FORMULASI SEDIAAN KRIM
DARI SARI BUAH SRIKAYA (Annona squamosa L.)
SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT
SKRIPSI
OLEH:
FERI GIFARI NASUTION
NIM 101524028
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FORMULASI SEDIAAN KRIM
DARI SARI BUAH SRIKAYA (Annona squamosa L.)
SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
FERI GIFARI NASUTION
NIM 101524028
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
FORMULASI SEDIAAN KRIM
DARI SARI BUAH SRIKAYA (Annona squamosa L.)
SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT
OLEH:
FERI GIFARI NASUTION NIM 101524028
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Pada tanggal: 27 April 2013
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195404121987012001 NIP 195807101986012001
Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. Pembimbing II, NIP 195404121987012001
Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. NIP 195011171980022001 NIP 195107031977102001
Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001
Medan, Juni 2013 Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Dekan,
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan ridhaNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi
sediaan krim dari sari buah srikaya (Annona squamosa L.) sebagai pelembab
alami kulit” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Fat Aminah,
M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberi motivasi dan
membimbing penulis dengan penuh kesabaran, tanggung jawab, tulus dan ikhlas
selama penelitian hingga menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima
kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny,
M.Si., Apt., Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Anayanti
Arianto, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran
demi kesempurnaan skripsi ini. Serta kepada Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si.,
Apt., sebagai dosen penasehat akademik yang telah membimbing penulis selama
masa pendidikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus tiada
terhingga khusus kepada kedua orangtua, Ayahanda Khairuddin Tiar Nasution
dan Ibunda Rubinem, untuk saudaraku atas do’a, dukungan, motivasi dan
rekan-rekan farmasi ekstensi stambuk 2010 yang memberikan saran, arahan dan
masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
kritik dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi ini.
Medan, April 2013
Penulis,
FORMULASI SEDIAAN KRIM
DARI SARI BUAH SRIKAYA (Annona squamosa L.) SEBAGAI BAHAN PELEMBAB ALAMI KULIT
ABSTRAK
Srikaya (Annona squamosa L.) mengandung karbohidrat yang terdiri dari glukosa dan sukrosa. Selain itu, srikaya juga mengandung lemak, serat, protein, asam amino, mineral, vitamin C, B1, B6, B12, dan folat. Kandungan glukosa dan sukrosa dalam srikaya mampu mengikat air di udara sehingga dapat mengurangi penguapan air di kulit. Oleh karena itu kelembapan kulit akan terjaga dan kulit tidak akan menjadi kering.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasi krim menggunakan sari buah srikaya sebagai bahan pelembab alami. Daging buah srikaya dipisahkan dari kulit dan bijinya, kemudian diambil sarinya dengan menggunakan juicer. Sari buah srikaya dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu -40oC dan tekanan 2 atm, dan diperoleh sari pekat. Konsentrasi sari buah srikaya yang digunakan 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; 15%; krim yang mengandung gliserin 2% dan krim tanpa sari buah sebagai blanko. Beberapa uji dilakukan terhadap sediaan antara lain : uji homogenitas, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, pengamatan stabilitas sediaan pada penyimpanan selama 12 minggu pada temperatur kamar, iritasi terhadap kulit sukarelawan, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan wanita.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa krim yang dibuat adalah homogen, pH berkisar antara 6,16-6,56, memiliki tipe emulsi m/a, dan pada penyimpanan selama 12 minggu tetap stabil yaitu tidak ada perubahan warna, tidak ada perubahan bau, dan tidak terjadi pecahnya emulsi, tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Hasil uji kemampuan krim dalam mengurangi penguapan air dari kulit dengan konsentrasi sari buah 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; 15%; krim yang mengandung gliserin 2%; dan krim tanpa sari buah adalah 13,06; 22,53; 27,93; 33,29; 38,81; 46,27; 40,40; dan 6,33%. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah srikaya yang ditambahkan pada sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sari buah srikaya yang terbaik sebagai pelembab adalah konsentrasi 15% karena mampu mengurangi penguapan air dari kulit lebih baik dari gliserin 2% yaitu 46,27% dan stabil pada penyimpanan.
FORMULATION CREAM
FROM SUGAR-APPLE (Annona squamosa L.) FRUIT JUICE AS NATURAL SKIN MOISTURIZING AGENT
ABSTRACT
Sugar-apple (Annona squamosa L.) contain carbohydrates those consist of glucose and sucrose. In addition, sugar-apple also contains fat, fiber, protein, amino acid, mineral, vitamin C, B1, B6, B12, and folate. Glucose and sucrose contents in sugar-apple are able to bind water from the air therefore they can reduce skin moisture loss. Moisture levels will be maintained and skin would not be dry.
The aimed of this study was to formulate cream using sugar-apple fruit juice as a moisturizing agent. The sugar-apple fruit pulp was separated from the rind and seeds. The juice was then obtained using a juicer. Sugar-apple fruit juice was dried using a freeze dryer at temperature of -40oC and pressure of 2 atm to obtain concentrated juice. Concentration of sugar-apple fruit juice used were 2.5, 5; 7.5; 10; 12.5, 15%, cream containing 2% glycerin and cream without juice as a blank. Formulations were evaluated for their homogeneity, pH, emulsion type, stability for 12 weeks stored under room temperature, skin irritation test and skin moisture loss reduction test conducted on 12 female volunteers.
The results obtained showed that the formulations prepared were homogene, their pH were between 6.16 to 6.56, their type of emulsion were o/w and showed good stability for 12 weeks storage, there was not any color and odor change or emulsion breakdown, did not cause any skin irritation, and the ability of preparations to reduce skin moisture loss at concentration of sugar-apple fruit juice 2.5, 5, 7.5, 10, 12.5, 15%, cream containing 2% glycerin, and cream without sugar-apple fruit juice were 13.06, 22.53, 27.93, 33.29, 38.81, 46.27, 40.40, dan 6.33%. The result showed that the higher concentration of sugar-apple fruit juice on the cream, the greater ability to reduce the skin moisture loss. Based on this research it concluded that the best sugar-apple fruit juice as moisturizer was in concentration of 15% because it was able to reduce skin moisture loss better than glycerol 2% for 46.27% and stable during storage.
DAFTAR ISI
2.1.3 Kandungan dan manfaat srikaya ... 6
2.2 Kulit ... 7
2.2.1 Fungsi Kulit ... 7
2.2.2 Struktur Kulit ... 9
2.3 Krim ... 12
2.4 Kosmetika untuk Kulit ... 15
2.4.1 Kosmetika pelembab ... 16
2.4.2 Bahan-bahan sediaan krim pelembab ... 17
2.4.3 Syarat kosmetika pelembab ... 19
BAB III METODE PENELITIAN ... 20
3.1 Alat-alat yang Digunakan ... 20
3.2 Bahan-bahan yang Digunakan ... 20
3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 20
3.7.1 Pemeriksaan homogenitas ... 23
3.7.2 Pengamatan stabilitas sediaan ... 23
3.7.3 Penentuan pH sediaan ... 24
3.7.4 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 24
3.7.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan ... 24
3.7.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 25
4.1 Hasil Identifikasi Sampel ... 26
4.2 Pembuatan Sari Buah Srikaya ... 26
4.3 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 26
4.3.1 Homogenitas sediaan ... 26
4.3.2 Stabilitas sediaan ... 26
4.3.3 pH sediaan ... 28
4.3.4 Tipe emulsi sediaan ... 29
4.3.5 Uji daya iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 31
4.3.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
5.1 Kesimpulan ... 34
5.2 Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 35
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Formula krim pelembab ... 23
4.1 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat
sediaan selesai dibuat 1,4,8,dan 12 minggu ... 27
4.2 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat ... 29
4.3 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama
12 minggu ... 29
4.4 Data penentuan tipe emulsi ... 30
4.5 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 31
4.6 Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil identifikasi tanaman ... 37
2. Gambar buah srikaya ... 38
3. Gambar hasil freeze dryer sari buah srikaya ... 38
4. Gambar alat freeze dryer ... 39
5. Gambar sediaan krim setelah dibuat ... 40
6. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu ... 41
7. Gambar uji homogenitas ... 42
8. Gambar uji tipe emulsi ... 43
9. Gambar alat pH meter ... 44
10. Gambar rangkaian alat yang digunakan pada pengujian penguapan air pada kulit ... 45
11. Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan ... 46
FORMULASI SEDIAAN KRIM
DARI SARI BUAH SRIKAYA (Annona squamosa L.) SEBAGAI BAHAN PELEMBAB ALAMI KULIT
ABSTRAK
Srikaya (Annona squamosa L.) mengandung karbohidrat yang terdiri dari glukosa dan sukrosa. Selain itu, srikaya juga mengandung lemak, serat, protein, asam amino, mineral, vitamin C, B1, B6, B12, dan folat. Kandungan glukosa dan sukrosa dalam srikaya mampu mengikat air di udara sehingga dapat mengurangi penguapan air di kulit. Oleh karena itu kelembapan kulit akan terjaga dan kulit tidak akan menjadi kering.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasi krim menggunakan sari buah srikaya sebagai bahan pelembab alami. Daging buah srikaya dipisahkan dari kulit dan bijinya, kemudian diambil sarinya dengan menggunakan juicer. Sari buah srikaya dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu -40oC dan tekanan 2 atm, dan diperoleh sari pekat. Konsentrasi sari buah srikaya yang digunakan 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; 15%; krim yang mengandung gliserin 2% dan krim tanpa sari buah sebagai blanko. Beberapa uji dilakukan terhadap sediaan antara lain : uji homogenitas, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, pengamatan stabilitas sediaan pada penyimpanan selama 12 minggu pada temperatur kamar, iritasi terhadap kulit sukarelawan, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan wanita.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa krim yang dibuat adalah homogen, pH berkisar antara 6,16-6,56, memiliki tipe emulsi m/a, dan pada penyimpanan selama 12 minggu tetap stabil yaitu tidak ada perubahan warna, tidak ada perubahan bau, dan tidak terjadi pecahnya emulsi, tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Hasil uji kemampuan krim dalam mengurangi penguapan air dari kulit dengan konsentrasi sari buah 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; 15%; krim yang mengandung gliserin 2%; dan krim tanpa sari buah adalah 13,06; 22,53; 27,93; 33,29; 38,81; 46,27; 40,40; dan 6,33%. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari buah srikaya yang ditambahkan pada sediaan krim maka semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sari buah srikaya yang terbaik sebagai pelembab adalah konsentrasi 15% karena mampu mengurangi penguapan air dari kulit lebih baik dari gliserin 2% yaitu 46,27% dan stabil pada penyimpanan.
FORMULATION CREAM
FROM SUGAR-APPLE (Annona squamosa L.) FRUIT JUICE AS NATURAL SKIN MOISTURIZING AGENT
ABSTRACT
Sugar-apple (Annona squamosa L.) contain carbohydrates those consist of glucose and sucrose. In addition, sugar-apple also contains fat, fiber, protein, amino acid, mineral, vitamin C, B1, B6, B12, and folate. Glucose and sucrose contents in sugar-apple are able to bind water from the air therefore they can reduce skin moisture loss. Moisture levels will be maintained and skin would not be dry.
The aimed of this study was to formulate cream using sugar-apple fruit juice as a moisturizing agent. The sugar-apple fruit pulp was separated from the rind and seeds. The juice was then obtained using a juicer. Sugar-apple fruit juice was dried using a freeze dryer at temperature of -40oC and pressure of 2 atm to obtain concentrated juice. Concentration of sugar-apple fruit juice used were 2.5, 5; 7.5; 10; 12.5, 15%, cream containing 2% glycerin and cream without juice as a blank. Formulations were evaluated for their homogeneity, pH, emulsion type, stability for 12 weeks stored under room temperature, skin irritation test and skin moisture loss reduction test conducted on 12 female volunteers.
The results obtained showed that the formulations prepared were homogene, their pH were between 6.16 to 6.56, their type of emulsion were o/w and showed good stability for 12 weeks storage, there was not any color and odor change or emulsion breakdown, did not cause any skin irritation, and the ability of preparations to reduce skin moisture loss at concentration of sugar-apple fruit juice 2.5, 5, 7.5, 10, 12.5, 15%, cream containing 2% glycerin, and cream without sugar-apple fruit juice were 13.06, 22.53, 27.93, 33.29, 38.81, 46.27, 40.40, dan 6.33%. The result showed that the higher concentration of sugar-apple fruit juice on the cream, the greater ability to reduce the skin moisture loss. Based on this research it concluded that the best sugar-apple fruit juice as moisturizer was in concentration of 15% because it was able to reduce skin moisture loss better than glycerol 2% for 46.27% and stable during storage.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kulit merupakan organ esensial dan vital yang mengandung lapisan lemak
tipis yang berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang
menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum
untuk mempertahankan agar permukaan kulit tetap lembut, lunak, dan terlindung.
Jika sebum hilang maka permukaan kulit akan mudah pecah, kulit menjadi kering
dan bersisik. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan yaitu dengan
cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Ditjen POM, 1985).
Tubuh sebenarnya punya kelembaban alami, tetapi bahan-bahan yang
terdapat dalam sabun membuat kulit kering Selain mandi masih banyak hal lain
yang menjadi pemicu hilangnya kadar kelembaban kulit, misalnya paparan sinar
matahari, penuaan, cuaca dan AC. Jika kulit selalu dibiarkan tanpa pelembab yang
baik, lama kelamaan kulit akan kendur, kering dan kusam (Anonim, 2012).
Di pasaran, banyak ditemukan berbagai macam produk kosmetika. Salah
satu diantaranya yang seringdigunakan adalah krim pelembab. Kosmetik ini
banyak digunakan oleh masyarakat dalam pencegahan kulit kasar, kering, dan
untuk perawatan kulit lainnya (Balsam, 1972).
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air
tidak kurang dari 60% dimaksudkan untuk pemakaian luar. Bahan yang digunakan
mencakup zat emolien, zat sawar (barier), zat pengental dan pembentuk lapisan
tipis, zat penutup kulit yang berpori lebar, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum
Pelembab (moisturizer) merupakan kosmetik perawatan yang bertujuan
untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti
udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut, berbagai penyakit
kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga
kulit menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).
Dalam sediaan kosmetika, bahan pelembab dimaksudkan untuk
mempertahankan kelembaban, baik pada kulit maupun pada penyimpanan dalam
wadah. Bahan pelembab yang biasa digunakan adalah gliserin, propilenglikol, dan
sorbitol (Balsam, 1972).
Humektan adalah suatu bahan higroskopis yang mempunyai sifat dapat
mengikat air dari udara yang lembab dan sekaligus mempertahankan air yang ada
pada sediaan. Ada tiga golongan humektan, yaitu: golongan gula (sukrosa,
dekstrosa, maltosa, fruktosa), golongan poliol (glikol, sorbitol, gliserol, manitol)
dan golongan garam (natrium klorida, natrium bromida, kalium klorida)
(Purnomo, 1995).
Ekstrak herbal digunakan dalam sediaan kosmetik. Kosmetik herbal
diklasifikasikan berdasarkan bentuk sediaan seperti krim, bedak, sabun dan
lain-lain. Penggunaannya dalam kosmetik diharapkan lebih efektif serta dapat
mengurangi iritasi kulit (Naveed et al., 2010).
Peneliti ilmiah menggunakan teknik terbaru untuk meneliti herbal agar
lebih efektif dalam sediaan kosmetik. Studi tentang sistem pengobatan herbal
terus meningkat. Meskipun lebih dari 400.000 spesies tanaman tumbuh di bumi,
tetapisekitar 2.000 yang secara komersial dieksploitasi untuk mendapatkan ekstrak
Srikaya menyimpan banyak khasiat bagikesehatan. Salah satunya
bermanfaat untuk kecantikan. Srikaya mengandung antioksidan, seperti vitamin C,
yang membantu melawan radikal bebas dalam tubuh (Soedarso, 2012). Buah ini
juga mengandung vitamin A yang bermanfaat untuk kulit, kesehatan rambut serta
meningkatkan fungsi mata. Kecuali itu, srikaya mengandung karbohidrat yang
terdiri dari glukosa dan sukrosa, lemak, serat, protein, asam amino, mineral,
vitamin B1, B6, B12 dan folat (Alex, 2011).
Berdasarkan zat yang dikandungnya peneliti ingin melakukan penelitian
tentang sari buah srikaya sebagai bahan pelembab alami kulit dalam sediaan krim.
1.2Perumusan Masalah
1. Apakah sari buah srikaya (Annona squamosa L.) dapat diformulasikan
dalam sediaan krim pelembab.
2. Apakah sari buah srikaya (Annona squamosa L.) mampu mengurangi
penguapan air dari kulit.
1.3 Hipotesa
1. Sari buah srikaya (Annona squamosa L.) dapat diformulasikan dalam
sediaan krim pelembab.
2. Sari buah srikaya (Annona squamosa L.) mampu mengurangi penguapan
air dari kulit.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk memformulasi sediaan krim pelembab dengan sari buah srikaya
(Annona squamosa L.) sebagai pelembab alami kulit.
2. Untuk mengetahui kemampuan sari buah srikaya (Annona squamosa L.)
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman Srikaya
2.1.1 Tanaman srikaya
Habitat asli srikaya berasal dari daerah tropis di Amerika, Karibia,
Jamaika, India dan Pakistan. Buah ini ditemukan oleh para pelaut pengelana dari
Eropa. Oleh pelaut Inggris dinamai sugar apple atau custard apple, yang berarti
rasanya seperti puding (custard) yang berbentuk seperti buah apel (Holistic Health
Solution, 2012).
Buah tropis ini memiliki banyak nama, tergantung asalnya. Di Surabaya,
ada yang menyebut buah ini dengan nama menuo atau menung. Orang Malaysia
menyebutnya serikaya. Di Guatemala, namanya cherimoya. Di India disebut
Sharifa, di Thailand noinah, mangcau ta di Kamboja, fan li chi di China, sweetsop
di Karibia dan sugar Apple di Amerika (Soedarso, 2012).
Buah ini mirip dengan sirsak, berbentuk bulat atau kerucut, berdiameter
6-10 cm, dan beratnya sekitar 6-100-230 gram. Kulitnya berwarna hijau dengan
permukaan berbenjol-benjol dan bermata banyak, menyerupai sisik. Bila telah
masak, kulit buahnya akan mengilap dan sisiknya merenggang.
Daging buah srikaya berwarna putih sampai agak kuning, berbiji banyak
dengan susunan biji berjarak dan berderet. Aromanya berbau manis, saat dimakan
2.1.2 Taksonomi srikaya (Annona squamosa L.)
Srikaya (Annona squamosa L.) diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Ranales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annonasquamosa L.
Nama lokal : Srikaya
2.1.3 Kandungan dan manfaat srikaya
Kandungan gizi utama buah srikaya meliputi energi yang mencapai 101
kalori untuk setiap 100 gram, karbohidrat 35,2 gram, protein 1,7 gram dan serat
0,7 gram. Begitu juga dengan kandungan mineralnya yang cukup besar adalah
kalsium sebanyak 27 mg, fosfor 20 mg, dan zat besi 0,8 mg. Sedangkan
kandungan vitaminnya yang cukup banyak adalah vitamin C sebanyak 22 mg,
vitamin B1 sebanyak 0,8 mg, dan vitamin B2 0,04 mg. Pada sejumlah penelitian,
juga ditemukan sejumlah senyawa pada buah srikaya yang telah masak.
Diantaranya asam amino butirat, arginin, ornitin, serta sitrulin yang berguna
dalam mengatasi berbagai jenis parasit, khususnya yang menyerang kulit tubuh
maupun kepala (Alex, 2011).
Tidak hanya buahnya yang bermanfaat, hampir semua bagian tanaman
srikaya dapat digunakan sebagai obat, seperti daun, akar, biji dan kulit kayu pohon
2.2 Kulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan
sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan
keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya
sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap
tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kulit adalah organ tubuh yang pertama kali terkena polusi oleh zat yang
terdapat di lingkungan hidup kita, termasuk jasad renik (mikroba) yang tumbuh
dan hidup di lingkungan kita. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar
dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa
sekitar 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan ( Effionora, 2012).
2.2.1 Fungsi kulit
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik
maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti
zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas
atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur,
bakteri atau virus (Wirakusumah, 1994).
Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak
subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai
pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin
adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit
(Wirakusumah, 1994).
Permukaan kulit mempunyai keasaman (pH) tertentu yang berkisar antara
4,5-6,0 yang dibentuk oleh asam lemak permukaan kulit yang berasal dari sebum,
keringat, sel tanduk yang lepas, dan kotoran yang melekat pada kulit. Tingkat
keasaman itu dapat mengurangi atau mengendalikan berkembang biaknya
berbagai jasad renik (Wasitaatmadja, 1997).
Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai fungsi sebagai
berikut:
- Pelindung / proteksi
Serat elastis dari dermis dan jaringan lemak subkutan berfungsi untuk
mencegah gangguan mekanis eksternal diteruskan secara langsung ke bagian
dalam tubuh. Kulit memiliki kapasitas penetralisir alkali dan permukaan kulit
dijaga tetap pada pH asam lemah untuk perlindungan dari racun kimia. Pigmen
melanin mengabsorpsi dan melindungi tubuh dari bahaya radiasi UV (Mitsui,
1997).
- Pengaturan suhu tubuh / termoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh dengan mengubah jumlah aliran darah melalui
kulit dengan dilatasi dan kontriksi kapiler darah kulit dan dengan penguapan uap
air (Mitsui, 1997).
- Persepsi panca indera
Kulit merasakan perubahan pada lingkungan eksternal dan
bertanggungjawab untuk sensasi kulit. Kulit memiliki berbagai reseptor sehingga
- Penyerapan /absorpsi
Berbagai senyawa diabsorpsi melalui kulit ke dalam tubuh. Ada dua jalur
absorpsi, satu melalui epidermis, dan yang lainnya melalui kelenjar sebaseus pada
folikel rambut. Senyawa larut air tidak mudah diabsorpsi melalui kulit karena
adanya sawar (barrier) terhadap senyawa larut air yang dibentuk oleh lapisan
tanduk (Mitsui, 1997).
- Fungsi Lain
Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan
(pucat dan bulu kuduk berdiri tegak), dan digambarkan sebagai organ yang
menunjukkan emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D dengan bantuan sinar UV
terhadap prekursor vitamin D dalam kulit (Mitsui, 1997).
2.2.2 Struktur kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda.
Ketiga lapisan tersebut yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan
hipodermis (subkutan).
a. Lapisan epidermis (kutikel)
Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar
terdiri dari sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu: − Lapisan tanduk (stratum korneum)
Adalah lapisan yang paling luar dan terdiri dari beberapa sel-sel gepeng
yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat
− Lapisan rintangan (stratum lusidum)
Terdapat dibawah lapisan tanduk, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa
inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
Lapisan tersebut tampak jelas di telapak tangan dan kaki. − Lapisan butir (stratum granulosum)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar
dan terdapat inti diantaranya.
− Lapisan tajuk (stratum spinosum)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya
berbeda-beda karena adanya proses mitosis. − Lapisan tunas (stratum basale)
Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada
pembatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan tuna juga
termasuk sel-sel yang disebut melanocytes, yaitu sel-sel yang memproduksi
pigmen melanin.
b. Lapisan dermis
Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan
elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:
1. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke dalam epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
2. Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol ke arah subkutan,
bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut
c. Lapisan subkutan
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,
berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu membantu
melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Jumlah
lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika tubuh
memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi dengan cara
memecah simpanan lemaknya (Wirakusumah, 1994).
2.2.3 Jenis kulit
1. Kulit Kering
Ada berbagai faktor penyabab kulit menjadi kering, antara lain cuaca,
penggunaan sabun, efek samping penggunaan obat-obatan tertentu, faktor genetik,
usia, kekurangan nutrisi, dan terlalu sering berada diruangan ber AC.
2. Kulit Berminyak
Kulit berminyak cenderung lebih bermasalah dibandingkan dengan jenis
kulit lainnya. Masalah-masalah yang biasanya terjadi pada kulit berminyak yaitu
mudah timbul jerawat dan rasa gatal diwajah saat berkeringat. Penyabab kulit
berminyak antara lain faktor genetik, pola makan (gula yang berlebihan,
gorengan, makanan pedas, makanan berkadar lemak tinggi dan santan adalah
beberapa jenis makanan yang dapat membuat kulit berminyak),
ketidakseimbangan hormon (misalnya pada masa pubertas dan saat menstruasi,
ketidakseimbangan hormon ini menyebabkan produksi minyak menjadi berlebih),
dan pemakaian kosmetik yang tidak cocok.
Kulit kombinasi merupakan jenis kulit paling umum dimiliki oleh
kebanyakan orang. Kulit kombinasi merupakan gabungan dari dua jenis kulit yang
berbeda yaitu kulit kering dan kulit berminyak. Ciri kulit wajah kombinasi adalah
pada bagian T-zone (hidung, dahi, dagu, dan bagian atas mata) berminyak, terlihat
mengilat, dan pori-porinya besar. Sementara itu, kulit didaerah lain cenderung
kering atau normal.
4. Kulit Normal
Kulit normal merupakan jenis kulit yang dapat dikatakan sebagai kulit
ideal atau kulit dambaan. Hal ini karena kulit normal umumnya tidak memiliki
masalah yang serius dan perawatannya pun relatif lebih mudah dibandingkan jenis
kulit lainnya.
5. Kulit Sensitif
Kulit sensitif adalah kulit yang memberikan respon yang berlebihan
terhadap benda-benda atau kondisi tertentu, misalnya perubahan suhu, cuaca
bahan kosmetik atau bahan kimia lainnya yang menyebabkan timbulnya gangguan
kesehatan kulit.
2.3 Krim
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Ditjen POM, 1979).
Istilah krim secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah
padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air
dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih
diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi
dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan
estetika (Ditjen POM, 1995).
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok :
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi A/M
b. Emulsi minyak dalam air atau M/A
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak
tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi
butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini
bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi
dapat di stabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting
agar memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan
membentuk film(lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film
ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan dispers
sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe m/a
dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe a/m dimana fase terdisper
adalah air dan fase pendisper adalah minyak (Anief, 2004).
Formasi emulsi dengan cara kimia (emulsifier) terjadi sebagai berikut:
pertama-tama, emulsifier harus ada pada permukaan antara fase yang ada pada
emulsi dalam jumlah yang cukup untuk memastikan bahwa adsorpsi cepat
menurunkan tegangan antarmuka sehingga fase terpisah menjadi tetesan. Aliran
yang dihasilkan dan turbulensi menyebabkan pembagian lebih lanjut, yang
diperkuat denagn penyebaran molekul dari emulsifier dalam sistem antarmuka.
energi yang dipasok ke sistem tidak lagi cukup untuk meningkatkan luas
permukaan tetesan lebih lanjut, maka pembagian fase dalam berhenti (Effionora,
2012).
Lapisan terserap adalah tetesan minyak atau air harus mencegah
koalesensi. Batas lapisan tipis terdiri dari fase kontinu, yaitu medium pendispersi,
mendekati bentuk-bentuk antara tetesan. Sifat fisik lapisan ini ditentukan oleh
jenis emulsifier teradsorpsi (Effionora, 2012).
Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase
dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase
kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air
dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase
minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut
kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian
besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah
menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan
diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket(Ditjen POM,1985).
Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voight(1995) adalah:
1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit
2. Memberi efek dingin terhadap kulit
3. Tidak menyumbat pori-pori kulit
4. Bersifat lembut
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan
dikenal sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini (Lachman
dkk,1994).
Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena
memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak
serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung
air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin,
propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w
untuk mengurangi peguapan air dari permukaan kulit (Voight, 1995).
2.4 Kosmetik Untuk Kulit
Kosmetik menurut Peraturan Menteri kesehatan RI No.445/MenKes/1998
adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar
badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan
rongga mulut untk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan,
melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit
(Wasitaatmadja, 1997).
Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksudkan dengan ’tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit’ adalah sediaan
tersebut sebaiknya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit.Tujuan penggunaan
kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya
tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang,
lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum, membantu seseorang
lebih menikmati dan menghargai hidup (Wasitaatmadja, 1997).
2.4.1 Kosmetika pelembab
Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang
bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh
seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit
maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit
menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).
Kosmetika pelembab dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu kosmetika
pelembab berdasarkan lemak dan kosmetika pelembab berdasarkan gliserol atau
humektan sejenis (Tranggono dan Latifah, 2007).
1. Kosmetika pelembab berdasarkan lemak
Kosmetik pelembab tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing
cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit
banyak mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab
dan lembut (Tranggono dan Latifah, 2007).
Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke
mana-mana di permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulitlengket dan
terlalu berminyak. Pelembab ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan
kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum korneum, mencegah masuknya
bahan-bahan asing ke dalam kulit, dan mencegah penguapan air kulit, tetapi tidak sampai
mencegah sepenuhnya agar kongesti perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap
2. Kosmetika pelembab yang didasarkan pada gliserol dan sejenisnya
Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan
yang bersifat higroskopis, yang menyerapuap air dari udara dan
mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit tampak lebih
halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono dan
Latifah, 2007).
Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan
dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan
sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi
sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah
tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan
non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit
(Wasitaatmadja, 1997).
2.4.2 Bahan-bahan sediaan krim pelembab
Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan,
zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).
1. Emolien
Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari
lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asan lemak, lemak alkohol.
2. Zat sawar
Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam
3. Humektan
Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban
diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya bahan
yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan
air agar tidak menguap (Balsam, 1972).
4. Zat pengemulsi dan surfaktan
Surfaktan digunakan sebagai emulgator, karena merupakan zat aktif
permukaan alami atau sintetis yang dapat berikatan dengan air dan minyak secara
simultan pada tingkat molekuler dan membentuk emulsi. Jadi fungsi
surfaktan/emulgator adalah menjembatani fase air dan minyak agar membentuk
suatu messa yang homogen. Contohnya natrium lauril sulfat, trietanolamin lauril
sulfat, gliseril monostearat (Effionora, 2012).
5. Pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka
waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat
antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga
kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat
menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997).
6. Parfum
Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan
atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum
menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan
2.4.3 Syarat dari kosmetika pelembab
Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab, yaitu:
a. Enak dan mudah dipakai.
b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan.
c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur.
d. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan
sampel, pembuatan saripekat buah srikaya, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu
fisik sediaan, uji iritasi terhadap sukarelawan, dan uji kemampuan sediaan untuk
mengurangi penguapan air dari kulit.
3.1 Alat-Alat yang Digunakan
Neraca listrik ( Boeco Germany ), pH meter ( Hanna Instrument ), freezee
dryer( Virtis ), juicer( Tecstar ), lumpang, stamfer, objek gelas, alat-alat gelas,
tutup pot plastik, kain kasa, penangas air, batang pengaduk, spatel, pot plastik,
selotip transparan.
3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan
Asam stearat, setil alkohol, trietanolamin (TEA), gliserin, air suling,
nipagin, natrium metabisulfit, parfum, saribuah srikaya, silika gel, metil biru,
larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01).
3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan buah srikaya dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah srikaya
(Annona squamosa L.) yang dibeli di swalayan Berastagi jalan Gatot Subroto
Medan.
3.4 Identifikasi Sampel
Identifikasi Sampel dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA),
3.5 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan
kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12
orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM,1985):
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
4. Bersedia menjadi sukarelawan
3.6 Prosedur Kerja
3.6.1 Pembuatan sari buah srikaya
Buah srikayaditimbang, lalu daging buah dibersihkan dari kulit dan
bijinya, kemudian ditimbang kembali. Daging buah selanjutnya dihaluskan
dengan juicer dan menghasilkan saribuah srikaya, kemudian sari buah ditimbang.
Ke dalam sari buah tersebut ditambahkan natrium metabisulfit 0,1% sebagai
antioksidan dan dikeringkan dengan freeze dryerpada suhu -40oC dan tekanan 2
atm sampai diperoleh sari buah srikaya, dan ditimbang.
3.6.2 Formula standar (Young, 1972)
Asam stearat 12 g Setil alkohol 0,5 g Sorbitol sirup 5 g Propilen glikol 3 g Trietanolamin 1 g
Gliserin 1-5 tetes
Nipagin 1 sendok spatula
Parfum 3 tetes
3.6.3 Formula yang dimodifikasi
3.6.4 Pembuatan sediaan krim
Konsentrasi sari buah srikaya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; dan 15 %, serta gliserin 2 %. Adapun formula yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 1 halaman 23.
Cara Pembuatan:
Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan
dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dilarutkan dalam air panas, lalu
tambahkan trietanolamin diaduk sampai larut (massa II). Lalu tambahkan massa II
ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil digerus secara terus menerus
hingga terbentuk dasar krim. Sari buah srikaya digerus lalu tambahkan sedikit
demi sedikit dasar krim dan digerus sampai homogen.
Tabel 3.1 Formula krim pelembab
Blanko (dasar krim tanpa sari buah srikaya) Formula A : Konsentrasi Sari buah srikaya 2,5 % Formula B : Konsentrasi Sari buah srikaya 5 % Formula C : KonsentrasiSari buah srikaya 7,5 % Formula D : Konsentrasi Sari buah srikaya 10 % Formula E : Konsentrasi Sari buah srikaya 12,5 % Formula F : Konsentrasi Sari buah srikaya 15 % Formula G : Gliserin 2 % (Sebagai pembanding)
3.7 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
3.7.1 Pemeriksaan homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.7.2 Pengamatan stabilitas sedíaan
Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup
bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat
sedíaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan pada
temperatur kamar, bagian yang diamati berupa pecahnya emulsi, pemisahan fase,
3.7.3 Penentuan pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Cara:
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar
standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat
menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling,
lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan
elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga
pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan
(Rawlins, 2003).
3.7.4 Penentuan tipe emulsi sediaan
Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
pengenceran fase dan dengan pengecatan atau pewarnaan.
Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1
tetes metilbiru, diaduk dengan batang pengaduk. Bila metil biru tersebar merata
berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti
sediaan tersebut tipeemulsi a/m (Ditjen POM, 1985).
3.7.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan
Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan. Sediaan sebanyak
500 mg dioleskan dibelakang telinga dengan diameter 3 cm, kemudian dibiarkan
selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa kemerahan, gatal, dan
3.7.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm.
Cara:
Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah sukarelawan
diberikan tanda berupa lingkaran yang diameternya sama dengan diameter tutup
pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Sebelum
dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan,
kemudian diletakkan pada desikator. Pada wadah plastik yang belum dilubangi
ditimbang 10 g silika gel. Wadah pot plastik yang lain dilubangi, kain kasa dijahit,
dimasukkan silika gel dalam kain kasa sehingga silika gel tersebut tidak jatuh
meskipun wadah silika gel dibalikkan, diletakkan di atas pot plastik kemudian
wadah pot plastik disatukan dengan menggunakan isolatip transparan. Wadah
yang berlubang berada pada bagian bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup.
Selanjutnya wadah plastik diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah
diolesi sediaan. Agar wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk
mencegah pengaruh udara dari lingkungan maka digunakan isolatip transparan
yang ditempelkan sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut. Alat ini
dibiarkan menempel selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang
digunakan ditimbang kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan
pembanding yaitu sediaan yang menggunakan gliserin 2%, dan blanko sebagai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Sampel
Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Herbarium Medanense
(MEDA) Universitas Sumatera Utara, Medan menyebutkan bahwa sampel adalah
srikaya (Annona squamosa L.) famili Annonaceae. Hasil identifikasi sampel dapat
dilihat pada Lampiran 1, halaman 37.
4.2 Pembuatan Sari Buah Srikaya
Dari 6,6 kg buah Srikaya diperoleh daging buah srikaya 5,4 kg, setelah
dihaluskan dengan juicer dihasilkan sari buah srikaya 2,2 kg, dan dikeringkan
dengan freeze dryer selama 48 jam, dan diperoleh sari buah srikaya 273,41 gram.
4.3 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
4.3.1 Homogenitas sediaan
Menurut Ditjen POM (1979), pengamatan homogenitas dapat dilakukan
dengan mengoleskan sediaan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain, lalu
diratakan, jika tidak ada butiran-butiran maka sediaan dapat dikatakan homogen.
Dari percobaan yang telah dilakukan pada sediaan krim pelembab tidak
diperoleh butiran-butiran, maka sediaan tersebut dikatakan homogen. Perlakuan
yang sama juga dilakukan terhadap sediaan pembanding yaitu formula dengan
gliserin 2% dan blanko, hasil yang diperoleh menunjukkan tidak adanya
butiran-butiran pada kepingan kaca.
4.3.2 Stabilitas sediaan
Menurut Ansel (1989), suatu emulsi menjadi tidak stabil akibat
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa masing-masing formula yang
telah diamati selama 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat, 1, 4, 8, dan 12 minggu
Blanko (dasar krim tanpa sari buah srikaya) Formula A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% Formula B : Konsentrasisari buah srikaya 5% Formula C : Konsentrasisari buah srikaya 7,5% Formula D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% Formula E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% Formula F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% Formula G : Gliserin 2% (sebagai pembanding) x : Perubahan warna
y : Perubahanbau
z : Pecahnyaemulsi
- : Tidakterjadiperubahan + : Terjadiperubahan
Rusak atau tidaknya suatu sediaan emulsi yang mengandung bahan yang
bau. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan
dengan penambahan suatu anti oksidan. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh
jamur atau mikroba, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan
penambahan anti mikroba. Anti mikroba yang digunakan adalah nipagin.
Pada Tabel 4.1 halaman 27 dapat dilihat hasil pada sediaan krim blanko,
gliserin 2% dan krim sari buah srikaya dengan konsentrasi2,5; 5; 7,5; 10; 12,5;
dan 15% stabil selama penyimpanan 12 minggu, dimana pada sediaan krim tidak
terjadi perubahan warna, bau, dan pecahnya emulsi sehingga digunakan sebagai
pelembab. Dari hasil pengamatan stabilitas diperoleh bahwa dengan penambahan
nipagin 0,1% sebagai pengawet sudah cukup untuk menstabilkan emulsi.
4.3.3 pH sediaan
Menurut Tranggono dan Latifah (2007), hendaknya pH kosmetika diusahakan
sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5. pH sediaan
ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan yang dilakukan,
diperoleh data pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.
Hasil penentuan pH sediaan pada saat selesai dibuat, didapatkan bahwa
pH dari formula Blanko mempunyai pH 6,56; formula A mempunyai pH 6,50;
formula B mempunyai pH 6,50; formula C mempunyai pH 6,26; formula D
mempunyai pH 6,23; formula E mempunyai pH 6,20; formula F mempunyai pH
6,16; dan formula G mempunyai pH 6,26. Menurut Balsam dkk. (1972), pH untuk
sediaan krim adalah 5-8, sehingga sediaan diatas memenuhi syarat pH untuk krim
Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai di buat
Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu
Formula pH
Blanko (dasar krim tanpa sari buah srikaya) Formula A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% Formula B : Konsentrasisari buah srikaya 5% Formula C : Konsentrasisari buah srikaya 7,5% Formula D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% Formula E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% Formula F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% Formula G : Gliserin 2% (sebagai pembanding)
4.3.4 Tipe emulsi sediaan
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan
Tabel 4.4 Data penentuan tipe emulsi sediaan
Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan
Ya Tidak
Blanko (dasar krim tanpa sari buah srikaya) Formula A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% Formula B : Konsentrasisari buah srikaya 5% Formula C : Konsentrasisari buah srikaya 7,5% Formula D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% Formula E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% Formula F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% Formula G : Gliserin 2% (sebagai pembanding)
Menurut Syamsuni (2006), untuk membedakan tipe emulsi dapat
dilakukan dengan pengenceran fase dan pengecatan atau pewarnaan. Emulsi tipe
m/a dapat diencerkan dengan air dan memberikan warna biru jika ditambah
metilen biru, karena metilen biru larut dalam air.
Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada Tabel 4.4 diatas, formula
krim dengan konsentrasi sari buah srikaya 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; 15%, gliserin
2%dan blanko menunjukkan biru metil dapat larut dalam krim tersebut.
Dengan demikian larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan
bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi m/a. Ini menunjukkan
4.3.5 Uji daya iritasi terhadap kulit sukarelawan
Pengujian dilakukan dengan mengoleskan krim di belakang telinga dan
dibiarkan selama 24 jam. Dari hasil pengujian, diperoleh data pada Tabel 4.5 di
bawah ini,
Tabel 4.5 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan
Pernyataan Sukarelawan
Menurut Wasitaatmadja (1997), pengujian pada kulit dilakukan untuk
mencegah terjadinya efek samping terhadap kulit dengan mengoleskan sediaan
pada bagian depan lengan bawah atau di belakang daun telinga, dan sediaan dapat
digunakan jika setelah 24 – 48 jam tidak terjadi reaksi kulit yang tidak diinginkan.
Dari data tabel di atas, ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa eritema,
papula, dan vesikula pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan. Dari uji iritasi
menunjukkan krim pelembab dari buah srikaya aman untuk digunakan.
4.3.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
Pengujian dilakukan terhadap 12 orang panelis yang berusia 20-30 tahun
yang berjenis kelamin perempuan, berbadan sehat, tidak ada riwayat penyakit
Tabel 4.6 Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
Panelis
Persentase Pengurangan Penguapan Air Dari Kulit Pada Masing-masing Formula (%)
Blanko A B C D E F G
Blanko (dasar krim tanpa saribuah srikaya) Formula A : Konsentrasi sari buah srikaya 2,5% Formula B : Konsentrasisari buah srikaya 5% Formula C : Konsentrasisari buah srikaya 7,5% Formula D : Konsentrasi sari buah srikaya 10% Formula E : Konsentrasi sari buah srikaya 12,5% Formula F : Konsentrasi sari buah srikaya 15% Formula G : Gliserin 2% (sebagai pembanding)
Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa krim dari sari buah srikaya pada
formula A mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 13,06%, formula
B mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 22,53%, formula C
mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 27,93%, formula D mampu
mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 33,29%, formula E mampu
mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 38,81%, dan untuk formula F mampu
dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko, dimana
sediaan dengan penambahan gliserin 2% mampu mengurangi penguapan air
sebesar 40,40% sedangkan blanko hanya mampu mengurangi penguapan air
sebesar 6,33%.
Berdasarkan Tabel 4.6 halaman 32 menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi sari buah srikaya yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin
tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut menahan penguapan air dari kulit,
terlihat pada formula F dengan konsentrasi 15% merupakan persentase tertinggi
pengurangan penguapan air dari kulit. Apabila dibandingkan dengan persentase
kemampuan sediaan pembanding yaitu gliserin 2% dalam mengurangi penguapan
air dari kulit, maka yang mendekati dengan kemampuan sediaan gliserin 2% yaitu
sediaan sari buah srikaya dengan konsentrasi 12,5%.
Perbedaan nilai persentase kemampuan mengurangi penguapan air dari
kulit berbeda dari setiap panelis di sebabkan oleh perbedaan cuaca pada saat
pengujian dan banyaknya keringat yang dihasilkan oleh tiap panelis tidak sama
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Sari buah srikaya (Annona squamosa L.) dapat diformulasikan ke dalam
bentuk sediaan krim pelembab tangan dan badan dengan tipe emulsi m/a.
Sediaan krim yang dihasilkan semuanya homogen, tidak menimbulkan
iritasi pada kulit dan stabil pada penyimpanan selama 12 minggu.
2. Penambahan sari buah srikaya kedalam sediaan krim pelembab tangan dan
badan dapat mengurangi penguapan air pada kulit. Semakin tinggi
konsentrasi sari buah srikaya yang ditambahkan pada sediaan krim, maka
semakin tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi
penguapan air dari kulit. Dibandingkan dengan gliserin 2%, krim dengan
konsentrasi sari buah srikaya 12,5% sudah menyamai kemampuan
pengurangan penguapan air dari gliserin sedangkan pada konsentrasi 15%
kemampuan pengurangan penguapan airnya jauh lebih baik dan krim
masih stabil.
5.2 Saran
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan uji anti aging dari
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2012). Seputar Kulit dan Perawatannya
Alex, S. (2011). Budidaya dan Khasiat Srikaya Untuk kesehatan dan Bisnis Makanan. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru Press. Hal. 2-32.
Anief, M. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 132.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 491.
Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Edisi Kedua. New York. John Willy and Son Inc. Hal. 179-218.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 8.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 356.
Effionora, A., (2012). Ekspisien dalam Sediaan Farmasi: Karakterisasi Dan Aplikasi. Jakarta. Dian Rakyat. Hal. 190-198.
Holistic Health Solution. (2012). Khasiat Fantastis Sirsak Vs Srikaya. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Hal. 65-89.
Lachman, L., Liberman, A.H., dan Kanig, J.L. (1994). Teori dan Pratek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 1093, 1117.
Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Kesatu. Amsterdam: Elsevier Science B.V.Hal. 13,19-21.
Naveed, A., Zaman, S., Khan, A. B., Haji, M, Khan, S., Ahmad, M., Rasool, F., Mahmood, A., dan Rasul, A. (2010). Evaluation of Various Functional Skin Parameters Using a Topical Cream of Calendula officinalis Extract. African Journal of Pharmacy and Pharmacology. 5(2): 199.
Purnomo, H. (1995). Aktivitas Air dan Peranannya Dalam Pengawetan Pangan. Jakarta: UI Press. Hal. 47.
Sitaram, D. (2009). Herbs in Cosmetics, Are They Effective?. Chemical Weekly. 7: 193.
Soedarso. (2012). Srikaya Buah Unik Pelindung Serangan Jantung. Surabaya: Penerbit Stomata. Hal. 2-29.
Syamsuni. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 133.
Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 76-77.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 62-63, 111-112.
Wirakusumah, E.S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 3-6.
LAMPIRAN
Lampiran 2. Gambar buah srikaya
Lampiran 4. Gambar alat freeze dryer
A
B
Keterangan :
Lampiran 5. Gambar sediaan krim setelah dibuat
Blanko A B C D E F G
Tampak depan
D E F G
Blanko A B C
Tampak atas
Keterangan :
Lampiran 6. Gambar sediaan krim setelah penyimpanan 12 minggu
Blanko A B C D E F G
Tampak samping
D E F G
Blanko A B C
Tampak atas
Keterangan :
Lampiran 7. Gambar uji homogenitas krim
Keterangan :
Lampiran 8. Gambar uji tipe emulsi
Keterangan :
Lampiran 10. Gambar rangkaian alat yang digunakan pada pengujian penguapan air pada kulit
A
B C
D keterangan :
A. Gambar rangkaian alat pada saat pengujian B. Gambar tutup pot plastik berlubang
Lampiran 11. Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan
Pertambahan berat
Pertambahan berat = berat akhir – bera tawal
Berat awal = 10,01 gr
Berat akhir = 10,15 gr
Pertambahan berat = 140 mg
Persentase pengurangan penguapan
= pertambahan berat tanpa sedíaan – pertambahan berat sediaan
Diketahui : Pertambahan berat tanpa sediaan = 230 mg
Pertambahan berat sediaan = 140 mg
Jadi, persentase pengurangan penguapan air dari kulit adalah
% = 230 mg–140 mg x 100% 230 mg
= 39,13%
pertambahan berat tanpa sediaan
Lampiran 12. Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari
Lampiran 12. (lanjutan)
Lampiran 12. (lanjutan)
Lampiran 12. (lanjutan)
Lampiran 12. (lanjutan)
Lampiran 12. (lanjutan)