• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENAMBAHAN JUMLAH KISI PADA MODEL OTENTIKASI RANCANGAN SEGITIGA KOMPOSISI PENYUSUN OBAT BAHAN ALAM LINA HANDAYANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENAMBAHAN JUMLAH KISI PADA MODEL OTENTIKASI RANCANGAN SEGITIGA KOMPOSISI PENYUSUN OBAT BAHAN ALAM LINA HANDAYANI"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENAMBAHAN JUMLAH KISI PADA MODEL OTENTIKASI

RANCANGAN SEGITIGA KOMPOSISI

PENYUSUN OBAT BAHAN ALAM

LINA HANDAYANI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

(2)

LINA HANDAYANI. Penambahan Jumlah Kisi pada Model Otentikasi

Rancangan Segitiga Komposisi Penyusun Obat Bahan Alam. Dibimbing oleh

LATIFAH K. DARUSMAN dan AGUS M. SOLEH.

Pengendalian kualitas suatu obat bahan alam semakin dikembangkan.

Salah satu contohnya dengan pembuatan rancangan segitiga komposisi sebagai

diagram kontrol model otentikasi terhadap komposisi penyusun obat Tensigard

(Phapros), yang diklaim mengandung ekstrak seledri dan kumis kucing. Penelitian

ini bertujuan memperbanyak jumlah kisi pada rancangan segitiga komposisi

sehingga diharapkan dapat memperbaiki model otentikasi komposisi Tensigard

sebelumnya. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik spektroskopi

inframerah dan hasilnya diinterpretasikan dengan pendekatan metode

kemometrik, yaitu analisis komponen utama serta regresi komponen utama

(RKU).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua rancangan kombinasi

memperlihatkan kemiripan pola spektrum inframerah. Kombinasi seledri-kumis

kucing-bahan pengisi (SDKK) menghasilkan jumlah proporsi kumulatif

komponen utama 1 dan 2 yang paling besar, baik pada data amatan semua daerah

bilangan gelombang (4000-400 cm

-1

) maupun daerah sidik jari (1500-500 cm

-1

),

masing-masing sebesar 94.94 dan 97.52%. Model terbaik berdasarkan hasil

regresi komponen utama dari kombinasi SDKK, dengan proporsi seledri, kumis

kucing, dan bahan pengisi masing-masing sebesar 61.50, 16.30, dan 77.80%.

ABSTRACT

LINA HANDAYANI. The additional of lattice number toward simplex lattice

design as authentication model of herbal medicine composition. Supervised by

LATIFAH K. DARUSMAN and AGUS M. SOLEH.

The quality control of herbal medicine is improving. Control diagram has

been made as authentication model from Tensigard (Phapros) composition.

Tensigard consisted of celery and kumis kucing extracts. The purpose of this

research was to add lattice number in simplex lattice design in order to improve

the Tensigard authentication model. The research was conducted by incorporating

appropriate chemometric methods (principal component analysis and regression

component analysis (PCR)) as tools for extracting relevant chemical information

from the obtained infrared data.

The result showed that all of combination designs have an infrared spectra

similarity. Celery-kumis kucing-filler (SDKK) combination produced the biggest

cumulative proportion of component 1 and 2, both all wavelengths and fingerprint

area data, 94.94 and 97.52%, respectively. The best model based on PCR result

from SDKK combination, which produced the proportion of celery, kumis kucing,

filler, 61.50, 16.30, and 77.80%, respectively.

(3)

PENAMBAHAN JUMLAH KISI PADA MODEL OTENTIKASI

RANCANGAN SEGITIGA KOMPOSISI

PENYUSUN OBAT BAHAN ALAM

LINA HANDAYANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

(4)

Nama

:

Lina

Handayani

NIM

:

G44204028

Menyetujui:

Pembimbing I,

Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS

NIP 195308241976032001

Pembimbing II,

Agus M.Soleh, S.Si, MT

NIP 197503151999031004

Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Tanggal Lulus:

Dr. drh. Hasim, DEA

(5)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah Tritunggal karena dengan kuasa dan

anugerah-Nya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah berjudul Penambahan

Jumlah Kisi pada Perbaikan Model Otentikasi Rancangan Segitiga Komposisi

Penyusun Obat Bahan Alam ini dilaksanakan pada bulan Mei 2008 sampai

dengan Februari 2009 di laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia IPB dan

Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof.Dr.Ir.Latifah

K.Darusman, M.S. dan Bapak Agus M.Soleh, S.Si, MT sebagai pembimbing

yang telah memberikan arahan, saran, dan dorongan selama pelaksanaan

penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.

Ungkapan terima kasih kepada Bapa, Mama, Abang Raymond, dan Adik

Richard atas doa, kasih sayang, dukungan semangat serta materil yang diberikan

kepada penulis. Terima kasih kepada Pak Eman, Bu Nunung, dan semua staf

laboratorium Kimia Analitik, atas bantuan dan saran-saran yang diberikan selama

melaksanakan penelitian. Terima kasih kepada Nio dan semua staf laboratorium

Pusat Studi Biofarmaka atas bantuannya selama pengukuran dengan

spektrofotometer FTIR. Terima kasih kepada Budi, Tri, Julie, Balqis, Erika, Kak

Erika, dan semua teman Kimia 41. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada

keluarga Kelompok Kecil, dan teman-teman PMK IPB, atas bantuan, doa,

semangat, dan kebersamaannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2009

(6)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 November 1986 dari

pasangan Togang Maruli Napitupulu dan Nursalam Sinaga. Penulis merupakan

anak kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri I Tambun-Bekasi dan pada

tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Kimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum mata

kuliah Kimia pada tahun ajaran 2005/2006, Agama Kristen Protestan pada tahun

ajaran 2005/2006 dan 2006/2007, Kimia Analitik Layanan Ilmu Teknologi

Pangan serta mata kuliah Spektroskopi II Diploma 3 pada tahun ajaran 2007/2008.

Penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Persekutuan Mahasiswa Kristen

(PMK) di Komisi Pembinaan Pemuridan sebagai pengurus dan pemimpin

kelompok kecil. Pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2007, penulis

melaksanakan praktik lapangan di PT Coca-Cola Bottling Indonesia, Cibitung.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ...……….…………... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ...………..………... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Tanaman ………...………... 1

Reserpin ………..………..…...…………... 2

Spektroskopi InframerahTransformasi Fourier ... 3

Simplex Lattice Design ………...……...……….…....……… 3

Analisis Komponen Utama ... 3

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat ...………..……….………….…... 4

Lingkup Penelitian ...……….………...………..……... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji

Fitokimia

……….……….

5

Kadar

Air

………

6

Spektrum Inframerah Kombinasi Asli Ramuan Ekstrak Obat Tensigard .. 6

Spektrum Inframerah Kombinasi Ekstrak Seledri-Sambiloto ……… 6

Spektrum Inframerah Kombinasi Ekstrak Seledri-Reserpin ……….. 6

Analisis Komponen Utama Spektrum Inframerah Kombinasi Ekstrak …. 7

Analisis Komponen Utama Spektrum Inframerah Daerah Sidik Jari ….... 7

Analisis

Regresi

Komponen

Utama

………...

8

SIMPULAN ... 10

SARAN ... 10

DAFTAR PUSTAKA ...………..………... 11

(8)

1 Hasil Uji fitokimia sampel ...………..…………... 5

2 Peubah respons untuk masing-masing kombinasi komposisi …..………... 8

3 Model regresi untuk kombinasi SDKK ... 8

4 Kebaikan model untuk kombinasi SDKK ... 9

5 Model regresi untuk kombinasi SDSBL ... 9

6 Kebaikan model untuk kombinasi SDSBL ... 10

7 Model regresi untuk kombinasi SDRP ………..…. 10

8 Kebaikan model untuk kombinasi SDRP ………..…... 10

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1

Seledri ………...…... 2

2

Kumis kucing ………...….…...………... 2

3

Sambiloto …………...………... 2

4

Struktur reserpin ………..

...

... 3

5

Contoh rancangan segitiga komposisi setiap kombinasi ... 3

6

Diagram analisis data ………... 5

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1

Bagan alir penelitian ... 14

2

Bagan alir uji fitokimia ………... 15

3

Hasil Uji Fitokimia Sampel (Darusman et al. 2007) ………...……. 16

4

Penentuan Kadar Air ……..………... 16

5

Kode komposisi campuran untuk setiap ramuan …..…………... 17

6

Komposisi campuran sebenarnya untuk setiap ramuan ... 18

7

Contoh spektrum IR yang dihasilkan pada kombinasi seledri-kumis

kucing-bahan pengisi (SDKK) ... 19

8

Contoh spektrum IR yang dihasilkan pada kombinasi

seledri-sambiloto-bahan pengisi (SDSBL) ... 19

(9)

9

Contoh spektrum IR yang dihasilkan pada kombinasi

seledri-reserpin-bahan pengisi (SDRP) ... 20

10 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data asli

kombinasi SDKK ... 20

11 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data seleksi

kombinasi SDKK ... 21

12 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data asli

kombinasi SDSBL ... 21

13 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data seleksi

kombinasi SDSBL ... 22

14 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data asli

kombinasi SDRP ... 22

15 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data seleksi

kombinasi SDRP ... 23

16 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data asli

daerah sidik jari kombinasi SDKK ……….……….. 23

17 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data seleksi

daerah sidik jari kombinasi SDKK ……….……….. 24

18 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data asli

daerah sidik jari kombinasi SDSBL …………..……… 24

19 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data seleksi

daerah sidik jari kombinasi SDSBL ..……… 25

20 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data asli

daerah sidik jari kombinasi SDRP………..25

21 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data seleksi

daerah sidik jari kombinasi SDRP ………..……….. 26

22 Nilai komponen utama 1 dan 2 (KU1 dan KU2) pada kombinasi SDKK .... 27

23 Nilai komponen utama 1 dan 2 (KU1 dan KU2) pada kombinasi SDSBL ... 28

24 Nilai komponen utama 1 dan 2 (KU1 dan KU2) pada kombinasi SDRP ... 29

(10)

PENDAHULUAN

Gerakan kembali ke alam (back to nature) menjadi konsep yang saat ini diminati oleh masyarakat. Salah satu contoh diantaranya adalah peningkatan jumlah konsumen pengguna obat bahan alam. Keinginan konsumen untuk mendapatkan efek khasiat yang cepat dari obat yang dikonsumsinya seringkali membuat produsen menambahkan obat sintesis ke dalam produk yang dibuatnya. Selain itu, faktor keterbatasan sumber bahan baku simplisia dan ketidakcermatan dalam menentukan keaslian spesies simplisia juga dapat menyebabkan produsen memproduksi obat dengan bahan baku yang berbeda dari bahan baku yang seharusnya. Hal ini dapat menjadi potensi yang berbahaya bagi konsumen obat bahan alam. Badan POM RI telah menemukan 93 produk obat tradisional yang dicampur dengan bahan kimia. Bahan kimia yang dicampurkan merupakan bahan obat keras, diantaranya adalah fenibutason, metampiron, dan deksametason. Oleh karena itu, pengawasan produk obat harus dilakukan untuk menjamin mutu dan keamanannya. Salah satu caranya dengan pembuatan diagram kontrol model otentikasi komposisi obat bahan alam.

