• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Sediaan Krim Sari Buah Mangga (Mangifera indica L.) Sebagai Pelembab Kulit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Sediaan Krim Sari Buah Mangga (Mangifera indica L.) Sebagai Pelembab Kulit"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

36

Lampiran 1. Gambar mangga (Mangifera indica L.)

Lampiran 2. Gambar hasil freeze dryer sari buah mangga

(2)

37

Lampiran 3. Gambar hasil identifikasi tumbuhan

(3)

38 Lampiran 4. Gambar Freeze dryer

Lampiran 5. Gambar pembuatan sediaan krim

(4)

39 Lampiran 6. Gambar sediaan krim

Gambar 6.1 Sediaan krim setelah selesai dibuat

Gambar 6.2 Sediaan krim setelah penyimpanan selama satu minggu Blanko Glis 2% RS 2,5% RS 5% RS 7,5% RS 10%

Blanko Glis 2% RS 2,5% RS 5% RS 7,5% RS 10%

(5)

40 Lampiran 6. (Lanjutan)

Gambar 6.3 Sediaan krim setelah penyimpanan selama empat minggu

Gambar 6.4 Sediaan krim setelah penyimpanan selama delapan minggu Blanko Glis 2% RS 2,5% RS 5% RS 7,5% RS 10%

Blanko Glis 2% RS 2,5% RS 5% RS 7,5% RS 10%

(6)

41 Lampiran 6. (Lanjutan)

Gambar 6.5 Sediaan krim setelah penyimpanan selama dua belas minggu

Lampiran 7. Gambar Skin analyzer- moisture checker

RS 10% RS 7,5%

RS 5% RS 2,5%

Glis 2% Blanko

(7)

42 Lampiran 8. Gambar pH meter

Lampiran 9. Gambar hasil uji homogenitas sediaan

Blanko Gli 2% RS 10% RS 7,5% RS 5% RS 2,5%

(8)

43

Lampiran 10. Gambar hasil uji tipe emulsi dengan metil biru

Blanko RS 2,5% RS 5% RS 7,5% RS 10% Glis 2%

(9)

44

Lampiran 11. Perhitungan rata-rata kelembaban dan persentase peningkatan

kelembaban

11.1 Perhitungan Rata-Rata Kelembaban

Rata-rata = KR1 + KR2 + KR3 3

Keterangan : KR1 = Kelembaban Relawan 1

KR2 = Kelembaban Relawan 2

KR3 = Kelembaban Relawan 3

 Sebelum penggunaan krim

Sediaan blanko

Rata-rata = 30,0 + 30,7 + 30,3 3

= 30,3

Sediaan sari buah mangga 5%

Rata-rata = 30,0 + 28,7 + 30,0

Sediaan sari buah mangga 2,5%

Rata-rata = 29,0 + 30,0 + 30,3 3

= 29,7

Sediaan sari buah mangga 7,5%

Rata-rata = 30,1 + 30,5 + 30,5 3

= 30,3

Sediaan sari buah mangga 10%

Rata-rata = 30,6 + 30,3 + 30,0 3

= 30,4

- Pengukuran kelembaban setelah 1 minggu

Sediaan blanko

Rata-rata = 30,8 + 31,2 + 30,4 3

= 30,8

Sediaan sari buah mangga 5%

Rata-rata = 31,5 + 30,5 + 31,0 3

= 31,0

(10)

45

- Pengukuran kelembaban setelah 2 minggu

 Pengukuran kelembaban setelah 3 minggu

Lampiran 11. (Lanjutan) Sediaan gliserin 2%

Rata-rata = 32,1 + 30,6 + 31,5 3

= 31,4

Sediaan sari buah mangga 7,5%

Rata-rata = 31,8 + 31,8 + 31,5 3

= 31,7

Sediaan sari buah mangga 2,5%

Rata-rata = 30,7 + 31,8 + 31,5 3

= 31,3

Sediaan sari buah mangga 10%

Rata-rata = 34,0 + 34,3 + 39,5

Sediaan sari buah mangga 5%

Rata-rata = 35,0 + 33,4 + 37,2

Sediaan sari buah mangga 7,5%

Rata-rata = 35,9 + 34,5 + 42,0 3

= 37,4

Sediaan sari buah mangga 2,5%

Rata-rata = 31,5 + 32,0 + 31,7 3

= 31,7

Sediaan sari buah mangga 10%

Rata-rata = 37,0 + 38,5 + 43,6

Sediaan sari buah mangga 5%

Rata-rata = 35,3 + 35,5 + 40,1

Sediaan sari buah mangga 7,5%

Rata-rata = 37,2 + 37,9 + 43,0 3

= 39,3

(11)

46

- Pengukuran kelembaban setelah 4 minggu

11.2 Perhitungan persentase peningkatan kelembaban

Keterangan : KR = Kelembaban

KR.n = Kelembaban minggu ke-n

KR.0 = Kelembaban awal

%KR1 = Persentase kelembaban relawan 1 %KR2 = Persentase kelembaban relawan 2 %KR3 = Persentase kelembaban relawan 3

Lampiran 11. (Lanjutan)

Sediaan sari buah mangga 2,5%

Rata-rata = 33,1 + 33,8 + 33,7 3

= 33,5

Sediaan sari buah mangga 10%

Rata-rata = 39,7 + 41,5 + 49,9

Sediaan sari buah mangga 5%

Rata-rata = 39,3 + 37,3 + 41,2

Sediaan sari buah mangga 7,5%

Rata-rata = 41,5 + 38,3 + 43,7 3

= 41,1

Sediaan sari buah mangga 2,5%

Rata-rata = 34,4 + 34,2 + 34,7 3

= 34,4

Sediaan sari buah mangga 10%

(12)

47 Lampiran 11. (Lanjutan)

 Persentase kelembaban pada minggu ke-1

 Sediaan blanko

Sediaan sari buah mangga 5%

%KR1 = 31,5-30,0

Sediaan sari buah mangga 7,5%

(13)

48

Sediaan sari buah mangga 10%

- Persentase kelembaban pada minggu ke-2

 Sediaan blanko ● Sediaan sari buah mangga 5%

Sediaan sari buah mangga 7,5%

%KR1 = 35,9-30,1

= 5,8%

(14)

49

 Persentase kelembaban pada minggu ke-3

(15)

50

Sediaan sari buah mangga 7,5%

(16)

51

Sediaan sari buah mangga 5%

%KR1 = 39,3-30,0

Sediaan sari buah mangga 7,5%

%KR1 = 41,5-30,1

- Persentase kelembaban pada minggu ke-4

(17)

52 Sediaan sari buah mangga 2,5%

%KR1 = 34,4-29,0

= 5,4%

%KR2 = 34,2-30,0

= 4,2%

%KR3 = 34,7-30,3

= 4,4%

Rata-rata (%) = 5,4+4,2+4,4 3 = 4,47%

Sediaan sari buah mangga 10%

%KR1 = 40,7-30,6

= 10,1%

%KR2 = 42,5-30,3

= 12,2%

%KR3 = 50,9-30,0

= 20,9%

Rata-rata (%) = 10,1+12,2+20,9 3

= 14,4%

Lampiran 11. (Lanjutan)

(18)

53

Lampiran 12. Data hasil analisis statistik dengan SPSS

Tests of Normality

*. This is a lower bound of the true significance.

(19)

54

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

(20)

55

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Minggu_III

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

(21)

56 Lampiran 12. (Lanjutan)

Minggu_IV

Tukey HSDa Kelompok

N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Formula_A 3 31,733

Formula_C 3 34,433 34,433

Formula_B 3 34,867 34,867

Formula_D 3 39,267 39,267

Formula_E 3 41,067 41,067

Formula_F 3 44,700

Sig. ,699 ,081 ,194

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

(22)

34

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1983). Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 96.

Balsam, M.S dan Sargarin, E. (1972). Cosmetics: Science and Technology. Volume II. Edisi II. New York: John Willey and Sons, Inc. Hal. 179-219.

Ditjen POM RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 8.

Ditjen POM RI. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 356.

