Sumber Glukomanan Dari Edible Araceae Di Jawa Timur
Gustini Ekowati
1, Bagyo Yanuwiadi
2, Rodiyati Azrianingsih
3 1Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam, Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya
2,3
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang
Abstrak
Sumber glukomanan dari edible Araceae terdapat pada genus Amorphophallus, Colocasia, Xanthosoma, Alocasia. Eksplorasi mengenai famili Araceae mencakup berbagai macam tumbuhan Monokotil dengan ciri khas bunga majemuk bertipe "tongkol" yang berseludang (spatha). Araceae merupakan salah satu famili tanaman yang bermanfaat sebagai sumber makanan karena memiliki umbi yang mengandung karbohidrat, protein, glukomanan. Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan jenis dari famili Araceae di Jawa Timur yang berpotensi sebagai sumber glukomanan dan mengukur kadar glukomanannya. Pengambilan sampel Araceae di wilayah Jawa Timur dikategorikan menjadi 4 (empat) area geografis, yaitu: a. wilayah selatan dan tengah Jawa Timur (Blitar, Malang, Lumajang); b. wilayah timur Jawa Timur (Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso); c. wilayah barat Jawa Timur (Madiun, Nganjuk, Tuban); d. wilayah pulau Madura (Bangkalan, Sampang, Pamekasan). Pada tiap studi area diambil minimal tiga tanaman untuk masing-masing sampel spesies dari famili Araceae secara acak, untuk diamati dan dideskripsikan keseluruhan bagian tanaman tersebut. Pengamatan morfologi dilakukan visual maupun dengan alat bantu kaca pembesar dan mikroskop. Kadar glukomanan dianalisis setelah sentrifugasi ektrak umbi. Hasil pengamatan/pengukuran itu disusun dalam suatu tabel determinasi. Dari kunci tabel ini akan terlihat adanya perbedaan morfologi dan kadar glukomanan dari anggota famili Araceae yang ditemukan. Diperoleh 12 jenis dari empat genus Araceae di 4 area geografis di Jawa Timur yang mengandung glukomanan. Kadar glukomanan sebagai berikut : tertinggi Amorphophallus
muelleri Bl. (porang) 9,92 % (berat basah), A.paeoniifolius (suweg) 3,2 % (bb), ), A. variabilis Blume. (walur) 2,52 % (bb), Colocasia esculenta (L.) Schott. (bentul) 2,4 % (bb), Alocasia macrorrhiza (L.) Schott. (sente) 1,3 % (bb) dan terendah Xanthosoma sp.(endro/mbote kuning) 0,64 % (bb).
Kata kunci: Araceae, Jawa Timur, Sumber glukomanan
Abstract
This research aimed to determine the community structure and diversity of herbivore Arthropods of a red paddy variety and to determine the influence of abiotic factors on herbivore Arthropods abundance in an organic agriculture in Sengguruh Village, Kepanjen. Herbivore Arthropods diversity were observed visually at each phase of rice growth. Measurement of abiotic factors consist of air temperature, relative humidity and light intensity were conducted in each observation. Analysis of quantative data was performed to find herbivore Arthropods abundance which will be used to determine the important value index (INP), Shannon-Wiener Diversity index (H’) and Bray-Curtis similarity index. There were 268 individuals of herbivore Arthropods consisted of five orders and 13 families. Herbivore Arthropods diversities were classified as very low to moderate with a range of value from 0.92 to 2.72. There were differences of composition and herbivore Arthropods family abundance at each phase of rice growth. Herbivore Arthropods diversity value based on the observation distance from refugia block classified as moderate to high with a range of values from 2.28 to 3.13. The herbivore Arthropods abundance was negatively correlated with light intensity with correlation coefficient -0.79. Value R2 showed a score of 0.626. Air temperature and relative humidity were positively correlated with herbivore Arthropods abundance but it didn’t significant.
Keywords: Araceae, East Java, Source glucomannan
PENDAHULUAN1
Famili Araceae atau suku talas-talasan adalah salah satu suku terbesar pada kelas Monocotyledoneae [1]. Tumbuhan anggota famili Araceae merupakan herba monokotil tahunan. Biasanya tumbuh liar di hutan-hutan,
Alamat Korespondensi Penulis:
Gustini Ekowati
Email : gekowati@yahoo.com
Alamat : Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya
lereng bukit, pinggir hutan jati dan belukar, di sepanjang sungai di daerah tropis dan tumbuh baik pada tempat yang ternaungi [2],[3].
Umbi beberapa anggota famili Araceae
yang dapat dimakan, misalnya suweg
(Amorphophallus paeoniifolius), talas (Colocasia
esculenta), sente (Alocasia macrorhiza). Banyak
anggota famili Araceae dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
obatan dapat berasal dari daun, batang atau umbinya [2]. Umbi edible Araceae ada yang dapat dikonsumsi langsung dan ada yang sangat jarang digunakan untuk konsumsi langsung karena mengandung kristal kalsium oksalat yang menyebabkan rasa gatal, sehingga sering dibuat gaplek atau tepung.
