• Tidak ada hasil yang ditemukan

CITRA TOKOH RAMA BARGAWA DALAM LAKON BANJARAN RAMA BARGAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CITRA TOKOH RAMA BARGAWA DALAM LAKON BANJARAN RAMA BARGAWA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

CITRA TOKOH RAMA BARGAWA DALAM

LAKON BANJARAN RAMA BARGAWA

Ismi Handayani dan Nanny Sri Lestari

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Sastra Daerah untuk Sastra Jawa

ismihandayani30@gmail.com

Abstrak

Skripsi ini membahas citra tokoh Rama Bargawa dalam lakon Banjaran Rama Bargawa. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori struktural, yaitu dengan cara membongkar unsur-unsur intrinsik di dalam lakon

Banjaran Rama Bargawa, khususnya penokohan yang akan menciptakan citra tokoh Rama Bargawa. Sumber

data penelitian ini adalah video pertunjukkan wayang kulit dengan lakon Banjaran Rama Bargawa yang dibawakan oleh dalang Ki Sigit Ariyanto. Hasil dari penelitian ini menghasilkan bahwa citra Rama Bargawa terdiri dari pemberani, kuat, dan sakti; berbakti dan menyayangi orang tua; dan berpendirian teguh.

THE IMAGE OF RAMA BARGAWA IN LAKON BANJARAN RAMA BARGAWA

Abstract

The focus of this undergraduate thesis is to know about the image of Rama Bargawa in lakon Banjaran Rama

Bargawa. This research using by structural theory approaches in which explore intrinsic elements of lakon Banjaran Rama Bargawa, especially characteristic will make some images of Rama Bargawa. Source for this

research from shadow puppet video of lakon Banjaran Rama Bargawa who was played by Ki Sigit Ariyanto. Result from this research explain about images of Rama Bargawa are brave, strong, and have a divine power; loves his parents; and have a principal.

Keywords: Images; Rama Bargawa; Lakon; Banjaran

Pendahuluan

Sastra adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sangat istimewa dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain, karena objek penelitiannya tidaklah tentu atau bersifat abstrak. Menurut Sudjiman (1990: 71), sastra merupakan karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keorisinalan, keartistikan, serta keindahan dalam isi dan ungkapannya. Dunia kesusastraan mengenal drama sebagai salah satu genre sastra di samping prosa dan puisi. Drama adalah karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog; lazimnya dirancang untuk pementasan di panggung (Sudjiman, 1990: 48).

Di Indonesia sendiri terdapat berbagai macam bentuk drama, salah satunya adalah drama tradisional. Drama tradisional adalah drama yang telah hidup, berkembang, dan

▸ Baca selengkapnya: silsilah keluarga rama

(2)

diajarkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi, biasanya secara lisan (Bandem dan Murgiyanto, 1996: 17). Bentuk drama tradisional ini dapat ditemukan pada salah satu kesenian Jawa, yaitu pertunjukan wayang kulit purwa. Menurut Murtiyoso dkk (2004: 56), pertunjukan wayang kulit purwa atau yang lazim disebut pakeliran adalah salah satu cabang seni pertunjukan tradisional bermedium ganda yang perwujudannya merupakan jalinan berbagai unsur, salah satunya adalah lakon. Jika orang melihat sebuah pertunjukan wayang, sebenarnya yang dilihat adalah pertunjukan lakon1.

Wayang sebagai salah satu puncak kebudayaan Jawa telah banyak diteliti dan dikaji oleh para sarjana dari berbagai disiplin, baik sarjana asing serta sarjana Indonesia. Salah satu penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang membahas tentang tokoh wayang itu sendiri. Berdasarkan penelitian yang berorientasi pada tokoh wayang, maka timbul gagasan untuk melakukan penelitian terhadap salah satu tokoh wayang yang belum pernah diteliti. Usaha untuk melanjutkan penelitian ini pun tertuju pada tokoh Rama Bargawa.

Dari sekian banyaknya tokoh wayang yang ada, Rama Bargawa menjadi layak untuk diteliti karena ia merupakan tokoh wayang yang kontroversial. Rama Bargawa menjadi kontroversial karena tokoh tersebut ingin menegakkan keadilan demi ayahnya yang dihukum mati tanpa melakukan kesalahan. Akan tetapi dalam menegakkan keadilan cara yang digunakannya salah, karena keadilan yang ingin ditegakkan oleh Rama Bargawa dilakukan dengan cara membunuh orang-orang yang menurutnya memiliki salah dan dosa. Selain itu, Rama Bargawa adalah salah satu tokoh wayang yang berumur panjang. Dikisahkan Rama Bargawa hidup sejak zaman Lokapala, mengalami zaman Ramayana sampai pada zaman Mahabharata.

Melihat perjalanan hidup Rama Bargawa yang panjang dan kontroversial tersebut, ada keinginan untuk mengetahui penokohan Rama Bargawa secara utuh menyeluruh. Untuk memenuhi keingintahuan mengenai penokohan Rama Bargawa secara utuh menyeluruh tersebut, terlebih dahulu dicari teks yang dapat menceritakan riwayat hidup tokoh Rama Bargawa sejak lahir sampai moksa. Dalam pencarian teks yang menggambarkan riwayat hidup tokoh Rama Bargawa secara utuh menyeluruh, dipilih satu lakon banjaran yang berjudul Banjaran Rama Bargawa. Dalam Ensiklopedi Wayang Indonesia (Sena Wangi, 1999: 218) banjaran dalam pewayangan, terutama wayang kulit purwa, mempunyai arti yang

1

Lakon berasal dari kata laku yang mendapat akhiran an. Kata laku artinya perjalanan atau cerita atau rentetan peristiwa (Murtiyoso dkk, 2004: 57). Menurut Panuti Sudjiman dalam Kamus Istilah Sastra (1990: 48), lakon adalah karangan berbentuk drama yang ditulis dengan maksud untuk dipentaskan. Lakon merupakan istilah lain drama. Demikian pula dengan Riris K Sarumpaet dalam Istilah Drama dan Teater (1977: 35), menurutnya lakon adalah kisah yang didramatisasi dan ditulis untuk dipertunjukkan di atas pentas oleh sejumlah pemain. Lakon merupakan padanan kata untuk drama.

(3)

mirip dengan riwayat hidup atau biografi. Inti cerita lakon banjaran adalah tentang riwayat seorang tokoh wayang dari lahir sampai mati. Selanjutnya dalam penulisan ini, lakon Banjaran Rama Bargawa disebut dan ditulis menjadi BRB.

Fokus penelitian ini tertuju pada tokoh Rama Bargawa, dimulai dari kelahirannya hingga moksa, untuk mendapatkan citra tokoh. Melalui penelusuran seluruh peristiwa yang diungkapkan dalam lakon BRB, akan dapat diperoleh penokohan Rama Bargawa secara utuh menyeluruh. Berdasarkan penokohan tersebut, akan terungkap citra tokoh Rama Bargawa. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji citra tokoh Rama Bargawa dalam lakon BRB, sehingga akan diperoleh pemahaman tentang citra tokoh Rama Bargawa dalam lakon tersebut.

Tinjauan Teoritis

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural. Teori struktural merupakan suatu teori yang memusatkan amatannya pada karya sastra yang dipandang sebagai suatu struktur, unsur-unsurnya dapat dibongkar, dan dipaparkan secermat dan semendalam mungkin, serta dapat dicari keterjalinan semua unsurnya yang dipandang dapat menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1988: 135). Penerapan teori struktural akan menggunakan teori citra dari Panuti Sudjiman. Menurut Sudjiman (1990: 17), citra adalah kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase, atau kalimat.

Metode Penelitian

Penelitian ini terbagi dalam tiga tahapan, yaitu penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil penguraian data. Dalam tahapan penyediaan data, penulis menggunakan dua metode, yaitu metode simak dan catat. Penulis menyimak video pertunjukan wayang kulit dengan lakon BRB sambil mencatat janturan2, pocapan3, dan ginem4. Berdasarkan kedua

2

Janturan adalah wacana dalang yang berupa deskripsi suasana adegan yang sedang berlangsung dengan diiringi gending sirep. Janturan biasanya berisi deskripsi tentang suasana adegan, latar tempat dan waktu, kesaktian, jasa tokoh, atau pun dasanama tokoh beserta artinya.

3

Pocapan adalah wacana dalang yang berupa narasi, pada umumnya menceritakan peristiwa yang telah, sedang, dan akan berlangsung tanpa diiringi karawitan pakeliran.

4

Ginem adalah wacana dalang yang memerankan dialog tokoh wayang dalam satu adegan, yang disesuaikan dengan karakter dan suasana masing-masing tokoh. Ada dua macam jenis ginem, yaitu ngudarasa (monolog: tokoh berbicara dengan dirinya sendiri) dan dialog antara dua atau lebih tokoh wayang yang tampil dalam adegan.

(4)

metode tersebut hasil yang didapatkan adalah penyediaan data berupa transkripsi. Dalam tahapan analisis data, metode yang digunakan adalah metode struktural, yaitu metode penelitian yang cara kerjanya membongkar secara struktural unsur-unsur intrinsik di dalamnya. Dari tahapan analisis data ini akan terlihat hasilnya dalam tahapan akhir, yaitu penyajian hasil penguraian data yang berupa struktur cerita lakon BRB, mulai dari alur, tokoh dan penokohan, dan citra tokoh Rama Bargawa itu sendiri.

Pembahasan

Analisis Alur

Menurut Zaidan dkk dalam Kamus Istilah Sastra (1994: 207), alur adalah unsur struktur yang berwujud jalinan peristiwa di dalam karya sastra, yang memperlihatkan kepaduan tertentu yang diwujudkan antara lain oleh hubungan sebab akibat, tokoh, tema, atau ketiganya. Di dalam fungsinya, alur dibedakan menjadi dua, yaitu alur utama yang dibentuk dari peristiwa-peristiwa utama dan alur bawahan yang dibentuk dari peristiwa-peristiwa pelengkap (Sudjiman, 1991: 29).

Di dalam lakon BRB ini banyak sekali peristiwa-peristiwa yang terjadi dari mulai awal hingga akhir cerita. Peristiwa-peristiwa tersebutlah yang membangun jalannya sebuah cerita hingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Akan tetapi tidak semua peristiwa-peristiwa tersebut berfungsi sebagai pembentuk alur. Oleh karena itu, langkah pertama yang dilakukan untuk menganalisis suatu alur adalah dengan memilih peristiwa fungsional. Peristiwa fungsional adalah peristiwa yang mempengaruhi perkembangan alur (Luxemburg dkk, 1984: 151).

Setelah itu, peristiwa fungsional akan disusun ke dalam pembagian struktur alur. Panuti Sudjiman dalam bukunya Memahami Cerita Rekaan (1991: 30) membuat pembagian struktur alur secara rinci, yaitu awal yang terdiri dari paparan, rangsangan, dan gawatan; tengah yang terdiri dari tikaian, rumitan, dan klimaks; serta akhir yang terdiri dari leraian dan selesaian.

No Struktur Alur

Peristiwa Fungsional

1. Paparan

Dewi Renuka melahirkan bayi laki-laki yang oleh Resi Risanggeni diberi nama Jamadagni.

Jamadagni yang telah dewasa diutus oleh Raden Partawirya untuk mengikuti sayembara memperebutkan Dewi Danuwati di negara Indrapura.

Jamadagni berhasil memenangkan sayembara karena dapat mengalahkan Raden Parasu dan Raden Bargawa.

Tubuh Raden Parasu dan Raden Bargawa berubah menjadi kapak yang bernama

parasu dan busur panah yang bernama bargawastra, yang akhirnya menjadi senjata

pusaka Jamadagni.

(5)

pertapaan Jatisrana.

Prabu Citrarata bertemu dengan Dewi Renuka dan menanyakan arah jalan pulang ke Martikawata.

Prabu Citrarata jatuh cinta pada Dewi Renuka dan meminta Dewi Renuka untuk menjadi istrinya, tetapi ditolak oleh Dewi Renuka.

Prabu Citrarata menyuruh Patih Jayarata untuk membuat rencana agar Dewi Renuka berpisah dengan Resi Risanggeni.

Patih Jayarata menemui Resi Risanggeni untuk menjalankan perintah Prabu Citrarata. 3. Gawatan

Resi Risanggeni menuduh Dewi Renuka berselingkuh dengan Prabu Citrarata.

Jamadagni marah kepada Resi Risanggeni karena telah mengusir Dewi Renuka, lalu ia menyusul Dewi Renuka.

4. Tikaian

Prabu Citrarata menghadang Dewi Renuka dan kembali memaksa Dewi Renuka untuk menjadi istrinya.

Terjadi perang tanding antara Jamadagni dengan Prabu Citrarata. Dewi Renuka mati akibat terhunus keris Prabu Citrarata. Jamadagni membunuh Prabu Citrarata.

5. Rumitan

Prabu Heryowadi dan Patih Citrayatna datang ke pertapaan Jatisrana untuk mencari orang yang telah membuat mati Prabu Citrarata.

Resi Risanggeni mengaku-aku bahwa ia yang telah membunuh Prabu Citrarata. Prabu Heryowadi menyuruh Patih Citrayatna untuk menghukum mati Resi Risanggeni.

6. Klimaks

Jamadagni tidak terima ayahnya yang tidak bersalah dihukum mati, ia lalu membunuh Patih Citrayatna.

Jamadagni bertekad untuk tidak menikah dan akan mengabdikan hidupnya untuk menegakkan keadilan. Ia pun mengubah namanya menjadi Rama Bargawa atau Rama Parasu.

Rama Bargawa membunuh Tumenggung Jayakrendika yang diutus Prabu Heryowadi untuk menangkapnya karena telah membunuh Patih Citrayatna.

Rama Bargawa membunuh semua bala tentara negara Maespati. Rama Bargawa membunuh Tumenggung Jakawisa.

Rama Bargawa membunuh Tumenggung Jayayatna.

Prabu Heryowadi masuk ke dalam jurang karena dikejar oleh Rama Bargawa. Rama Bargawa membunuh Prabu Arjunasasrabahu, raja negara Maespati.

7. Leraian

Bathara Narada menyuruh Rama Bargawa untuk berhenti membunuh orang.

Rama Bargawa mau mengikuti perintah Bathara Narada dengan syarat ingin mati sempurna.

Rama Bargawa disuruh menunggu titisan Dewa Wisnu yang ada pada diri Ramawijaya untuk mengantarkannya pada kematian yang sempurna.

8. Selesaian

Rama Bargawa meminta Ramawijaya untuk segera membunuhnya. Terjadi perang tanding antara Rama Bargawa dan Ramawijaya.

Rama Bargawa bertobat dengan melaksanakan semua nasihat Ramawijaya. Rama Bargawa diangkat menjadi dewa di kahyangan.

Analisis Tokoh

Menurut Sudjiman dalam Kamus Istilah Sastra (1990: 79), tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Berdasarkan fungsinya, tokoh di dalam sebuah cerita dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan.

Tokoh utama adalah tokoh yang memegang peran pimpinan dan menjadi sentral di dalam cerita. Ia bahkan menjadi sorotan dalam bab di dalam kisahan (Sudjiman, 1991: 17-18). Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa tokoh utama sangat mendominasi setiap rangkaian peristiwa atau persoalan yang terjadi di dalam sebuah cerita. Intensitas kemunculan tokoh

(6)

utama pun lebih banyak dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain di dalam cerita. Selain itu, tokoh utama juga dapat ditentukan dengan melihat hubungannya dengan tokoh-tokoh yang lain.

Berdasarkan judul lakon, yaitu Banjaran Rama Bargawa, dapat diketahui bahwa Rama Bargawa yang menjadi tokoh utama dalam lakon tersebut, karena memang lakon BRB menceritakan riwayat hidup tokoh Rama Bargawa sejak lahir sampai moksa. Dengan kata lain setiap peristiwa yang ditampilkan dalam lakon BRB ini didominasi oleh Rama Bargawa. Intensitas keterlibatan Rama Bargawa dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pun sangat erat. Rama Bargawa juga berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan tokoh-tokoh yang lain. Dengan demikian, sangat jelas jika tokoh-tokoh utama dalam lakon BRB adalah Rama Bargawa.

Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama (Sudjiman, 1991: 19). Dalam hal ini tokoh bawahan tidak terlalu sering dimunculkan dalam peristiwa, tetapi kehadirannya sangat mempengaruhi jalan cerita. Apabila salah satu tokoh dihilangkan, maka cerita tidak akan dapat berjalan dengan baik. Dengan kata lain tokoh bawahan saling berhubungan dengan tokoh utama.

No Nama Tokoh Bawahan

Lakuan dalam Peristiwa

1. Resi Risanggeni Memberitahu Rama Bargawa bahwa Dewi Renuka telah diusir olehnya karena berselingkuh dengan Prabu Citrarata.

2. Dewi Renuka Memberikan kain miliknya kepada Rama Bargawa sebagai tanda kesetiaannya pada Resi Risanggeni.

3. Prabu Citrarata Mengaku pada Rama Bargawa bahwa ia yang membuat rencana agar Dewi Renuka berpisah dengan Resi Risanggeni.

4. Bathara Narada Memberitahu Rama Bargawa mengenai kapak parasu dan busur panah

bargawastra. Ia berharap pada Rama Bargawa jika kedua senjata itu digunakan

untuk menegakkan keadilan.

Menasihati Rama Bargawa yang selalu membunuh orang-orang untuk berhenti melakukannya karena telah merusak tatanan dunia.

Memberitahu Rama Bargawa untuk menunggu Ramawijaya yang merupakan titisan Dewa Wisnu agar dapat mengantarkan Rama Bargawa mencapai mati yang sempurna.

5. Ramawijaya Menasihati Rama Bargawa untuk dapat membenahi hidupnya yang penuh dosa. Selain tokoh bawahan, terdapat tokoh bawahan lainnya. Tokoh bawahan lainnya ini kehadirannya lebih sedikit dibandingkan dengan tokoh bawahan, tetapi mereka berhubungan dengan tokoh utama baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran tokoh bawahan lainnya sesungguhnya sejajar dengan tokoh bawahan yang telah disebutkan sebelumnya. Akan tetapi fungsinya tidak begitu penting, karena mereka hanya sebagai latar dan penghubung jalan cerita serta sebagai sarana untuk menyelesaikan cerita. Meskipun begitu kehadiran mereka turut pula mendukung tokoh utama.

(7)

No Nama Tokoh Bawahan Lainnya

Lakuan dalam Peristiwa

1. Raden Partawirya Mengutus Rama Bargawa sebagai perwakilannya untuk mengikuti sayembara memperebutkan Dewi Danuwati di negara Indrapura.

2. Raden Parasu dan Raden Bargawa

Berperang tanding dengan Rama Bargawa dalam sayembara memperebutkan Dewi Danuwati.

3. Patih Jayarata Orang yang disuruh oleh Prabu Citrarata untuk membuat Dewi Renuka berpisah dengan Resi Risanggeni.

4. Prabu Heryowadi Menyuruh Patih Citrayatna untuk menghukum mati Resi Risanggeni.

Menyuruh bala tentara negara Maespati untuk mencari Rama Bargawa yang merupakan buronan karena telah membunuh Patih Citrayatna

5. Patih Citrayatna Menjelaskan pada Rama Bargawa bahwa Resi Risanggeni yang telah membunuh Prabu Citrarata, maka dari itu ia menghukum mati Resi Risanggeni untuk menjalankan kewajiban.

6. Bala tentara negara Maespati

Mereka diberi tugas oleh Prabu Heryowadi untuk menangkap Rama Bargawa yang telah membunuh Patih Citrayatna.

7. Prabu

Arjunasasrabahu

Raja negara Maespati yang diperingatkan oleh Rama Bargawa agar tidak menghibur diri terus menerus atas kematian istri dan patihnya, hingga tidak mempedulikan rakyatnya.

Analisis Penokohan

Dalam menganalisis suatu citra tokoh dalam karya sastra dibutuhkan teori mengenai citra. Menurut Sudjiman (1990: 17), citra adalah kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase, atau kalimat. Dalam hal ini kesan mental dapat diberi arti yang sama dengan watak, karena watak itu pencerminan dari kesan-kesan mental5. Watak dan citra suatu tokoh dapat diketahui dengan cara melakukan analisis penokohan. Menurut Sudjiman (1991: 23), penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Adapun menurut Satoto (1985: 24), penokohan adalah proses penampilan tokoh sebagai pembawa peran watak6 dalam suatu pementasan lakon, dan dari penokohan ini harus mampu menciptakan citra tokoh.

Jika diamati dua definisi yang diberikan oleh Sudjiman dan Satoto, maka dapat ditarik persamaanya bahwa yang dimaksud dengan penokohan ialah keseluruhan penampilan seorang tokoh yang terungkap melalui peranan dan perwatakan. Peranan adalah bagian yang dimainkan pemain; tindakan yang dilakukan oleh seseorang di suatu peristiwa (KBBI, 1990: 667). Adapun yang dimaksud dengan perwatakan, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku; budi pekerti; tabiat (KBBI, 1990: 1009). Untuk mengetahui peranan dan perwatakan seorang tokoh dapat dilihat dari perilakunya. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud di gerakan (sikap), tidak saja

5

Watak adalah sikap dan perilaku tokoh yang menjadi dasar penampilan tokoh dalam cerita rekaan dan drama. Watak merupakan kualitas nalar dan jiwa tokoh (Zaidan dkk, 1994: 214).

6

Peran watak adalah peran yang terutama ditentukan oleh ciri-ciri individual yang sifatnya khas dan istimewa (KBBI, 1990: 667).

(8)

badan dan ucapan (KBBI, 1990: 671). Dengan demikian, perilaku sangat jelas terlihat dari perbuatan, sikap, dan ucapan tokoh.

Menurut Sudjiman dalam buku Memahami Cerita Rekaan (1991: 23-27), metode pengungkapan penokohan dalam cerita rekaan ada tiga. Pertama metode analitis atau metode langsung, yaitu pengarang (baca: dalang) memberikan gambaran langsung mengenai keadaan tokoh-tokohnya. Kedua dramatik atau metode tak langsung, yaitu tokoh-tokohnya digambarkan melalui pikiran, cakapan, dan lakuan, bahkan juga dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh. Ketiga metode kontekstual, watak tokoh disimpulkan dari bahasa yang digunakan pengarang yang mengacu kepada tokoh.

Ketiga metode di atas dapat dilihat dalam janturan, pocapan, dan ginem. Di dalam analisis penokohan Rama Bargawa, yang akan ditampilkan adalah tentang perbuatan, sikap, dan ucapan Rama Bargawa dalam ginem, serta penggambaran dalang tentang Rama Bargawa yang digali melalui pocapan dan janturan. Dengan melalui ketiga hal itu, diharapkan akan dapat diketahui penokohan Rama Bargawa secara utuh menyeluruh dalam BRB yang meliputi peranan dan perwatakannya, sehingga dapat mengungkap citra dari tokoh Rama Bargawa.

Setelah melakukan analisis penokohan Rama Bargawa, ditemukanlah perilaku, peranan, dan perwatakan Rama Bargawa. Untuk mempermudah melihat perilaku, peranan, dan perwatakan Rama Bargawa tersebut, penulis membuatkan tabel seperti yang terlihat berikut ini.

No Perilaku Peranan Perwatakan

1. - Sebagai orang yang sakti berani

dan sakti

Pemberani dan sakti 2. Menjalankan perintah Raden

Partawirya tanpa mengharapkan imbalan dan kedudukan di Maespati

Sebagai orang yang menjalankan perintah tanpa pamrih

Taat dan tidak suka pamrih

3. Menantang Raden Parasu dan Raden Bargawa, bahkan semua orang senegara Indrapura untuk berperang tanding dengannya

Sebagai orang yang berani Pemberani

4. Tidak mau mencampuri urusan orang tuanya

Sebagai anak yang tidak mau mencampuri urusan orang tuanya

Berbakti pada orang tua

5. Mengkhawatirkan keadaan ibunya Sebagai anak yang perhatian kepada ibunya

Penyayang

6. Memaksa ayahnya untuk segera menceritakan permasalahan ibunya

Sebagai orang yang tidak suka berbasa-basi

Tegas

7. Marah kepada ayahnya karena menuduh ibunya berselingkuh hanya berdasarkan laporan orang lain

Sebagai orang yang mudah marah

Pemarah

(9)

berselingkuh hanya karena bukti yang berupa kain batik

mempercayai ibunya 9. Pergi menyusul ibunya karena khawatir

dengan keadaan ibunya

Sebagai anak yang perhatian kepada ibunya

Penyayang

10. Merasa berdosa karena tidak dapat menjaga ibunya

Sebagai anak yang perhatian kepada ibunya

Penyayang

11. Menganggap ayahnya ikut bersalah atas kematian ibunya

Sebagai orang yang tidak dapat menerima kenyataan

Tidak dapat menerima kenyataan

12. Memperingatkan ayahnya untuk bersikap layaknya pendeta

Sebagai orang yang suka memperingatkan orang

Suka menasihati orang 13. Memperingatkan Patih Citrayatna

bahwa kewajiban prajurit kerajaan adalah mengayomi rakyatnya bukan membuat mati orang

Sebagai orang yang suka memperingatkan orang

Suka menasihati orang

14. Membela ayahnya yang tidak bersalah atas tuduhan membunuh Prabu Citrarata

Sebagai anak yang perhatian kepada ayahnya

Penyayang

15. Membalas dendam atas kematian ayahnya dengan membunuh Patih Citrayatna

Sebagai orang yang mendendam Pendendam

16. Tidak ingin menikah karena ingin mengabdikan hidupnya untuk menegakkan keadilan

Sebagai orang yang mengambil sikap hidup wadat karena ingin menegakkan keadilan

Berpendirian teguh

17. Merasa dirinya tidak memiliki salah Sebagai orang yang selalu merasa benar

Sombong

18. Menantang Tumenggung Jayakrendika untuk berperang tanding dengannya

Sebagai orang yang berani Pemberani 19. Membunuh Tumenggung Jayakrendika

demi menegakkan keadilan

Sebagai orang yang ingin menegakkan keadilan dengan cara membunuh

Berpendirian teguh

20 Menantang semua bala tentara negara Maespati untuk berperang tanding dengannya

Sebagai orang yang berani Pemberani

21. Membunuh semua bala tentara negara Maespati demi menegakkan keadilan

Sebagai orang yang ingin menegakkan keadilan dengan cara membunuh

Berpendirian teguh

22. Menantang Tumenggung Jakawisa untuk berperang tanding dengannya

Sebagai orang yang berani Pemberani 23. Membunuh Tumenggung Jakawisa

demi menegakkan keadilan

Sebagai orang yang ingin menegakkan keadilan dengan cara membunuh

Berpendirian teguh

24. Membunuh Tumenggung Jayayatna demi menegakkan keadilan karena telah membela rajanya yang tidak benar

Sebagai orang yang ingin menegakkan keadilan dengan cara membunuh

Berpendirian teguh

25. Ingin melanjutkan menegakkan keadilan dengan memberantas sifat jahat

Sebagai orang yang ingin menegakkan keadilan

Berpendirian teguh

26. Memperingatkan Prabu

Arjunasasrabahu agar mempedulikan rakyatnya

Sebagai orang yang suka memperingatkan orang

Suka menasihati orang

27. Menyuruh Prabu Arjunasasrabahu untuk mengikuti perkataannya

(10)

keinginannya harus dituruti 28. Membunuh Prabu Arjunasasrabahu

demi menegakkan keadilan

Sebagai orang yang ingin menegakkan keadilan dengan cara membunuh

Berpendirian teguh

29. Merasa dirinya benar karena telah membunuh orang yang bersalah

Sebagai orang yang menganggap dirinya benar

Sombong

30. Marah kepada Bathara Narada yang melarangnya untuk tidak mengadili orang

Sebagai orang yang mudah marah

Pemarah

31. Ingin menghentikan perbuatannya dengan syarat ingin mati sempurna

Sebagai orang yang ingin bertobat

Berpendirian teguh 32. Menyuruh Ramawijaya untuk segera

membunuhnya

Sebagai orang yang tidak suka berbasa-basi

Tegas

33. Menyuruh Ramawijaya agar tidak banyak bicara dan segera

membunuhnya

Sebagai orang yang tidak suka berbasa-basi

Tegas

34. Ingin membunuh Ramawijaya karena keinginannya tidak dituruti

Sebagai orang keinginannya harus dituruti

Egois 35. Menganggap dirinya benar karena telah

membunuh untuk melaksanakan darma

Sebagai orang yang menganggap dirinya benar

Sombong

36. Membalas dendam atas kematian ayahnya dengan cara membunuh orang-orang di negara Maespati

Sebagai orang yang mendendam Pendendam

37. Ingin menegakkan keadilan dengan cara membunuh orang-orang yang berdosa

Sebagai orang yang ingin menegakkan keadilan

Berpendirian teguh

38. Ingin membunuh Ramawijaya karena keinginannya tidak dituruti

Sebagai orang keinginannya harus dituruti

Egois

39. Menganggap dirinya tidak bersalah Sebagai orang yang menganggap dirinya benar

Sombong

40. Mengakui kesalahannya Sebagai orang yang mengakui kesalahannya

Jujur

41. Meminta petunjuk pada Ramawijaya untuk membenahi hidupnya

Sebagai orang yang meminta petunjuk untuk kebaikan hidup

Berpendirian teguh

42. Melaksanakan nasihat Ramawijaya dengan sungguh-sungguh untuk bertobat

Sebagai orang yang mau bertobat

Berpendirian teguh

Analisis Citra

Berdasarkan analisis penokohan Rama Bargawa, telah ditemukan perilaku, peranan, dan perwatakan Rama Bargawa. Melalui ketiga hal tersebut, dapat terungkap citra Rama Bargawa dalam lakon BRB. Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa citra adalah kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase, atau kalimat. Kesan mental itu diberi arti yang sama dengan watak, karena watak itu pencerminan dari

(11)

kesan-kesan mental. Maka dari itu, untuk mengetahui citra Rama Bargawa, dapat dicari melalui perwatakannya.

Dalam tabel tercatat ada 42 perwatakan dari Rama Bargawa. Setelah diklasifikasi terdapat tiga belas perwatakan, yaitu taat dan tidak suka pamrih, pemberani, berbakti pada orang tua, penyayang, tegas, pemarah, tidak dapat menerima kenyataan, suka menasihati orang, pendendam, berpendirian teguh, sombong, egois, dan jujur. Berdasarkan ketiga belas perwatakan tersebut, hanya watak yang sering muncullah yang merupakan citra Rama Bargawa. Berdasarkan hal tersebut, ditemukan empat perwatakan yang mewakili citra Rama Bargawa, yaitu pemberani, berbakti pada orang tua, penyayang, dan berpendirian teguh. Hal ini didasari atas perilaku Rama Bargawa yang dilakukannya secara terus menerus, sehingga menimbulkan perwatakan yang sama.

No Watak Perilaku

1. Pemberani Menantang Raden Parasu dan Raden Bargawa, bahkan semua orang senegara Indrapura untuk berperang tanding dengannya

Menantang Tumenggung Jayakrendika untuk berperang tanding dengannya

Menantang semua bala tentara negara Maespati untuk berperang tanding dengannya Menantang Tumenggung Jakawisa untuk berperang tanding dengannya

2. Berbakti pada orang tua

Tidak mau mencampuri urusan orang tuanya

Tidak mempercayai ibunya berselingkuh hanya karena bukti yang berupa kain batik 3. Penyayang Mengkhawatirkan keadaan ibunya

Pergi menyusul ibunya karena khawatir dengan keadaan ibunya Merasa berdosa karena tidak dapat menjaga ibunya

Membela ayahnya yang tidak bersalah atas tuduhan membunuh Prabu Citrarata 4. Berpendirian

teguh

Tidak ingin menikah karena ingin mengabdikan hidupnya untuk menegakkan keadilan

Membunuh Tumenggung Jayakrendika demi menegakkan keadilan

Membunuh semua bala tentara negara Maespati demi menegakkan keadilan Membunuh Tumenggung Jakawisa demi menegakkan keadilan

Membunuh Tumenggung Jayayatna demi menegakkan keadilan karena telah membela rajanya yang tidak benar

Ingin melanjutkan menegakkan keadilan dengan memberantas sifat jahat Membunuh Prabu Arjunasasrabahu demi menegakkan keadilan

Ingin menghentikan perbuatannya dengan syarat ingin mati sempurna

Ingin menegakkan keadilan dengan cara membunuh orang-orang yang berdosa Meminta petunjuk pada Ramawijaya untuk membenahi hidupnya

Melaksanakan nasihat Ramawijaya dengan sungguh-sungguh untuk bertobat

Berdasarkan tabel tersebut, dapat disimpulkan citra Rama Bargawa dalam lakon BRB ada tiga, yaitu pemberani, kuat, dan sakti; berbakti dan menyayangi orang tua; serta berpendirian teguh.

a. Citra Rama Bargawa sebagai okoh yang Pemberani

Rama Bargawa dicitrakan sebagai tokoh yang pemberani. Adapun yang dimaksud dengan berani, yaitu mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya; tidak takut (gentar, kecut). Dalam hal ini, Rama Bargawa yang dikatakan sebagai sosok pemberani adalah seseorang yang memiliki

(12)

mental dan jiwa yang kuat untuk menyelesaikan suatu masalah, baik melalui cara adu kekuatan fisik maupun nonfisik. Dalam hal berperang tanding, tidak ada satu orang pun yang dapat mengalahkan Rama Bargawa. Dalam lakon BRB ini, Ki Sigid Ariyanto sebagai dalang memberikan gambaran mengenai sosok Rama Bargawa. Rama Bargawa digambarkan sebagai sosok yang berperawakan tinggi, besar, dan gagah, serta memiliki kekuatan dan kesaktian.

Ketika Rama Bargawa berhasil mengalahkan Raden Parasu dan Raden Bargawa, yang merupakan syarat untuk memenangkan sayembara negara Indrapura, merupakan pembuktian bahwa ia memang orang yang memiliki keberanian, kekuatan, kesaktian, dan taktik perang yang baik. Setelah berhasil dikalahkan oleh Rama Bargawa, tubuh Raden Parasu dan Raden Bargawa tiba-tiba berubah menjadi kapak dan busur panah. Berdasarkan keterangan Bathara Narada, kapak tersebut bernama parasu dan busur panahnya bernama bargawastra. Sejak saat itu, kapak parasu dan busur panah bargawastra pun menjadi senjata pusaka milik Rama Bargawa. Dengan mendapatkannya dua senjata pusaka tersebut, tentunya dapat menambah kekuatan dan kesaktian pada diri Rama Bargawa.

Perilaku Rama Bargawa yang pemberani kerap ditunjukkannya dengan selalu menantang orang-orang untuk berperang tanding dengannya. Tidak ada satu pun dari orang yang berperang tanding dengannya dapat mengalahkannya. Hal ini dikarenakan ia memiliki kekuatan dan kesaktian, terlebih ketika ia mendapatkan kapak parasu dan busur panah bargawastra yang mendukung kesaktiannya.

b. Citra Rama Bargawa Sebagai Tokoh yang Berbakti dan Menyayangi Orang Tua Rama Bargawa dicitrakan sebagai tokoh yang berbakti dan menyayangi orang tua. Perilaku Rama Bargawa yang menunjukkan bahwa ia merupakan anak berbakti, yaitu ia tidak mau mencampuri urusan orang tuanya. Ia juga tidak mempercayai ibunya berselingkuh hanya karena bukti yang berupa kain batik.

Saat mengetahui ibunya diusir oleh ayahnya, ia pun segera pergi menyusul sang ibu karena sangat khawatir dengan keadaan ibunya itu. Hal tersebut menunjukkan betapa sayangnya ia kepada orang tuanya, khususnya kepada sang ibu. Ketika ibunya terhunus keris Prabu Citrarata, Rama Bargawa pun membalasnya dengan membunuh Prabu Citrarata. Rasa sayang terhadap seseorang yang berlebihan terkadang membuat pikiran menjadi irasional. Dengan pikiran yang irasional itu, terkadang kita didorong untuk melakukan apa pun di luar batas norma agar dapat memberikan sesuatu yang terbaik bagi orang yang disayangi. Rama Bargawa yang sangat menyayangi ibunya, tidak dapat menerima jika ibunya dibunuh Prabu Citrarata, meskipun itu tidak disengaja. Hal itu mendorongnya untuk membalas dendam dengan membunuh Prabu Citrarata.

(13)

Sepanjang perjalanan ke pertapaan Jatisrana, tak henti-hentinya Rama Bargawa menangis melihat ibunya dalam kondisi yang memprihatinkan. Ia merasa berdosa pada ibunya karena tidak dapat melindunginya. Tangisnya pun semakin menjadi-jadi tatkala ibunya sudah tidak bernyawa lagi. Sebagai anak yang sudah dewasa, kita memang diwajibkan untuk menjaga orang tua. Terlebih anak laki-laki yang merupakan pengganti ayah kedua, seakan-akan memiliki tanggung jawab sebagai pelindung keluarganya. Hal itulah yang membuat Rama Bargawa merasa sangat berdosa karena tidak dapat menjaga ibunya hingga ibunya mati dengan kondisi yang mengenaskan.

Ketika Rama Bargawa membawa pulang ibunya ke pertapaan Jatisrana, ia menyalahkan ayahnya atas kematian ibunya. Jika saja sang ayah mempercayai dan tidak mengusir ibunya, tentu tidak akan terjadi peristiwa tersebut. Sejak awal cerita memang terlihat jika sikap Rama Bargawa berbeda terhadap ayah dan ibunya. Menurut Magnis Suseno (1984: 169), dalam keluarga Jawa, ketika anak telah dewasa khusunya anak laki-laki, sikapnya terhadap ayah dan ibunya berbeda. Ibu dicintai, sedangkan ayah diberi hormat dalam suasana emosional yang agak dingin. Meskipun begitu, Rama Bargawa juga memiliki rasa sayang terhadap ayahnya. Hal itu ditunjukkan ketika ia membela ayahnya yang dianggap sebagai pembunuh Prabu Citrarata.

Meskipun saat itu ayahnya sudah mati akibat hukuman mati yang diberikan oleh Prabu Heryowadi, ia tetap membela ayahnya dengan mengatakan pada Patih Citrayatna, jika ayahnya tidak membunuh Prabu Citrarata. Rama Bargawa menjadi geram mengetahui jika ayahnya dihukum mati demi menjaga hubungan pertemanan antara negara maespati dan negara Martikawata. Tidak terima ayahnya dihukum mati tanpa kesalahan, Rama Bargawa pun membunuh Patih Citrayatna dengan menggunakan kapaknya.

Sebagai anak, apa yang telah dilakukan Rama Bargawa menunjukkan rasa bakti, perhatian, dan cinta kasih untuk melindungi orang tuanya. Akan tetapi meskipun atas nama menyayangi orang tuanya, apa yang dilakukannya adalah salah. Ia membunuh Prabu Citrarata karena telah membunuh ibunya, ia juga membunuh Patih Citrayatna karena tidak terima jika ayahnya dihukum mati tanpa melakukan kesalahan.

c. Citra Rama Bargawa Sebagai Tokoh yang Berpendirian Teguh

Adapun yang dimaksud dengan teguh, yaitu kukuh kuat (perbuatannya); kuat berpegang (pada adat, janji, perkataan); tetap tidak berubah (hati, iman, pendirian, kesetiaan). Keteguhan Rama Bargawa mulai ditunjukkant ketika ayahnya dihukum mati karena dianggap telah membunuh Prabu Citrarata. Sesungguhnya sang ayah tidak pernah melakukan itu semua,

(14)

karena dirinyalah yang telah membunuh Prabu Citrarata. Ia bertekad untuk menuntut keadilan atas kematian orang tuanya.

