• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Klasifikasi dan penyebaran kelapa sawit merupakan pengetahuan dasar untuk memahami tanaman tersebut. Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Nama latin dari tanaman kelapa sawit dengan klasifikasi sebagai berikut ini :

Divisi : Embriyophyta siphonagama

Kelas : Angiospermae Ordo : Menocotyledonae

Family : Arecaceae

Sub famly : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Sumber : (Fauzi, dkk, 2014)

2.1.1 Klasifikasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan terdiri dari bunga dan buah.

(2)

a. Akar (Radix)

Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh kebawah dan kesamping membentuk akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Akar primer keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal serta menghujam tumbuh ke dalam tanah dengan sudut yang beragam.

Tabel 2.1 Pengelompokan Akar Kelapa Sawit Berdasarkan Lingkar

Nama akar Lingkar (mm)

Primer 6-10 mm

Skunder 2-4 mm

Tersier 0,7-2

Kuarter 0,1-0,3

Dengan perakaran tersebut, tanaman kelapa sawit seharusnya di budidayakan di lahan marijinal yang subur, kalaupun ingin dibudidayakan di jenis lahan lain, pengolahan lahan harus dengan tepat agar kelapa sawit dapat tumbuh subur dan beproduksi tinggi (Sunarko, 2014).

b. Batang (Caulis)

Menurut Pahan, (2010) batang kelapa sawit terdiri dari pembuluh-pembuluh yang terikat secara distrit dalam jaringan parenkim. Meristem pucuk terletak dekat ujung batang, dimana pertumbuhan batang sedikit agak membesar. Aktivitas meristem pucuk hanya memberikan sedikit kontribusi terhadap jaringan batang karena fungsi utamanya yaitu menghasilkan daun dan infloresen bunga. Seperti umumnya tanaman monokotil, sekunder tidak terjadi pada batang.

(3)

Batang mempunyai tiga fungsi utama yaitu :

1. Sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah.

2. Sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun kebawah.

3. Kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan.

c. Daun (Folium)

Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5-9 m. Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar 250-400 helai. Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daunnya lebih banyak. Berat kering satu pelepah dapat mencapai 4,5 kg. Pada tanaman dewasa ditemukan sekitaran 40-50 pelepah. Saat tanaman berumur sekitar 10-13 tahun luas permukaan daun mencapai 10-15 m (Fauzi, dkk, 2014).

d. Bunga (Flos)

Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu). Artinya, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan betina pada satu tandan (hermafrodit). Bunga muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya dapat menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk). Biasanya, beberapa bakal infloresen gugur pada fase-fase awal perkembangannya sehingga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan infloresen (Pahan, 2010).

e. Buah (Fructus)

Buah kelapa sawit diolongkan sebagai buah drupe, terdiri dari pericarp yang terbungkus oleh exocarp (kulit), mesocarp, dan endocarp (cangkang) yang

(4)

membungkus 1-4 inti/kernel (umumnya hanya satu). Pembagian tipe buah berdasarkan warna kulit buah di kelompokkan menjadi tiga tipe yaitu :

1. Nigrescens

Buah nigrescens berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitanam-hitaman pada waktu matang. Tipe buah nigrescens hampir dominan ditemukan pada varietas tenera.

2. Virescens

Pada waktu muda, buah virescens berwarna hijau dan ketika matang warnanya berubah menjadi kemerahan. Tetapi, ujungnya kehijau-hijauan. 3. Albescens

Pada waktu muda, buah albescens berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah matang berubah menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitam-hitaman.

Buah yang membrondol dari tandan buah dalam waktu 2-4 minggu atau sedikit lebih lama pada tandan buah yang besar. Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomi tinggi adalah bagian buahnya yang tersusun dalam sebuah tandan, biasa disebut TBS (Tandan buah segar) (Sunarko, 2014).

2.2 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit (Tanah)

Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar maupun dari tanaman kelapa sawit itu sendiri, faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi faktor lingkungan genetis, dan faktor teknis-agronomis. Dalam menunjang pertumbuhan dan proses produksi kelapa sawit, faktor tersebut saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Untuk mencapai produki kelapa sawit yang maksimal, diharapkan ketiga faktor tersebut selalu dalam keadaan yang optimal (Fauzi, dkk, 2014).

(5)

2.2.1 Tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Diantaranya, podosolik, latolosol, hidromorfik kelabu, alluvia, dan regosol. Namun, kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing jenis tanah tersebut tidak sama. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh yaitu sifat fisik dan sifat kimia tanah.

a. Sifat Fisik Tanah

Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah, dan kedalaman permukaan air tanah. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan tanah yang keras. Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20−60%, debu 10−40%, dan liat 20−50%. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut yang terlalu tebal.

b. Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi kandungan hara dan mineralnya. Keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah 4,0−6,5 sedangkan pH optimumnya adalah 5−5,5. Tanah yang memiliki pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, tetapi membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah dengan PH rendah biasanya dijumpai pada daerah yang pasang surut, terutama tanah gambut.

(6)

2.3 Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan merupakan langkah awal yang sangat menentukan bagi keberhasilan pertanaman. Hal ini juga berlaku dalam budidaya kelapa sawit. Budidaya tanaman kelapa sawit, dimana pertanaman kelapa sawit yang produktivitasnya tinggi selalu berasal dari bibit yang baik. Bibit yang baik akan diperoleh jika benih kelapa sawit dari pusat penelitian kelapa sawit (PPKS) atau sumber benih lainnya ditangani dengan baik sesuai pedoman. Pembibitan bertujuan untuk menyediakan bibit yang baik dan sehat dalam jumlah yang cukup. Hal ini hanya akan berhasil jika kita menggunakan bahan tanam (kecambah) yang berasal dari produsen benih resmi, memilih lokasi pembibitan yang strategis, dan menerapkan kaidah kultur teknis pembibitan (Darmosarkoro, dkk, 2008).

2.3.1 Tahapan Pembibitan

Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum dugunakan saat ini adalah pembibitan dua tahap (double stage) adalah pembibitan dilakukan pada polybag kecil atau tahap PN (pembibitan awal) terlebih dahulu hingga bibit (umur 3 bulan). Setelah bibit berumur 3 bulan kemudian bibit dipindahkan ke polybag besar atau tahap MN (pembibitan utama) hingga bibit siap tanam (umur 12 bulan) sementara yang dimaksud pembibitan satu tahap (single stage) adalah berupa kecambah kelapa sawit langsung ditanam pada polybag besar dan dipelihara hingga siap tanam (Darmosarkoro, 2008).

a. Pembibitan Awal (Pre nursery)

Pre nursery merupakan tempat kecambah kelapa sawit ditanam dan dipelihara hingga berumur tiga bulan. Pembibitan menggunakan polybag yang melewati tahap pre nursery dan main nursery termasuk ke dalam model pembibitan double stage. Sementara itu, pembibitan yang tidak melalui tahapan prenursery termasuk ke dalam single stage. Perbedaan single stage dan

(7)

double stage secara teknis di lapangan yaitu pada single stage, kecambah langsung ditanam terlebih dahulu di dalam polybag besar. Sementara itu, pada double stage kecambah ditanam terlebih dahulu di dalam polybag kecil saat prenursery, lalu di pindahkan ke dalam polybag besar setelah berumur 2-3 bulan.

b. Pembibitan Utama (Main Nursery)

Setelah berumur 2-3 bulan, bibit dipindahkan ke dalam polybag besar yang diatur dan ditata di areal pemibitan induk (main nursery). Pembibitan merupakan langkah awal yang sangat menentukan bagi keberhasilan budidaya kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit yang produktivitasnya tinggi selalu berasal dari bibit yang baik. Hal tersebut akan berhasil apabila menggunakan bahan tanam yang berasal dari produsen resmi, pembibitan awal (pre nursery) yang tepat, lokasi pembibitan yang strategis, penerapan kaidah kultur teknis pembibitan yang benar, dan tidak menggunakan bibit yang sumbernya tidak jelas (Sunarko, 2014).

2.3.2 Pemeliharaan Pembibitan

Pemeliharaan pembibitan merupakan faktor utama yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan program pembibitan. Tanpa pemeliharaan yang baik, bibit yang unggul tidak akan bisa mengekspresikan keunggulannya. Berikut pemeliharaan pembibitan meliputi :

a. Penyiraman

Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Namun, jika terjadi hujan pada hari sebelumnya, penyiraman tidak perlu dilakukan pada esok hari. Penyiraman dilakukan secara merata pada semua areal pembibitan. Bibit tidak perlu disiram terlalu banyak, setiap bibit membutuhkan 2-3 liter air/hari. Pekerja umumnya dalam sehari dapat menyiram sekitar 5.000 bibit.