Beberapa anggota famili berpotensi sebagai bahan pangan karena mengandung karbohidrat yang tinggi dan juga zat-zat lain seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Salah satu komponen karbohidrat dalam famili Araceae adalah glukomanan [4]. Glukomanan merupakan serat yag larut dalam air. Kandungan glukomanan dalam umbi Araceae bermanfaat sangat besar bagi kesehatan manusia apabila dikonsumsi.
Glukomanan berperan penting pada
keberlanjutan mekanisme tertentu, misalnya peran glukomanan konjac dalam metabolisme lipid dan trigliserida, respon glikemik dan fungsi glukosa, kesehatan jaringan dan kesehatan gastrointestinal.
Salah satu jenis tanaman dari famili Araceae yaitu porang (Amarphophallus muelleri Blume.) saat ini sedang dikembangkan. Tumbuhan ini tumbuh dengan baik di Jawa Timur. Kandungan glukomanan yang tinggi pada tepung umbinya dengan kadar mencapai lebih dari 60% [5] membuatnya sebagai komoditi ekspor penting di Jawa Timur serta pemasok bahan baku beberapa industri di dalam negeri [6]. Zat glukomannan ini antara lain bermanfaat sebagai bahan perekat, mie, konyaku-jelly, perekat tablet, pembungkus kapsul, penguat kertas, bahan peledak, kosmetik dan pembersih [7]. Saat ini, umbi porang yang mampu dicukupi petani masih jauh dari permintaan pasar. Dari 1000 ton pertahun permintaan industri, hanya mampu dicukupi sekitar 60%-nya. Karena itu budidaya Porang sedang digalakkan saat ini oleh Perum Perhutani dengan memanfaatkan kawasan hutan Jawa Timur seluas 1605,3 ha [6]. Saat ini sumber makanan alami dan lokal merupakan sorotan utama bagi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Dari uraian latar latar belakang di atas, rumusan tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) mendiskripsikan jenis dari famili Araceae sebagai sumber glukomanan dan 2) mengukur kadar glukomanan dari anggota famili Araceae yang ditemukan di Jawa Timur.
2009 sampai Juni 2013. di Propinsi Jawa Timur
dengan luas wilayah +147,130 km2. Dari luasan
itu, kawasan hutannya seluas 12,262 km2
(26,02%). Secara geografis wilayah ini terletak pada 111-114,42’ BT dan 7,12’-8,48’ LS. Dua pertiga daratan Jawa Timur terdiri dari daerah pegunungan (Gambar 1). Penentuan area studi untuk pengamatan dan pengambilan sampel Araceae di wilayah Jawa Timur dikategorikan menjadi 4 (empat) area geografis, yaitu:
a. Wilayah selatan dan tengah Jawa Timur, dengan daerah representatif Blitar, Malang, Lumajang.
b. Wilayah timur Jawa Timur, dengan daerah
representatif Jember, Banyuwangi,
Situbondo, Bondowoso.
c. Wilayah barat Jawa Timur, dengan daerah representatif Madiun, Nganjuk, Tuban. d. Wilayah pulau Madura dengan daerah
representatif Bangkalan, Sampang dan Pamekasan.
Pada tiap studi area diambil minimal tiga tanaman untuk masing-masing sampel spesies dari famili Araceae secara acak, untuk diamati dan dideskripsikan keseluruhan bagian tanaman tersebut.
Pengamatan morfologi dilakukan visual maupun dengan alat bantu kaca pembesar dan mikroskop. Karakter morfologi yang diamati meliputi tinggi tanaman, tangkai daun, umbi (warna, kadar glukomanan). Kadar glukomanan dianalisis berdasar modifikasi metode. Hasil pengamatan/pengukuran itu disusun dalam suatu tabel determinasi. Dari kunci tabel ini akan terlihat adanya perbedaan atau variasi struktur dan kadar nutrisi dari anggota famili Araceae yang ditemukan. Taksa-taksa yang ditemukan
diidentifikasi dan diklasifikasikan dengan
mengacu pada Flora of Java [1], Flora Malaysiana dan sumber-sumber lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengumpulan data di 4 area geografis yang dijelajah di Jawa Timur, terdapat 12 jenis dari 4 genus famili Araceae yang mengandung glukomanan yaitu Amorphophallus
muelleri Blume (porang), A. paeoniifolius var hortensis (suweg), A. paeoniifolius var sylvestris
(suweg), A. variabilis Blume. (walur), Colocasia
esculenta (bentul putih), Colocasia sp. (bentul
biru), C. gigantea Hook F. (rombang),
Xanthosoma violaceum (mbote hijau),
Gambar 1. Peta Wilayah Jawa Timur
sagittifolium (L.) Schott. (mbote kuning), Alocasia macrorhiza (sente), Alocasia sp. (sente merah).
A. Diskripsi karakter morfologi tumbuhan
sebagai berikut :
a. Wilayah selatan dan tengah Jawa Timur, Blitar, Malang, Lumajang.
