• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PARASITASI Biosteres sp PADA LARVA Bactrocera carambolae (DREW & HANCOCK) SEBAGAI KOPLEMENTER TEKNIK SERANGGA MANDUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PARASITASI Biosteres sp PADA LARVA Bactrocera carambolae (DREW & HANCOCK) SEBAGAI KOPLEMENTER TEKNIK SERANGGA MANDUL"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Risalah Pertemuan Ilmiah Penelilian dan Pengembangan Aplikasi Isolop dan Radiasi. 2(XJl

PENGEMBANGAN

PARASITASI Biosteres sp PADA LARVA Bactrocera

carambolae (DREW & HANCOCK) SEBAGAI KOPLEMENTER

TEKNIK SERANGGA MANDUL

Damlawi Sikumbang,

Indah A. Nasution,

M. Indarwatrni,

dan Achmad N. Kuswadi

Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi, BAT AN, Jakarta

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PARASITASI Biosteres sp PADA LARVA Bactrocer" caralnbolae (DREW

& HANCOCK) SEBAGAI KOPLEMENTER TEKNIK SERANGGA MANDUL. Teknik serangga mandul kompatibel dengan teknik pengendalian secara biologi dengan pelepasan parasitoid. Untuk mengetahui stadium hidup lalat buah yang cocok untuk dijadikan inang dalam pembiakan parasitoid Biosteres sp., telah dilakUkan uji efektivitas infestasi parasitoid pada larva lalat buah dengan umur yang berbeda. Buah belimbing diinfestasi dengan telur B. carombolae dengan cara meletakan buah dalam kurungan berisi sekitar 200 pasang lalat buah dewasa selarna I jam. Buah yang telah terinfeksi larva lalat buah pada umur 1,2,3, dan 4 hari diumpankan pada 80 pasang parasitoid dewasa umur 1,2, dan 3 minggu selama 2 jam yaitu pukul 7.00-9.00; 9.00-11.00; 11.00-13.00;13.00-15.00; dan 15.00-17.00. Jumlah parasitoid yang muncul dari setiap buah diamati. Uji dilakUkan setiap hari selama 3 minggu. Hasil uji efektifitas menunjukan bahwa larva umur 1-2 hari paling banyak mengalami infestasi oleh parasitoid larva oleh parasitoid paling banyak terjadi pada pukul 7 sampai 15. hlfestasi paling banyak dilakukan oleh parasitoid berumur antara 7-14 hari.

ABSTRACT

DEVELOPMENT OF Biosteres sp PARASITATION ON LARVAE OF Bactrocera caranlbolae (DREW & HANCOCK) AS COMPLEMENTARY OF STERILE INSECT TECHNIQUE. Sterile insect technique was compatible with biological control after parasitoid releasing. In order to fmd out suitable life stage of B. carambolae to use as host in the mass rearing of Biosteres sr. parasitoid, an efectivity of the parasitoid infestation on different age of B. carambolae egg by putting fruits in cage contining 200 pairs of B. carambolae flies for the 1 hour. The fruit of infected fruit fly larvae with the different age i.e. 1,2,3, and 4 days were offered to 80 pcriIS of adult parasitoid age 1,2, and 3 weeks for old for two hours i.e. 7.00-9.00; 9.00-11.00; 11.00-13.00; 13.00-15.00; and 15.00-17.00. Numbers of parasitoid emerge from each fruit were observed. Results of the parasitation effectiveness assays show that 1-2 days old larvae were the most severely infested larvae infestation by the done at 7-15 of the day by the day parasitoid. Infestation mostly done by parasitoid of7-14 days old.

seperti Arnerika Serikat dan Malaysia. Hasil yang

dicapai dengan menggunakan parasitoid ini dapat

menunmkan populasi lalat buah mencapai 57% (5).

Pemberantasan

lalat buah dengan melepaskan

parasitoid

daD sekaligus dengan teknik serangga mandul akan

lebih baik hasilnya. Pengendalian dengan parasitoid

merupakan

pengendalian

berprospek yang sangat baik

untuk rnasa akan datang (6) dan perlakuan secara

biologi ini dengan

gencar sedang

dilakukan di Malaysia

(7).

PENDAHULUAN

Dalam percobaan ini, dipelajari saat yang tepat

untuk infestasi lalat buah B. carambolae DREW &

HANCOCK pacta parasitoid Biosteres sp. Dan wnur

larva lalat buall daD wnur parasioid Biosteres sp.

Dewasa yang cocok. Tujuan percobaan ini adalah

mengetahui

cara perbanyakan

parasitoid yang dapat

dilepas ke lapangan bersamaan dengan serangga

mandul.

Lalat buah merupakan salah satu hama penting

yang sangat merugikan petani buah-buahan.

Kerusakan

akibat serangan lalat bUah di Jawa Timur berkisar

antara 12-20% pacta musim kemarau dan ctapat

mencapai 100% pacta musim hujan (1). Menurut

KALSHOVEN (2) lalat buah mempakan serangga

polifag dapat menyerang

berbagai

jenis buah yaitu pacta

buah belimbing, jambu air, pepaya

dan melon (3).

Pengedalian lalat buah dapat dilakukan dengan

cara mekanisme, kimia, dan biologi (4). Pengedalian

secara biologi dengan teknik serangga mandul sudah

diterapkan oleh P3TIR-Batan di kebun bUall mangga

Galasari Swactaya

Gresik. Pemakaian zat kimia tidak

dianjurkan karena mempunyai efek pacta lingkungaIl

dan konsumen, sedangkan teknik mekanis akan

membutuhkan

biaya yang besar untuk areal perkebunan

yang luas.

Pengendalian lalat buah juga ctapat dilakukan

dengan menggunakan predator daIl parasitoid. Salah

satu parsitoid yang dapat menekan populasi lalat buah

adalah Biosteres sp. Parasitoid Biosteres 5-p

dari farnili

Braconidae ini sudah digunakan di beberapa negara

BAHAN DAN METODE

Lalat buah B. carambo/ae

yang digUllakan dalaIn

percobaan ini diperbanyak dengan buatan yaitu

(2)

Risalah Pel1emuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aphkasi ISOIop dan Radias/; ZOO t

campuran protein hidrolisat daD gula pasir ( I: 4 ) dan diberi minum menggwlakan spon yang basah. Lalat buah ini dipelihara dalam kurungan berukuran 60 x 40 x 60 cm. Setelah berumur 2 minggu, lalat buah sudah

menghasilkan telur dan siap digunakan lU1tuk

percobaan. Populasi lalat buah yang digunakan dalam percobaan ini lebih kurang sebanyak 200 pasang. Kemudian dilakukan pengumpulan bUall belimbing yang terinfeksi lalat buah lU1tuk koleksi parasitoid Biosteres sp. dari daerall GlU1lU1g Sindur, Jawa Barat. Buah belimbing diletakan dalam tempat yang dilapisi dengan serbuk gergaji. Parasitoid akan membentuk pupa pada serbuk tersebut lalu diayak. Beberapa hari kemudian dihasilkan parasitoid Biosteres sp. dan parasitoid lain disaInping lalat buah. Parasitoid Biosteres sp. ini dikumpulkan dalam kurungan 60 x 40 x 40 cm dengan makanan larutan madu 20% dan air sebagai minuman Populasi parasitoid yang digunakan lebih kurang 80 pasang.

Selanjutnya dalam percoba.'ln ini digwlakan buah belimbing yang tidak terinfeksi lalat buah, dicuci bersih dan keringanginkan. Buah belimbing diinfestasik.m pada lalat buah dewasa (8) selama I jam di dalam kurungan. Buah belimbing disimpall dalam wadall tertutup dan beraerasi. Setelah 1,2,3, daD 4 hari, buah belimbing tadi diinfestasikan pada parasitoid yang sudah berumur 1,2 dan 3 minggu. Telur dan atau larva lalat buah yang terdapat dalam buah belimbing diinfestasikan pada parasitoid Biosteres sp. dewasa

setiap 2 jam mulai dari pukul 7.00 pagi smnpai pukul 5.00 sore. Buah belimbing yang sudah diperlakukan tersebut, ditempatkan dalam wadah yang sudah berisi serbuk gergaji steril dan ditutup dengan kain kasa. Larva akan keluar dari buall belimbing dan membentuk kepompong pada serbuk gergaji. Kepompong yang dihasilkan diInasukan kedalam botol. Lalu parasitoid yang mlU1cul dicatat. Data jmnlall parasitoid yang dihasilkan setiap perlakuan baik pengaruh umur telur dan atau larva lalat buah mauplU1 umur parasitoid Biosteres sp. dewasa, ditransformasikan dengan --Ix+O,5 daD dihitlU1g dengan rancangml acak lengkap secara faktorial dengan 2 ulangan.

11.00, 11.00-13.00, 13.00-15.00, daD 15.00-17.00. Jumlah parasitoid yang dihasilkan muiai pukul 7.00

sampai pukul 11.00 berbeda nyata (P~ 5%)

dibandingkan dengan jmnlah parasitoid yang

diinfestasikan pukul 15.00-17.00. Pacta hari ke-3, parasitoid yang dihasilkan berturut-turut sebanyak 25;23;20;19; daD 5 ekor parasitoid. Pacta hari ke-3 ini, jumlah parasitoid yang dihasilkan pacta interval waktu pukui 7.00 sampai 15.00 juga menghasilkan jumlah

parasitoid yang sangat berbeda dengan jmnlah

parasitoid antara 19 hingga 25 ekor parasitoid dibanding perlakuan pukul 15.00-17.00 sebanyak 5 ekor parasitoid. Perlakuan infestasi setelah 2 hari pacta parasitoid dewasa, telur lalat buah sudah bermnur 25 jam dan kemungkinan telur lalat buah tersebut sebagian besar sudah acta yang menetas, karena telur laiat buah dapat menetas pacta umur 25 jam. Dari basil percobaan KUSW ADI (9), telur lalat buah dapat menetas dalam kurun waktu 24 sampai 48 jam ( 1 sampai 2 hari), Dengall adanya rentang waktu penetasan telur lalat buah sampai 2 hari, dapat dimengerti bahwa iluestasi larva lalat buah oleh parasitoid masilt dapat dilakukan pacta hari ke-4. Jmnlah parasitoid yang dihasilkaIl pacta hari ke-4 berturut-turut sebanyak 19; 15,5; 9; 8; dan 5 ekor parasitoid pacta interval waktu pukul 15.00-17.00, 17.00-19.00,9.00-11.00,13.00-15.00, 11.00-13.00, dan 7.00-9.00. Dari analisis data diatas, interval waktu infestasi terbaik larva lalat buah oleh parasitoid dewasa terdapat dari pukul 7.00 pagi sampai pukul 3.00 sore. Pacta interval waktu tersebut dibasilkan parasitoid yang cukup banyak berkisar antara 22,5 hingga 31 ekor parasitoid daD antara 19 hingga 25 ekor parasitoid berturut-turut untuk infestasi lalat buah berumur 2 hari daD 3 hari. Percobaan ini dilakukan mulai dari pagi pukul 7.00 hingga sore Ik'lri pukul 17.,00 dan tidak dilakukan malam hari.

Telur lalat buah berumur 1 hari yang dinfestasi oleh parasitoid dewasa berumur 2 rninggu tidak menghasilkan parasitoid. Infestasi hari 2 daD hari ke-3 setelah infestasi lalat buait, dan diumpankan pacta parasitoid dewasa menghasilkan parasitoid antara 3,5 hingga 23,5 ekor parasitoid dan antara 4,5 hingga 13 ekor parasitoid. Pacta hari ke-4 setelah lalat buah menghasilkan parasitoid yang sangat sedikit yaitu 1 ekor parasitoid. Sedangkan 2 daD 3 hari setelah infestasi lalat bual1, telur ialat buah dalam buah belimbing sudah

menetas sehingga parasitoid dewasa dapat

mcnginfestasikan telurnya pacta larva lalat buah yang acta dalam buah belimbing. Untuk 4 hari setelah infestasi lalat buah yang mengllasilkan parasitoid sangat sedikit yaitu hanya 1 ekor parasitoid, ini dimungkinkan larva yang acta dalam buah belimbing sudah cukup besar, sehingga parasitoid dewasa tidak mampu untuk menginfestasikan telurnya. Pacta kurun waktu 1 hari setelah infestasi lalat buah tidak menghasilkan parasitoid. Pacta 2 hari setelah infestasi lalat buah, menghasilkan parasitoid berturut-turut sebanyak 23,5; 13; 8; 8; 3,5 ekor parasitoid untuk interval waktu pukul 9.00-11.00, 7.00-9.00, 11.00- 13.00, 13.00-15.00, dan 15.00-17.00. Pacta hari setelah infestasi lalat buah, menghasilkan parasitoid berturut-turut sebanyak 13; 12,5; 11,5; 4,5; dan 4,5 ekor parasitoid untuk interval

BASIL DAN PEMBAHASAN

JUlnlah rata-rata parasitoid yang dilmsilkan pada lninggu pertaIna dapat dilihat dalmn tabel 1. Rata-rata jumlall parasitoid Biosteres sp. terbanyak dihasilkan pada hari ke-2 dan ke-3 yaitu dapat mencapai 31 dan 23 ekor parasitoid diikuti hari ke-4 sebanyak 15,5 parasitoid. Buah belimbing yang sudah terinfestasi telur lalat buah dengan umur 1 hari, kemudian diumpankan pada parasitoid B.carambolae Biosteres sp. dewasa paling banyak menghasilkan 1 ekor parasitoid. Hal ini kemungkinan disebabkan telur lalat buah tersebut belum menetas pada hari pertama infestasi. Pada hari ke-2 dan ke-3 kemungkinan besar telur lalat buah sudah menetas dan parasitoid dewasa dapat meletakan telurnya. Pada hari ke-2, parasitoid yang dihasilkan berturut-turut sebanyak 31; 31; 24; 22,5; dan 16 ekor parasitoid untuk interval waktu pukul 7.00-9.00,

(3)

Risalah Pel1emuan Ilmiah Penell~ian dan Pengembangan ApflKaSl" IsOIOp dan Radias~ Z{XJ 1

terjadi seperti halnya percobaan yang dilakukan

HARRIS (8), yaitu dihasilkannya jumlall parasitoid

jantan lebih banyak dibandingjwnlah parasitoid

retina.

KESIMPULAN

Dari basil percobaan ini dapat disimpulkan

ant.,1fa

lain:

I. Parnsitoid

Biosteres

sp.

tidak

dapat

menginfestasikan

telur lalat buah dan hanya dapat

menginfestasikan

larva berumur I hari dan 2 hari

yang dapat digwtakan untuk tujuan perbanyakan

parasitoid

2. Waktu infestasi larva lalat buah oleh parnsitoid

dewasa sebaiknya dilakukann pada pukul 7 pagi

sampai

3 sore.

3. Parnsitoid dewasa setelah berumur I rninggu dapat

menginfestasi larva lalat buah dengan produksi

parasitoid

terbanyak.

rCAPAN TERIMA KASm

Kami ucapkan

banyak terima kasih pacta

Bapak

Dr. Singgih Sutrino, APU alas bantuan dan sarannya

sehingga

percobaan

ini dapat terlaksana dan juga pacta

semua

pihak yang membantu.

DAFTAR PUSTAKA

1. UNTUNG, K., Usaha Untuk Mengukur Besamya

Harnbatan Peningkatan Produksi Sayuran dan

buah-buahan oleh Serangan Lalat Buah

(Tephritidae : Diptera) di Jawa Timur, Lapor'4l1

Proyek Pengernbangan

Drnu Pengetahuan

dan

Teknologi. Dirjen PT. Depdikbud RI. (1980) halo

40.

2. KALSHOVBEN, L.G.E., Pest Crop in Indonesia

Revised by van der Laan PT. Ichtiar Baru- Van

Hoeve. Jakarta (1981)p. 701.

3. PUTRO, N.S., Harna Lalat Buall dan

Pengendaliannya.

Kanisius. Yogyakarta. (1997)

ha1 44.

4. SINGH, R.B., Significance of fruit flies in fruit and

vegetable production in tIle Asia-Pacifik region.

1st

Int. Symp. Fruit Flies in Tropic K. Lumpur.

Malaysia. (1996) 11-29.

5. SARWONO., Parasitoid lalat buah tekan populasi

hingga 95%. Majalah Trubus XXVII 322 (1996)

78-79.

waktu pukul 11.00-13.00, 9.00-11.00, 13.00-15.00,

7.00-9.00, dan 15.00-17,00.

Pacta

4 hari setelah ituestasi

lalat buah, parasitoid yang dihasilkan sangat sedikit

dengan rata-rata I ekor parasitoid untuk interval waktu

7 -9 dan 9-11. Dapat disimpulkan bahwa perbanyakan

parasitoid Biosteres sp. menggunakan

larva lalat buaIl

dengan media buah belimbing dapat dilakukan pacta

telur lalat buah yang barn menetas dan atau larva

berumur 1 hari. Infestasi larva lalat bUah tersebut

dapat

dilakukan mulai dari pukuI7.00 sampai 15.00.

Rata-rata

jumlah parasitoid yang dilmsilkan hila

telur dan atau larva lalat buah diinfestasikan pacta

parasitoid Biosteres sp. dewasa bennnur setelah 3

minggu dapat dilihat dalam Tabel 3. Setelah

1 hari buah

belimbing terinfestasi telur lalat buah daD menghasilkan

pacta parasitoid dewasa berumur lebih dari 3 minggu

tidak menghasilkall parasitoid, sebagaimana

halnya

pacta

parasitoid bennnur 2 minggu. Setelah

2 daD 3 hari

infestasi lalat bUall pacta

bUall belimbing dan kemudian

diituestasi oleh parasitoid dewasa ctapat menghasilkan

sejwnlall parasitoid. Rata-rata jWluall parasitoid yang

dihasilkan sebanyak 23; 16,5; 15; 7; dan 5 ekor

parasitoid pacta interval waktu Pukul 9.00-11.00,

7.00-9.00, 11.00-13.00, 13.00-15.00,

dan 15.00-17.00

untuk

hari ke-2, sedangkan

untuk llari ke-3 sebanyak

7; 7; 5;

4,5; dan 4,5 ekor parasitoid pacta interval waktu pukul

11.0-13.00,7.00-9.00, 13.00-15.00, 9.00-11.00, dan

15.00-17.00, tidak jauh berbeda dengan parasitoid

dewasa berumur 2 minggu, perbanyakan parasitoid

Biosteres sp. sebaiknya dilakukan pacta interval waktu

pukul 7.00 salnpai 15.00, karena dari Imsil analisis

statistika, perlakuan pacta interval waktu pukul

15.00-17.00 baik pacta

hari ke-2 maupun

ke-3 setelah infestasi

lalat buah menghasilkan parasitoid sangat sedikit dan

berbeda nyata pacta

taraf 5% dengan uji BNT dibanding

perlakuan interval waktu lainnya. Untuk parasitoid

dewasa berumur lebih dari 3 minggu, waktu infestasi

larva lalat buah lebih baik diinfestasikan pacta pukul

7.00 pagi dsalnpai 11.00 siang hingga sore hari,

parasitoid yang dihasilkan cenderung menurun.

Metnasuki minggu ke-4 dengatl kala lain parasitoid

dewasa

menginjak umur minggu ke-5 parasitoid

dewasa

satu per satu mulai mati. Hal ini disebabkan

kernaInpuan hidup parasitoid dewasa di laboratorium

cukup pendek. Masa ludup parasitoid dewasa ctapat

mencapai I lungga 1,5 bulan tergantung dari kondisi

lingkungannya, menurut SARWONO (5), parnsitoid

dewasa

ltanya dapat hidup selama

2-0 hari.

Jwnlah parasitoid Biosteres sp. yang dilmsilkan

setiap minggu baik jantan maupun betitm ctapat

dilihat

pacta Gambar 1. Jwnlah parasitoid jantan pacta

minggu

pertama, kedua daD ketiga berturut-turut sebanyak

550,204 dan 278 ekor dan retina sebanyak 11,43, dan

30 ekor parasitoid, sehingga sex ratio yang dihasilkan

berturut-turut 50 : 1; 4,7 : 1 daD 9 : 1 (jantan : retina ),

merupakan perbandingan yang kurang baik untuk

tujuan perbanyakan massal. Hal ini kemungkinan

disebabkan tidak terjadi kopulasi antara parasitoid

jantan daD betina, sehingga menghasilkan keturunan

yang didominasi oleh parasitoid jantan. Male biased

seperti ini dapat terjadi dirnana perkembangan

telur

tanpa pembualtan. Hasil penelitian seperti ini sering

6. MONTOYA, P and LIEDO, P., Biological control

of fruit flies (Dipter a: Tephritidae) through

Parasitoid augmentative release: current status.

In Area-Wide Control of fruit Flies and Other

(4)

Risalah Pel1emuan Ilmiah Penelilian dan Pengembangan Aplikasi ISOIOp dan Radia~ 2001

80 HARRIS, EoJ 0 and OKAMOTO, Ro Y., A Method for

rearing Bios/eres arianus (Hymenopters:

Braconidae) in the laboratory. Jo Econo Entomolo 842 (1991) 417-422.

Insect Pests. K.H. Tan (ed). Penerbit Universiti

Sains Malaysia. Penang (2000) 719-723.

7. ffiRAHIM,

A.G., The proposed of biological

control of oriental fruit fly Dacus dorsalis

complex in Malaysia. Biotrop Spec. Publ. 36

(1989) 301-312.

9. KUSW ADI,

A.N.,

DARMA WI,

daD M.

INDARWATMI., Biologi lalat buah Bactrocera

carambolae dalam biakan di laboratorium

dengan makanan buatan. Prosiding Seminar

Nasional Biologi XV. Bandar Lampung. (1997)

1050-1{)55.

Tabel

Rata-rata jUmlall parasitoid yang dihasilkan oleh parasitoid dewasa berumur 1 minggu yang diinfestasikan pada larva lalat buah berumur I, 2, 3, dan 4 hari

mterval infestasi lalat buah

(pukul)

Umur larva lalat buah (hari)

2

3

4

7.00-9.00

9.00-11.00

11.00-13.00

13.00-15.00

15.00-17.00

O(-)d

1(2,1)cd

O(-)d

O(-)d

1(1,5)cd

31(16.80)

a

31(21,33)

a

24(11,46)

ab

22,5(15,15)

ab

16( 13,73) b

5(2,64) cd

15,5(8,86)

b

8(6,32) bc

9(968) bc

19(11,38)

ab

20(13,94) ab

23(10,77) ab

25(12,53)

a

19(10,30)

ab

5(3,15) cd

Keterangan :

-Angka dalam kurung merupakan persentase parasitasi parasitoid

-Angka yang diikuti huruf yang sarna, tidak berbeda nyata pada tarat 5% dengan uji BNT (BNT 50/0=.1,47)

-KK = 25,43%

Tabel2. Rata-ratajumlah parasitoid yang dihasilkan oleh parasitoid dewasa bemmur 2 minggu yang diinfestasikaIl pada larva lalat buah bemmur 1,2,3, dan 4 hari

Keterangan :

-Angka dalam kurung merupakan persentase parasitasi parasitoid

-Angka yang diikuti huruf yang sarna, tidak berbeda nyata pada taraf 5% dengan uji BNT (BNT 50/0= 1,04)

-KK = 20 94,

(5)

Tabel 3. Rata-rata jumJah parasltOlO yang U1I1a51~1 v.".. r--~-"--- ~ diinfestasikan pada larva lalat buah benunur 1,2,3, clan 4 bari Interval infestasi lalat buah (Pukul) 7.00-9.00 9.00-11.00

11.00-13.00

13.00-15.00

15.00-17.00

0(-) c

0(-) c

0(-) c

0(-) c

0(-) c

Keterangan : -Angka dalam kunmg mernpakan

persentase

parasitasi

parasitoid

-Angka yang diikuti hurufyang sarna,

tidak berbeda

nyata pada taraf 5% dengan uji BNT

(BNT 50/0= 2,38) -KK= 3353

,

DISKUSI

ROSALINA SINAGA

SUTOPO

Berapa banyak parasitoid pada 1 ekor larva,

karena saya membayangkan

larva lalat buah mnur 1-2

hari masih kecil ?

DARMA WI SIKUMBANG

Kami tidak melakukan percobaan preferensi

sesuai

keinginan pertarungan

pertanyaan

diatas.

1. Mengapa dipiliMalat buall belimbing, daD tidak dipilih lalat buah mangga atau jeruk besar yang telah dikembangkan dalam skala perkebunan (ratusan hektar) dan memepunyai nailai ekonomi yang lebih tinggi daripada belimbing ?

(perlu diketahui di sentra produksi jeruk besar Magetan-Jatim terhadap % 500 hektar tanaman jeruk besar, dimana lalat buah menjadi harna utarna). 2. Apakah parasitoid basil penelitian ini dapat

digunakaD pada lalat buah jeruk dan mangga ? ARWIN

DARMA WI SIKUMBANG

Mohon dijelaskan bagaimana menentukan/

membedakan

anatara

parasitoid

jantan dan retina ?

DARMA WI SIKUMBANG

Cara membedakan

parasitoid jantan dan retina

adalall parasitoid betina mempunyai ovipositor

sedangkan jantan tidak. Biasanya parasitoid jantan

ukuran badannya lebih besar yaitu panjang 4 nun dan

betina berukuran 3 mIn

1. Karena lalat buall ini tidak saja memsak belimbing

tetapi juga memsak buah mangga,

jemk dan jambu.

Dengan begitu lalat buah ini juga memgikan petani

dan perkebuanan besar yang mempunyai nilai

ekonomis.

2. Tentu dapat, karena parasitoid Biosteres sp ini

memparasit lalat buah yang juga menyerang buah

jemk dan mangga.

Gambar

Tabel Rata-rata jUmlall  parasitoid yang dihasilkan  oleh parasitoid dewasa berumur 1 minggu  yang diinfestasikan  pada larva  lalat buah berumur  I,  2, 3, dan 4 hari
Tabel 3.  Rata-rata jumJah  parasltOlO  yang U1I1a51~1 v."..  r--~-"---  ~ diinfestasikan  pada larva  lalat buah benunur 1,2,3,  clan 4 bari Interval infestasi lalat buah (Pukul) 7.00-9.00 9.00-11.00 11.00-13.00 13.00-15.00 15.00-17.00 0(-) c 0(-)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dalam bahasa Indonesia ‘pergi’ merupakan verba yang tidak memiliki penanda atau imbuhan karena hanya merupakan kata dasar bentuk tanya, jadi dari dua pola bentuk

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat, dan bimbingan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Tugas Perencanaan Unit

Titik berat tugas akhir adalah pembahasan tentang bagaimana cara menentukan makna yang harus dipilih untuk menghilangkan ambiguitas makna dari kata dalam kalimat

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa etanol dengan kadar 80% lebih efektif digunakan sebagai bahan bakar karena lebih ekonomis dan memiliki lama

jika dipandang dari dimensi hukum dalam prespektif filosofis adalah tindakan yang melawan hukum, dan pada gilirannya hanya akan melahirkan sikap saralisasi aturan

Penelitian-penelitian tentang pengaruh budaya perusahaan terhadap komitmen organisasi terhadap kinerja diantaranya penelitian dari Fauzi dkk (2016) yaitu ada

x Nilai kalor briket daun, ranting dan bunga pinus lebih rendah dibandingkan dengan nilai kalor sebelum dijadikan briket karena pada saat proses pembuatan briket ditambah

Berdasarkan dari hasil analisa yang telah dipaparkan di atas, maka diperoleh simpulan bahwa store atmosphere mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan Pembelian Konsumen