FORMULASI SEDIAAN KRIM DARI
KECAMBAH KACANG HIJAU (
Phaseolus radiatus
L.)
SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT
SKRIPSI
OLEH:
MARIA ULFA
NIM 081524040
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FORMULASI SEDIAAN KRIM DARI
KECAMBAH KACANG HIJAU (
Phaseolus radiatus
L.)
SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
MARIA ULFA
NIM 081524040
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
PENGESAHAN SKRIPSI
FORMULASI SEDIAAN KRIM DARI
KECAMBAH KACANG HIJAU (
Phaseolus radiatus
L.)
SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT
OLEH:MARIA ULFA NIM 081524040
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Pada tanggal: Juli2012
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt. NIP 195807101986012001 NIP 195504241983031003
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Pembimbing II, NIP 195807101986012001
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan ridhaNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi
sediaan krim dari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) sebagai
pelembab alami kulit” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepadaBapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Ucapan terimakasih kepada Ibu
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., dan ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt.,
selaku dosen pembimbing yang telah memberi motivasi dan membimbing penulis
dengan penuh kesabaran, tanggung jawab, tulus dan ikhlas selama penelitian
hingga menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada BapakDr. Kasmirul Ramlan
Sinaga, M.S., Apt., Ibu Dra.Nazliniwaty, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Suryadi
Achmad, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan
saran demi kesempurnaan skripsi ini. Serta kepada Ibu Dra. Saleha Salbi M.Si.,
Apt., sebagai dosen penasehat akademik yang telah membimbingpenulis selama
masa pendidikan.
Penulis juga tiada lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
dan anakku tercinta Reyan el-Fachri atas do’a, dukungan, motivasi dan perhatian
yang tiada hentinya kepada penulis. Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan
farmasi ekstensi stambuk 2008, 2009 yang memberikan saran, arahan dan
masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
kritik dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi ini.
Medan, Juli 2012
Penulis,
FORMULASI SEDIAAN KRIM DARI
KECAMBAH KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT
ABSTRAK
Kecambah kacang hijau atau disebut juga tauge merupakan tunas muda dari biji kacang hijau yang disemaikan.Kandungan gizinya yang lengkap dan cara pembuatannya yang mudah membuat kecambah ini banyak dijumpai di pedesaan dan pasar tradisional. Kecambah kacang hijau mengandung energi, protein, karbohidrat, kalsium, potasium, asam folat, fosfor, kalium, zat besi, vitamin A, vitamin B, vitamin E, vitamin C, seng, niacin, dan serat.
Kecambah kacang hijau juga baik untuk kecantikan yaitu membantu meremajakan dan menghaluskan kulit karena kecambah mengandung kadar vitamin E yang tinggi. Vitamin E merupakan antioksidan yang dapat melindungi sel dari serangan radikal bebas. Kecambah yang berbahan dasar kacang juga dipercaya kaya protein yang esensial untuk pergantian kulit.
Telah dilakukan penelitian terhadap sari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L) sebagai pelembabalami kulit. Konsentrasi sari kecambah kacang hijau yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, dan 15%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko.
Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, uji pH, uji emulsi, uji iritasi terhadap kulit dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen.Semua krim pelembab stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu. Sediaanmempunyai pH 6,73-6,80, sediaan krim pelembab yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari kecambah yang ditambahkan ke dalam sediaan krim pelembab maka semakin besar kemampuan sediaan krim pelembab tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.
FORMULATION OF CREAM PREPARATIONS GREEN BEAN SPROUTS (Phaseolus radiatus L.)
AS A NATURAL SKIN MOISTURIZER ABSTRACT
Green bean sprouts or bean sprouts also called the young shoots of green beans ware planted. Content of complete nutritional content and easy to make it in order to make these sprouts are often found in rural and traditional markets. Green bean sprouts contain energy, protein, fat, carbohydrates, calcium, potassium, zinc, folic acid, phosphorus, potassium, iron, vitamin A, vitamin B, vitamin E, vitamin C, niacin, and fiber.
Green bean sprouts also good for beauty, which helps rejuvenate and smooth the skin, because sprouts contain high levels of vitamin E. Vitamin E is an antioxidant that may protect cells from free radical attack. Based bean sprouts are rich in protein is also believed as essential for the change of skin.
Research has done on green bean sprout extract (Phaseolus radiatus L) as a moisturizer natural skin. Green bean sprouts ekstrct concentration used ware 2.5%, 5%, 7.5%, 10%, 12.5%, and 15%. Next compared with preparations containing 2% glycerol and blanko.
Several tests have been conducted on the dosage, among others: the homogenity test, pH test, the test emulsion, irritation of the skin test, and the ability of preparations to reduce water evaporation from the skin by using 12 volunteers.
