimanfaatkan sebagai bahan pelembab. Tujuan penelitian untuk mengetahui
dapat atau tidaknya sari buah anggur merah diformulasikan dalam sediaan krim
dan untuk mengetahui kemampuan sari buah anggur merah dalam mengurangi
penguapan air dari kulit.
Metode pengambilan sampel dengan cara sampling Kuota. Sampel yang
digunakan yaitu sari buah anggur merah dari asal Vitis vinifera berasal dari
Probolinggo. Anggur merah yang digunakan untuk penelitian dibeli di pasar Sei
Sikambing. Uji dilakukan terhadap sediaan antara lain : uji homogenitas,
penentuan pH, penentuan tipe emulsi, mengamatan stabilitas sediaan, uji iritasi
terhadap sukarelawan dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air
dari kulit. Dalam hal ini sampel diujikan terhadap 6 orang sukarelawan wanita.
Konsentrasi sari buah anggur merah yang digunakan 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%
lalu dibandingkan dengan blanko dan sediaan yang mengandung gliserin 2%.
Hasil uji homogenitas yang telah dilakukan terhadap sediaan krim adalah
homogen, pH sediaan antara 7,55 – 8,48, tipe emulsi m/a, dan pada penyimpanan
sediaan selama 10 minggu terjadi perubahan warna dan pecahnya emulsi pada
formula 4 dan formula 5. Pada hasil uji iritasi menunjukkan bahwa sediaan tidak
menimbulkan iritasi. Dalam uji kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan
air dari kulit menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah anggur
merah yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula
kemampuan sediaan krim untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Dari data
yang diperoleh formula 3 mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebanyak
9,79% - 10,68%. Sedangkan gliserin 2% (pembanding) mempunyai kemampuan
untuk mengurangi penguapan air dari kulit sebanyak 5,76% - 8,37 %.
THE USE OF RED GRAPE JUICE ( Fructus Vitis vinifera) AS
MOISTERIZER IN THE BASES CREAM
ABSTRACT
Red grapes (Vitis vinifera) can be consumed can also be used as a
moisturizer. The purpose of this research to know whether red grape juice can be
used in cream formulation and to know the ability of red grape juice in reducing
water evaporation from the skin.
The removal organization method sample with Quota Sampling.The
sample used is a red grape juice from Vitis vinifera plant origin derived from
Probolinggo. The red grape used to research was obtained from Sei Sikambing.
The experiment of research with bases cream such as : homogeneity test,
determination of pH, type of emulsion, stability observation cream, irritation test
on volunteers and the ability of the cream to reduce water evaporation from the
skin. The sample were tested on six volunteers were women. Red grape juice
concentration used 1%, 2%, 3%, 4% and 5% and compared with the blank and
preparation containing 2% gliserin.
Homogeneity test results have been to the cream is homogeny, pH cream
between 7.55 –8.48, the emulsion type m/a, and on the storage of cream for 10
weeks occurred in color change and the emulsion on the formula 4 and formula 5.
In irritation test results showed that the cream does not cause irritation. In testing
the ability of cream to reduce water evaporation from skin showed that the higher
concentration of red grape juice is added to the cream, the higher ability of the
cream to reduce the evaporation of water from the skin. From the data obtained by
the formula 3 can reduce water evaporation from the skin as much as 9.79% -
10.68 %. While glycerin 2% ( for comparator) has the ability to reduce water
evaporation from the skin as much as 5.76% - 8.37%.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...
i
HALAMAN JUDUL ...
ii
HALAMAN PENGESAHAN ………..
iii
KATA PENGANTAR ...
iv
ABSTRAK ………...
vi
ABSTRACT ……….
vii
DAFTAR ISI ………
viii
DAFTAR TABEL ………
xi
DAFTAR GAMBAR ………
xii
DAFTAR LAMPIRAN ……….
xiii
BAB I. PENDAHULUAN ...
1
1.1. Latar Belakang ...
1
1.2. Perumusan Masalah ...
3
1.3. Hipotesa ...
3
1.4. Tujuan Penelitian ...
3
1.5. Manfaat Penelitian ...
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...
4
2.1. Uraian Buah Anggur ...
4
2.1.2. Taksonomi Tanaman Buah Anggur ...
4
2.2. Kulit ...
5
2.2.1. Anatomi Kulit ...
5
2.2.2. Fungsi Biologik Kulit ...
7
2.2.3. Jenis Kulit ...
8
2.2.4. Jenis- jenis Kulit Muka ...
9
2.3. Struktur Kulit Normal ...
10
2.3.1. Perbedaan Struktur Kulit Normal dan Kulit Menua ...
11
2.4. Emulsi ...
11
2.5. Krim ...
12
2.6. Krim Tangan dan Badan ...
13
2.7. Bahan- bahan Sediaan Krim Tangan dan Badan ...
13
2.8. Silika Gel ...
14
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...
16
3.1. Alat-alat Yang Digunakan ...
16
3.2. Bahan- bahan Yang Digunakan ...
16
3.3. Sukarelawan ...
16
3.4. Prosedur Kerja ...
17
3.4.1. Pengolahan Sari Anggur Merah ...
17
3.4.2. Formula Dasar Krim ...
17
3.4.3. Pembuatan Sediaan Krim ...
17
3.5.1. Pemeriksaan Homogenitas ...
19
3.5.2. Penentuan pH Sediaan ...
19
3.5.3. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ...
19
3.5.4. Pengamatan Stabilitas Sediaan ...
20
3.5.5. Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ...
20
3.5.6. Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi
Penguapan Air Dari Kulit ...
20
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...
22
4.1. Penentuan Mutu Fisik Sediaan ...
22
4.1.1. Homogenitas Sediaan ...
22
4.1.2. pH Sediaan ...
22
4.2. Tipe Emulsi Sediaan ...
23
4.3. Stabilitas Sediaan ...
24
4.4. Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ...
25
4.5. Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan
Air Dari Kulit ...
25
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...
28
5.1. Kesimpulan ...
28
5.2. Saran ...
28
DAFTAR PUSTAKA ...
29
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Formula Sediaan Krim ...
18
Tabel 2. Data Pengukuran pH Sediaan ...
22
Tabel 3. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ...
23
Tabel 4. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan ...
24
Tabel 5. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ...
25
Tabel 6. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan
Air Dari Kulit ...
26
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Grafik % Penguapan Pengurangan Air ...
26
Gambar 2. Alat Oven ...
31
Gambar 3. Alat pH Meter Hanna 300 ...
32
Gambar 4. Formula Krim Pelembab ...
33
Gambar 5. Rangkaian Alat Yang Digunakan Untuk Pengujian
Penguapan Air Dari Kulit ...
34
Gambar 6. Buah Anggur Merah ...
35
Gambar 7. Rangkaian Alat Freezy dryer ...
36
Gambar 8. Kulit Normal ...
10
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Gambar Oven ...
31
Lampiran 2. Gambar pH Meter Hanna 300 ...
32
Lampiran 3. Gambar Sediaan Krim Pelembab ...
33
Lampiran 4. Gambar Alat Yang Digunakan Untuk Pengujian
Penguapan Air Dari Kulit ...
34
Lampiran 5. Gambar Buah Anggur Merah (Fructus Vitis vinifera) ...
35
Lampiran 6. Gambar Alat Freezy dryer ...
36
PENGGUNAAN SARI BUAH ANGGUR MERAH (Fructus Vitis vinifera)
SEBAGAI PELEMBAB DALAM SEDIAAN KRIM
ABSTRAK
Buah anggur merah (Fructus Vitis vinifera) selain bisa dikomsumsi dapat
juga dimanfaatkan sebagai bahan pelembab. Tujuan penelitian untuk mengetahui
dapat atau tidaknya sari buah anggur merah diformulasikan dalam sediaan krim
dan untuk mengetahui kemampuan sari buah anggur merah dalam mengurangi
penguapan air dari kulit.
Metode pengambilan sampel dengan cara sampling Kuota. Sampel yang
digunakan yaitu sari buah anggur merah dari asal Vitis vinifera berasal dari
Probolinggo. Anggur merah yang digunakan untuk penelitian dibeli di pasar Sei
Sikambing. Uji dilakukan terhadap sediaan antara lain : uji homogenitas,
penentuan pH, penentuan tipe emulsi, mengamatan stabilitas sediaan, uji iritasi
terhadap sukarelawan dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air
dari kulit. Dalam hal ini sampel diujikan terhadap 6 orang sukarelawan wanita.
Konsentrasi sari buah anggur merah yang digunakan 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%
lalu dibandingkan dengan blanko dan sediaan yang mengandung gliserin 2%.
Hasil uji homogenitas yang telah dilakukan terhadap sediaan krim adalah
homogen, pH sediaan antara 7,55 – 8,48, tipe emulsi m/a, dan pada penyimpanan
sediaan selama 10 minggu terjadi perubahan warna dan pecahnya emulsi pada
formula 4 dan formula 5. Pada hasil uji iritasi menunjukkan bahwa sediaan tidak
menimbulkan iritasi. Dalam uji kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan
air dari kulit menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah anggur
merah yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula
kemampuan sediaan krim untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Dari data
yang diperoleh formula 3 mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebanyak
9,79% - 10,68%. Sedangkan gliserin 2% (pembanding) mempunyai kemampuan
untuk mengurangi penguapan air dari kulit sebanyak 5,76% - 8,37 %.
THE USE OF RED GRAPE JUICE ( Fructus Vitis vinifera) AS
MOISTERIZER IN THE BASES CREAM
ABSTRACT
Red grapes (Vitis vinifera) can be consumed can also be used as a
moisturizer. The purpose of this research to know whether red grape juice can be
used in cream formulation and to know the ability of red grape juice in reducing
water evaporation from the skin.
The removal organization method sample with Quota Sampling.The
sample used is a red grape juice from Vitis vinifera plant origin derived from
Probolinggo. The red grape used to research was obtained from Sei Sikambing.
The experiment of research with bases cream such as : homogeneity test,
determination of pH, type of emulsion, stability observation cream, irritation test
on volunteers and the ability of the cream to reduce water evaporation from the
skin. The sample were tested on six volunteers were women. Red grape juice
concentration used 1%, 2%, 3%, 4% and 5% and compared with the blank and
preparation containing 2% gliserin.
Homogeneity test results have been to the cream is homogeny, pH cream
between 7.55 –8.48, the emulsion type m/a, and on the storage of cream for 10
weeks occurred in color change and the emulsion on the formula 4 and formula 5.
In irritation test results showed that the cream does not cause irritation. In testing
the ability of cream to reduce water evaporation from skin showed that the higher
concentration of red grape juice is added to the cream, the higher ability of the
cream to reduce the evaporation of water from the skin. From the data obtained by
the formula 3 can reduce water evaporation from the skin as much as 9.79% -
10.68 %. While glycerin 2% ( for comparator) has the ability to reduce water
evaporation from the skin as much as 5.76% - 8.37%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah anggur merah (Fructus Vitis vinifera) telah dikenal sejak 5000 tahun
sebelum masehi. Buah anggur merah terkenal sebagai antioksidan, didalamnya
mengandung vitamin A, vitamin C, vitamin E, vitamin B1, vitamin B2, serat, gula, air,
fosfor, dan kalsium (Anonim, 2009). Vitamin C berguna sebagai sumber antioksidan
yang sangat kuat, vitamin C mempunyai peranan utama sebagai pembentukkan kolagen
interseluler berfungsi untuk mengurangi kerutan diwajah dan juga meningkatkan
kehalusan kulit, karena peranannya dalam mempertahankan kolagen yang dapat mengikat
sel-sel satu sama lain. Sedangkan vitamin A memiliki kemampuan biologis yang sangat
penting dan bermafaat bagi kulit, terutama untuk mengatasi jerawat, penuaan.
Keunggulan vitamin A dalam produk kosmetik antara lain dapat dengan mudah diserap
oleh kulit dan mampu meningkatkan kandungan air kulit. Vitamin B1 dapat mencegah
kulit kering dan bersisik sehingga vitamin B1 bermanfaat bagi kulit karena dapat
menangkal efek penuaan, meregenerasi kulit sehingga rona kulit menjadi lebih merata
(Wirakusumah E.S, 1994). Vitamin E berkhasiat untuk melindungi membran sel dari
serangan radikal bebas dan melindungi jaringan dari proses oksidasi, membantu
penggantian pembentukan sel kulit yang rusak, menjaga elastisitas kulit, mencegah
timbulnya keriput dan penuaan dini, serta menjaga pigmentasi kulit. Vitamin E disebut
juga sebagai anti oksidan (Anonim, 2010).