Komposisi kimia yang terkandung dalam ekstrak obat bahan alam merupakan suatu komposisi yang kompleks. Metode uji yang dapat memberikan gambaran secara menyeluruh tentang karakteristik kimia suatu bahan alam adalah teknik spektroskopi inframerah (IR). Spektrum IR yang dihasilkan merupakan hasil interaksi antara senyawa-senyawa kimia dalam matriks sampel yang sangat kompleks. Perolehan informasi dari data spektrum IR memerlukan suatu metode kemometrik berupa analisis multivariat. Kemometrik digunakan untuk menemukan korelasi statistik antara data spektrum dan informasi yang telah diketahui dari sampel. Analisis multivariat menyediakan metode untuk mengurangi data berukuran besar yang diperoleh dari instrumen, seperti spektrofotometer. Analisis multivariat dapat digunakan untuk pengenalan pola dalam sampel salah satunya melalui metode Analisis Komponen Utama (Miller & Miller 2000).

Aplikasi spektroskopi IR pada analisis herbal masih sangat terbatas jika dibandingkan penggunaanya pada industri pangan dan mikrobiologi (Sim et al. 2004). Salah satu contoh aplikasi spektroskopi IR pada analisis herbal antara lain seperti yang dilakukan oleh Darusman et al. (2007), yang

menerapkan interpretasi kemometrik terhadap spektrum FTIR untuk membentuk diagram kontrol model otentikasi pada kombinasi komposisi asli Tensigard (obat bahan alam penurun tekanan darah, yang diklaim mengandung ekstrak seledri, daun kumis kucing, dan bahan pengisi). Selain itu, dilakukan juga analisis terhadap spektrum FTIR pada kombinasi ramuan dengan ekstrak kumis kucing yang disubstitusi oleh ekstrak sambiloto dan obat sintetis resrpin. Sambiloto dan reserpin dapat dijadikan sebagai bahan tambahan.

Pemodelan otentikasi komposisi Tensigard tersebut menggunakan rancangan segitiga komposisi dengan 3 jumlah kisi dan menggunakan analisis komponen utama (AKU). Darusman et al. (2007) melaporkan bahwa rancangan segitiga komposisi dengan 3 jumlah kisi masih sulit digunakan sebagai kontrol model otentikasi kombinasi ramuan obat Tensigard.

Penelitian ini bertujuan memperbanyak jumlah kisi menjadi kisi 6 pada rancangan segitiga komposisi, yang akhirnya diharapkan dapat memperbaiki model otentikasi sebelumnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Tanaman

Seledri (Apium graveolens)

Seledri merupakan tanaman

berbentuk rumput, berbatang pendek dengan daun lekuk-lekuk tidak teratur dan bertangakai panjang. Seledri (Gambar 1) berasal dari daerah subtropis Asia dan Eropa, mempunyai nama ilmiah Apium graveolens. Secara taksonomi, seledri diklasifikasikan dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dichotyledonae, bangsa Umbelliflorae, suku Umbelliferae, marga

Apium, jenis Apium graveolens.

Ada sekitar 156 komponen yang telah berhasil diidentifikasi dari seledri. Golongan utamanya adalah monoterpena, alkohol alifatik, komponen karbonil, fenol, dan epoksida aromatik. Minyak seledri mengandung senyawa terpenoid dengan limonen sebagai komponen terbesar (70-80%) (BPOM RI 2007).

Kandungan seledri (Ashari 1995) terdiri atas air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, besi, riboflavin, nikotinamida, dan asam askorbat. Seledri berkhasiat menurunkan tekanan darah, khasiat ini muncul karena

(11)

2

kandungan magnesium, yang dapat merileksasikan pembuluh darah.

Gambar 1 Seledri.

Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)

Kumis kucing merupakan salah satu jenis tanaman obat yang dapat digunakan untuk mengobati darah tinggi dan peluruh urine. Lokasi tumbuh kumis kucing dapat ditemukan sampai ketinggian 700 m dpl (Wijayakusuma 2005). Kumis kucing termasuk jenis

Orthosiphon aristatus, marga Orthosiphon,

suku Labiatae, bangsa Tubiflorae, kelas Dycotiledonae, sub divisi Angiospermae, dan divisi Spermatophyta. Kandungan kimia kumis kucing adalah alkaloid, sinensetin, saponin, flavonoid, dan polifenol. Selain itu, kumis kucing mengandung orthosiphon glikosida, zat samak, minyak atsiri, minyak lemak, saponin, garam kalium, dan myoinositol (Wijayakusuma 2005). Tanaman kumis kucing ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Kumis kucing.

Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)

Sambiloto tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 m. Sambiloto merupakan tanaman semusim yang memiliki tinggi 50-90 cm. Sambiloto (Gambar 3) diklasifikasikan dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, suku Acanthaceae, marga Andrographis, jenis

Andrographis paniculata Nees. Kandungan

kimia sambiloto yang sudah diketahui adalah saponin, flavonoid, tanin, andrografolida, deoksiandrografolida, neoandrografolida, panikolina, apigenin dan beberapa mineral. Komponen utama sambiloto adalah

andrografolida yang berguna sebagai bahan obat. Andrografolida termasuk dalam kelompok senyawa diterpenoid lakton yang memiliki bobot molekul 350,44 g/mol dengan berbagai turunannya (Naiola et al. 1996). Senyawa andrografolida berbentuk kristal tak berwarna dan memiliki rumus molekul C20H30O5 serta memiliki ciri organoleptik

dengan rasa yang sangat pahit (Siripong et al. 1992). Senyawa andrografolida bermanfaat sebagai pelindung hati yang sangat potensial dalam menghambat toksisitas hepar dan anti inflamasi (Novalina 2003).

Gambar 3 Sambiloto.

Reserpin

Reserpin (C33H40N2O9) merupakan salah

satu jenis alkaloid indol yang digunakan untuk pengobatan penyakit hipertensi, menurunkan denyut jantung, terapi bagi penderita skizofrenia, dan obat penenang. Reserpin dapat diperoleh dari ekstrak tumbuhan genus Rauwolfia, terutama spesies R.serpentina dan

R.vomitoria. Reserpin berwujud padatan

(bubuk kristal) yang berwarna putih, tidak berbau dan menjadi berwarna kehitaman jika dibiarkan di udara terbuka. Selain itu, reserpin bersifat basa lemah dan cepat berwarna gelap oleh cahaya (Schunach et al. 1990). Reserpin tidak larut dalam air, mudah larut dalam asam asetat dan kloroform, serta sukar larut dalam etanol dan eter (British Pharmacopoeia 1993). Analisis reserpin secara sederhana yaitu dengan natrium molibdat dalam asam sulfat, yang memberikan warna kuning dan akan berubah menjadi warna biru setelah 2 menit (Schunach et al. 1990).

Reserpin dalam tablet obat dapat ditentukan kadarnya dengan berbagai metode. Metode yang lazim digunakan adalah spektrofotometri sinar tampak (British Pharmacopoeia 1993, AOAC 2005), spektrofluorometri (AOAC 2005), dan kromatografi cair kinerja tinggi (USP 2006). Penelitian ini mencoba menggunakan metode spektroskopi FTIR dan kemometrik untuk melihat pengaruh reserpin yang ditambahkan

(12)

pada kombinasi asli ramuan obat terhadap pola spektrum FTIR-nya.

Gambar 4 Struktur reserpin.

Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier (FTIR)

Radiasi inframerah (IR) berada pada kisaran panjang gelombang 0.78-1000 µm atau bilangan gelombang 12800-10 cm-1. Spektrumnya terdiri atas radiasi inframerah dekat (12800-4000 cm-1), menengah (4000-200 cm-1), dan jauh (200-10 cm-1). Energi radiasi IR digunakan terbatas hanya pada transisi molekul yang melibatkan vibrasi dan rotasi. Serapan gugus fungsional dengan IR berada pada kisaran 4000-1500 cm-1, sedangkan fenomena ikatan intramolekuler yang bersifat sangat spesifik untuk setiap materi yaitu pada 1500-400 cm-1 (daerah sidik jari) (Khopkar 2002). Pada daerah sidik jari, sedikit saja perbedaan struktur dan susunan molekul akan menyebabkan perubahan distribusi puncak serapan.

Berbeda dari spektrometer dispersif, FTIR tidak mengukur panjang gelombang satu demi satu, melainkan dapat mengukur intensitas pada berbagai panjang gelombang secara serempak (Skoog et al. 1998).

Instrumen FTIR dapat memiliki resolusi yang sangat tinggi ( 0.001 cm-1) (Silverstein et al. 2005). Monokromator prisma atau kisi yang dapat mengurangi energi sinar diganti dengan interferometer. Interferometer membuat spektrometer mampu mengukur semua frekuensi optik secara serempak dengan mengatur intensitas dari setiap frekuensi tunggal sebelum sinyal sampai ke detektor. Hasil dari pindai interferometer yang berupa interferomogram (plot antara intensitas san posisi cermin) ini tidak dapat diinterpretasikan dalam bentuk aslinya. Proses transformasi Fourier akan mengubah interferomogram menjadi spektrum antara intensitas dan frekuensi.