Homogenity test results show that the resulting moisturizing cream preparations are homogen. All the moisturizers stable in storage for 12 weeks. The preparation has a pH of 6.73 to 6.80, moisturizers preparation produced an emulsion type m / a, not irritate the skin not make itch and not make rough skin. Results of testing the ability of reducing water evaporation from the skin showed higher concentrations of extract were added to the sprouts moisturizers dosage, the greater the ability of moisturizers preparation to reduce water evaporation from the skin.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesa ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Uraian Tanaman Kacang Hijau ... 5
2.1.1 Tanaman kacang hijau ... 5
2.1.2 Kecambah kacang hijau ... 5
2.1.3 Taksonomi kacang hijau ... 6
2.2 Kulit ... 7
2.2.1 Fungsi kulit ... 8
2.2.2 Struktur kulit ... 10
2.2.3 Jenis kulit ... 11
2.3 Krim ... 12
2.4 Kosmetik Untuk Kulit ... 14
2.4.1 Kosmetik pelembab ... 15
2.4.2 Syarat kosmetik pelembab ... 15
BAB III METODE PENELITIAN ... 16
3.1 Alat-alat Yang Digunakan ... 16
3.2 Bahan-bahan Yang Digunakan ... 16
3.2.1 Teknik pengambilan sampel ... 16
3.3 Sukarelawan ... 16
3.4 Prosedur Kerja ... 17
3.4.1Pengolahan kecambah ... 17
3.4.2Formula standard handcream ... 17
3.4.3Formula yang Dimodifikasi ... 18
2.4.4Pembuatan sediaan cream ... 18
3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 19
3.5.1Pemeriksaan homogenitas ... 19
3.5.2 Pengamatan stabilitas sediaan ... 20
3.5.3Penentuan pH sediaan ... 20
3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan ... 20
3.5.6Penentuan kemampuan sediaan untuk
mengurangi penguapan air dari kulit ... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 23
4.1.1Homogenitas sediaan ... 23
4.1.2 Stabilitas sediaan ... 23
4.1.3 pH sediaan ... 25
4.1.4 Tipe emulsi sediaan ... 27
4.1.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan ... 28
4.1.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit ... 29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31
5.1 Kesimpulan ... 31
5.2 Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 32
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Formula Sediaan Krim ... 19
2. Data Pengamatan Terhadap Kestabilan Sediaan Pada Saat
Sediaan Selesai Dibuat 1,4,8 dan 12 Minggu ... 24
3. Data Pengukuran pH Sediaan Setelah dibuat ... 25
4. Data Pengukuran pH Sediaan setelah penyimpanan selama
12 minggu ... 26
5. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 27
6. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 28
7. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan
Air Dari Kulit ... 29
8. Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Gambar Sediaan Krim setelah dibuat ... 34
2. Gambar Sediaan Krim setelah penyimpanan 12 minggu ... 35
3. Gambar uji homogenitas ... 36
4. Gambar uji emulsi ... 37
5. Gambar Proses perendaman kacang hijau ... 38
6. Gambar proses pembuatan kecambah kacang hijau setelah proses perendaman selama 12 jam ………... 40
7. Gambar Juice kecambah kacang hijau ... 41
8. Gambar Alat Freeze Dryer... 42
9. Gambar hasil Freeze Dryer ... 43
10. Gambar Alat pH Meter ... 44
11. Rangkaian Alat Yang Digunakan Untuk Pengujian Penguapan Air Dari Kulit ... 45
12. Perhitungan ... 46
13.Data Kemampuan Sediaan Untuk Mengurangi Penguapan Air Pada Masing-masing Sukarelawan ... 47
FORMULASI SEDIAAN KRIM DARI
KECAMBAH KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) SEBAGAI PELEMBAB ALAMI KULIT
ABSTRAK
Kecambah kacang hijau atau disebut juga tauge merupakan tunas muda dari biji kacang hijau yang disemaikan.Kandungan gizinya yang lengkap dan cara pembuatannya yang mudah membuat kecambah ini banyak dijumpai di pedesaan dan pasar tradisional. Kecambah kacang hijau mengandung energi, protein, karbohidrat, kalsium, potasium, asam folat, fosfor, kalium, zat besi, vitamin A, vitamin B, vitamin E, vitamin C, seng, niacin, dan serat.
Kecambah kacang hijau juga baik untuk kecantikan yaitu membantu meremajakan dan menghaluskan kulit karena kecambah mengandung kadar vitamin E yang tinggi. Vitamin E merupakan antioksidan yang dapat melindungi sel dari serangan radikal bebas. Kecambah yang berbahan dasar kacang juga dipercaya kaya protein yang esensial untuk pergantian kulit.
Telah dilakukan penelitian terhadap sari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L) sebagai pelembabalami kulit. Konsentrasi sari kecambah kacang hijau yang digunakan adalah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, dan 15%, kemudian dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin 2% dan blanko.
Beberapa pengujian telah dilakukan terhadap sediaan antara lain: uji homogenitas, uji pH, uji emulsi, uji iritasi terhadap kulit dan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit dengan menggunakan 12 orang sukarelawan.
Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab yang dihasilkan adalah homogen.Semua krim pelembab stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu. Sediaanmempunyai pH 6,73-6,80, sediaan krim pelembab yang dihasilkan merupakan tipe emulsi m/a, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan kulit gatal serta tidak menyebabkan kulit kasar. Hasil pengujian kemampuan pengurangan penguapan air dari kulit menunjukkan semakin tinggi konsentrasi sari kecambah yang ditambahkan ke dalam sediaan krim pelembab maka semakin besar kemampuan sediaan krim pelembab tersebut untuk mengurangi penguapan air dari kulit.
FORMULATION OF CREAM PREPARATIONS GREEN BEAN SPROUTS (Phaseolus radiatus L.)
AS A NATURAL SKIN MOISTURIZER ABSTRACT
Green bean sprouts or bean sprouts also called the young shoots of green beans ware planted. Content of complete nutritional content and easy to make it in order to make these sprouts are often found in rural and traditional markets. Green bean sprouts contain energy, protein, fat, carbohydrates, calcium, potassium, zinc, folic acid, phosphorus, potassium, iron, vitamin A, vitamin B, vitamin E, vitamin C, niacin, and fiber.
Green bean sprouts also good for beauty, which helps rejuvenate and smooth the skin, because sprouts contain high levels of vitamin E. Vitamin E is an antioxidant that may protect cells from free radical attack. Based bean sprouts are rich in protein is also believed as essential for the change of skin.
Research has done on green bean sprout extract (Phaseolus radiatus L) as a moisturizer natural skin. Green bean sprouts ekstrct concentration used ware 2.5%, 5%, 7.5%, 10%, 12.5%, and 15%. Next compared with preparations containing 2% glycerol and blanko.
Several tests have been conducted on the dosage, among others: the homogenity test, pH test, the test emulsion, irritation of the skin test, and the ability of preparations to reduce water evaporation from the skin by using 12 volunteers.
Homogenity test results show that the resulting moisturizing cream preparations are homogen. All the moisturizers stable in storage for 12 weeks. The preparation has a pH of 6.73 to 6.80, moisturizers preparation produced an emulsion type m / a, not irritate the skin not make itch and not make rough skin. Results of testing the ability of reducing water evaporation from the skin showed higher concentrations of extract were added to the sprouts moisturizers dosage, the greater the ability of moisturizers preparation to reduce water evaporation from the skin.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik perawatan yang bertujuan
untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti
udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut, berbagai penyakit
kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga
kulit menjadi lebih kering(Wasitaatmadja, 1997).
Krim adalah sediaan setengah padat,berupa emulsi yang mengandung air
tidak kurang dari 60% dimaksudkan untuk pemakaian luar.Bahan yang digunakan
mencakup zat emolien,zat sawar (barier),zat pengental dan pembentuk lapisan
tipis,zat penutup kulit yang berpori lebar,zat pengemulsi,zat pengawet, parfum
dan zat warna (Ditjen POM,1985).
Kulit merupakan organ esensial dan vital yang mengandung lapisan lemak
tipis yang berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang
menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum
untuk mempertahankan agar permukaan kulit tetap lembut, lunak, dan terlindung.
Jika sebum hilang maka permukaan kulit akan mudah pecah, kulit menjadi kering
dan bersisik. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan yaitu dengan
cara memberikan kosmetik pelembab kulit (Ditjen POM, 1985).
Pada dasarnya, sumber-sumber nabati yang ada di lingkungan kita selain
mengandung komponen dasar untuk sumber pangan, sandang dan industri, juga
memiliki manfaat bagi dunia farmasi, khususnya untuk kepentingan obat-obatan
bahan baku kosmetik, bahan alamiah ini mengandung bahan yang dapat
melindungi kulit dan telah banyak digunakan dalam formulasi produk-produk
kecantikan untuk masker, pelembab, body lotion, dan sebagainya. (Jaelani, 2009).
Kecambah atau disebut juga tauge merupakan tunas muda dari biji
kacang-kacangan yang disemaikan. Rasanya yang enak, kandungan gizinya yang lengkap
dan cara pembuatannya yang mudah membuat kecambah ini umum dijumpai
terutama di pedesaan dan pasar tradisional. Kecambah mengandung energi,
protein, lemak, karbohidrat, kalsium, potasium, seng, asam folat, fosfor, Kalium,
zat besi, vitamin A, vitamin B, vitamin E, vitamin C, niacin, serat dan glukosa.
Glukosa yang terkandung dalam kecambah dapat mengikat air di kult dan
mempertahankannya dikulit sehingga bisa dijadikan sebagai pelembab kulit
(Kusumo, 2011).
Kecambah atau tauge juga baik untuk kecantikan yaitu membantu
meremajakan dan menghaluskan kulit. Hal ini karena kecambah mengandung
kadar vitamin E yang tinggi. Vitamin E merupakan antioksidan yang dapat
melindungi sel dari serangan radikal bebas. Kecambah yang berbahan dasar
kacang juga dipercaya kaya protein yang esensial untuk pergantian
kulit.(Kusumo, 2010).
Secara alami vitamin mampu menangkap dan melindungi kulit dari radikal
bebas yang sangat reaktif yang menjadi penyebab utama kerusakan dan kelainan
kulit. Vitamin A, B, C, D, dan E jika digunakan secara topikal akan memberikan
manfaat yang tak kalah hebatnya dengan suplemen untuk mengobati penyakit dan
dicampurkan dalam krim, susu atau face mask, juga memiliki efek yang
menguntungkan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Vitamin A yang juga terkandung dalam kecambah berguna untuk
mengencangkan kulit, meminimalisir kerut dan garis-garis halus. Vitamin C
berguna sebagai sumber antioksidan yang sangat kuat, vitamin C juga sama
seperti vitamin A berfungsi untuk mengurangi kerutan di wajah dan juga
meningkatkan kehalusan kulit. Karena peranannya dalam mempertahankan
kolagen yang dapat mengikat sel-sel satu sama lain. Vitamin B berfungsi untuk
menangkal efek penuaan, selain itu vitamin ini dapat membantu memerangi
jerawat, meregenerasi kulit sehingga rona kulit menjadi lebih merata
(Wirakusumah, 1994).
Berdasarkan zat yang dikandungnya peneliti ingin melakukan penelitian
tentang sari kecambah sebagai bahan pelembab alami.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah sari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) dapat
diformulasikan dalam sediaan krim.
2. Apakahsari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)mampu
mengurangipenguapan air dari kulit.
1.3 Hipotesa
1. Sari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)dapat diformulasikan
dalam sediaan krim.
2. Sari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)mampumengurangi
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk memformulasi sediaan krim tipe m/a dengan sari kecambah kacang
hijau (Phaseolus radiatus L.).
2. Untuk mengetahui kemampuansari kecambah kacang hijau (Phaseolus
radiatus L.)mengurangi penguapan air dari kulit.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Kacang Hijau
2.1.1 Tanaman kacang hijau
Kacang hijau (Phaseolus radiatusL.) merupakan salah satu komoditas
tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia,
Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di
daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini
memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan
pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan
ketiga terpenting sebagai tanaman pangan, setelah kedelai dan kacang tanah
(Achyad dan Rasyidah, 2006).
Setiap 100 gram kacang hijau mengandung protein 7 gram, serat 7,6
gram, karbohidrat 19 gram, omega 3 dan omega 6, asam folat, riboflafin, vitamin
B, asam pantotenat, dan niasin. Selain itu kacang hijau juga kaya akan mineral
seperti potassium, magnesium, phosphor, kalsium, besi, zink dan
selenium(Achyad dan Rasyidah, 2006).
2.1.2 Kecambah kacang hijau
Kecambah kacang hijau (tauge) termasuk dalam kelas Dikotyledoneae
yaitu tanaman dikotil (memiliki biji berkeping dua). Kecambah dapat tumbuh
sepanjang tahun dan dipanen hanya dalam waktu 3-5 hari setelah tanam, mudah
tumbuh disegala iklim dan cuaca bahkan ditempat yang tidak terkena sinar
2.1.3 Taksonomi kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)
Kacang hijau (Phaseolus radiatus L)diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo :Fabales
Famili : Papilionaceae
Genus :Phaseolus
Spesies :Phaseolus radiatus L.
Nama lokal : Kacang Hijau
2.1.4 Kandungan dan Manfaat Kecambah Kacang Hijau
Setiap 100 gr kecambah (tauge) mengandung energi 50 kkal, kalsium 32
mg, potassium 235 mg, besi 897 mg, fosfor 75 mg, seng 960 mg, asam folat 160
mg, vitamin C 20 mg, dan vitamin B 163 mg. Kecambah mengandung senyawa
antioksidan yang lengkap seperti vitamin A, vitamin C, dan vitamin E serta
glukosa. Kecambah mempunyai vitamin lebih banyak dibandingkan dengan
bentuk bijinya. Selama proses berkecambah, kadar vitamin B meningkat 2,5
sampai 3 kali lipat. Demikian juga dengan vitamin E, mengalami peningkatan dari
24-230 mg per 100 gram biji kering menjadi 117-662 mg per 100 gr kecambah.
Vitamin C yang tidak terdapat dalam biji kacang mulai terbentuk dari hari
pertama berkecambah hingga mencapai 12 mg per 100 gr setelah 48 jam.
(Kusumo, 2010)
berguna sebagai sumber antioksidan yang sangat kuat, vitamin C juga sama
seperti vitamin A berfungsi untuk mengurangi kerutan di wajah dan juga
meningkatkan kehalusan kulit. Karena peranannya dalam mempertahankan
kolagen yang dapat mengikat sel-sel satu sama lain. Vitamin B berfungsi untuk
menangkal efek penuaan, selain itu vitamin ini dapat membantu memerangi
jerawat, meregenerasi kulit sehingga rona kulit menjadi lebih merata
(Wirakusumah, 1994).
Kecambah atau tauge juga baik untuk kecantikan, yaitu membantu
meremajakan dan menghaluskan kulit. Hal ini karena kecambah mengandung
kadar vitamin E yang tinggi. Vitamin E merupakan antioksidan yang dapat
melindungi sel dari serangan radikal bebas. Kecambah yang berbahan dasar
kacang juga dipercaya kaya protein yang utama dan esensial untuk pergantian
kulit(Wirakusumah, 1994).
Manfaat vitamin E selain dapat meningkatkan daya tahan tubuh,
membantu mengatasi stress, meningkatkan fertilitas, meminimalkan resiko kanker
dan penyakit jantung koroner vitamin E juga berperan sangat penting untuk
kesehatan kulit yaitu mampu menjaga dan meningkatkan elastisitas dan
kelembaban kulit, mencegah proses penuaan dini, melindungi kulit dari kerusakan
akibat radiasi sinar ultraviolet, serta mempercepat proses penyembuhan luka
2.2 Kulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan
keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya
sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap
tekanan dan infeksi dari luar. Selain itu, kulit merupakan suatu kelenjar holokrin
yang besar (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² dengan berat
kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi
tubuh(Wasitaatmadja, 1997).
2.2.1 Fungsi kulit
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik
maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti
zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas
atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur,
bakteri atau virus (Wirakusumah, 1994).
Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak
subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai
pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin
yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan
adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit
Permukaan kulit mempunyai keasaman (pH) tertentu yang berkisar antara
4,5-6,0 yang dibentuk oleh asam lemak permukaan kulit yang berasal dari sebum,
keringat, sel tanduk yang lepas, dan kotoran yang melekat pada kulit. Tingkat
keasaman itu dapat mengurangi atau mengendalikan berkembang biaknya
berbagai jasad renik (Wasitaatmadja, 1997).
Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai fungsi sebagai berikut:
− Kulit sebagai filter dan pelindung.
Kulit mempunyai kemampuan untuk memilih bahan-bahan yang penting bagi
tubuh sehingga dapat mencegah bakteri dan zat kimia masuk kedalam tubuh.
Selain itu, kulit dapat melindungi tubuh terhadap benturan fisik, sinar
matahari, panas dan dingin.
− Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam
jaringan tubuh.
Lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam tubuh. Kulit
mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit mengalami luka atau
retak daya ikat terhadap air akan berkurang.
− Kulit mengatur suhu tubuh.
Kulit membantu dan menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara
melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas. Keringat tersebut menguap
sehingga tubuh terasa dingin. Demikian pula sebaliknya, bila seseorang
merasa kedinginan, pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga
tubuh tahan akan rasa dingin.
Kulit terdiri dari sistem syaraf yang peka terhadap ancaman dari luar, seperti
dingin, panas, sentuhan, dan tekanan. Oleh karena itu, kulit segera
memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem syaraf
tersebut(Wirakusumah, 1994).
2.2.2 Struktur kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda.
Ketiga lapisan tersebut yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan
hipodermis (subkutan).
a. Lapisan epidermis (kutikel)
Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar terdiri
dari sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu:
− Lapisan tanduk (stratum korneum)
Adalah lapisan yang paling luar dan terdiri dari beberapa sel-sel gepeng
yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi
keratin (zat tanduk).
− Lapisan rintangan (stratum lusidum)
Terdapat dibawah lapisan tanduk, merupakan lapisan sel-sel gepeng
tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang
disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
− Lapisan butir (stratum granulosum)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar
dan terdapat inti diantaranya.
− Lapisan tajuk (stratum spinosum)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya
Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada
pembatasan demo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan
tuna juga termasuk sel-sel yang disebut melanocytes, yaitu sel-sel yang
memproduksi pigmen melanin.
b. Lapisan dermis
Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan
elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2
bagian:
1. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
2. Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan,
bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut
kolagen elastis dan retikulin.
c. Lapisan subkutan
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,
berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu
membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas
tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan
berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan
memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya
(Wirakusumah, 1994).
2.2.3 Jenis kulit
1. Kulit normal
Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan
elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
2. Kulit berminyak
Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang
berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori
kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.
3. Kulit kering
Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun
sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihatnya kerutan
(Wasitaatmadja, 1997).
2.3 Krim
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Ditjen POM, 1979).
Istilah krim secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah
padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air
dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih
diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi
mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang
dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan
estetika (Ditjen POM, 1995).
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok :
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak
tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi
butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini
bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi
dapat di stabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting
agar memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan
membentuk film(lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film
ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan dispers
sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe m/a
dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe a/m dimana fase terdisper
adalah air dan fase pendisper adalah minyak(Anief, 2004).
Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase
dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase
kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air
dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase
minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut
kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian
besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah
menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan
diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM,1985).
Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voight1995 adalah:
1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit
3. Tidak menyumbat pori-pori kulit
4. Bersifat lembut
5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit.
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan
dikenal sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan
ini(Lachman,1994).
Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena
memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak
serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung
air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin,
propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w
untuk mengurangi peguapan air dari permukaan kulit (Voight, 1995).
2.4 Kosmetik Untuk Kulit
Kosmetik menurut Peraturan Menteri kesehatan RI No.445/MenKes/1998
adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar
badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan
rongga mulut untk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan,
melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit.(Wasitaatmadja, 1997).
Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksudkan dengan ’tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit’ adalah sediaan
meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri dan
perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan
faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum, membantu
seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Wasitaatmadja, 1997).
2.4.1 Kosmetika pelembab
Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang
bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh
seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit
maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit
menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).
Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan
dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan
sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi
sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah
tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan
non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit
(Wasitaatmadja, 1997).
2.4.2 Syarat dari kosmetika pelembab
Syarat-syarat bagi preparat kosmetika pelembab, yaitu:
a. Enak dan mudah dipakai.
b. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan.
c. Bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur.
d. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat-Alat yang Digunakan
Neraca listrik, pH meter, mikroskop,freezee dryer, juicer, lumpang,
stamfer, objek gelas, alat-alat gelas, tutup pot plastik, kain kasa, penangas air,
batang pengaduk, spatel, pot plastik, selotip transparan.
3.2 Bahan-Bahan yang Digunakan
Asam stearat, setil alkohol, trietanolamin (TEA), gliserin, air suling,
nipagin, natrium metabisulfit, parfum, sari kecambah kacang hijau, silika gel.
3.2.1 Teknik pengambilan sampel
Pengambilan kacang hijau dilakukan secara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan adalah kecambah
kacang hijau (Phaseolus radiatus L).
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan
kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12
orang dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM,1985):
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Pengolahan kecambah
Kacang hijau 1,5 kg dicuci bersih dan direndam selama 12 jam, kemudian
ditiriskan dan dimasukkan dalam wadah yg dilapisi kapas basah, ditutup dan
dibiarkan selama 48 jam sampai tumbuh menjadi kecambah.(Gambar Proses
pembuatan kecambah kacang hijau dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 42).
Diperoleh kecambah sebanyak 5,6 kg, kecambah dibersihkan dan
diperoleh kecambah 5 kg, kemudian dihaluskan dengan juicer dan menghasilkan
juice kecambah 3,2 kg, kemudian ditambahkan Natrium metabisulfit 0,1% dan
dikeringkan dengan freeze dryer sampai diperoleh sari kecambah 123,71 gram.
3.4.2 Formula Standar Handcream (Young, 1972) Asam stearat 12 g
Setil alkohol 0,5 g
Sorbitol sirup 5 g
Propilen glikol 3 g
Trietanolamin 1 g
Gliserin 1-5 tetes
Nipagin 1 sendok spatula
Parfum 3 tetes
3.4.3 Formula yang dimodifikasi
Asam stearat 12 g
Setil alkohol 0,5 g
Trietanolamin 1 g
Nipagin 0,1 g
Natrium metabisulfit 0,1 g
Ol. citri 3 tetes
Air suling ad 100 ml
Sari kecambah x %
3.4.4 Pembuatan sediaan krim
Konsentrasi sari kecambah kacang hijau yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu: 2,5 %, 5 %, 7,5 % , 10 %, 12,5 %, dan 15 % serta gliserin 2 %.Adapun
formula yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Cara Pembuatan:
Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan
dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dilarutkan dalam air panas, lalu
tambahkan Natrium metabisulfit dan trietanolamin dikocok sampai larut (massa
II). Lalu tambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil
digerus secara terus menerus hingga terbentuk dasar krim. sari kecambahdigerus
lalu tambahkan sedikit demi sedikit dasar krim dan digerus. Terakhir tambahkan 3
Tabel 1. Formula sediaan krim yang dibuat
Nipagin (mg) 100 100 100 100 100 100 100 100
Natrium Metabisulfit(mg) 100 100 100 100 100 100 100 100
Air suling (ml) ad 100 100 100 100 100 100 100 100
Ol. Citri (tetes) 3 3 3 3 3 3 3 3
Sari kecambah (%) - 2,5 5 7,5 10 12,5 15
-Keterangan : Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula A : Konsentrasi sari kecambah 2,5 % Formula B : Konsentrasi sari kecambah 5 %
Formula C : Konsentrasisari kecambah 7,5 % Formula D : Konsentrasi sari kecambah 10 % Formula E : Konsentrasi sari kecambah 12,5 %
Formula F : Konsentrasi sari kecambah 15 % Formula G : Gliserin 2 % ( Sebagai pembanding )
3.5Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.5.1 Pemeriksaan homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas.
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
3.5.2 Pengamatan stabilitas sedíaan
Cara:
Masing-masing formula sedíaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup
bagian atasnya dengan plastik. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat
sedíaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan pada
temperatur kamar, bagian yang diamati berupa pecah, pemisahan fase, perubahan
warna dan bau dari sedíaan.
3.5.3 Penentuan pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Cara:
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar
standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat
menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling,
lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan
elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga
pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan
(Rawlins, 2003).
3.5.4 Penentuan tipe emulsi sediaan
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan diletakkan diatas objek gelas, ditambahkan 1
tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Bila metil biru tersebar merata
3.5.5Uji iritasi terhadap sukarelawan
Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara:
kosmetika dioleskan di belakang telinga, kemudian biarkan selama 24 jam dan
lihat perubahan yang terjadi berupa eritema, papula, vesikula dan edema (Ditjen
POM, 1985).
3.5.6 Penentuan kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
ditentukan dengan menggunakan dua buah tutup pot plastik berdiameter 4,5 cm
yang dirangkai seperti pada Lampiran 11, halaman 45.
Cara:
Sediaan ditimbang sebanyak 100 mg. Pada bagian lengan bawah sukarelawan
diberikan tanda berupa lingkaran yang diameternya sama dengan diameter tutup
pot plastik yang digunakan. Dioleskan sediaan pada bagian tersebut. Sebelum
dipakai, silika gel dipanaskan terlebih dahulu agar dicapai berat konstan,
kemudian diletakkan pada desikator. Pada wadah plastik yang belum dilubangi
ditimbang 10 g silika gel. Wadah plastik yang lain dilubangi, kain kasa dijahit,
dimasukkan silika gel dalam kain kasa sehingga silika gel tersebut tidak jatuh
meskipun wadah silika gel dibalikkan, diletakkan di atas pot plastik kemudian
wadah pot plastik disatukan dengan menggunakan isolatip transparan. Wadah
yang berlubang berada pada bagian bawah, dan posisi kedua wadah menelungkup.
Selanjutnya wadah plastik diletakkan pada lengan bawah sukarelawan yang telah
diolesi sediaan. Agar wadah plastik tersebut dapat melekat dengan baik dan untuk
dibiarkan menempel selama 3 jam kemudiaan segera dilepas, silika gel yang
digunakan ditimbang kembali.Cara ini dilakukan untuk setiap sediaan dan
pembanding yaitu sediaan yang menggunakan gliserin 2%, dan blanko sebagai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
4.1.1 Homogenitas sediaan
Menurut Ditjen POM (1979), pengamatan homogenitas dapat dilakukan
dengan mengoleskan sediaan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain, lalu
diratakan, jika tidak ada butiran-butiran maka sediaan dapat dikatakan homogen.
Dari percobaan yang telah dilakukan pada sediaan krim pelembab tidak
diperoleh butiran-butiran, maka sediaan tersebut dikatakan homogen. Perlakuan
yang sama juga dilakukan terhadap sediaan pembanding yaitu formula dengan
gliserin 2% dan blanko, hasil yang diperoleh menunjukkan tidak adanya
butiran-butiran pada kepingan kaca. (Gambar dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 36).
4.1.2Stabilitas sediaan
Menurut Ansel (1989),suatu emulsi menjadi tidak stabil akibat
penggumpalan dari pada globul-globul (bulatan-bulatan) dari fase terdispersi
Rusak atau tidaknya suatu sediaan emulsi yang mengandung bahan yang mudah
teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau.
Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan dengan
penambahan suatu antioksidan. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh jamur atau
mikroba, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan anti
mikroba. Anti mikroba yang digunakan adalah nipagin.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa masing-masing formula yang
Tabel 2.Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai
Keterangan : Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula A : Konsentrasi sari kecambah 2,5% Formula B : Konsentrasisari kecambah 5% Formula C : Konsentrasisari kecambah 7,5% Formula D : Konsentrasi sari kecambah 10% Formula E : Konsentrasi sari kecambah 12,5% Formula F : Konsentrasi sari kecambah 15% Formula G : Gliserin 2% ( sebagai pembanding )
x : Perubahan warna y : Perubahan bau z : Pecahnya emulsi - : Tidak terjadi perubahan
+ : Terjadi perubahan
Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah
Dari Tabel 2 halaman 25 dapat dilihat hasil pada sediaan krim blanko,
gliserin 2% dan krim kecambah kacang hijau dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%,
10%, 12,5% dan 15% stabil selama penyimpanan 12 minggu, dimana pada
sediaan krim tidak terjadi perubahan warna, bau, dan pecahnya emulsi serta dapat
digunakan sebagai pelembab. Dari hasil pengamatan stabilitas diperoleh bahwa
dengan penambahan antioksidan dan pengawet 0,1% sudah cukup untuk
menstabilkan emulsi.
4.1.3 pH sediaan
pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari percobaan
yang dilakukan, diperolehdata pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3. Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai di buat
No Formula
pH
I II III Rata-rata
1 Blanko 6,90 6,80 6,70 6,80
2 A 6,80 6,80 6,70 6,76
3 B 6,90 6,90 6,70 6,83
4 C 6,80 6,90 6,70 6,80
5 D 6,90 6,70 6,80 6,80
6 E 6,80 6,80 6,80 6,80
7 F 6,80 6,70 6,70 6,73
Tabel 4. Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu
Keterangan : Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula A : Konsentrasi sari kecambah 2,5% Formula B : Konsentrasisari kecambah 5% Formula C : Konsentrasisari kecambah 7,5% Formula D : Konsentrasi sari kecambah 10% Formula E : Konsentrasi sari kecambah 12,5% Formula F : Konsentrasi sari kecambah 15% Formula G : Gliserin 2% ( sebagai pembanding )
Hasil penentuan pH sediaan pada saat selesai dibuat, didapatkan bahwa pH
dari formula Blanko mempunyai pH 6,80; formula A mempunyai pH 6,76;
formula B mempunyai pH 6,83; formula C mempunyai pH 6,80; formula D
mempunyai pH 6,80; formula E mempunyai pH 6,80; formula F mempunyai pH
6,73; dan formula G mempunyai pH 6,76. Setelah penyimpanan selama 12
minggu pH yang diperoleh sedikit turun di bandingkan dengan pH setelah dibuat.
semakin kecil pH yang di dapat. Menurut Balsam (1972), pH untuk sediaan krim
adalah 5-8, sehingga sediaan diatas memenuhi syarat pH untuk krim pelembab.
4.1.4 Tipe emulsi sediaan
Hasil percobaan untuk pengujian tipe emulsi sedíaan dengan
menggunakan biru metil dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Data penentuan tipe emulsi sediaan
No Formula Kelarutan Biru Metil Pada Sediaan
Ya Tidak
Keterangan : Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula A : Konsentrasi sari kecambah 2,5% Formula B : Konsentrasisari kecambah 5% Formula C : Konsentrasisari kecambah 7,5% Formula D : Konsentrasi sari kecambah 10% Formula E : Konsentrasi sari kecambah 12,5% Formula F : Konsentrasi sari kecambah 15% Formula G : Gliserin 2% ( sebagai pembanding )
Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada tabel 5 diatas, formula
krim dengan konsentrasi sari kecambah 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, 15%
Dengan demikian larutnya biru metil pada sediaan tersebut membuktikan
bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi m/a. (Gambar dapat
dilihat pada Lampiran 4, halaman 37). Ini menunjukkan bahwa sediaan krim
pelembab dari kecambah kacang hijau baik untuk kulit.
4.1.5 Uji daya iritasi terhadap kulit sukarelawan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh data pada Tabel 6.
Tabel 6.Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan N
Menurut Wasitaatmaja (1997), menyatakan uji kulit yang dilakukan untuk
mengetahui terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika
dibagian bawah lengan atau dibelakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam. Dari
data Tabel 6 halaman 28 dapat dilihat, ternyata tidak terlihat adanya efeksamping
berupa eritema, papula, vesikula dan edema yang ditimbulkan oleh sediaan. Dari
4.1.6 Kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
Tabel 7.Data kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit
No Sukarelawan Persentase pengurangan penguapan air pada masing-masing formula
Blanko A B C D E F G
Keterangan : Blanko (dasar krim tanpa sampel)
Formula A : Konsentrasi sari kecambah 2,5% Formula B : Konsentrasisari kecambah 5% Formula C : Konsentrasisari kecambah 7,5% Formula D : Konsentrasi sari kecambah 10% Formula E : Konsentrasi sari kecambah 12,5% Formula F : Konsentrasi sari kecambah 15% Formula G : Gliserin 2% ( sebagai pembanding )
Pengujian dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan yang berusia 20-30
tahun yang berjenis kelamin perempuan, berbadan sehat, tidak ada riwayat
Dari data pada Tabel 7 halaman 29 dapat dilihat bahwa krim dari sari
kecambah pada formula A mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar
20,00% sampai 29,41%, formula B mampu mengurangi penguapan air dari kulit
sebesar 25,00% sampai 41,17%, formula C mampu mengurangi penguapan air
dari kulit sebesar 26,31% sampai 47,05%, formula D mampu mengurangi
penguapan air dari kulit sebesar 30,00% sampai 52,94%, formula E mampu
mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 35,00% sampai 58,82%, dan untuk
formula F mampu mengurangi penguapan air dari kulit sebesar 40,00% sampai
61,90%. Pengukuran ini dibandingkan dengan sediaan yang mengandung gliserin
2% dan blanko, dimana sediaan dengan penambahan gliserin 2% sudah mampu
mengurangi penguapan air sebesar 35,00% sampai 44,44% sedangkan blanko
hanya mampu mengurangi penguapan air sebesar 10,00% sampai 17,64%.
Berdasarkan tabel 7 halaman 29 menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi sari kecambah yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin
tinggi pula kemampuan sediaan krim tersebut menahan penguapan air dari kulit,
terihat pada formula F dengan konsentrasi 15% merupakan persentase tertinggi
pengurangan penguapan air dari kulit. Apabila dibandingkan dengan persentase
kemampuan sediaan pembanding yaitu gliserin 2% dalam mengurangi penguapan
air dari kulit, maka yang mendekati dengan kemampuan sediaan gliserin 2% yaitu
sediaan sari kecambah dengan konsentrasi 7,5%.
Perbedaan nilai persentase kemampuan mengurangi penguapan air dari
kulit berbeda dari setiap sukarelawan di sebabkan oleh perbedaan cuaca pada saat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Sari kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L)dapat diformulasikan
ke dalam bentuk sediaan krim dengan tipe emulsi m/a. Sediaan krim yang
dihasilkan semuanya homogen dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit
serta krim stabil pada penyimpanan selama 12 minggu.
2. Penambahan sari kecambah kacang hijau kedalam sediaan krim dapat
mengurangi penguapan air pada kulit. Semakin tinggi konsentrasi sari
kecambah yang ditambahkan pada sediaan krim, maka semakin tinggi pula
kemampuan sediaan krim tersebut untuk mengurangi penguapan air dari
kulit. Dibandingkan dengan gliserin 2%, krim dengan konsentrasi sari
kecambah 7,5% sudah menyamai kemampuan pengurangan penguapan air
dari gliserin sedangkan pada konsentrasi 15% kemampuan pengurangan
penguapan airnya jauh lebih baik dan krim masih stabil.
5.2 Saran
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat membandingkan efek
dari sari kecambah kacang hijau sebagai pelembab dengan menggunakan formula
DAFTAR PUSTAKA
Achyad, D.E., dan Rasyidah, R. (2006).Kacanghijau.
hijau_phaseolusradiatus.htm. Kamis, 14Desember.
Anief, M.(2004). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Cetakan Kesebelas. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal. 132.
Ansel, H.C.(1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 491.
Azhara, dan Khasanah.(2011). Waspada Bahaya Kosmetik. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Flash Books. Hal. 21-22.
Balsam, M.S.(1972). Cosmetic Science and Technology. Edisi Kedua. New York. John Willy and Son, Inc. Hal. 179-218.
Ditjen POM.(1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 6.
Ditjen POM. (1979). Formularium Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 8.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 356.
Kusumo, R.A. (2010). Buah + Sayur = Sehat. Yogyakarta: Pionir Media. Hal.124-128.
Lachman, L., Liberman, A.H., dan Kanig, J.L. (1994). Teori dan Pratek Farmasi Industri II. Penerjemah: Siti Suyatmi, Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 1118.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 399-400.
Rawlins, E.A. (2003). Bentley's Textbook of Pharmaceutics. Edisi Ke delapan belas. London: Bailierre Tindall. Hal.22,355.
Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta:Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 76-77.
Wirakusumah, E.S. (1994). Cantik dan Bugar dengan Ramuan Nabati. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 3-6.
Young, A. (1972). Practical Cosmetic Science. London: Mills and Boon Limited