Risalah Pertemuan Ilmiah Penelilian dan Pengembangan Aplikasi Isolop dan Radiasi. 2(XJl
PENGEMBANGAN
PARASITASI Biosteres sp PADA LARVA Bactrocera
carambolae (DREW & HANCOCK) SEBAGAI KOPLEMENTER
TEKNIK SERANGGA MANDUL
Damlawi Sikumbang,
Indah A. Nasution,
M. Indarwatrni,
dan Achmad N. Kuswadi
Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi, BAT AN, Jakarta
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PARASITASI Biosteres sp PADA LARVA Bactrocer" caralnbolae (DREW
& HANCOCK) SEBAGAI KOPLEMENTER TEKNIK SERANGGA MANDUL. Teknik serangga mandul kompatibel dengan teknik pengendalian secara biologi dengan pelepasan parasitoid. Untuk mengetahui stadium hidup lalat buah yang cocok untuk dijadikan inang dalam pembiakan parasitoid Biosteres sp., telah dilakUkan uji efektivitas infestasi parasitoid pada larva lalat buah dengan umur yang berbeda. Buah belimbing diinfestasi dengan telur B. carombolae dengan cara meletakan buah dalam kurungan berisi sekitar 200 pasang lalat buah dewasa selarna I jam. Buah yang telah terinfeksi larva lalat buah pada umur 1,2,3, dan 4 hari diumpankan pada 80 pasang parasitoid dewasa umur 1,2, dan 3 minggu selama 2 jam yaitu pukul 7.00-9.00; 9.00-11.00; 11.00-13.00;13.00-15.00; dan 15.00-17.00. Jumlah parasitoid yang muncul dari setiap buah diamati. Uji dilakUkan setiap hari selama 3 minggu. Hasil uji efektifitas menunjukan bahwa larva umur 1-2 hari paling banyak mengalami infestasi oleh parasitoid larva oleh parasitoid paling banyak terjadi pada pukul 7 sampai 15. hlfestasi paling banyak dilakukan oleh parasitoid berumur antara 7-14 hari.
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF Biosteres sp PARASITATION ON LARVAE OF Bactrocera caranlbolae (DREW & HANCOCK) AS COMPLEMENTARY OF STERILE INSECT TECHNIQUE. Sterile insect technique was compatible with biological control after parasitoid releasing. In order to fmd out suitable life stage of B. carambolae to use as host in the mass rearing of Biosteres sr. parasitoid, an efectivity of the parasitoid infestation on different age of B. carambolae egg by putting fruits in cage contining 200 pairs of B. carambolae flies for the 1 hour. The fruit of infected fruit fly larvae with the different age i.e. 1,2,3, and 4 days were offered to 80 pcriIS of adult parasitoid age 1,2, and 3 weeks for old for two hours i.e. 7.00-9.00; 9.00-11.00; 11.00-13.00; 13.00-15.00; and 15.00-17.00. Numbers of parasitoid emerge from each fruit were observed. Results of the parasitation effectiveness assays show that 1-2 days old larvae were the most severely infested larvae infestation by the done at 7-15 of the day by the day parasitoid. Infestation mostly done by parasitoid of7-14 days old.
seperti Arnerika Serikat dan Malaysia. Hasil yang
dicapai dengan menggunakan parasitoid ini dapat
menunmkan populasi lalat buah mencapai 57% (5).
Pemberantasan
lalat buah dengan melepaskan
parasitoid
daD sekaligus dengan teknik serangga mandul akan
lebih baik hasilnya. Pengendalian dengan parasitoid
merupakan
pengendalian
berprospek yang sangat baik
untuk rnasa akan datang (6) dan perlakuan secara
biologi ini dengan
gencar sedang
dilakukan di Malaysia
(7).
PENDAHULUAN
Dalam percobaan ini, dipelajari saat yang tepat
untuk infestasi lalat buah B. carambolae DREW &
HANCOCK pacta parasitoid Biosteres sp. Dan wnur
larva lalat buall daD wnur parasioid Biosteres sp.
Dewasa yang cocok. Tujuan percobaan ini adalah
mengetahui
cara perbanyakan
parasitoid yang dapat
dilepas ke lapangan bersamaan dengan serangga
mandul.
Lalat buah merupakan salah satu hama penting
yang sangat merugikan petani buah-buahan.
Kerusakan
akibat serangan lalat bUah di Jawa Timur berkisar
antara 12-20% pacta musim kemarau dan ctapat
mencapai 100% pacta musim hujan (1). Menurut
KALSHOVEN (2) lalat buah mempakan serangga
polifag dapat menyerang
berbagai
jenis buah yaitu pacta
buah belimbing, jambu air, pepaya
dan melon (3).
Pengedalian lalat buah dapat dilakukan dengan
cara mekanisme, kimia, dan biologi (4). Pengedalian
secara biologi dengan teknik serangga mandul sudah
diterapkan oleh P3TIR-Batan di kebun bUall mangga
Galasari Swactaya
Gresik. Pemakaian zat kimia tidak
dianjurkan karena mempunyai efek pacta lingkungaIl
dan konsumen, sedangkan teknik mekanis akan
membutuhkan
biaya yang besar untuk areal perkebunan
yang luas.
Pengendalian lalat buah juga ctapat dilakukan
dengan menggunakan predator daIl parasitoid. Salah
satu parsitoid yang dapat menekan populasi lalat buah
adalah Biosteres sp. Parasitoid Biosteres 5-p
dari farnili
Braconidae ini sudah digunakan di beberapa negara
BAHAN DAN METODE
Lalat buah B. carambo/ae
yang digUllakan dalaIn
percobaan ini diperbanyak dengan buatan yaitu
Risalah Pel1emuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aphkasi ISOIop dan Radias/; ZOO t
campuran protein hidrolisat daD gula pasir ( I: 4 ) dan diberi minum menggwlakan spon yang basah. Lalat buah ini dipelihara dalam kurungan berukuran 60 x 40 x 60 cm. Setelah berumur 2 minggu, lalat buah sudah
menghasilkan telur dan siap digunakan lU1tuk
percobaan. Populasi lalat buah yang digunakan dalam percobaan ini lebih kurang sebanyak 200 pasang. Kemudian dilakukan pengumpulan bUall belimbing yang terinfeksi lalat buah lU1tuk koleksi parasitoid Biosteres sp. dari daerall GlU1lU1g Sindur, Jawa Barat. Buah belimbing diletakan dalam tempat yang dilapisi dengan serbuk gergaji. Parasitoid akan membentuk pupa pada serbuk tersebut lalu diayak. Beberapa hari kemudian dihasilkan parasitoid Biosteres sp. dan parasitoid lain disaInping lalat buah. Parasitoid Biosteres sp. ini dikumpulkan dalam kurungan 60 x 40 x 40 cm dengan makanan larutan madu 20% dan air sebagai minuman Populasi parasitoid yang digunakan lebih kurang 80 pasang.
Selanjutnya dalam percoba.'ln ini digwlakan buah belimbing yang tidak terinfeksi lalat buah, dicuci bersih dan keringanginkan. Buah belimbing diinfestasik.m pada lalat buah dewasa (8) selama I jam di dalam kurungan. Buah belimbing disimpall dalam wadall tertutup dan beraerasi. Setelah 1,2,3, daD 4 hari, buah belimbing tadi diinfestasikan pada parasitoid yang sudah berumur 1,2 dan 3 minggu. Telur dan atau larva lalat buah yang terdapat dalam buah belimbing diinfestasikan pada parasitoid Biosteres sp. dewasa
setiap 2 jam mulai dari pukul 7.00 pagi smnpai pukul 5.00 sore. Buah belimbing yang sudah diperlakukan tersebut, ditempatkan dalam wadah yang sudah berisi serbuk gergaji steril dan ditutup dengan kain kasa. Larva akan keluar dari buall belimbing dan membentuk kepompong pada serbuk gergaji. Kepompong yang dihasilkan diInasukan kedalam botol. Lalu parasitoid yang mlU1cul dicatat. Data jmnlall parasitoid yang dihasilkan setiap perlakuan baik pengaruh umur telur dan atau larva lalat buah mauplU1 umur parasitoid Biosteres sp. dewasa, ditransformasikan dengan --Ix+O,5 daD dihitlU1g dengan rancangml acak lengkap secara faktorial dengan 2 ulangan.
11.00, 11.00-13.00, 13.00-15.00, daD 15.00-17.00. Jumlah parasitoid yang dihasilkan muiai pukul 7.00
sampai pukul 11.00 berbeda nyata (P~ 5%)
dibandingkan dengan jmnlah parasitoid yang
diinfestasikan pukul 15.00-17.00. Pacta hari ke-3, parasitoid yang dihasilkan berturut-turut sebanyak 25;23;20;19; daD 5 ekor parasitoid. Pacta hari ke-3 ini, jumlah parasitoid yang dihasilkan pacta interval waktu pukui 7.00 sampai 15.00 juga menghasilkan jumlah
parasitoid yang sangat berbeda dengan jmnlah
parasitoid antara 19 hingga 25 ekor parasitoid dibanding perlakuan pukul 15.00-17.00 sebanyak 5 ekor parasitoid. Perlakuan infestasi setelah 2 hari pacta parasitoid dewasa, telur lalat buah sudah bermnur 25 jam dan kemungkinan telur lalat buah tersebut sebagian besar sudah acta yang menetas, karena telur laiat buah dapat menetas pacta umur 25 jam. Dari basil percobaan KUSW ADI (9), telur lalat buah dapat menetas dalam kurun waktu 24 sampai 48 jam ( 1 sampai 2 hari), Dengall adanya rentang waktu penetasan telur lalat buah sampai 2 hari, dapat dimengerti bahwa iluestasi larva lalat buah oleh parasitoid masilt dapat dilakukan pacta hari ke-4. Jmnlah parasitoid yang dihasilkaIl pacta hari ke-4 berturut-turut sebanyak 19; 15,5; 9; 8; dan 5 ekor parasitoid pacta interval waktu pukul 15.00-17.00, 17.00-19.00,9.00-11.00,13.00-15.00, 11.00-13.00, dan 7.00-9.00. Dari analisis data diatas, interval waktu infestasi terbaik larva lalat buah oleh parasitoid dewasa terdapat dari pukul 7.00 pagi sampai pukul 3.00 sore. Pacta interval waktu tersebut dibasilkan parasitoid yang cukup banyak berkisar antara 22,5 hingga 31 ekor parasitoid daD antara 19 hingga 25 ekor parasitoid berturut-turut untuk infestasi lalat buah berumur 2 hari daD 3 hari. Percobaan ini dilakukan mulai dari pagi pukul 7.00 hingga sore Ik'lri pukul 17.,00 dan tidak dilakukan malam hari.
Telur lalat buah berumur 1 hari yang dinfestasi oleh parasitoid dewasa berumur 2 rninggu tidak menghasilkan parasitoid. Infestasi hari 2 daD hari ke-3 setelah infestasi lalat buait, dan diumpankan pacta parasitoid dewasa menghasilkan parasitoid antara 3,5 hingga 23,5 ekor parasitoid dan antara 4,5 hingga 13 ekor parasitoid. Pacta hari ke-4 setelah lalat buah menghasilkan parasitoid yang sangat sedikit yaitu 1 ekor parasitoid. Sedangkan 2 daD 3 hari setelah infestasi lalat bual1, telur ialat buah dalam buah belimbing sudah
menetas sehingga parasitoid dewasa dapat
mcnginfestasikan telurnya pacta larva lalat buah yang acta dalam buah belimbing. Untuk 4 hari setelah infestasi lalat buah yang mengllasilkan parasitoid sangat sedikit yaitu hanya 1 ekor parasitoid, ini dimungkinkan larva yang acta dalam buah belimbing sudah cukup besar, sehingga parasitoid dewasa tidak mampu untuk menginfestasikan telurnya. Pacta kurun waktu 1 hari setelah infestasi lalat buah tidak menghasilkan parasitoid. Pacta 2 hari setelah infestasi lalat buah, menghasilkan parasitoid berturut-turut sebanyak 23,5; 13; 8; 8; 3,5 ekor parasitoid untuk interval waktu pukul 9.00-11.00, 7.00-9.00, 11.00- 13.00, 13.00-15.00, dan 15.00-17.00. Pacta hari setelah infestasi lalat buah, menghasilkan parasitoid berturut-turut sebanyak 13; 12,5; 11,5; 4,5; dan 4,5 ekor parasitoid untuk interval
BASIL DAN PEMBAHASAN
JUlnlah rata-rata parasitoid yang dilmsilkan pada lninggu pertaIna dapat dilihat dalmn tabel 1. Rata-rata jumlall parasitoid Biosteres sp. terbanyak dihasilkan pada hari ke-2 dan ke-3 yaitu dapat mencapai 31 dan 23 ekor parasitoid diikuti hari ke-4 sebanyak 15,5 parasitoid. Buah belimbing yang sudah terinfestasi telur lalat buah dengan umur 1 hari, kemudian diumpankan pada parasitoid B.carambolae Biosteres sp. dewasa paling banyak menghasilkan 1 ekor parasitoid. Hal ini kemungkinan disebabkan telur lalat buah tersebut belum menetas pada hari pertama infestasi. Pada hari ke-2 dan ke-3 kemungkinan besar telur lalat buah sudah menetas dan parasitoid dewasa dapat meletakan telurnya. Pada hari ke-2, parasitoid yang dihasilkan berturut-turut sebanyak 31; 31; 24; 22,5; dan 16 ekor parasitoid untuk interval waktu pukul 7.00-9.00,
Risalah Pel1emuan Ilmiah Penell~ian dan Pengembangan ApflKaSl" IsOIOp dan Radias~ Z{XJ 1
terjadi seperti halnya percobaan yang dilakukan
HARRIS (8), yaitu dihasilkannya jumlall parasitoid
jantan lebih banyak dibandingjwnlah parasitoid
retina.
KESIMPULAN
Dari basil percobaan ini dapat disimpulkan
ant.,1fa
lain:
I. Parnsitoid
Biosteres
sp.
tidak
dapat
menginfestasikan
telur lalat buah dan hanya dapat
menginfestasikan
larva berumur I hari dan 2 hari
yang dapat digwtakan untuk tujuan perbanyakan
parasitoid
2. Waktu infestasi larva lalat buah oleh parnsitoid
dewasa sebaiknya dilakukann pada pukul 7 pagi
sampai
3 sore.
3. Parnsitoid dewasa setelah berumur I rninggu dapat
menginfestasi larva lalat buah dengan produksi
parasitoid
terbanyak.
rCAPAN TERIMA KASm
Kami ucapkan
banyak terima kasih pacta
Bapak
Dr. Singgih Sutrino, APU alas bantuan dan sarannya
sehingga
percobaan
ini dapat terlaksana dan juga pacta
semua
pihak yang membantu.
DAFTAR PUSTAKA
1. UNTUNG, K., Usaha Untuk Mengukur Besamya
Harnbatan Peningkatan Produksi Sayuran dan
buah-buahan oleh Serangan Lalat Buah
(Tephritidae : Diptera) di Jawa Timur, Lapor'4l1
Proyek Pengernbangan
Drnu Pengetahuan
dan
Teknologi. Dirjen PT. Depdikbud RI. (1980) halo
40.
2. KALSHOVBEN, L.G.E., Pest Crop in Indonesia
Revised by van der Laan PT. Ichtiar Baru- Van
Hoeve. Jakarta (1981)p. 701.
3. PUTRO, N.S., Harna Lalat Buall dan
Pengendaliannya.
Kanisius. Yogyakarta. (1997)
ha1 44.
4. SINGH, R.B., Significance of fruit flies in fruit and
vegetable production in tIle Asia-Pacifik region.
1st
Int. Symp. Fruit Flies in Tropic K. Lumpur.
Malaysia. (1996) 11-29.
5. SARWONO., Parasitoid lalat buah tekan populasi
hingga 95%. Majalah Trubus XXVII 322 (1996)
78-79.
waktu pukul 11.00-13.00, 9.00-11.00, 13.00-15.00,
7.00-9.00, dan 15.00-17,00.
Pacta
4 hari setelah ituestasi
lalat buah, parasitoid yang dihasilkan sangat sedikit
dengan rata-rata I ekor parasitoid untuk interval waktu
7 -9 dan 9-11. Dapat disimpulkan bahwa perbanyakan
parasitoid Biosteres sp. menggunakan
larva lalat buaIl
dengan media buah belimbing dapat dilakukan pacta
telur lalat buah yang barn menetas dan atau larva
berumur 1 hari. Infestasi larva lalat bUah tersebut
dapat
dilakukan mulai dari pukuI7.00 sampai 15.00.
Rata-rata
jumlah parasitoid yang dilmsilkan hila
telur dan atau larva lalat buah diinfestasikan pacta
parasitoid Biosteres sp. dewasa bennnur setelah 3
minggu dapat dilihat dalam Tabel 3. Setelah
1 hari buah
belimbing terinfestasi telur lalat buah daD menghasilkan
pacta parasitoid dewasa berumur lebih dari 3 minggu
tidak menghasilkall parasitoid, sebagaimana
halnya
pacta
parasitoid bennnur 2 minggu. Setelah
2 daD 3 hari
infestasi lalat bUall pacta
bUall belimbing dan kemudian
diituestasi oleh parasitoid dewasa ctapat menghasilkan
sejwnlall parasitoid. Rata-rata jWluall parasitoid yang
dihasilkan sebanyak 23; 16,5; 15; 7; dan 5 ekor
parasitoid pacta interval waktu Pukul 9.00-11.00,
7.00-9.00, 11.00-13.00, 13.00-15.00,
dan 15.00-17.00
untuk
hari ke-2, sedangkan
untuk llari ke-3 sebanyak
7; 7; 5;
4,5; dan 4,5 ekor parasitoid pacta interval waktu pukul
11.0-13.00,7.00-9.00, 13.00-15.00, 9.00-11.00, dan
15.00-17.00, tidak jauh berbeda dengan parasitoid
dewasa berumur 2 minggu, perbanyakan parasitoid
Biosteres sp. sebaiknya dilakukan pacta interval waktu
pukul 7.00 salnpai 15.00, karena dari Imsil analisis
statistika, perlakuan pacta interval waktu pukul
15.00-17.00 baik pacta
hari ke-2 maupun
ke-3 setelah infestasi
lalat buah menghasilkan parasitoid sangat sedikit dan
berbeda nyata pacta
taraf 5% dengan uji BNT dibanding
perlakuan interval waktu lainnya. Untuk parasitoid
dewasa berumur lebih dari 3 minggu, waktu infestasi
larva lalat buah lebih baik diinfestasikan pacta pukul
7.00 pagi dsalnpai 11.00 siang hingga sore hari,
parasitoid yang dihasilkan cenderung menurun.
Metnasuki minggu ke-4 dengatl kala lain parasitoid
dewasa
menginjak umur minggu ke-5 parasitoid
dewasa
satu per satu mulai mati. Hal ini disebabkan
kernaInpuan hidup parasitoid dewasa di laboratorium
cukup pendek. Masa ludup parasitoid dewasa ctapat
mencapai I lungga 1,5 bulan tergantung dari kondisi
lingkungannya, menurut SARWONO (5), parnsitoid
dewasa
ltanya dapat hidup selama
2-0 hari.
Jwnlah parasitoid Biosteres sp. yang dilmsilkan
setiap minggu baik jantan maupun betitm ctapat
dilihat
pacta Gambar 1. Jwnlah parasitoid jantan pacta
minggu
pertama, kedua daD ketiga berturut-turut sebanyak
550,204 dan 278 ekor dan retina sebanyak 11,43, dan
30 ekor parasitoid, sehingga sex ratio yang dihasilkan
berturut-turut 50 : 1; 4,7 : 1 daD 9 : 1 (jantan : retina ),
merupakan perbandingan yang kurang baik untuk
tujuan perbanyakan massal. Hal ini kemungkinan
disebabkan tidak terjadi kopulasi antara parasitoid
jantan daD betina, sehingga menghasilkan keturunan
yang didominasi oleh parasitoid jantan. Male biased
seperti ini dapat terjadi dirnana perkembangan
telur
tanpa pembualtan. Hasil penelitian seperti ini sering
6. MONTOYA, P and LIEDO, P., Biological control
of fruit flies (Dipter a: Tephritidae) through
Parasitoid augmentative release: current status.
In Area-Wide Control of fruit Flies and Other
Risalah Pel1emuan Ilmiah Penelilian dan Pengembangan Aplikasi ISOIOp dan Radia~ 2001
80 HARRIS, EoJ 0 and OKAMOTO, Ro Y., A Method for
rearing Bios/eres arianus (Hymenopters:
Braconidae) in the laboratory. Jo Econo Entomolo 842 (1991) 417-422.
Insect Pests. K.H. Tan (ed). Penerbit Universiti
Sains Malaysia. Penang (2000) 719-723.
7. ffiRAHIM,
A.G., The proposed of biological
control of oriental fruit fly Dacus dorsalis
complex in Malaysia. Biotrop Spec. Publ. 36
(1989) 301-312.
9. KUSW ADI,
A.N.,
DARMA WI,
daD M.
INDARWATMI., Biologi lalat buah Bactrocera
carambolae dalam biakan di laboratorium
dengan makanan buatan. Prosiding Seminar
Nasional Biologi XV. Bandar Lampung. (1997)
1050-1{)55.
Tabel
Rata-rata jUmlall parasitoid yang dihasilkan oleh parasitoid dewasa berumur 1 minggu yang diinfestasikan pada larva lalat buah berumur I, 2, 3, dan 4 harimterval infestasi lalat buah
(pukul)
Umur larva lalat buah (hari)
2
3
4
7.00-9.00
9.00-11.00
11.00-13.00
13.00-15.00
15.00-17.00
O(-)d
1(2,1)cd
O(-)d
O(-)d
1(1,5)cd
31(16.80)
a
31(21,33)
a
24(11,46)
ab
22,5(15,15)
ab
16( 13,73) b
5(2,64) cd
15,5(8,86)
b
8(6,32) bc
9(968) bc
19(11,38)
ab
20(13,94) ab
23(10,77) ab
25(12,53)
a
19(10,30)
ab
5(3,15) cd
Keterangan :-Angka dalam kurung merupakan persentase parasitasi parasitoid
-Angka yang diikuti huruf yang sarna, tidak berbeda nyata pada tarat 5% dengan uji BNT (BNT 50/0=.1,47)
-KK = 25,43%
Tabel2. Rata-ratajumlah parasitoid yang dihasilkan oleh parasitoid dewasa bemmur 2 minggu yang diinfestasikaIl pada larva lalat buah bemmur 1,2,3, dan 4 hari
Keterangan :
-Angka dalam kurung merupakan persentase parasitasi parasitoid
-Angka yang diikuti huruf yang sarna, tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan uji BNT (BNT 50/0= 1,04)
-KK = 20 94,
Tabel 3. Rata-rata jumJah parasltOlO yang U1I1a51~1 v.".. r--~-"--- ~ diinfestasikan pada larva lalat buah benunur 1,2,3, clan 4 bari Interval infestasi lalat buah (Pukul) 7.00-9.00 9.00-11.00
11.00-13.00
13.00-15.00
15.00-17.00
0(-) c
0(-) c
0(-) c
0(-) c
0(-) c
Keterangan : -Angka dalam kunmg mernpakan
persentase
parasitasi
parasitoid
-Angka yang diikuti hurufyang sarna,
tidak berbeda
nyata pada taraf 5% dengan uji BNT
(BNT 50/0= 2,38) -KK= 3353
,
DISKUSI
ROSALINA SINAGA
SUTOPO
Berapa banyak parasitoid pada 1 ekor larva,
karena saya membayangkan
larva lalat buah mnur 1-2
hari masih kecil ?
DARMA WI SIKUMBANG
Kami tidak melakukan percobaan preferensi
sesuai
keinginan pertarungan
pertanyaan
diatas.
1. Mengapa dipiliMalat buall belimbing, daD tidak dipilih lalat buah mangga atau jeruk besar yang telah dikembangkan dalam skala perkebunan (ratusan hektar) dan memepunyai nailai ekonomi yang lebih tinggi daripada belimbing ?
(perlu diketahui di sentra produksi jeruk besar Magetan-Jatim terhadap % 500 hektar tanaman jeruk besar, dimana lalat buah menjadi harna utarna). 2. Apakah parasitoid basil penelitian ini dapat
digunakaD pada lalat buah jeruk dan mangga ? ARWIN
DARMA WI SIKUMBANG