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan mekanisme biologis,
tubuh, pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet
matahari, sebagai peraba dan perasa (Tranggono.R.I.S dan Latifah.F, 2007).
Kulit sehat berarti kulit yang tidak mengandung penyakit, baik yang mengenai
kulit secara langsung maupun tidak langsung, atau penyakit dalam tubuh yang secara
langsung mempengaruhi kesehatan kulit. Penampilan kulit yang sehat dapat dilihat dari
struktur kulit berupa warna, kelembaban, kelenturan dan tekstur kulit. Berbagai faktor
yang dapat mempengaruhi penampilan kulit sehat, misalnya umur, ras, iklim, sinar
matahari, kehamilan dan lokasi kulit. Dari pengaruh faktor tersebut kulit menjadi lebih
kering akibat dari kehilangan air oleh penguapan dari kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Untuk menghindari hal itu, kulit perlu diberikan bahan pelembab atau bahan
yang dapat menjaga agar cairan kulit tidak menguap secara berlebihan misalnya buah
anggur merah dapat digunakan sebagai pelembab. Pelembab juga berguna untuk
menangkal pengaruh buruk akibat paparan sinar matahari, debu, gesekan, AC dan
perubahan cuaca. Krim tangan dan badan adalah sediaan kosmetik yang digunakan
sebagai pelembab untuk melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering,
bersisik dan tidak mudah pecah. Bahan yang biasa digunakan di dalam sediaan krim
tangan dan badan mencakup zat emolien, zat sawar (barier), zat pengental dan pembentuk
lapisan tipis, zat penutup kulit yang berpori lebar, zat pengemulsi, zat pengawet,
humektan, parfum dan pewarna (Ditjen POM, 1985).
Produk kecantikan atau kosmetik telah banyak dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Akhir-akhir ini produk kecantikan banyak yang mengandung bahan kimia
sintetis yang sangat berbahaya sehingga dapat menimbulkan efek samping pada kulit,
sehingga kebanyakan masyarakat beralih menggunakan bahan alami yang tidak memicu
Berdasarkan pemaparan di atas penulis tertarik untuk memformulasikan buah
anggur merah menjadi sediaan krim tangan dan badan sehubungan dengan telah diketahui
khasiat buah anggur merah sebagai anti oksidan yang mengandung vitamin C, vitamin E,
vitamin A dan vitamin B yang penting bagi kesehatan kulit.
1.2
Perumusan Masalah1. Apakah sari buah anggur merah dapat diformulasikan dalam sediaan krim
sebagai bahan pelembab.
2. Apakah sari buah anggur merah mampu mengurangi penguapan air dari
kulit atau melembabkan kulit dalam sediaan krim.
1.3 Hipotesa
1. Sari buah anggur merah dapat diformulasikan dalam sediaan krim sebagai
bahan pelembab.
2. Sari buah anggur merah mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau
melembabkan kulit dalam sediaan krim.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dapat atau tidaknya sari
buah anggur merah diformulasikan dalam sediaan krim dan untuk mengetahui
kemampuan sari buah anggur merah dalam mengurangi penguapan air dari kulit.
1.5
Manfaat PenelitianAdapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Buah Anggur
Buah merupakan salah satu jenis makanan yang banyak mengandung vitamin
serta mineral yang sangat dibutuhkan oleh manusia, buah anggur merah merupakan salah
satu dari buah yang cara pengolahannya tidak dimasak. Buah anggur mengandung banyak
gula sehingga sari dari buah anggur dapat diolah menjadi wine (minuman anggur merah)
2.1.1 Manfaat Dan Kandungan Gizi Buah Anggur
Buah anggur terkenal kaya antioksidan, didalamnya mengandung vitamin C,
provitamin A, vitamin B1, B2, serat dan kadar air tinggi, mineral besi, fosfor, kalsium.
Kandungan gizi buah anggur dalam 100 g terkandung protein 0,40 g, lemak 0,36 g,
karbohidrat 19,70 g, kalsium 6,00 mg, fosfor 24,40 mg, serat 1,70 g, vitamin A 66,00 IU,
vitamin B1 0,05 mg, vitamin B2 0,02 mg, vitamin C 3,00 mg. Selain itu, anggur sangat
baik untuk menjaga kesehatan dan kerja ginjal, menenangkan sistem saraf sehingga tidak
mengalami kekejangan.
Kandungan polifenol dan vitamin C berfungsi untuk menonaktifkan virus dan
tumor, serta dapat mencegah kerusakan gen sehingga mempunyai kemampuan untuk
melawan kanker (Wirakusumah, E. S, 2003).
2.1.2 Taksonomi Tanaman Buah Anggur
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dikotiledoneae
Ordo : Vitales
Famili : Vitaceae
Genus : Vitis
Spesies : Vitis vinifera
Kulit merupakan organ yang menutupi seluruh tubuh manusia yang terletak
paling luar dan mempunyai permukaan yang paling luas. Kulit juga sangat kompleks,
elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, ras dan lokasi tubuh
(Wasitaatmadja. S. M, 1997).
Luas kulit pada manusia rata-rata ± 2 meter persegi, dengan berat 10 kg jika
dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas dua lapisan utama yaitu
epidermis (sebagai lapisan yang paling luar) dan dermis (Tranggono. R.I.S dan Latifah. F,
2007).
2.2.1 Anatomi Kulit
a. Lapisan Epidermis
Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar terdiri
dari sel-sel mati. Lapisan epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena
kosmetik dipakai pada epidermis ini. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai
bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak tangan,
telapak kaki, dan lapisan yang tpis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata,
pipi, dahi, dan perut.
Lapisan epidermis terdiri atas 5 lapisan (dimulai dari lapisan terluar sampai
1. Lapisan Tanduk (stratum corneum)
Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti,
tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit
mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein yang
tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan- bahan kimia. Hal ini
berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.
