• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis tindakan perbaikan secara rutin dan terns menerus. Untuk pencapaian k:ualitas perguruan tinggi yang berkelanjutan dilaksanakan dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "analisis tindakan perbaikan secara rutin dan terns menerus. Untuk pencapaian k:ualitas perguruan tinggi yang berkelanjutan dilaksanakan dengan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Adanya paradigma barn pembangunan pendidikan tinggi yang digariskan oleh pemerintah, seiring dengan pemberlakuan otonomi pendidikan, telah menghadirkan wama barn bagi setiap pelaku pendidikan tinggi dan stakeholder. Pada Renstra Depdiknas tentang pendidikan tinggi, dengan tegas telah digariskan bahwa pengelolaan pendidikan tinggi hams mengedepankan akuntabilitas, keotonomian, kesehatan organisasi dan kemampuan daya saing.

Pendidikan merupakan upaya utama yang dilakukan untuk membentuk SDM yang berkualitas. Proses pendidikan dilaksanakan dalam suatu institusi formal yang menyelenggarakan suatu mekanisme mengembangkan pengetahuan (knowledge), keahlian atau keterampilan (skill), serta sikap (attitude) (Irianto dan Norina, 2010). Pengembangan SDM yang bermutu melalui penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas diharapkan mampu meningkatkan daya saing bangsa di tingkat nasional maupun di tingkat intemasional. Daya saing dapat ditingkatkan melalui peningkatan kualitas program studi. Kualitas yang baik dan lulusan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja adalah kontribusi yang sangat strategis yang dapat dilakukan oleh program studi yang sekaligus sebagai jawaban terhadap persyaratan tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi. Menurut Prayoto (2004) menunjukkan kualitas SDM pada dasamya merupakan hasil proses regenerasi yang diwariskan secara turun temurun dan hatilnya tidak hanya dipengarnhi oleh faktor-faktor keturunan (genetik) tetapi juga oleh faktor-faktor lingkungan seperti: lingkungan geografis, lingkungan budaya, lingkungan peradaban, dsb. Inilah yang menimbulkan adanya perbedaan yang nyata antara kualitas sumber daya manusia dari lingkungan yang satu dan lingkungan lainnya.

Sebuah perguruan tinggi atas kesadaran sendiri dituntut untuk senantiasa melakukan pengendalian dan peningkatan mutu yang berkelanjutan, antara lain dengan cara mendokumentasikan semua kegiatan perguruan tinggi, melakukan

(2)

analisis tindakan perbaikan secara rutin dan terns menerus. Untuk pencapaian k:ualitas perguruan tinggi yang berkelanjutan dilaksanakan dengan pengendalian mutu internal oleh perguruan tinggi yang dikontrol dan diaudit melalui proses akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan setiap perguruan tinggi berkewajiban melaksanakan Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED) pada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Menurut Yudoyono (2010) menyatakan bahwa dalam memberikan perhatian khusus terhadap upaya mewujudkan program pendidikan yang bermutu, merata, murah/terjangkau, dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat di tanah air, serta pendidikan gratis bagi orang yang tidak mampu (miskin). Dengan program pendidikan yang baik dapat mewujudkan pendidikan bermutu, murah dan merata yang sesungguhnya kebijakan program dan pelaksanaan pendidikan sudah menuju pada arah yang benar.

Dalam bidang akuntansi, runtuhnya Arthur Anderson Accounting Firm telah menyentak kesadaran para profesional dan akademisi akuntansi untuk lebih memperhatikan etika profesi dalam praktik dan penyelenggaraan pendidikannya. Akademisi ak:untansi kemudian merespon isu ini dengan mengadopsi etika kedalam kurikulum. Pendidikan tinggi bidang ak:untansi sebagai lingk:ungan tempat berlangsungnya proses pembentukan profesi akuntan melalui serangkaian proses belajar mengajar, merupakan titik utama yang perlu diperhatikan dalam upaya menghasilkan calon profesional ak:untansi dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Calon ak:untan dari awal diharapkan memiliki pengetahuan tingkat dunia, dengan menguasai bahasa-bahasa intemasional, serta memiliki keterampilan yang dapat menduk:ung aktivitasnya di dunia kerja. Landasan yang paling mendasar dalam pembentukan seorang profesional yang berk:ualitas, mampu bersaing dan memiliki keunggulan dalam bidang akuntansi, dapat pula dicapai melalui pendidikan tinggi akuntansi yang mampu berintegrasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Agar arah pendidikan itu dapat sesuai dengan yang diinginkan maka arah pendidikan akuntansi sendiri harus jelas, untuk itu perlu dibentuk kurik:ulum pendidikan akuntansi yang sesua1 dengan kondisi saat ini maupun antisipasi terhadap perkembangan selanjutnya Mukhtaruddin dan Andriani ( 1999).

