• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Penduan Pengembangan Desa Wisata-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buku Penduan Pengembangan Desa Wisata-2015"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Beberapa tahun terakhir industri pariwisata telah menjadi sebuah fenomena Beberapa tahun terakhir industri pariwisata telah menjadi sebuah fenomena global yang luar biasa. Berbagai laporan dari lembaga-lembaga dunia dan nasional global yang luar biasa. Berbagai laporan dari lembaga-lembaga dunia dan nasional menyebutkan bahwa industri ini menjadi yang terbesar dilihat dari segi sebaran menyebutkan bahwa industri ini menjadi yang terbesar dilihat dari segi sebaran geografis, pertumbuha

geografis, pertumbuhan, keterkaitan dengan indun, keterkaitan dengan industri stri lain, tenaga kerja, dan janglain, tenaga kerja, dan jangkauankauan ekonomi yang ditimbulkan. Selama 25 tahun terakhir UNWTO mencatat pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan. Selama 25 tahun terakhir UNWTO mencatat pertumbuhan perjalanan wisata mencapai hampir 500%.

perjalanan wisata mencapai hampir 500%.

Banyak pemangku kepentingan terkait dengan pariwisata dan

Banyak pemangku kepentingan terkait dengan pariwisata dan berbagai macamberbagai macam kebutuhan wi

kebutuhan wisatawan ketika berwisasatawan ketika berwisata. ta. Salah satu kebutuhaSalah satu kebutuhan adalah dan adalah daerah tujuanerah tujuan wisata (DTW) yang akan

wisata (DTW) yang akan dikunjungi. Di Indonesia banyak desa-desa memiliki kdikunjungi. Di Indonesia banyak desa-desa memiliki keunikaneunikan memiliki potensi dikembangkan menjadi desa

memiliki potensi dikembangkan menjadi desa wisata sepanjang memperoleh sentuhanwisata sepanjang memperoleh sentuhan dari masyarakat, pengelola atau pemerintah sebagai instansi pembina.Dalam usaha dari masyarakat, pengelola atau pemerintah sebagai instansi pembina.Dalam usaha mengembangkan suatu desa menjadi desa wisata diperlukan suatu buku panduan mengembangkan suatu desa menjadi desa wisata diperlukan suatu buku panduan sebagai pedoman pengembangkannya.

sebagai pedoman pengembangkannya.

Buku “Panduan Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Potensi Lokal” adalah Buku “Panduan Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Potensi Lokal” adalah salah satu dari tiga buku panduan yang diterbitkan oleh Konsorsium Riset Pariwisata salah satu dari tiga buku panduan yang diterbitkan oleh Konsorsium Riset Pariwisata (KRP) Universitas Udayana, dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyarakat (KRP) Universitas Udayana, dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyarakat akreditasi lembaga ini oleh Kemenristek-Dikti. Adapun tujuan penyusunan buku akreditasi lembaga ini oleh Kemenristek-Dikti. Adapun tujuan penyusunan buku “Panduan Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Potensi Lokal”, yaitu: (1) Memberikan “Panduan Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Potensi Lokal”, yaitu: (1) Memberikan pemahaman mengenai Desa Wisata dan pengelolaannya melalui pembahasan yang pemahaman mengenai Desa Wisata dan pengelolaannya melalui pembahasan yang disederhanakan; (2) Memberikan pengarahan tentang pengorganisasian pengelola disederhanakan; (2) Memberikan pengarahan tentang pengorganisasian pengelola Desa Wisata serta tugas pokok dan fungsinya; dan (3) Memberikan arahan mengenai Desa Wisata serta tugas pokok dan fungsinya; dan (3) Memberikan arahan mengenai langkah-langkah pelaksanaa

langkah-langkah pelaksanaan teknis n teknis pengelolaan desa wisata.pengelolaan desa wisata.

Dalam kaitan penyelesaian buku ini tim penyusun mengucapkan terima kasih Dalam kaitan penyelesaian buku ini tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ketua Konsorisum Riset Pariwisata Universitas Udayana (KRP Unud), Ir. kepada Ketua Konsorisum Riset Pariwisata Universitas Udayana (KRP Unud), Ir. Agung Suryawan Wiranatha, M.Sc., PhD. Semua pihak yang terkait langsung ataupun Agung Suryawan Wiranatha, M.Sc., PhD. Semua pihak yang terkait langsung ataupun tidak langsung dalam penyelesaian buku ini seperti staf administrasi KRP Unud. tidak langsung dalam penyelesaian buku ini seperti staf administrasi KRP Unud. Semoga jasa dan kebaikan Beliau m

Semoga jasa dan kebaikan Beliau memperoleh pahala yang setimpal dari Tuhan Yangemperoleh pahala yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Maha Esa.

Denpasar, Akhir Agustus 2015 Denpasar, Akhir Agustus 2015 Ttd Ttd Tim Penyusun Tim Penyusun (Antara dan Sukma Arida) (Antara dan Sukma Arida)

(5)
(6)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

Halaman Halaman KATA

KATA PENGANTAR PENGANTAR ………. ………. II DAFTAR

DAFTAR ISI ISI ……… ……… IiIi DAFTAR

DAFTAR GAMBAR GAMBAR ………..………... ... IiiIii BAB

BAB I I PENDAHULUAN PENDAHULUAN ………..………... . 11 1.1

1.1 Problematika Problematika PengembaPengembanganDesa nganDesa Wisata Wisata ……….. …….. 11 1.2

1.2 Peluang Peluang dan dan Tantangan Tantangan PengembangPengembangan an Desa Desa Wisata Wisata ………….. ………….. 55 1.3

1.3 Pentingnya Pentingnya sebuah sebuah Panduan Panduan …..………, …..………, 66 BAB

BAB II II PENGERTIAN PENGERTIAN DAN DAN POTENSI POTENSI DESA DESA WISATA WISATA ………. ……. 77 2.1 Pengertian

2.1 Pengertian Desa Desa Wisata Wisata …….………. …….………. 77 2.2

2.2 Desa Desa Wisata: Wisata: Wisata Wisata Perdesaan Perdesaan Berbasis Berbasis Kerakyatan Kerakyatan …………. …………. 1111 2.3

2.3 Desa Desa Wisata: Wisata: Kebutuhan Kebutuhan Masyarakat Masyarakat Modern Modern Perkotaan ………. Perkotaan ………. 1616 2.4

2.4 Ragam Ragam Potensi Potensi Desa Desa Wisata Wisata ………..………. ………..………. 1818 2.5

2.5 Penggalian Penggalian Potensi Potensi Desa Desa Wisata Wisata .……….……….. .. 2121 2.6

2.6 Langkah-LanLangkah-Langkah gkah Menentukan Menentukan Potensi Potensi Desa Desa Wisata Wisata ………. . 2424 BAB

BAB III III PENGEMBANGPENGEMBANGAN AN DAN DAN PENGELOLAPENGELOLAAN AN DESA DESA WISATA WISATA ….………. ….………. 2525 3.1 Komponen

3.1 Komponen Produk Produk Desa Desa WisatWisata a ………. ………. 2525 3.2 Kriteria

3.2 Kriteria PengembangPengembangan an Desa Desa Wisata Wisata ………. ………. 2727 3.3

3.3 Pendekatan Pendekatan PengembangaPengembangan n Desa Desa Wisata Wisata ………. ………. 2828 3.4

3.4 Peningkatan KPeningkatan Kapasitas Masyapasitas Masyarakat Desaarakat Desa …………..………. …………..………. 2929 3.5

3.5 PengemasaPengemasan n ……….. ……….. 3333 3.6

3.6 MenciptakMenciptakan an Branding Branding ……….. ……….. 3434 3.7

3.7 Pemasaran Pemasaran Online Online ………. ………. 3636 BAB

BAB IV IV PENUTUP PENUTUP ……….……….………... ………... 3737 DAFTAR

(7)

DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR

Nomor

Nomor Judul Judul Gambar Gambar HalamanHalaman

2.1

2.1 Pembangunan Pembangunan Pariwisata Pariwisata Berbasis Berbasis Kerakyatan Kerakyatan ……….. ……….. 1818 2.2

2.2 Suasana Suasana Pedesaan Pedesaan yang yang Eksotik Eksotik menjadi menjadi Daya Daya Tarik Tarik Wisata Wisata Pedesaan Pedesaan …..….. 1818 2.3

2.3 Atraksi Wisata Atraksi Wisata Jelajah Desa-Desa di Yogyakarta Menggunakan SepedaJelajah Desa-Desa di Yogyakarta Menggunakan Sepeda Ontel ……… Ontel ………

19 19 2.4

2.4 Hamparan Hamparan Persawahan Persawahan di di Subak Subak Jatiluwih Jatiluwih Bali Bali ………..……….. 2121 3.1

(8)

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1

1.1 Problematika Problematika Pengembangan Pengembangan Desa Desa WisataWisata

Keberadaan desa wisata dalam perjalanan pembangunan pariwisata di Tanah Keberadaan desa wisata dalam perjalanan pembangunan pariwisata di Tanah Air sudah sedemikian penting. Desa wisata mampu mewarnai variasi destinasi yang Air sudah sedemikian penting. Desa wisata mampu mewarnai variasi destinasi yang lebih dinamis dalam suatu kawasan pariwisata, sehingga pariwisata tidak selalu lebih dinamis dalam suatu kawasan pariwisata, sehingga pariwisata tidak selalu terjebak dalam

terjebak dalam trend trend   pengembangan bercorak  pengembangan bercorak mass tourism mass tourism . Dalam konteks. Dalam konteks kepariwisataan Bali perkembangan desa wisata menjadi bagian tak terpisahkan dari kepariwisataan Bali perkembangan desa wisata menjadi bagian tak terpisahkan dari pasang-surut perkembangan pariwisata. Melalui desa wisata, pariwisata membuktikan pasang-surut perkembangan pariwisata. Melalui desa wisata, pariwisata membuktikan keberpihakannya kepada semangat pariwisata sebagai penyerap tenaga kerja keberpihakannya kepada semangat pariwisata sebagai penyerap tenaga kerja pedesaan, sebagai generator pertumbuhan ekonomi wilayah, dan sebagai alat pedesaan, sebagai generator pertumbuhan ekonomi wilayah, dan sebagai alat pengentasan kemiskinan (

pengentasan kemiskinan (pro job, pro growth,pro job, pro growth, dandan pro poor  pro poor ).).

Adapun kendala dan tantangan desa wisata adalah terbatasnya visi atau Adapun kendala dan tantangan desa wisata adalah terbatasnya visi atau persepsi yang jelas dari masyarakat tentang pariwisata, rendahnya interest dan persepsi yang jelas dari masyarakat tentang pariwisata, rendahnya interest dan kesadaran masyarakat, rendahnya kemampuan sumber daya manusia, adanya kesadaran masyarakat, rendahnya kemampuan sumber daya manusia, adanya kendala budaya (

kendala budaya (cultural barriers cultural barriers ), sering terjadi pemaksaan dan pembohongan), sering terjadi pemaksaan dan pembohongan terhadap wisataw

terhadap wisatawan. Untuk mengantisipan. Untuk mengantisipasi asi kendala ini, pkendala ini, pemerintah melaemerintah melakukan arahkukan arah kebijakan (Ardika, 2001) yaitu :

kebijakan (Ardika, 2001) yaitu :

1) Memberikan peluang dan peran sebesar-besarnya kepada masyarakat dalam 1) Memberikan peluang dan peran sebesar-besarnya kepada masyarakat dalam

pembangunan kepariwisataan; pembangunan kepariwisataan;

2) Pengalokasian sumber dana, penguatan kelembagaan, dan pemberdayaan 2) Pengalokasian sumber dana, penguatan kelembagaan, dan pemberdayaan

masyarakat dengan meningkatkan k

masyarakat dengan meningkatkan kemampuan dan kemandirian;emampuan dan kemandirian; 3)

3) Memberikan Memberikan kontribusi dakontribusi dalam pembanlam pembangunan secagunan secara maksimal;ra maksimal; 4)

4) Memberikan Memberikan kebebasan kebebasan terhadap terhadap keinginan keinginan masyarakat;masyarakat; 5)

5) Pengembangan Pengembangan desa wisata dapat desa wisata dapat menciptakan produmenciptakan produk wisata lokal sebagai k wisata lokal sebagai modalmodal dasar perencanaan dan pemasaran produk, sehingga dapat menciptakan dasar perencanaan dan pemasaran produk, sehingga dapat menciptakan kestabilan dan k

kestabilan dan ketahanan ekonomi.etahanan ekonomi.

Namun tak dapat dipungkiri bahwa pengembangan desa wisata masih Namun tak dapat dipungkiri bahwa pengembangan desa wisata masih dihadapkan pada beberapa persoalan mendasar, yang berasal dari internal desa, dihadapkan pada beberapa persoalan mendasar, yang berasal dari internal desa, seperti

seperti supra strusupra struktur desa (pektur desa (pemerintah, hambamerintah, hambatan regulasitan regulasi). Beberapa ). Beberapa persolanpersolan tersebut, antara lain:

tersebut, antara lain: 1)

1) Terjadi Duplikasi modeTerjadi Duplikasi model dan kurangnya dl dan kurangnya diferensiasi produiferensiasi produk.k. PengembanganPengembangan sebuah desa wisata cenderung mengulangi produk yang telah diciptakan oleh desa sebuah desa wisata cenderung mengulangi produk yang telah diciptakan oleh desa wisata yang sudah berjalan. Contoh yang menarik adalah proses pengembangan wisata yang sudah berjalan. Contoh yang menarik adalah proses pengembangan

(9)

Desa Wisata Baha, Kabupaten Badung, Bali yang dengan mentah-mentah meniru Desa Wisata Baha, Kabupaten Badung, Bali yang dengan mentah-mentah meniru model pembangunan pintu gapura tradisonal (angkul-angkul) seragam yang dibuat model pembangunan pintu gapura tradisonal (angkul-angkul) seragam yang dibuat oleh Desa Pengelipuran, Kabupaten Bangli, Bali. Bisa dikatakan terjadi proses oleh Desa Pengelipuran, Kabupaten Bangli, Bali. Bisa dikatakan terjadi proses duplikasi secara sengaja dengan mengabaikan otentisitas potensi dan keunikan duplikasi secara sengaja dengan mengabaikan otentisitas potensi dan keunikan sendiri. Terbukti akhirnya, proses tersebut tidak membawa hasil yang memuaskan, sendiri. Terbukti akhirnya, proses tersebut tidak membawa hasil yang memuaskan, Desa Baha tidak bisa berkembang secara optimal sebagai desa wisata padahal Desa Baha tidak bisa berkembang secara optimal sebagai desa wisata padahal sudah digelontorkan sejumlah dana APBD (Anggaran pendapatan dan Belanja sudah digelontorkan sejumlah dana APBD (Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah).

Daerah). 2)

2) Tidak aTidak ada stada standarisasi ndarisasi desa desa wisata.wisata. Desa wisata muncul dan berkembang lebihDesa wisata muncul dan berkembang lebih banyak karena faktor ‘ikut-ikutan’. Kemunculan sebuah desa wisata dengan banyak karena faktor ‘ikut-ikutan’. Kemunculan sebuah desa wisata dengan demikian berjalan secara alamiah, tidak melalui sebuah proses seleksi atau demikian berjalan secara alamiah, tidak melalui sebuah proses seleksi atau standarisasi. Pun setelah desa-desa wisata di suatu wilayah bermunculan tidak standarisasi. Pun setelah desa-desa wisata di suatu wilayah bermunculan tidak ada sebuah prosedur atau mekanisme untuk mentataletakkan mereka ke dalam ada sebuah prosedur atau mekanisme untuk mentataletakkan mereka ke dalam suatu tipologi atau klusterisasi, sehingga tidak ada informasi yang cukup akurat suatu tipologi atau klusterisasi, sehingga tidak ada informasi yang cukup akurat perihal perkembangan, karakteristik, ataupun kendala-kendala yang dihadapi oleh perihal perkembangan, karakteristik, ataupun kendala-kendala yang dihadapi oleh masing-masing desa wisata tersebut. Kondisi demikian menyulitkan pemerintah masing-masing desa wisata tersebut. Kondisi demikian menyulitkan pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam mendampingi masing-masing desa wisata. dalam mengambil kebijakan dalam mendampingi masing-masing desa wisata. Model pembinaan yang diterapkan pun

Model pembinaan yang diterapkan pun pada akhirnya seragam, padahal persoalanpada akhirnya seragam, padahal persoalan yang muncul pada masing-masing desa amat beragam sesuai dengan konteks yang muncul pada masing-masing desa amat beragam sesuai dengan konteks lokalnya.

lokalnya. 3)

3) Produk wisata Produk wisata tidak berbtidak berbasis potensi lokaasis potensi lokal.l. Produk wisata yang dikemas danProduk wisata yang dikemas dan ditawarkan kepada wisatawan pada suatu desa wisata seringkali tidak berbasis ditawarkan kepada wisatawan pada suatu desa wisata seringkali tidak berbasis pada potensi lokal atau potensi yang dimiliki desa bersangkutan. Mereka hanya pada potensi lokal atau potensi yang dimiliki desa bersangkutan. Mereka hanya mengikuti

mengikuti trendtrend produk yang dikembangkan pada desa-desa lainnya yang sudahproduk yang dikembangkan pada desa-desa lainnya yang sudah terlebih dahulu menjadi desa wisata. Apabila suatu desa wisata berhasil terlebih dahulu menjadi desa wisata. Apabila suatu desa wisata berhasil memasarkan

memasarkan homestay homestay   berbahan baku bambu, misalnya, mereka pun akan ikut  berbahan baku bambu, misalnya, mereka pun akan ikut membikin

membikin homestayhomestay berbahan dasar bambu. Padahal di desanya sama sekali tidakberbahan dasar bambu. Padahal di desanya sama sekali tidak tumbuh pohon bambu. Desa lainnya mengemas sebuah tari-tarian atau permainan tumbuh pohon bambu. Desa lainnya mengemas sebuah tari-tarian atau permainan rakyat yang sukses memikat hati pengunjung, mereka pun membeo membuat rakyat yang sukses memikat hati pengunjung, mereka pun membeo membuat atraksi yang mirip.

atraksi yang mirip. Demikian seterusnya. Mereka sama-sekali tidak memperhatikanDemikian seterusnya. Mereka sama-sekali tidak memperhatikan kontinuitas dari mata rantai hulu-hilir; potensi, produk. Akibatnya mereka akan kontinuitas dari mata rantai hulu-hilir; potensi, produk. Akibatnya mereka akan kesulitan ketika membangun

kesulitan ketika membangun story story   (cerita) yang disampaikan kepada para  (cerita) yang disampaikan kepada para wisatawan, dan pada akhirnya hanya ak

wisatawan, dan pada akhirnya hanya akan menuai kegagalan.an menuai kegagalan. 4)

4) Keterbatasan Keterbatasan Akses.Akses. Beberapa desa wisata yang punya potensi unggul beradaBeberapa desa wisata yang punya potensi unggul berada pada wil

(10)

menjadi batu penghambat dalam mengembangkan desa-desa tersebut menjadi menjadi batu penghambat dalam mengembangkan desa-desa tersebut menjadi desa wisata yang berhasil. Potensi yang dimilikinya tidak dapat menjadi magnet desa wisata yang berhasil. Potensi yang dimilikinya tidak dapat menjadi magnet penarik kunjungan wisatawan. Isolasi geografis tersebut bisa karena ketiadaan penarik kunjungan wisatawan. Isolasi geografis tersebut bisa karena ketiadaan  jalan

 jalan yang yang bagus bagus dan dan aman, aman, berada berada pada pada pulau-pulau pulau-pulau terpencil, terpencil, atau atau terletak terletak didi balik pegunungan yang sulit dijamah dengan cara-cara yang lazim.

balik pegunungan yang sulit dijamah dengan cara-cara yang lazim. 5) Kelemahan dalam pengemasan produk paket wisata

5) Kelemahan dalam pengemasan produk paket wisata . Desa-desa yang. Desa-desa yang berpotensi besar dikembangkan sebagai desa wisata seringkali gagal akibat tidak berpotensi besar dikembangkan sebagai desa wisata seringkali gagal akibat tidak dapat melakukan pengemasan paket. Potensi wisata yang tinggi membutuhkan dapat melakukan pengemasan paket. Potensi wisata yang tinggi membutuhkan ketepatan dan daya kreatifitas pengelolaan agar mampu menjadi atraksi wisata ketepatan dan daya kreatifitas pengelolaan agar mampu menjadi atraksi wisata yang memikat. Kadang-kadang hal itu membutuhkan semacam talenta dan

yang memikat. Kadang-kadang hal itu membutuhkan semacam talenta dan insting insting  tertentu – yang tidak dimiliki oleh banyak orang, bahkan oleh seorang doktor tertentu – yang tidak dimiliki oleh banyak orang, bahkan oleh seorang doktor pariwisata sekalipun! Walaupun potensinya hanya berskala biasa-biasa saja, pariwisata sekalipun! Walaupun potensinya hanya berskala biasa-biasa saja, namun di tangan seorang yang bertalenta, hal yang biasa itu

namun di tangan seorang yang bertalenta, hal yang biasa itu bisa diracik, sehinggabisa diracik, sehingga menjelma menjadi sebuah atraksi atau paket

menjelma menjadi sebuah atraksi atau paket wisata yang atraktif.wisata yang atraktif. 6)

6) Kurangnya kKurangnya komitmen pemeomitmen pemerintah.rintah. Seringkali muncul kasus, di mana sebuahSeringkali muncul kasus, di mana sebuah desa memiliki potensi yang ungul dan

desa memiliki potensi yang ungul dan masyarakat warganya mempunyai komitmenmasyarakat warganya mempunyai komitmen kuat untuk mengembangkan desa wisata. Di sisi lain hal tersebut belum didukung kuat untuk mengembangkan desa wisata. Di sisi lain hal tersebut belum didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang m

oleh kebijakan pemerintah daerah yang m emberikan dukungan memadai terhadapemberikan dukungan memadai terhadap pengembangan desa wisata. Pemerintah daerah belum menjadikan bidang pengembangan desa wisata. Pemerintah daerah belum menjadikan bidang pariwisata sebagai program prioritas, sehingga mereka mengabaikan begitu saja pariwisata sebagai program prioritas, sehingga mereka mengabaikan begitu saja wilayahnya yang memiliki potensi

wilayahnya yang memiliki potensi yang unggul di bidang pariwisata.yang unggul di bidang pariwisata. 7)

7) Rendahnya Rendahnya kualitas kualitas SDM lokSDM lokal.al. Banyak desa-desa yang ingin mengembangkanBanyak desa-desa yang ingin mengembangkan desa wisata padahal tidak memiliki sumber daya manusia yang dapat mengelola desa wisata padahal tidak memiliki sumber daya manusia yang dapat mengelola desa

desa wisata. wisata. Penyebabnya Penyebabnya bisa bisa multi famulti faktor.ktor. Pertama Pertama , karena memang tingkat, karena memang tingkat keterdidikan yang rendah.

keterdidikan yang rendah. Kedua Kedua , kaum mudanya sebagian besar pergi merantau, kaum mudanya sebagian besar pergi merantau ke kota, sehingga desa menjadi miskin SDM muda usia dan hanya ditinggali ke kota, sehingga desa menjadi miskin SDM muda usia dan hanya ditinggali golongan orang tua yang k

golongan orang tua yang kurang produktif diajak membangun desa. Ketiga, lulusanurang produktif diajak membangun desa. Ketiga, lulusan sarjana atau sekolah menengah sudah memadai namun tidak ada bidang sarjana atau sekolah menengah sudah memadai namun tidak ada bidang pariwisata, sehingga SDM yang ada kurang cocok untuk mengembangkan desa pariwisata, sehingga SDM yang ada kurang cocok untuk mengembangkan desa wisata.

wisata.

Lahirnya UU No 6 tahun 2014 tentang desa, telah menerbitkan harapan baru Lahirnya UU No 6 tahun 2014 tentang desa, telah menerbitkan harapan baru bagi desa. Harapan itu salah-satunya ialah bahwa desa bisa mengembangkan potensi bagi desa. Harapan itu salah-satunya ialah bahwa desa bisa mengembangkan potensi yang dimilikinya sebagai bentuk usaha produktif guna meningkatkan kemakmuran yang dimilikinya sebagai bentuk usaha produktif guna meningkatkan kemakmuran warganya. UU mengamanatkan setiap desa di Indonesia ke depan harus memiliki warganya. UU mengamanatkan setiap desa di Indonesia ke depan harus memiliki Badan Usaha Milik Desa yang memiliki mandat menjalankan usaha-usaha yang Badan Usaha Milik Desa yang memiliki mandat menjalankan usaha-usaha yang

(11)

bersifat produktif, sehingga bisa memakmurkan desa. Tentu usaha yang bersifat produktif, sehingga bisa memakmurkan desa. Tentu usaha yang dikembangkan ada

dikembangkan adalah lah usaha yang busaha yang berakar kepada poerakar kepada potensi yang dimiliki setiap detensi yang dimiliki setiap desa.sa. Bagi desa-desa yang mempunyai potensi yang besar dalam bidang pariwisata bisa Bagi desa-desa yang mempunyai potensi yang besar dalam bidang pariwisata bisa mengembangkan desa wisata.

mengembangkan desa wisata.

1.2

1.2 Peluang dan TaPeluang dan Tantangan Pengemntangan Pengembangan Desa Wisatabangan Desa Wisata a.

a. Peluang PengPeluang Pengembangan embangan Desa WisataDesa Wisata

Proses pengembangan desa wisata dihadapkan pada beberapa peluang dan Proses pengembangan desa wisata dihadapkan pada beberapa peluang dan tantangan. Beberapa hal yang dapat menjadi peluang bagi pengembangan desa tantangan. Beberapa hal yang dapat menjadi peluang bagi pengembangan desa wisata saat ini,

wisata saat ini, antara lain adalah:antara lain adalah: Pertama

Pertama, turunnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar, yang menyebabkan, turunnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar, yang menyebabkan berkunjung ke destinasi wisata Indonesia menjadi lebih murah, sehingga dapat berkunjung ke destinasi wisata Indonesia menjadi lebih murah, sehingga dapat menarik kunjungan wisatawan ke Indonesia. Hal ini

menarik kunjungan wisatawan ke Indonesia. Hal ini dapat dibenarkan karena dengandapat dibenarkan karena dengan turunnya nilai mata uang rupiah memungkinkan biaya-biaya yang dikeluarkan wisman turunnya nilai mata uang rupiah memungkinkan biaya-biaya yang dikeluarkan wisman  jauh lebih rendah dibanding sebelumnya. Dengan demikian hal ini merupakan peluang  jauh lebih rendah dibanding sebelumnya. Dengan demikian hal ini merupakan peluang yang akan dimanfaatkan oleh wisman maupun penyelenggara pariwisata untuk yang akan dimanfaatkan oleh wisman maupun penyelenggara pariwisata untuk mengembangkan pariwisata dengan lebih m

mengembangkan pariwisata dengan lebih mudah.udah. Kedua

Kedua, kecenderungan wisatawan mancanegara dewasa ini berwisata dalam, kecenderungan wisatawan mancanegara dewasa ini berwisata dalam dimensi tradisonal, seperti mengunjungi desa-desa yang memiliki keunikan, baik untuk dimensi tradisonal, seperti mengunjungi desa-desa yang memiliki keunikan, baik untuk sekedar mengunjungi, maupun untuk wisata ilmiah. Kecenderungan ini dapat sekedar mengunjungi, maupun untuk wisata ilmiah. Kecenderungan ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Indonesia yang masih memiliki banyak desa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Indonesia yang masih memiliki banyak desa tradisional dan berbagai obyek penelitian. Peluang ini

tradisional dan berbagai obyek penelitian. Peluang ini selain tidak mselain tidak membutuhkan modalembutuhkan modal yang besar, wisata

yang besar, wisata ilmiah juga dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi Indonesia.ilmiah juga dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi Indonesia. Ketiga

Ketiga, penduduk Indonesia yang jumlahnya sekitar 241 juta tahun 2015, juga, penduduk Indonesia yang jumlahnya sekitar 241 juta tahun 2015, juga merupakan peluang pasar yang baik selain para wisatawan mancanegara.Hal ini merupakan peluang pasar yang baik selain para wisatawan mancanegara.Hal ini didukung oleh data dari

didukung oleh data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenpar(Kemenparekraft)ekraft) bahwa terjadi kecenderungan peningkatan kunjungan wisma ke Indonesia. Tahun bahwa terjadi kecenderungan peningkatan kunjungan wisma ke Indonesia. Tahun 2009 hanya sejumlah 6.323.7030 orang, tahun 2010 sebanyak

2009 hanya sejumlah 6.323.7030 orang, tahun 2010 sebanyak 7.002.944 orang, tahun7.002.944 orang, tahun 2011 sebanyak 7.649.731 orang, tahun 2012 sebanyak 8.044.462 dan tahun 2013 2011 sebanyak 7.649.731 orang, tahun 2012 sebanyak 8.044.462 dan tahun 2013 meningkat menjadi 8.802.129 orang. Adanya kecenderungan penduduk dunia untuk meningkat menjadi 8.802.129 orang. Adanya kecenderungan penduduk dunia untuk berwisata, maka ke

berwisata, maka ke depan kunjungan wisatawan ke Indonesia semakin meningkat.depan kunjungan wisatawan ke Indonesia semakin meningkat. Keempat

Keempat, data yang diperoleh dari BPS (2013) menunjukan bahwa jumlah, data yang diperoleh dari BPS (2013) menunjukan bahwa jumlah angkatan kerja d

angkatan kerja di Indonesia i Indonesia sampai Agustus 2sampai Agustus 2013 013 adalahadalah 118,19 juta orang, jumlah118,19 juta orang, jumlah yang bekerja sebanyak 110,80 juta orang dan yang tidak bekerja sebanyak 7,39 juta yang bekerja sebanyak 110,80 juta orang dan yang tidak bekerja sebanyak 7,39 juta

(12)

orang.

orang. Angkatan kerja yang belu Angkatan kerja yang belum bekerja ini m bekerja ini diharapkandiharapkanke depannya dapat terserake depannya dapat terserapp bekerja di sektor

bekerja di sektor pariwisata.pariwisata. Kelima

Kelima, kecenderungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kecenderungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), transporta

(iptek), transportasi, komunikasi dsi, komunikasi dan informasi, an informasi, yang dyang dapat membuka apat membuka peluang bpeluang bagiagi pengembangan pariwisata umumnya dan desa wisata khususnya. Walaupun mungkin pengembangan pariwisata umumnya dan desa wisata khususnya. Walaupun mungkin kondisi Iptek, transportasi, dan lain-lain tersebutsaat ini belum memadai, tetapi kondisi Iptek, transportasi, dan lain-lain tersebutsaat ini belum memadai, tetapi kecenderungan kemajuan telah memberikan kemungkinan bahwa di waktu yang akan kecenderungan kemajuan telah memberikan kemungkinan bahwa di waktu yang akan datangakan lebih baik. Dengan kemajuan k

datangakan lebih baik. Dengan kemajuan komunikasi, transportasi dan informasi sertaomunikasi, transportasi dan informasi serta semakin maraknya pembangunan lembaga-lembaga pendidikan pariwisata di seluruh semakin maraknya pembangunan lembaga-lembaga pendidikan pariwisata di seluruh Inodensia, diharapkan dapat mempersiapkan SDM yang lebih baik dan membuka Inodensia, diharapkan dapat mempersiapkan SDM yang lebih baik dan membuka peluang yang luas untuk bekerjasama dengan berbagai pihak di dalam dan di luar peluang yang luas untuk bekerjasama dengan berbagai pihak di dalam dan di luar negeri, terutama antara antara

negeri, terutama antara antara DTW dengan negara-negara yang potensial.DTW dengan negara-negara yang potensial.

b. Tantangan Pengembangan Desa Wisata b. Tantangan Pengembangan Desa Wisata

Walaupun telah terbuka peluang-peluang sebagaimana dikemukakan Walaupun telah terbuka peluang-peluang sebagaimana dikemukakan sebelumnya,

sebelumnya, pengembangapengembangan desa wisata pada n desa wisata pada saat ini dan yansaat ini dan yang akan datang akag akan datang akann menghadapi

menghadapi tantangan-tatantangan-tantangan, sebagntangan, sebagai berikut:ai berikut: Pertama

Pertama, adanya berita-berita di media masa dunia tentang terorisme dan, adanya berita-berita di media masa dunia tentang terorisme dan potensi serangan terorisme di Indonesia bagi wisma yang berkunjung ke Indonesia, potensi serangan terorisme di Indonesia bagi wisma yang berkunjung ke Indonesia, seperti halnya peristiwa Bom Bali I tahun 2002 dan Bom Bali 2 tahun 2005 yang seperti halnya peristiwa Bom Bali I tahun 2002 dan Bom Bali 2 tahun 2005 yang menyasar wisatawan asing. Peringatan yang kerap dikeluarkan oleh beberapa negara menyasar wisatawan asing. Peringatan yang kerap dikeluarkan oleh beberapa negara bagi warganya yang berkunjung ke Indonesia, cukup mempengaruhi pasar wisata bagi warganya yang berkunjung ke Indonesia, cukup mempengaruhi pasar wisata Indonesia.Hal ini merupakan tantangan bagi Indonesia untuk segera menciptakan Indonesia.Hal ini merupakan tantangan bagi Indonesia untuk segera menciptakan keamananyang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan baik dari dalam maupun luar keamananyang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.Karena itu diharapkan adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dengan negeri.Karena itu diharapkan adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dengan seluruh komponen bangsa dalam m

seluruh komponen bangsa dalam menciptakan keamanan.enciptakan keamanan. Kedua

Kedua, sistem informasi yang kurang memadahi, juga tantangan yang perlu, sistem informasi yang kurang memadahi, juga tantangan yang perlu mendapat perhatian serius dalam pengelolaan pariwisata pada umumnya dan desa mendapat perhatian serius dalam pengelolaan pariwisata pada umumnya dan desa wisata pada khususnya.Hal ini menjadi penting agar pengalaman masa lalu tidak wisata pada khususnya.Hal ini menjadi penting agar pengalaman masa lalu tidak terulang. Akibat sistem informasi yang kurang memadahi pandangan dunia terhadap terulang. Akibat sistem informasi yang kurang memadahi pandangan dunia terhadap Indonesia menjadi miring, celakanya lagi ketika Jakarta atau daerah-daerah tertentu Indonesia menjadi miring, celakanya lagi ketika Jakarta atau daerah-daerah tertentu rusuh, dunia menganggap bahwa seluruh Indonesia rusuh, sehingga mengeluarkan rusuh, dunia menganggap bahwa seluruh Indonesia rusuh, sehingga mengeluarkan larangan berkunjung ke Indonesia. Padahal DTW dan desa wisata bukan hanya ada larangan berkunjung ke Indonesia. Padahal DTW dan desa wisata bukan hanya ada satu di Indonesia, dan belum tentu semua DTW dan desa wisata mengalami satu di Indonesia, dan belum tentu semua DTW dan desa wisata mengalami kerusuhan secara serentak.Untuk itu maka diperlukan suatu sistem informasi yang kerusuhan secara serentak.Untuk itu maka diperlukan suatu sistem informasi yang

(13)

profesional, mantap visinya dan terampil serta cekatan dalam gerak langkahnya. profesional, mantap visinya dan terampil serta cekatan dalam gerak langkahnya. Sistem informasi ini antara lain bertugas untuk memberikan klarifikasi, sekaligus Sistem informasi ini antara lain bertugas untuk memberikan klarifikasi, sekaligus secara proaktif menyiapkan dan memberikan informasi tentang obyek

secara proaktif menyiapkan dan memberikan informasi tentang obyek wisata, kesiapanwisata, kesiapan sarana, prasarana dan lain-lain.

sarana, prasarana dan lain-lain. Ketiga

Ketiga, SDM merupakan tantangan yang cukup berat bagi pengembangan, SDM merupakan tantangan yang cukup berat bagi pengembangan desa wisata, karena SDM sangat menentukan segala sesuatu yang perhubungan desa wisata, karena SDM sangat menentukan segala sesuatu yang perhubungan dengan desa wisata dan

dengan desa wisata dan pariwisata.Pengepariwisata.Pengembangan desa wisata sangat mementingkanmbangan desa wisata sangat mementingkan profesionalisme, baik dalam pengelolaan investasi maupun dalam bidang akomodasi, profesionalisme, baik dalam pengelolaan investasi maupun dalam bidang akomodasi, transportasi, komunikasi dan informasi.Selain itu, walaupun pengembangan desa transportasi, komunikasi dan informasi.Selain itu, walaupun pengembangan desa wisata telah membuka peluang pasar bagi sektor-sektor lain, akibat dari rendahnya wisata telah membuka peluang pasar bagi sektor-sektor lain, akibat dari rendahnya SDM peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.SDM yang rendah SDM peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.SDM yang rendah dapat menyebabkan mutu barang-barang kerajinan menurun, teknik pemasaran dapat menyebabkan mutu barang-barang kerajinan menurun, teknik pemasaran kurang tepat, kurang tepat membaca trend

kurang tepat, kurang tepat membaca trend pasar, dan lain-lain.pasar, dan lain-lain. Keempat

Keempat, Desa wisata akan dikuasai oleh investor luar desa yang memiliki, Desa wisata akan dikuasai oleh investor luar desa yang memiliki SDM yang lebih baik dan lebih siap dari segi modal akibat rendahnya SDM dan SDM yang lebih baik dan lebih siap dari segi modal akibat rendahnya SDM dan kurangnya moda

kurangnya modal investor l investor lokal. lokal. Untuk itu dUntuk itu dibutuhkan upibutuhkan upaya-upaya aya-upaya khusus untukkhusus untuk menghindari hal tersebut.

menghindari hal tersebut. Kelima

Kelima, belum meratanya arus penerimaan wisatawan, di mana ada DTW, belum meratanya arus penerimaan wisatawan, di mana ada DTW tertentu sangat ramai dikun

tertentu sangat ramai dikunjungi wisatawan, sementara jungi wisatawan, sementara itu DTW yang lain sangat sepi.itu DTW yang lain sangat sepi. Peristiwa ini mengindikasikan bahwa selain kurang menarik, dapat terjadi karena Peristiwa ini mengindikasikan bahwa selain kurang menarik, dapat terjadi karena belum diketahui oleh wisatawan. Tantangan ini perlu dihadapi antara lain dengan belum diketahui oleh wisatawan. Tantangan ini perlu dihadapi antara lain dengan meningkatkan promosi dan melakukan upaya-upaya pengemasan tertentu agar DTW meningkatkan promosi dan melakukan upaya-upaya pengemasan tertentu agar DTW yang kurang menarik menjadi DTW

yang kurang menarik menjadi DTW yang senangi oleh para wisatawan.yang senangi oleh para wisatawan. Keenam

Keenam, adanya kemungkinan pariwisata dapat merusak budaya lokal, seperti, adanya kemungkinan pariwisata dapat merusak budaya lokal, seperti pergeseran nilai upacara adat

pergeseran nilai upacara adat yang dapat mengarah kepada komersialisasi, timbulnyayang dapat mengarah kepada komersialisasi, timbulnya industri seks, dan sebagainya.Hal ini harus diwaspadai dalam pengembangan desa industri seks, dan sebagainya.Hal ini harus diwaspadai dalam pengembangan desa wisata agar keutuhan dan nilai-nilai budaya lokal

wisata agar keutuhan dan nilai-nilai budaya lokal tetap diperhatikan.tetap diperhatikan.

1.3

1.3 Pentingnya Pentingnya sebuah sebuah PanduanPanduan

Berangkat dari berbagai persoalan dan hambatan yang ada dalam upaya Berangkat dari berbagai persoalan dan hambatan yang ada dalam upaya pengembangan desa-desa wisata, maka dipandang perlu adanya sebuah panduan pengembangan desa-desa wisata, maka dipandang perlu adanya sebuah panduan dalam mengembangkan desa wisata. Panduan dibutuhkan dalam memahami tahap dalam mengembangkan desa wisata. Panduan dibutuhkan dalam memahami tahap demi tahap mengembangkan desa wisata. Kita memahami bahwa dunia pariwisata demi tahap mengembangkan desa wisata. Kita memahami bahwa dunia pariwisata merupakan sebuah ranah yang asing bagi masyarakat desa yang sebelumnya lebih merupakan sebuah ranah yang asing bagi masyarakat desa yang sebelumnya lebih banyak bergelut dengan sektor agraris. Ada perbedaan yang sangat tajam bahkan banyak bergelut dengan sektor agraris. Ada perbedaan yang sangat tajam bahkan

(14)

kontradiktif antara dunia pertanian (sektor primer) dengan dunia pariwisata (sektor kontradiktif antara dunia pertanian (sektor primer) dengan dunia pariwisata (sektor  jasa), dalam hal tata nila

 jasa), dalam hal tata nilai, sikap, maupun perii, sikap, maupun perilaku.laku.

Manfaat yang diharapkan dari penyusunan buku “Panduan mengelola suatu Manfaat yang diharapkan dari penyusunan buku “Panduan mengelola suatu Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Potensi Lokal” adalah sebagai pedoman dalam Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Potensi Lokal” adalah sebagai pedoman dalam mengembangkan dan calon desa wisata menjadi desa wisata, sehingga potensi desa mengembangkan dan calon desa wisata menjadi desa wisata, sehingga potensi desa wisata yang masih

wisata yang masih terpendaterpendam dapat digali m dapat digali dan dikembangkan.dan dikembangkan.

BAB II BAB II

PENGERTIAN DAN POTENSI DESA WISATA PENGERTIAN DAN POTENSI DESA WISATA

2.1

2.1 Pengertian Pengertian Desa Desa WisataWisata Desa

Desa wisata wisata adalah adalah suatu suatu bentuk bentuk integrasi integrasi antara antara atraksi, atraksi, akomodasi akomodasi dandan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti, 1993). Desa Wisata menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti, 1993). Desa Wisata ((rural tourism rural tourism ) merupakan pariwisata yang terdiri dari keseluruhan pengalaman) merupakan pariwisata yang terdiri dari keseluruhan pengalaman pedesaan, atraksi alam, tradisi, unsur - unsur yang unik yang secara keseluruhan pedesaan, atraksi alam, tradisi, unsur - unsur yang unik yang secara keseluruhan dapat menarik minat wisatawan (Joshi,

dapat menarik minat wisatawan (Joshi, 2012).2012).

Keberadaan desa wisata dalam perjalanan pembangunan pariwisata di Tanah Keberadaan desa wisata dalam perjalanan pembangunan pariwisata di Tanah Air sudah sedemikian penting. Desa wisata sudah mampu mewarnai variasi destinasi Air sudah sedemikian penting. Desa wisata sudah mampu mewarnai variasi destinasi yang lebih dinamis dalam suatu kawasan pariwisata, sehingga pariwisata tidak selalu yang lebih dinamis dalam suatu kawasan pariwisata, sehingga pariwisata tidak selalu terjebak dalam

terjebak dalam trend trend   pengembangan bercorak  pengembangan bercorak mass tourism mass tourism . Dalam konteks. Dalam konteks kepariwisataan Bali, perkembangan desa wisata menjadi bagian tak terpisahkan dari kepariwisataan Bali, perkembangan desa wisata menjadi bagian tak terpisahkan dari pasang-surut perkembangan pariwisata. Melalui desa wisata, pariwisata membuktikan pasang-surut perkembangan pariwisata. Melalui desa wisata, pariwisata membuktikan keberpihakannya kepada semangat pariwisata sebagai penyerap tenaga kerja keberpihakannya kepada semangat pariwisata sebagai penyerap tenaga kerja pedesaan, sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah, dan sebagai alat pedesaan, sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah, dan sebagai alat pengentasan kemiskinan (

pengentasan kemiskinan (pro job, pro growth, pro poor pro job, pro growth, pro poor ).). Desa wisata Penglipura

Desa wisata Penglipuran di Bangli n di Bangli misalnya, berhasil tampil menmisalnya, berhasil tampil menjadi salah-satujadi salah-satu destinasi unggulan dan andalan Kabupaten Bangli dalam menarik kunjungan destinasi unggulan dan andalan Kabupaten Bangli dalam menarik kunjungan wisatawan. Di beberapa desa lain pun akhirnya dicoba dibangun dan dikembangkan wisatawan. Di beberapa desa lain pun akhirnya dicoba dibangun dan dikembangkan meniru proses perkembangan Desa Penglipuran. Terjadi proses duplikasi secara meniru proses perkembangan Desa Penglipuran. Terjadi proses duplikasi secara sengaja dengan mengabaikan otentisitas potensi dan keunikan sendiri. Desa Baha di sengaja dengan mengabaikan otentisitas potensi dan keunikan sendiri. Desa Baha di kabupaten Badung yang secara tiba-tiba ditetapkan sebagai desa wisata oleh Pemda kabupaten Badung yang secara tiba-tiba ditetapkan sebagai desa wisata oleh Pemda Kabupaten Badung misalnya, meniru begitu saja pola pembangunan angkul-angkul Kabupaten Badung misalnya, meniru begitu saja pola pembangunan angkul-angkul (pintu gerbang pekarangan tradisional Bali) yang

(pintu gerbang pekarangan tradisional Bali) yang ada di ada di PenglipuraPenglipuran. Terbukti n. Terbukti akhirnyaakhirnya hal tersebut tidak membawa hasil yang memuaskan, dan Desa Baha tidak bisa hal tersebut tidak membawa hasil yang memuaskan, dan Desa Baha tidak bisa

(15)

berkembang secara optimal sebagai desa wisata padahal sudah digelontorkan berkembang secara optimal sebagai desa wisata padahal sudah digelontorkan sejumlah dana APBD.

sejumlah dana APBD.

Baiquni (2005) menyatakan bahwa satu hal penting yang diabaikan dalam Baiquni (2005) menyatakan bahwa satu hal penting yang diabaikan dalam pengembangan desa wisata adalah

pengembangan desa wisata adalah persoalan kapasitas kelembagaan pengelola desapersoalan kapasitas kelembagaan pengelola desa wisata. Pendekatan dalam peningkatan kapasitas kelembagaan lokal (pemerintah wisata. Pendekatan dalam peningkatan kapasitas kelembagaan lokal (pemerintah daerah dan masyarakat) memiliki spektrum konsep dan pendekatan yang bervariasi. daerah dan masyarakat) memiliki spektrum konsep dan pendekatan yang bervariasi. Ada lima aspek dan pendekatan

Ada lima aspek dan pendekatan yang perlu diperhayang perlu diperhatikan dalam pengembantikan dalam pengembangan suatugan suatu desa wisata, yaitu

desa wisata, yaitu holistic approach, participatory learning, empowerment ofholistic approach, participatory learning, empowerment of management, action research,

management, action research, dan sdan sinergy and network,inergy and network, yang masing-masing aspekyang masing-masing aspek tersebut dijelaskan seperti berikut.

tersebut dijelaskan seperti berikut. Holistic approach 

Holistic approach . Pendekatan ini melihat secara menyeluruh dimensi. Pendekatan ini melihat secara menyeluruh dimensi pembangunan atau secara holistik. Pendekatan ini berupaya mengintegrasikan pembangunan atau secara holistik. Pendekatan ini berupaya mengintegrasikan berbagai elemen atau sektor pembangunan secara terpadu, sehingga perumusan berbagai elemen atau sektor pembangunan secara terpadu, sehingga perumusan masalah dan pemecahannya diselenggarakan secara kolektif dan partisipatif. Metode masalah dan pemecahannya diselenggarakan secara kolektif dan partisipatif. Metode yang digunakan adalah

yang digunakan adalah system thinking system thinking   sebagai cara untuk membuka pemahaman  sebagai cara untuk membuka pemahaman dan melakukan inovasi dalam merumuskan konteks kebijakan dan pengembangan dan melakukan inovasi dalam merumuskan konteks kebijakan dan pengembangan yang tepat guna.

yang tepat guna.

Participatory learning.

Participatory learning. Pendampingan dalam pengembangan kapasitasPendampingan dalam pengembangan kapasitas kelembagaan lokal perlu dilakukan secara partisipatif, menggali bersama kebutuhan kelembagaan lokal perlu dilakukan secara partisipatif, menggali bersama kebutuhan dan merumuskan prioritas penanganan dalam proses ‘belajar bersama’. dan merumuskan prioritas penanganan dalam proses ‘belajar bersama’. Sesungguhnya yang paling tahu persoalan adalah pelaku lokal (masyarakat dan Sesungguhnya yang paling tahu persoalan adalah pelaku lokal (masyarakat dan pemerintah daerah) sendiiri, bukan konsultan atau kontraktor pembangunan yang pemerintah daerah) sendiiri, bukan konsultan atau kontraktor pembangunan yang berasal dari luar yang memiliki kepentingannya sendiri. Peran konsultan pada berasal dari luar yang memiliki kepentingannya sendiri. Peran konsultan pada penguatan proses memfasilitasi pembelajaran kolektif, sehingga pemahaman penguatan proses memfasilitasi pembelajaran kolektif, sehingga pemahaman permasalahan akan lebih baik dan solusinya dapat dikerjakan bersama-sama sesuai permasalahan akan lebih baik dan solusinya dapat dikerjakan bersama-sama sesuai fungsi masing-masing lembaga dalam tata manajemen. Metode pembelajaran fungsi masing-masing lembaga dalam tata manajemen. Metode pembelajaran partisipatif yang dapat digunakan adalah saresehan, lokakarya dan belajar sambil partisipatif yang dapat digunakan adalah saresehan, lokakarya dan belajar sambil bekerja (

bekerja (learning by doing).learning by doing).

Empowerment of management.

Empowerment of management. Proses pembelajaran partisipatif mencakupProses pembelajaran partisipatif mencakup individual dan institusional.yang oleh Ki Hajar Dewantoro disebul Triple A (

individual dan institusional.yang oleh Ki Hajar Dewantoro disebul Triple A ( Asih, AsahAsih, Asah dan

dan  Asuh   Asuh ). Dalam proses belajar akan menimbulkan pencerahan (). Dalam proses belajar akan menimbulkan pencerahan ( enlightment enlightment ) dan) dan penguatan atau pemberdayaan (

penguatan atau pemberdayaan (empowerment empowerment ). Kelembagaan yang kuat terdiri dari). Kelembagaan yang kuat terdiri dari para pelakunya yang juga tercerahkan dalam belajar dan bekerja. Manajemen para pelakunya yang juga tercerahkan dalam belajar dan bekerja. Manajemen kelembagaan yang terus membangun pencerahan dan pemberdayaan akan kelembagaan yang terus membangun pencerahan dan pemberdayaan akan memberikan perbaikan kinerja dalam pengembangan desa wisata.

(16)

Action research.

Action research. Manifestasi aparatur yang tercerahkan dan Manifestasi aparatur yang tercerahkan dan kelembagaan yangkelembagaan yang mandiri, hanya teruji bila telah melakukan tindakan nyata dan bermanfaat bagi mandiri, hanya teruji bila telah melakukan tindakan nyata dan bermanfaat bagi lingkungannya. Riset aksi merupakan bagian yang saling melengkapi dalam lingkungannya. Riset aksi merupakan bagian yang saling melengkapi dalam pendampingan peningkatan kapasitas kelembagaan. Metode riset aksi dilakukan pendampingan peningkatan kapasitas kelembagaan. Metode riset aksi dilakukan melalui proses pembelajaran dapat diperkaya dengan

melalui proses pembelajaran dapat diperkaya dengan pengalaman lapangan.pengalaman lapangan. Sinergy and network.

Sinergy and network. Pendekatan yang penting dalam peningkatan kapasitasPendekatan yang penting dalam peningkatan kapasitas kelembagaan adalah kesediaan untuk membuka jaringan dan bekerja secara jejaring kelembagaan adalah kesediaan untuk membuka jaringan dan bekerja secara jejaring dengan segenap komponen kelembagaan, baik yang ada dilingkungan pemerintah dengan segenap komponen kelembagaan, baik yang ada dilingkungan pemerintah eksekutif, legislatip dan

eksekutif, legislatip dan yudikatif, maupun kelembagaan masyarakat dan bisnis. Sinergiyudikatif, maupun kelembagaan masyarakat dan bisnis. Sinergi dan jejaring merupakan upaya untuk mewujudkan tugas dan menjawab tantangan dan jejaring merupakan upaya untuk mewujudkan tugas dan menjawab tantangan pembangunan secara bersama, menciptakan keseimbangan

pembangunan secara bersama, menciptakan keseimbangan check and balance check and balance , dan, dan membangun

membangun trust trust  diantara pelaku pembangunan desa wisata. diantara pelaku pembangunan desa wisata. Orientasi

Orientasi pengembangapengembangan n desa desa wisata wisata seyogyanya seyogyanya untuk untuk meningkatkanmeningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Upaya ini perlu kesabaran dalam melakukan kesejahteraan masyarakat desa. Upaya ini perlu kesabaran dalam melakukan pengkajian, perencanaan, pengembangan dan pemanfaatan secara wajar dan adil, pengkajian, perencanaan, pengembangan dan pemanfaatan secara wajar dan adil, baik terhadap alam maupun manusianya. Tidak hanya manusia yang memiliki hak, baik terhadap alam maupun manusianya. Tidak hanya manusia yang memiliki hak,  juga alam lingkungan memiliki hak yang ha

 juga alam lingkungan memiliki hak yang harus dan wajib ditunaikan oleh manusia yangrus dan wajib ditunaikan oleh manusia yang memanfaatkannya. Optimalisasi daya dukung memerlukan pemahaman yang baik memanfaatkannya. Optimalisasi daya dukung memerlukan pemahaman yang baik mengenai karakter, dinamika dan kecenderungan yang berkembang. Ini perlu mengenai karakter, dinamika dan kecenderungan yang berkembang. Ini perlu dicermati dan diikuti, sehingga perkembangan itu mengarah pada kelestarian, bukan dicermati dan diikuti, sehingga perkembangan itu mengarah pada kelestarian, bukan kerusakan.

kerusakan.

Sistem-elemen pembentuk desa wisata terdiri dari akomodasi, atraksi wisata Sistem-elemen pembentuk desa wisata terdiri dari akomodasi, atraksi wisata masyarakat lokal, promosi dan infrastruktur (Hajdas, 2006 dalam Birin, 2010). Menurut masyarakat lokal, promosi dan infrastruktur (Hajdas, 2006 dalam Birin, 2010). Menurut Andrea dan Janet (2012:176), Strategi

Andrea dan Janet (2012:176), Strategi community based-tourism community based-tourism  ini dapat digunakan ini dapat digunakan dalam

dalam pengembangpengembanganan rural tourism rural tourism  yang didasarkan  yang didasarkan pada pengembangapada pengembangan masyarakatn masyarakat dengan cara mengandalkan mereka sendiri,

dengan cara mengandalkan mereka sendiri, pemberdaypemberdayaan, keberlanjutan, konservasiaan, keberlanjutan, konservasi dan peningkatan budaya untuk meningkatkan mata pencaharian penduduk. dan peningkatan budaya untuk meningkatkan mata pencaharian penduduk. Community based-tourism 

Community based-tourism   merupakan pariwisata yang dikelola dan dimiliki oleh  merupakan pariwisata yang dikelola dan dimiliki oleh masyarakat, untuk masyarakat, dengan tujuan agar wisatawan dapat meningkatkan masyarakat, untuk masyarakat, dengan tujuan agar wisatawan dapat meningkatkan kesadaran mereka dan belajar tentang kehidupan masyarakat lokal serta dapat kesadaran mereka dan belajar tentang kehidupan masyarakat lokal serta dapat meningkatkan ekonomi masyarakat lokal (Rest, 1997 dalam Phu, 2011:65). Strategi meningkatkan ekonomi masyarakat lokal (Rest, 1997 dalam Phu, 2011:65). Strategi community based-tourism 

community based-tourism   seperti diinformasikan oleh Rocharungsat (2008:60) telah  seperti diinformasikan oleh Rocharungsat (2008:60) telah digunakan untuk pengembangan pariwisata di beberapa negara berkembang di ASIA digunakan untuk pengembangan pariwisata di beberapa negara berkembang di ASIA Dari penerapan

(17)

evaluasi kriteria sukses

evaluasi kriteria sukses community based-tourism community based-tourism . Kriteria-kriteria. Kriteria-kriteria community based- community based-  tourism 

tourism  yang sukses yang sukses

Evaluasi yang telah dilakukan di beberapa negara di Asia seperti dinyatakan Evaluasi yang telah dilakukan di beberapa negara di Asia seperti dinyatakan oleh Rocharungsat (2008:65) yaitu

oleh Rocharungsat (2008:65) yaitu community based-tourism community based-tourism   harus secara praktis  harus secara praktis melibatkan masyarakat luas, manfaat yang diperoleh dari

melibatkan masyarakat luas, manfaat yang diperoleh dari community based-tourism community based-tourism  harus didistribusikan secara merata keseluruh tujuan masyarakat, memiliki harus didistribusikan secara merata keseluruh tujuan masyarakat, memiliki managemen yang baik untuk pariwisata,

managemen yang baik untuk pariwisata, community based-tourism community based-tourism   yang telah ada  yang telah ada harus memiliki kemitraan yang kuat dan dukungan dari dalam dan luar masyarakat, harus memiliki kemitraan yang kuat dan dukungan dari dalam dan luar masyarakat, dan konservasi lingkungan yang tidak boleh diabaikan. Pariwisata sebagai alat untuk dan konservasi lingkungan yang tidak boleh diabaikan. Pariwisata sebagai alat untuk pengentasan kemiskinan Sektor pariwisata memiliki peran yang sangat penting untuk pengentasan kemiskinan Sektor pariwisata memiliki peran yang sangat penting untuk dapat mengurangi kemiskinan.

dapat mengurangi kemiskinan. Menurut pol

Menurut pola, proses daa, proses dan tipe pengn tipe pengelolanya, elolanya, desa atau kadesa atau kampung wisata dmpung wisata dii Indonesia terbagi dalam dua bentuk yaitu t

Indonesia terbagi dalam dua bentuk yaitu tipe terstruktur dan tipe ipe terstruktur dan tipe terbuka.terbuka. 1)

1) Tipe daerah kantong (Tipe daerah kantong (enclave)enclave).. Tipe kantong ditandai oleh karakter sebagaiTipe kantong ditandai oleh karakter sebagai berikut :

berikut :

a) Lahan terbatas yang dilengkapi dengan infrastruktur yang spesifik untuk a) Lahan terbatas yang dilengkapi dengan infrastruktur yang spesifik untuk kawasan tersebut. Tipe ini mempunyai kelebihan dalam citra yang kawasan tersebut. Tipe ini mempunyai kelebihan dalam citra yang ditumbuhkanny

ditumbuhkannya, a, sehingga mampu menembus sehingga mampu menembus pasar internasional.pasar internasional. b)

b) Lokasi pada uLokasi pada umumnya terpisah mumnya terpisah dari masyaradari masyarakat atau pendudkat atau penduduk lokal, sehinguk lokal, sehinggaga dampak negatif yang ditimbulkannya diharapkan terkontrol. Selain itu dampak negatif yang ditimbulkannya diharapkan terkontrol. Selain itu pencemaran sosial budaya yang ditimbulkan akan terdeteksi sejak

pencemaran sosial budaya yang ditimbulkan akan terdeteksi sejak dini.dini. c)

c) Lahan tidak terlalu bLahan tidak terlalu besar dan masih dalaesar dan masih dalam tingkat kemampuan perem tingkat kemampuan perencanaanncanaan yang integratif dan terkoordinasi, sehingga diharapkan akan tampil menjadi yang integratif dan terkoordinasi, sehingga diharapkan akan tampil menjadi semacam agen untuk mendapatkan dana-dana internasional sebagai unsur semacam agen untuk mendapatkan dana-dana internasional sebagai unsur utama untuk “menangkap” servis-servis dari hotel-hotel berbintang lima. Contoh utama untuk “menangkap” servis-servis dari hotel-hotel berbintang lima. Contoh dari kawasan

dari kawasan atau perkampungan atau perkampungan wisata jwisata jenis ini enis ini adalah kawasan adalah kawasan NusaNusa Dua, Bali. Pedesaan tersebut diakui sebagai suatu pendekatan yang tidak saja Dua, Bali. Pedesaan tersebut diakui sebagai suatu pendekatan yang tidak saja berhasil secara nasional, melainkan juga

berhasil secara nasional, melainkan juga pada internasional.pada internasional. 2)

2) Tipe TerbukaTipe Terbuka (spontaneous).(spontaneous). TTipe ini ditandai dengan karakter-karakter yaituipe ini ditandai dengan karakter-karakter yaitu tumbuh menyatunya kawasan dengan struktur

tumbuh menyatunya kawasan dengan struktur kehidupan, baik ruang maupun polakehidupan, baik ruang maupun pola dengan masyarakat lokal. Distribusi pendapatan yang didapat dari wisatawan dapat dengan masyarakat lokal. Distribusi pendapatan yang didapat dari wisatawan dapat langsung dinikmati oleh penduduk lokal, akan tetapi dampak negatifnya cepat langsung dinikmati oleh penduduk lokal, akan tetapi dampak negatifnya cepat menjalar menjadi satu ke dalam penduduk lokal, sehingga sulit dikendalikan. menjalar menjadi satu ke dalam penduduk lokal, sehingga sulit dikendalikan. Contoh dari tipe perkampungan wisata jenis ini adalah kawasan Contoh dari tipe perkampungan wisata jenis ini adalah kawasan Prawirotaman,

(18)

2.2

2.2 Desa Wisata: WisDesa Wisata: Wisata Perdesaaata Perdesaan Berbasis Kerakyn Berbasis Kerakyatanatan

Wilayah pedesaan memiliki ciri-ciri : (1) perbandingan tanah dan manusia Wilayah pedesaan memiliki ciri-ciri : (1) perbandingan tanah dan manusia ((man land ratio man land ratio ) yang besar; (2) lapangan kerja agraris; (3) hubungan penduduk yang) yang besar; (2) lapangan kerja agraris; (3) hubungan penduduk yang akrab; dan (4) sifat yang menurut tradisi (tradisional). Akar budaya desa ditunjukan akrab; dan (4) sifat yang menurut tradisi (tradisional). Akar budaya desa ditunjukan oleh adanya ciri-ciri kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan, sehingga oleh adanya ciri-ciri kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan, sehingga pengembangan pedesaa

pengembangan pedesaan sebagai objek n sebagai objek dan daya tarik dan daya tarik wisata biasanya menggunakanwisata biasanya menggunakan sumber daya yang ada seperti

sumber daya yang ada seperti lahan, budaya, masyarakat dan alam.lahan, budaya, masyarakat dan alam.

Sujarto (1989) menjelaskan bahwa reformasi di Indonesia mengakibatkan Sujarto (1989) menjelaskan bahwa reformasi di Indonesia mengakibatkan pergeseran paradigma pembangunan dengan model

pergeseran paradigma pembangunan dengan model top down planning top down planning   menjadi  menjadi b

bottom up planning ottom up planning . Paradigma ini . Paradigma ini muncul di berbagai semuncul di berbagai sektor pembangunaktor pembangunan termasukn termasuk dalam bidang pembangunan pariwisata. Kedua model pembangunan ini banyak dalam bidang pembangunan pariwisata. Kedua model pembangunan ini banyak didiskusikan oleh kalangan akademisi maupun praktisi, namun hingga kini belum didiskusikan oleh kalangan akademisi maupun praktisi, namun hingga kini belum menghasilkan

menghasilkan suatu suatu konklusi. konklusi. Untuk Untuk negara negara yang yang sedang sedang berkembang berkembang di di manamana infrastruktur organisasi perencanaan yang masih sangat lemah dan juga kemampuan infrastruktur organisasi perencanaan yang masih sangat lemah dan juga kemampuan sumber daya manusia

sumber daya manusia yang belum merata, ada yang belum merata, ada kecenderungan untuk menggabungkankecenderungan untuk menggabungkan kedua sistem pendekatan tersebut.

kedua sistem pendekatan tersebut.

Di sektor pariwisata, model pembangunan

Di sektor pariwisata, model pembangunan  bottom up planning   bottom up planning , sejalan, sejalan dengan paradigma pariwisata yang bercirikan kerakyatan, dan m

dengan paradigma pariwisata yang bercirikan kerakyatan, dan m emunculkan berbagaemunculkan berbagaii sebutan yaitu: pariwisata inti rakyat, pariwisata kerakyatan,

sebutan yaitu: pariwisata inti rakyat, pariwisata kerakyatan, resource community base resource community base  management

management atauatau community managementcommunity management (Korten,1986)(Korten,1986),, sehinggasehingga akhirnyaakhirnya mengarah pada pengembangana desa wisata, desa wisata terpadu., dan

mengarah pada pengembangana desa wisata, desa wisata terpadu., dan WisataWisata Perdesaan

Perdesaan sebagai salah satu bentuk pengembangan pariwisata berkelanjutan yang sebagai salah satu bentuk pengembangan pariwisata berkelanjutan yang memiliki pasar tersendiri (Adhisakti, 2000). Paradigma pariwisata kerakyatan dalam memiliki pasar tersendiri (Adhisakti, 2000). Paradigma pariwisata kerakyatan dalam berbagai bentuknya telah lama menjadi paradigma alternatif sebagai kegagalan model berbagai bentuknya telah lama menjadi paradigma alternatif sebagai kegagalan model modernisasi yang diterapkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia yang modernisasi yang diterapkan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia yang memiliki banyak kelemahan karena selalu mengacu pada pertumbuhan dan memiliki banyak kelemahan karena selalu mengacu pada pertumbuhan dan perkembangan

perkembangan fisik dan kurang mempefisik dan kurang memperhatikan masalah rhatikan masalah sosial budaya masyasosial budaya masyarakat.rakat. Terkait dengan

Terkait dengan pemikiran tersepemikiran tersebut, maka but, maka desa-desa ydesa-desa yang memiliki keang memiliki keunikan mulaiunikan mulai dilirik untuk dipersiapkan menjadi desa wisata maupun wisata perdesaan oleh dilirik untuk dipersiapkan menjadi desa wisata maupun wisata perdesaan oleh pemerintah maupun pelaku-pelaku pariwisata.

pemerintah maupun pelaku-pelaku pariwisata.

Pariwisata perdesaan adalah suatu wilayah pedesaan yang menawarkan Pariwisata perdesaan adalah suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan, baik dari kehidupan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan, baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat-istiadat keseharian, arsitektur bangunan maupun sosial ekonomi, sosial budaya, adat-istiadat keseharian, arsitektur bangunan maupun struktur tata ruang

struktur tata ruang desa yang khas atau kdesa yang khas atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarikegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk

(19)

(atraksi, akomodasi, makan, minum, dan lain-lain) (Depbudpar, 2000). Pariwisata (atraksi, akomodasi, makan, minum, dan lain-lain) (Depbudpar, 2000). Pariwisata pedesaan termasuk ke dalam jenis industri kecil, karena melayani pasar kecil, pedesaan termasuk ke dalam jenis industri kecil, karena melayani pasar kecil, memerlukan modal relatif lebih sedikit, memanfaatkan sumber daya setempat, dan memerlukan modal relatif lebih sedikit, memanfaatkan sumber daya setempat, dan tidak memerlukan sumberdaya yang canggih dan mahal. Ramuan utama pariwisata tidak memerlukan sumberdaya yang canggih dan mahal. Ramuan utama pariwisata perdesaan adal

perdesaan adalah keaslian, keuniah keaslian, keunikan, rasa khas dakan, rasa khas daerah, erah, dan kebangdan kebanggaan daerahgaan daerah yang berwujud gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya. Keaslian dipengaruhi yang berwujud gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya. Keaslian dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, fisik, dan sosial daerah pedesaan tersebut, misalnya tata oleh keadaan ekonomi, fisik, dan sosial daerah pedesaan tersebut, misalnya tata ruang, warisan budaya, kegiatan pertanian, bentang alam, jasa, peristiwa sejarah dan ruang, warisan budaya, kegiatan pertanian, bentang alam, jasa, peristiwa sejarah dan budaya yang penting, serta pengalaman yang eksotik khas daerah. Secara khusus budaya yang penting, serta pengalaman yang eksotik khas daerah. Secara khusus berkaitan dengan perilaku, integritas, keramah-tamahan, dan kesungguhan penduduk berkaitan dengan perilaku, integritas, keramah-tamahan, dan kesungguhan penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Dengan demikian permodelan pariwisata perdesaan yang tinggal di daerah tersebut. Dengan demikian permodelan pariwisata perdesaan dapat mengembangkan identitas dan ciri khas daerah sesuai dengan prinsip dan tata dapat mengembangkan identitas dan ciri khas daerah sesuai dengan prinsip dan tata cara adat setempat. Adapun caranya adalah dengan mengembangkan mutu produk cara adat setempat. Adapun caranya adalah dengan mengembangkan mutu produk wisata perdesaan, pengembangan sumber daya manusia untuk menjadi wirausaha wisata perdesaan, pengembangan sumber daya manusia untuk menjadi wirausaha pariwisata perdesaan, pembuatan kelompok usaha lokal, dan memberikan pariwisata perdesaan, pembuatan kelompok usaha lokal, dan memberikan kesempatan pada masyarakat setempat untuk ikut mengendalikan strategi dan kesempatan pada masyarakat setempat untuk ikut mengendalikan strategi dan pelaksanaan kegiatan tersebut (Nasikum,1997, Fagence, 1997).

pelaksanaan kegiatan tersebut (Nasikum,1997, Fagence, 1997).

Dilain pihak, Lane, 1994 (dalam Page and Geertz, 1997) mengemukakan Dilain pihak, Lane, 1994 (dalam Page and Geertz, 1997) mengemukakan bahwa terdapat kesulitan dalam menentukan batasan atau definisi pariwisata bahwa terdapat kesulitan dalam menentukan batasan atau definisi pariwisata perdesaan ka

perdesaan karena beberena beberapa farapa faktor, ktor, yaitu: (1) yaitu: (1) daerah pdaerah pedesaan teedesaan tersebut masih rsebut masih sukarsukar ditentukan

ditentukan batasannya, (2) tidabatasannya, (2) tidak semua pariwisata yang terjadi di pek semua pariwisata yang terjadi di pedesaan termasudesaan termasukk  jenis

 jenis pariwisata perdesaan, pariwisata perdesaan, itu itu mungkin mungkin jenis jenis pariwisata kotpariwisata kota a hanya sajhanya saja a letaknya letaknya didi daerah pedesaan, (3) menurut sejarah, pariwisata sebagian besar berlangsung di daerah pedesaan, (3) menurut sejarah, pariwisata sebagian besar berlangsung di perkotaan karena sebagian besar wisatawan tinggal di daerah perkotaan, pariwisata perkotaan karena sebagian besar wisatawan tinggal di daerah perkotaan, pariwisata dapat mempengaruhi daerah pedesaan, sehingga terjadi perubahan budaya dan dapat mempengaruhi daerah pedesaan, sehingga terjadi perubahan budaya dan ekonomi, (4). bentuk

ekonomi, (4). bentuk pariwisata perdesaan yang dikembangkan masing-masing daerahpariwisata perdesaan yang dikembangkan masing-masing daerah berbeda-beda, (5) daerah pedesaan itu sendiri mengalami perubahan yang sangat berbeda-beda, (5) daerah pedesaan itu sendiri mengalami perubahan yang sangat komplek akibat

komplek akibat pengaruh dapengaruh dari pasar global, ri pasar global, komunikasi, dan telekomunikasi, dan telekomunikasi, dan (6)komunikasi, dan (6) pariwisata perdesaan terdiri dari berbagai macam aktivitas yaitu, pariwisata alam, pariwisata perdesaan terdiri dari berbagai macam aktivitas yaitu, pariwisata alam,  jalan-jalan, mendaki, berkuda, petualangan, olah raga dan kesehatan, berburu, belajar  jalan-jalan, mendaki, berkuda, petualangan, olah raga dan kesehatan, berburu, belajar tentang kebudayaan daerah setempat. Selanjutnya juga disebutkan bahwa pariwisata tentang kebudayaan daerah setempat. Selanjutnya juga disebutkan bahwa pariwisata perdesaan harus memperhatikan hal-hal

perdesaan harus memperhatikan hal-hal seperti:seperti:

• Lokasinya harus di daerah pedesaan.Lokasinya harus di daerah pedesaan. •

• Fungsi pedesaan dikembangkan dalam suasana pedesaan yang memiliki ciriFungsi pedesaan dikembangkan dalam suasana pedesaan yang memiliki ciri

khusus,

(20)

kegiatan masyarakat t

kegiatan masyarakat tradisionaradisional.l.

• Bersifat tradisional, berkembang secara perlahan dan berhubungan denganBersifat tradisional, berkembang secara perlahan dan berhubungan dengan

masyarakat lokal. masyarakat lokal.

• Skala pedesaan baik dalam bentuk bangunan maupun pengaturan harus selaluSkala pedesaan baik dalam bentuk bangunan maupun pengaturan harus selalu

dalam skala kecil. dalam skala kecil.

• Menyajikan bentuk yang kMenyajikan bentuk yang komplek dari lingkungan pedesaan, ekonomi, sejarah, danomplek dari lingkungan pedesaan, ekonomi, sejarah, dan

lokasinya. lokasinya.

Keberhasilan pariwisata perdesaan sangat dipengaruhi oleh intensitas Keberhasilan pariwisata perdesaan sangat dipengaruhi oleh intensitas kegiatan, lokasinya, manajemen, dan dukungan dari masyarakat lokal dan harus kegiatan, lokasinya, manajemen, dan dukungan dari masyarakat lokal dan harus sesuai dengan keinginan masyarakat lokal (Lane,1994 dalam Page and Getz,1997). sesuai dengan keinginan masyarakat lokal (Lane,1994 dalam Page and Getz,1997). Pariwisata perdesaan harus sesuai dengan keinginan masyarakat lokal dan tidak Pariwisata perdesaan harus sesuai dengan keinginan masyarakat lokal dan tidak direncanakan secara sepihak, mendapat dukungan dari masyarakat setempat bukan direncanakan secara sepihak, mendapat dukungan dari masyarakat setempat bukan individu atau kelompok tertentu. Inisiatif menggerakan modal usaha, profesionalisme, individu atau kelompok tertentu. Inisiatif menggerakan modal usaha, profesionalisme, pemasaran, citra yang jelas harus dikembangkan karena keinginan wisatawan adalah pemasaran, citra yang jelas harus dikembangkan karena keinginan wisatawan adalah mencari hal yang spesial

mencari hal yang spesial dan produk yang menarik (Page and dan produk yang menarik (Page and Getz,1997).Getz,1997).

Dilihat dari perspektif kehidupan masyarakatnya, pariwisata perdesaan Dilihat dari perspektif kehidupan masyarakatnya, pariwisata perdesaan merupakan suatu

merupakan suatu bentuk pariwbentuk pariwisata dengan objeisata dengan objek dan daya tarik beruk dan daya tarik berupa kehidupanpa kehidupan desa yang memiliki ciri-ciri khusus dalam masyarakatnya, panorama alam dan desa yang memiliki ciri-ciri khusus dalam masyarakatnya, panorama alam dan budayanya, sehingga mempunyai peluang untuk dijadikan komoditi bagi wisatawan, budayanya, sehingga mempunyai peluang untuk dijadikan komoditi bagi wisatawan, khususnya wisatawan asing. Kehidupan desa sebagai tujuan wisata adalah desa khususnya wisatawan asing. Kehidupan desa sebagai tujuan wisata adalah desa sebagai objek sekaligus juga sebagai subjek dari kepariwisataan yaitu sebagai sebagai objek sekaligus juga sebagai subjek dari kepariwisataan yaitu sebagai penyelenggara sendiri dari berbagai aktivitas kepariwisataan, dan hasilnya akan penyelenggara sendiri dari berbagai aktivitas kepariwisataan, dan hasilnya akan dinikmati oleh masyarakatnya secara langsung. Oleh karena itu peran aktif dari dinikmati oleh masyarakatnya secara langsung. Oleh karena itu peran aktif dari masyarakat sangat menentukan kelangsungan kegiatan pedesaan ini

masyarakat sangat menentukan kelangsungan kegiatan pedesaan ini (Subagyo,199(Subagyo,1991).1). Tampaknya yang terpenting dari pembangunan pariwisata perdesaan adalah Tampaknya yang terpenting dari pembangunan pariwisata perdesaan adalah sebagai antisipasi terhadap pariwisata konvensional yang cenderung menimbulkan sebagai antisipasi terhadap pariwisata konvensional yang cenderung menimbulkan konflik antara sumber daya, masyarakat, dan wisatawan. Ardika (2001) konflik antara sumber daya, masyarakat, dan wisatawan. Ardika (2001) mengungkapkan bahwa kebijakan pengembangan perdesaan melalui usaha-usaha mengungkapkan bahwa kebijakan pengembangan perdesaan melalui usaha-usaha kepariwisatan

kepariwisatan antara laiantara lain: n: desa widesa wisata,sata, wisata perdesaanwisata perdesaan, jasa akomodasi, jasa boga, jasa akomodasi, jasa boga dan pujasera, pelayanan transportasi, penyediaan cendramata, dan bahan konsumsi dan pujasera, pelayanan transportasi, penyediaan cendramata, dan bahan konsumsi melalui berbagai usaha agar masyarakat mampu dan mau memasuki bidang-bidang melalui berbagai usaha agar masyarakat mampu dan mau memasuki bidang-bidang usaha tersebut.

usaha tersebut.

Pembangunan pariwisata perdesaan diharapkan menjadi suatu model Pembangunan pariwisata perdesaan diharapkan menjadi suatu model pembangunan pariwisata berkelanjutan sesuai dengan kebijakan

pembangunan pariwisata berkelanjutan sesuai dengan kebijakan pemerintah di bidangpemerintah di bidang pariwisata. Di mana sejak publikasi

Gambar

Gambar  2.2Gambar  2.2 Suasana Pedesaan yang Eksotik menjadi Daya
Gambar 2.3Gambar 2.3 Atraksi Wisata Jelajah
Gambar 2.4Gambar 2.4

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan tersebut antara lain: (a) kemampuan profesional guru dan kesulitan mengajar yang cukup tinggi; (b) semakin tingginya tamatan pendidikan yang

Bagian lain dari usus halus juga merupakan tempat terjadinya pelintasan membran dengan intensitas yang besar, dan disini lebih banyak terjadi difusi pasif.. Difusi pasif

Decongestants/ untuk batuk berdahak =ekspektoran Pseudoephedrine Sudafed, Halofed, Novafed, Actifed Approved C L3 (for acute use) L4 (for chronic use) Diabetes meds/ obat

Pertama, definisi hak ulayat menurut Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 tahun 1999 adalah kewenangan menurut hukum adat dipunyai

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : HK.03.05/I/823/11 tanggal 22 Maret 2011 Tentang Penetapan Laboratorium Klinik An Nur Cilacap Sebagai Sarana Kesehatan Untuk

Saya melakukan penelitian terkait Pengaruh Dinamika Kelompok Terhadap Keberfungsian Sosial Anak yang Berhadapan dengan Hukum di BRSAMPK Handayani sebagai syarat

Selain dari yang diinformasikan di atas, tidak terdapat kejadian penting lainnya yang mempunyai dampak material terhadap posisi keuangan dan hasil usaha Perusahaan dan Entitas

memiliki banyak vakuola pada bagian tengah, pada bagian ujung lebih sempit dari bagian tengah, dan memiliki bentuk yang cenderung melengkung, gambar tersebut sesuai dengan