Loden, M. dan Michelson, S. (2013). The Influence of a Humectans-rich Mixture On Normal Skin Barrier Function and On Once and Twice-daily Treatment of Foot Xerosis. Skin Res Technol, 19(4): 438.

Msagati, T.A.M. (2013). The Chemistry of Food Additives and Preservatives. Oxford: Willey-Blackwell. Hal. 10, 102.

Pracaya. (2011). Bertanam Mangga. Depok: Penebar Swadaya. Hal. 20-22.

Prianto, J. (2014). Cantik, Perawatan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 36-37.

Rawlins, E.A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. Edisi Ke delapan belas. London: Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.

Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia.Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 26-31.

Setiawan. (2013). Fakta Ilmiah Buah dan Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 48.

Suparni. (2013). Sehat dan Cantik Natural. Yogyakarta: Rapha Publishing. Hal. 48.

Tranggono, R.I., dan Fatma, L. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan

Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 32, 75-78.

Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 62-63, 111-112.

Wibowo, D.S. (2013). Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Grasindo. Hal. 13.

(23)

35

Widodo, H. (2013). Ilmu Meracik Obat untuk Apoteker. Yogyakarta: D-Medika. Hal. 167-172

Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited Hal. 40.

(24)

15 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan

sampel, pembuatan sari buah mangga, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik

sediaan, uji iritasi terhadap sukarelawan, dan uji kemampuan sediaan untuk

mengurangi penguapan air dari kulit (kemampuan sediaan untuk melembabkan

kulit).

3.1 Alat-alat yang Digunakan

Neraca listrik (Boeco Germany), pH meter (Hanna Instrument), freezer

dryer (Christ), juicer (Dodawa), lumpang, stamfer, objek gelas, alat-alat gelas,

skin analyzer-moisture checker (Aramo), tisu, penangas air, batang pengaduk,

spatel, pot plastik, cawan penguap, kertas aluminium, plastik wrap.

3.2 Bahan-bahan yang Digunakan

Asam stearat, setil alkohol, trietanolamin (TEA), gliserin, air suling,

nipagin, natrium metabisulfit, sari buah mangga, metil biru, larutan dapar pH

asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01).

3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan buah mangga dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah mangga

(25)

16

arum manis (Mangifera indica L.) yang dibeli di swalayan Pondok Indah jalan

Setia Budi Medan.

3.4 Identifikasi Sampel

Identifikasi Sampel dilakukan di Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor.

3.5 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan

kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 18

orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM RI, 1985):

1. Wanita berbadan sehat

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi

4. Bersedia menjadi sukarelawan

3.6 Prosedur Kerja

3.6.1 Pembuatan sari buah mangga

Buah mangga ditimbang, lalu daging buah dibersihkan dari kulit dan

bijinya, kemudian ditimbang kembali. Daging buah selanjutnya dihaluskan

dengan juicer dan menghasilkan sari buah mangga, kemudian sari buah

ditimbang. Ke dalam sari buah tersebut ditambahkan natrium metabisulfit 0,1%

sebagai antioksidan dan dipekatkan dengan freezer dryer pada suhu -400 C dan

tekanan 2 atm sampai diperoleh sari kental buah mangga, dan ditimbang.

(26)

17 3.6.2 Formula standar (Young, 1972)

Asam stearat 12 g

Setil alkohol 0,5 g

Sorbitol sirup 5 g

Propilen glikol 3 g

Trietanolamin 1 g

Nipagin 0,1 g

Parfum 3 tetes

Air suling ad 100 ml

Formula standar Young mengandung sorbitol sirup dan propilen glikol

yang bersifat humektan. Hal ini berarti kedua zat tersebut memiliki kemampuan

untuk melembabkan kulit. Sari buah mangga yang mengandung banyak vitamin C

akan mudah teroksidasi sehingga perlu ditambahkan zat antioksidasi. Formula

dasar krim yang akan dibuat pada penelitian ini dimodifikasi sebagai berikut:

3.6.3 Formula yang dimodifikasi

Asam stearat 6 g

Setil alkohol 0,25 g

Trietanolamin 0,5 g

Nipagin 0,05%

Na. Metabisulfit 0,1 g

Sari buah mangga x%

Air suling ad 50 ml

3.6.4 Pembuatan dasar krim

Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan

dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dan Na. Metabisulfit dilarutkan

dalam air panas, lalu ditambahkan trietanolamin diaduk sampai larut (massa II).

(27)

18

Lalu ditambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil

digerus secara terus menerus hingga terbentuk dasar krim.

3.6.5 Pembuatan sediaan krim

Sediaan krim dibuat ke dalam enam sediaan, yaitu satu sediaan

pembanding, satu sediaan blanko (dasar krim) dan sediaan yang mengandung sari

buah mangga. Konsentrasi sari buah mangga yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu: 2,5%, 5%, 7,5%, 10%. Selain itu, sediaan pembanding dibuat dengan

menggunakan gliserin sebanyak 2%. Adapun formula yang digunakan adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Formula krim pelembab

Komposisi Sediaan

Sediaan A : Blanko (dasar krim tanpa sari buah mangga) Sediaan B : Gliserin 2% (Sebagai pembanding)

Sediaan C : Konsentrasi Sari buah mangga 2,5% Sediaan D : Konsentrasi Sari buah mangga 5% Sediaan E : Konsentrasi Sari buah mangga 7,5% Sediaan F : Konsentrasi Sari buah mangga 10%

Cara Pembuatan:

Sari buah mangga dimasukkan ke dalam lumpang, digerus, ditambahkan

sedikit demi sedikit dasar krim ke dalam lumpang sambil terus digerus sampai

homogen. Krim dengan gliserin 2% dibuat dengan memasukkan gliserin 2% ke

dalam lumpang, digerus, dan ditambahkan dasar krim sedikit demi sedikit.

(28)

19 3.7 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.7.1 Pemeriksaan homogenitas

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.

Cara:

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM RI, 1979).

3.7.2 Pengamatan stabilitas sedíaan

Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup

bagian atasnya. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sedíaan telah selesai

dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan pada temperatur kamar,

bagian yang diamati berupa pemisahan fase, perubahan warna dan bau dari

sedíaan.

3.7.3 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.

Cara:

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar

standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat

menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling,

lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu

ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan hingga 100 ml air suling. Kemudian

elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga

pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan

(Rawlins, 2003). Pengukuran pH sediaan dilakukan sebanyak tiga kali untuk

masing-masing sediaan kemudian dihitung nilai rata-ratanya.

(29)

20 3.7.4 Penentuan tipe emulsi sediaan

Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan pengecatan atau pewarnaan.

Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1 tetes

metil blue, diaduk dengan batang pengaduk. Bila metil biru tersebar merata berarti

sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti

sediaan tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen POM RI, 1985).

3.8 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Uji iritasi dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat aman

untuk digunakan dan tidak menimbulkan reaksi iritasi (kemerahan, gatal-gatal dan

bengkak). Percobaan uji iritasi ini dilakukan pada 18 orang sukarelawan yang

telah memenuhi persyaratan.

Cara:

Sediaan sebanyak 500 mg dioleskan di belakang telinga dengan diameter 3 cm,

kemudian dibiarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa

kemerahan, gatal, dan pembengkakan pada kulit (Wasitaatmadja, 1997).

3.9Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit

Percobaan ini dilakukan pada 18 sukarelawan yang dibagi ke dalam enam

kelompok sediaan, setiap sediaan diuji pada 3 orang sukarelawan. Sediaan

dioleskan ke punggung tangan kiri sukarelawan setiap hari selama satu bulan.

Kelembaban punggung tangan sukarelawan akan diuji dengan menggunakan skin

analyzer – moisture checker dan dicatat hasil kelembabannya. Pengukuran

kelembaban awal diukur sebelum sediaan digunakan sukarelawan. Pengukuran

(30)

21

kelembaban selanjutnya dilakukan pada hari ke 7, 14, 21, dan 28 setelah

pemakaian.

Prosedur penggunaan skin analyzer-moisture cheker terhadap kadar air

pada kulit: bersihkan kulit yang akan diukur kelembabannya dengan tisu halus.

Bersihkan sensor skin analyzer-moisture checker dengan tisu lensa yang tersedia,

tekan tombol power pada alat hingga menunjukkan angka 00,0; letakkan alat di

atas permukaan kulit yang akan diukur kelembabannya, angka yang muncul pada

alat menunjukkan persentase kadar air di dalam kulit.

Tabel 3.2 Evaluasi hasil pengukuran kelembaban kulit dengan skin analyzer-moisture checker

Pengukuran Parameter

Moisture

(kadar air)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0 - 29 30 - 50 51 - 100

(31)

22 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Sampel

Hasil identifikasi sampel dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI), Bogor menyebutkan bahwa sampel adalah mangga (Mangifera indica L.)

suku Anacardiaceae. Hasil identifikasi sampel dapat dilihat pada Lampiran 3,

halaman 37.

4.2 Hasil Pembuatan Sari Buah Mangga

Dari 7,1 kg buah mangga dicuci bersih dan dibersihkan dari kulitnya, diperoleh

daging buah mangga 5,2 kg, setelah dihaluskan dengan juicer dihasilkan sari buah

mangga 1,8 L, dan dipekatkan dengan freeze dryer selama 48 jam, dan diperoleh

sari buah mangga 37,48 g.

4.3Hasil Pembuatan Dasar Krim

Dasar krim yang dibuat adalah 300 g yang digunakan untuk enam sediaan

dan setiap sediaan dibuat dengan berat 50 g. Dimana sediaan A sebagai blanko

(hanya dasar krim), sediaan B ditambah gliserin 2% dan sediaan C sampai

formula F ditambahkan sari buah mangga.

4.4 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

Mutu fisik formula krim pelembab sari buah mangga meliputi homogenitas

sediaan, stabilitas sediaan, pH sediaan, dan tipe emulsi.

(32)

23 4.4.1 Homogenitas sediaan

Menurut Ditjen POM RI (1979), pengamatan homogenitas dapat dilakukan

dengan mengoleskan sediaan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain, lalu

diratakan, jika tidak ada butiran-butiran maka sediaan dapat dikatakan homogen.

Dari percobaan yang telah dilakukan pada sediaan krim pelembab sari buah

mangga tidak diperoleh butiran-butiran pada objek gelas, maka sediaan krim

pelembab tersebut dikatakan homogen. Perlakuan yang sama juga dilakukan

terhadap sediaan pembanding yaitu sediaan dengan gliserin 2% dan blanko, hasil

yang diperoleh menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas.

Tabel 4.1 Data pengamatan terhadap homogenitas sediaan dengan menggunakan

objek gelas

Keterangan : Sediaan A : Blanko (Dasar krim tanpa sampel) Sediaan B : Konsentrasi sari buah mangga 2,5%

Sediaan C : Konsentrasi sari buah mangga 5% Sediaan D : Konsentrasi sari buah mangga 7,5% Sediaan E : Konsentrasi sari buah mangga 10% Sediaan F : Konsentrasi gliserin 2%

+ : Homogen (tidak terdapat butiran kasar) - : Tidak homogen (terdapat butiran kasar)

4.4.2 Stabilitas sediaan

Hasil pengamatan stabilitas sediaan memperlihatkan bahwa seluruh sediaan yang

dibuat yaitu blanko, sediaan dengan sari buah mangga, dan gliserin 2% tidak

mengalami perubahan pada saat pertama kali dibuat, penyimpanan setelah 1

(33)

24

minggu, penyimpanan setelah 4 minggu, penyimpanan setelah 8 minggu, dan

penyimpanan setelah 12 minggu. Pada seluruh sediaan yang dibuat masih sama

baik dari bau, warna, dan bentuk sediaan seperti pertama kali dibuat. Hal ini

berarti sediaan memiliki stabilitas yang baik.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa masing-masing sediaan yang telah

diamati pada minggu 1, 4, 8, dan 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah

ini.

Tabel 4.2 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai

dibuat, penyimpanan selama 1, 4, 8, dan 12 minggu

Sediaan Selesai

Sediaan A : Blanko (dasar krim tanpa sari buah mangga) Sediaan B : Gliserin 2% (sebagai pembanding)

Sediaan C : Konsentrasi sari buah mangga 2,5% Sediaan D : Konsentrasi sari buah mangga 5% Sediaan E : Konsentrasi sari buah mangga 7,5% Sediaan F : Konsentrasi sari buah mangga 10% x : Perubahan warna

y : Perubahan bau z : Pecahnya emulsi - : Tidak terjadi perubahan + : Terjadi perubahan

Menurut Anief (1983), ketidakstabilan emulsi dapat dilihat dari keadaan

creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan dimana lapisan satu

mengandung lebih banyak butiran-butiran dibanding lapisan lainnya. Cracking

(34)

25

yaitu pecahnya emulsi dan inversi yaitu peristiwa berubahnya tipe emulsi. Inversi

yaitu berubahnya tipe emulsi a/m menjadi m/a dan sebaliknya.

4.4.3 pH sediaan

Menurut Balsam dan Sagarin (1972), pH untuk sediaan krim adalah 5 - 8,

sehingga sediaan memenuhi syarat pH untuk krim pelembab. Hasil pengukuran

pH sediaan saat sediaan selesai dibuat adalah 5,52 - 7,04. Hal ini menunjukkan

bahwa sediaan masih memiliki pH yang aman untuk digunakan pada kulit.

Tabel 4.3 Data pengukuran pH formula pada saat selesai dibuat

Sediaan pH Rata-Rata

Hasil pengukuran pH setelah penyimpanan sediaan selama 12 minggu dapat

dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu

Sediaan pH Rata-Rata

Sediaan A : Blanko (dasar krim tanpa sari buah mangga) Sediaan B : Gliserin 2% (sebagai pembanding)

Sediaan C : Konsentrasi sari buah mangga 2,5% Sediaan D : Konsentrasi sari buah mangga 5% Sediaan E : Konsentrasi sari buah mangga 7,5% Sediaan F : Konsentrasi sari buah mangga 10%

(35)

26

Hasil pengukuran pH menunjukkan bahwa pH sediaan mengalami sedikit

penurunan saat selesai dibuat hingga sediaan disimpan selama 12 minggu, akan

tetapi pH sediaan masih berada pada pH yang aman untuk digunakan pada kulit.

4.4.4 Tipe emulsi sediaan

Hasil pengamatan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan menggunakan

biru metil dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Menurut Ditjen POM RI (1985), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat

dilakukan dengan menggunakan metil biru, jika metil biru terlarut bila diaduk

maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.

Tabel 4.5 Data penentuan tipe emulsi sediaan

Sediaan Kelarutan Metil Biru

Sediaan A +

Sediaan A : Blanko (Dasar krim tanpa sampel) Sediaan B : Konsentrasi gliserin 2%

Sediaan C : Konsentrasi sari buah mangga 2,5% Sediaan D : Konsentrasi sari buah mangga 5% Sediaan E : Konsentrasi sari buah mangga 7,5% Sediaan F : Konsentrasi sari buah mangga 10% + : Larut

- : Tidak larut

Dari hasil uji tipe emulsi, diperoleh bahwa sediaan blanko, gliserin 2%, dan sari

buah mangga dapat bercampur dengan metil biru. Hal ini menunjukkan bahwa

tipe emulsi dari formula yang diuji adalah tipe emulsi m/a.

(36)

27 4.5 Hasil Uji Iritasi

Dari uji iritasi yang dilakukan pada 18 orang sukarelawan, diketahui bahwa tidak

ada relawan yang mengalami iritasi, baik kemerahan, gatal-gatal, ataupun

bengkak yang timbul.

Menurut Wasitaatmadja (1997), pengujian pada kulit dilakukan untuk mencegah

terjadinya efek samping terhadap kulit dengan mengoleskan sediaan pada bagian

depan lengan bawah atau di belakang daun telinga, dan sediaan dapat digunakan

jika setelah 24 – 48 jam tidak terjadi reaksi kulit yang tidak diinginkan.

Tabel 4.6 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Sediaan Relawan Kemerahan Gatal-gatal Bengkak

Sediaan A

Sediaan A : Blanko (Dasar krim tanpa sampel) Sediaan B : Konsentrasi gliserin 2%

Sediaan C : Konsentrasi sari buah mangga 2,5% Sediaan D : Konsentrasi sari buah mangga 5% Sediaan E : Konsentrasi sari buah mangga 7,5% Sediaan F : Konsentrasi sari buah mangga 10% + : Timbul reaksi

- : Tidak timbul reaksi

(37)

28

Dari data hasil uji iritasi, diketahui bahwa semua sediaan yaitu blanko, gliserin

2%, dan formula sari buah mangga aman digunakan karena tidak menimbulkan

reaksi iritasi.

4.6 Kemampuan Sediaan Untuk Melembabkan Kulit

Kemampuan sediaan untuk melembabkan kulit dilakukan selama satu bulan

dengan menggunakan alat skin analyzer-moisture checker. Alat ini akan

menunjukkan kadar air pada kulit. Sebelum sediaan digunakan, kulit relawan

diukur terlebih dahulu kelembaban kulit pada punggung tangan.

Hasil pengukuran kelembaban kulit relawan menunjukkan bahwa setiap sediaan

memiliki kemampuan untuk meningkatkan kelembaban dengan persentase yang

berbeda. Sediaan sari buah mangga 2,5% sudah dapat melembabkan kulit. Sediaan

blanko menunjukkan hasil peningkatan kelembaban yang terendah yaitu sebesar

1,4% di minggu ke empat. Sediaan gliserin memiliki kemampuan peningkatan

kelembaban yang lebih baik dari blanko yaitu peningkatan rata-rata di minggu ke

empat sebesar 4,93%. Sediaan sari buah mangga 2,5% memiliki kemampuan

melembabkan kulit hampir sama dengan sediaan gliserin. Sediaan sari buah

mangga 10% memiliki kemampuan yang paling baik untuk meningkatkan

kelembaban kulit yaitu sebesar 14,4% dibandingkan dengan sediaan krim

pelembab yang lainnya. Semakin tinggi konsentrasi sari buah mangga semakin

tinggi pula kemampuannya untuk meningkatkan kelembaban kulit. Hal ini berarti

sari buah mangga memiliki kemampuan untuk melembabkan kulit.

(38)

29

Hasil pengukuran kelembaban terhadap 18 sukarelawan dapat dilihat pada Tabel

4.7 dan hasil persentase peningkatan kelembaban kulit dapat dilihat pada Tabel

4.8.

Tabel 4.7 Hasil pengukuran kelembaban pada sebelum dan setelah pemakaian

sediaan hari 7,14, 21, dan 28.

Sediaan Relawan Awal (%)

Sediaan A : Blanko (dasar krim tanpa sari buah mangga) Sediaan B : Konsentrasi gliserin 2% (sebagai pembanding) Sediaan C : Konsentrasi sari buah mangga 2,5%

Sediaan D : Konsentrasi sari buah mangga 5%

Sediaan E : Konsentrasi sari buah mangga 7,5% Sediaan F : Konsentrasi sari buah mangga 10%

(39)

30

Hasil pengukuran kelembaban kulit sebelum dan sesudah pemakaian

sediaan menggunakan alat skin analiyzer-moisture checker dapat dilihat dari

grafik berikut:

Gambar 4.1 Grafik peningkatan rata-rata kelembaban pada sukarelawan

Keterangan :

Sediaan A : Blanko (dasar krim tanpa sari buah mangga) Sediaan B : Konsentrasi gliserin 2% (sebagai pembanding) Sediaan C : Konsentrasi sari buah mangga 2,5%

Sediaan D : Konsentrasi sari buah mangga 5%

Sediaan E : Konsentrasi sari buah mangga 7,5% Sediaan F : Konsentrasi sari buah mangga 10%

Persentase peningkatan kelembaban kulit selama pemakaian sediaan krim dapat

dilihat pada Tabel 4.8. Semua sediaan yang dibuat memiliki persentase

peningkatan kemampuan melembabkan yang berbeda-beda. Sediaan gliserin

memiliki kemampuan peningkatan kelembaban yang lebih baik dari blanko yaitu

peningkatan rata-rata di minggu ke empat sebesar 4,93%. Sediaan sari buah

mangga 2,5% memiliki kemampuan melembabkan kulit hampir sama dengan

sediaan gliserin. Sediaan sari buah mangga 10% memiliki kemampuan yang

paling baik untuk meningkatkan kelembaban kulit yaitu sebesar 14,4%

dibandingkan dengan sediaan krim pelembab yang lainnya.

(40)

31

Tabel 4.8 Persentase peningkatan kelembaban kulit pada hari 7, 14, 21 dan 28.

Sediaan Relawan Awal Kelembaban Hari Ke (%)

7 14 21 28

Sediaan A : Blanko (dasar krim tanpa sari buah mangga) Sediaan B : Konsentrasi gliserin 2% (sebagai pembanding) Sediaan C : Konsentrasi sari buah mangga 2,5%

Sediaan D : Konsentrasi sari buah mangga 5% Sediaan E : Konsentrasi sari buah mangga 7,5% Sediaan F : Konsentrasi sari buah mangga 10%

Persentase peningkatan kelembaban kulit pada hari 7, 14, 21 dan 28 menggunakan

alat skin analiyzer-moisture checker dapat dilihat dari grafik berikut:

(41)

32

Gambar 4.2 Gambar persentase peningkatan kelembaban kulit pada hari 7, 14, 21

dan 28

Keterangan :

Sediaan A : Blanko (dasar krim tanpa sari buah mangga) Sediaan B : Konsentrasi gliserin 2% (sebagai pembanding) Sediaan C : Konsentrasi sari buah mangga 2,5%

Sediaan D : Konsentrasi sari buah mangga 5% Sediaan E : Konsentrasi sari buah mangga 7,5% Sediaan F : Konsentrasi sari buah mangga 10%

Tabel 4.9 Evaluasi hasil pengukuran kelembaban kulit dengan skin analyzer-moisture checker

Pengukuran Parameter

Moisture (kadar air)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0 - 29 30 - 50 51 - 100

Perbedaan nilai persentase kemampuan mengurangi penguapan air dari kulit

berbeda dari setiap panelis disebabkan oleh perbedaan cuaca pada saat pengujian

dan banyaknya keringat yang dihasilkan oleh tiap panelis tidak sama dan aktivitas

(42)

33 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

1. Sari buah mangga dapat diformulasikan menjadi krim pelembab. Dari uji

mutu fisik sediaan bersifat homogen, tetap stabil setelah penyimpanan

selama 12 minggu, tipe emulsi m/a dan memiliki pH 5,55 - 7,04 yang

sesuai dengan pH kulit 5 - 8 serta tidak mengiritasi kulit.

2. Krim pelembab dengan sari buah mangga mampu untuk meningkatkan

kelembaban kulit selama 4 minggu. Sediaan sari buah mangga 2,5%

memiliki kemampuan melembabkan kulit hampir sama dengan sediaan

gliserin 2%. Sediaan sari buah mangga 10% dengan pemakaian selama 4

minggu memiliki kemampuan yang paling baik untuk meningkatkan

kelembaban kulit yaitu sebesar 14,4% dibandingkan dengan sediaan krim

pelembab yang lainnya.

5.2. Saran

1. Sebaiknya peneliti selanjutnya menggunakan mangga dengan varietas

berbeda seperti mangga jawa, mangga madu, mangga golek, mangga

manalagi, dan lain-lain untuk membandingkan kemampuannya untuk

melembabkan kulit.

2. Sebaiknya peneliti selanjutnya memformulasikan bentuk sediaan lain

untuk mengetahui apakah mangga memiliki kegunaan lain selain

melembabkan kulit seperti anti aging dan whitening cream.