Secara alami, sel-sel yang sudah mati dipermukaan kulit akan melepaskan diri
untuk berregenerasi.
2. Lapisan Jernih (stratum lucidum)
Lapisan ini terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakan lapisan yang
tipis, jernih, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
3. Lapisan Berbutir-butir (stratum glanulosum)
Lapisan ini tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir
kasar, berinti mengkerut.
4. Lapisan Malphigi (stratum spinosum)
Lapisan ini memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar
dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.
5. Lapisan Basal (stratum germinativum)
Merupakan lapisan terbawah epidermis. Di dalam lapisan basal juga terdapat
sel-sel melanosit, yaitu sel-sel-sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya
hanya membenttuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel
keratinosit melalui dendrit-dendritnya. Satu sel melanosit melayani sekitar 36 sel
keratinosit (Tranggono.R.I.S dan Latifah.F, 2007).
Lapisan ini lebih tebal dibanding lapisan epidermis. Yang menyusun lapisan ini
yaitu pembuluh darah, ujung syaraf, kelenjar minyak kulit, kelenjar keringat, otot
penegak rambut, dan akar rambut. Lapisan dermis terletak didalam jaringan penunjang
(kolagen) dan jaringan penghubung (elastin). Apabila jaringan ini rusak, kulit akan
menjadi kendur dan keriput karena kulit tidak elastis lagi (Wirakusumah.E.S, 1999).
c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau yang terdiri dari lapisan lemak.
Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan
jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda- beda menurut daerah di tubuh dan
keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi
(Wirakusumah.E.S, 1999).
2.2.2 Fungsi Biologik Kulit
Kulit manusia sangat kompleks dan berkaitan satu dengan yang lainnya di
dalam tubuh manusia sehingga kulit mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Proteksi
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun
mekanik, gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar
ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri dan virus. Gangguan fisik dan
mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan
kulit dan sebut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh
(Wasitaatmadja. S. M, 1997).
b. Absorbsi
Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk ke dalam tubuh melalui dua jalur
dalam lemak lebih mudah diabsorbsi dibanding air dan material yangn larut
dalam air (Tranggono.R.I.S dan Latifah.F, 2007).
c. Ekskresi
Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa
metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea dan sedikit lemak. Penguapan air
dari dalam tubuh dapat pula terjadi secara difusi melalui sel-sel epidermis, tetapi
karena selo epidermis baik fungsi sawarnya, maka kehilangan air melalui sel
epidermis dapat dicegah (Wasitaatmadja. S. M, 1997).
d. Sensori
Kulit bertanggu jawab sebagai indera terhadap rangsangan dari luar berupa
tekanan, raba, suhu dan nyeri melalui beberapa reseptor seperti badan Meissner di
lapisan dermis (Tranggono.R.I.S dan Latifah.F, 2007).
e. Termoregulasi
Kulit melakukan peran dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot
dinding pembuluh darah kulit. Pada keadaan suhu tubuh meningkat, kelenjar
keringat mengeluarkan banyak keringat kepermukaan kulit dan dengan
penguapan keringat tersebut terbuang kalori/ panas tubuh. Vasokonstriksi
pembuluh darah kapiler kulit menyebabkan kulit melindungi diri dari kehilangan
panas pada waktu dingin (Wasitaatmadja. S. M, 1997).
2.2.3 Jenis Kulit
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kecantikan dan kesehatan kulit, kulit
dapat dibedakan sebagai berikut :
Kulit jenis ini mudah mengalami gangguan, baik dari luar maupun dari tubuh.
Gangguan terhadap kulit yang sensitif akan menyababkan pembuluh darah
kapiler bereaksi secara berlebihan serta kulit terasa tegang. Perubahan yang cepat
pada kulit tersebut dikarenakan adanya perubahan lingkungan yang tidak biasa
dialami, seperti perubahan temperatur.
b.
Jenis kulit reaktifKulit jenis ini cepat mengalami perubahan secara tiba-tiba akibat adanya
perubahan lingkungan. Reaksi ini dalam jangka waktu tidak terlalu lama akan
kembali normal. Reaksi kulit karena perubahan/ pengaruh dari luar, misalnya
kulit muka menjadi merah secara tiba-tiba karena pelebaran pembuluh kepiler di
bawah kulit.
c. Jenis kulit alergi
Jenis kulit ini merupakan akibat dari fenomena yang sangat rumit dan
berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh (Wirakusumah.E.S, 1999).
2.2.4 Jenis- jenis Kulit Muka
Tiap individu mempunyai jenis kulit muka yang berlainan. Jenis kulit ini
dipengaruhi oleh kadar air di dalam lapisan kulit, produksi minyak dalam kulit, kondisi
dan percepatan pergantian sel- sel lapisan tanduk, serta faktor lingkungan. Oleh karena
itu, pengetahuan tentang jenis- jenis kulit sangatlah penting karena akan membantu dalam
perawatan kulit. Adapun perawatan kulit muka/ wajah dibedakan menjadi empat jenis
yaitu :
Pada jenis kulit normal, wajah akan terlihat lebih lembut, cerah, dan sehat.
Keadaan kulit tidak kering, kelembaban cukup, dan pori- pori masih tampak,
tetapi tidak terlalu besar
b) Kulit Berminyak
Jenis kulit ini mempunyai kadar minyak pada kulit wajah berlebih sehingga
apabila diraba terasa berminyak, wajah terlihat mengkilap, dan pori- pori terlihat
membesar
c)
Kulit KeringJenis kulit kering sedikit memproduksi minyak sehingga kulit wajah
terasa kencang dan kering, bahkan kulit menjadi bersisik halus. Jenis
kulit menyebabkan kulit menjadi cepat berkeriput dengan garis- garis
yang jelas (Wirakusumah.E.S, 1999).
2.3 Struktur Kulit Normal
2.3.1 Perbedaan Struktur Kulit Normal dan Kulit Menua
Gambar 9. Perbedaan Kulit Normal dan Kulit Menua
2.4 Emulsi
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan
kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak tercampur. Dalam batasan
emulsi, fase terdispers dianggap sebagai fase dalam dan medium dispersi sebagai fase
luar atau fase kontinu (Ansel, 1989).
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang
cocok.
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar
memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film
(lapisan) disekeliling butir- butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar
mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah.
Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe m/a dimana tetes minyak terdispersi
dalam fase air dan tipe a/m dimana fase dalam adalah air dan fase luar adalah minyak
(Anief. M, 2003).
Emulsi yang dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi m/a
dimasukkan ke dalam emulsi, keinginan untuk mendapatkan efek emolien atau pelembut
jaringan (Ansel, 1989).
Keuntungan dari tipe emulsi m/a adalah :
1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit
2. Memberi efek dingin terhadap kulit
3. Tidak menyumbat pori- pori kulit
4. Bersifat lembut
5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit (Voight,
1995).
2.5 Krim
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Ditjen POM, 1979).
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
a) Emulsi air dalam minyak atau emulsi A/M
b) Emulsi minyak dalam air atau emulsi Ms/A
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan
dikenal sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini (Lachman, 1994).
Basis krim (vanishing cream) banyak disukai karena memiliki keuntungan yaitu
memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta memiliki kemampuan
penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung air dalam persentase yang besar
dan asam stearat. Humektan sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w
2.6 Krim Tangan dan Badan
Pada kondisi kulit tertentu pelembab diperlukan oleh kulit untuk
mempertahankan struktur dan fungsinya. Berbagai faktor baik dari luar tubuh maupun
dari dalam tubuh dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit tersebut, misal udara
kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun
penyakit dalam tubuh. Oleh faktor- faktor tersebut kulit dapat menjadi kering akibat dari
kehilangan air oleh penguapan yang tidak kita rasakan.
Krim tangan dan badan adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk maksud
melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering, bersisik, dan mudah pecah.
2.7 Bahan-Bahan Sediaan Krim Tangan dan Badan
bahan yang digunakan mencangkup emolien, zat sawar, zat humektan, zat
pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).
a. Emolien
Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin
dari darivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.
b. Zat sawar
Bahan- bahan yang biasa digunakan adalah parafin wax, asam stearat.
c. Humektan
Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban
diantara produk dan udara, baik dalam kulit maupun diluar kulit. Biasanya bahan
yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan
air agar tidak menguap (Balsam,1972).
Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-
bahan secara merata, misalnya gliserin monostearat, trietanolamin
(Wasitaatmadja, 1997).
e. Pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetik dalam jangka waktu
selama mungkin agar digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman
sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetik
menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat menangkal
terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997).
f. Parfum
Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas
nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum
menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan
produsen (Lachman, 1994).
2.8 Silika Gel
Silika gel merupakan suatu bentuk dari silika yang dihasilkan melalui
penggumpalan sol natrium silika (NaSiO2). Silika gel mencegah terbentuknya
kelembaban yang berlebihan sebelum terjadi. Silika gel merupakan produk yang aman
digunakan untuk menjaga kelembaban makanan,obat- obatan, bahan sensitif, elektronik.
Di dalamnya terdapat granula yang menghubungkan pori- poris mikroskopik yang akan
menangkap dan menahan uap air. Silika gel yang siap digunakan berwarna biru,
sedangkan jika silika gel sudah menyerap uap air, maka silika gel akan berubah warna
menjadi pink. Bahan pengering tersebut dapat diaktifkan lagi dengan cara pemasaran
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat – alat Yang Digunakan
Freezy dryer (Modulyo, Edward, serial no:3985), Neraca elektrik, pH meter Hanna
300, Oven, juiser (National), Mikroskop, alat- alat gelas, lumpang porselin, Stamfer,
Tutup pot plastik, Penangas air, Kain kasa, Pot plastik, Selotip transparan.
3.2
Bahan-bahan Yang DigunakanAsam stearat, Setil alkohol, Trietanolamin (TEA), Nipagin, Gliserin, parfum, Air
suling, Silika Gel, Buah anggur merah (Fructus Vitis vinifera).
3.3
SukarelawanSukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan
sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 6 orang dengan kriteria
sebagai berikut :
1.Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-25 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
4. Bersedia menjadi sukarelawan
5.Sukarelawan adalah orang terdekat dan sering berada disekitar pengujian
yang sedang di uji (Ditjen POM, 1985).
3.4 Prosedur kerja
3.4.1 Pengolahan Sari Anggur Merah
Buah anggur merah yang segar dicuci bersih kemudian dipisahkan dari tangkainya
dan dihaluskan dengan juiser, lalu diambil sarinya dan dikeringkan dengan freeze dryer
selama 48 jam pada suhu -4°C dan tekanan 4 atm, sampai diperoleh sari kental buah
anggur merah.
Dari buah anggur merah yang berat awal 2 kg diperoleh sari buah anggur merah
adalah 172 g.
3.4.2 Formula Dasar Krim (Young. A, 1972)
Asam stearat 12 g
Setil alkohol 0,5 g
Sorbitol sirup 5 g
Propilen glikol 3 g
Trietanolamin 1 g
Gliserin 2 tetes
Nipagin 0,1 g
Parfum 3 tetes
Tetapi dalam formulasi selanjutnya humektan seperti sorbitol sirup, propilen glikol
dan gliserin tidak dipakai, kecuali gliserin digunakan sebagai pembanding.
3.4.3 Pembuatan Sediaan Krim
Konsentrasi sari buah anggur merah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1%, 2%, 3%, 4%, 5% dan gliserin 2% (sebagai pembanding). Adapun formula yang
[image:33.595.147.478.317.699.2]digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Formula Sediaan Krim
Komposisi
Formula
Blanko 1 2 3 4 5 6
Asam stearat (g) 12 12 12 12 12 12 12
Setil alkohol (g) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Sorbitol sirup (g) _ _ _ _ _ _ _
Propilen glikol (g) _ _ _ _ _ _ _
Trietanolamin (g) 1 1 1 1 1 1 1
Gliserin (g) _ _ _ _ _ _ 2%
Sari buah anggur merah (%)
_ 1 2 3 4 5 _
Nipagin (g) 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Aquadest ad 100 100 100 100 100 100 100
Parfum (tetes) 3 3 3 3 3 3 3
Formula 2: Konsentrasi sari buah anggur merah 2 %
Formula 3: Konsentrasi sari buah anggur merah 3 %
Formula 4: Konsentrasi sari buah anggur merah 4 %
Formula 5: Konsentrasi sari buah anggur merah 5 %
Formula 6: Konsentrasi gliserin 2% (pembanding)
Cara pembuatan :
Asam stearat, setil alkohol dimasukkan kedalam cawan penguap dan dileburkan
diatas penangas air (massa I). Nipagin dilarutkan dalam air panas, lalu tambahkan
Trietanolamin dan diaduk sampai larut (massa II). Lalu tambahkan massa II kedalam
massa I didalam lumpang panas sambil digerus secara terus menerus hingga terbentuk
dasar krim. Sari buah anggur merah digerus kedalam
lumpang, lalu tambahkan dasar krim dan digerus. Terakhir tambahkan 3 tetes parfum dan
digerus sampai homogen.
3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.
Cara :
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak
3.5.2 Penentuan pH Sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Cara :
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH
7, hingga posisi jarum menunjukkan harga pH tersebut diatas. Kemudian elektroda dicuci
dan dibersihkan dengan kertas tissue. Satu gram sediaan diencerkan dengan aquadest 10
ml didalam suatu wadah kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut, jarum
dibiarkan bergerak sampai posisi konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan
harga pH sediaan (Rawlins, 2003).
3.5.3 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
Cara :
Sejumlah tertentu sediaan diletakkan diatas objek gelas, ditambahkan 1 tetes
metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan diamati
dibawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi
m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen
POM, 1985).
3.5.4 Pengamatan Stabilitas Sediaan
Cara :
Masing-masing formula sediaan dimasukkan kedalam beker gelas 50 ml,
ditutup bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat
temperature kamar, bagian yang diamati berupa pecah atau tidaknya emulsi, pemisahan
fase, perubahan warna dan bau dari sediaan (Ansel, H.C, 1989).
3.5.5 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Percobaan ini dilakukan pada 6 orang relawan dengan cara: kosmetika
dioleskan pada belakang telinga, kemudiaan biarkan selama 24 jam dan lihat perubahan
yang terjadi berupa iritasi pada kulit, gatal dan pengkasaran (Wasitaatmadja, 1997).
3.5.6 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air
Dari Kulit.
Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ditentukan
dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm.
Cara :
1. Lengan sukarelawan bagian bawah diberi tanda berupa lingkaran yang mempunyai
diameter sama dengan diameter wadah plastik yang digunakan.
2. Dioleskan 100 mg sediaan pada bagian tersebut.
3. Silika gel ditimbang di dalam wadah sebanyak 10 gram, kemudian dipanaskan dalam
oven pada suhu 105°C dan didinginkan di dalam desikator, kemudian ditimbang
kembali sampai diperoleh berat konstan, diperoleh B1.
4. Wadah plastik yang lain dibuat beberapa lubang dan dilengkapi dengan kain kasa,
ditutup ke wadah yang berisi silika gel, sehingga diperoleh seperangkat alat yang
siap digunakan untuk pengujian kemampuan pengurangan air pada kulit.
5. Kemudian alat tersebut ditempelkan pada lengan sukarelawan yang telah diberi
menempel pada lengan tersebut. Agar alat tersebut dapat melekat dengan baik dan
untuk mencegah pengaruh udara dari lingkungan maka, digunakan plester.
6. Tempelkan alat selama 3 jam kemudian segera dilepas, selanjutnya silika gel yang
digunakan ditimbang kembali, diperoleh B2.
Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan, blanko, dan pembanding yaitu sediaan yang
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
4.1.1 Homogenitas Sediaan
Menurut Dirjen POM (1979), pengamatan homogenitas dapat dilakukan dengan
mengoleskan sediaan pada sekeping kaca atau bahan trasparan lain, lalu diratakan, jika
tidak ada butiran-butiran maka sediaan dapat dikatakan homogen.
Dari percobaan yang dilakukan pada sediaan krim tidak diperoleh
butiran-butiran, maka sediaan tesebut dikatakan homogen. Perlakuan yang sama juga dilakukan
terhadap sediaan pembanding yaitu formula dengan gliserin 2 % dan blanko, hasil yang
diperoleh menunjukkan tidak ada butiran-butiran pada kepingan kaca.
4.1.2 pH Sediaan
pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan yang
[image:38.595.134.494.610.739.2]dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Data Pengukuran pH Sediaan
No Formula
pH
I II III Rata-rata
1 Blanko 7,89 7,87 7,89 7,88
2 Formula 1 7,87 7,85 7,85 7,85
4 Formula 3 7,79 7,78 7,78 7,78
5 Formula 4 7,56 7,55 7,56 7,55
6 Formula 5 7,55 7,55 7,55 7,55
7 Gliserin 2 % 8,55 8,45 8,45 8,48
Hasil penentuan pH sediaan, didapatkan bahwa pH dari Blanko : 7,88; Gliserin 2
%: 8,48; Formula 1: 7,85; Formula 2: 7,85; Formula 3: 7,78; Formula 4: 7,55; Formula 5:
7,55. Dari hasil pH sediaan gliserin 2% :8,48 sampai Formula 5: 7,55 terjadi penurunan
pH diakibatkan karena penambahan sari buah anggur merah yang memiliki pH 3,9.
Menurut Balsam (1972), pH untuk sediaan krim adalah 5-8 sehingga sediaan krim
memenuhi syarat pH.
4.2 Tipe Emulsi Sediaan
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan dengan menggunakan biru
[image:39.595.134.491.86.188.2]metil adalah :
Tabel 3. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
No
Formula
Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan
-Menurut Ditjen POM (1985), Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan
tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe
emulsi a/m
Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel 3 diatas, formula krim
dengan konsentrasi sari buah anggur merah 1% sampai 5%, gliserin 2% dan blanko
menunjukkan metil biru dapat larut dalam krim tersebut. Dengan demikian larutnya metil
biru pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe
emulsi m/a.
4.3 Stabilitas Sediaan
Menurut Ansel (1989), suatu emulsi menjadi tidak stabil akibat penggumpalan dari
pada globul-globul (bulatan-bulatan) dari fase terdispersi. Rusak atau tidaknya suatu
sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya
perubahan warna dan perubahan bau. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya
oksidasi dapat dilakukan dengan penambahan suatu antioksidan. Kerusakan dapat juga
ditimbulkan oleh jamur atau mikroba, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan
dengan penambahan anti mikroba. Anti mikroba yang digunakan adalah nipagin.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa masing-masing formula yang telah diamati
Tabel 4. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan
No Formula
Pengamatan Selama Penyimpanan
Selesai dibuat 1
Minggu
4
minggu
8
minggu
10
minggu
x y Z x y z x y z x y z x y z
1 Blanko - - -
-2 Formula 1 - - -
-3 Formula 2 - - -
-4 Formula 3 - - -
-5 Formula 4 - - - + - +
6 Formula 5 - - - + - +
7 Gliserin 2% - - -
-Keterangan : x : perubahan warna
y : perubahan bau
z : pecahnya emulsi
- : tidak terjadi
+ : terjadi
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa terjadi juga perubahan warna dan pecahnya
emulsi (pemisahan fase) pada formula 4 dan formula 5, sehingga sediaan krim dapat
digunakan kecuali formula 4 dan formula 5. Terjadinya perubahan warna pada sediaan
krim karena krim tidak mengandung anti oksidan dan pecahnya emulsi diakibatkan
karena kandungan air yang tinggi.
Penggunaan kosmetik yang tidak baik pada kulit dapat menyebabkan berbagai
reaksi (efek samping). Untuk mengetahui ada atau tidaknya efek samping tersebut maka
dilakukan uji daya iritasi terhadap kulit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka
[image:42.595.162.464.232.360.2]diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
No Pernyataan
Sukarelawan
I II III IV V VI
1 Iritasi pada kulit - - -
-2 Gatal pada kulit - - -
-3 Kulit menjadi kasar - - -
-Keterangan : + : Terjadi iritasi
- : Tidak terjadi iritasi
Menurut Wasitaatmadja (1997), uji iritasi terhadap kulit unutk mengetahui ada
tidaknya efek samping, dilakukan dengan memakai kosmetik dibelakang daun telinga dan
dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel 5, ternyata tidak terlihat adanya efek samping
berupa iritasi, gatal atau pengkasaran pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.
4.5 Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit
Pengujian dilakukan terhadap 6 orang sukarelawan yang berusia 20-25 tahun yang
Tabel 6. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit
No Sukarelawan
Persentase Pengurangan Penguapan Air
Pada Masing-masing Formula
Blanko F1 F2 F3 F4 F5 Gliserin
2%
1 I 1,84% 3,37% 8,43% 10,68% 13,01% 15,42% 7,14%
2 II 0,64% 2,64% 8,41% 10,09% 13,22% 15,06% 7,53%
3 III 1,11% 3,50% 7,89% 10,36% 12,67% 15,70% 8,37%
4 IV 1,76% 2,56% 8,99% 9,79% 11,96% 15,25% 8,27%
5 V 0,45% 3,00% 8,28% 10,16% 10,80% 14,06% 5,76%
6 VI 1,51% 3,42% 8,13% 10,68% 13,55% 16,02% 7,97%
Pada grafik diatas menunjukkan bahwa sediaan gliserin 2 % (pembanding) dengan
formula 2 yang mengandung sari buah anggur merah 2% mempunyai kemampuan yang
sama untuk mengurangi penguapan air dari kulit.
Sedangkan pada formula 1 dibandingkan dengan blanko mempunyai kemampuan
yang berbeda untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Hal ini disebabkan karena
formula 1 mengandung sari buah anggur merah 1% sehingga menunjukkan hasil yang
cukup berbeda.
Sediaan sari buah anggur merah dengan konsentrasi 5% mempunyai kemampuan
yang besar untuk mengurangi penguapan air dari kulit dibandingkan dengan konsentrasi
yang lain, yaitu sebanyak 14,06%-16,02%, namun pada penyimpanan 10 minggu terjadi
kemampuan mengurangi penguapan air dari kulit sebanyak 5,76%-8,37%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah anggur merah yang ditambahkan
kedalam sediaan krim, semakin tinggi pula kemampuan untuk mengurangi penguapan air
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
:
1. Sari buah anggur merah dapat diformulasi kedalam bentuk sediaan krim.
2. Sediaan krim yang dihasilkan memenuhi syarat homogenitas, stabil pada
penyimpanan selama 8 minggu, tetapi setelah 10 minggu terjadi perubahan warna
dan pecahnya emulsi dalam sediaan krim khususnya pada formula 4 dan formula
5.
3. Sediaan krim mempunyai pH 7,55-8,48
4. Sediaan krim sari buah anggur merah yang dihasilkan tidak menyebabkan iritasi
pada kulit.
5. Sari buah anggur merah yang ditambahkan kedalam sediaan krim mempunyai
kemampuan untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Dari data yang diperoleh
formula 3 mampu mengurangi penguapan air dari kulit, sebanyak 9,79%
-10,68%. Sedangkan gliserin 2% (pembanding) mempunyai kemampuan untuk
mengurangi penguapan air dari kulit sebanyak 5,76%-8,37%.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat membandingkan sari buah
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2008),Kegunaan Silika Gel.
Anonim, (2009), Manfaat Dan Khasiat Anggur.
http://
Anonim, (2010), Buah Anggur sumber antioksidan. www.vanillamist.com
Anief, M. (2003). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesepuluh.
Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal 132
Ansel, H.C.(1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Penerbit
Jakarta: Universitas Indonesia. Hal 387- 389.
Balsam, M. S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Second Edition. New
York. John Willy and Son, Inc. P 179- 218.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta. Hal 33.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta. Hal 22, 83, 356.
Rawlins, E. A. (2003). Bentley’s Texbooks of Pharmaceutics. 18th ed.
London, Bailierre Tindall. P 22, 355.
Lachman, L., Liberman, A. H. Kanig, J. L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi
Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia. Hal 1118
Bailierre Tindall. P. 22, 355
Rukmana, R. (1999). Seri Budi Daya Anggur. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Hal 83
Tranggono, R. I.S dan Latifah.F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal 11, 22, 34-
46.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Hal.399- 400
Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit
Jakarta: Universitas Indonesia. Hal 23-45,62- 63.
Wirakusumah, E. S. (1999). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi
Kelima. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal 6- 9.