Atas dasar itulah Rama Bargawa ingin menegakkan keadilan, karena ia merasa sudah tidak ada orang yang mampu menegakkan keadilan. Ia bahkan meneguhkan hatinya untuk tidak menikah karena ingin mengabdikan hidupnya agar dapat menegakkan keadilan. Ia ingin menegakkan keadilan dengan cara memberantas sifat jahat dan membunuh orang-orang yang memiliki dosa. Dimulai dari membunuh Patih Citrayatna yang menghukum mati ayahnya yang tidak bersalah; Tumenggung Jakawisa, Tumenggung Jayayatna, dan bala tentara negara Maespati lainnya yang ingin menangkapnya karena telah membunuh Patih Citrayatna; Tumenggung Jayayatna karena dianggap telah membela raja yang tidak benar; Prabu Heryowadi yang ingin dibunuh Rama Bargawa, tetapi ia justru masuk ke dalam jurang karena dikejar oleh Rama Bargawa; hingga Prabu Arjunasasrabahu, raja negara Maespati pada saat itu karena dianggap tidak mempedulikan rakyat. Pembunuhan yang dilakukan oleh Rama Bargawa merupakan rangkaian kecil untuk menegakkan keadilan.

Setelah dinasihati oleh Bathara Narada untuk berhenti membunuh orang, Rama Bargawa pun mau menurutinya dengan syarat mati sempurna. Tekadnya yang gigih untuk mencapai mati yang sempurna dilakukannya dengan meminta petunjuk pada Ramawijaya untuk membenahi hidupnya yang penuh dosa. Ia pun melaksanakan nasihat Ramawijaya dengan teguh untuk bertobat.

Kesimpulan

Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkembangan alur (fungsional) di dalam lakon BRB terdapat 33 urutan peristiwa. Jalinan peristiwa dalam struktur alur disajikan secara kronologis. Diawali dengan kelahiran Rama Bargawa (Jamadagni) hingga ia moksa dan diangkat menjadi dewa di kahyangan.

Tokoh utama dalam lakon BRB ini adalah Rama Bargawa. Hal ini terlihat sangat jelas dari judul lakon ini, yaitu Banjaran Rama Bargawa, yang memang lakon ini menceritakan riwayat hidup tokoh Rama Bargawa sejak lahir sampai moksa. Dengan kata lain setiap peristiwa yang ditampilkan dalam lakon ini didominasi oleh Rama Bargawa, dan oleh karena itu tokoh Rama Bargawa sebagaimana tersirat dari judul lakon banjaran ini menjadi sentral.

Tokoh bawahan dalam lakon BRB ini adalah Resi Risanggeni, Dewi Renuka, Prabu Citrarata, Bathara Narada, dan Ramawijaya. Kelima tokoh ini sangat mempengaruhi jalannya cerita dan jika salah satu dihilangkan, maka cerita tidak akan berjalan dengan baik. Tokoh

(15)

bawahan lainnya adalah Raden Partawirya, Raden Parasu dan Raden Bargawa, Patih Jayarata, Prabu Heryowadi, Patih Citrayatna, bala tentara negara Maespati, dan Prabu Arjunasasrabahu. Tokoh-tokoh tersebut tidak dibahas secara khusus, karena kehadiran mereka tidak banyak dimunculkan, tetapi mereka berhubungan dengan tokoh utama baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dari pembahasan penokohan Rama Bargawa ditemukan perilaku, peranan, dan perwatakan Rama Bargawa. Melalui ketiga hal tersebut, terungkap tiga citra Rama Bargawa dalam lakon BRB, yaitu sebagai tokoh yang pemberani, kuat, dan sakti; berbakti dan menyayangi orang tua; serta berpendirian teguh.

Daftar Referensi

Buku:

Bandem, I Made dan Sal Murgiyanto. (1996). Teater Daerah Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Murtiyoso, Bambang, dkk. (2004). Pertumbuhan dan Perkembangan Seni Pertunjukan Wayang. Surakarta: Citra Etnika.

Luxemburg, Jan Van, dkk. (1984). Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.

Satoto, Soediro. (1985). Wayang Kulit Purwa: Makna dan Struktur Dramatikanya. Yogyakarta: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi) Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan.

Sudjiman, Panuti. (1991). Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Teeuw, A. (1988). Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya Girimukti.

Ensiklopedia, kamus:

Sena Wangi. (1999). Ensiklopedi Wayang Indonesia. Jakarta: Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia.

Sudjiman, Panuti. (1990). Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara yang mudah dilakukan bagi pembelajar bahasa Jepang orang Indonesia dalam menentukan makna dasar, yaitu dengan menggunakan hasil penelitian

Salah satu cara yang mudah dilakukan bagi pembelajar bahasa Jepang orang Indonesia dalam menentukan makna dasar, yaitu dengan menggunakan hasil penelitian

Salah satu yang bisa dilakukan dalam media sosial adalah meniru karakteristik orang lain untuk mencitrakan dirinya memiliki kemiripan dari segi perilaku1.. Apa

Zych et al., (2017) menyebutkan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan remaja untuk menunjukan ketidaksukaan terhadap perilaku orang lain dengan cara

Salah satu cara yang sangat umum dilakukan oleh orang banyak untuk menurunkan berat badan adalah dengan diet (Nussy, Ratag, & Mayulu, 2014).. Diet merupakan salah satu cara

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menjaga spirit ibadah adalah dengan senantiasa bergaul dengan orang-orang yang suka melakukan ketaatan dan kebaikan serta

wajah manusia dari gambar atau video menggunakan database wajah yang tersimpan sehingga pengenalan wajah sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya

Word of mouth merupakan salah satu promosi dengan memberitahukan tentang informasi dari satu orang ke orang yang lain, dimana biasa dilakukan dengan cara oral communication atau bahasa