(43)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman Buah Mangga 2.1.1 Buah mangga

Buah mangga termasuk kelompok buah yang berdaging. Panjang buah 2,5

cm sampai 30 cm. Bentuk buah ada yang bulat, bulat telur atau memanjang dan

ada juga yang bentuknya pipih. Warnanya bermacam-macam dari hijau, kuning,

merah atau campuran. Pada bagian ujung buah ada bagian yang runcing yang

disebut paruh. Di atas paruh ada bagian yang membengkok yang disebut sinus,

yang dilanjutkan ke bagian perut. Bagian belakang disebut punggung. Kulitnya

(exocarp) tebal dan ada titik-titik kelenjar. Dagingnya (mesocarp) tebal dan ada

juga yang kurang tebal tergantung jenisnya. Daging buah ada yang berserat dan

ada juga yang tidak berserat, ada yang berair dan ada yang tidak berair, ada yang

manis dan ada juga yang rasanya seperti terpentin. Warna daging buah yang telah

masak ada yang kuning, krem atau oranye. Serat-serat yang asalnya dari kulit biji

(endocarp) kadang-kadang bisa menembus ke daging buah, sehingga daging

buahnya lalu berserat, maka yang dimakan sering kali hanya cairannya (Pracaya,

2011).

Ada lebih dari 100 varietas mangga yang tergolong dalam 2 tipe, yaitu

Indian dan Indocina (kadang disebut Filipina). Kulit mangga tipis sampai tebal

dan berwarna hijau, bila masak bisa tetap hijau atau berubah menjadi orange,

kuning, atau merah, dan tidak bisa dimakan. Buahnya bisa berbentuk bulat,

berbentuk ginjal atau bulat memanjang dengan panjang 5 - 25 cm, berdaging

(44)

6

tebal, ketika masak, dagingnya bisa lunak, legit, atau berserat, berbau harum,

rasanya masam sampai manis, dan banyak mengandung air. Mangga berbiji satu,

bentuknya pipih, berukuran besar mengikuti bentuk buahnya (Setiawan, 2013).

Komponen daging buah mangga yang paling banyak adalah air dan

karbohidrat. Selain itu juga mengandung protein, lemak, macam-macam asam,

vitamin, mineral, tannin, zat warna, dan zat yang mudah menguap sehingga

menciptakan aroma harum khas buah mangga (Pracaya, 2011).

Karbohidrat daging buah mangga terdiri dari gula sederhana, tepung dan

selulosa. Gula sederhananya berupa sukrosa, glukosa, dan fruktosa yang

memberikan rasa manis sehingga bermanfaat bagi pemulihan tenaga pada tubuh

manusia. Selulosa dan pektin pada buah mangga dipercaya akan melancarkan

saluran pencernaan sehingga memudahkan proses buang air besar (Pracaya,

2011).

Selain gula, rasa dan karakteristik buah mangga juga dipengaruhi oleh

tannin dan campuran asam. Tanin pada buah mangga menyebabkan rasa kelat

(sepet) dan menyebabkan buah mangga menjadi hitam setelah diiris. Terkadang,

tannin juga membuat buah mangga menjadi pahit. Sementara itu, rasa asam pada

buah mangga disebabkan oleh adanya asam sitrat. Rasa asam dari asam sitrat

(antara 0,13 - 0,17%) yang menyertai rasa manis pada buah mangga diyakini

mampu merangsang nafsu makan. Rasa asam juga disebabkan oleh adanya

vitamin C yang juga sangat bermanfaat bagi tubuh (Pracaya, 2011).

Menurut Suparni (2013), mangga memiliki beberapa manfaat seperti

mencegah radikal bebas, memutihkan kulit, mengecilkan pori-pori, melembabkan

(45)

7

wajah, menghilangkan flek hitam akibat jerawat, sebagai antiseptik alami bagi

wajah.

2.1.2 Taksonomi buah mangga

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Sapindales

Famili : Anacardiaceae

Genus : Mangifera

Species : Mangifera indica L.

2.1.3 Kandungan buah mangga

Kandungan buah mangga memiliki beberapa kandungan vitamin yang baik

untuk kulit sebagai berikut:

a. Vitamin C, zat ini sering digunakan dalam krim maupun serum pada produk

kosmetik dengan fungsi mengatasi garis-garis penuaan dan pigmentasi yang

tidak diharapkan (Prianto, 2014).

b. Vitamin A, zat ini sering digunakan dalam kosmetik dan telah terbukti mampu

menghilangkan garis-garis penuaan pada kulit dan kelebihan pigmen kulit

(Prianto, 2014). Keunggulan vitamin A dalam kosmetik antara lain mudah

diserap oleh kulit dan mampu meningkatkan kandungan air kulit (Tranggono

dan Latifah, 2007).

c. Vitamin E, zat ini dapat berfungsi untuk memelihara stabilitas jaringan ikat di

dalam sel sehingga kekenyalan dan kelenturan kulit dapat terjaga. Selain itu,

juga berfungsi sebagai pelembab yang dapat mempertahankan ikatan air di

(46)

8

dalam kulit dan melindungi lipoprotein yang ada dalam sel (Tranggono dan

Latifah, 2007).

d. Sukrosa, mekanisme kerja zat ini sebagai pelembab karena adanya gugus

hidroksi dalam struktur sukrosa menyebabkan terikatnya air dari udara atau

lingkungan sehingga dapat mereduksi penguapan air dalam kulit, sehingga

kelembaban kulit akan terjaga dan kulit tidak akan menjadi dehidrasi dan

menjadi kering (Msagati, 2013).

Menurut USDA National Nutrient data base, kandungan gizi yang terdapat

pada buah mangga (mangifera indica L.) adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Kandungan zat gizi buah mangga

(47)

9 2.2 Kulit

2.2.1 Struktur kulit

Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutup seluruh tubuh dan

melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar. Bagi wanita, kulit merupakan

bagian tubuh yang perlu mendapat perhatian khusus untuk memperindah

kecantikan. Kulit manusia mempunyai ketebalan yang bervariasi, mulai dari 0,5

mm sampai 5 mm, dengan luas permukaan sekitar 2 m2 dan berat sekitar 4 kg

(Wibowo, 2013).

Lapisan kulit dari lapisan luar ke dalam terdiri dari epidermis, dermis, sub

dermis dengan susunan sebagai berikut:

a. Lapisan Epidermis/kutikula

Merupakan lapisan terluar, sebagian besar terdiri dari epitel skuamosa

yang bertingkat yang mengalami kreatinisasi yang tidak memiliki pembuluh

darah. Sel-sel yang menyusun epidermis secara terus-menerus terbentuk dari

lapisan germinal dalam epithelium kolumnar. Pigmentasi dari kulit sebagian besar

karena melanin (suatu pigmen yang berwarna hitam, pada lapisan terdalam

epidermis), pigmentasi ini sebagian besar dikontrol oleh hormon adrenalin dan

pituitari. Lapisan epidermis terdiri dari:

a). Stratum Korneum (lapisan tanduk), yang terdiri dari sel gepeng yang

mati tidak berinti, mengandung keratin (sel tanduk).

b) Stratum Lusidum, merupakan sel gepeng tanpa inti, yang jelas terlihat

pada telapak kaki dan tangan dengan ketebalan empat sampai tujuh lapisan sel.

c) Stratum Granulosum, yaitu sel gepeng berkulit kasar dan berinti, sel-sel

tersebut terdapat hanya 2 – 3 lapisan yang sejajar dengan permukaan kulit.

(48)

10

d) Stratum spinosum (stratum akantosum), yaitu lapisan yang paling tebal

dan terdiri dari banyak glikogen. Sel-selnya disebut spinosum karena sel-selnya

terdiri dari sel yang bentuknya poligonal atau banyak sudut dan mempunyai

banyak tanduk (spina) dan disebut akantosum sebab sel-selnya berduri.

e) Stratum Basale (germinatifum), bentuknya silindris dengan inti yang

lonjong, di dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin warna.

Disini terjadi pembelahan yang cepat dan sel baru didorong masuk ke lapisan

berikutnya.

b. Lapisan Dermis

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidermis

dilapisi oleh membran basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis.

Di dalam lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf dan

juga lapisannya elastik, fibrosanya padat dan terdapat folikel rambut. Dermis

terdiri dari dua lapisan yaitu bagian atas (stratum papilar) dan bagian bawah

(stratum retikularis).

c. Subkatis atau hypodermis

Subkatis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel lemak dan diantaranya

terdapat serabut-serabut jaringan ikat dermis. Lapisan lemak ini disebut penikulus

adiposus yang tebalnya tidak sama yang berguna sebagai pegas bila tekanan

trauma mekanis menimpa pada kulit dan sebagai tempat penimbunan kalori serta

tambahan untuk kecantikan tubuh (Setiadi, 2007).

2.2.2 Fungsi kulit

Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh dan bersambung dengan

selaput lendir yang melapisi rongga yang berfungsi sebagai berikut:

(49)

11

a. Sebagai pelindung, melindungi struktur internal dari tubuh terhadap trauma dan

terhadap invasi oleh mikroorganisme yang membahayakan, melindungi

terhadap sinar ultraviolet sinar matahari.

b. Sebagai peraba, merasakan sentuhan, rasa nyeri, perubahan suhu dan tekanan

kulit dari jaringan subkutan, dan ditransmisikan melalui saraf sensoris ke otak.

c. Sebagai alat pengatur panas, dapat dilepaskan oleh kulit dengan penguapan,

pemancaran, konduksi dan pengaliran.

d. Sebagai tempat penyimpanan, jaringan adipose di bawah kulit merupakan

tempat penyimpanan lemak utama pada tubuh.

e. Sebagai alat absorpsi, kulit dapat mengabsorbsi obat-obat tertentu yang

digunakan sebagai salep, mengabsorpsi sinat ultraviolet yang beraksi atas

prekusor vitamin D yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tulang.

f. Sebagai ekskresi (Setiadi, 2007).

2.2.3 Klasifikasi kulit

Pada umumnya, keadaan kulit dibagi menjadi tiga jenis yaitu kulit kering,

kulit normal, dan kulit berminyak.

a. Kulit kering merupakan kulit dengan kadar air yang kurang. Ciri-ciri yang

terlihat pada kulit kering yaitu kusam, bersisik, mulai tampak kerutan-kerutan

dan pori-pori tidak kelihatan.

b. Kulit normal adalah kulit dengan kadar air yang tinggi. Ciri-ciri yang terlihat

pada kulit normal yaitu kulit tampak segar dan cerah, cukup tegang dan

bertekstur halus, pori-pori kelihatan tetapi tidak terlalu besar, kadang terlihat

berminyak di daerah dahi, dagu dan hidung.

(50)

12

c. Kulit berminyak adalah kulit dengan kadar air dan minyak yang tinggi. Ciri-ciri

kulit berminyak yaitu tekstur kulit kasar dan berminyak, pori-pori besar, mudah

kotor dan berjerawat (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.3 Krim

Menurut FI ed. III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa

emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60%, dan dimaksudkan untuk

pemakaian luar. Adapun menurut FI ed. IV, krim adalah bentuk sediaan setengah

padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam

bahan dasar yang sesuai.

Sebagai sediaan luar, krim harus memenuhi beberapa persyaratan

berikut:

a. Stabil selama pemakaian. Oleh karena itu, krim harus bebas dari

inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada di dalam

kamar.

b. Lunak. Semua bahan dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak

dan homogen.

c. Mudah dipakai. Umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai

dan dihilangkan dari kulit.

d. Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim

padat atau cair pada penggunaan (Widodo, 2013).

Menurut Wasiatmaja (1997), bentuk sediaan kosmetika pelembab biasanya

emulsi minyak dalam air (krim W/O) namun dapat pula berbentuk emulsi air

dalam minyak (krim O/W). Krim digolongkan menjadi dua tipe, yakni:

(51)

13

a. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak. Contohnya cold cream. Cold

cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk memberikan rasa dingin

dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih, dan bebas

dari butiran. Cold cream mengandung minyak mineral dalam jumlah yang

besar.

b. Tipe m/a, minyak terdispersi dalam air. Contohnya vanishing cream. Vanishing

cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk membersihkan,

melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab

(moisturizer) akan meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit (Prianto,

2014).

Keuntungan menggunakan sediaan bentuk krim yaitu krim dapat

mempertahankan kelembaban kulit serta dapat membuat kulit terasa lebih lentur

saat pemakaiannya. Krim dapat meningkatkan suplai bahan-bahan seperti

humektan, air, dan minyak ke dalam kulit sehingga diharapkan bahan aktif

maupun bahan penunjang lainnya yang ada dalam sediaan krim dapat masuk atau

berpenetrasi ke dalam kulit dengan baik. Krim memiliki fungsi lain dalam

pemakainya yaitu dapat membersihkan kulit (Loden dan Michelson, 2013).

2.4 Pelembab Kulit

Dasar pelembaban kulit yang didapat adalah efek emolien, yaitu mencegah

kekeringan dan kerusakan kulit akibat sinar matahari atau kulit menua, sekaligus

membuat kulit terlihat bersinar. Kandungan air dalam sel-sel kulit normal lebih

dari 10%, bila terjadi penguapan air yang berlebihan maka nilai kandungan air

tersebut berkurang. Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:

(52)

14

a. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif).

b. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik

yang menyerap air.

c. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit.

Zat-zat yang bersifat humektan adalah gliserin, propilen glikol, sorbitol,

gelatin, asam hialuronat, dan beberapa vitamin.

d. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruhnya yang mengeringkan

kulit (Wasiatmajda, 1997).

Bahan aktif sebagai pelembab yang terkandung dalam buah mangga yaitu

karbohidrat jenis gula-gulaan seperti sukrosa. Mekanisme kerja sukrosa sebagai

pelembab karena adanya gugus hidroksi dalam struktur sukrosa menyebabkan

terikatnya air dari udara atau lingkungan sehingga dapat mereduksi penguapan air

dalam kulit, sehingga kelembaban kulit akan terjaga dan kulit tidak akan menjadi

dehidrasi dan menjadi kering (Msagati, 2013).

(53)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kosmetika sudah dikenal orang sejak zaman dahulu kala. Di Mesir, 3500

tahun Sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal

dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain misalnya tanah liat,

lumpur, air, embun, pasir atau sinar matahari. Penggunaan susu, akar, daun, kulit

pohon, rempah, minyak bumi, minyak hewan, madu dan lainnya sudah menjadi

hal yang biasa dalam kehidupan masyarakat saat itu. Hal ini dapat diketahui

melalui naskah-naskah kuno yang ditulis dalam papyrus atau dipahat pada dinding

piramid (Wasitaatmadja, 1997).

Kulit merupakan organ esensial dan vital yang mengandung lapisan lemak

tipis yang berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang

menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum

untuk mempertahankan agar permukaan kulit tetap lembut, lunak, dan terlindung.

Jika sebum hilang maka permukaan kulit akan mudah pecah, kulit menjadi kering

dan bersisik. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan yaitu dengan

cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Ditjen POM RI, 1985).

Tidak dapat diragukan lagi bahwa kebutuhan akan kosmetika dewasa ini

sudah demikian primer bagi hampir seluruh wanita, sebagian pria, dan anak-anak.

Lihat saja penggunaan wewangian di badan, ruangan rumah, kantor, dan tempat

santai atau penggunaan sabun atau bedak yang tidak terpisahkan lagi dari

kehidupan manusia dan kultur bangsa. Lihat pula besar dan kuatnya industri

(54)

2

kosmetika yang tidak kalah kuatnya dengan industri-industri lain. Lihat pula

perangkat pelayanan (salon) dan penjualan yang telah meluas di kalangan

masyarakat. Semua itu menunjukkan peranan kosmetika yang sangat penting

dewasa ini (Wasitaatmadja, 1997).

Pada kondisi kulit tertentu pelembaban diperlukan oleh kulit untuk

mempertahankan struktur dan fungsinya. Berbagai faktor baik dari luar tubuh

(eksternal) maupun dari dalam tubuh (internal) dapat mempengaruhi struktur dan

fungsi kulit tersebut, misalnya: udara kering, sinar matahari terik, angin keras,

umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh dan lain

sebagainya. Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari

kemungkinan ini, yaitu dengan adanya tabir lemak di atas kulit (skin surface

lipids) yang didapat dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit

serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam

kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah (natural moisturizing factor/NMF)

tersebut tidak mencukupi dan karena itu dibutuhkan perlindungan tambahan non

alamiah yaitu dengan memberikan kosmetika pelembab kulit (Wasitaatmadja,

2007).

Komponen daging buah mangga yang paling banyak adalah air dan

karbohidrat. Buah mangga matang mengandung air 86%, protein 0,60%, lemak

0,10%, gula total 11,8%, serat 1,1%, mineral 0,3%, vitamin A 4800 U.I, vitamin

B1 0,04%, vitamin B2 0,05%, vitamin C 13%, vitamin E 3,02%, asam nikotinat

0,3%. Karbohidrat daging buah mangga terdiri dari gula sederhana, tepung dan

selulosa. Gula sederhananya berupa sukrosa, glukosa, dan fruktosa yang

(55)

3

memberikan rasa manis sehingga bermanfaat bagi pemulihan tenaga pada tubuh

manusia (Pracaya, 2011).

Gugus hidroksi dalam struktur sukrosa menyebabkan terikatnya air dari

udara atau lingkungan sehingga dapat mereduksi penguapan air dalam kulit,

sehingga kelembaban kulit akan terjaga dan kulit tidak akan menjadi dehidrasi dan

menjadi kering (Msagati, 2013).

Berdasarkan hal di atas penulis tertarik untuk memformulasikan krim

pelembab kulit dengan menggunakan sari buah mangga (Mangifera indica L.) dan

mengetahui kemampuan buah mangga untuk melembabkan kulit.

1.2Perumusan Masalah

1. Apakah sari buah mangga (Mangifera indica L.) dapat diformulasikan

dalam sediaan krim pelembab.

2. Apakah sari buah mangga (Mangifera indica L.) mampu mengurangi

penguapan air dari kulit.

1.3Hipotesa

1. Sari buah mangga (Mangifera indica L.) dapat diformulasikan dalam

sediaan krim pelembab.

2. Sari buah mangga (Mangifera indica L.) mampu mengurangi penguapan

air dari kulit.

(56)

4 1.4Tujuan Penelitian

1. Untuk memformulasi sediaan krim pelembab dengan sari buah mangga

(Mangifera indica L.) sebagai pelembab alami kulit.

2. Untuk mengetahui kemampuan sari buah mangga (Mangifera indica L.)

mengurangi penguapan air dari kulit.

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil

guna dari buah mangga (Mangifera indica L.).

(57)

vii

FORMULASI SEDIAAN KRIM SARI BUAH MANGGA

(Mangifera indica L.) SEBAGAI PELEMBAB KULIT

ABSTRAK

Latar Belakang: Buah mangga (Mangifera indica L.) mengandung sukrosa, air

86%, protein 0,60%, lemak 0,10%, gula total 11,8%, serat 1,1%, mineral 0,3%, vitamin A 4800 U.I, vitamin B1 0,04%, vitamin B2 0,05%, vitamin C 13%, vitamin E 3,02%, asam nikotinat 0,3%. Gugus hidroksi dalam struktur sukrosa menyebabkan terikatnya air dari udara atau lingkungan sehingga dapat mereduksi penguapan air dalam kulit.

Tujuan: Untuk memformulasikan sari buah mangga sebagai pelembab dalam

bentuk sediaan hand cream.

Metode: Sari buah mangga dibuat dengan cara daging buah dihaluskan dengan juicer dan ditambahkan natrium metabisulfit 0,1% sebagai antioksidan kemudian

dipekatkan dengan freezer dryer pada suhu -40° C dan tekanan 2 atm. Sediaan dibuat dalam bentuk krim tipe m/a dengan konsentrasi sari buah mangga 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%. Sediaan ini dibandingkan dengan sediaan krim yang mengandung gliserin 2% dan blanko. Uji mutu fisik yang dilakukan pada masing-masing sediaan adalah homogenitas, pH, stabilitas, tipe emulsi, dilakukan juga uji iritasi sediaan dan kemampuan sediaan untuk melembabkan kulit pada 18 orang relawan dengan menggunakan moisture-checker.

Hasil: Hasil pengujian menunjukkan bahwa sari buah mangga dapat

diformulasikan ke dalam sediaan hand cream m/a, membentuk sediaan yang homogen, memiliki pH 5,55-7,04, serta tetap stabil selama penyimpanan 12 minggu. Tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Sari buah mangga mampu untuk melembabkan kulit. Semakin tinggi konsentrasi sari buah mangga semakin baik pula kemampuannya untuk melembabkan kulit. Dari hasil uji kelembaban, diperoleh bahwa krim yang mengandung sari buah mangga 2,5% memiliki kemampuan melembabkan yang hampir sama dengan krim yang mengandung gliserin 2%.

Kesimpulan: Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sari buah mangga

yang terbaik sebagai pelembab adalah konsentrasi 10% melembabkan kulit selama 4 minggu sebesar 14,4%, dan dapat diformulasikan dalam krim tipe m/a.

Kata kunci: Sari buah mangga, krim, pelembab kulit

(58)

viii

FORMULATION OF CREAM MANGO FRUIT JUICE

(Mangifera indica L.) AS SKIN MOISTURIZING AGENT

ABSTRACT

Background: Mango contains sucrose, water 86%, protein 0.60%, lipid 0.10%,

sugars total 11.8%, fiber 1.1%, minerals 0.3%, vitamin A 4800 U.I, vitamin B1 0.04%, vitamin B2 0.05%, vitamin C 13%, vitamin E 3,02%, nicotinat acid 0.3%. Hydroxy groups in the structure of sucrose causes the bound water in the skin.

Objectives: To formulate mango fruit juice as a moisturizing in hand cream. Methods: Mango fruit juice was made by flesh of the fruit mashed with a juicer

and added 0.1% sodium metabisulfite as an antioxidant then concentrated with freezer dryer at a temperature of -40° C and a pressure of 2 atm. Mango fruit juice was formulated as o/w hand cream in concentration 2.5%, 5%, 7.5% and 10%. The ability to moisturizing skin of mango fruit juice were compared to cream preparations containing 2% glycerin and blank preparations. Physical quality test to each preparation were homogeneity, pH, stability, emulsion type, irritation test preparations and ability of preparations to moisturize the skin in 18 volunteers by using moisture-checker.

Results: The results showed that the mango fruit juice could be formulated into

hand cream type o/w, preparations was homogeneous, pH 5.55-7.04, and remained stable after 12 weeks storage. Not irritating to the skin. Mango fruit juice was able to moisturize skin. Increasing concentration of mango fruit juice affect the increase ability to moisturize the skin. From the results of skin moisture test, found that a cream containing mango fruit juice 2.5% had a moisturizing capabilities similar to a cream containing glycerin 2%.

Conclusion: The results of this study show that the best mango fruit juice as

moisturizer was in concentration of 10% to moisturise the skin for 4 weeks 14.4%, and can be formulated in a o/w cream.

Key words: Mango fruit juice, cream, skin moisturizer

(59)

FORMULASI SEDIAAN KRIM SARI BUAH MANGGA

(Mangifera indica L.) SEBAGAI PELEMBAB KULIT

SKRIPSI

OLEH:

LIA KHAIRUNNISSA

NIM 141524018

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

(60)

FORMULASI SEDIAAN KRIM SARI BUAH MANGGA

(Mangifera indica L.) SEBAGAI PELEMBAB KULIT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

LIA KHAIRUNNISSA

NIM 141524018

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

(61)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI SEDIAAN KRIM SARI BUAH MANGGA

(Mangifera indica L.) SEBAGAI PELEMBAB KULIT

OLEH:

LIA KHAIRUNNISSA NIM 141524018

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal: 19 Agustus 2016

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt.

NIP 196106191991031001 NIP 195111021977102001

Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001

(62)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillah, rasa syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat, nikmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

dan penyusunan skripsi ini, shalawat beriring salam untuk Rasulullah Muhammad

SAW sebagai suri teladan dalam kehidupan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Formulasi Sediaan Krim Sari Buah

Mangga (Mangifera indica L.) sebagai Pelembab Kulit.”