Simplex-Lattice Design

(Rancangan Segitiga Campuran Tipe Kisi)

Perlakuan dalam segitiga komposisi adalah campuran dari tiga komponen dengan proporsi tertentu,. Proporsi dari komponen yang berbeda dalam segitiga kompoisis jumlahnya harus satu. Percobaan komposisi memiliki asumsi bahwa perbedaan respon yang muncul antar satuan percobaan hanya dipengaruhi oleh perbedaan dari tiap komponen pada campuran tersebut, bukan banyaknya campuran (Cornell 1990). Tujuan perlakuan campuran adalah membuat model campuran permukaan (blending surface) dengan suatu bentuk persamaan matematika, sehingga prediksi dari respon untuk berbagai campuran atau kombinasi unsur dapat dibuat secara empiris dan beberapa pengukuran pengaruh respon dari setiap komponen satu persatu dalam kombinasi dengan komponen lain dapat diperoleh. Contoh rancangan segitiga komposisi ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Contoh rancangan segitiga komposisi tipe 6 kisi.

Analisis Komponen Utama

Analisis komponen utama (AKU) merupakan suatu teknik yang bertujuan mengurangi, menyederhanakan, membuat model, menyeleksi variabel, memprediksi, dan mengklasifikasikan jumlah variabel dalam suatu matrik data (Wold et al. 1990). Prinsip AKU adalah mencari komponen utama yang merupakan kombinasi linear dari peubah asli. Setiap variabel baru (skor atau KU) yang dihasilkan AKU merupakan kombinasi linier variabel asli pengukuran (Miller & Miller 2000). Skor dinilai bersama dengan satu vektor yang disebut loading. Loading

mengukur hubungan di antara variabel. Antara skor dan loading terhubung dalam fungsi:

Ekstrak Seledri

0 1

Ekstrak Kumis Kucing1

0

Bahan Pengisi (amilum)1 0 2 3 4 5 6 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20 21 22 23 24 25 26 27 19 7 28

(13)

4

X=TP’+E TP’. X adalah matriks data awal, T adalah matriks dengan kolom berupa skor, P’ adalah matriks dengan kolomnya berupa

loading, dan E adalah matriks redusial

(Brereton 2003). Skor disusun berdasarkan proporsi utama varian. Skor pertama mewakili bagian yang paling penting dalam varian. Skor selanjutnya mewakili varian yang lebih kecil dari skor sebelumnya.

Kurniasari (2006) menggunakan teknik AKU untuk menunjukkan pengelompokkan spektrum IR dari ketiga jenis sampel meniran dari daerah asal yang berbeda. Sim et al. (2004) menggunakan spektroskopi FTIR dengan metode kemometrik AKU untuk mengklasifikasikan Orthosiphon stamineus Benth (digunakan untuk mengobati infeksi

ginjal, urin, dan lainnya) berdasarkan pada daerah asal geografis dan varietasnya. Liang

et al. (2004) menggunakan teknik FTIR dan

AKU untuk mengontrol kualitas obat herbal (dari ekstrak Ginkgo Biloba), spektrum IR yang yang memiliki kemiripan kemudian diklasifikasikan dan dianalisis dengan AKU.

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah obat Tensigard (Pharos), seledri, kumis kucing, dan sambiloto yang berasal dari Kebun IPB, reserpin (Sigma), pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendrof. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer FTIR Tensor (Bruker), perangkat lunak Analisis R dan Minitab 14.

Lingkup Penelitian

Pembuatan diagram kontrol sebagai model otentikasi komposisi Tensigard® dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu persiapan sampel, pembuatan ekstrak, penentuan kadar air, uji fitokimia, desain kombinasi formula untuk membentuk diagram kontrol, pengukuran spektra IR, dan analisis data. Bagan alir penelitian ditunjukkan pada Lampiran 1.

Persiapan Sampel dan Pembuatan Ekstrak

Sampel kering dari seledri, kumis kucing, sambiloto, dan serbuk obat Tensigard masing-masing sebanyak 200 g diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol. Setelah itu, setiap ekstrak sampel disaring. Ampasnya direndam lagi dengan etanol baru

dan cairannya dikumpulkan dengan cairan masing-masing hasil perendaman pertama. Begitu seterusnya hingga air rendamannya tidak berwarna. Cairan ekstrak yang diperoleh lalu dikeringkan dengan rotary evaporator. Hasil pengeringan dengan rotary evaporator digunakan untuk uji fitokimia dan kadar air.

Analisis Kimia Kadar Air

Pinggan porselin dikeringkan pada suhu 105 C selama 30 menit. Pinggan porselin yang telah dikeringkan kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang. Serbuk kering masing-masing sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam pinggan porselin kemudian dimasukkan dalam oven pada suhu 105 C selama 3 jam kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang. Setelah itu dilakukan pengeringan lagi selama 3 jam pada suhu suhu 105 C, didinginkan dan ditimbang. Prosedur diulang terus sampai diperoleh bobot yang tetap (stabil).

Uji Fitokimia

Uji fitokimia yang dilakukan terhadap masing-masing ekstrak sampel mencakup uji alkaloid, triterpenoid, steroid, dan flavonoid. Bagan alir uji fitokimia ditunjukkan pada Lampiran 2.

Uji Alkaloid. Sebanyak 1 gram sampel

dilarutkan dalam 10 mL kloroform dan beberapa tetes NH4OH, kemudian disaring

dan filtratnya dimasukkan ke tabung reaksi bertutup. Ekstrak kloroform dalam tabung reaksi dikocok dengan 10 tetes H2SO4 2 M

dan lapisan asamnya dipisahkan dalam tabung reaksi yang lain. Lapisan asam ini diteteskan pada lempeng tetes dan ditambahkan pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendrof yang akan menimbulkan endapan warna berturut-turut putih, coklat, dan merah jingga.

Uji Triterpenoid dan Steroid. Sebanyak 2

gram sampel dilarutkan dengan 25 mL etanol panas (50°C) kemudian hasilnya disaring dan dimasukkan ke pinggan porselin dan diuapkan sampai kering. Residu ditambahkan eter, dan ekstrak eter dipindahkan ke lempeng tetes kemudian ditambahkan 3 tetes anhidrida asam asetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (Uji

Liebermann-Buchard). Warna merah atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid dan warna hijau atau biru menunjukkan adanya steroid.

(14)

Uji Flavonoid. Sebanyak 1 gram sampel

dilarutkan dengan 100 mL air mendidih, kemudian dimasak selama 5 menit, larutan kemudian disaring, 10 mL filtrat kemudian ditambahkan 0.5 gram serbuk Mg, 2 mL amil alkohol. Terbentuknya warna merah, kuning, dan jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.

Desain Kombinasi Formula untuk Membentuk Diagram Kontrol

Ekstrak sendiri-sendiri atau kombinasinya yang akan diukur spektra FTIRnya didesain dengan desain campuran tipe kisi menggunakan perangkat lunak Minitab 14. Kisi yang digunakan jumlahnya diperbesar menjadi kisi 6, sehingga dihasilkan 28 kombinasi komposisi (Lampiran 4 dan 5).

Pengukuran Spektrum IR

Serbuk ekstrak kering hasil desain kombinasi formula masing-masing ditimbang sebanyak 1 mg, dicampurkan dengan 200 mg KBr, dihaluskan dan dibuat pelet. Spektra IR dicatat di daerah mid-IR pada bilangan gelombang 400-4000 cm-1. Pengukuran dilakukan dengan spektrometer FTIR. Spektrum FTIR yang dihasilkan ditransfer menjadi bentuk file untuk dianalisis lebih lanjut.

Analisis Data

Interpretasi data spektra IR ekstrak untuk menghasilkan nilai komponen utama 1 dan 2 (KU 1 dan KU 2) dengan bantuan piranti lunak Analisis R dan Minitab. Diagram kontrol dibuat dengan memplotkan antara KU 1 dan KU 2 dari hasil analisis PCA berdasarkan segitiga komposisi.

Gambar 6 Diagram analisis data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Fitokimia

Hasil uji fitokimia dilakukan terhadap obat Tensigard, ekstrak etanol bahan penyusun

obat (seledri dan kumis kucing), dan ekstrak etanol sambiloto, yang dijadikan sebagai

adulterant. Uji fitokimia dilakukan untuk

melihat keragaman kandungan kimia yang dimilikinya. Selain itu, uji fitokimia juga dapat menentukan ciri senyawa aktif suatu ekstrak tumbuhan (Harborne 1987). Hasil uji fitokimia terhadap ekstrak etanol seledri terdeteksi adanya senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tanin, dan triterpenoid. Ekstrak etanol kumis kucing terdeteksi adanya tanin, flavonoid, kuinon, triterpenoid, dan steroid. Obat Tensigard tidak terdeteksi adanya flavonoid dan tanin. Hal ini dapat disebabkan oleh berbedanya cara proses ekstraksi dan pelarut yang digunakan pada industri. Ekstrak etanol sambiloto terdeteksi adanya alkaloid, tanin, flavonoid, dan triterpenoid. Hasil uji fitokimia sampel ditunjukkan pada Tabel 1. Hasil uji fitokimia yang juga dilakukan oleh Darusman et al. (2007) terhadap ekstrak obat Tensigard dan ekstrak penyusun kombinasi ramuan ditunjukkan pada Lampiran 3. Tabel 1 Hasil uji fitokimia sampel.

Hasil Uji Senyawa SD KK SBL TSG Alkaloid + - + + Tanin + + + -Saponin Flavonoid + + + -Kuinon - + - + Triterpenoid + + + + Steroid + + - + Keterangan: SD : ekstrak seledri

KK : ekstrak kumis kucing SBL : ekstrak sambiloto TSG : serbuk obat Tensigard

(+) : mengandung senyawa

kimia uji

(-) : tidak mengandung

senyawa kimia uji

Kadar Air

Kadar air berguna menentukan kadar zat aktif berdasarkan bobot keringnya, karena jumlah air yang terkandung bergantung pada perlakuan yang telah dialami bahan dan kelembapan udara tempat penyimpanan. Hasil uji kadar air memberikan nilai yang masih berada di bawah 10%, baik terhadap serbuk obat Tensigard maupun bahan baku penyusunnya. Kadar air seledri, kumis kucing,

KU 1 KU 2

Ekstrak 3 Ekstrak 2

(15)

6

sambiloto, dan serbuk obat Tensigard masing-masing sebesar 9.05, 9.81, 6.32, dan 6.52% (Lampiran 4). Hal ini sesuai dengan standar kadar air sediaan fitofarmaka yang telah ditentukan, yaitu sekitar antara 3 dan 7%, yang berarti kestabilan optimum bahan akan tercapai dan pertumbuhan mikroba dapat dikurangi (Winarno 1997). Suatu sampel yang memiliki kadar air yang besar akan mudah rusak sehingga dalam penyimpannya diperlukan perlakuan khusus. Kadar air yang dilakukan ini menggunakan cara gravimetri evolusi tidak langsung, yaitu dengan menghitung bobot bahan sebelum dan sesudah dikeringkan pada suhu sekitar 105°C selama periode waktu tertentu (Harjadi 1986).

Spektrum Inframerah Kombinasi Asli Ramuan Ekstrak Obat Tensigard®

Spektrum inframerah (IR) yang dihasilkan merupakan hasil interaksi antara sinar inframerah dan komponen kimia penyusun ekstrak, spektrum tersebut menyimpan informasi kuantitatif komposisi total dari suatu contoh. Interpretasi spektrum IR kombinasi asli ramuan ekstrak obat Tensigard (seledri, kumis kucing, dan bahan pengisi) baik pada rancangan segitiga kombinasi 3 kisi maupun pada segitiga kombinasi 6 kisi memperlihatkan serapan dari gugus OH, pada daerah 3600-3300 cm-1,

gugus C-H pada daerah 3000 cm-1, gugus C=O keton pada daerah 1725-1705 cm-1, gugus C=C aromatik pada daerah 1600 dan 1475 cm-1, dan gugus C-O pada daerah 1260-1000 cm-1. Berdasarkan hasil tersebut berarti bahwa perbedaan bobot sampel pada tiap kombinasi tidak mempengaruhi pola spektrum yang dihasilkan, akan tetapi dipastikan terdapat perbedaan nilai intensitasnya (transmitans). Contoh spektrum inframerah dari kombinasi asli ramuan ekstrak obat Tensigard ditunjukkan pada Lampiran 6.

Spektrum Inframerah Kombinasi Ekstrak Seledri-Sambiloto

Spektrum inframerah dari kombinasi ramuan seledri, sambiloto, dan bahan pengisi, baik pada rancangan segitiga 3 kisi maupun pada segitiga 6 kisi juga memberikan pola serapan yang hampir mirip dengan serapan inframerah kombinasi asli ramuan ekstrak obat Tensigard dan berbeda hanya pada nilai kuantitatif serapan masing-masing spektrumnya. Jika dibandingkan antara spektrum kombinasi ramuan asli obat

Tensigard dan spektrum kombinasi yang telah disubstitusi (dalam hal ini ekstrak kumis kucing disubstitusi dengan ekstrak sambiloto) tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada pola serapannya, sehingga ekstrak sambiloto dapat berpotensi sebagai adulterant pada obat Tensigard. Serapan yang dihasilkan yaitu serapan dari gugus OH, pada daerah 3600-3300 cm-1, gugus C-H pada daerah 3000 cm-1, gugus C=O keton pada daerah 1725-1705 cm-1 , gugus C=C aromatik pada daerah 1600 dan 1475 cm-1, dan gugus C-O pada daerah 1260-1000 cm-1. Contoh spektrum inframerah dari kombinasi seledri, sambiloto, dan bahan pengisi ditunjukkan pada Lampiran 7.

Spektrum Inframerah Kombinasi Ekstrak Seledri-Reserpin

Spektrum inframerah yang dihasilkan dari kombinasi ramuan ekstrak seledri, reserpin, dan bahan pengisi baik pada rancangan kisi 3 maupun kisi 6 relatif memiliki kemiripan pola. Seperti halnya dengan kombinasi ekstrak seledri-sambiloto, kombinasi ramuan obat Tensigard dengan ekstrak kumis kucing yang disubstitusi oleh obat sintetis reserpin, juga tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada pola serapannya, sehingga reserpin juga dapat berpotensi sebagai adulterant pada obat

Tensigard. Serapan yang dihasilkan yaitu serapan dari gugus OH, pada daerah 3600-3300 cm-1, gugus C-H pada daerah 3000 cm-1, gugus C=O keton pada daerah 1725-1705 cm

-1

, gugus C=C aromatik pada daerah 1600 dan 1475 cm-1, dan gugus C-O pada daerah 1260-1000 cm-1. Contoh spektrum inframerah dari kombinasi seledri, reserpin, dan bahan pengisi ditunjukkan pada Lampiran 8.

Analisis Komponen Utama Spektrum Inframerah Kombinasi Ekstrak Seledri-Kumis Kucing (SDKK)

Nilai intensitas (transmitans) yang dihasilkan spektrum FTIR pada daerah semua bilangan gelombang (400-4000 cm-1) dianalisis dengan Analisis komponen utama (AKU), sehingga menghasilkan komponen-komponen utama. Hasil AKU pada rancangan kisi 3 kombinasi SDKK menghasilkan jumlah proporsi kumulatif KU 1 dan KU 2 sebesar 90.14% (Darusman et al. 2007). Jika

dibandingkan dengan hasil AKU pada rancangan kombinasi 6 kisi ini, maka jumlah proporsi kumulatif komponen utama 1 dan 2

(16)

(KU 1 dan KU 2) yang dihasilkan nilainya meningkat, yaitu 94.94%. Hal ini juga berarti bahwa tingkat keragaman yang diterangkan oleh KU 1 dan KU 2 pada rancangan segitiga 6 kisi lebih besar dibandingkan dengan kisi 3. Jumlah proporsi kumulatif dari KU 1 dan KU 2 yang lebih besar dari 70% menunjukkan bahwa dengan hanya dua komponen utama yang digunakan sudah cukup memenuhi dan tidak menghilangkan banyak informasi yang dikandung data (Wold et al. 1990).

Hasil plot antara KU 1 dan KU 2 selanjutnya digunakan untuk menyeleksi spektrum inframerah yang digunakan pada penyusunan diagram kontrol model otentikasi. Penyeleksian dilakukan secara observasi untuk mencari titik-titik plot yang memiliki kedekatan dengan rancangan segitiga komposisi. Rataan spektrum dari data yang telah diseleksi kemudian dianalisis kembali dengan AKU. Baik pada rancangan kisi 3 maupun kisi 6, jumlah proporsi kumulatif yang dihasilkan pada analisis AKU hasil seleksi ini mengalami peningkatan. Jumlah proporsi kumulatif dari KU 1 dan KU 2 pada rancangan kombinasi kisi 3 menunjukkan nilai sebesar 92.68%, sedangkan pada kisi 6 nilainya sebesar 93.84%. Diagram plot skor KU 1 dan KU 2 terhadap data rataan asli dan seleksi pada rancangan kisi 6 kombinasi SDKK ditunjukkan pada Lampiran 9 dan 10.

Analisis Komponen Utama Spektrum Inframerah Kombinasi Ekstrak Seledri-Sambiloto (SDSBL)

Analisis komponen utama (AKU) terhadap rataan spektrum inframerah yang dihasilkan dari kombinasi segitiga kisi 6 ekstrak SDSBL menghasilkan jumlah proporsi kumulatif KU 1 dan KU 2 sebesar 85.98%, yang berarti bahwa dengan dua komponen utama yang digunakan saja sudah cukup memenuhi. Jika dibandingkan dengan hasil AKU rancangan segitiga kisi 3, maka pada rancangan ini menghasilkan nilai yang lebih besar, yaitu sebesar 90.64% (Darusman et al. 2007).

Penyeleksian spektrum inframerah pada kombinasi SDSBL juga dilakukan dengan cara yang sama seperti pada kombinasi SDKK. Spektrum-spektrum yang telah diseleksi kemudian dianalisis dan menghasilkan jumlah proporsi kumulatif dari KU 1 dan KU 2 yang juga meningkat, baik pada kisi 3 maupun kisi 6, masing-masing sebesar 87.89% dan 94.71% Plot skor KU 1 dan KU 2 pada rataan dan hasil seleksi spektrum inframerah pada rancangan kisi 6

kombinasi SDSBL ditunjukkan pada Lampiran 11 dan 12.

Analisis Komponen Utama Spektrum Inframerah Kombinasi Ekstrak

Seledri-Reserpin (SDRP)

Analisis komponen utama (AKU) terhadap rataan spektrum inframerah yang dihasilkan dari kombinasi segitiga kisi 6 ekstrak SDRP menghasilkan jumlah proporsi kumulatif KU 1 dan KU 2 sebesar 84.23%. Seperti halnya pada kombinasi SDSBL, hasil AKU segitiga kisi 3 kombinasi SDRP menghasilkan nilai yang lebih besar, yaitu sebesar 95.24% (Darusman et al. 2007).

Penyeleksian spektrum inframerah pada kombinasi SDRP juga dilakukan dengan cara yang sama seperti pada kombinasi SDKK dan SDSBL. Spektrum-spektrum yang telah diseleksi kemudian dianalisis kembali dan menghasilkan jumlah proporsi kumulatif dari KU 1 dan KU 2, baik pada kisi 3 maupun kisi 6, masing-masing sebesar 83.27% dan 97.66%. Diagram plot skor KU 1 dan KU 2 pada rataan dan hasil seleksi spektrum inframerah pada rancangan kisi 6 kombinasi SDSBL ditunjukkan pada Lampiran 13 dan 14.