1. Alocasia macrorrhiza (L.) Schott. Nama daerah: bira (Ind.), sente (Sunda, Jawa)
Tumbuhan herba besar, tinggi 2-3 m, mempunyai umbi batang di atas tanah yang tingginya dapat mencapai satu meter dengan diameter 20 cm. Permukaan umbi berwarna cokelat, memiliki tekstur kasar. Batang tumbuhan berwarna cokelat dan sulit dibedakan dengan umbi yang di atas tanah, terletak diantara umbi dan tangkai daun, daging umbi warna putih. Tangkai daun panjangnya 1,0 – 1,2 m, tangkai daun berhubungan dengan helai daun di bagian tepi, berwarna hijau.
Gambar 2. Alocasia macrorrhiza (L.) Schott. (Sente)
Helaian daun sepanjang 0,8 – 1,0 m,
lebar 0,6 – 0,8 m, permukaan
bergelombang, pertulangan daun menyirip, susunan daun roset, tepi daun. Menurut Sudarnadi [8] terdapat tiga varian dengan tangkai daun berwarna hijau, coklat dan ungu. Tumbuhan ini ditanam dengan berbagai kepentingan. Di Indonesia bagian Timur, terutama Tanimbar dan Serua, tanaman ini merupakan tanaman pangan yang penting, terutama tanaman yang batangnya berwarna coklat di bagian luarnya dan putih di dalamnya.
Gambar 3. Alocasia sp. (sente
ungu/merah).
2. Alocasia sp. Nama daerah : Sente ungu (Jawa)
Tumbuhan herba besar, tinggi 2 m, mempunyai umbi batang di atas tanah yang tingginya dapat mencapai satu meter dengan diameter 15 cm, daging umbi warna putih. Tangkai daun panjangnya 0,8
berwarna ungu tua. Daun berwarna hijau tua dengan bagian abaksial berwarna keunguan. Helaian daun sepanjang 0,6 – 1,00 m, lebar 0,3 – 0,8 m, permukaan bergelombang, pertulangan daun menyirip,
susunan daun roset, tepi daun
bergelombang, helaian daun bangun anak panah berbelah, kedudukan tegak atau condong ke atas dan daun lebar.
3. Colocasia esculenta (L.) Schott (Brongkos, Blitar)
Tumbuhan herba tinggi 20 – 140 cm, mempunyai umbi dalam tanah. Umbi tunggal, daging umbi berwarna kekuning-kuningan. Daun 2-5 helai, tangkai daun berhubungan dengan helaian daun di bagian tengah, tangkai daun hijau, bergaris-garis tua atau keungu-unguan dengan pangkal berbentuk pelepah. Bentuk daun bangun perisai (peltatus), tidak terbelah pada pangkal daunnya, lebih lemas bila dibandingkan dengan
Alocasia dan Xanthosoma. Merupakan
tanaman semusim atau sepanjang tahun.
4. Colocasia esculenta (L.) Schott (Junggo, Batu)
Tumbuhan herba tinggi 35 – 145 cm, mempunyai umbi dalam tanah. Warna permukaan umbinya coklat, umbi silinder atau bulat, berwarna putih dengan bintik-bintik ungu. Daun 2-5 helai; tangkai daun berhubungan dengan helaian daun di bagian tengah, tangkai daun merah dengan pangkal berbentuk pelepah.
Gambar 5. Colocasia esculenta (L.) Schott (Bentul ungu). Lokasi Junggo (Batu). Bentuk daun bangun perisai (peltatus), tidak terbelah pada pangkal daunnya,
ditanam bersama tanaman jagung di sela-sela tanaman apel ada yang ditanam disamping rumah tidak ternaungi. Bogor dan Malang terkenal sebagai penghasil beberapa kultivar yang enak rasa umbinya. Umbi talas dapat digunakan untuk berbagai macam makanan. Pelepah dan daunnya digunakan untuk sayur.
Gambar 5. Colocasia esculenta (L.) Schott (Bentul ungu). Lokasi Junggo (Batu).
5. Colocasia esculenta (L.) Schott (bentul Manalagi, Tumpang, Malang)
Tumbuhan herba tinggi 35 – 120 cm, mempunyai umbi dalam tanah. Umbi silinder atau bulat, berwarna putih dengan serat keabu-abuan. Daun 2-5 helai; tangkai daun berhubungan dengan helaian daun di bagian tengah, tangkai daun hijau , bergaris-garis tua hijau muda
keungu-unguan dengan pangkal berbentuk
pelepah; Bentuk daun bangun perisai (peltatus), tidak terbelah pada pangkal daunnya, lebih lemas bila dibandingkan
dengan Alocasia dan Xanthosoma.
Dibudidaya bersama dengan tanaman ketela pohon (Manihot esculenta ).
Gambar 6. Colocasia esculenta (L.) Schott. (bentul), lokasi Tumpang
6. Colocasia esculenta (L.) Schott. ( bentul, Bacem)
Tumbuhan herba tinggi 20 – 156 cm, mempunyai umbi dalam tanah. Umbi silinder atau bulat, berwarna putih dengan serat keabu-abuan. Daun 2-5 helai, tangkai daun berhubungan dengan helaian daun di bagian tengah, tangkai daun hijau , bergaris-garis tua atau keungu-unguan dengan pangkal berbentuk pelepah, bentuk daun bangun perisai (peltatus), tidak terbelah pada pangkal daunnya, lebih lemas.
7. Colocasia esculenta (L.) Schott. (bentul, Sumbernanas)
Tumbuhan herba tinggi 38 – 144 cm, mempunyai umbi dalam tanah. Umbi silinder atau bulat, berwarna putih dengan serat keabu-abuan. Daun 2-5 helai; tangkai daun berhubungan dengan helaian daun di bagian tengah, tangkai daun hijau , bergaris-garis tua atau keungu-unguan dengan pangkal berbentuk pelepah, bentuk daun bangun perisai (peltatus), tidak terbelah pada pangkal daunnya,
helaian daun lebih lemas bila
dibandingkan dengan Alocasia sp. dan
Xanthosoma sp.
8. Colocasia esculenta (L.) Schott. (bentul) lokasi Kesamben (Blitar)
Tumbuhan herba tinggi 39 – 153 cm, mempunyai umbi dalam tanah. Umbi silinder atau bulat, berwarna putih dengan serat keabu-abuan. Daun 2-5 helai.
Tangkai daun berhubungan dengan
helaian daun di bagian tengah, tangkai daun hijau , bergaris-garis hijau tua dengan pangkal berbentuk pelepah. Bentuk daun bangun perisai (peltatus), tidak terbelah pada pangkal daunnya, helaian daun lebih lemas dibanding
Xanthosoma sp.
9. Colocasia gigantea Hook F. (rombang)
Hampir sama dengan jenis lainnya yang
semarga, ialah Colocasia esculenta.
Perbedaannya ialah pada ukuran
pohonnya yang lebih besar, bisa mencapai tinggi 2 meter dan tangkai daunnya yang ditutupi lapisan lilin putih, serta urat-urat daunnya yang lebih kasar. Umbi induknya cukup besar, akan tetapi tidak enak dimakan. Salah satunya yang telah dibudidayakan mempunyai ukuran pohon yang lebih kecil untuk digunakan daunnya, kultivar ini dikenal dengan nama talas Padang. Jenis ini berasal dari Malaysia. Tumbuh dari dataran rendah sampai pegunungan (25 – 1.500 m dpl), pada hutan campuran, hutan jati, di rawa-rawa dan pada padang alang-alang. Untuk pertumbuhannya diperlukan tempat yang agak terlindung dan lembab.
10. Xanthosoma violaceum (mbote hitam) lokasi Pronojiwo
Tumbuhan herba tinggi 36 – 158 cm, mempunyai umbi dalam tanah, memiliki umbi banyak, bentuk umbi silinder, berwarna putih. Daun 2-4 helai, tangkai
daun berhubungan dengan helaian di bagian tepi, daun tunggal, mempunyai pelepah daun, bangun daun sagittatus,
ujung daun acutus, pangkal daun
emarginatus, tulang daun pinately
palmatus, tepi daun integer, daging daun herbaceus, warna daun hijau peruratan daun biru tua sampai hitam, permukaan daun laevis, tepi daun integer, daging daun herbaceus, warna daun hijau, permukaan daun laevis, warna tangkai daun ungu tua kehitaman.
11. Amorphophallus paeoniifolius var hortensis Bl. Nama daerah : Suweg (Jawa), Ileus (Sunda)
Herba dengan tinggi 50-120 cm, memiliki umbi batang yang tertanam dalam tanah, dengan bentuk umbi yang membulat, warna kulit coklat, warna daging umbi kuning, memiliki tekstur kasar dengan akar-akar yang tumbuh di permukaannya. Tangkai daun/batang semu memiliki kisaran warna hijau hingga hijau muda, terdapat corak/ totol tangkai daun berbentuk bulat berwarna putih kehijauan. Permukaan tangkai daun halus. Helaian daun tunggal oval/jorong/ellipticus, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul (obtusus), daun bertepi rata, daging daun tipis lunak, permukaan daun licin (laevis) berwarna hijau tua. Daun hanya satu, tangkai daun satu tegak, berdaging, tebal, berwarna hijau cerah dengan bercak-bercak hijau pucat. Daun pada tumbuhan dewasa berdiameter 1-1,25 cm yang terbagi dalam tiga bagian; setiap bagian terdiri dari banyak anak helai daun yang berbentuk oblong dan ujungnya runcing.
b. Wilayah timur Jawa Timur, dengan daerah representatif Jember, Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso.
1. Xanthosoma sagittifolium (mbote) lokasi Cending (Bondowoso)
Tumbuhan herba tinggi 83 – 91 cm, mempunyai umbi dalam tanah, umbi silinder, berwarna putih. Daun 2-5 helai; tangkai daun berhubungan dengan hua elaian di bagian tepi, daun tunggal, mempunyai pelepah daun, bangun daun sagittatus, ujung daun acutus, pangkal daun emarginatus, tulang daun pinately palmatus, tepi daun integer, daging daun herbaceus, warna daun hijau peruratan daun hijau, permukaan daun laevis, tepi daun integer, daging daun herbaceus, permukaan
sudut.
2. Xanthosoma sagittifolium (mbote) lokasi Jember
Tumbuhan herba tinggi 20 – 143 cm, mempunyai umbi dalam tanah, umbi silinder, berwarna putih. Daun 2-5 helai; tangkai daun berhubungan dengan helaian di bagian tepi, daun tunggal, mempunyai pelepah daun dengan bagian tepi pelepah dan permukaan bagian belakang tangkai ungu, bangun daun sagittatus, ujung daun acutus, pangkal daun emarginatus, tulang daun pinately palmatus, tepi daun integer, daging daun herbaceus, warna daun hijau, permukaan daun laevis, warna tangkai daun hijau, tangkai daun dengan helai daun daun membentuk sudut dan tidak lemas seperti helaian daun C.
esculenta.
3. Xanthosoma sagittafolium (mbote) lokasi Erek-erek (Ijen)
Tumbuhan herba tinggi 34 – 147 cm, mempunyai umbi dalam tanah, umbi silinder, berwarna putih. Daun 2-5 helai, tangkai daun berhubungan dengan helaian di bagian tepi, daun tunggal, mempunyai pelepah daun. Bangun daun sagittatus, ujung daun acutus, pangkal daun emarginatus. Tulang daun pinately palmatus, tepi daun integer, daging daun herbaceus, warna daun hijau peruratan daun hijau. Permukaan daun laevis, tepi daun integer, daging daun herbaceus, warna daun hijau, permukaan daun laevis. Warna tangkai daun hijau, tangkai daun dengan helai daun daun membentuk sudut.
c. Wilayah barat Jawa Timur, dengan daerah representatif Madiun, Nganjuk, Tuban.
Ditemukan porang (Amorphophallus mulleri Blume.) di lahan budidaya hutan Jati, Klangon, Madiun dengan karakter sebagai berikut :
1. Amorphophallus mulleri Blume (porang)
Herba dengan getah yang cair, rasa pahit. Memiliki umbi yang tertanam dalam tanah. Umbi bulat, warna kulit coklat. Daging umbi warna oranye. Tangkai daun tampak menonjol, tumbuh memanjang seperti batang (batang semu), dengan tinggi 120-149 cm dan menopang helaian daun yang tersusun menyerupai payung. Tangkai daun berwarna hijau, permukaan halus, lingkar pangkal 13-17 cm. Pada tangkai ini terdapat corak totol prismatik (bersudut) berwarna putih yang tersebar di seluruh permukaan tangkai daun.
bagian berbagi lagi dalam dua bersilang. Pada beberapa pangkal anak anak tangkai daun, tumbuh bulbil (umbi daun/umbi tetas atau ”katak”). Bulbil ini berbentuk membulat, diselimuti kulit berwarna coklat dengan
tonjolan-tonjolan kecil dipermukaannya.
Helaian daun tunggalnya berbentuk oval dengan panjang 17-24 cm dan lebar 7-11 cm. Permukaan kasap, mengandung trikoma halus, venasi menyirip.
d. Wilayah pulau Madura dengan daerah representatif Bangkalan, Sampang dan Pamekasan.
1. Alocasia macrorrhiza (L.) Schott. Nama daerah : sente (Sunda, Jawa)
Tumbuhan herba besar, tinggi 2 m, mempunyai umbi batang di atas tanah yang tingginya dapat mencapai satu meter dengan diameter 20 cm, daging umbi warna putih. Tangkai daun panjangnya 1,0 – 1,2 m, tangkai daun berhubungan dengan helai daun di bagian tepi, berwarna hijau. Helaian daun sepanjang 0,8 – 1,0 m, lebar 0,6 – 0,8 m, permukaan bergelombang. Pertulangan daun menyirip, susunan daun roset, tepi daun bergelombang, helaian daun bangun anak panah berbelah, kedudukan tegak atau condong ke atas dan daun lebar.
2. Colocasia esculenta (L.) Schott. (bentul) lokasi Dayak (Pamekasan).
Tumbuhan herba tinggi 30 – 150 cm, mempunyai umbi dalam tanah. Umbi silinder atau bulat, berwarna putih dengan serat keabu-abuan. Daun 2-5 helai, tangkai daun berhubungan dengan helaian daun di bagian tengah. Tangkai daun hijau, bergaris-garis tua atau keungu-unguan, 23-150 cm, dengan pangkal berbentuk pelepah. Bentuk daun bangun perisai (peltatus), tidak terbelah pada pangkal daunnya, lebih lemas. Sudah dibudidaya dengan drainase yang baik. Kultivar yang enak rasanya di tanam pada tanah kering. Talas berkembang biak dengan anakan, umbi anak atau pangkal umbi serta
sebagian pelepah daunnya.
Anakan-anakannya perlu dibuang agar umbi induk dapat tumbuh menjadi besar. Tanaman dipanen setelah berumur 6-9 bulan.
3. Xanthosoma sagittifolium (mbote)
Tumbuhan herba tinggi 33 – 135 cm, mempunyai umbi dalam tanah, umbi silinder, berwarna putih. Daun 2-5 helai, tangkai daun berhubungan dengan helaian di bagian tepi.
Daun tunggal, mempunyai pelepah daun dengan bagian tepi pelepah dan permukaan bagian belakang tangkai ungu. Bangun daun sagittatus, ujung daun acutus, pangkal daun emarginatus. Tulang daun pinately palmatus, tepi daun integer, daging daun herbaceus, warna daun hijau, permukaan daun laevis, warna tangkai daun hijau. Tangkai daun dengan helai daun daun membentuk sudut.
4. Xanthosoma sagittifolium (mbote) lokasi Tanah Merah (Madura)
Tumbuhan herba tinggi 39 – 143 cm, mempunyai umbi dalam tanah, umbi silinder,
berwarna putih. Daun 2-5 helai, tangkai daun berhubungan dengan helaian di bagian tepi, daun tunggal, mempunyai pelepah daun dengan bagian tepi pelepah dan permukaan bagian belakang tangkai ungu, bangun daun sagittatus, ujung daun acutus, pangkal daun emarginatus, tulang daun pinately palmatus, tepi daun integer, daging daun herbaceus, warna daun hijau, permukaan daun laevis, warna tangkai daun hijau, tangkai daun dengan helai daun daun membentuk sudut dan helaian daun tidak lemas seperti helaian daun C. esculenta.
Pengelompokan edible Araceae yang ditemukan di Jawa Timur dari 12 spesies sampel yang ditemukan (Tabel 1).
Tabel 1. Karakter spesies berdasarkan morfologi daun dan warna umbi:
No Karakter A B C D E F G H I J K L
1. Daun tunggal (folium simplex) + + + + + + + + _ _ _ _
2. Daun mempunyai 3 bagian _ _ _ _ _ _ _ _ + + + +
3. Vagina + + + + + + + + _ _ _ _
4. Petiolus + + + + + + + + + + + +
5. Lamina + + + + + + + + + + + +
6. Roset akar + + + + + + + + + + + +
7. Bangun daun sagittatus/anak panah + + _ _ _ + + + _ _ _ _ 8. Bangun daun peltatus _ _ + + + _ _ _ _ _ _ _
9. Ujung daun acutus + + + _ - + + + _ _ _ _
10. Ujung daun obtusus _ _ _ + + _ _ _ _ _ _ _ 11. Pangkal daun emarginatus + + + + + + + + _ _ _ _
12. Daging daun + + + + + + + + _ _ _ _
13. Tepi daun repandus (berombak) + + _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
14. Tepi daun integer _ _ + + + + + + + + + +
15. Warna daun hijau + _ + + + + + + + + + +
16. Warna daun hijau metalik _ + _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ 17. Permukaan daun laevis (mengkilat) _ _ + + + + + + _ _ _ _
18. Permukaan daun rugosus (mengkerut) + _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
19. Permukaa daun bullatus _ + _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ 20. Warna tangkai daun hijau + _ _ _ + + + _ + + + _ 21. Warna tangkai daun kecoklatan _ _ + _ _ _ _ _ _ _ _ _
22. Warna tangkai daun merah kehitaman _ + _ _ _ + + _ _ _ _ _ 23. Warna tangkai daun ungu tua _ _ _ + _ _ _ + _ _ _ _ 24. Tangkai kasar berbintil _ _ _ _ _ _ _ _ + + _ _
25. Tangkai daun halus + + + + + + + + _ _ + +
26. Tangkai daun dengan helai daun lurus + + _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
27. Bulbil/katak _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ + _
27. Umbi berbentuk bulat _ _ _ _ _ _ _ _ + + + + 28. Umbi terletak di atas permukaan tanah + + _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ 29. Umbi di dalam tanah _ _ + + + + + + + + + +
30. Umbi berwarna putih + + + + + + _ + _ _ _ +
31. Umbi berwarna kuning _ _ _ _ _ _ + + + + _ _
32. Umbi berwarna oranye _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ + _
KETERANGAN :
+ = ada - = tidak ada A = sente (Alocasia macrorhiza) B = sente merah (Alocasia sp.) C =bentul putih (Colocasia esculenta) D = bentul biru (Colocasia sp.) E =rombang (C. gigantea Hook F.)
F =mbote (Xanthosoma sp.)
G = mbote kuning ( Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) H = mbote hijau ( Xanthosoma violaceum)
I = Amorphophallus paeoniifolius var hortensis (suweg) J = A. paeoniifolius var sylvestris (suweg)
K = A. muelleri Blume (porang) L = A. variabilis Blume (walur)
Tanaman famili Araceae hasil eksplorasi terdapat 4 genus yaitu Amorphophallus, Colocasia, Alokasia, Xanthosoma dan 12 spesies. Berdasarkan hasil identifikasi, diketahui bahwa spesies yang ditemukan memiliki kesamaan karakter dengan diskripsi dari Yuzammi [9], Brown [11], Jansen [12] dan Backer [1]. Genus Amorphophallus terdiri dari Amorphophallus
muelleri Blume (porang) tumbuhan ini dijumpai
tumbuh liar dibawah naungan pohon Jati, sudah dibudidayakan khususnya di wilayah Perum
Perhutani; Amorphophallus paeoniifolius
mempunyai 2 varietas: 1. A. paeoniifolius var.