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku

Dekan Fakultas Farmasi yang telah memberikan fasilitas dan masukan selama

masa pendidikan dan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt.,

selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan

bantuan selama masa penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Penulis

juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny,

M.Si., Apt., Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty,

M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam

penyusunan skripsi ini, dan kepada Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt.,

selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak memberikan bimbingan

selama masa pendidikan. Penulis juga berterima kasih kepada seluruh dosen di

Fakultas Farmasi yang telah memberi ilmu dengan keikhlasan hati serta seluruh

pegawai yang bertugas di Fakultas Farmasi.

(63)

v

Rasa terima kasih serta penghargaan yang sangat tulus penulis sampaikan

kepada orangtua tercinta Ayahanda Alm. Darwin A. Hitler Padang, SE., dan

Ibunda Asnidar, yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan yang sangat

berharga, saudara-saudaraku tercinta Elida Afni, Fauziah Nur, dan M. Ridwan

Padang yang senantiasa ada untuk memberi semangat dan dukungan. Rasa terima

kasih yang tulus juga Saya sampaikan kepada Tulang Nasruddin Lubis, Bapak

Drs. H. Mustafa Ridwan Lubis, M.Si., Apt, Drs. H. Syaiful Amri M.Si., Apt., dan

keluarga yang selalu memberi dukungan. Terima kasih kepada teman-teman

tersayang Pia, Uci, Cebol, Yayak, Nenek, Dwi, Mama, Goyan, Dini, Adhli, dan

teman-teman ekstensi angkatan 2014 serta adik-adik tersayang Fakultas Farmasi

USU atas do’a dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

farmasi.

Medan, Agustus 2016 Penulis,

Lia Khairunnissa NIM 141524018

(64)

vi

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lia Khairunnissa

NIM : 141524018

Program Studi : S1 Ekstensi Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi Sediaan Krim Sari Buah Mangga (Mangifera indica L.)

sebagai Pelembab Kulit

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil

pekerjaan yang saya lakukan sendiri dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis

telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini

ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima

sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat

digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan

Lia Khairunnissa NIM 141524018

(65)

vii

FORMULASI SEDIAAN KRIM SARI BUAH MANGGA

(Mangifera indica L.) SEBAGAI PELEMBAB KULIT

ABSTRAK

Latar Belakang: Buah mangga (Mangifera indica L.) mengandung sukrosa, air

86%, protein 0,60%, lemak 0,10%, gula total 11,8%, serat 1,1%, mineral 0,3%, vitamin A 4800 U.I, vitamin B1 0,04%, vitamin B2 0,05%, vitamin C 13%, vitamin E 3,02%, asam nikotinat 0,3%. Gugus hidroksi dalam struktur sukrosa menyebabkan terikatnya air dari udara atau lingkungan sehingga dapat mereduksi penguapan air dalam kulit.

Tujuan: Untuk memformulasikan sari buah mangga sebagai pelembab dalam

bentuk sediaan hand cream.

Metode: Sari buah mangga dibuat dengan cara daging buah dihaluskan dengan juicer dan ditambahkan natrium metabisulfit 0,1% sebagai antioksidan kemudian

dipekatkan dengan freezer dryer pada suhu -40° C dan tekanan 2 atm. Sediaan dibuat dalam bentuk krim tipe m/a dengan konsentrasi sari buah mangga 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%. Sediaan ini dibandingkan dengan sediaan krim yang mengandung gliserin 2% dan blanko. Uji mutu fisik yang dilakukan pada masing-masing sediaan adalah homogenitas, pH, stabilitas, tipe emulsi, dilakukan juga uji iritasi sediaan dan kemampuan sediaan untuk melembabkan kulit pada 18 orang relawan dengan menggunakan moisture-checker.

Hasil: Hasil pengujian menunjukkan bahwa sari buah mangga dapat

diformulasikan ke dalam sediaan hand cream m/a, membentuk sediaan yang homogen, memiliki pH 5,55-7,04, serta tetap stabil selama penyimpanan 12 minggu. Tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Sari buah mangga mampu untuk melembabkan kulit. Semakin tinggi konsentrasi sari buah mangga semakin baik pula kemampuannya untuk melembabkan kulit. Dari hasil uji kelembaban, diperoleh bahwa krim yang mengandung sari buah mangga 2,5% memiliki kemampuan melembabkan yang hampir sama dengan krim yang mengandung gliserin 2%.

Kesimpulan: Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sari buah mangga

yang terbaik sebagai pelembab adalah konsentrasi 10% melembabkan kulit selama 4 minggu sebesar 14,4%, dan dapat diformulasikan dalam krim tipe m/a.

Kata kunci: Sari buah mangga, krim, pelembab kulit

(66)

viii

FORMULATION OF CREAM MANGO FRUIT JUICE

(Mangifera indica L.) AS SKIN MOISTURIZING AGENT

ABSTRACT

Background: Mango contains sucrose, water 86%, protein 0.60%, lipid 0.10%,

sugars total 11.8%, fiber 1.1%, minerals 0.3%, vitamin A 4800 U.I, vitamin B1 0.04%, vitamin B2 0.05%, vitamin C 13%, vitamin E 3,02%, nicotinat acid 0.3%. Hydroxy groups in the structure of sucrose causes the bound water in the skin.

Objectives: To formulate mango fruit juice as a moisturizing in hand cream. Methods: Mango fruit juice was made by flesh of the fruit mashed with a juicer

and added 0.1% sodium metabisulfite as an antioxidant then concentrated with freezer dryer at a temperature of -40° C and a pressure of 2 atm. Mango fruit juice was formulated as o/w hand cream in concentration 2.5%, 5%, 7.5% and 10%. The ability to moisturizing skin of mango fruit juice were compared to cream preparations containing 2% glycerin and blank preparations. Physical quality test to each preparation were homogeneity, pH, stability, emulsion type, irritation test preparations and ability of preparations to moisturize the skin in 18 volunteers by using moisture-checker.

Results: The results showed that the mango fruit juice could be formulated into

hand cream type o/w, preparations was homogeneous, pH 5.55-7.04, and remained stable after 12 weeks storage. Not irritating to the skin. Mango fruit juice was able to moisturize skin. Increasing concentration of mango fruit juice affect the increase ability to moisturize the skin. From the results of skin moisture test, found that a cream containing mango fruit juice 2.5% had a moisturizing capabilities similar to a cream containing glycerin 2%.

Conclusion: The results of this study show that the best mango fruit juice as

moisturizer was in concentration of 10% to moisturise the skin for 4 weeks 14.4%, and can be formulated in a o/w cream.

Key words: Mango fruit juice, cream, skin moisturizer

(67)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tanaman Buah Mangga ... 5

2.1.1 Buah mangga ... 5

2.1.2 Taksonomi buah mangga ... 7

2.1.3 Kandungan buah mangga ... 7

2.2 Kulit ... 9

Gambar

Gambar 6.2 Sediaan krim setelah penyimpanan selama satu minggu
Gambar 6.3 Sediaan krim setelah penyimpanan selama empat minggu
Gambar 6.5 Sediaan krim setelah penyimpanan selama dua belas minggu
Tabel 3.1 Formula krim pelembab
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari buah pepaya yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sari buah srikaya yang terbaik sebagai pelembab adalah konsentrasi 15% karena mampu mengurangi penguapan air dari kulit lebih

Tujuan penelitian untuk mengetahui dapat atau tidaknya sari buah anggur merah diformulasikan dalam sediaan krim dan untuk mengetahui kemampuan sari buah anggur merah dalam mengurangi

Sediaan krim dengan konsentrasi sari buah rasberi 4 dan 6% tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan krim yang mengandung gliserin 2% untuk mengurangi penguapan air

merah dapat diformulasikan dalam krim tipe m/a dan memiliki kemampuan untuk melembabkan kulit dengan konsentrasi 2,5%.. Kata kunci: Ekstrak lobak merah, krim,

Ekstrak lobak merah (Raphanus sativus L.) dalam bentuk sediaan krim. mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau

Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari kecambah yang ditambahkan ke dalam sediaan krim pelembab maka

Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari buah pepaya yang ditambahkan ke dalam sediaan krim maka semakin