(8)

b. Pengendalian Gulma

Gulma yang tumbuh di kantong polybag perlu disiang secara manual dengan rotasi 2 minggu sekali. Pelaksanaaan penyiangan biasanya diiringi dengan penambahan tanah pada kantong polybag. Penyiangan juga ditujukan untuk mencegah pengerasan permukaan tanah (Darmosarkoro, dkk, 2008).

c. Sleksi dan Pengawasan

Sleksi (Thinning out) merupakan pekerjaan untuk menyingkirkan atau memusnahkan bibit yang abnormal dan mempertahankan bibit yang betul-betul bermutu baik dan sehat untuk dialih tanamkan ke lapangan (Pahan, 2010).

d. Pemupukan

Pemupukan sangat bermanfaat untuk melengkapi persediaan unsur hara didalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapainya daya hasil produksi yang maksimal. Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut melalui produk yang dihasilkan serta memperbaiki kondisi tanah yang tidak menguntungkan atau mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit (Pahan, 2010).

Pemberian pupuk pada bibit sangat jelas memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan namun jika pemberian berlebihan akan berpengaruh menekan pertumbuhan bibit yang di budidayakan dan mungkin saja bibit akan mengalami over dosis. Interaksi antara unsur N, P, K, sangat nyata berbeda dan bibit sangat peka terhadap perobahan perimbangan antara unsur–unsur hara (BPM, 2010).

(9)

Tabel 2.2 Rekomendasi Pupuk untuk Pembibitan Kelapa sawit di Pembibitan utama (Main Nursery).

Minggu Majemuk 15.15.6.4 Majemuk 12.12.17.2 Kieserit (Mg) Dolomit (Mg) 2 2,5 - - - 3 2,5 - - - 4 5,0 - - - 5 5,0 - - - 6 7,5 - - - 8 7,5 - - - 10 10 - - - 12 10 - - - 14 - 10 7,5 10 16 - 10 - - 18 - 10 7,5 10 20 - 10 - - 22 - 15 10 15 24 - 15 - - 26 - 15 10 15 28 - 15 - - 30 - 20 15 22,5 32 - 20 - - 34 - 20 15 22,5 36 - 20 - - 38 - 25 15 22,5 40 - 25 - - Jumlah 50 230 80 117,5

(10)

2.4 Biomassa Pelepah Kelapa Sawit 2.4.1 Karakteristik Biomassa

Biomasaa kelapa sawit terbentuk melalui proses fotosintetis. Dalam proses ini, karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) diubah menjadi karbohidrat (CH2O) dengan menggunakan radiasi matahari yang diserap malalui klorofil di dalam kloroplas hijau daun. Karbohidrat digunakan oleh tanaman untuk mendukung keberadaan fungsi dirinya (diistilahkan sebagai respirasi pertumbuhan). Sementara, sisanya digunakan untuk produksi bahan kering vegetatif (daun, batang, dan akar) serta generatif (buah) (Pahan, 2010).

Biomassa merupakan sumber energi yang ramah lingkungan karena biasanya menggunakan kembali limbah organik. Biomassa pada umumnya mempunyai densitas yang cukup rendah, sehingga akan mengalami kesulitan dalam penanganannya. Densifikasi biomassa menjadi bahan bakar padat bertujuan untuk meningkatkan densitas dan mengurangi persoalan penanganan seperti penyimpanan dan pengangkutan. Secara umum densifikasi biomassa mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat menaikkan nilai kalor per unit volume, mudah disimpan dan diangkut serta mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam (Surono, 2010).

2.4.2 Bagian Pelepah

Pangkal pelepah daun atau petiole adalah bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya helaian daun. Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut :

1. Kumpulan anak daun (Leaflets) yang mempunyai helaian (Lamina) dan tulang anak daun (Midrib).

2. Rachis (Basis folii) yang merupakan tempat anak daun melekat.

(11)

4. Seludang daun (Sheath) yang berfungsi sebagai perlindungan dari kuncup dan memberi kekuatan pada batang.

5. Lidi (Nervatio), tepi daun (Margo folli).

6. Tepi daun (Margo folli) dan daging daun (Tervenium).

Daun dihasilkan dalam urutan-urutan yang teratur. Daun termuda yang sudah mengembang sempurna secara konvensional dinamakan daun nomor satu, sedangkan daun yang masih terbungkus seludang (Pupus daun atau spear leaf) dinamakan daun nomor nol.