hortensis (suweg) yang sudah dibudidaya untuk
dimakan umbinya, seperti halnya talas, umbi suweg mengandung kristal kalsium oksalat yang membuat rasa gatal, walaupun senyawa ini dapat dihilangkan dengan perebusan, 2. A. paeoniifolius var sylvestris (suweg) yang tumbuh liar di hutan Jati atau di kebun-kebun yang tidak dipelihara,
Amorphophallus variabilis Bl, tumbuhan ini
belum dimanfaatkan, jenis ini sebenarnya mempunyai potensi karena umbinya yang putih. Menurut Sastrapraja [13] pada masa pendudukan Jepang penduduk Jawa dikerahkan untuk mencari umbi ini, kemudian dikirim ke Jepang dan pada musim-musim paceklik umbinya dapat
dimakan dengan cara mengiris-iris dan
merendamnya kemudian dimasak. Di Jawa dan Madura jenis ini tumbuh liar pada ketinggian dibawah 700 m dpl, menyukai tempat yg teduh dan tahan kekeringan; genus Colocasia: bentul putih (Colocasia esculenta (L.) Schott.), bentul biru (Colocasia sp.), rombang (Colocasia gigantea Hook F.) yang dapat dimakan umbi induknya, ukurannya lebih besar, umbi induknya bisa dimakan tapi tidak enak. C. gigantea yang
dibudidayakan, dimanfaatkan tangkai dan
daunnya saja. Umbinya, menurut analisa mengandung 0,8 % protein kasar. Buahnya yang baunya mirip laja (Alpinia malaccensis) menurut Heyne dapat dimakan. Talas Padang diperbanyak dengan bijinya, anaknya atau bagian pangkal umbinya beserta bagian pelepahnya. Karena yang dimanfaatkan hanya daunnya, maka
anak-anaknya dibiarkan tumbuh di sekeliling
batangnya. Berbeda dengan C. esculenta, talas ini mudah sekali berbunga dan dapat berbuah serta berbiji banyak. Mengingat ukuran pohon dan umbinya yang besar dan pembungaannya yang mudah, maka C. gigantea mungkin dapat disilangkan dengan C. esculenta yang dapat berbunga. Akan tetapi sebelum meningkat ke
lebih dahulu harus diteliti; genus Alokasia : sente (Alocasia macrorhiza), sente merah (Alokasia sp.); genus Xanthosoma : mbote hijau ( Xanthosoma violaceum), mbote kuning (Xanthosoma sagittifolium), mbote (Xanthosoma sp.). Karakter masing-masing spesies tercantum pada Tabel 1.
C. Kadar glukomanan umbi tanaman famili
Araceae
Hasil analisis kadar glukomanan
menunjukkan bahwa masing-masing umbi
sampel tanaman Araceae memiliki kandungan glukomanan yang bervariasi setiap spesies (Gambar 1). Umbi Araceae tidak semua enak dimakan tapi dapat dimakan dengan melalui proses pengukusan, ada yang dengan pengirisan, pengeringan dan selanjutnya dibuat tepung sehingga dapat digunakan sebagai bahan makanan dan keperluan yang lainnya. Tanaman famili Araceae sebagai sumber glukomanan dengan kadar glukomanan paling tinggi adalah
Amorphophallus muelleri Blume (porang) sebesar
9,92 % (berat basah) dan Amorphophallus
paeoniifolius var hortensis (suweg) memiliki
kadar glukomanan 3,20 % (bb), yaitu
Amorphophallus muelleri Blume (porang), A. paeoniifolius var hortensis (suweg), A. paeoniifolius var sylvestris (suweg), A. variabilis
Blume. (walur) memiliki kadar glukomanan 2,52 % (bb) umbi A. variabilis berwarna putih sehingga bila dibuat tepung hasil tepungnya akan putih. Amorphophallus muelleri Blume (porang)
merupakan jenis yang memiliki kadar
glukomanan paling tinggi diantara tanaman Araceae lainnya [3]; genus Colocasia: Colocasia
esculenta (L.) Schott. (bentul putih) memiliki
kadar glukomanan sebesar 2,41 % (bb), Colocasia sp.(bentul biru) memiliki kadar glukomanan sebesar 1,81 % (bb), Colocasia gigantea Hook F. (rombang) memiliki kadar glukomanan sebesar 1,49 % (bb), menginggat ukuran pohon dan umbinya besar tapi tidak enak dimakan dan pembungaannya yang mudah memungkinkan disilangkan dengan C. esculenta yang dapat berbunga; genus Alokasia : Alokasia macrorhiza (sente) memiliki kadar glukomanan sebesar 1,32 % (bb); genus Xanthosoma: Xanthosoma
nigrum (mbote ungu) memiliki kadar glukomanan
sebesar 1,66 % (bb), ), Xanthosoma sp. (mbote) memiliki kadar glukomanan sebesar 1,31 % (bb),
Xanthosoma sagittafolium (endro/mbote kuning)
KADAR GLUKOMANAN
Gambar 1. Kadar glukomanan umbi segar dari jenis-jenis Araceae yang ditemukan di Jawa Timur Kadar glukomanan pada umbi tersebut
diperoleh dari 50 gram berat basah umbi. Variasi besarnya kadar glukomanan pada masing-masing umbi Araceae kemungkinan disebabkan karena diameter umbi, umur umbi dan berat umbi serta lokasi pengambilan sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Ambarwati [14] dan Sumarwoto [13] bahwa tinggi rendahnya kadar glukomanan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain, jenis tanaman, umur tanaman, diameter umbi, berat umbi dan lama waktu setelah panen. Berdasarkan hasil análisis menunjukkan bahwa ke 12 tanaman sampel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki potensi sebagai sumber glukomanan di Jawa Timur.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan eksplorasi familia Araceae dan analisis kandungan glukomanan yang telah dilakukan, diketahui bahwa:
1. Dari 4 area geografis di Jawa Timur yang dijelajah diperoleh 12 jenis tumbuhan Araceae sebagai sumber glukomanan yaitu
Amorphophallus muelleri Blume (porang), A. paeoniifolius var hortensis (suweg), A. paeoniifolius var sylvestris (suweg), A. variabilis Blume. (walur), Colocasia esculenta
(bentul putih), Colocasia sp. (bentul biru), C.
gigantea Hook F. (rombang), Xanthosoma violaceum (mbote hijau), Xanthosoma sp.
(mbote), Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott. (mbote kuning), Alocasia macrorhiza (sente),
Alocasia sp. (sente merah).
2. Kandungan glukomanan tertinggi
Amorphophallus muelleri Blume (porang)
sebesar 9,92 % (berat basah);
Amorphophallus campanulatus Bl. (suweg)
3,2 % (bb), Colocasia esculenta (L.) Schott. (bentul) sebesar 2,4 % (bb), Colocasia
esculenta (L.) Schott. (talas) 1.8 % (bb), Alocasia sp. (sente) 1.3 % (bb) dan terendah Xanthosoma sagittafolium) 0.64 % (bb)
(endro/mbote kuning).
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Backer, C.A. and Van Den Brink, R.C.B 1968. Flora of Java (Spermatophytes Only) vol. II Angiospermae family. The Ruksherbarium. Leyden.
[2]. Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna
Indonesia. Edisi bahasa Indonesia.
(Terjemahan): Badan Litbang Kehutanan Jakarta. Departemen Kehutanan, Jakarta. [3]. Sumarwoto. 2005. Iles-iles (Amorphophallus
muelleri Blume); deskripsi dan sifat-sifat
lainnya. Biodiversitas. 6(3): 185-190. [4]. Chairul dan Chairul, S.M. 2006. Isolasi
Glukomanan dari Dua Jenis Araceae : Talas (Colocasia esculenta (L) Schott dan Iles-iles (Amorphophallus campanulatus Blumei), Berita Biologi 8 (3): 171-178.
[5]. Arifin, M.A. 2001. Pengeringan kripik umbi
iles-iles secara mekanik untuk
meningkatkan mutu keripik iles-iles. Thesis. Teknologi Paska Panen, PPS-IPB. Bogor. [6]. Romli, H.U. 2002. Hutan lestari berkat
tanaman porang. http://www. Pikiran-rakyat.com / cetak /0702 /22 /0607. htm. Tanggal akses 25 September 2007.
[7]. Sufiani, S. 1992. Iles-iles (Amorphophallus); jenis, syarat tumbuh, budidaya dan setándar mutu ekspornya. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
9.92 3.20 2.52 2.41 2.02 1.81 1.66 1.49 1.32 1.31 0.64 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 K a d a r G lu k o ma n a n ( %) U mb i S e g a r Jenis Araceae
Jakarta.
[9]. Yuzammi. 2000. A tacxonomic revision of terrestrial and aquatic aroids (Araceae) in Jawa. School of Biological Science, Faculty of Life Science. University of New South Wales.enlo Park
[10]. Brown, D. 2000. Aroids: plants of the arum family. Second Edition. Timber Press. Portland. Oregon
[11]. Brown, D. 2000. Aroids: plants of the arum family. Second Edition. Timber Press. Portland. Oregon
[12]. Jansen, P.C.M., van der Wilk C, Hetterscheid W.L.A. 1996. Amorphophallus Blume ex Decaisne. In: Flach M dan F. Rumawas (eds). Plant Resources of South-East Asia 9: Plant yielding non-seed carbohydrates. PROSEA Foundation. Bogor.
[13]. Sastrapraja, S., N.W. Soetjipto, S.
Danimihardja, R.Soejono. 1977. Ubi-ubian. Proyek Sumberdaya Ekonomi, LBN-LIPI. Bogor.
[14]. Ambarwati, E & Murti, R.H 2001. Analisis korelasi dan koefisien lintasan sifat-sifat agronomi terhadap komposisi kimia umbi iles-iles (Amorphophallus variabilis).Ilmu pertanian, 8 (2).