(3)

Kurikulum memiliki makna yang beragam baik antar negara maupun antar institusi penyelenggara pendidikan. Hal ini disebabkan karena adanya interpretasi yang berbeda terhadap kurikulum yaitu dapat dipandang sebagai suatu rencana (plan) yang dibuat seseorang atau sebagai kejadian atau pengaruh aktual dari suatu rangkaian peristiwa. Kurikulum juga merupakan ujung tombak pelaksanaan pendidikan tinggi yang harus dirancang sebaik-baiknya demi kepentingan lulusan dalam meniti karir di masyarakat. Kurikulum sebagai suatu perangkat tst penyelenggaraan pendidikan tinggi yang harus bersifat dinamis, oleh karena itu secara berkala perlu diadakan evaluasi dan penyempumaan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berkaitan dengan kurikulum berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi (competency based curriculum) yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan sesuai dengan tuntutan jaman dan reformasi yang sedang bergulir, guna menjawab tantangan arus globalisasi yang berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur dan adaptif terhadap berbagai perubahan. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standar kineija tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap kompetensi tertentu. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. KBK memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan (Mulyasa, 2007).

Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi sesuai dengan landasan empat pilar pendidikan yang di jadikan visi dan misi pendidikan tinggi berdasarkan asas pengembangan pendidikan dalam pedoman UNESCO (Buku Pedoman DIKTI, 2008) yaitu : (i) Learning to know (belajar untuk mengetahui), (ii) Learning to do (belajar

(4)

untuk melakukan) belajar untuk menjadi diri sendiri dengan penguasaan kompetensi dari pada penguasaan keterampilan menurut klasifikasi ISCE (International Standar Classification of Education) dan ISCO (International Standar Classification of Occupation), dematerialisasi peketjaan dan kemampuan berperan untuk menghadapi bangkitnya sektor layanan jasa dan beketja di kegiatan ekonomi informal (iii) Learning to live together (belajar hidup dalam kebersamaan), (iv) Learning to be (belajar menjadi diri sendiri dan belajar sepanjang hayat) (learning throughout life). Pengelompokan pilar hanya mencirikan pengutamaan substansi materi dan proses pembelajaran. Dengan kompetensi yang dijadikan ciri yang utama dari penguasaan learning to do dari suatu materi pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan dengan elemen kompetensi yang terkandung dalam learning to know, learning to live together dan learning to be dari materi yang bersangkutan atau materi pembelajaran lainnya.

KBK merupakan suatu konsep yang menawarkan otonorni pada perguruan tinggi untuk menentukan kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan agar dapat mengakomodasikan keinginan masyarakat, industri dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik. KBK dituntut untuk dapat bekerja sama antara bidang pendidikan dengan lingkungan luar khusus nya perusahaan atau dunia ketja, terutama dalam mengidentifikasi dan menganalisis kompetensi yang perlu diajarkan kepada peserta didik, sehingga menghasilkan hubungan antar peserta (mahasiswa) dengan kondisi dan kenyataan yang ada di perusahaan dimana peserta didik merniliki kemampuan, kreatifitas, akuntabilitas dan terbentuknya softskill yang dibutuhkan di dunia kerja saat ini.

Disamping itu konsep pendidikan akuntansi di Amerika Serikat telah menjadi rujukan utama pendidikan akuntansi di Indonesia. Bila ditelusuri lebih jauh, konsep pendidikan di Amerika Serikat merupakan hasil evolusi sistem pengembangan pendidikan yang terangkum dalam American Accounting Association 's Bedford Committee Report, Perspektive on Education, dari Akuntan Publik "The Big 8" yang dimotori Arthur Andersen serta yang paling akhir dari "Position and Issues Statament of the Accounting Education change Commmision mulai tahun 1990-1995. Dari hasil

(5)

evolusi pendidikan akuntansi menurut Carr dan Matthews (2004) dalam Mulawarrnan (2007) pengetahuan yang dibutuhkan untuk akuntan terdiri dari pengetahuan umum, organisasi, bisnis dan akuntansi. Prakarsa ( 1996) menunjukk:an pula bahwa proses belajar mengaJar pada pendidikan tinggi akuntansi hendaknya dapat mentransformasikan peserta didik menjadi lulusan yang lebih utuh sebagai manusia.