2.4.3 Karakteristik Pelepah

Menurut Lubis, (2008) panjang cabang daun kelapa sawit diukur dari pangkalnya daun dapat mencapai 9 m pada tanaman dewasa sedangkan pada tanaman muda kurang dari angka tersebut. Panjang pelepah dapat bervariasi tergantung pada tipe varietasnya dan pengaruh kesuburan tanah. Pada tiap pelepah diisi oleh anak daun dikiri kanan rachis. Jumlah anak daun pada tiap isi dapat mencapai 125-200 anak daun. Anak daun yang di tengah dapat mencapai panjang 1,2 m. Berat satu pelepah dapat mencapai 4,5 kg berat kering. Pada satu pohon dewa sa dapat di jumpai 40-50 pelepah dan luas permukaan daun dapat mencapai 10-15 m2 pada tanaman dewasa yang berumur 10 tahun atau lebih. Untuk tercapainya produksi yang terbaik maka luas permukaan daun maksimum adalah 11m2.

Tanaman kelapa sawit yang tumbuh memiliki pelepah berjumlah 40-60 buah dengan panjang mencapai 7,5-9 meter, jumlah anak daun pada tiap pelepah antara 250-400 helai. Jumlah pelepah/pohon berpengaruh terhadap pertumbuhan akar, bobot tandan, dan produksi tandan buah segar (TBS), tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tandan. Pengaruh jumlah pelepah terhadap peningkatan produksi TBS mengikuti pola peningkatan bobot tandan, yaitu sampai batas tertentu semakin banyak jumlah pelepah/pohon maka produksi TBS meningkat.

(12)

Tabel 2.3 Kandungan Senyawa Kimia Penyusun Pelepah Kelapa Sawit

Unsur Kimiawi Pelepah Kelapa Sawit (%)

Selulosa 33,7 Hemiselulosa 35,9 Lignin 17,4 Slika 2,6 Abu 3,3 Nitrogen 2,38 Kalium 1,316 Kalsium 2,568 Magnesium 0,487 Posfor 157 Sulfur 0,40 Klorida 0,70

(13)

2.5 Biochar

2.5.1 Pengertian Biochar

Biochar adalah bahan padat kaya karbon hasil konversi dari limbah organik (biomassa pertanian) melalui pembakaran tidak sempurna atau suplai oksigen terbatas (Pyrolysis). Pembakaran tidak sempurna dapat dilakukan dengan alat pembakaran atau pirolisator dengan suhu 250℃ selama 1-3,5 jam, bergantung pada jenis biomassa dan alat pembakaran yang digunakan. Pembakaran juga dapat dilakukan tanpa pirolisator, tergantung kepada jenis bahan baku. Kedua jenis pembakaran tersebut menghasilkan biochar yang mengandung karbon untuk diaplikasikan sebagai pembenah tanah.Biochar bukan pupuk tetapi berfungsi sebagai bahan pembenah tanah (Wahyuni dan Sakiah, 2019).

Sumber biochar terbaik adalah limbah organik khususnya limbah pertanian. Potensi bahan baku biochar tergolong melimpah yaitu berupa limbah sisa pertanian yang sullit terdekomposisi atau dengan rasio C/N tinggi. Hingga saat ini pemanfaatan limbah organik dilakukan melalui proses pembakaran sempurna/tidak sempurna menjadi biochar (menghasilkan CO2), terdegradasi/terdekomposisi dilingkungan aerobik (juga menghasilkan CO2), atau terdegradasi/terdekomposisi dalam lingkungan anaerobik (menghasilkan CO2 serta CH4). Saat ini belum ada manfaat lainnya dari bahan-bahan yang miskin hara selain dimanfaatkan menjadi biochar melalui proses pembakaran tidak sempurna dan digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki lahan lahan marjinal (Ogawa, 2006).

Biochar banyak digunakan untuk mengatasi permasalahan pada tanah. Aplikasi biochar dapat meningkatkan Ph pada tanah masam, meningkatkan KTK tanah, menyediakan unsur hara N, P dan K. Biochar menjaga kelembapan tanah sehingga kapasitas menahan air tinggi dan meremediasi tanah yang tercemar logam berat seperti (Pb, Cu, Cd dan Ni). Serta pemberian biochar pada tanah juga

(14)

mampu meningkatkan pertumbuhan serta serapan hara pada tanaman (Satriawan dan Handiyanto, 2010).

Salah satu upaya perbaikan kualitas tanah yang dapat ditempuh adalah penggunaan bahan-bahan yang tergolong sebagai bahan pembenah tanah. Dalam upaya meningkatkan kualitas sifat fisik tanah, sebaiknya dipilih bahan pembenah dari bahan yang sulit terdekomposisi agar dapat bertahan lama dalam tanah. Bahan yang mudah diperoleh dan relatif murah adalah penggunaan limbah pertanian seperti tempurung kelapa, sekam padi, batang kayu bakau, tempurung kelapa sawit dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut sangat sulit didekomposisi, dan dalam penerapannya diperlukan proses antara lain yaitu pembakaran tidak sempurna (pyrolysis) sehingga diperoleh arang yang mengandung karbon aktif untuk diaplikasikan ke dalam tanah (Nurida dkk, 2009).

2.5.2 Pembuatan Biochar

Pembuatan biochar terdiri dari proses karbonisasi terhadap bahan baku dan prosesaktifasi hasil proses karbonisasi pada suhu tinggi. Proses karbonisasi adalah proses penguraian selulosa menjadi unsur karbon dan pengeluaran unsur-unsur nonkarbon yang berlangsung pada suhu 600-700 C.

Beberapa teknik pembuatan biochar telah tersedia dari yang tradisional sampai maju. Cara mana yang terbaik tergantung pada ketersediaan sumber daya dan skala usaha. Demikian pula bahan dasar yang digunakan akan mempengaruhi sifat-sifat biochar itu sendiri dan mempunyai efek yang berbeda-beda terhadap produktivitas tanah dan tanaman. Bahan baku pembuatan biochar umumnya adalah residu biomasa pertanian dan kehutanan seperti potongan kayu, tempurung kelapa, tandan kosong kelapa sawit, tongkol jagung, sekam padi atau kulit buah kacang-kacangan dan bahan organik daur ulang lainnya.

(15)

Biochar merupakan substansi arang kayu yang digunakan untuk kegiatan pertanian. Biochar dibuat menggunakan proses pyrolysis atau pembakaran bahan organik dalam kondisi oksigen yang terbatas. Berbeda dengan bahan organik, biochar tersusun dari cincin karbon aromatis sehingga lebih stabil dan tahan lama didalam tanah Bahan baku yang digunakan adalah limbah-limbah pertanian dan limbah kehutanan. Bila limbah-limbah tersebut mengalami pembakaran dalam keadaan tanpa oksigen akan menghasilkan 3 substansi, yaitu metana dan hidrogen yang dapat dijadikan bahan bakar, bio-oil yang dapat diperbaharui dan arang (Basri dan Abdul, 2011).

2.5.3 Manfaat Biochar

Biochar merupakan substansi arang kayu yang berpori (Porous), atau sering disebut charcoal atau agrichar. Biochar disebut juga arang hayati yang hasil pembakaran (pyrolysis) tanpa oksigen atau rendah pada suhu <700℃. Biochar berasal dari residu pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Berikut manfaat biochar yaitu:

1. Penambahan biochar pada lapisan atas tanah pertanian akan memberikan manfaat yang cukup besar. Sebagai deposit karbon dalam tanah biochar bekerja dengan cara mengikat dan menyimpan CO2 dari udara untuk mencegahnya terlepas ke atmosfir. Kandungan karbon yang terikat dalam tanah jumlahnya besar dan tersimpan hingga waktu yang lama.

2. Biochar satu-satunya teknologi yang murah dan bisa diterapkan secara luas dalam skala kecil atau luas.

3. Di samping mengurangi emisi dan menambah pengikatan gas rumah kaca, biochar memberi banyak manfaat dalam usaha pertanian. Biochar dapat memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan produksi tanaman, terutama pada tanah-tanah yang kurang subur.

4. Kemampuan biochar untuk memegang air dan hara dalam tanah membantu mencegah terjadinya kehilangan pupuk akibat aliran permukaan (run off) dan

(16)

pencucian (leaching), sehingga memungkinkan penghematan pupuk dan mengurangi polusi pada lingkungan sekitar.

