PENGGUNAAN SARI BUAH ANGGUR HIJAU
( Vitis vinifera L ) DALAM SEDIAAN KRIM
PELEMBAB
SKRIPSI
OLEH:
ELISABET H.F SIAHAAN
NIM 050804007
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGGUNAAN SARI BUAH ANGGUR HIJAU
( Vitis vinifera L ) DALAM SEDIAAN KRIM
PELEMBAB
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
ELISABET H.F SIAHAAN
NIM 050804007
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PENGESAHAN SKRIPSI
PENGGUNAAN SARI BUAH ANGGUR HIJAU
( Vitis vinifera L ) DALAM SEDIAAN KRIM
PELEMBAB
OLEH:
ELISABET H.F SIAHAAN
NIM 050804007
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Pada tanggal: September 2011
ABSTRAK
Kulit yang kering memerlukan pelembab yang biasanya berbentuk krim.
Bahan pelembab yang biasanya digunakan antara lain gliserin. Buah anggur hijau
(Vitis vinifera L.) adalah bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan
pelembab kulit karena kaya akan vitamin A, B1, B6, C dan E. Selain vitamin,
buah anggur hijau juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat
besi, karbohidrat, protein dan lemak. Berdasarkan kandungannya,maka dilakukan
penelitian dengan menggunakan sari buah anggur hijau yang telah dipekatkan
menjadi sediaan krim pelembab.
Pada penelitian ini digunakan sari buah anggur hijau (Vitis vinifera L.)
sebagai pelembab dalam dasar krim m/a (minyak/air). Konsentrasi sari buah
anggur hijau yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kemudian
dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko.
Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas,
pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi
terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari
kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang
dihasilkan adalah homogen. Hasil pengamatan stabilitas selama penyimpanan 1,
4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar menunjukkan bahwa sediaan krim
stabil. Sediaan krim yang dihasilkan mempunyai pH 5,96-6,36. Merupakan tipe
emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian
kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi
konsentrasi buah anggur hijau yang ditambahkan ke dalam sediaan krim akan
semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air
dari kulit.
ABSTRACT
Dry skin need a moisturizer that is usually shaped cream. The ingredients
moisturizing that are commonly used include glycerin. Grape fruit ( Vitis vinifera
L.) is a natural material that can be used skin moisturizer because it is rich in
vitamins A, B1, B6, C and E. Beside vitamin, green grape fruit also has mineral as
calcium, phosphor, potassium, iron, carbohydrate, protein and lipid. Based on its
contents, when conducting research using guava juice has concentrated into
moisturizing cream preparations.
A research about using of green grape juice (Vitis vinifera L.) as
moisturizer in o/w (oil/water) cream base has been done. The concentration of
green grape juice were 2.5%; 5%; 7.5%; 10%, and then they were compared with
2% glycerine and control preparation. Some test have been done to the preparation
including: homogeneity test, stability examination, pH value, type of emulsion,
skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of
water from the skin using 6 volunteers.
The result of the homogenity test showed that the moisturizing cream
preparation was homogenous. The result of stability during 1, 4, 8, and 12 weeks
storage in room temperature shows that cream is stabil, with pH 5,96-6,36, was
o/w emulsion type, didn’t irritate, didn’t induce also rough on skin. The result of
water vaporization inhibition shows that the higher the consentration of green
grape juice added to the cream preparation, the higher the ability of the cream to
inhibit water vaporization from the skin.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan rahmat
kasih dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “ Penggunaan Sri Buah Anggur Hijau ( Vitis vinifera L. ) Dalam
Sediaan Krim Pelembab “ . Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara.
Terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada Ayahanda dan Ibunda
tercinta, Drs Djoni Siahaan dan K. Laban, Om Ony Lameng dan Mama Neny
yang tiada pernah ada hentinya berkorban dengan tulus ikhlas bagi kesuksesan
penulis, juga kepada suamiku Jhonas Situmorang S.STP , Adikku tersayang
Kristina Siahaan, S.si yang selalu setia memberi doa, dorongan dan semangat.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus
dan ikhlas kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
USU Medan yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikan.
2. Ibu Dra Fat Aminah M.Sc, Apt dan Ibu Prof Dr. Julia Reveny, M.Si.,Ph.D.,Apt
pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan nasehat selama
penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dra Djendakita Purba M.Si , Apt selaku penasehat akademik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.
4. Ibu Juanita Tanuwijaya M.Si., Apt., Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt.
memberikan kritik, saran, dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Ibu kepala Laboratorium Kosmetologi Farmasi USU yang telah memberikan
bantuan dan fasilitas selama penulis melakukan penelitian.
6. Sahabat-sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu per satu terima kasih atas
doa, dukungan, dan motivasinya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
kefarmasian.
Medan, Oktober 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
COVER……….i
HALAMAN PENGESAHAN……….iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Hipotesa ... 3
1.4. Tujuan Penelitian ... 4
1.5. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Uraian Buah Anggur hijau ... 5
2.1.1 Manfaat dan Kandungan Buah Anggur hijau ... 5
2.2. Kulit ... 6
2.2.1 Anatomi Kulit ... 7
2.2.3 Jenis Kulit ... 10
2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecantikan ... 11
2.3. Krim ... 12
2.3.1 Krim Tangan dan Badan... 13
2.3.2 Krim Pelembab ... 13
2.4. Emulsi ... 14
2.4.1 Stabilitas Emulsi ... 15
2.5. Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab ... 15
2.6. Silika Gel... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 18
3.1. Alat-alat... 18
3.2. Bahan-bahan ... 18
3.3. Sukarelawan ... 18
3.4. Prosedur kerja ... 18
3.4.1. Pembuatan sari buah anggur hijau ... 18
3.4.2. Formula dasar krim ... 19
3.4.3. Pembuatan sediaan krim ... 20
3.5. Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 21
3.5.1. Pemeriksaan homogenitas ... 21
3.5.2. Pengamatan Stabilitas Sediaan Setelah Selesai Dibuat, Penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 21
3.5.3. Penentuan pH sediaan ... 21
3.8. Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi
Penguapan Air Dari Kulit ... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
4.1. Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 24
4.1.1. Uji homogenitas ... 24
4.1.2. Penentuan pH sediaan ... 24
4.1.3. Pengamatan Stabilitas Sediaan Setelah Selesai Dibuat, Penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 25
4.2. Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 26
4.3. Tipe Emulsi Sediaan ... 27
4.4. Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ... 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 30
5.1. Kesimpulan ... 30
5.2. Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 31
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Formula Sediaan Krim ... 20
Tabel 2. Data Pengukuran pH Sediaan ... 24
Tabel 3. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat
Sediaan Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu ... 25
Tabel 4. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 26
Tabel 5. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 27
Tabel 6. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit ... 28
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Gambar Persen Pengurangan Penguapan Air ... 28
Gambar 2. Gambar Buah Anggur hijau ... 33
Gambar 3. Gambar Buah Anggur hijau setelah di freezee dryer .. ... 33
Gambar 4. Gambar Sediaan formula krim ...34
Gambar 5. Gambar sediaan krim selama penyimpanan selama 12 minggu ...34
Gambar 6. Gambar uji tipe di atas objek gelas...35
Gambar 7. Gambar Alat freezee dryer ...35
Gambar 8. Gambar Alat pH meter ...36
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Gambar Buah anggur hijau ...33
Lampiran 2. Gambar Sediaan fomula krim pelembab dari buah anggur hijau ... 34
Lampiran 3. Gambar sediaan krim dalam penyimpanan selama 12minggu... 34
Lampiran 4. Gambar tipe emulsi...……..35
Lampiran 5. Gambar Alat Freezee drayer ...35
Lampiran 6. Gambar Alat pH meter...36
Lampiran 7. Gambar alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit………37
ABSTRAK
Kulit yang kering memerlukan pelembab yang biasanya berbentuk krim.
Bahan pelembab yang biasanya digunakan antara lain gliserin. Buah anggur hijau
(Vitis vinifera L.) adalah bahan alam yang dapat digunakan sebagai bahan
pelembab kulit karena kaya akan vitamin A, B1, B6, C dan E. Selain vitamin,
buah anggur hijau juga mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat
besi, karbohidrat, protein dan lemak. Berdasarkan kandungannya,maka dilakukan
penelitian dengan menggunakan sari buah anggur hijau yang telah dipekatkan
menjadi sediaan krim pelembab.
Pada penelitian ini digunakan sari buah anggur hijau (Vitis vinifera L.)
sebagai pelembab dalam dasar krim m/a (minyak/air). Konsentrasi sari buah
anggur hijau yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, kemudian
dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko.
Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas,
pengamatan stabilitas sediaan, penentuan pH, penentuan tipe emulsi, iritasi
terhadap kulit, dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari
kulit dengan menggunakan 6 orang sukarelawan.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang
dihasilkan adalah homogen. Hasil pengamatan stabilitas selama penyimpanan 1,
4, 8, dan 12 minggu pada temperatur kamar menunjukkan bahwa sediaan krim
stabil. Sediaan krim yang dihasilkan mempunyai pH 5,96-6,36. Merupakan tipe
emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian
kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi
konsentrasi buah anggur hijau yang ditambahkan ke dalam sediaan krim akan
semakin besar kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air
dari kulit.
ABSTRACT
Dry skin need a moisturizer that is usually shaped cream. The ingredients
moisturizing that are commonly used include glycerin. Grape fruit ( Vitis vinifera
L.) is a natural material that can be used skin moisturizer because it is rich in
vitamins A, B1, B6, C and E. Beside vitamin, green grape fruit also has mineral as
calcium, phosphor, potassium, iron, carbohydrate, protein and lipid. Based on its
contents, when conducting research using guava juice has concentrated into
moisturizing cream preparations.
A research about using of green grape juice (Vitis vinifera L.) as
moisturizer in o/w (oil/water) cream base has been done. The concentration of
green grape juice were 2.5%; 5%; 7.5%; 10%, and then they were compared with
2% glycerine and control preparation. Some test have been done to the preparation
including: homogeneity test, stability examination, pH value, type of emulsion,
skin irritation test, and the ability of the preparation to reduce the evaporation of
water from the skin using 6 volunteers.
The result of the homogenity test showed that the moisturizing cream
preparation was homogenous. The result of stability during 1, 4, 8, and 12 weeks
storage in room temperature shows that cream is stabil, with pH 5,96-6,36, was
o/w emulsion type, didn’t irritate, didn’t induce also rough on skin. The result of
water vaporization inhibition shows that the higher the consentration of green
grape juice added to the cream preparation, the higher the ability of the cream to
inhibit water vaporization from the skin.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,
dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan ke
dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud
untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan
tidak termasuk golongan obat . Definisi ini jelas menunjukkan bahwa kosmetika
bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan
penyakit. Obat bekerja lebih kuat dan dalam, sehingga dapat mempengaruhi
struktur dan faal tubuh (Wasitaatmadja, 1997).
Namun ternyata tidak mudah membedakan antara kosmetika dan obat
yang pemakaiannya topikal pada kulit semacam salep, krim, bedak, pasta, atau
losio. Meskipon tidak begitu jelas diutarakan oleh pembuat dan pengguna jasa
kosmetik, kosmetik juga diharapkan untuk menghasilkan suatu perubahan baik
dalam struktur maupun faal sel kulit, sekecil apa pun. Misalnya, perubahan
susunan sel kulit yang tua ke arah yang lebih muda, atau perubahan produksi
kelenjar keringat yang membentuk minyak permukaan kulit (Wasitaatmadja,
1997).
Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang
bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh
seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit
maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit
Ketika usia menjelang tua akan terjadi penuaan kulit, yang ditandai oleh
kulit yang kering, kasar, bersisik, bebercak cokelat atau putih tidak merata, kendur
menggelatung dengan kerut-kerutan dan lipatan-lipatan kulit jelas. Fungsi kulit
adalah menjaga kelembapan tubuh. Kelembaban dijaga dengan cara mencegah
keluaranya cairan dalam tubuh. Lapisan kulit bersifat kenyal (padat dan kencang),
terutama pada bagian lapisan tanduknya sehingga air tidak mudah keluar dari
tubuh. Kulit juga mempunyai daya mengikat air yang sangat kuat, yaitu mencapai
empat kali beratnya sehingga mampu mempertahankan tekstuk/bentuknya sendiri
(Dhody,1998).
Kulit sehat berarti kulit yang tidak menderita penyakit, baik penyakit yang
mengenai kulitnya secara langsung ataupun penyakit dalam tubuh yang secara
tidak langsung mempengaruhi kesehatan kulitnya. Penampilan kulit sehat dapat
dilihat dari struktur fisik kulit berupa warna, konsistensi kelembaban, kelenturan,
tebal dan tekstur kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Anggur hijau (Vitis vinifera L.) disebarkan ke Indonesia melalui Thailand.
Anggur hijau memiliki kulit buah berwarna hijau dan kuning dengan biji-biji kecil
keras tersebar di seluruh daging buahnya. Tidak banyak orang tahu bahwa
kandungan vitamin C pada anggur hijau lebih tinggi dari buah jeruk. Selain itu
buah ini juga lebih banyak mengandung kalium dibandingkan pisang. Kandungan
vitamin C yang tinggi membuat jambu berkhasiat menyehatkan tekstur
kulit.Selain vitamin C. anggur hijau juga mengandung vitamin A, B dan potasium
yang tak kalah tinggi dengan buah-buahan lain. Berbagai jenis vitamin itu,
berperan penting untuk menjaga kulit agar tetap bercahaya, segar, mengurangi
elastisitas kulit lebih terjaga. Bukan hanya itu makan anggur hijau dua kali sehari
dapat membantu menurunkan berat badan dan mencegah sembelit. Karena
kandungan serat yang tinggi pada buah yang manis ini (Anonim,2011).
Vitamin sangat penting untuk kesehatan dan kemulusan kulit.
Mengkonsumsi vitamin C jika ingin memiliki kulit indah, cerah, sehat, dan awet
muda. Vitamin C merupakan bahan utama dalam pembentukan kolagen yang
sangat penting bagi kulit. Dan anggur hijau adalah salah satu sumber vitamin C
terbaik yang dapat kita nikmati. Selain itu,Kekurangan vitamin A membuat kulit
kering dan bersisik. Anggur hijau juga kaya dengan vitamin A dan vitamin E
(Astrid,2010). Dengan alasan ini penulis meneliti pengaruh dari anggur hijau
dalam krim pelembab.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah sari buah anggur hijau (Vitis vinifera L.) dapat diformulasikan
kedalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.
2. Apakah sari buah anggur hijau (Vitis vinifera L.) mampu mengurangi
penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.
1.3 Hipotesa
1. Sari buah anggur hijau (Vitis vinifera L.) dapat diformulasikan ke dalam
2. Sari buah anggur hijau (Vitis vinifera L.) mampu mengurangi penguapan
air dari kulit atau melembabkan kulit dalam bentuk sediaan krim.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk memformulasikan sari buah anggur hijau (Vitis vinifera L.) dalam
sediaan krim tipe emulsi m/a.
2. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan sari buah buah anggur hijau
(Vitis vinifera L.) mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan
kulit dalam bentuk sediaan krim.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Buah Anggur hijau
Tanaman anggur hijau bukan merupakan tanaman asli indonesia. Dari
berbagai sumber pustaka menyebutkan bahwa tanaman anggur hijau diduga
berasal dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim
tropis.
Buah anggur hijau berbentuk bulat, bulat agak lonjong, lonjong, dan
daging buah berwarna putih ada yang merah tergantung pada varietasnya. Buah
memiliki kulit tipis dan permukaannya halus sampai kasar. Buah yang telah
masak dagingnya lunak, sedangkan yang belum masak dagingnya agak keras dan
renyah. Buah berasa manis, kurang manis, dan hambar, tergantung dari
varietasnya (Bambang,2010)
2.1.1 Manfaat Dan Kandungan Buah Anggur hijau
Anggur hijau sangat tinggi kandungan vitamin C. Dari segi kandungan
vitamin C-nya, vitamin C dari buah anggur hijau putih sekitar 116-190mg,
sedangkan pada anggur hijau merah adalah 87 mg per 100 gram jambu. Vitamin C
berperan sebagai antioksidan yang berguna untuk melawan serangan radikal bebas
penyebab penuaan dini dan berbagai jenis kanker (Anonim, 2006).
Buah anggur hijau juga bermanfaat untuk pengobatan bermacam-macam penyakit,
menghilangkan rasa lelah dan lesu, demam berdarah, dan sariawan.(Bambang,
2010).
Adapun kandungan gizi pada anggur hijau dapat dilihat dalam tabel berikut:
Komponen gizi Jumlah Komponen gizi Jumlah
Karbohidrat 11.88 g Vitamin C 183,5 mg
Sumber : rujukan standar pada pusat gizi USDA keluaran (Anonim,2001).
2.2 Kulit
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
dari luar (Tranggono, 2007).
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya.
Lapisan lemak tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan
penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga mengandung air
sebagai pelembab alami, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi sangat penting
karena kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang dikandungnya
dan bukan pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam kulit sedikit maka
tersebut sehingga menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan
serta menjadi sumber infeksi (Tranggono, 2007).
2.2.1 Anatomi Kulit
Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis, dan
subkutis (subkutan).
1. Lapisan Epidermis
Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas:
• Stratum corneum (lapisan tanduk)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti,
tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat
sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin,
yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten
terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit
untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.
• Stratum lucidum (lapisan jernih)
Berada tepat dibawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis,
jernih, mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada telapak
tangan dan telapak kaki.
• Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir
kasar, berinti mengkerut.
Sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap
sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.
• Stratum germinativum (lapisan basal)
Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel
melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin (Tranggono,
2007).
2. Lapisan Dermis
Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan
elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2
bagian:
• Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
• Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah
subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya
serabut kolagen elastis dan retikulin.
3. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,
berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu
membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur
panas tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan
memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya
(Wirakusumah, 1994).
2.2.2 Fungsi Kulit
Kulit sebagai organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa fungsi
(Dhody, 1998), diantaranya sebagai berikut:
a. Kulit sebagai pelindung dan filter tubuh
Kulit memiliki kemampuan untuk memilih bahan-bahan penting yang
diperlukan oleh tubuh,seperti mencegah bakteri penyakit dan zat kimia
yang masuk kedalam tubuh. Di samping itu, kulit juga dapat melindungi
tubuh dari bahaya lingkungan, seperti panas sinar matahari, benturan fisik,
dingin, hujan, dan angin dengan cara membentuk perlindung asam kulit
secara alamiah, juga berfungsi mengekskresi.
Fungsi proteksi (Dwikarya, 2003), terjadi karena beberapa hal:
1. Keasaman (pH) kulit akibat keringat dan lemak kulit (sebum) menahan
dan menekan bakteri dan jamur yang berada di sekitar kulit.
2. jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ
tubuh dari benturan.
b. Kulit sebagai pengatur suhu tubuh
Kulit berfungsi membantu menjaga agar suhu tubuh tetap optimal dengan
cara melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas, lalu keringat akan
menguap dan tubuh akan terasa dingin kembali. Sebaiknya, bila tubuh
merasa kedinginan maka pembuluh darah dalam kulit akan menyempit
(vasokonstriksi) sehingga panas tubuh akan tetap tertahan.
Kelembaban dijaga dengan cara mencegah keluarnya cairan dalam tubuh.
Lapisan kulit bersifat kenyal, terutama pada bagian lapisan tanduknya
hingga air tidak mudah keluar dari dalam tubuh. Kulit juga mempunyai
daya mengikat air yang sangat kuat, yaitu mencapai empat kali beratnya
sehingga mampu mempertahankan teksturnya sendiri.
d. Kulit sebagai system syaraf yang sensitif
Kulit memiliki system saraf yang sangat peka terhadap pengaruh atau
ancaman dari luar, seperti dingin, panas, sentuhan, tekanan, dan sakit.
Oleh karena itu, kulit akan segera memberikan reaksi bila ada tanda-tanda
awal dari system syaraf tersebut seperti rasa gatal dan kemerahan.
2.2.3 Jenis Kulit
Ditinjau dari sudut perawatan (Wasitaatmadja, 1997), kulit terdiri atas 3 jenis:
1. Kulit Normal
Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak mengkilap atau kusam, segar
dan elastis dengan minyak dan kelembaban cukup.
2. Kulit Berminyak
Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang
berlebihan sehingga tampak mengkilat, kotor dan kusam. Biasanya pori
kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.
3. Kulit Kering.
Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang atau
sedikit sehingga pada perabaan terasa kering, kasar karena banyak lapisan
kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis dan mudah terlihat
2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecantikan Kulit
Masalah yang terjadi pada kulit disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari
dalam tubuh sendiri maupun dari luar (Wirakusumah, 1994), Adapun beberapa
faktornya adalah sebagi berikut:
a. Ras (bawaan)
keadaan kulit seseorang dapat tercermin pada kulit kedua orang tuanya.
Misalnya warna kulit ada yang hitam, putih, atau sawo matang. Demikian
pula dengan kulit halus, kasar atau berminyak.
b. Hormon
Kadar hormon estrogen (pada wanita) dan progesteron (pada pria) dalam
tubuh sangat mempengaruhi keadaan kulit. Misalnya timbulnya jerawat
pada saat menstruasi yang disebabkan meningkatnya hormon estrogen.
Hormon estrogen ini juga berperan dalam proses regenerasi kulit.
c. Alergi
Bagi sebagian orang ada memiliki jenis kulit sensitif dan alergi terhadap
benda-benda atau zat tertentu. Seperti perhiasan, jam tangan, kosmetik
maupun makanan. Gejala alergi ini dapat dilihat dengan berubahnya warna
kulit menjadi kemerahan, terasa gatal, menjadi bengkak bahkan sampai
ada yang terluka.
d. Iklim
Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada
kulit. Misalnya kulit akan menjadi kering. Oleh karena itu perlu
langsung, misalnya dengan menggunakan topi, payung, maupun krim tabir
surya.
e. Stres
Faktor psikologi dapat pula mempengaruhi kecantikan kulit, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2.3 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri
dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau
alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di
tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995).
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979).
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O seperti cold cream.
b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti vanishing cream .
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan
dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini
Untuk penstabilan krim ditambahkan zat antioksidan dan zat pengawet.
Zat pengawet yang sering digunakan adalah nipagin 0,12-0,18% dan nipasol
0,02-0,05% (Anief, 2004).
2.3.1 Krim Tangan dan Badan
Krim tangan dan badan adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
maksud melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering, tidak
bersisik, dan tidak mudah pecah. Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum
untuk mempertahankan agar permukaan kulit tetap lembut, lunak, dan terlindungi.
Krim tangan dan badan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Memberikan sumber kelembaban yang siap digunakan oleh kulit
2. Memberikan lapisan tipis minyak yang bersifat seperti sebum dan tidak
mempengaruhi respirasi kulit
3. Memberikan rasa lembut dan halus pada kulit,tidak terlalu berminyak
4. Mudah dikontrol (Ditjen POM, 1985).
2.3.2 Krim Pelembab
Umumnya krim pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan,
maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk
melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan air
dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan minyak
kulit awal. Kosmetika pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan dalam bentuk
cairan minyak tersebut (moisturizing oil), atau campuran minyak dalam air
(moisturizing cream) dan dapat ditambah atau dikurangi zat tertentu untuk tujuan
khusus (Wasitaatmadja, 1997).
1. Menutupi permukaan kulit dengan minyak (oklusif)
2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam
kulit
3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat
hidrofilik yang menyerap air
4. memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh sinar matahari yang
dapat mengeringkan kulit
2.4 Emulsi
Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase
dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase
kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air
dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase
minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut
kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian
besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah
menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan
diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985).
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting
agar memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan
membentuk film (lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan
film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan
dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe
M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe a/m dimana fase
Keuntungan dari tipe emulsi m/a (Voight, 1995), adalah:
1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit
2. Memberi efek dingin terhadap kulit
3. Tidak menyumbat pori-pori kulit
4. Bersifat lembut
5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit
2.4.1 Stabilitas Emulsi
Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika :
a. Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk
agregat dari bulatan-bulatan.
b. Jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik kepermukaan atau turun
kedasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam.
c. Jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan
membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar
emulsi, yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam.
Disamping itu suatu emulsi mungkin sangat dipengaruhi oleh kontaminasi
dan pertumbuhan mikroba serta perubahan fisika dan kimia lainnya (Ansel, 1989).
2.5 Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab
Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan,
zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985).
a. Emolien
Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari
lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.
Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.
c. Humektan
Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban
diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya
bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara
dan menahan air agar tidak menguap.
d. Zat pengemulsi
Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua
bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat,
trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).
e. Pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka
waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat
bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas
mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat
antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997).
e. Parfum
Pemilihan sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan dan wangi
yang ditimbulkan dari parfum dapat menambah daya tarik konsumen untuk
memilih produk yang ditawarkan oleh produsen (Lachman, 1994).
2.6 Silika Gel
Silika gel (SiO2) adalah terhidrat sebagian, amorf, terdapat dalam bentuk
granul seperti kaca dengan berbagai ukuran. Jika digunakan sebagai pengering,
air telah habis. Bahan berwarna tersebut dapat di kembalikan (dapat menyerap air
kembali) dengan memanaskannya pada suhu 110o hingga gel berubah warna
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN 3.1 Alat-Alat yang Digunakan
Neraca listrik (Mettler Toledo), pH meter (Orion EA 940), mikroskop,
freezee dryer (Modulyo, Edward, serial no: 3985), blender (Miyako), lumpang
porselen, stamfer, objek gelas, alat-alat gelas, tutup pot plastik, kain kasa,
penangas air, batang pengaduk, spatel, pot plastik, selotip transparan.
3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan
Asam stearat, setil alkohol,trietanolamin (TEA), gliserin, air suling,
nipagin, Natrium Metabisulfit, parfum, sari buah anggur hijau, silika gel, air
suling, parfum, metil biru, larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral
(7,01).
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan
kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 6 orang
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
4. Bersedia menjadi sukarelawan (Ditjen POM, 1985).
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Pembuatan sari anggur hijau
Buah anggur hijau yang sudah masak dengan berat 2,5 kg dikupas kulitnya
blander dan disaring, lalu dihasilkan sari sebanyak 700gram dan dikeringkan
dengan freezee dryer selama 48 jam pada suhu -40o dengan tekanan 2 atm, sampai
diperoleh sari buah anggur hijau yang kental sebanyak 54,2gram.
3.4.2 Formula Dasar Krim
Sebagai pembanding digunakan gliserin 2%
Konsentrasi sari buah anggur hijau yang digunakan dalam penelitian ini
3.4.3 Pembuatan Sediaan Krim
Formula yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Formula Sediaan Krim
Komposisi
Keterangan : SBAH : Sari Buah Anggur hijau
Cara Pembuatan:
Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan
dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dan Natrium metabisulfit
dilarutkan dalam air panas, lalu ditambahkan trietanolamin dan diaduk sampai
larut (massa II). Lalu ditambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang
panas sambil digerus secara terus menerus hingga terbentuk dasar krim. Sari buah
demi sedikit dasar krim dan digerus. Terakhir ditambahkan 3 tetes parfum dan
digerus sampai homogen.
3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.5.2 Pengamatan Stabilitas Sedíaan
Cara:
Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam gelas ukur 25 ml,
ditutup bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada
saat sedíaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan
pada temperatur kamar, bagian yang diamati berupa pecah atau tidaknya emulsi,
pemisahan fase, perubahan warna dan bau dari sedíaan.
3.5.3 Penentuan pH Sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Cara:
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar
standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat
menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling,
lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga
pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan.
(Rawlins, 2003).
3.6 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
Cara :
Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1
tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan
diamati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan
tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan
tersebut tipe emulsi a/m (Ditjen POM, 1985).
3.7 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan
Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara:
kosmetika dioleskan di belakang telinga, kemudian biarkan selama 24 jam dan
lihat perubahan yang terjadi berupa iritasi pada kulit, gatal dan pengkasaran
(Wasitaatmadja, 1997).
3.8 Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air
dari Kulit
Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm
yang dirangkai seperti pada lampiran 7,halaman 25.
Cara :
Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah sukarelawan
diberikan tanda berupa lingkaran yang sama diameternya dengan diameter tutup
dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan,
kemudiaan diletakkan pada desikator. Pada wadah plastik yang belum dilubangi
ditimbang 10 g silika gel. Wadah silika gel tersebut diselubungi dengan kain kasa
sehingga silika gel tersebut tidak jatuh meskipun wadah silika dibalikkan. Wadah
plastik yang lain dilubangi, kemudian wadah plastik disatukan dengan
menggunakan isolatip transparan, wadah yang berlubang berada pada bagian
bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup. Selanjutnya wadah plastik
diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah diolesi sediaan. Agar
wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk mencegah pengaruh
udara dari lingkungan maka digunakan isolatif transparan yang ditempelkan
sedemikian rupa pada lengan bagian bawah tersebut. Alat ini dibiarkan menempel
selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang digunakan ditimbang
kembali. Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan pembanding yaitu sediaan
yang menggunakan gliserin 2%, dan blanko sebagai kontrol pengujian tanpa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
4.1.1 Homogenitas Sediaan
Dari percobaan yang telah dilakukan pada sediaan krim pelembab tidak
diperoleh butiran-butiran, maka sediaan tersebut dikatakan homogen. Perlakuan
yang sama juga dilakukan terhadap sediaan pembanding yaitu blanko dan gliserin
2%, hasil yang diperoleh juga menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada
objek gelas.
4.1.2 pH Sedíaan
pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan
yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Data Pengukuran pH Sediaan
No Formula pH
Keterangan: SBAH: Sari Buah Anggur hijau
Menurut Balsam (1972), pH untuk kulit adalah 5-8, sediaan memenuhi
syarat sehingga aman digunakan dan tidak menyebabkan iritasi.
4.1.3 Stabilitas Sediaan
Tabel 3. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat Sediaan Selesai dibuat, 1, 4, 8 dan 12 minggu
Keterangan: SBAH : Sari Buah Anggur hijau x : Perubahan warna
Menurut Ansel (1989) rusak atau tidaknya suatu sediaan yang
mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya
suatu antioksidan. Antioksidan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
natrium metabisulfit. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh aktifitas bakteri dan
jamur, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan
pengawet. Pengawet yang digunakan adalah nipagin.
Dari data diatas di dapat hasil bahwa tidak terjadi perubahan warna, bau
dan pecahnya emulsi (pemisahan fase) pada formula blanko, sediaan SBAH 2,5%,
sediaan SBAH 5%, sediaan SBAH 7,5%, sediaan SBAH 10%, dan gliserin 2%
sehingga semua sediaan stabil dan dapat digunakan.
4.2 Data Uji Daya Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan Tabel 4. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Keterangan: + : Terjadi iritasi - : Tidak terjadi iritasi
a : Diuji pada saat selesai dibuat
Menurut Wasitaatmadja (1997), uji kulit yang dilakukan untuk
mengetahui terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika di
belakang daun telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel di atas,
ternyata tidak terlihat adanya efek samping berupa iritasi, gatal atau pengkasaran
pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan.
4.3 Tipe Emulsi Sediaan
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sediaan dengan menggunakan
biru metil adalah:
Tabel 5. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
No Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan
Ya Tidak
Keterangan: SBAH: SariBuah Anggur hijau
√ : Biru Metil Larut
Menurut Ditjen POM (1985), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat
dilakukan dengan menggunakan biru metil, jika biru metil terlarut bila diaduk
maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.
Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel di atas, formula
menunjukkan biru metil dapat larut dalam krim tersebut. Dengan demikian
larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan bahwa sediaan krim yang
dibuat mempunyai tipe emulsi m/a.
4.4. Penentuan Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Dari Kulit
Pengujian dilakukan terhadap 6 orang sukarelawan yang berusia 20-30
tahun yang berjenis kelamin wanita, data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air dari Kulit.
0
Grafik % Penguranganan Penguapan Air
Pada Masing-masing Formula
Gambar 1. Grafik Persen Pengurangan Penguapan Air
Dari data diatas dapat dilihat bahwa krim sari buah anggur hijau dengan
konsentrasi 2,5% mampu mengurangi penguapan air dari kulit, sebesar 13,64%
sampai 16,67%, untuk konsentrasi 5% mampu mengurangi penguapan air dari
kulit sebesar 20,37% sampai 26,67%, untuk konsentrasi 7,5% mampu mengurangi
penguapan air sebesar 36,67% sampai 42,86% sedangkan untuk konsentrasi 10%
mampu mengurangi peguapan air dari kulit sebesar 53,03% sampai 57,41%.
konsentrasi 2% dan blanko. Dimana sediaan dengan penambahan gliserin
konsentrasi 2% sudah mampu mengurangi penguapan air sebesar 54,76% hingga
59,09% sedangkan blanko hanya mampu mengurangi penguapan air sebesar
7,56% hingga 9,52%.
Dari data yang diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari
buah anggur hijau yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi
pula kemampuan sediaan krim tersebut menahan penguapan air dari kulit.
Dari data dapat diketahui bahwa penguapan air dari kulit antara krim sari
buah anggur hijau konsentrasi 10% dengan krim gliserin konsentrasi 2% yaitu
pada 1 sukarelawan memberikan hasil yang sama , pada 4 sukarelawan
memberikan hasil bahwa krim gliserin konsentrasi 2% lebih bagus dari pada krim
sari buah anggur hijau 10%, dan pada 1 sukarelawan memberikan hasil bahwa
krim sari anggur hijau konsentrasi 10% lebih bagus dari pada krim gliserin
konsentrasi 2%. Dari sini dapat disimpulkan bahwa penguapan air dari kulit
dengan menggunakan krim sari anggur hijau dengan konsentrasi 10% dan krim
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Sari buah anggur hijau ( Vitis vinífera.L ) dapat diformulasikan ke dalam
bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang dihasilkan
semuanya homogen, sediaan krim stabil pada penyimpanan selama 12
minggu, memiliki pH 5,8-6,4 dan sediaan krim sari buah anggur hijau
tidak menyebabkan iritasi kulit.
2. Penambahan sari buah anggur hijau kedalam sediaan krim dapat
mengurangi penguapan air pada kulit, dimana dari data yang diperoleh
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sari anggur hijau yang
ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula kemampuan
sediaan krim tersebut mengurangi penguapan air dari kulit.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meningkatkan konsentrasi
sari buah anggur hijau yang digunakan dan menggunakan metode lain dalam
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. (2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas.
Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal.71-72,132.
Anonim . (2011) .Anggur hijau Dapat Buat Kulit Mulus.
.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaam Farmasi. Edisi Keempat. Penerbit
Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 387-389.
Arief, P.S. (2010). Agribisnis Guava (jambu batu). Bandung: Penerbit CV
Pustaka Grafika. Hal.17.
Astrid,A. (2010).http://www.infoanak.com/jambu-biji-botoks-alami/
Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology. Second Edition. New
York. John Willy and Son, Inc. Page. 179.
Bambang,C. (2010). Sukses Budi Daya Anggur hijau Di Perkarangan dan
Perkebunan. Yogyakarta: Lily Publisher. Hal. 3.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta: Hal. 1197
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta: Hal. 8,33.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Hal. 22, 83, 97,
356.
Dhody, S.P. (1998). Agar Awet Muda. Ungaran: Pt Trubus Agriwidya. Hal. 2.
Dwikarya, Maria., DSSK (2003). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Penerbit
Kawan Pustaka. Hal. 2.
Hal. 18.
Lachman, L. (1994). Teori an Praktek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti
Suyatmi, Edisi ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal.1117-1118.
Rawlins, E. A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. 18th ed. London:
Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.
Santoso, D. (2001). Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit. Edisi Kedua.
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 1.
Tranggono, R. I. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 46.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.
Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit Jakarta:
Universitas Indonesia. Hal. 11-12,69,111-12.
Wirakusumah, E. S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi
Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 6-7, 8-10.
Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited
Hal. 40.
Gambar 2. Buah Anggur hijau
Lampiran 2. Sediaan Formula Krim Pelembab Dari Sari Buah Anggur hijau
Gambar 4. Sediaan Formula Krim
Lampiran 3.Gambar sediaan krim dalam penyimpanan selama 12 minggu
Lampiran 4. Gambar tipe emulsi
Gambar 6. Gambar uji tipe emulsi di atas objek gelas Lampiran 5. Gambar Alat freezee dryer
Lampiran 6. Gambar Alat pH meter
Lampiran 7. Gambar alat yang digunakan untuk pengujian penguapan air dari kulit
Rangkaian alat pada saat pengujian
Tutup Pot Plastik Tidak Berlubang Tutup Pot Plastik Berlubang
Rangkaian Kedua Tutup Pot Plastik
Lampiran 8. Perhitungan
Perhitungan persentase pengurangan penguapan air pada sukarelawan.
Contoh formula blanko pada sukarelawan I:
a. Pertambahan berat
Petambahan berat = berat akhir – berat awal
Berat awal = 10,03 g
Berat akhir = 10,25 g
Pertambahan berat = 220 mg
b. Presentase pengurangan penguapan
= pertambahan berat tanpa sediaan – pertambahan berat sediaan
Pertambahan berat tanpa sediaan = 220 mg
Pertambahan berat sediaan = 210 mg
Persentase pengurangan penguapan = ( 220 Mg – 210 Mg ) / 220 Mg
= ( 10 mg / 220 mg ) x 100 %
= 0.04545 x 100 %
= 4.5 %
Tabel 7. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Masing-masing Sukarelawan
Sukarelawan formula Berat
Awal (g)
Sukarelawan formula Berat
Sukarelawan formula Berat
Sukarelawan formula Berat
Sukarelawan formula Berat
Sukarelawan formula Berat