• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS PERAN MAHASISWA USHULUDDIN IAIN WALISONGO DALAM AKTIVITAS KEAGAMAAN MASYARAKAT DI KELURAHAN NGALIYAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS PERAN MAHASISWA USHULUDDIN IAIN WALISONGO DALAM AKTIVITAS KEAGAMAAN MASYARAKAT DI KELURAHAN NGALIYAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

52

DALAM AKTIVITAS KEAGAMAAN MASYARAKAT DI KELURAHAN NGALIYAN

A.Tingkat Keterlibatan Mahasiswa dalam Aktivitas Keagamaan

1. Keterlibatan Mahasiswa Dalam Menegakkan Islam (Visi, Misi dan Tujuan IAIN Walisongo)

Mahasiswa sebagai suatu potensi intelektual masyarakat yang penting merupakan generasi penerus bangsa yang karena keterdidikannya dapat dipastikan akan menjadi pemimpin besar atau kecil, bagi negara dan masyarakat. Di kemudian hari mahasiswa IAIN tidak terkecuali dalam hal ini, bahkan mereka memegang peranan penting dalam salah satu sisi utama yang tak terpisahkan di sisi-sisi lainnya di bidang pembangunan yaitu sisi spiritual keagamaan yang menjadi ciri kepribadian bangsa Indonesia yang religius.

Kehidupan bangsa Indonesia yang sosialistis relegius memerlukan sentuhan-sentuhan tangan terdidik dalam bidang agama. Kenyataan banyak membuktikan bahwa pendidikan agama lebih cepat menarik perhatian dan minat masyarakat. Pada umumnya terutama masyarakat yang kurang terdidik dengan pendekatan keagamaan rasa kebersamaan manusiawi lebih cepat terpadu antara pemberi dan penerima informasi. 1

Dalam situasi yang demikian, peranan mahasiswa IAIN berbekal pengetahuan dan sekaligus pengemban kewajiban agama, sangat relevan untuk membangun dan mengembangkan budaya Islam (Islamic cultural) serta pembangunan pada umumnya melalui pendekatan agamis. Hal ini akan lebih mudah terwujud karena manusia adalah kholifatullah fil ard, wakil Allah di muka bumi.

1 Proyek Pembinaan Kemahasiswaan Departemen Agama RI, Pedoman Latihan

(2)

Sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 30 berikut ini.

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah dimuka bumi. Mereka berkata: mengapa engkau hendak menjadikan (kholifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau ?. Tuhan berfirman sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Q.S. Al-Baqarah: 30) 2

Posisi khalifatullah fil ard ini menempatkan manusia sebagai mahluk teomorfis yang berkewajiban untuk menerjemahkan sifat-sifat ketuhanan di muka bumi. Manusia telah di bekali Tuhan dengan prinsip-prinsip normative, sebagaimana tertuang dalam kitab suci dan implementasinya yang dicontohkan Rasul melalui sunah, tanggung jawab manusia tidak hanya bertumpu pada aspek spiritual namun juga pada aspek lain. Karena doktrin ajaran Islam mengharuskan orang Islam untuk berperan menegakkan Islam.3

Disadari atau tidak masyarakat tidak hanya menginginkan mahasiswa dan alumni IAIN memahami secara intelektual doktrin-doktrin keislaman namun juga mampu memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat, misalnya sebagai imam dalam shalat berjamaah maupun sebagai pemimpin do’a dalam acara-acara keagamaan dan kemasyarakatan. Harapan masyarakat itu tinggi terhadap kemampuan mahasiswa dalam hal keagamaan, sampai-sampai

2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Toha Putra, Semarang, 1989, hlm. 13

3 Musahadi dkk, Mengeja Tradisi Merajut Masa Depan, Puslit IAIN Walisongo, 2003, hlm. 126

(3)

masyarakat mengasumsikan bahwa setiap mahasiswa atau alumni IAIN adalah pribadi luhur yang berakhlak mulia, ta’at menjalankan ibadah dan biasa melakukan kegiatan keagamaan maupun kegiatan sosial.

Menurut pendapat penulis, dalam menegakkan Islam setiap orang muslim berkewajiban untuk melakukannya, tidak hanya mahasiswa saja, seorang muslim harus mengorientasikannya dalam kehidupan. Jika ada sesuatu yang menyimpang dari aturan-aturan yang digariskan Tuhan dalam kitab-Nya dan sunah Nabi-Nya. Maka ia harus bisa mengeliminasi (menyingkirkan) penyimpangan itu sesuai dengan kemampuannya.

Maksud dan tujuan pendidikan dan pengajaran pada IAIN adalah membentuk sarjana yang berakhlak mulia, berilmu dan mempunyai kesadaran : (1) Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan agama Islam.

(2) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan agama Islam serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan Nasional.4

Mengingat IAIN merupakan perguruan tinggi Islam maka mahasiswa mengacu pada pelaksanaan mencakup pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Tri Darma perguruan tinggi dari sisi keislaman yakni menempatkan agama sebagi modal penggerak pembangunan nasional. Dalam upaya untuk mencapai generasi yang memiliki kepribadian tangguh, berwawasan keagamaan dan kebangsaan yang luas dan mampu menempatkan agama sebagi motivator keagamaan.5

Visi IAIN adalah terciptanya dan terwujudnya sarjana Islam yang bertaqwa kepada Allah yang memiliki intelektualisme profesionalisme dengan dedikasi dan prestasi yang tinggi serta siap dan mampu mengarungi dunia modern yang penuh kompetisi.

4 Departemen Agama, IAIN Walisongo, Buku Panduan Program SI, Tahun Akademik

1999/2000, Semarang, 2000, hlm. 43

5 H.A. Ya’kub Matodang, Perguruan Tinggi Islam Diera Globalisasi, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1998, hlm. 8

(4)

Misi IAIN adalah :

a. Menyediakan pelayanan yang penuh tanggung jawab dalam rangka menjalankan Tri Darma perguruan tinggi khususnya mengantarkan mahasiswa di samping untuk menjadi ahli ilmu agama Islam juga untuk kemantapan aqidah, kedalaman spiritual, kemuliaan etika,,keluasan atau kedalaman ilmu dan intelektual, kematangan profesional, ketulusan dedikasi serta kemajuan inovasi dan prestasi.6

b. Mewujudkan keteladanan kehidupan masyarakat madani yang berlandaskan nilai-nilai Islami dan tetap menjunjung tinggi daya luhur bangsa Indonesia.7

Yang menjadi persoalan di sini yaitu bagaimana mahasiswa bisa mewujudkan visi dan misi melalui pelaksanaan misi Tri Darma perguruan tinggi maupun pemberian teladan kehidupan masyarakat madani ( masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai Islami dan menjunjung tinggi budaya bangsa Indonesia). Sebagaimana yang tertuang dalam misi IAIN walisongo di atas.

Menurut penulis salah satu wujud atau cara yang bisa dilakukan oleh mahasiswa Ushuluddin dalam menegakkan Islam adalah dengan melaksanakan aktivitas-aktivitas keagamaan seperti mengajar mengaji, memeberi ceramah, menjadi ta’mir masjid dan aktif dalam setiap kegiatan keagamaan yang lainnya. Ada semacam kritik atau anggapan bahwa mahasiswa Ushuluddin itu hanya mempunyai atau bergelut dengan ilmu yang cenderung kepada hal-hal yang berbau aqidah, filsafat, tasawuf dan perbandingan agama. Maka ketika mereka beraktivitas di luar wilayah kampus. Masyarakat menggangap bahwa mereka hanya mampu atau tepat di bidang ilmu keagamaan saja. Hal ini juga di perkuat oleh fenomena banyaknya penunggu masjid (ta’mir masjid), Khotib, baca do’a. Karena itu mereka heran ketika melihat mahasiswa dari kalangan IAIN mahir melakukan aksi-aksi demonstrasi, sesuatu yang terkesan kurang sopan. Tetapi tidak sedikit mahasiswa yang terjun lintas keilmuan seperti menjadi jurnalis, pengusaha dan lain sebagainya. Anggapan bahwa mahasiswa Ushuluddin khususnya hanya mempunyai ilmu keagamaan saja itu kurang tepat

6 Musahadi dkk, op. cit., hlm . 227 7 Ibid., hlm. 228

(5)

memang secara institusi mereka belajar ilmu keagamaan di IAIN tetapi tidak semua mahasiswa Ushuluddin tidak mampu untuk terjun di bidang keilmuan yang lain. Para mahasiswa Ushuluddin menyadari bahwa agama mereka tidak hanya menekankan pada aspek spiritual semata namun juga aspek sosial seperti tersebut diatas (menjenguk orang sakit, ta’ziyah, gotong royong/kerja bakti) dan lain sebagainya.

Implikasi dari konsep keagamaan ini mengantarkan mereka tidak hanya memiliki tanggung jawab pribadi sebagai penyembah Tuhan namun juga memiliki tanggung jawab sosial sebagai homo sapiens yang wajib menciptakan harmoni dalam masyarakatnya. Orang shaleh tidak hanya shaleh secara ritual akan tetapi harus shaleh secara sosial.

Orang muslim yang taat tidak hanya sibuk shalat di masjid tetapi juga harus mempertimbangkan bagaimana kondisi lingkungan sosialnya. Menurut penulis dimanapun berada tidak heran bila mereka mahasiswa Ushuluddin khususnya tidak sedikit menjadi pembicara dan komunikator yang baik terutama bila dalam salah satu komunitas yang didalamnya terdapat ketimpangan sosial. Mereka merasa berkewajiban terlibat secara aktif dalam persoalan kemasyarakatan.

Berangkat dari pemahaman konsep keagamaan bahwa seorang muslim dalam hal ini mahasiswa mengemban amanat sebagai wakil Tuhan di muka bumi yang wajib untuk menegakkan ajaran-ajaran atau aturan-aturan dan menjalankan pesan Tuhan. Dimanapun mereka tinggal, partisipasi mereka di bidang sosial akan tampak menyertai. Dilihat dari segi variasi dan kualitas partisipasi mereka (mahasiswa) menurut penulis sudah cukup baik. Alasannya mereka sudah cukup mengikuti aktivitas-aktivitas yang ada di lingkungan mereka tinggal, terutama mahasiswa yang bermukim di Kelurahan Ngaliyan. Standar ukurannya bisa di lihat dari mahasiswa yang menjadi guru TPQ, guru Madrasah, menjadi pembawa acara dalam pengajian, mengisi kultum,pembaca do’a, menjadi ta’mir Masjid dan lain sebagainya.

Di lihat dari visi dan misi IAIN diatas bahwa mahasiswa Ushuluddin sebagian sudah cukup memenuhi standar atau harapan sebagai mahasiswa yang

(6)

mempunyai potensi, berkarakter atau berkepribadian muslim. Mahasiswa Ushuluddin meskipun bergerak sendiri-sendiri untuk berperan di masyarakat tetapi secara manajemen hal itu dilakukan personal (dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas keagamaan) di kelurahan Ngaliyan artinya masih membawa nama fakultas Ushuluddin. Tetapi untuk mengarungi dunia modern yang penuh kompetisi menurut penulis kurang begitu siap. Karena dasar (basic) keilmuan yang didapat dari bangku perkuliahan adalah lebih banyak ilmu keagamaannya daripada keilmuan umum (teknologi).

2. Peran Mahasiswa Ushuluddin yang Positif dalam Aktivitas Keagamaan.

Mahasiswa Ushuluddin sudah ikut berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan yang ada di Kelurahan Ngaliyan kecamatan Ngaliyan. Walaupun tidak semuanya dilakukan hanya sebagian saja karena aktivitas-aktivitas mereka terbatas. Menurut penulis, cukup banyak peran positif yang telah dilakukan mahasiswa Ushuluddin IAIN Walisongo untuk mengembangkan, menumbuhkan, mengaktifkan aktivitas-aktivitas keagamaan yang ada di Kelurahan Ngaliyan. Diantaranya:

a. Ikut berperan sebagai guru mengaji.

Mahasiswa Ushuluddin mayoritas yang berperan di Kelurahan Ngaliyan mengajar mengaji seperti yang tercantum dalam bab III sub c. Guru mengaji adalah pekerjaan yang sangat mulia, mahasiswa dalam hal ini tidak memungut biaya mereka ikhlas mengamalkan ilmunya mereka lakukan setelah shalat magrib. Mengajar mengaji itu tidak selamanya konsumtif, Ustadz menduduki posisi yang sentral dalam mencapai tujuan agar anak didiknya menjadi orang yang mempunyai iman, ilmu dan amal saleh dan taqwa. Faktor siapa dan apa dalam suatu proses kegiatan keagamaan sangat berperan sekali. Mereka lakukan semata-mata karena Allah. Menjadi seorang guru mengaji itu tidak gampang yang patut menjadi guru mengaji yaitu orang yang mengerti ilmu agama lebih dari orang yang dipelajari. Misalnya membaca Al Qur’an sesuai dengan panjang pendek huruf, mahroj dan lain sebagainya. Dengan mengajarkan mengaji mereka mampu merubah anak-anak atau pemuda yang dulunya belum bisa atau benar melafadzkan

(7)

bacaan Al-Qur’an menjadi lebih baik dengan memperhatikan maharijul huruf dan panjang pendek huruf.

b. Menjadi Takmir Masjid

Menjadi ta’mir masjid itu adalah pekerjaan yang baik. Sebagai ta’mir Masjid mereka melakukan hal yang terbaik bagi masjid, karena masjid adalah institusi pertama yang di bangun oleh Rasulullah SAW. Bahwa masjid sebagai pusat ibadah untuk melakukan kegiatan seperti shalat, berdzikir, tempat mengajar dan belajar. Di dalam Al-Qur’an surat At-taubah ayat 17 dan 18 disebutkan:

Artinya: tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zkat, dan tidak takut (kepada siapapaun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S Attaubat: 17-18).8

Secara tegas menyatakan bahwa tidak semua orang berhak memakmurkan masjid. Hanya mereka yang beriman kepada Allah yang berhak memakmurkannya. Kriteria tersebut adalah beriman kepada Allah dan hari akhir maupun mendirikan sholat, mau menunaikan zakat tidak takut dengan siapapun selain kepada Allah SWT9. Para mahasiswa yang tinggal

8 Departemen Agama RI, Op.cit, hlm. 280

(8)

di masjid pasti aktif dalam setiap kegiatan keagamaan. Motivasi mereka tinggal di masjid adalah untuk meningkatkan kualitas diri disamping itu secara finansial untuk menghemat biaya hidup yang jauh dari orang tua dan sanak keluarga. Mahasiswa Ushuluddin yang bermukim di masjid-masjid yang ada di Kelurahan Ngaliyan ada 7 (tujuh) orang yaitu Nur Fatoni angkatan 2001 dan Nur Hadi angkatan 2001 ( masjid Nurul Huda), Ustadzi angkatan 2002 dan Masrur Huda angkatan 2001 ( masjid Nurul Iman), Ahmad Nadzib angkatan 2002 dan Arif Rahman angkatan 2001 ( masjid At Taqwa), Syamsul Mu’amar angkatan 2000 ( masjid As Syuhada). Banyak peran positif yang telah dilakukan mahasiswa-mahasiswa tersebut diantaranya membersihkan masjid, menjadi muadzin, mengajak pemuda untuk shalat berjama’ah.

c. Mengadakan pengajian-pengajian yang lingkupnya masih kecil.

Mahasiswa merupakan penerus bangsa maka untuk mengamalkan ilmu mengembangkannya maka mereka harus berani tampil untuk mengadakan pengajian-pengajian meskipun lingkupnya kecil, mereka belajar mandiri, pengajian-pengajian itu seperti ceramah yang lebih terkenal dengan sebutan Kultum (kuliah Tujuh Menit) untuk mengajarkan ibu-ibu atau bapak-bapak belajar mengaji yang di selinggi dengan ceramah,mereka belum siap. Karena dalam hal ini mahasiswa Ushuluddin masih dalam taraf latihan. Mahasiswa tersebut adalah Nur Hadi dan Nur Fatoni angkatan 2002 tempatnya di Masjid Nurul Huda.

d. Guru TPQ

Mahasiswa Ushuluddin melakukan profesinya sebagai guru taman pendidikan Al-Qur’an di sela-sela aktivitasnya sebagai mahasiswa. Ini dilakukan tiap sore hari kecuali hari Jum’at. Di samping mengamalkan ilmunya secara tidak langsung mereka lakukan juga untuk menambah biaya studi.

e. Guru madrasah

Sebagai guru madrasah mahasiswa Ushuluddin secara otomatis akan menanamkan ilmu aqidah, ilmu fiqih, ilmu tajwid, bahasa arab dan

(9)

lain-lain. Penanaman ilmu tersebut akan lebih baik bila dilakukan sedini mungkin karena pemikiran anak-anak masih murni atau belum terkotori jadi akan lebih mudah memasukkan ajaran Islam sehingga ketika mereka dewasa sudah tertanam aqidah yang baik dan tidak mudah untuk ikut terbawa oleh perkembangan zaman yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Mahasiswa yang berperan sebagai guru madrasah ada dua yaitu Nur Fatoni angkatan 2001 dan Nur Hadi angkatan 2001 di madrasah Diniyyah Miftahussy Syubaan.

f. Guru privat

Karena profesi guru (non formal maupun formal) sangatlah mulia sehingga Allah menjadikannya sebagai tugas yang di emban Rasullah SAW.10 Sebagai mana yang tercantum dalam Al-qur’an surat Ali Imron ayat 164

Artinya: Sesungguhnya Allah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada merekaa Al Kitab dan Al hikmah. Dan sesungguhnya sebelum kedatangan Nabi ini, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S, Ali Imron 164).11

Dari gambaran ayat di atas guru (formal maupun non formal) mempunyai beberapa fungsi diantaranya:

(1) Berfungsi penyucian artinya seorang guru berfungsi sebagai pembersih diri, pemelihara diri, pengembang, serta pemelihara fitrah manusia.

10 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Gema Insani Press, Jakarta, 1995, hlm. 169

(10)

(2) Fungsi pengajaran artinya seorang guru berfungsi sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan pada manusia agar mereka menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupannya sehari-hari.12

Mahasiswa Ushuluddin termasuk seorang guru yang berhak menyampaikan, mempraktekkannya dalam lingkungan mereka tinggal. Dalam hal ini sekarang bukan ketika mereka lulus. Karena dimanapun berada kita di tuntut untuk menyampaikan pengetahuan yang kita dapat dari bangku kuliah. Ilmu yang tidak diamalkan ibarat pohon yang tidak berbuah, jadi apa artinya mempunyai ilmu tidak diamalkan. Sebagai guru privat mereka mengajarkan berbagai disiplin ilmu, tidak cuma mengajarkan ilmu agama saja, mereka juga mengajarkan ilmu umum seperti kesenian dan bahasa Inggris.

B. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Keterlibatan Mahasiswa Ushuluddin dalam Aktivitas Keagamaan

Mahasiswa merupakan manusia yang tidak pernah lepas dari sifat kurang, setiap insan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tidak dapat dipungkiri misalnya dalam masalah studi.

Dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keterlibatan mahasiswa dalam aktivitas keagamaan yang umum dihadapai oleh mahasiswa Ushuluddin adalah:

a. Penguasaan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Hal ini menyebabkan mahasiswa tidak dapat mencurahkan pelajaran dari buku-buku bahasa asing, tampaknya mahasiswa menggantungkannya pada buku-buku diktat kuliah dan ini menyebabkan ilmu para mahasiswa kurang berkembang.

b. Penguasaan terhadap ilmu dasar yaitu Al Qur’an dan hadits serta ilmu-ilmu keislaman lainnya Karena mahasiswa yang kuliah di IAIN itu tidak semuanya lulusan dari sekolah yang berbasic ilmu-ilmu keislaman. Tidak sedikit yang masuk IAIN lulusan dari sekolah-sekolah umum, maka

(11)

menyulitkan mereka dalam menghadapi tantangan dan tuntutan yang berkaitan dengan kehidupan beragama dalam masyarakat.

c. Minat mahasiswa untuk terjun langsung berinteraksi dengan masyarakat disekitar mereka tinggal berbeda satu dengan yang lainnya sehingga sebagian mahasiswa ada yang tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan karena mereka lebih mengedepankan ekstra kurikuler kampus.

d. Mental mahasiswa untuk berkecimpung di tengah-tengah masyarakat umum menghadapi berbagai macam aktivitas yang ada umumnya masih rendah. Seperti di suruh berceramah, khutbah dan lain sebagainya karena mereka kurang siap. Hanya sebagian mahasiswa Ushuluddin yang mau dan mampu melakukannya.

e. Peluang untuk lebih mengaktifkan, mengembangkan diri mahasiswa dalam aktivitas keagamaan seperti khutbah jum’at masih di anggap kurang mampu dalam artian mereka lebih cenderung sebagai asisten (badal atau pengganti). f. Peluang atau waktu untuk mengaktifkan diri sebagai guru TPQ, guru privat

maupun yang lainnya, tidak selalu sama meskipun kemauan dan kemampuan (performance) mahasiswa sudah ada.

Menurut penulis dengan hal-hal seperti diatas tadi menyebabkan kreatifitas dan bakat mahasiswa Ushuluddin sebagian kurang berkembang dalam aktivitas-aktivitas keagamaan masyarakat Islam di Kelurahan Ngaliyan. Solusi yang tepat agar mahasiswa Ushuluddin berperan lebih aktif lagi yaitu dengan memperdalam ilmu-ilmu keislaman. Mereka juga harus sering berinteraksi, berkomunikasi dengan tokoh agama Islam dan masyarakat di lingkungan mereka tinggal agar menghasilkan hal-hal yang lebih baik dari sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

(5) Pembagian dan pemberian air irigasi berdasarkan rencana tahunan pembagian dan pemberian air irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dimulai dari petak

Mereka selalu berfikir “bagaimana cara untuk menyimpan kekayaan yang dimiliki agar tidak diambil oleh orang lain dan tidak hilang” inilah pertanyaan yang selalu muncul dalam

Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan, yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis

Tabungan Faedah BRI Syariah adalah Tabungan Faedah BRI Syariah iB merupakan produk simpanan dengan prinsip titipan yang diperuntukkan bagi nasabah yang menginginkan

Tahap analisis laboratorium secara in vitro menggunakan cairan rumen, setelah itu dilanjutkan dengan uji protein kasar dan serat kasar untuk mengetahui

Bila ia mampu untuk mengembangkan kemampuannya dalam membuat janji melalui telepon, maka ia dapat menghindari semua penolakan dan kekecewaan yang tidak perlu terjadi.. Hal

Dari hasil penelitian tersebut, kepercayaan konsumen dan dekorasi restoran merupakan variabel yang penting dalam restoran makanan Jepang untuk membangun serta membina

Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan hasil belajar apresiasi FHUSHQ ³WXUPDLGD´ NDU\D +DVDQ $O %DQQD EHUGDVDUNDQ MHQLV NHODPLQ GHQJDQ menggunakan teknik kelompok