Analisis Komponen Utama Spektrum Inframerah Daerah Sidik Jari pada Rancangan Kisi 6 Kombinasi SDKK

Analisis komponen utama (AKU) dilakukan pengamatan juga terhadap daerah sidik jari, yaitu 500-1500 cm-1. Hal ini bertujuan melihat keragaman yang diterangkan dari rataan data sidik jari. Hasil AKU pada kombinasi SDKK daerah sidik jari menghasilkan jumlah proporsi kumulatif KU 1 dan KU 2 yang lebih besar, yaitu 97.52%. Hal ini berarti keragaman yang diterangkan oleh kedua komponen dari data rataan sidik jari SDKK cukup memenuhi.

Penyeleksian data juga dilakukan secara observasi untuk mencari titik-titik plot yang memiliki kedekatan dengan rancangan segitiga komposisi. AKU terhadap rataan hasil seleksi menghasilkan nilai proporsi kumulatif KU 1 dan KU 2 juga sebesar 97.52%. Diagram plot skor KU 1 dan KU 2 terhadap rataan data asli dan seleksi pada daerah sidik jari kombinasi SDKK ditunjukkan pada Lampiran 15 dan 16.

(17)

8

Analisis Komponen Utama Spektrum Inframerah Daerah Sidik Jari pada Rancangan Kisi 6 Kombinasi SDSBL

Analisis komponen utama (AKU) pada kombinasi SDSBL daerah sidik jari juga menghasilkan jumlah proporsi kumulatif KU 1 dan KU 2 yang besar, yaitu 96.16%. Hal ini berarti keragaman yang diterangkan oleh kedua komponen dari data rataan sidik jari SDSBL cukup memenuhi. AKU terhadap rataan hasil seleksi menghasilkan nilai proporsi kumulatif KU 1 dan KU 2 yang meningkat, yaitu sebesar 96.93%. Penyeleksian tersebut dilakukan secara observasi untuk mencari titik-titik plot yang memiliki kedekatan dengan rancangan segitiga komposisi. Plot skor KU 1 dan KU 2 pada data rataan asli dan seleksi terhadap daerah sidik jari kombinasi SDSBL ditunjukkan pada Lampiran 17 dan 18.

Analisis Komponen Utama Spektrum Inframerah Daerah Sidik Jari pada Rancangan Kisi 6 Kombinasi SDRP

Analisis komponen utama (AKU) pada kombinasi SDRP daerah sidik jari menghasilkan jumlah proporsi kumulatif KU 1 dan KU 2 sebesar 93.14%. Hal ini berarti keragaman yang diterangkan oleh kedua komponen dari data rataan sidik jari SDRP sudah cukup memenuhi, akan tetapi jumlah proporsi kumulatif yang dihasilkan pada kombinasi SDRP paling kecil dibandingkan dengan kombinasi SDKK dan SDSBL. Begitu pula halnya dengan hasil seleksi, yang menghasilkan jumlah proporsi kumulatif sebesar 93.43%. Diagram plot skor KU 1 dan KU 2 pada rataan asli dan seleksi terhadap daerah sidik jari kombinasi SDRP ditunjukkan pada Lampiran 19 dan 20.

Analisis Regresi Komponen Utama

Analisis regresi komponen utama digunakan untuk melihat kebaikan model yang dihasilkan dari setiap rancangan. Berdasarkan hasil analisis komponen utama maka kedua komponen yang terpilih tersebut diregresikan terhadap peubah respon (Y). Setiap kombinasi terdiri atas tiga peubah respon (Y). Masing-masing kombinasi terdiri atas tiga peubah respon. Peubah respon untuk masing-masing kombinasi komposisi ditunjukkan pada Tabel 3. Kebaikan model dari tiap kombinasi komposisi dilihat

berdasarkan nilai R2, S, dan PRESS yang dihasilkan.

Tabel 3 Peubah respons untuk setiap kombinasi komposisi. Y SDKK SDSBL SDRP Y1 seledri (SD) seledri (SD) seledri (SD) Y2 kumis kucing (KK) Sambiloto (SBL) reserpin (RP) Y3 bahan pengisi (BP) bahan pengisi (BP) bahan pengisi (BP) Tabel 4 Model regresi kombinasi SDKK.

Respon Model Regresi SD 1)0.422+0.00079ku1+0.0165ku2 2)0.407+0.00216ku1+0.0144ku2 3)0.365+0.00077ku1+0.0268ku2 4)0.356-0.00304ku1+0.0268ku2 KK 1)0.211-0.00044ku1+0.00226ku2 2)0.287-0.00247ku1+0.00077ku2 3)0.292-0.000454ku1+0.00587ku2 4)0.333-0.00351ku1-0.0045ku2 BP 1)0.367-0.00035ku1-0.0188ku2 2)0.306+0.00031ku1-0.0152ku2 3)0.344+0.00376ku1-0.0372ku2 4)0.311+0.00655ku1-0.0223ku2

Tabel 5 Kebaikan model kombinasi SDKK.

Respon R2 S PRESS SD 1 40.50% 0.28 1.25 2 61.50% 0.21 0.85 3 52.30% 0.22 0.89 4 51.50% 0.23 0.89 KK 1 2.00% 0.26 1.20 2 11.20% 0.29 1.68 3 16.30% 0.27 1.38 4 9.30% 0.29 1.54 BP 1 58.90% 0.22 0.80 2 69.90% 0.17 0.62 3 77.80% 0.16 0.47 4 53.40% 0.23 0.91 Keterangan:

1: Rataan data asli semua bilangan gelombang 2: Rataan data seleksi semua bilangan gelombang

3: Rataan data asli daerah sidik jari 4: Rataan data seleksi daerah sidik jari

(18)

Kombinasi SDKK (Seledri-Kumis Kucing-Bahan Pengisi)

Berdasarkan hasil model regresi (Tabel 4) dan kebaikan model untuk kombinasi SDKK (Tabel 5) terlihat bahwa untuk regresi terhadap seledri (Y1), diperoleh rataan seleksi semua bilangan gelombang sebagai model terbaik, dengan persamaan model: 0.407 + 0.00216ku1+ 0.0144ku2. Kebaikan model tersebut dilihat berdasarkan nilai R2 yang terbesar yaitu 61.50% serta nilai S dan PRESS terkecil, yaitu 0.21 dan 0.85. Regresi terhadap kumis kucing (Y2) diperoleh rataan data spektrum daerah sidik jari sebagai model terbaik, dengan persamaan model: 0.292-0.000454ku1+0.00587ku2, yang menghasilkan nilai R2 terbesar yaitu 16.30% serta nilai S dan PRESS terkecil, yaitu 0.27 dan 1.38. Sedangkan regresi terhadap bahan pengisi (Y3) juga diperoleh rataan data spektrum daerah sidik jari sebagai model terbaik, dengan bentuk persamaan model: 0.344 + 0.00376ku1 - 0.0372ku2, yang menghasilkan nilai R2 terbesar yaitu 77.80% serta nilai S dan PRESS terkecil, yaitu 0.16 dan 0.47. Nilai R2 yang makin besar menunjukkan ketepatan model yang semakin besar dalam menerangkan variasi data. Sedangkan nilai PRESS yang semakin kecil akan memberikan kestabilan yang semakin tinggi terhadap model, jika ada amatan data yang baru, dan nilai S yang semakin kecil berarti semakin baik model tersebut dalam memprediksi konsentrasi dugaan.

Kombinasi SDSBL (Seledri-Sambiloto-Bahan Pengisi)

Berdasarkan hasil model regresi (Tabel 6) dan kebaikan model untuk kombinasi SDSBL (Tabel 7) terlihat bahwa untuk regresi terhadap seledri (Y1), diperoleh rataan seleksi spektrum daerah sidik jari sebagai model terbaik, dengan persamaan model: 0.440 - 0.00361ku1 + 0.0259ku2, yang menghasilkan nilai R2 terbesar yaitu 59.70% serta nilai S dan PRESS terkecil, yaitu 0.23 dan 0.72. Regresi terhadap sambiloto (Y2) diperoleh rataan data spektrum daerah sidik jari sebagai model terbaik, dengan persamaan model: 0.333 - 0.00362ku1 - 0.0105ku2, yang menghasilkan nilai R2 terbesar yaitu 11.20% serta nilai S dan PRESS sebesar 0.35 dan 2.15. Sedangkan regresi terhadap bahan pengisi (Y3) juga diperoleh rataan data spektrum daerah sidik jari sebagai model terbaik, dengan bentuk persamaan model: 0.25 + 0.00709ku1 - 0.0186ku2, yang

menghasilkan nilai R2 terbesar yaitu 66.00% serta nilai S dan PRESS terkecil, yaitu 0.16 dan 0.63.

Tabel 6 Model regresi kombinasi SDSBL.

Respon Model Regresi SD 1)0.422+0.0115ku1+0.0148ku2 2)0.375-0.00025ku1-0.0105ku2 3)0.411-0.00346ku1+0.0291ku2 4)0.440-0.00361ku1+0.0259ku2 SBL 1)0.344-0.00270ku1-0.00261ku2 2)0.333-0.00113ku1-0.00163ku2 3)0.333-0.00362ku1-0.0105ku2 4)0.262-0.00045ku1-0.0071ku2 BP 1)0.292+0.00137ku1+0.0121ku2 2)0.233+0.00155ku1-0.0122ku2 3)0.256+0.00709ku1-0.0186ku2 4)0.0298+0.00406ku1-0.0188ku2 Keterangan:

1: Rataan data asli semua bilangan gelombang 2: Rataan data seleksi semua bilangan gelombang

3: Rataan data asli daerah sidik jari 4: Rataan data seleksi daerah sidik jari Tabel 7 Kebaikan model kombinasi SDSBL.

