• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI CITRA GURU DALAM CERPEN DAN NOVEL KARYA PENGARANG BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REPRESENTASI CITRA GURU DALAM CERPEN DAN NOVEL KARYA PENGARANG BALI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

i

DISERTASI

REPRESENTASI CITRA GURU DALAM CERPEN

DAN NOVEL KARYA PENGARANG BALI

I NYOMAN TINGKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

(2)

ii

DISERTASI

REPRESENTASI CITRA GURU DALAM CERPEN

DAN NOVEL KARYA PENGARANG BALI

I NYOMAN TINGKAT NIM 1090171008

PROGRAM DOKTOR

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

iii

REPRESENTASI CITRA GURU DALAM CERPEN

DAN NOVEL KARYA PENGARANG BALI

Disertasi untuk Ujian Terbuka

pada Program Doktor, Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana

I NYOMAN TINGKAT NIM 1090171008

PROGRAM DOKTOR

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

iv

Lembar Pengesahan

DISERTASI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 19 MEI 2015

Promotor

Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna,S.U. NIP 194409231976021001

Kopromotor I, Kopromotor II,

Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra,M.Litt. Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma,M.S. NIP 196112051986031004 NIP 195706181983031001

Mengetahui

Ketua Program Doktor Linguistik Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana

Prof. Dr. Aron Meko Mbete Prof.Dr.dr. A.A. Raka Sudewi,Sp.S(K). NIP 194707231979031002 NIP 195902151985102001

(5)

v

Disertasi Ini Telah Diuji pada Ujian Tertutup Tanggal 25 Februari 2015

Panitia Penguji Disertasi,

Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana Nomor : 752/UN.14.4/HK/2015

Tanggal 5 Maret 2015

Ketua : Prof. Dr. I Wayan Cika,M.S.

Anggota :

1. Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna,S.U. 2. Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra,M.Litt. 3. Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma,M.S. 4. Prof. Dr. I Nyoman Suarka,M.Hum. 5. Dr. Ida Bagus Rai Putra,M.Hum. 6. Dr. I Wayan Suardiana,M.Hum. 7. Dr. Drs. I Gde Artawan, M.Pd.

(6)

vi

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Nama : I Nyoman Tingkat

NIM : 1090171008

Program Studi : Linguistik, Konsentrasi Wacana Sastra

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah disertasi ini bebas plagiat. Apabila pada kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI Nomor 17 Tahun 2010 dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

Denpasar, 2 Mei 2015

(7)

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi

Wasa/Tuhan Yang Mahaesa, karena berkat rahmat-Nya, disertasi berjudul

“Representasi Guru dalam Cerpen dan Novel Karya Pengarang Bali” ini dapat diselesaikan. Penulis merasa sangat kecil untuk menyelesaikan disertasi ini. Tanpa penyertaan-Nya, mustahil disertasi ini dapat diwujudkan melalui proses yang panjang.

Dalam menyelesaikan disertasi ini, penulis menemui banyak hambatan, tetapi berkat bantuan material dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak, hambatan tersebut dapat penulis atasi. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U. sebagai promotor yang telah membimbing secara teliti dan memberikan masukan tentang teori yang selayaknya digunakan. Dengan penuh kehangatan dan kebersahajaan beliau senantiasa memotivasi penulis untuk menyelesaikan studi. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., sebagai kopromotor I yang banyak memberikan masukan tentang teknik menulis karya ilmiah secara benar. Di tengah-tengah kesibukan, beliau bersedia meluangkan waktu berkomunikasi dengan penulis, baik secara tatap muka maupun melalui telepon dan e-mail. Terima kasih juga kepada Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S., sebagai kopromotor II yang telah memberikan masukan dan bimbingan sejak awal sampai akhir dan mengkritisi

(8)

viii aspek bahasa disertasi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada tim penguji, yaitu: Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S. yang merangkap sebagai Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Unud. Beliau selalu bertanya, “Kenken disertasine?” telah menjadi pelecut dan penyemangat bagi penulis. Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum. yang merangkap sebagai Pembantu Dekan II di Fakultas Sastra dan Budaya Unud, selalu ramah menyapa dengan sentuhan humanistik membuat penulis perlu belajar banyak tentang arti hidup bersosialisasi. Dr. Ida Bagus Rai Putra, M.Hum.yang banyak menyadarkan penulis akan pentingnya tekad kuat untuk menyelesaikan studi dan telah membantu penulis mewujudkan slogan bagi SMA Negeri 2 Kuta, yaitu “Tavat guna vidya wicaksanam tavattvam vijayi bhawet” yang artinya selama ilmu pengetahuan digunakan dengan bijaksana, selama itu pula dikau akan berjaya.

Terima kasih juga disampaikan kepada Dr. I Wayan Suardiana, M.Hum. yang mengingatkan penulis tetap semangat dan memberikan fotokopi sejumlah referensi. Begitu juga Dr. Drs. I Gde Artawan, M.Pd. tidak henti-hentinya mengatakan, “S-3 itu adalah proses. Ikuti saja prosesnya dengan benar”. Pernyataan itu telah membuat penulis jengah menyelesaikan studi. Beliu juga banyak memberi masukan dan pengayaan bagi penulis untuk memperluas wawasan terkait dengan penelitian ini sejak ujian kualifikasi, ujian proposal, sampai disertasi ini terwujud.

Kepada Rektor Universitas Udayana juga penulis menyampaikan terima kasih atas kesempatan dan fasilitas yang disediakan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan doktor pada Program Studi Linguistik. Direktur Program

(9)

ix

Doktor Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah menerima penulis sebagai mahasiswa pada Program Studi Linguistik konsentrasi Wacana Sastra. Ketua Program Studi Doktor Linguitik yang telah memberikan pelayanan kepada penulis terkait dengan penyelesaian disertasi ini.

Terimakasih juga penulis sampaikan kepada para dosen di lingkungan Program Doktor Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar, yang dengan sabar dan tekun memberikan perkuliahan sehingga penulis terinspirasi untuk menulis disertasi ini. Kepala Perpustakaan Linguistik dan Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana yang menyediakan referensi untuk menyelesaikan disertasi ini. Para pegawai di lingkungan Program Studi Linguistik Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah melayani penulis dengan penuh keramahan untuk menyelesaikan administrasi.

Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bupati Badung, Anak Agung Gde Agung, S.H. yang telah memberi bantuan dana untuk meringankan sebagian biaya perkuliahan. Bapak Drs. I Ketut Widia Astika, M.M., Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Badung yang telah merekomendasi penulis untuk dapat memperoleh izin belajar dari Bupati Badung. Bapak Djelantik Santha, pengarang Sastra Bali Modern di tengah keterbatasan dan penyakit lumpuh yang dideritanya senantiasa bersemangat memacu penulis untuk menyelesaikan disertasi ini. Bapak Agung Wiyat S Ardhi, pengarang Sastra Bali Modern yang telah pensiun sebagai guru, tetapi selalu bersemangat dan sumringah menerima penulis pada saat wawancara di rumahnya. Bapak I Nyoman Manda, pengarang Sastra Bali Modern,

(10)

x

yang juga telah pensiun dari guru, tetapi selalu semangat berkarya sekaligus memantik penulis untuk menyelesaikan studi. Bapak Gde Aryantha Soethama pengarang Sastra Indonesia yang selalu kocak memberikan informasi seputar karya-karyanya. Keluarga besar Sunaryono Basuki, dalam keadaan sakit tetap ramah dan sabar berkomunikasi lewat SMS. Motivasi mereka adalah obat penyemangat bagi penulis ketika kejenuhan menghampiri.

Tidak lupa juga penulis menyampaikan terimakasih kepada guru dan pegawai di SMA Negeri 2 Kuta, serta di SMA Negeri 1 Kuta Selatan yang penuh kehangatan dan kedamaian memberikan motivasi dan senantiasa memahami kesibukan penulis. Bapak Yulianus Kasman yang bersedia membaca dan mengoreksi kesalahan ketik dan memberikan masukan terhadap isi disertasi ini dan Ibu Wiwin Widaningsih yang bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi tentang topik disertasi ini. Kolega penulis yang menjadi pengawas pendidikan SMA di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah raga Kabupaten Karangasem, Ida Bagus Widiasa Keniten yang selama penelitian ini terus penulis ganggu untuk menemukan sinonim terjemahan yang tepat dari bahasa Bali ke bahasa Indonesia.

Para guru penulis dari SD Kutuh, SMP Dirgayusa Ungasan, SPG Negeri Denpasar (kini SMAN 7 Denpasar) dan para dosen di FKIP Unud Singaraja (kini Undiksha Singaraja), yang telah memberikan jalan bagi penulis meniti jalan keguruan dan keilmuan. Para siswa di SMA Negeri 2 Kuta dan di SMA Negeri 1 Kuta Selatan yang selalu berceloteh dengan kenakalan khas remaja menjadi hiburan tersendiri bagi usaha penyelesaian disertasi ini. Kepada mereka semua, penulis juga

(11)

xi sampaikan terima kasih.

Terimakasih juga penulis sampaikan kepada ayah, I Ketut Sepir yang meninggal Kamis,Wage, Watugunung, 6 Maret 2014 yang selama berbaring di tempat tidur tetap memberikan petuah serta mengingatkan penulis untuk senantiasa dalam kesederhanaan, menjaga hubungan harmonis dengan keluarga, lingkungan kerja, masyarakat, dan Negara. Ibu tercinta, Ni Made Mungkrig yang buta huruf tetapi tidak buta hati juga tidak tutup telinga. Ibu yang sabar dan mendedikasikan hidupnya untuk anak-anak,cucu, dan cicitnya. Doanya yang sederhana dan bersahaja memberikan motivasi yang mengalir dari dalam padmahati yang terdalam. Doa yang terasa tulus bagi kelancaran studi anak dan cucunya. Kakak-kakak dan adik-adik penulis yang ketika ayah meninggal berkumpul kembali di rumah tua dan memberikan doa kepada ayah untuk jalan kemerdekaan di akhirat.

Jabat hati paling dalam kepada istri, Ni Wayan Sunadi yang hemat bicara sekaligus menjadi penghibur batin di tengah kegalauan penulis dikejar waktu studi yang membengkakkan pengeluaran setiap semester. Anak-anak tercinta, I Wayan Widyartha Suryawan, Ni Made Widya Utami Dewi, Ni Nyoman Widya Cahyani yang senantiasa berceloteh memberikan spirit bagi penulis menyelesaikan studi. Terima kasih pula kepada teman-teman mahasiswa Program Doktor Program Studi Linguistik di lingkungan Program Pascasarjana Universitas Udayana yang terus saling memotivasi dan membagi keluh kesah.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Mahaesa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian

(12)

xii

disertasi ini. Selanjutnya, penulis serahkan disertasi ini kepada sidang pembaca dengan segala kekurangannya. Kritik konstruktif penulis harapkan demi pencapaian kualitas yang lebih baik pada masa-masa mendatang. Semoga bermanfaat.

Denpasar, 2 Mei 2015 Penulis,

(13)

xiii ABSTRAK

REPRESENTASI CITRA GURU DALAM CERPEN DAN NOVEL KARYA PENGARANG BALI

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan citra dan perjuangan guru yang direpresentasikan dalam cerpen dan novel karya pengarang Bali serta menemukan makna tokoh guru sesuai dengan konteks zamannya. Objek penelitian ini adalah tiga belas karya sastra (enam novel dan tujuh cerpen) pengarang Bali, baik dalam karya sastra Indonesia modern maupun karya sastra Bali modern. Dari ketiga belas karya sastra itu, yang terbit paling awal tahun 1939 dan yang paling akhir tahun 2004.

Pembacaan terhadap tiga belas karya pengarang Bali itu menggunakan ancangan penelitian kualitatif dengan tiga teori utama sebagai dasar analisis, yaitu, teori Sosiologi Sastra, teori Representasi, dan teori Interteks. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode studi pustaka dengan dianalisis deskriptif analitik melalui komparatif sinkronik (karya sezaman) dan diakronik (karya berbeda zaman).

Berdasarkan analisis tersebut, penelitian menyimpulkan tiga hal. Pertama, pengkajian cerpen dan novel sastra Bali modern menunjukkan kecenderungan hubungan intertekstual terutama dari segi tematis dan hubungan antartokoh guru yang berlangsung harmonis. Tokoh-tokoh guru digambarkan oleh pengarang Bali sebagai wujud perpaduan ideal antara konsep catur guru (guru rupaka, guru

pengajian, guru wisesa, dan guru swadyaya) dalam kebudayaan Bali dan ajaran Ki

Hajar Dewantara yang terkenal : Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.

Kedua, cerpen dan novel tentang guru dalam sastra Indonesia modern karya pengarang Bali memberikan gambaran kepada pembaca tentang tipologi guru yang menunjukkan perubahan sikap guru terhadap profesinya dan perubahan pandangan masyarakat terhadap profesi guru. Wacana tentang guru dipahami sebagai arena pertarungan yang membuat profesi guru terombang-ambing sehingga citra kebimbangan tidak terhindarkan antara memegang prinsif idealisme keguruan dan meleburkan diri dalam pandangan pragmatis dan materialistik.

Ketiga, pengarang Bali menunjukkan semangat memahkotakan budaya Bali melalui tokoh guru dengan cara yang berbeda. Pengarang SBM memahkotakan dengan cara halus dan lembut tanpa goncangan, sebaliknya pengarang SIM memahkotakan budaya Bali dengan cara terbuka, dinamis, bahkan prontal.

(14)

xiv

ABSTRACT

REPRESENTATION OF THE IMAGE OF TEACHERS IN SHORT STORIES AND NOVELS WRITTEN BY BALINESE WRITERS

This present study is intended to reveal the image of and the struggle made by the teachers which are represented in the short stories and novels written by the Balinese writers, and to find the meaning of the characters playing a role as teachers from the context of their eras. The object of the study includes thirteen literary works (six novels and seven short stories) written by the Balinese writers. From the thirteen of the literature that published formerlly in 1939 and the end in 2004.

The thirteen literary works which are written by the Balinese writers were read using the qualitative research. They were analyzed using three main theories; they are the theory of Literary Sociology, the theory of Representation, and the theory of Intertexts. The data were collected using the library research, and were analyzed descriptively and analytically. Synchronic comparative method was used for the literary works which were written in the same era, and the diachronic method was used for the literary works which were written in different eras.

Based on the result of analysis, three conclusions could be drawn. First, the short stories and novels which are classified as the Modern Balinese literary works tended to show intertextual relation from thematic point of view, and harmonious relation among the characters playing a role as teachers. The Balinese writers showed that the characters playing a role as teachers were an ideal combination of the Balinese cultural concept of catur guru (guru rupaka, guru pengajian, guru wisesa, and guru swadyaya) and Ki Hajar Dewantara‟s teachings well-known as: Ing Ngaro

Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani.

Second, the short stories and novels which talk about teachers and are classified as the Indonesian modern literary works written by the Balinese writers show to the reader that, typologically, the teachers‟ behavior towards their profession had changed and people‟s view on teachers as a profession had also changed. The discourse of teachers was understood as an arena where there were two options, whether maintaining the principle of becoming ideal teachers or submitting to the pragmatic and materialistic view.

Third, the Balinese writers were differently encouraged to crown the Balinese culture through the characters playing a role as teachers. The modern Balinese literary works „Sastra Bali Modern (SBM)‟ crowned the Balinese culture in a gentle fashion without leading to any shock; however, the writers of the Indonesian modern literary works „Sastra Indonesia Modern (SIB) crowned the Balinese culture in an open, dynamic and even frontal fashion.

Keywords: representation, image of teachers, social change, struggle made by teachers

(15)

xv

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan representasi citra guru dalam cerpen dan novel karya pengarang Bali. Secara khusus representasi yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah citra guru, perjuangan guru, dan makna tokoh guru dalam karya sastra sastrawan Bali baik dalam sastra Bali modern (SBM) maupun sastra Indonesia modern (SIM).

Objek menelitian ini adalah tiga belas karya sastra (enam novel dan tujuh cerpen) pengarang Bali. Ketiga belas karya sastra itu adalah novel Tiba-Tiba Malam (1977), Senja di Candi Dasa (1992), Mlantjaran ka Sasak (1939), Tresnane Lebur

Ajur Satonden Kembang (1981), Manah Bungah Lenyah di Toyobungkah (2002), Bukit Buung Bukit Mentik (2004), cerpen “Guru” (2001), “Guru (1) (1995)”, “Guru

(2)” (1995), “SPP” (1972), “Ibu Guru Anakku” (1993), “Gamia Gamana” (1979), dan “Guru Made” (1995).

Data di atas menunjukkan karya sastra tertua terbit pada 1939 dan karya sastra termuda terbit pada 2004. Dengan demikian, penelitian ini mencakup representasi citra guru dalam karya pengarang Bali dalam rentang waktu 65 tahun. Novel tertua adalah Mlantjaran ka Sasak (1939) dan termuda adalah Bukit Buung Bukit Mentik (2004) berbahasa Bali sedangkan cerpen tertua adalah “SPP” (1972) dan termuda adalah “Guru” (2001) berbahasa Indonesia.

Pembacaan terhadap tiga belas karya pengarang Bali itu menggunakan ancangan penelitian kualitatif dengan tiga teori utama sebagai dasar analisis, yaitu teori representasi, teori sosiologi sastra, dan teori interteks. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode studi pustaka, metode wawancara, dan observasi. Selanjutnya, data dianalisis secara deskriptif analitik melalui komparatif sinkronik (karya sezaman) dan komparatif diakronik (karya berbeda zaman).

Berdasarkan metode dan analisis diperoleh lima simpulan dalam penelitian ini. Pertama, pengarang Sastra Bali Modern (SBM) cenderung merepresentasikan tokoh guru sebagai sosok yang idealis, tekun, dan perhatian pada anak didik. Guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru. Walaupun banyak godaan lingkungan karena perubahan orientasi hidup yang cenderung materialistis tetapi tidak mengendurkan sikap guru dalam melayani anak didik. Tokoh guru dalam SBM dicitrakan secara positif dan mengayomi. Mereka direpresentasikan menjadi sosok yang bersahaja, jauh dari kemewahan walaupun hidup di tengah perubahan sosial, baik karena pendidikan maupun kemajuan pariwisata.

Kedua, perjuangan sosok guru dalam SBM karya pengarang Bali cenderung idealis memertahankan tradisi, adat, agama, dan budaya. Dalam tradisi perkawinan misalnya, pengarang Bali tetap memertahankan konsep kesinambungan purusa (laki-laki) dalam keluarga. Pilihan untuk membuat santana rajeg adalah cara yang ditawarkan sehingga perkawinan nyentana/nyeburin menjadi solusi agar keluarga tidak terputus (putung), seperti ditulis Kaler (1982: 136). Pandangan Kaler itu

(16)

xvi

tersirat dalam novel Bukit Buung Bukit Mentik karya Agung Wiyat S Ardhi dan

Manah Bungah Lenyah di Toyobungkah karya Nyoman Manda.

Ketiga, pengarang Bali yang menulis dalam SIM baik yang menulis cerpen maupun novel cenderung menempatkan tokoh guru sebagai sosok yang dinamis mengikuti perkembangan zaman secara realistis. Dinamika itu tidak semata-mata dibebankan kepada tokoh guru, tetapi juga dikendalikan oleh sikap hidup masyarakat yang berubah dan cenderung instan. Perubahan sikap dan pandangan tokoh guru mengikuti perubahan zaman (terutama akibat pariwisata) ditemukan dalam karya-karya Aryantha Soethama. Tokoh guru yang dikendalikan oleh sikap hidup masyarakat yang cenderung pragmatis dan instan tergambar pada karya-karya Putu Wijaya, baik dalam novel maupun cerpen. Citra guru demikian menafikan pengabdian seorang guru yang berhasil menyadarkan dan mencerdaskan masyarakat. Hubungan guru dengan murid sudah sampai pada tahap transaksional, tidak lagi edukasional.

Keempat, faktor-faktor yang memengaruhi perubahan sikap guru dalam cerpen dan novel pengarang Bali dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang memperkuat jati diri keguruan antara lain bakat, minat, dan kematangan jiwa para tokohnya. Faktor internal ini sangat kuat dalam tokoh guru yang ditampilkan melalui cerpen dan novel SBM sejak zaman kolonial Belanda sampai zaman reformasi. Faktor eksternal yang memengaruhi sikap guru untuk berubah, antara lain perubahan zaman, godaan lingkungan pariwisata dan pola hidup masyarakat yang mendewakan uang (material) dan kekuasaan sebagai ukuran keberhasilan. Akibat faktor itu, tokoh guru dalam novel dan cerpen sastra Indonesia dikorbankan bahkan dilemahkan melalui sistem adat yang berbau feodal. Suara-suara yang memuliakan dan memartabatkan profesi guru terdengar samar-samar, dikalahkan oleh suara kencang yang menyudutkan dan melemahkan dengan ukuran keberhasilan ekonomi dan kekuasaan.

Kelima, makna perjuangan guru dalam karya pengarang Bali meliputi makna edukatif, rekreatif, sosial, dan dinamika. Makna edukatif berkaitan dengan penanaman nilai-nilai pendidikan dan etika dari guru kepada murid-murid dan masyarakat pada umumnya. Makna rekreatif berkaitan dengan karya sastra sebagai karya seni yang memberikan hiburan kepada pembaca melalui keindahan bahasa. Makna sosial berkaitan dengan hubungan antara guru dengan guru baik dalam satu sekolah maupun dengan sekolah lain, bahkan antarprovinsi. Hal ini menunjukkan tokoh guru memiliki solidaritas menjaga nilai kebersamaan dan menguatkan identitas. Makna dinamika merepresentasikan tokoh guru tidak dapat mengelak dari perkembangan di sekelilingnya terutama akibat pergaulan global melalui dunia pariwisata yang selalu membayang-bayangi tidak saja profesi guru tetapi juga profesi lainnya. Namun sebagai agen perubahan, tokoh guru tetap memegang teguh etika moral berdasarkan metodik dan didaktik yang dijadikan pijakan sebagaimana ia membelajarkan para siswanya.

Temuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, penelitian ini menemukan adanya hubungan intertekstual dalam Sastra Bali Modern (SBM)

(17)

xvii

terutama dari segi tematis dan hubungan tokoh guru dengan kelompok triwangsa

(menak). Cinta tidak sampai menjadi tema sentral dalam empat novel SBM.

Hubungan antartokoh guru direpresentasikan sebagai sosok yang lemah secara ekonomi, tetapi kuat memegang prinsif dalam melaksanakan tugas dan tidak mudah tergoda oleh aneka perubahan di sekitarnya. Tokoh-tokoh guru digambarkan sebagai wujud perpaduan ideal antara konsep catur guru (guru rupaka, guru pengajian, guru

wisesa, dan guru Swadyaya) dalam kebudayaan Bali dan ajaran Ki Hajar Dewantara

yang terkenal dengan tiga semboyannya, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo

Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Para tokoh guru direpresentasikan sebagai

sosok yang berada di garda depan dalam membangun Indonesia Raya.

Kedua, cerpen dan novel tentang guru dalam SIM karya pengarang Bali memberikan gambaran kepada pembaca tentang tipologi guru yang menunjukkan perubahan sikap guru terhadap profesinya dan perubahan pandangan masyarakat terhadap profesi guru. Wacana tentang guru dipahami sebagai arena pertarungan sosial yang diartikulasikan melalui bahasa (Eriyanto, 2001: 30). Pertarungan itu membuat profesi guru terombang-ambing sehingga citra kebimbangan tidak terhindarkan antara memegang prinsif idealisme keguruan dan meleburkan diri dalam pandangan pragmatis dan materialistik. Kebimbangan tokoh guru dalam sastra pengarang Bali ini senada dengan kebingunggan terhadap penerapan Kurikulum 2013 yang membuat siswa menjadi kelinci percobaan di tengah-tengah pertarungan ideologi di antara para gajah.

Ketiga, pengarang Bali menunjukkan semangat memahkotakan budaya Bali melalui tokoh guru dengan cara yang berbeda. Pengarang SBM memahkotakan dengan cara halus dan lembut tanpa goncangan, sebaliknya pengarang SIM memahkotakan budaya Bali dengan cara terbuka, dinamis, bahkan prontal. Per- bedaan cara pengungkapan itu dimungkinkan oleh ideologi pengarang SBM yang masih kuat memegang tradisi, sebagaimana tergambar dalam tata ruang rumah adat tradisional Bali. Halamannya seakan-akan terbuka dan dapat diamati dari luar secara leluasa tetapi dibatasi dengan aling-aling. Sebaliknya pengarang SIM tanpa tedeng aling-aling membuka pintu aib kebudayaan Bali melalui tokoh guru, tanpa menghiraukan dampaknya.

Berdasarkan simpulan dan temuan penelitian ini ada dua saran yang disampaikan. Pertama, wacana tentang guru yang direpresentasikan oleh pengarang Bali dalam karya-karyanya dapat dijadikan referensi oleh pembaca untuk melihat citra dan perubahan sosial yang diwacanakan. Citra dan perubahan sosial yang diwacanakan bukanlah gejala tunggal melainkan gejala majemuk yang saling berinterelasi secara intertekstual. Semangat kemajemukan ini menjadi peluang bagi pembaca mengapresiasi karya sastra tentang guru dalam konteks multikulural.

Kedua, fokus penelitian yang terbatas pada tokoh guru dalam cerpen dan novel berbahasa Bali dan berbahasa Indonesia dari kurun waktu terbatas 65 tahun, tidak tertutup kemungkinan dapat dikembangkan pada penelitian berikutnya dengan fokus yang berbeda. Dengan demikian, kajian tentang guru dari perspektif yang lain akan tetap terbuka bagi para peneliti berikutnya.

(18)

xviii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM

PRASYARAT GELAR ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN... iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT………. vi

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

RINGKASAN ... xv

DAFTAR ISI ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

DAFTARTABEL ... xxi

DAFTAR SINGKATAN ... xxii

GLOSARIUM ... xxiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 13 1.3 Tujuan ... 13 1.3.1 Tujuan Umum ... 13 1.3.2 Tujuan Khusus ... 14 1.4 Manfaat ... 14 1.4.1 Manfaat Teoretis ... 14 1.4.2 Manfaat Praktis ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka ... 18 2.2 Konsep... 26 2.2.1 Representasi ... 26 2.2.2 Citra Guru ... 27 2.2.3 Pengarang Bali ... 29 2.3 Landasan Teori ... 30

2.3.1 Teori Sosiologi Sastra ... 30

2.3.2 Teori Representasi ... 37

2.3.3 Teori Interteks ... 42

(19)

xix

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ... 49

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 51

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.4 Analisis Data ... 55

3.5 Penyajian Hasil Analisis Data ... 57

BAB IV KECENDRUNGAN TEMATIK DAN TOKOH GURU DALAM KARYA PENGARANG BALI 4.1 Kecenderungan Tematik Karya Pengarang Bali ... 61

4.2 Tokoh Guru dalam Karya Pengarang Bali ... 71

BAB V REPRESENTASI CITRA GURU DARI DILEMATIK SAMPAI HUMORIS 5.1 Guru yang Dilematik ... 90

5.2 Guru yang Lemah ... 113

5.3 Guru yang Idealis-Humanis ... 127

5.4 Guru sebagai Agen Perubahan ... 144

5.5 Guru yang Pragmatis Materialistis ... 152

5.6 Guru yang Peduli Budaya ... 160

5.7 Guru yang Humoris ... 174

BAB VI PERUBAHAN REPRESENTASI CITRA GURU DAN FAKTOR PENYEBABNYA 6.1 Perubahan Representasi Citra Guru ……….. 183

6.2 Faktor Penyebab Perubahan……… 187

6.2.1 Faktor Kejiwaan ... 188

6.2.2 Faktor Sosial Budaya ... 192

6.2.3 Faktor Ekonomi Pragmatis ... 198

6.2.4 Faktor Kekuasaan ... 207

BAB VII KRITIK SOSIAL MELALUI TOKOH GURU 7.1 Mengkritisi Birokrasi dan Mulat Sarira ... 215

7.2 Mengkritisi Adat, Membela Negara ... 240

7.3 Melestarikan Budaya Bali ... 256

(20)

xx

BAB VIII MAKNA REPRESENTASI CITRA GURU DALAM SASTRA PENGARANG BALI 8.1 Makna Edukatif ... 293 8.2 Makna Sosial ... 301 8.3 Makna Rekreatif ... 309 8.4 Makna Dinamis ... 326 BAB IX PENUTUP 9.1 Simpulan ... 333 9.2 Temuan Penelitian ... 338 9.3 Saran ... 339 DAFTAR PUSTAKA ... 341 LAMPIRAN Biografi : 01. Putu Wijaya ... 352

02. Gde Aryantha Soethama ... 356

03. I Wayan Badra... 363

04. I Gusti Ngurah Djelantik Santha ... 368

05. Agung Wiyat S. Ardhi... 375

06. I Nyoman Manda... 380

Sinopsis Novel : 07. Tiba-Tiba Malam ... 386

08. Senja di Candi Dasa ... 389

09. Mlantjaran ka Sasak ... 392

10. Tresnane Lebur Ajur Satonden Kembang ... 395

11. Bukit Buung Bukit Mentik ... 399

12. Manah Bungah Lenyah di Toyobungkah ... 401

Pendukung : 13. Daftar nama responden ... 405

(21)

xxi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Data Cerpen Pengarang Bali yang Diteliti ... 52

Tabel 3.2 Data Novel Pengarang Bali yang Diteliti ... 53

Tabel 4.1 Cerpen SBM dengan Tokoh Guru ... 86

Tabel 4.2 Cerpen SIM karya pengarang Bali dengan tokoh guru ... 87

(22)

xxii

DAFTAR SINGKATAN

HIS : Hollandsch Inlandsche School (setara SD kini)

HIK : Hollandsch Indische Kweekschool (setara SGB, SMP kini) PGA : Pendidikan Guru Agama

PHDI : Parisada Hindu Dharma Indonesia UUGD : Undang-Undang Guru dan Dosen SBM : Sastra Bali Modern

SIM : Sastra Indonesia Modern SGB : Sekolah Guru Bawah SPG : Sekolah Pendidikan Guru SMA : Sekolah Menengah Atas

SMEA : Sekolah Menengah Ekonomi Atas (kini SMK) SMU : Sekolah Menengah Umum (kini : SMA)

(23)

xxiii

GLOSARIUM

Ahimsa : tidak membunuh.

Alfaka guru : sikap melawan guru (guru rupaka, guru pengajian, guru

wisesa, guru Swadyaya)

Biokaonan : upacara pembersihan diri dengan upakara (banten)

Catur guru : empat guru dalam ajaran Hindu, yaitu: guru rupaka (orang

tua yang melahirkan), guru pengajian (guru yang mengajar di sekolah), guru wisesa (pemerintah), dan guru Swadyaya (Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan Yang Mahaesa).

Catur yoga : empat jalan mendekatkan diri dengan Ida sang Hyang Widhi,

yaitu jnanayoga (mendekatkan diri dengan Sang Hyang Widhi melalui jalan ilmu pengetahuan), bhaktiyoga (mendekatkan diri dengan Sang Hyang Widhi melalui jalan sujud bhakti secara tulus ikhlas), karmayoga (mendekatkan diri dengan Sang Hyang Widhi melalui jalan berbuat mulia tanpa

pamrih), dan rajayoga (mendekatkan diri dengan Sang Hyang Widhi melalui jalan brata,tapa, yoga, dan Samadhi).

Gapgapan : oleh-oleh

Geguritan : karya sastra Bali tradisional berbentuk puisi (tembang

macepat). Geguritan terikat pada aturan banyaknya kata dan suku kata dalam baris, dan banyak baris dalam bait dengan

(24)

xxiv

Jaba : sudra; di luar rumah

Jero : sebutan rumah kaum wesya dan ksatria; sebutan orang yang kawin dari warna sudra ke warna yang lebih tinggi

Jnana wiwaha : perkawinan dengan mengedepankan kesucian hati dan pikiran

berdasarkan sumber sastra agama, bukan kawin secara fisikal.

Kampuh : secarik kain yang diikatkan di badan di luar kamen

Kasepekang : hukum pengucilan sosial yang amat ditakuti masyarakat Bali

Krama desa/banjar : warga desa/banjar

Madunungan : menginap di rumah sahabat tanpa membayar

Malukat : mandi dengan air suci untuk menghilangkan kotoran batin

(sebel)

Manyama braya : semangat kekeluargaan yang muncul karena ikatan batin dan

rasa persaudaraan bersama baik dalam suka maupun duka

Matilesanga raga : tahu diri dan sadar tidak mampu secara ekonomi

Mayasa lacur : ketulusan pengendalian diri dalam kemiskinan

Menak : kelompok triwangsa

Mulat sarira : introspeksi diri

Ngamong : orang yang bertanggung jawab terhadap kewajiban agama

yang diwariskan dari generasi ke generasi

(25)

xxv

Nyentana/nyeburin : sistem perkawinan dalam masyarakat Bali dengan mempelai

laki-laki meninggalkan rumah asal, menetap di rumah mempelai perempuan

Pamalaku : Utusan yang ditugaskan menyampaikan informasi kepada

orangtua gadis yang kawin melarikan diri

Pancayama brata : lima macam pengendalian diri : ahimsa (tidak membunuh),

brahmacari (tidak melakukan hubungan kelamin semasa menuntut ilmu), satya (setia dengan janji), awyawaharika (melakukan usaha yang selalu bersumber pada kedamaian), asteya (tidak mencuri, tidak curang).

Pati brata : puasa

Parekan : abdi

Pesantian : Kelompok seni tradisional Bali yang mengapresiasi karya

sastra Bali (umumnya puisi) melalui berbagai tembang. Tembang yang dilantunkan berisi tutur dan ajaran moral diterrjemahkan secara kontekstual

Pitra puja : pemujaan dan tanggung jawab terhadap leluhur

Pradana : garis keturunan perempuan (matrilinial)

Prajuru : pengurus lembaga adat di Bali

Purusa : garis keturuanan laki-laki (patrilinial)

Putung : terputusnya generasi dalam keluarga karena tidak adanya

(26)

xxvi

Santana rajeg : anak yang berstatus sebagai pewaris keluarga baik perempuan maupun laki

Sadripu : enam jenis musuh dalam diri manusia : kama (nafsu), lobha

(kelobaan), krodha (kemarahan), mada (kemabukan), moha (kebingungan), dan matsarya (irihati)

Sadatatayi : enam jenis kekejaman dalam diri : agnida (membakar milik

orang lain), wisada (meracun), atharwa (melakukan ilmu hitam), sastraghna (mengamuk), dratikrama (memperkosa), rajapisuna (memfitnah).

Sapta timira : tujuh penyebab kegelapan atau kemabukan : surupa (rupa

tampan), dhana (kekayaan), guna (kepandaian), kulina (keturunan, kebangsawanan), yowana (keremajaan), sura (minuman keras), kasuran (kemenangan).

Sebel : kotor secara rohani

Trikaya Parisudha : tiga perbuatan (kayika) baik yang muncul dari pikiran (manacika), dan perkataan (wacika) baik.

Trihita karana : tiga penyebab keseimbangan yaitu hubungan antara manusia

dengan Tuhan (parhyangan), hubungan manusia dengan manusia (pawongan), hubungan manusia dengan lingkungan (palemahan)

(27)

Referensi

Dokumen terkait

Namun terlihat dalam tabel kontingensi walaupun hasil dari tabel yaitu ada pengaruh antara pemakaian kontrasepsi IUD dengan kejadian vaginitis tetapi dalam

Klinik Kesehatan Dian Medika memberikan jasa pengobatan yang sudah memiliki banyak pelanggan, mengalami beberapa masalah dalam melakukan pelayanan, di antaranya tidak dapat

Hasil sekuens fragmen gen GHR|AluI sapi bali, limousin, simmental, dan pesisir dianalisa kesamaannya (homology) dengan sekuen yang terdapat di GenBank menggunakan perangkat lunak

Penghapustagihan aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), Lembaga Penjamin Simpanan menyelesaikan aset berupa Tagihan yang masih tersisa.. dari

Potensi produksi yang rendah dari keseluruhan spesies pada cahaya yang rendah jadi pembatas utama terhadap produksi hijauan di perkebunan, dimana penutupan kanopi yang terbuka

68-508 of May 7, 1968 are completed as follows: the agents authorized by the Ministry of Agriculture will be responsible for the quality control of fresh

Hasil uji coba pengolahan air dengan proses biofiltrasi, ultra filtrasi dan reverse osmosis dengan air baku air sungai dapat dihasilkan air olahan dengan kualitas yang sangat

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan menyebarkan kuesioner untuk mengetahui