Wirakusumah, E. S. (2003). Buah dan Sayur Untuk Terapi. Edisi. Kesembilan
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal 43
Lampiran 1. Gambar Oven
Lapiran 2. Gambar pH Meter Hanna 300
Lampiran 4. Gambar Alat Yang Digunakan Untuk Pengujian
Penguapan Air Dari Kulit.
Tutup pot plastik tidak berlubang
Tutup pot plastik yang berlubang
[image:52.595.115.296.162.330.2]
Rangkaian tutup pot plastik Contoh pemasangan alat
Gambar 5. Rangkaian Alat Yang digunakan Untuk Pengujian
Lampiran 5. Gambar Buah Anggur Merah (Fructus Vitis vinifera
[image:53.595.114.509.131.426.2]
Lampiran 6. Gambar Alat Freezy dryer
[image:54.595.154.500.139.536.2]Lampiran 7. Perhitungan
Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan dengan formula blanko
a) Pertambahan berat
Pertambahan berat = berat akhir – berat awal
Berat awal = 10 g
Berat akhir = 10,420 g
Pertambahan berat = 420 mg
b) Persentase pengurangan penguapan
= 100%
sediaan a
berat tanp n
pertambaha
sediaan berat
n pertambaha
-sediaan a
berat tanp n
pertambaha
x
Pertambahan berat tanpa sediaan = 415 mg
Pertambahan berat sediaan = 420 mg
Tabel 7. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air
Pada Masing- masing Sukarelawan.
Sukarelawan Formula
Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % Pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan I Tanpa sediaan
10 10,415 415 0% 0%
Blanko 10
10,420 420 1,20
1,84 10,422 422 1,68
10,426 426 2,68
F1 10
10,400 400 3,61
3,37 10,401 401 3,37
10,402 402 3,13
F2 10
10,451 451 8,67
8,43 10,450 450 8,43
10,449 449 8,19
F3 10
10,370 370 10,84
10,68 10,372 372 10,36
10,370 370 10,84
F4 10
10,360 360 13,25
13,01 10,361 361 13,01
10,362 362 12,77
F5 10 10,350 350 15,66 15,42
10,352 352 15,18
Gliserin 2%
10
10,385 385 7,22
7,14 10,387 387 6,74
10,384 384 7,46
Sukarelawan Formula
Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % Pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan II Tanpa sediaan
10 10,416 416 0% 0%
Blanko 10
10,415 415 0,24
0,64 10,410 410 1,44
10,415 415 0,24
F1 10
10,405 405 2,64
2,64 10,404 404 2,88
10,406 406 2,40
F2 10
10,450 450 8,17
8,41 10,452 452 8,65
10,451 451 8,41
10,375 375 9,85
F3 10 10,374 374 10,09 10,09
F4 10
10,360 360 13,46
13,22 10,362 362 12,98
10,361 361 13,22
F5 10
10,355 355 14,66
15,06 10,353 353 15,14
10,352 352 15,38
Gliserin 2%
10
10,385 385 7,45
7,53 10,384 384 7,69
10,385 385 7,45
Sukarelawan Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % Pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan Tanpa sediaan
10 10,418 418 0% 0%
10,425 425 1,67
III
Blanko 10 10,420 420 0,47 1,11
F1 10
10,405 405 3,11
3,50 10,403 403 3,58
10,402 402 3,82
F2 10
10,449 449 7,41
7,89 10,451 451 7,89
10,453 453 8,37
F3 10
10,376 376 10,04
10,36 10,375 375 10,28
10,373 373 10,76
F4 10
10,366 366 12,44
12,67 10,365 365 12,67
10,364 364 12,91
F5 10
10,351 351 16,02
15,70 10,352 352 15,78
10,354 354 15,31
Gliserin 2%
10
10,380 380 9,09
8,37 10,381 381 8,85
Sukarelawan Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % Pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan IV Tanpa sediaan
10 10,415 415 0% 0%
Blanko 10
10,410 410 1,20
1,76 10,408 408 1,68
10,405 405 2,40
F1 10
10,405 405 2,40
2,56 10,405 405 2,40
10,403 403 2,89
F2 10
10,450 450 8,43
8,99 10,452 452 8,91
10,455 455 9,63
F3 10
10,373 373 10,12
9,79 10,374 374 9,87
10,376 376 9,39
F4 10
10,363 363 12,53
11,96 10,366 366 11,80
F5 10
10,353 353 14,93
15,25 10,351 351 15,42
10,351 351 15,42
Gliserin 2%
10
10,380 380 8,43
8,27 10380 380 8,43
10382 382 7,95
Sukarelawan Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % Pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan Tanpa sediaan
10 10,410 410 0% 0%
Blanko 10
10,405 405 1,21
0,45 10,406 406 0,09
10,407 407 0,07
10,420 420 2,43
V
F1 10 10,425 425 3,65 3,00
F2 10
10,377 377 8,04
8,28 10,376 376 8,29
10,375 375 8,53
F3 10
10,449 449 9,51
10,16 10,451 451 10,00
10,455 455 10,97
F4 10
10,365 365 10,97
10,80 10,365 365 10,97
10367 367 10,48
F5 10
10,350 350 14,63
14,06 10,352 352 14,14
10,355 355 13,41
Gliserin 2%
10
10,388 388 5,36
5,76 10,386 386 5,85
Sukarelawan Formula Berat awal (g) Berat akhir (g) Pertambahan berat (mg) % Pengurangan penguapan % rata-rata pengurangan penguapan VI Tanpa sediaan
10 10,418 418 0% 0%
Blanko 10
10,425 425 1,67
1,51 10,425 425 1,67
10,423 423 1,19
F1 10
10,400 400 4,30
3,42 10,405 405 3,11
10,406 406 2,87
F2 10
10,453 453 8,37
8,13 10,452 452 8,13
10,451 451 7,89
F3 10
10,375 375 10,28
10,68 10,373 373 10,76
10,372 372 11,00
F4 10
10,363 363 13,15
13,55 10,361 361 13,63
10,360 360 13,87
F5 10
10,352 352 15,78
16,02 10,351 351 16,02
Gliserin 2%
10
10,388 388 7,17
7,97 10,383 383 8,37
10,383 383 8,37