Respon R2 S PRESS SD 1 48.30% 0.25 1.23 2 56.40% 0.20 0.53 3 54.50% 0.24 0.93 4 59.70% 0.23 0.72 SBL 1 11.00% 0.32 2.12 2 2.20% 0.37 2.22 3 11.20% 0.35 2.15 4 4.20% 0.35 2.27 BP 1 45.30% 0.22 0.79 2 61.20% 0.21 0.76 3 66.00% 0.16 0.63 4 37.10% 0.17 1.84 Keterangan:

1: Rataan data asli semua bilangan gelombang 2: Rataan data seleksi semua bilangan gelombang

(19)

10

4: Rataan data seleksi daerah sidik jari Tabel 8 Model regresi kombinasi SDRP.

Respon Model Regresi SD 1)0.372+0.00251ku1-0.0110ku2 2)0.394+0.00253ku1-0.0115ku2 3)0.440-0.00655ku1+0.0304ku2 4)0.444-0.00461ku1+0.0288ku2 RP 1)0.308-0.00264ku1-0.00006ku2 2)0.212-0.00163ku1-0.00140ku2 3)0.179-0.00012ku1-0.00157ku2 4)0.222+0.00136ku1+0.00564ku2 BP 1)0.321+0.00013ku1+0.0110ku2 2)0.394-0.00091ku1+0.0129ku2 3)0.381+0.00667ku1-0.0288ku2 4)0.333+0.00325ku1-0.0345ku2 Keterangan:

1: Rataan data asli semua bilangan gelombang 2: Rataan data seleksi semua bilangan gelombang

3: Rataan data asli daerah sidik jari 4: Rataan data seleksi daerah sidik jari Tabel 9 Kebaikan model kombinasi SDRP.

Respon R2 S PRESS SD 1 65.60% 0.19 0.70 2 59.70% 0.22 0.68 3 75.00% 0.18 0.59 4 58.90% 0.22 0.82 RP 1 8.90% 0.31 1.94 2 5.20% 0.29 1.23 3 0.30% 0.25 1.20 4 4.00% 0.27 1.69 BP 1 67.90% 0.17 0.59 2 66.50% 0.20 0.64 3 65.00% 0.22 1.35 4 64.10% 0.22 1.29 Keterangan:

1: Rataan data asli semua bilangan gelombang 2: Rataan data seleksi semua bilangan gelombang

3: Rataan data asli daerah sidik jari 4: Rataan data seleksi daerah sidik jari

Kombinasi SDRP (Seledri-Reserpin-Bahan Pengisi)

Berdasarkan hasil model regresi (Tabel 8) dan kebaikan model untuk kombinasi SDRP (Tabel 9) terlihat bahwa untuk regresi terhadap seledri (Y1), diperoleh rataan spektrum daerah sidik jari sebagai model terbaik, dengan persamaan model: 0.440 - 0.00655ku1 + 0.0304ku2, yang menghasilkan nilai R2 terbesar yaitu 75.00% serta nilai S dan PRESS terkecil, yaitu 0.18 dan 0.59. Regresi terhadap reserpin (Y2) diperoleh rataan data semua bilangan gelombang sebagai model terbaik, dengan persamaan model: 0.308 0.00264ku1 -0.00006ku2, yang menghasilkan nilai R2 terbesar yaitu 8.90% serta nilai S dan PRESS sebesar 0.31 dan 1.94. Sedangkan regresi terhadap bahan pengisi (Y3) juga diperoleh rataan data semua bilangan gelombang sebagai model terbaik, dengan bentuk persamaan model: 0.321 + 0.00013ku1 + 0.0110ku2, yang menghasilkan nilai R2 terbesar yaitu 67.90% serta nilai S dan PRESS terkecil, yaitu 0.17 dan 0.59.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Ketiga rancangan kombinasi komposisi memperlihatkan kemiripan spektrum IR, yang menghasilkan serapan dari gugus O-H, C-H, C=O keton, C=C aromatik, dan C-O. Jumlah proporsi kumulatif komponen utama 1 dan 2 pada data amatan semua daerah bilangan gelombang (4000-400 cm-1) dan sidik jari (1500-500 cm-1), yang paling besar dihasilkan dari rancangan segitiga kombinasi seledri- kumis kucing-bahan pengisi (SDKK), yaitu masing-masing sebesar 94.94% dan 97.52%. Secara keseluruhan, model regresi terbaik dihasilkan dari kombinasi SDKK, dengan prporsi seledri, kumis kucing, dan bahan pengisi masing-masing sebesar 61.50%, 16.30%, dan 77.80 %. Rancangan segitiga komposisi 6 kisi belum mampu memperbaiki model otentikasi komposisi obat Tensigard.

Saran

Jika penelitian ini dilanjutkan dengan menggunakan jumlah kisi yang banyak pada rancangan campurannya sebaiknya diperlukan faktor pengali yang sama terhadap bobot tiap

(20)

komposisi. Hal ini bertujuan memudahkan pencampuran sampel, sehingga dapat mengurangi ketidakhomogenan campuran.

Perlu dicoba dengan menggunakan teknik spektroskopi lainnya, misalnya dengan spektroskopi daerah IR dekat (NIR), atau menggunakan spektrofotometer FTIR jenis spektrum reflektan.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 1993. AOAC Peer-Verified

Methos Program. Arlington: AOAC

International.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemistry. 2005. Official Methods

of Analysis of AOAC International.

Ed ke-18. Maryland: AOAC International.

[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2007. Serial Data Ilmiah Terkini Tumbuhan Obat. Jakarta: BPOM RI.

[USP] United States Pharmacopoeia. 2006.

USP/NF. Maryland: USP

Convention.

Ashari S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: Penerbit UI.

Brereton RG. 2003. Chemometrics: Data

Analysis for the Laboratory and Chemical Plant. UK: J Wiley.

British Pharmacopeia. 1993. British Pharmacopeia Department of Health & Social Services for Northern Ireland. London: British

Pharmacopeia.

Cornell JA. 1990. Experiments With Mixtures:

Designs, Models and the Analysis of Mixture Data. Ed ke-2. United States

of America: J Wiley.

Darusman LK et al. 2007. Model Otentikasi

Komposisi Obat Bahan Alam:

Diagram Kontrol Berbasis Plot Komponen Utama Spektra FTIR Bahan Penyusun Obat. Laporan Penelitian Fundamental DP3M,

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Depdiknas.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.

Padmawinata, I Sudiro, penerjemah. Bandung: ITB Pr. Terjemahan dari: Phytochemical Method.

Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

Khopkar SM. 2002. Konsep Dasar Kimia

Analitik. Saptorahardjo A,

penerjemah. Jakarta: Penerbit UI. Terjemahan dari: Basic Concepts of

Analytical Chemistry.

Kurniasari I. 2006. Metode cepat penentuan flavonoid total meniran (Phyllantus

niruri L.) berbasis teknik

spektrometri IR dan kemometrik [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Johnson RA, Wichern DW. 2002. Applied

Multivariate Statistical Analysis. Ed.

ke-5. New Jersey: Pretince Hall Inc. Jolliffe IT. 1986. Principal Component

Analysis. New York:

Springer-Verlag.

Liang YZ et al. 2004. Quality Control of Herbal Medicines. J Chromb 812:53-70.

Miller JC, Miller JN. 2000. Statistics and

Chemometrics for Analytical Chemistry. Ed ke-4. Harlow: Pearson

Education.

Naiola BP et al. 1996. Pengaruh Stress Air terhadap Kualitas dan Kuantitas Komponen Aktif pada Sambiloto.

Warta Tumbuhan Obat Indonesia

3(1): 15-17.

Novalina SP. 2003. Penggunaan tanaman obat sebagai upaya alternatif dalam terapi kanker [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sari M. 2008. Pemodelan otentikasi komposisi fitofarmaka Tensigard®

(21)

12

menggunakan regresi komponen utama [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Schunach R et al. 1990. Senyawa Obat. Ed

ke-2. Wattimena, Soebito, penerjemah. Yogyakarta: Penerbit UGM. Terjemahan dari: Arzeistoffe. Silverstein RM et al. 2005. Spectrometric

Identification of Organic Compounds. Ed ke-7. United States

of America: J Wiley.

Sim CO et al. 2004. Assesment of Herbal Medicines by Chemometrics-Assisted Interpretation of FTIR Spectra. J Analytica Chimica Acta: 1-14.

Skoog DA, Holler FJ, Nieman TA. 1998.

Principles of Instrumental Analysis.

Ed ke-5. Philadelphia: Harcourt Brace.

Sudjadi. 1985. Penentuan Struktur Senyawa

Organik. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Winarno FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wold S, Massart S., editor. 1990.

Chemometrics Tutorials.

Ámsterdam: Elsevier Science.

Wijayakusuma. 2005. Tanaman Obat

Penurun Darah Tinggi. Jakarta:

(22)
(23)

14

Lampiran 1 Bagan alir penelitian

Sampel kering dari seledri, kumis kucing, dan sambiloto

(@ 200 g)

Dimaserasi dengan pelarut etanol hingga diperoleh air rendaman yang tidak terlalu

pekat

Ekstrak dipekatkan dengan

rotary evaporator

Ekstrak pekat dikering-bekukan (freeze-dried)

Uji kadar air dan fitokimia

Dikarakterisasi dengan FTIR

Spektra IR

(Hubungan bilangan gelombang dan nilai transmitans)

Dianalisis lebih lanjut dengan Analisis Komponen Utama dan

Regresi Komponen Utama Pembuatan rancangan simplex

lattice design dengan bantuan

program Minitab 14

Dengan bantuan program Analisis-R dan Minitab 14

(24)

Lampiran 2 Bagan alir uji fitokimia a Uji Alkaloid

1 ml ekstrak sampel

+ 5 ml kloroform dan beberapa tetes amonia saring

10 tetes H2SO4

lapisan asam +pereaksi

Pereaksi Dragendrof Pereaksi Meyer Pereaksi Wagner jingga putih coklat b Uji saponin, flavonoid, tanin, dan kuinon

1 ekstrak sampel

dilarutkan dalam 100 ml air panas

didihkan selama 5 menit saring 10 ml kocok 10 ml + 0.5 mg Mg + 2 ml HCl + 2 ml amil alkohol 10 ml + 10 ml FeCl30.1% 10 ml +beberapa tetes NaOH Busa 10 menit saponin Merah/kuning/ jingga (flavonoid) Biru tua (tannin) Merah (kuinon) c Steroid/triterpenoid 1 ml ekstrak sampel dilarutkan dalam 25 ml etanol panas

uapkan pelarut residu dilarutkan dalam eter

ekstrak eter

+ 3 tetes anhidrida asam asetat dan 1 tetes H2SO4 pekat

merah/ungu hijau/biru

(25)

16

Lampiran 2 Hasil Uji Fitokimia Sampel (Darusman et al. 2007) Hasil Uji Senyawa SD KK SBL TSG Alkaloid + - + + Tanin + + + -Saponin - - - -Flavonoid + + + -Kuinon - + - + Triterpenoid + + + + Steroid + + - + Keterangan: SD : ekstrak seledri KK : ekstrak kumis kucing SBL : ekstrak sambiloto TSG : serbuk obat Tensigard

(+) : mengandung senyawa kimia uji (-) : tidak mengandung senyawa kimia uji

Lampiran 3 Penentuan Kadar Air a. Seledri

Bobot (g) Bobot Akhir Selisih Kadar air Ulangan Kosong Sampel Total (g) (g) (%)

1 22.5931 2.0005 24.5936 24.4098 0.1838 9.19 2 21.2086 2.0005 23.2091 23.3247 0.1813 9.06 3 21.2854 2.0006 23.2860 21.0872 0.1779 8.89

Rerata 9.05

b. Kumis Kucing

Bobot (g) Bobot Akhir Selisih Kadar air Ulangan

Kosong Sampel Total (g) (g) (%) 1 3.7031 2.0004 5.7035 5.5068 0.1967 9.83 2 3.8167 2.0003 5.8170 5.6192 0.1978 9.89 3 3.7878 2.0002 5.7880 5.5936 0.1944 9.72

Rerata 9.81

c. Sambiloto

Bobot (g) Bobot Akhir Selisih Kadar air Ulangan

Kosong Sampel Total (g) (g) (%) 1 18.7135 2.0003 20.7138 20.5891 0.1247 6.23 2 19.2199 2.0001 21.2200 21.0939 0.1261 6.30 3 20.4518 2.0003 22.4521 22.3237 0.1284 6.42

Rerata 6.32

d. Serbuk obat Tensigard

Bobot (g) Bobot Akhir Selisih Kadar air Ulangan

Kosong Sampel Total (g) (g) (%) 1 22.5932 2.0000 24.5932 24.4614 0.1318 6.59 2 21.2055 2.0001 23.2056 23.0737 0.1319 6.59 3 21.2856 2.0001 23.2857 23.1580 0.1277 6.38

(26)

Contoh Perhitungan Kadar Air: Kadar Air =

×

100

%

sampel

bobot

akhir

bobot

total

Bobot

=

100

%

0005

.

2

)

4098

.

24

24.5936

(

×

g

g

= 9.19%

Lampiran 4 Kode komposisi campuran untuk setiap kombinasi Kode Komposisi

Campuran Persentase Campuran (%)

Ekstrak A Ekstrak B Ekstrak C

1 0.0000 0.0000 1.0000 2 0.0000 0.1667 0.8333 3 0.0000 0.3333 0.6667 4 0.0000 0.5000 0.5000 5 0.0000 0.6667 0.3333 6 0.0000 0.8333 0.1667 7 0.0000 1.0000 0.0000 8 0.1667 0.0000 0.8333 9 0.1667 0.1667 0.6667 10 0.1667 0.3333 0.5000 11 0.1667 0.5000 0.3333 12 0.1667 0.6667 0.1667 13 0.1667 0.6667 0.1667 14 0.3333 0.0000 0.6667 15 0.3333 0.1667 0.5000 16 0.3333 0.3333 0.3333 17 0.3333 0.5000 0.1667 18 0.3333 0.6667 0.0000 19 0.5000 0.0000 0.5000 20 0.5000 0.1667 0.3333 21 0.5000 0.3333 0.1667 22 0.5000 0.5000 0.0000 23 0.6667 0.0000 0.3333 24 0.6667 0.1667 0.1667 25 0.6667 0.3333 0.0000 26 0.8333 0.0000 0.1667 27 0.8333 0.1667 0.0000 28 1.0000 0.0000 0.0000

(27)

18

Lampiran 5 Komposisi campuran sebenarnya untuk setiap ramuan Kode Komposisi

Campuran Bobot (g)

Ekstrak A Ekstrak B Ekstrak C

1 0.0000 0.0000 0.5200 2 0.0000 0.0187 0.4333 3 0.0000 0.0373 0.3467 4 0.0000 0.0560 0.2600 5 0.0000 0.0747 0.1733 6 0.0000 0.0933 0.0867 7 0.0000 0.1120 0.0000 8 0.0613 0.0000 0.4333 9 0.0613 0.0187 0.3467 10 0.0613 0.0373 0.2600 11 0.0613 0.0560 0.1733 12 0.0613 0.0747 0.0867 13 0.0613 0.0747 0.0867 14 0.1227 0.0000 0.3467 15 0.1227 0.0187 0.2600 16 0.1227 0.0373 0.1733 17 0.1227 0.0560 0.0867 18 0.1227 0.0747 0.0000 19 0.1840 0.0000 0.2600 20 0.1840 0.0187 0.1733 21 0.1840 0.0373 0.0867 22 0.1840 0.0560 0.0000 23 0.2453 0.0000 0.1733 24 0.2453 0.0187 0.0867 25 0.2453 0.0373 0.0000 26 0.3067 0.0000 0.0867 27 0.3067 0.0187 0.0000 28 0.3680 0.0000 0.0000

(28)

Lampiran 6 Contoh spektrum IR yang dihasilkan pada kombinasi seledri-kumis bahan pengisi (SDKK)

Lampiran 7 Contoh spektrum IR yang dihasilkan pada kombinasi bahan pengisi (SDSBL) OH OH CH CH C=O C=O C-O

(29)

20

Lampiran 8 Contoh spektrum IR yang dihasilkan pada kombinasi seledri-reserpin-bahan pengisi (SDRP)

Lampiran 9 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data asli kombinasi SDKK KU2 KU 1 20 10 0 -10 -20 -30 100 75 50 25 0 -25 -50 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 OH CH C=O

(30)

Lampiran 10 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data seleksi kombinasi SDKK

Lampiran 11 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data asli kombinasi SDSBL KU2 K U1 30 20 10 0 -10 -20 -30 100 75 50 25 0 -25 -50 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 KU2 K U 1 40 30 20 10 0 -10 -20 100 50 0 -50 28 27 26 25 24 2322 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

(31)

22

Lampiran 12 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data seleksi kombinasi SDSBL

Lampiran 13 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data asli kombinasi SDRP KU2 KU 1 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 75 50 25 0 -25 -50 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 KU2 KU 1 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50 50 25 0 -25 -50 -75 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

(32)

Lampiran 14 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data seleksi kombinasi SDRP

Lampiran 15 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data asli daerah sidik jari kombinasi SDKK

KU2 K U1 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50 50 25 0 -25 -50 -75 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 KU2 KU 1 10 5 0 -5 -10 -15 50 25 0 -25 -50 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

(33)

24

Lampiran 16 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data seleksi daerah sidik jari kombinasi SDKK

Lampiran 17 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data asli daerah sidik jari kombinasi SDSBL

KU2 KU 1 15 10 5 0 -5 -10 50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 KU2 KU 1 20 15 10 5 0 -5 -10 50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

(34)

Lampiran 18 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data seleksi daerah sidik jari kombinasi SDSBL

Lampiran 19 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data asli daerah sidik jari kombinasi SDRP

KU2 KU 1 15 10 5 0 -5 -10 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 KU2 KU 1 25 20 15 10 5 0 -5 -10 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

(35)

26

Lampiran 20 Diagram kontrol (plot skor komponen utama 1 dan 2) pada rataan data seleksi daerah sidik jari kombinasi SDRP

KU2 KU 1 25 20 15 10 5 0 -5 -10 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

(36)

Lampiran 21 Nilai komponen utama 1 dan 2 (KU1 dan KU2) pada kombinasi SDKK

Kode I II III IV

Komposisi KU1 KU2 KU1 KU2 KU1 KU2 KU1 KU2

1 -147.865 -302.991 -115.663 -26.421 1.100.949 -134.329 1.224.329 -113.471 2 -263.253 -191.075 -22.129 -169.093 -100.321 -111.389 1.255.215 -980.149 3 -24.858 -11.636 -198.161 -207.254 -50.182 -77.256 4.676.294 -111.238 4 -272.698 -167.966 -229.937 -152.862 -286.136 -109.421 -0.40546 -971.579 5 -294.682 1.021.037 -243.137 9.300.123 -165.369 8.688.744 -129.426 7.359.799 6 -24.613 -156.431 -301.148 -113.374 -101.062 -147.985 -584.598 -844.179 7 -101.136 -302.944 -722.224 -265.375 1.360.994 -127.475 1.461.974 -106.289 8 4.360.273 -0.45174 1.640.374 611.044 1.995.137 -0.83188 -0.91388 -316.989 9 -24.858 -11.636 -198.161 -207.254 -50.182 -77.256 4.676.294 -111.238 10 6.818.803 -434.483 8.095.879 -186.129 3.630.779 176.361 4.020.035 7.104.444 11 -115.077 2.226.674 5.075.857 1.565.137 -241.196 5.224.052 -135.731 -0.71124 12 -445.219 6.613.923 -385.492 4.203.372 -257.186 -414.325 -212.027 -484.905 13 5.505.434 1.162.438 -198.017 1.802.361 -708.865 4.542.804 -213.643 6.134.614 14 -272.698 -167.966 -229.937 -152.862 -286.136 -109.421 -0.40546 -971.579 15 490.476 -106.467 9.039.734 -13.302 2.544.827 1.408.934 5.328.763 6.118.222 16 -349.153 1.337.865 -297.624 -0.21457 -165.964 -328.366 -128.753 -368.832 17 5.356.257 1.360.737 559.387 1.325.463 1.411.418 5.756.294 1.422.633 6.613.559 18 -294.682 1.021.037 -243.137 9.300.123 -165.369 8.688.744 -129.426 7.359.799 19 9.222.199 -897.571 8.417.298 -897.788 533.143 474.158 4.572.482 591.655 20 5.434.758 -0.97149 5.021.222 1.812.979 2.798.896 1.472.537 193.392 2.334.543 21 3.596.702 1.248.052 3.702.169 1.032.755 6.987.494 5.412.614 8.466.339 5.551.704 22 1.617.511 1.235.517 -120.856 1.688.227 -229.488 4.176.779 -189.928 3.039.424 23 -589.128 1.753.361 -516.772 1.343.298 -402.241 -222.325 -343.966 -381.356 24 -48.145 22.369 -199.247 1.829.921 -355.655 8.981.748 -18.65 1.198.133 25 -24.613 -156.431 -301.148 -113.374 -101.062 -147.985 -584.598 -844.179 26 3.231.688 110.653 3.648.349 242.082 7.520.059 9.415.059 -169.026 9.953.466 27 2.240.052 -0.75053 -156.884 1.345.981 1.358.622 1.115.907 -138.529 1.300.434 28 -116.894 4.579.203 -0.94598 1.465.504 -818.171 666.378 -760.334 1.410.039 Keterangan:

I : Rataan data asli pada semua bilangan gelombang II : Rataan data seleksi pada semua bilangan gelombang III : Rataan data asli pada daerah sidik jari

(37)

28

Lampiran 22 Nilai komponen utama 1 dan 2 (KU1 dan KU2) pada kombinasi SDSBL

Kode I II III IV

Komposisi KU1 KU2 KU1 KU2 KU1 KU2 KU1 KU2

1 4.894.314 3.760.462 3.255.955 -359.093 2.483.713 -754.023 2.483.713 -754.023 2 5.285.092 0.054129 -447.998 0.706259 3.266.268 -0.60054 3.266.268 -0.60054 3 1.025.899 2.927.575 3.942.696 -262.088 2.194.661 -678.864 2.194.661 -678.864 4 -970.751 -139.505 -553.424 784.648 -541.495 -472.422 -541.495 -472.422 5 -120.216 2.845.146 2.801.466 -26.221 1.575.975 -804.854 1.575.975 -804.854 6 -381.115 -203.267 -549.224 6.828.376 -169.359 -590.588 -169.359 -590.588 7 -552.357 8.501.792 -138.503 -105.802 -294.931 -406.224 -294.931 -406.224 8 2.344.527 -826.556 -676.882 6.869.033 1.085.283 -385.102 1.085.283 -385.102 9 -191.585 -103.124 -50.62 1.005.493 -197.839 -651.687 -197.839 -651.687 10 8.222.967 -107.194 -233.504 -652.549 4.640.663 1.876.211 4.640.663 1.876.211 11 3.288.233 -769.317 1.072.709 -19.926 195.812 -0.22203 195.812 -0.22203 12 -587.162 -623.217 -192.384 -343.046 102.544 -0.5545 102.544 -0.5545 13 -346.671 -336.104 -104.256 -398.316 -172.166 0.667587 -172.166 0.667587 14 -137.163 2.000.674 1.675.764 -171.467 3.682.137 -81.174 3.682.137 -81.174 15 -938.373 -14.375 -540.294 1.548.964 -109.365 -518.046 -109.365 -518.046 16 4.035.997 -0.08198 2.675.652 -630.639 2.003.906 -120.516 2.003.906 -120.516 17 -141.062 -111.707 -175.005 -453.211 -746.373 -117.719 -746.373 -117.719 18 7.322.254 1.316.456 3.689.166 -141.696 3.267.725 1.108.198 3.267.725 1.108.198 19 -397.121 -129.401 -351.469 -264.904 -225.581 -492.364 -225.581 -492.364 20 7.459.995 -187.505 -117.794 -506.141 3.877.875 5.006.704 3.877.875 5.006.704 21 -684.689 -127.959 -341.269 -100.079 -277.843 -470.967 -277.843 -470.967 22 -744.828 5.405.878 2.308.914 1.551.223 -182.064 127.662 -182.064 127.662 23 -456.914 4.708.266 2.814.586 4.284.426 -631.276 -415.558 -631.276 -415.558 24 -590.832 -124.298 -247.514 -0.52073 -232.351 -295.995 -232.351 -295.995 25 1.081.861 696.768 414.571 9.202.224 -1.308 1.645.454 -1.308 1.645.454 26 1.887.058 -93.664 7.415.067 3.582.146 -125.876 4.885.477 -125.876 4.885.477 27 -744.507 -265.563 2.521.814 2.411.583 -229.645 1.061.895 -229.645 1.061.895 28 2.935.409 2.992.098 6.099.242 1.675.422 336.156 1.788.613 336.156 1.788.613 Keterangan:

I : Rataan data asli pada semua bilangan gelombang II : Rataan data seleksi pada semua bilangan gelombang III : Rataan data asli pada daerah sidik jari

(38)

Lampiran 23 Nilai komponen utama 1 dan 2 (KU1 dan KU2) pada kombinasi SDRP

Kode I II III IV

Komposisi KU1 KU2 KU1 KU2 KU1 KU2 KU1 KU2

1 4.268.123 3.071.326 3.947.197 2.776.325 3.567.478 -185.762 3.135.131 -270.281 2 6.177.077 1.245.476 5.590.534 1.061.161 1.829.534 -659.745 1.524.851 -452.626 3 3.785.737 3.821.291 3.475.815 3.485.128 3.754.864 -0.99124 3.301.644 -192.617 4 -330.328 1.727.914 -197.508 1.919.487 -456.726 -103.068 4.118.705 -757.356 5 4.411.668 380.164 4.063.665 3.452.049 4.154.773 -0.19 36.503 -107.374 6 -197.014 1.138.327 0.04339 1.306.034 -0.30117 -73.396 1.518.348 -623.501 7 4.006.454 3.490.378 3.689.572 3.166.607 3.838.038 1.903.223 3.382.825 0.652892 8 -432.943 2.357.206 -615.144 3.677.746 -229.869 -579.402 -340.087 -632.815 9 -278.955 -0.90077 -406.763 -292.786 -128.323 -559.329 -250.711 -357.511 10 -0.26474 4.587.242 1.878.234 8.552.038 8.982.629 -482.355 2.366.106 -384.107 11 -133.512 0.431693 -328.108 -266.296 -0.42527 -488.874 -172.343 -318.676 12 -43.809 -533.251 -554.864 -234.764 -264.022 -410.534 -324.543 -496.065 13 -0.19376 -346.601 -530.767 -568.363 5.065.838 7.990.489 0.430153 622.776 14 4.991.262 -484.094 4.692.848 -559.966 1.989.741 -109.667 1.734.761 -147.531 15 -3.831 -536.427 -34.389 -587.879 453.671 -408.172 3.363.542 -270.132 16 9.801.896 -185.315 9.029.779 -190.486 -409.446 -305.626 -375.065 -332.428 17 4.908.287 -126.242 4.883.766 -125.904 4.691.583 -0.48649 3.592.944 0.4956 18 2.501.906 -259.268 2.368.528 -243.962 -12.152 4.028.661 -107.509 3.285.955 19 -22.997 -964.239 -16.621 -30.197 -149.319 -149.425 -375.996 -310.998 20 -268.865 -221.264 -236.016 0.148033 -118.769 -212.733 -884.876 -163.206 21 -81.935 -105.153 -758.681 -102.937 -413.956 0.034394 -407.646 0.701272 22 -25.988 -0.71985 -146.057 -0.83213 -121.958 56.707 -400.216 5.441.809 23 -178.469 -507.946 -170.354 -429.122 -246.527 -270.783 -218.168 -30.145 24 -198.536 -122.874 -137.051 -126.867 -142.119 1.957.027 -0.93524 2.760.897 25 5.375.768 -467.519 5.105.508 -439.968 -94.573 1.287.701 -82.129 1.137.352 26 -66.378 -216.892 -675.064 -628.739 -438.493 1.298.866 -464.851 0.488886 27 -403.696 1.415.642 -416.292 0.927556 4.139.844 7.246.934 3.282.927 7.387.897 28 6.325.759 -420.687 5.971.434 -395.736 0.316107 2.453.095 0.479349 2.237.025 Keterangan:

I : Rataan data asli pada semua bilangan gelombang II : Rataan data seleksi pada semua bilangan gelombang III : Rataan data asli pada daerah sidik jari

Gambar

Gambar 1  Seledri.
Gambar 4  Struktur reserpin.

Referensi

Dokumen terkait

Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut reviu adalah penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan penyajian LKPD oleh Inspektorat

Lakukan pengecekan terhadap hasil dari script tersebut dengan cara pilih Debug Panel kemudian jalankan movie, sehingga pada Debug Panel akan terlihat seperti

Tutkimustiimiin kuuluivat ohjelmaa vetänyt tutkimuspäällikkö Asmo Honkanen, professori Kari Ruo- honen (2006 - 2008), erikoistutkijat Juha Koskela ja Jouni Vielma, tutkijat

Terjadinya peningkatan hasil belajar siswa tidak terlepas dari aktivitas siswa dan guru untuk membuat siswanya lebih aktif pada saat proses pembelajaran dengan

 Pada bab ini disajikan perilaku fisik material penyusun struktur beton..  Tujuan : agar dapat

Proses pengayakan biasanya masih dilakukan secara manual menggunakan alat konvensional dengan 2 orang atau secara bergantian sebagai operator, hal ini tentu

Liberaller arasında yer alan Wil-helmjordan (1819 doğumlu bir Prusyalı, yeteneksiz bir şairdi. Ni-belmgenliedi canlandırma milliyetçi projesinin öncülerindendir), Prusya

Untuk menganalisis pengaruh rasio profitabilitas (return on equity) berpengaruh terhadap price earning ratio pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa