• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL MANAJEMEN KINERJA SERTIFIKASI TENAGA KERJA KONSTRUKSI DAN IDENTIFIKASI INDIKATOR KINERJA PEDOMAN AKREDITASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL MANAJEMEN KINERJA SERTIFIKASI TENAGA KERJA KONSTRUKSI DAN IDENTIFIKASI INDIKATOR KINERJA PEDOMAN AKREDITASI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL MANAJEMEN KINERJA

SERTIFIKASI TENAGA KERJA KONSTRUKSI DAN

IDENTIFIKASI INDIKATOR KINERJA PEDOMAN AKREDITASI

TESIS

Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari

Institut Teknologi Bandung

Oleh

ELIZA ROSMAYA PURI NIM : 250 06 003

PENGUTAMAAN REKAYASA DAN MANAJEMEN INFRASTRUKTUR PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

(2)

MODEL MANAJEMEN KINERJA

SERTIFIKASI TENAGA KERJA KONSTRUKSI DAN

IDENTIFIKASI INDIKATOR KINERJA PEDOMAN AKREDITASI

Oleh:

ELIZA ROSMAYA PURI NIM : 250 06 003

Pengutamaan Rekayasa dan Manajemen Infrastruktur Program Magister Teknik Sipil

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung

Bandung, Juni 2008 Menyetujui, Pembimbing I

(3)

i ABSTRAK

MODEL MANAJEMEN KINERJA

SERTIFIKASI TENAGA KERJA KONSTRUKSI DAN

IDENTIFIKASI INDIKATOR KINERJA PEDOMAN AKREDITASI

Oleh

Eliza Rosmaya Puri NIM : 250 06 003

Pasar konstruksi nasional dan pasar konstruksi global membutuhkan Tenaga Kerja Konstruksi dengan berbagai tingkat kompetensi dalam jumlah yang tertentu. Untuk meningkatkan daya saing Industri Jasa Konstruksi khususnya Tenaga Kerja Konstruksi melalui UU Jasa Konstruksi No. 18 Tahun 1999, Pemerintah mengamanatkan kewajiban kepemilikan sertifikat bagi Tenaga Ahli dan Tenaga Terampil Jasa Konstruksi. Dalam pelaksanaan sertifikasi tersebut, ditemui berbagai permasalahan-permasalahan dalam sistem sertifikasi yang mengakibatkan proses sertifikasi tidak dapat berjalan dengan sesuai amanat UU Jasa Konstruksi tersebut. Berdasarkan data LPJK (2008), terdapat permasalahan kinerja Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi meliputi antara lain jumlah dan struktur pasokan/supply Tenaga Kerja Konstruksi; kesenjangan kinerja antar Badan Sertifikasi Asosiasi (BSA) dan/atau Badan Sertifikasi Keterampilan (BSK) dalam menghasilkan Tenaga Kerja Konstruksi bersertifikat. Secara umum, pengguna jasa konstruksi meragukan kebenaran terhadap tingkat kompetensi yang dicantumkan dalam sertifikat. Permasalahan tersebut diakibatkan kurangnya pemantauan yang baik oleh LPJKN dan LPJKD terhadap pelaksanaan kegiatan sertifikasi yang dilakukan oleh BSA dan/atau BSK; adanya Pedoman Akreditasi, Sertifikasi, dan Registrasi yang ditetapkan 7 (tujuh) tahun yang lalu; pengaturan yang tidak tegas mengenai Bakuan Kompetensi yang digunakan; dan pengaturan yang tidak tegas mengenai persyaratan Asesor. Pada akhirnya, adanya permasalahan-permasalahan dalam sertifikasi di atas telah mengakibatkan Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi tidak mampu mencapai kinerja yang diharapkan dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan (diharapkan). Melalui penelitian ini dikembangkan Model Konseptual Manajemen Kinerja yang dianggap mampu memperbaiki/mendongkrak kinerja Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi. Model Konseptual Manajemen Kinerja adalah suatu sistem konseptual pengaturan kinerja proses sertifikasi tenaga kerja konstruksi oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK), yang terdiri atas berbagai subsistem proses sertifikasi, subsistem organisasi, dan subsistem pedoman/acuan yang terintegrasi secara terpadu untuk mencapai tujuan sertifikasi tenaga kerja konstruksi yang diharapkan pada tahun 2015. Pada dasarnya, Model Manajemen Kinerja ini menggunakan konsep perbaikan kinerja pada seluruh komponen kegiatan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.

(4)

ii

Untuk menyediakan informasi kinerja yang telah dicapai perlu dilakukan Pengukuran Kinerja sebagai elemen dasar Manajemen Kinerja. Model Konseptual Pengukuran Kinerja yang dikembangkan, khusus untuk mengukur kinerja Akreditasi Tenaga Kerja Konstruksi yang bertujuan untuk menghasilkan BSA dan/atau BSK yang benar-benar kompeten dan bertanggungjawab dalam menyelenggarakan Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi. Dari Model Pengukuran Kinerja yang dikembangkan ditetapkan 5 (lima) komponen yang harus diukur kinerjanya dalam menjamin pencapaian tujuan, meliputi antara lain: Asosiasi Profesi dan/atau Institusi Diklat; Pedoman Akreditasi; Komite Akreditasi; Proses Akreditasi; dan BSA dan/atau BSK.

Sebagai alat untuk mengukur kinerja perlu dikembangkan indikator-indikator kinerja pada tiap komponen yang akan diukur kinerjanya. Untuk itu, lebih lanjut dilakukan identifikasi Indikator Kinerja khusus untuk Pedoman Akreditasi. Dalam identifikasi Indikator Kinerja Pedoman Akreditasi teridentifikasi 13 (tiga belas) indikator kinerja yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja Pedoman Akreditasi sebagai alat atau sarana untuk mengukur tingkat pencapaian pengaturan (pedoman) dalam menjamin standar kelayakan Asosiasi Profesi dan/atau Institusi Diklat sebagai badan-lembaga (BSA/BSK) yang menyelenggarakan sertifikasi tenaga kerja konstruksi.

Kata Kunci : Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi, Model Konseptual Manajemen Kinerja, Model Konseptual Pengukuran Kinerja, Indikator Kinerja.

(5)

iii ABSTRACT

PERFORMANCE MANAGEMENT MODEL CONSTRUCTION

WORKER CERTIFICATION AND IDENTIFY PERFORMANCE

INDICATOR FOR ACCREDITATION GUIDANCE

by

Eliza Rosmaya Puri NIM : 250 06 003

National and global construction market require Construction Worker with various certain interest storey;level in number. To increase construction Service Industries Competitiveness especially Construction worker through UU of Service Construction No. 18 Year 1999, Government commend obligation of the ownership of certificate to Expert and Skilled Man Power Service Construction. In conctruction development of certificate, there was various problem of certification system resulting that certification process cannot walk according to commendation of UU Service Construction.

Pursuant to data of LPJK ( 2008) there are problems of performance of Certification Worker Construction cover structure and amount of Construction Worker supply; performance difference between Body of Certification Association ( BSA) and/or Body of Certification Skill ( BSK) in yielding certificated Construction Worker. In general, service user of construction doubt of the truth of to interest storey;level which is mentioned in certificate. The problems resulted by the lack of monitoring which either by LPJKN and LPJKD to execution of activity of certification done by BSA and/or BSK; existence of guidance of Accreditation, Certification, and specified Registration 7 years ago irresolute arrangement regarding used Standard Interest; and irresolute arrangement regarding conditions of Asesor. In the end, existence of the problem of certification above have resulted Certification Worker Construction unable to reach performance which is expected in attainment of specified target (to be expected).

Through this research Conceptual Performance Management Modeldeveloped assumed can improve;repair / jacking up performance of Sertifikasi Worker Construction. Conceptual Performance Management Model is conceptual system of arrangement performance process construction worker certification by Institute Development Of Service Construction (LPJK), consist of various subsystem certification process, organizational subsystem, and guidance subsystem / integrated reference inwroughtly to reach the target of expected construction worker certification in the year 2015. Basicly, this Performance Management Model use repair concept of performance at entire conducted activity component step by step and continuation. To provide performance information which have been reached require to be conducted by measurement of performance as elementary element of Performance Management. Conceptual Model of Measurement of special developed Performance for the Accreditation of Worker Construction with aim to to yield BSA and/or of BSK

(6)

iv

really of competence and hold responsible in management of Certification Worker Construction. of Model Measurement of developed to be Performance to be specified by 5 (five component) which must be measured by its performance in guarantying attainment of target, covering for example : Profession Association and/or Institution of Diklat; Guidance Of Accreditation; Committee Accreditation; Accreditation Process; and BSA and/or of BSK.

As a means of to measure performance require to be developed by performance indicators at every component to be measured its performance. for that, identifyed by furthermore of special Performance indicator for the Guidance of Accreditation. In Performance Indicator identification Guidance of Accreditation identified by 13 (thirteen) performance indicator able to be used to measure performance guidance of Accreditation as a means of or medium to measure storey;level attainment of arrangement (guidance) in guarantying standard elegibility of Association Institution and/or profession of Diklat as institute tire ( BSA / BSK) which carrying out the Construction Worker Certification.

Keyword : Construction Worker Certification, Conseptual Performance Management Model, Conseptual Performance Measurement Model, Performance Indicator.

(7)

v

PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS

Tesis S2 yang dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HAKI yang berlaku di Institut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin Direktur Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.

(8)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidyah-Nya hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul Model Manajemen Kinerja Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi dan Identifikasi Indikator Kinerja Pedoman Akreditasi. Karya tulis ini bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan awal dari pengejaran keinginan dan impian penulis.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Purnomo Soekirno, yang telah mendedikasikan waktu dan pemikirannya untuk memberikan petunjuk, bimbingan, koreksi, saran, dan tantangan kepada penulis yang tidak terbatas pada penyusunan tesis namun bekal hidup di masa depan.

2. Bapak Dr. Ir. Ilyas Suratman, DES., CEA dan Bapak Dr. Ir. Bigman M. Hutapea yang telah berkenan menguji dan memberikan masukan yang sangat berarti selama penyelesaian tesis.

3. Segenap staf administrasi FTSL khususnya staf administrasi Program Magister (S2) Teknik Sipil ITB, staf Laboratorium MRK-ITB, staf Program Studi S1 Teknik Sipil ITB, dan staf PHK A3 yang telah dengan sabar membantu kelancaran penyelesaian administrasi.

4. Rekan-rekan: Mbak Lisbet, Mbak Yunita, Mas Yandi, Ibu Yuyun, Shita, Mbak Ery, Mbak Wulan untuk semua dukungan moril, kebersamaan, dan persahabatan yang mengiringi perjuangan Penulis dalam menyelesaikan tesis. 5. Dan semua pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan studi di

Pengutamaan Rekayasa dan Manajemen Infrastruktur, Program Magister Teknik Sipil ITB

Akhir kata, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan tesis ini. Oleh karena itu kritik dan masukan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi diri penulis dan semua pihak yang memiliki cita-cita dan harapan untuk mengembangkan Industri Jasa konstruksi Indonesia ke arah yang lebih baik.

Bandung, Juni 2008 Penulis

(9)

“ Terima kasih terbesar teruntuk mama, papa, saudara-saudaraku dan

keluarga tercinta yang senantiasa memberi dukungan dan doa. ”

THE SECRET IMPROVEMENT SUGGESTION IN LIFE

¾

Possible thing is usual, usual thing is force

¾

Quiet minded will make higher great

(10)

vii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-4 1.4. Lingkup Penelitian ... I-5 1.5. Sistematika Penulisan ... I-5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... II-1 2.1. Industri Jasa Konstruksi ... II-1 2.1.1. Peran Industri Jasa Konstruksi ... II-1 2.1.2. Peluang Industri Jasa Konstruksi ... II-3 2.1.3. Kendala Industri Jasa Konstruksi ... II-5 2.1.4. Tenaga Kerja Konstruksi Indonesia ... II-14 2.2. Sistem Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi ... II-20 2.2.1. Tenaga Kerja, Kompetensi, dan Sertifikasi ... II-20 2.2.2. Sistem Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi di Indonesia ... II-22 2.2.3. Sistem Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi di Negara Lain ... II-36 2.3. Sistem Pengukuran Kinerja ... II-42 2.3.1. Kinerja dan Indikator Kinerja ... II-42 2.3.2. Manajemen berbasis Kinerja ... II-45 2.3.3. Pengukuran Kinerja ... II-47 2.3.4. Konsep dan Perkembangan Balanced Scorecard (BSC) ... II-50 2.3.5. Balanced Scorecard untuk Organisasi Sektor Publik ... II-54

(11)

viii

Halaman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... III-1 3.1. Umum ... III-1 3.2. Metode Pengumpulan Data Sekunder ... III-4 3.3. Metode Pengolahan Data Sekunder ... III-4

BAB IV PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN KINERJA

SERTIFIKASI TENAGA KERJA KONSTRUKSI DAN IDENTIFIKASI INDIKATOR KINERJA PEDOMAN AKREDITASI ... IV-1 4.1. Analisis Kebutuhan Manajemen Kinerja Sertifikasi Tenaga Kerja

Konstruksi ... IV-1 4.1.1. Kebutuhan Kompetensi dan Daya Saing Tenaga Kerja Konstruksi

dan Badan Usaha Jasa Konstruksi Indonesia ... IV-1 4.1.2. Permasalahan dalam Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi ... IV-5 4.1.3. Kebutuhan Manajemen Kinerja Sertifikasi Tenaga Kerja

Konstruksi ... IV-11 4.2. Pengembangan Model Konseptual Manajemen Kinerja Sertifikasi Tenaga

Kerja Konstruksi ... IV-12 4.2.1. Model Subsistem Proses Sertifikasi ... IV-13 4.2.2. Model Subsistem Organisasi... IV-15 4.2.3. Model Subsistem Pedoman / Acuan ... IV-17 4.3. Pengembangan Model Konseptual Pengukuran Kinerja Akreditasi Tenaga

Kerja Konstruksi ... IV-18 4.3.1. Perumusan Strategi ... IV-18 4.3.2. Konsep Pengukuran Kinerja ... IV-19 4.4. Identifikasi Indikator Kinerja Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi ... IV-21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... V-1 5.1. Kesimpulan ... V-1 5.2. Saran ... V-2

(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Distribusi Pasar Konstruksi di Timur Tengah (Berger, 2006) ... II-4 Gambar 2.2 Kompetensi Profesional Persatuan Insinyur Indonesia ... II-17 Gambar 2.3 Pengaturan Tenaga Kerja Konstruksi berdasarkan UU Jasa

Konstruksi dan UU Ketenagakerjaan (BPKSDM, 2007) ... II-27 Gambar 2.4 Sistem Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi menurut LPJK ... II-32 Gambar 2.5 Mekanisme Sertifikasi Kompetensi BNSP ... II-35 Gambar 2.6 Sistem Akreditasi dan Sertifikasi Tenaga Ahli di Malaysia ... II-37 Gambar 2.7 Sistem Akreditasi dan Sertifikasi Tenaga Ahli di Singapura ... II-38 Gambar 2.8 Sistem Akreditasi dan Sertifikasi Tenaga Ahli di Australia ... II-41 Gambar 2.9 Empat Jenis Indikator Kinerja ... II-44 Gambar 2.10 Model Pendekatan Manajemen Kinerja ... II-47 Gambar 2.11 BSC Generasi Pertama: BSC sebagai alat pengukuran kinerja ... II-51 Gambar 2.12 BSC Generasi Kedua: BSC sebagai alat manajemen strategik

untuk menterjemahkan visi dan misi ... II-53 Gambar 2.13 Balanced Scorecard sebagai alat sistem manajemen strategik ... II-54 Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan Penelitian ... III-3 Gambar 4.1 Kebutuhan Kompetensi dan Daya Saing Tenaga Kerja

Konstruksi dan Badan Usaha Jasa Konstruksi Indonesia ...IV-4 Gambar 4.2 Struktur Kelembagaan LPJK Sekarang ...IV-10 Gambar 4.3 Alternatif Tata Kelola Kelembagaan (1) dengan Dewan

Pengawas dan Alternatif Tata Kelola Kelembagaan (2) tanpa Dewan Pengawas ...IV-10 Gambar 4.4. Rekomendasi Tata Kelola Lembaga Masa Depan ...IV-11 Gambar 4.5 Tahapan Proses Manajemen Kinerja Sertifikasi Tenaga Kerja

Konstruksi Indonesia (STKKI) ...IV-13 Gambar 4.6 Model Subsistem Proses Sertifikasi ...IV-15 Gambar 4.7 Model Subsistem Organisasi...IV-16 Gambar 4.8 Model Peningkatan Kinerja secara Berkelanjutan ...IV-17 Gambar 4.9 Model Subsistem Pedoman/Acuan ...IV-18

(13)

x DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Isu Utama, Dampak, dan Penyebab (LPJKN, 2007) ... II-13 Tabel 2.2 Kompetensi Kerja menurut Konvensi Nasional SKKNI (Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) ... II-16 Tabel 2.3 Ikhtisar Bakuan Kompetensi Sub Bidang Geoteknik ... II-18 Tabel 2.4 Pengaturan Tenaga Kerja Konstruksi berdasarkan UU Jasa

Konstruksi dan UU Ketenagakerjaan (BPKSDM, 2007) ... II-24 Tabel 2.5 Klasifikasi dan Kualifikasi SKA dan SKTK yang ditetapkan oleh

LPJK ... II-29 Tabel 2.6 Matriks Kerja ... II-43 Tabel 2.7 Perbandingan Kerangka Balanced Scorecard Sektor Swasta

dengan Sektor Publik ... II-55 Tabel 4.1 Statistik Jumlah Badan Sertifikasi Asosiasi (BSA) dan Badan

Sertifikasi Keterampilan (BSK) sampai dengan 20 Juni 2008 ... IV-7 Tabel 4.2 Statistik Jumlah Tenaga Kerja Konstruksi Bersertifikat (SKA dan

SKTK) sampai dengan 20 Juni 2008 ... IV-9 Tabel 4.3 Identifikasi Indikator Kinerja Pedoman Akreditasi ... IV-22

Referensi

Dokumen terkait

Interaksi antara aktor dengan use case data absensi dapat dilihat dari diagram sequence utility antara lain : diagram sequence backup data, diagram sequence restore data,

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Nugroho (2010) gangguan tidur merupakan keluhan utama yang sering dialami lansia, dengan perkiraan lebih dari setengah jumlah

Kebudayaan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia; Cet ke-4 (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h.. hal yang saling berhubungan, sebab manusia hidup pada umumnya tidak

Miskin) Menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas di Kabupaten Batang Hari Tahun 2011. Tabel 57 Cakupan Pelayanan Rawat Jalan Masyarakat Miskin

PPK meneliti kelengkapan dan menandatangani berkas serta SPP Gaji untuk selanjutnya sebelum diajukan kepada Pejabat Penguji dan Penerbit SPM untuk diterbitkan SPM,

100 × − − = percobaan seluruh rata rata maksimal jumlah percobaan seluruh rata rata jumlah bimbingan praktikum proses Nilai.. Ketelitian mahasiswa dalam melakukan pengamatan

Pada penelitian ini mengadopsi dari penelitian Zhou (2012), menggunakan karakteristik demografi dan perilaku donor darah sebagai dasar segmentasi orang yang berniat

Beberapa permasalahan yang dihadapi adalah: data-data hasil penelitian cukup banyak sehingga data base-nya berukuran besar; hasil penelitian yang satu dengan