2.6 Zeolit

2.6.1 Karakateristik Zeolit

Batuan zeolit adalah mineral alami berbahan dasar kelompok alumunium silikat.Batuan ini bewarna abu-abu sampai kebiru-biruan. Para ahli mineralogi menyatakan zeolit mengandung lebih dari 30 mineral alami. Diantaranya : Natrolit, Thomsonit, Analit, Hendalit, Clinoptilotit dan Mordernit. Nama zeolit sendiri berasal dari bahasa latin yang artinya batu yang mendidih. Karena salah satu karakternya melepas air yang dikandungnya waktu dipanaskan sehingga nampak seperti batu yang mendidih. Dengan pemanasan sampai 500℃ zeolit akan mengalami aktifasi berupa kemampuan mengikat kation lebih tinggi. Secara kimia kandungan zeolit yang utama adalah Si02=62,75%; Al203=12,71%; K20 =1,28%; CaO=3,39%; Na2O =5,58%; Fe203=2,01%; MgO=0,85%; Clinoptilotit =30%; Mordernit=49%. Nilai kapasitas tukar kation (KTK) antara 80–120 me/100gr, nilai yang tergolong tinggi untuk penilaian tingkat kesuburan tanah. Nilai kapasitas tukar kation (KTK) ini akan menentukan kemampuan bahan tersebut untuk meningkatkan efisiensi serapan pupuk.

Untuk mengatasi permasalahan rendahnya kapasitas tukar kation (KTK) dan penurunan kualitas tanah dapat diatasi dengan penggunaan zeolit. Zeolit dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) dan mengembalikan kesuburan tanah, meningkatkan daya jerap tanah terhadap pupuk, dan dapat menyimpan air lebih lama didalam tanah (Wahyuni dan Sakiah, 2019).

2.6.2 Manfaat Zeolit

Manfaat zeolit pada tanah dapat membenahi kondisi tanah (Fisik, kimia dan biologi tanah), meningkatkan hara tanaman dan KTK, peningkatan kalsium (Ca), kalium (K), dan penurunan alumunium (Al). Zeolit dapat meningkatkan

(17)

produktivitas dan kualitas produk, mempercepat pertumbuhan tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit, mengefisienkan penggunaan pupuk (Al-Jabri, 2008).

Tanah yang memiliki kapasitas tukar kation (KTK) sangat rendah seperti tanah berpasir, tanah ultisol dan oksisol, pemberian zeolit sebagai bahan pembenah tanah dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah yang dalam jangka panjang dapat mempertahankan kualitas tanah (Suwardi, 2002).

Aplikasi zeolit pada tanaman kelapa sawit yang diikuti pemberian pupuk anorganik maupun organik dapat meningkatkan efesiensi sarapan hara pupuk, memperbaiki struktur dan agregat tanah, juga tingkatkan kapasitas tukar kation (KTK) yang cegah pencucian hara dalam tanah.

Areal pertanaman kelapa sawit paling banyak mengalami degradasi tingkat kesuburan tanah. Degradasi kesuburan lahan dapat disebabkan oleh tingginya produktivitas sawit, juga disebabkan oleh nutrisi pupuk yang hilang karena terlarut melalui resapan air. Dapat juga terjadi karena perubahan cuaca, tanah tidak terawat, areasi tanah tidak diperbaiki, dan tanah tidak lagi mengandung unsur mikro (Wahyuni dan Sakiah, 2019).

Gambar

Tabel 2.1 Pengelompokan Akar Kelapa Sawit  Berdasarkan Lingkar
Tabel 2.2 Rekomendasi Pupuk untuk Pembibitan Kelapa sawit di Pembibitan  utama (Main Nursery)
Tabel 2.3 Kandungan Senyawa Kimia Penyusun Pelepah Kelapa Sawit  Unsur Kimiawi  Pelepah Kelapa Sawit (%)

Referensi

Dokumen terkait

MEMENUHI Auditee dalam pemenuhan bahan bakunya telah dilengkapi dengan dokumen jual beli atau bukti transaksi tetapi tidak melakukan kontrak jual beli dan seluruh

Salah satu metode yang bisa digunakan adalah Profile Matching, yaitu sistem pendukung keputusan yang dilakukan dengan cara membandingkan antara kriteria calon lokasi

Kadar E2 dalam plasma darah sidat hasil induksi hormonal selama penelitian disajikan pada Gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi dengan hormon E2 menunjukkan

Untuk mengetahui apakah perubahan opini audit mempengaruhi reaksi pasar. Untuk mengetahui apakah perubahan laba mempengaruhi

Persinggungan antara dua motif dakwah politik diatas, tampak adanya dialektika antara partai politik yang menjadikan agama sebagai alat untuk meraih kekuasaan

Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi dengan obat misalnya salisilat,

Bagaimanapun, Gambar 9 tetap dapat digunakan sebagai acuan dalam menganalisis pengaruh penambahan barium karbonat pada arang bakau untuk media padat pada proses karburising padat

yang digunakan oleh bank kepada nasabah dalam pembelian barang, bank harus melakukan pengawasan terhadap barang-barang yang akan dibeli oleh nasabah agar tidak