Dengan penerapan K.BK saat ini sangat diharapkan mampu menyempurnakan kelemahan-kelemahan yang ada dalam kurikulum program studi akuntansi sebelumnya, sehingga mutu pendidikan program studi akuntansi dapat ditingkatkan. Kelemahan-kelemahan dalam kurikulum bidang akuntansi menurut Wibisono ( 1996) dalam penelitiannya menunjukk:an bahwa kurikulum akuntansi jarang direvisi dan kalaulah direvisi, link and match dengan kebutuhan dunia ketja dan profesi tidaklah optimal. Selain itu model pengembangan kurikulum yang ada saat ini belum di temukan metode yang dapat digunakan untuk mereview kurikulum lama dengan kebutuhan stakeholder yang berbeda dari periode sebelumnya (Irianto, 2010). Hal ini dapat tetjadi karena dalam penyusunan kurikulum tidak melibatkan stakeholder dan profesi akuntansi melainkan di susun oleh para akademisi yang tidak mengikuti perkembangan di dunia ketja saat ini, untuk itu peran dari stakeholeder, profesi akuntansi dan akademisi sangatlah diperlukan dalam menyusun kurikulum agar dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar.

Berbagai kritik dari kalangan praktisi atau pemakai para lulusan terhadap sistem pendidikan akuntansi mengindikasikan bahwa lembaga-lembaga pendidikan akuntasi belum mampu melepaskan dari orientasi produksi. Hal ini dapat menghambat pendidikan akuntansi untuk berevolusi lebih cepat sehingga tetjadi kesenjangan antara pengetahuan yang dikembangkan di "menara gading" (conseptual system) dengan diperlukan didunia nyata (physical system) (Prakarsa, 1996). Menurut Patton dan Williams ( 1990) menunjukk:an bahwa dasar dari pendidikan akuntansi terkesan statis sementara lingkungan bisnis telah berkembang dengan pesat. Sehingga pendidikan akuntansi menjadi semakin tidak relevan jika tidak di lakukan perubahan maka banyak bidang peketjaan yang akan dikuasai oleh lulusan dari program studi lainnya. Menurut Ludigdo (1998) tentang cakupan etika dalam kurikulum pendidikan

(6)

tinggi akuntansi, menunjukkan bahwa kurikulum pendidikan tinggi akuntansi dianggap belum mampu memberikan bekal etika kepada mahasiswa untuk teijun di dunia keija.

Muktarudin dan Andriani ( 1999) mengenai persepsi mahasiswa akuntansi di Palembang terhadap rekayasa kurikulum akuntansi 1994 menunjukkan bahwa kurikulum akuntansi tahun 1994 belum memadai untuk memberikan nilai tambah dalam pengembangan keahlian bagi mahasiswa akuntansi. Hal ini dapat dibuktikan dari penelitian yang menghasilkan suatu pendapat bahwa terlalu banyak mata kuliah ekonomi umum yang tercantum dari dalam kurikulum akuntansi 1994, yang sebenarnya kurang dibutuhkan bagi mahasiswa akuntansi, sehingga menutup peluang bagi mata kuliah lain yang dirasakan relevan bagi mahasiswa akuntansi dalam memasuki lingkungan keija nanti. Penelitian menurut Nurarachman (2002) dengan judul "Persepsi Lulusan Dan Pemberi Keija Terhadap Kurikulum Pendidikan Tinggi Akuntansi" menunjukkan pula bahwa lulusan, kurikulum akuntansi 1994 belum mampu untuk memberikan landasan yang kuat bagi lulusan pada awal ketja, walaupun disisi yang lain dapat meningkatkan ketertarikan untuk menjadikan akuntansi sebagai pilihan karir, sedangkan untuk pemberi keija para lulusan akuntansi belum mampu menyelesaikan peketjaan/penugasannya secara memuaskan. Lain halnya menurut (Saragih, 2009) yang mengkritisi pendidikan akuntansi yaitu apakah kita mampu meyakinkan mahasiswa, bahwa materi tiap mata kuliah yang mereka peroleh dapat dan harus di gunakan untuk memecahkan masalah nyata dalam kehidupan mereka sehari-hari, baik ketika masih kuliah maupun setelah meninggalkan kampus. Berbeda pula pendapat Fitriani & Yulianti (2007) yang telah diseminarkan di Seminar Nasional Akuntansi X (SNA X) yang bertemakan "Perbedaan Persepsi antara mahasiswa senior dan junior mengenai profesi akuntan pada program S-1 Reguler, S-1 Ekstensi dan Program Diploma 3" menunjukkan bahwa kurikulum dan proses pengajaran pada program strata satu (S 1) perlu ditingkatkan untuk meningkatkan minat mahasiswa dalam mempelajari akuntansi dan meningkatkan persepsi mereka mengenai profesi akuntan.

(7)

Penerapan kurikulum berbasis kompetensi pada kurikulum program studi akuntansi jenjang strata satu (S 1) tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan suatu proses yang berkelanjutan atas kurikulum berbasis kompetensi tersebut sehingga dapat diterapkan pada kurikulum program studi akuntansi dalam meningkatkan mutu pendidikan perguruan tinggi. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk dapat memperoleh deskripsi yang lengkap dan akurat mengenai keberlanjutan penerapan kurikulum berbasis kompetensi dalam meningkatkan mutu pendidikan akuntansi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Keberlanjutan Kerangka Keija (standar kompetensi lulusan, struktur kurikulum, materi pembelajaran, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam mendukung kegiatan pembelajaran, peran dosen dalam menerapkan metode pembelajaran yang berpusat pada SCL, penilaian hasil pembelajaran dan evaluasi proses pembelajaran) Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam meningkatkan mutu pendidikan akuntansi pada perguruan tinggi swasta surabaya.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai adalah :

Untuk mengetahui dan mengevaluasi proses perkembangan dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi pada pendidikan akuntansi dalam meningkatkan mutu dengan menggunakan model pembelajaran SCL (Student Center Learnings) pada perguruan tinggi swasta surabaya.

(8)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini 1.) Bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Sangat bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai kurikulum berbasis kompetensi terlebih-lebih lagi untuk menjadikan kurikulum pendidikan akuntansi lebih berkompeten dalam meramu kurikulum sehingga menghasilkan mutu pendidikan bidang akuntansi lebih berkembang dan dapat dijadikan pengetahuan bagi ilmu pengetahuan serta mendidik peserta didik memiliki softskills, berkompeten dalam bidang akuntansi, dan menghasilkan lulusan siap pakai.

2.) Bagi Obyek Penelitian

Manfaat bagi obyek yang diteliti yaitu dapat mengetahui perkembangan kurikulum berbasis kompetensi dalam meningkatkan mutu pendidikan akuntansi sehingga menghasilkan mahasiswa yang berkompeten dalam bidang akuntansi serta siap bekeija di berbagai bidang khususnya bidang akuntansi seperti membuat sistem informasi akuntansi perusahaan, audit laporan keuangan, analisa laporan keuangan, perpajakan dan sebagainya.

3.) Bagi Penelitian lebih Ian jut.

Manfaat penelitian lebih lanjut yaitu untuk dijadikan dasar dalam penyempumaan kurikulum bidang akuntansi dalam menerapkan kurikulum berbasis kompetensi di masing-masing Perguruan Tinggi secara berkelanjutan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dalam bidang pendidikan banyak lebih diarahkan pada aplikasi dari konsep dan teori. Penelitian dalam bidang pendidikan dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan atau keberhasilan suatu sistem, ketepatan penggunaan suatu sistem, program, model, metode, instrumen, media dan sebagainya. Pertimbangan dalam menentukan ruang lingkup terhadap program studi akuntansi pada perguruan tinggi swasta di Surabaya yang memiliki nilai

(9)

akreditasinya C dengan argumentasi bahwa program studi yang telah memperoleh nilai 401 - 500 peringkat akreditasi C dirasakan oleh lulusan tidak dapat melamar pekerjaan di instansi pemerintah dan susah mendapatkan pekerjaan sehingga syarat yang di persyaratkan tidak masuk kriteria dikarenakan mutu, kualitas serta kompetensi perguruan tinggi yang dirasa masih kurang. Ruang lingkup penelitian kepada program studi akuntansi terfokus pada standar kompetensi lulusan, struktur kurikulum, materi pembelajaran, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam mendukung kegiatan pembelajaran, peran dosen dalam menerapkan metode pembelajaran yang berpusat pada SCL, penilaian hasil pembelajaran dan evaluasi proses pembelajaran.

Referensi

Dokumen terkait

(1) Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas atau Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang bermaksud pindah dengan klasifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39

Hal ini mengandung arti bahwa pada Dinas Perikanan Kabupaten Lampung Utara terlihat bahwa pegawai kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan, misalnya dalam

Dalam pengumpulan data-data yang terkait dengan proses pembelajaran Seni Budaya berbasis life skill, perlu melalui tahapan-tahapan sehingga data yang terkumpul akan

Maraknya pembicaraan tentang Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Anti Pornografi dan Pornoaksi menunjukan bahwa masalah tersebut adalah masalah yang

Area penyimpanan, persiapan, dan aplikasi harus mempunyai ventilasi yang baik , hal ini untuk mencegah pembentukan uap dengan konsentrasi tinggi yang melebihi batas limit

Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada penulis, misalnya lewat komite sekolah, orang tua peserta didik atau dokumen-dokumen

berbeda-beda pada berbagai tipe reseptor dopamin di otak (terutama mengaktivasi reseptor dopamin D 2 ), sedangkan dopamin yang terbentuk dari levodopa dapat mengaktivasi semua

Perlindungan tangan Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian