PENDIDIKAN AGAMA ISLAM II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM II “
“UPAYA PROMOSI KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF ISLAMUPAYA PROMOSI KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM”” (Terkait dengan Pemberdayaan Masyarakat, Advokasi dan
(Terkait dengan Pemberdayaan Masyarakat, Advokasi dan Bina Sosial)Bina Sosial)
DISUSUN OLEH : DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 - AJ FKM A 2013 KELOMPOK 4 - AJ FKM A 2013
WAWAN
WAWAN SUPRAWISMANA SUPRAWISMANA 101311123007101311123007 SRI
SRI LESTARI LESTARI 101311123023101311123023 OLIEVIA
OLIEVIA RACHMA RACHMA A. A. 101311123031013111230377 EFI
EFI ISNAINI ISNAINI 101311123041013111230499 NIKMATUR
NIKMATUR ROHMAH ROHMAH 101311123071013111230733 NOLA
NOLA FITRIA FITRIA 101311123079101311123079 EKA
EKA WAHYU WAHYU 101311123081013111230899 PRESTIANA
PRESTIANA MUGI MUGI RAHAYU RAHAYU 101311123103101311123103 UFIYAH
UFIYAH HAKIMAH HAKIMAH 101311123111013111231155 EMI
EMI MULIAWATI MULIAWATI 101311123127101311123127
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA SURABAYA 2014 2014
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tugas Pend
Tugas Pendidikan Agama Iidikan Agama Islam II slam II ini dengan ini dengan tepat waktu. tepat waktu. Topik yanTopik yang kamig kami bahas kali ini yaitu,
bahas kali ini yaitu, ““Upaya Promosi Kesehatan Dalam Perspektif IslamUpaya Promosi Kesehatan Dalam Perspektif Islam””..
Penyusun menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya Penyusun menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak dan Ibu selaku dosen pengajar mata kuliah Pendidikan Agama kepada Bapak dan Ibu selaku dosen pengajar mata kuliah Pendidikan Agama Islam II di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yang senantiasa Islam II di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yang senantiasa memberi petunjuk, pembimbing atau koreksi, serta saran hingga terwujudnya memberi petunjuk, pembimbing atau koreksi, serta saran hingga terwujudnya makalah ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak lain makalah ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
masih banyak kekurangan. Oleh kekurangan. Oleh sebab itu, sebab itu, saran dan saran dan kritik sangat diharapkankritik sangat diharapkan dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya,
Surabaya, Maret Maret 20142014 Tim Penyusun Tim Penyusun
Kelompok 4 Kelompok 4
DAFTAR ISI DAFTAR ISI Kata Pengantar Kata Pengantar ... ... 11 Daftar Isi Daftar Isi ... ... 22 BAB
BAB 1 1 : : PENDAHULUANPENDAHULUAN ... ... ... 44 1.1
1.1 Latar Belakang ...Latar Belakang ... 4... 4 1.2
1.2 Rumusan Masalah Rumusan Masalah ... 5... 5 1.3
1.3 Tujuan ...Tujuan ... 5... 5 BAB
BAB 2 2 : : TINJAUAN TINJAUAN PUSTAKAPUSTAKA... .. 66 2.1
2.1 Definisi Definisi Promosi Promosi Kesehatan Kesehatan ... ... 66 2.2
2.2 Kesehatan dalam Islam ...Kesehatan dalam Islam ... 7... 7 2.3
2.3 Promosi Kesehatan Promosi Kesehatan Dalam PerDalam Perspektif Islam ...spektif Islam ... 9... 9 2.3.1
2.3.1 Menjaga Kebersihan Menjaga Kebersihan Tubuh, Pakaian dan Tubuh, Pakaian dan Lingkungan ...Lingkungan ... 10... 10 2.3.2
2.3.2 Kesehatan Kesehatan Makanan Makanan dan dan Minuman Minuman ... 12... 12 2.3.3
2.3.3 Kesehatan Kesehatan Ibu dan Ibu dan Anak ...Anak ... 17... 17 2.3.4
2.3.4 Kesehatan Kesehatan mental mental dan dan jasmani ...jasmani ... 18... 18 2.3.5
2.3.5 Sex Sex hygiene hygiene (kesehatan (kesehatan seks) seks) ... 20... 20 2.3.6
2.3.6 Olahraga Olahraga ... ... 2020 2.3.7
2.3.7 Kesehatan Kesehatan kerja ...kerja ... ... 2222 2.4
2.4 Strategi PromoStrategi Promosi Kesehatan si Kesehatan Dalam Dalam Perspektif Islam...Perspektif Islam... ... 2323 BAB 3
BAB 3 : PEMBAHASAN : PEMBAHASAN ... 24... 24 3.2 Upaya Promosi Kesehatan Dalam Pers
3.2 Upaya Promosi Kesehatan Dalam Perspektif Islam...pektif Islam... 24.. 24 3.3 Strategi promosi
4.1 Kesimpulan ... 29 4.2 Saran ... 29 DAFTAR PUSTAKA ... 31
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Promosi Kesehatan merupakan upaya perubahan atau perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan. Tujuan dari upaya promosi kesehatan adalah terjadi perubahan perilaku menuju perilaku yang sehat.
Dalam UU nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan definisi kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesehatan seseorang mengandung komponen yang menyeluruh (holistik), yakni spiritual, biologi, mental dan sosial
Islam telah mengajarkan nilai kesehatan sebagai proyeksi dari nilai-nilai Islam semenjak 14 abad yang lalu oleh Adam hingga manusia terakhir nanti yaitu Muhammad bin Abdullah. Sebagai salah satu contoh adalah ajaran dari Beliau yang pernah mengatakan “Jauhilah tempat-tempat yang menyebabkan laknat ketika buang hendak membuang air, yaitu di tempat-tempat air, di jalan raya, di tempat-tempat berteduh “. Pada abad ke-19, melalui kegiatan sosialisasi, promosi, program kesehatan, seminar, dan sebagainya masyarakat diarahkan untuk tidak membuang air besar di tempat-tempat air
membuangnya ke tempat yang semestinya yaitu jamban. Hal tersebut menunjukkan bahwa apa yang disampaikan Muhammad 14 abad yang lalu, diaplikasikan dalam ilmu kesehatan pada masa kini.
Promosi kesehatan merupakan suatu seruan untuk melakukan kebajikan, karena kesehatan juga merupakan hal dasar yang harus dimiliki seseorang agar bisa melakukan ibadah kepada Allah dengan baik. Hal ini juga sesuai dengan hadist nabi yang bermakna “Sampaikanlah dariku wala u hanya satu ayat.”Oleh sebab itu, di dalam makalah ini kelompok kami akan membahas mengenai bagaimana upaya promosi kesehatan dalam perspektif islam.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut: a. Apa definisi dari promosi kesehatan ?
b. Apa definisi sehat menurut Islam ?
c. Bagaimana kesehatan dalam perspektif Islam ?
d. Bagaimana penerapan promosi kesehatan dalam perspektif Islam?
1.3 Tujuan
a. Memahami dan mengetahui definisi tentang promosi kesehatan. b. Memahami dan mengetahui definisi sehat menurut pandangan Islam
c. Memahami kesehatan dalam perspektif Islam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Promosi Kesehatan
Promosi berasal dari kata to promote yang berarti meningkatkan. Sedangkan Promosi Kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat (Health Promotion) mempunyai dua pengertian. Pengertian promosi kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat pencegahan penyakit. Level and Clark
mengatakan adanya 4 tingkat pencegahan penyakit dalam prespektif kesehatan masyarakat yaitu : health promotion, specific protection, early diagnosis and prompt treatment, disability limitation and rehabilitation. Oleh sebab itu, promosi
kesehatan dalam konteks ini adalah peningkatan kesehatan. Pengertian yang kedua promosi kesehatan diartikan sebagai upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan atau “menjual” kesehatan. Dengan kata lain promosi kesehatan adalah “memasarkan” atau “menjual” atau “memperkenalkan” pesan-pesan kesehatan atau “upaya-upaya” kesehatan sehingga masyarakat menerima atau “membeli” (dalam arti menerima perilaku kesehatan) atau “mengenal” pesan- pesan kesehatan tersebut, yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat.
(Notoatmodjo, 2010)
Ottawa Charter merupakan suatu piagam yang membahas mengenai Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada pada tahun 1986. Promosi kesehatan menurut WHO didefinisikan sebagai “ Health promotion is the process of
enabling people to increase control over their health and its determinants, and thereby improve their health” (dimuat dalam The Bangkok Charter).
Promosi Kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat. (wikipedia, 2013)
Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang komprehensif. Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan masyarakat, juga perlu dengan upaya advokasi dan bina sosial (social support).
2.2 Kesehatan Dalam Islam
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan. Setidaknya tiga dari yang disebutkan berkaitan dengan kesehatan, tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kaya dengan tuntunan kesehatan. Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalam pandangan Islam yang pertama kesehatan yang terambil dari kata sehat yang kedua Afiat. Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam kamus besar bahasa indonesia kata “afiat” dipersamakan dengan “sehat”, afiat diartikan sehat dan kuat. Dalam kamus bahasa arab kata afiat diartikan
sebagai perlindungan Allah untuk hambaNYA dari segala macam bencana dan tipu daya. Perlindungan itu tentunya tidak bisa diperoleh secara sempurna kecuali bagi mereka yang mengindahkan petunjuk-petunjukNYA maka kata afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaanNYA. (Shihab, 1996)
Sehat menurut batasan World Health Organization adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani,
rokhani, dan sosial sehingga umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan. Islam merupakan agama yang sangat sempurna, islam berbeda dengan agama yang datang sebelumnya. Islam datang sebagai agama untuk kepentingan duniawi dan ukhrawi secara menyeluruh. Tidak terbatas jalur hubungan antara hamba dengan Tuhannya (horisontal) saja tetapi Islam juga mengatur hubungan secara vertikal. Islam sangat memperhatikan kondisi kesehatan sehingga dalam Al Quran dan Hadits ditemui banyak referensi tentang sehat. Salah satu contohnya adalah wahyu kedua yang dibawakan Jibril, yaitu Ayat 1-5 Surat Al Mudatstsir. Wahyu tersebut belum mengenai shalat, puasa dan zakat, tetapi perintah untuk berdakwah dan mengenai kesucian (kebersihan) dan menjauhi kekotoran.
Pada ayat di atas tampak bahwa kebersihan yang menjadi pangkal kesehatanlah yang disinggung dalam wahyu kedua yang diturunkan kepada Nabi. Pada Hadits Bukhari yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda. “ Dua nikmat yang sering tidak diperhatikan oleh kebanyakan manusia yaitu kesehatan dan waktu luang.” (Anna, 2011)
Kebersihan yang menjadi pangkal kesehatan, hal kedua yang diper intahkan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an. Tidaklah heran kalau kebersihan umumnya merupakan salah satu kewajiban yang selalu diperintahkan Nabi Muhammad SAW kepada para pengikutnya dan dijadikan sendi dasar dalam kehidupan sehari-hari.
Aturan mengenai kebersihan cukup lengkap terdapat dalam Al-Qur’an, misalnya setiap berwudlu saat akan melakukan shalat. Al-Qur’an mewajibkan ummat Islam mandi pada waktu tertentu, misal pada keadaan junub. Al-Qur’an juga mengharamkan minuman dan makanan yang kotor dan berbahaya (QS
Al-A’raaf: 157 dan Al A’laa:14).
Sementara dalam hadits lebih banyak lagi dijumpai peraturan-peraturan kesehatan. Salah satu sabda Nabi SAW yang terkenal adalah “Annadha fatu minal iiman” yang berarti bahwa “Kebersihan itu adalah sebagian dari pada iman”.
2.3 Promosi Kesehatan dalam Perspektif Islam
Promosi kesehatan dalam perspektif islam nantinya bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan mengenai kesehatan namun akan dibahas mengenai tindakan pencegahan. Tindakan-tindakan preventif yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an sebenarnya tidak dijelaskan secara khusus sebagai upaya untuk menjaga kesehatan, namun merupakan bagian ibadah ritual dan panduan hidup keseharian.
Justru itulah salah satu kelebihan syari’at Islam, dimana tidak hanya memiliki nilai ibadah namun juga memiliki nilai-nilai yang lain, di antaranya adalah nilai kesehatan. (Hakim, 2013)
Promosi kesehatan bukan hanya sekedar pendidikan atau penyuluhan kesehatan saja, tetapi juga merupakan suatu proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya. Berikut adalah tuntunan kesehatan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang dianjurkan oleh Islam yang nantinya bisa diberikan ketika melakukan promosi kesehatan yang sangat berkesinambungan dengan hukum serta ajaran Islam.
2.3.1 Menjaga Kebersihan Tubuh, Pakaian dan Lingkungan.
Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya dari segala yang kotor dan keji dalam rangka mewujudkan dan melestarikan keidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Ungkapan “ Bersih Pangkal Sehat ” mengandung arti betapa pentingnya kebersihan bagi kesehatan manusia, baik perorangan, keluarga,
masyarakat maupun lingkungan. Begitu pentingnya kebersihan menurut Islam, sehingga orang yang membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan akan dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana firmanNya :
(
)
٢٢
“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid adalah suatu kotoran". Maka hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita (isterimu) di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka (isteri-isterimu) sebelum mereka suci. Apabila mereka isterimu) telah suci, maka campurilah mereka
(isteri-isterimu) itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”. (QS. Al Baqarah ayat 222)
Ajaran kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup praktis, yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan dikembangkan dalam hukum Islam. Dalam rangka inilah dikenal sarana-sarana kebersihan yang termasuk kelompok ibadah, seperti : wudhu, tayammum, mandi dan pembersihan gigi. Adanya kewajiban shalat lima waktu sehari semalam merupakan jaminan terpeliharanya kebersihan badan secara terbatas dan minimal, karena ibadah shalat itu baru sah kalau orang terlebih dahulu membersihkan diri dengan berwudhu. Demikian juga ibadah tersebut baru sah jika pakaian dan tempat dimana kita melakukannya bersih. Disinlah letaknya ibadah shalat ikut berperan membina kesehatan jasmani selain peran utamanya membina kesehatan jiwa manusia. Kebersihan jasmani seorang muslim, tidak hanya menghilangkan najis, beristinja dan berwudhu saja, tetapi harus membersihkan badan secara menyeluruh dengan mandi. Membersihkan diri dengan mandi menjadi suatu kewajiban dalam rangka pelaksanaan ibadah manakala seseorang junub. Selain dari itu, umat Islam dianjurkan untuk mandi dalam hubungannya dengan pelaksanaan ibadah tertentu, misalnya :
1. Shalat Jumat, shalat idul fitri dan Idul Adha, Shalat Istisqa, Shalat Khauf dan shalat khusuf.
3. Orang yang baru menganut agama islam
4. Orang gila atau orang pingsan yang baru sadarkan diri
5. Orang yang akan memulai berihram (untuk ibadah haji atau umrah) 6. Orang yang akan memasuki kota suci mekah
7. Orang yang akan wukuf di arafah 8. Orang yang akan mabit di muzdalifah 9. Orang yang akan melontar jumroh 10. Orang yang akan thawaf
Dalam ajaran Islam, anjuran untuk mandi tidak hanya terbatas pada waktu dan keadaan tersebut di atas, tetapi mandi dianjurkan pada setiap waktu badan kita berubah bau disebabkan keringat dan lain sebagainya. Jadi mandi adalah suatu hal
yang sangat terpuji untuk memelihara kebersihan badan, bahkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ibadah. (Pitaloka, 2013)
2.3.1 Kesehatan makanan dan minuman
Ajaran Islam mencakup seluruh aspek kehidupan, takterkecuali masalah makan. Oleh karena itu bagi kaum muslimin, makanan di samping berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik, juga berkaitan dengan ruhani, iman dan ibadah juga dengan identitas diri, bahkan dengan perilaku manusia diperintahkan Allah untuk selalu memperhatikan makanannya, seperti firman Allah :
" Maka seharusnya manusia memperhatikan makanannya" (QS Abasa (80) : 24).menjadikan tubuhnya sehat jasmani dan rohani sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai "khalifah fil Ardhi". Rasulullah SAW pernah berkata dalam suatu hadistnya: "Seorang hamba Allah tidak akan berpindah dua kakipun pada hari kiamat, sampai ia mampu menjawab empat hal: umurnya bagaimana dihabiskan, pengetahuan bagaimana diamalkan, hartanya bagaimana dinafkahkan serta tubuhnya bagaimana digunakan atau diboroskan ". (HR.Tirmidzi).
Islam berbicara makanan yang hendak dimakan selalu menekankan kepada makanan yang memiliki salah satu dari sifat halal dan thayyib. Ada empat ayat yang menggabungkan kedua sifat tersebut yaitu dalam QS Al Baqarah/2;168, Al Maidah/5;88, Al Anfal/8;89, dan An Nahl/16;114. Rangkaian kedua sifat (halal dan thayyib) menunjukkan bahwa yang diperintahkan untuk dimakan adalah yang memenuhi kedua syarat tersebut. Thayyib yang sering dimaknai baik, dari segi bahasa berarti sesuatu yang telah mencapai puncak di bidangnya dan karena itu
“buah- buah” surga juga dinamakan thayyibah. Dalam ilmu kesehatan kata thayyib disejajarkan dengan kata bergizi.
Makanan yang halal, yaitu makanan yang diijinkan bagi seorang muslim untuk memakannya. Islam menghalalkan sesuatu yang baik-baik. Makanan yang haram adalah terlarang seorang muslim untuk memakannya. Banyak pendapat yang menterjemahkan makanan "halal" tersebut. Akan tetapi pada umumnya dapat dikatakan makanan tersebut halal bila :
a. Tidak berbahaya atau mempengaruhi fungsi tubuh dan mental yang normal. b. Bebas dari "najis (filth)" dan produk tersebut bukan berasal dari bangkai dan
c. Bebas dari bahan-bahan yang berasal dari babi dan beberapa binatang lain yang tidak dapat dimakan oleh seorang muslim kecuali dalam keadaan terpaksa.
d. Diperoleh sesuai dengan yang sudah ditentukan dalam Islam. Sebaliknya makanan tersebut haram bila :
a. Berbahaya dan berpengaruh negatif pada fisik dan mental manusia
b. Mengandung najis (filth) atau produk berasal dari bangkai, babi dan binatang lain yang tidak dapat dimakan oleh seorang muslim.
c. Berasal dari binatang yang diijinkan, tetapi tidak disembelih dngan aturan yang telah ditetapkan (secara islam) dan tidak dilakukan sepatutnya.
Dalam Al Qur´an telah ditegaskan. Apa-apa saja makanan yang haram tersebut, seperti dalam surat Al Baqarah (2) :173, Al Anám (69) :145, An Nahl (16) :115 dan lebih diperinci lagi pada Al maidah ayat 3.
Islam mengharamkan minuman Alkohol/Arak (Al Khamr). Ketika Nabi Muhammad SAW pertamakali menyampaikan larangan khamr, beliau tidak memandangnya dari segi bahan yang dipakai untuk membuatnya tetapi dari segi pengaruh yang ditimbulkan, yaitu "memabukkan". Dan memang suatu kenyataan pengaruh khamr itu tidak saja pada tubuh manusia, juga mampu mengubah jalan
fikiran manusia. Apa yang dapat diharapkan dari orang yang tak mampu mengambil keputusan yang benar, tak mampu menjaga tubuhnya dari hal yang salah dan memalukan, tak mampu menjaga kualitas kemanusiaannya. Ayat-ayat Al Qur´an yang mengharamkan khmar, antara lain
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu tentang apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan, (QS Al baqarah 29 : 219 ).
Hasil penelitian para pakar kesehatan, hampir semua menyatakan alkohol dapat mempengaruhi kerja tubuh dan otak, serta mampu mengubah tingkah laku seseorang ke arah negativ. Hingga jika sudah menjadi suatu ketagihan yang akut, sistim hormon manusia (terutama pancreatic endocrine system) menjadi terhambat, fungsi hati pun menjadi terganggu. Selain itu juga mempengaruhi hormon kesuburan dan bayi yang dilahirkannya. Alkohol pun dapat menghambat sistim kerja syaraf pusat, sehingga hilang kesadarannya, bahkan dalam kasus yang lebih akut, mampu menjadikan seseorang dalam keadaan koma.
Selain itu terdapat produk yang meragukan. Ada suatu perbedaan antara produk-produk beralkohol dan produk-produk yang berasal dari binatang yang diharamkan. Pada produk-produk dari binatang itu banyak hal yang tidak detail dijelaskan asalnya, dan hal ini menimbulkan keraguan. Hal ini terutama bagi mereka yang hidup dimana terbukanya pengaruh-pengaruh internasional
(lingkungan kosmopolit), sehingga dari mana produk itu berasal tidaklah jelas. Dan bagi seorang muslim perlu mempunyai sikap wara (hati-hati) agar tidak jatuh ke daerah yang haram. Seperti sabda Rasulullah SAW: "Yang halal sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas dan diantaranya ada beberapa perkara yang belum jelas (syubhat), banyak orang yang tidak tahu : apakah ia masuk bagian yang halal atau haram? Maka barangsiapa menjauhinya karena ingin
membersihkan agama dan kehormatannya maka ia selamat; dan barangsiapa mengerjakan sedikitpun daripadanya hampir-hampir ia akan jatuh ke dalam haram, sebagaimana orang yang menggembala kambing di sekitar daerah terlarang, dia hampir-hampir akan jatuh kepadanya. Ingatlah! Bahwa tiap-tiap raja mempunyai daerah larangan, ingat pula bahwa larangan Allah itu adalah semua yang diharamkan" (HR Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)
Jelasnya Islam mempersempit daerah haram dan memperlebar daerah halal, akan tetapi dalam mengambil suatu keputusan harus yakin bahwa itu masih dalam daerah yang diijinkan menurut syara. Di samping itu, Islam memberikan perkenan untuk memakan yang haram dalam keadaan terpaksa atau "darurah", walaupun demikian dalam syariat islam kalau sampai terjadi keadaan darurah, maka ada hukumnya tersendiri :
" Barangsiapa terpaksa dengan tidak sengaja dan tidak melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun dan Maha Pengasih " (QS Al Anám
146)
Dalam tata makanan Islam juga melarang berlebih-lebihan dalam hal makan (QS Al A’raf/7;31), makan bukan karena lapar hingga kekenyangan, diet ketika sakit, memerintahkan puasa agar usus dan perut besarnya dapat bersistirahat dan tidak berbuka berlebih-lebihan atau melapaui batas. Bahkan ditemukan celaan kepada orang yang makan seperti binatang, sebagaimana dalam QS Muhammad/47;12 dan Al Shaffat/37;66.
2.3.2 Kesehatan ibu dan anak
Islam sebagai agama yang sempurna, mengatur semua aspek kehidupan, memberikan perhatian besar terhadap kelangsungan keluarga, sesuai posisinya sebagai bagian penting dalam masyarakat. Tentu saja faktor keluarga menjadi penentu baik atau buruknya suatu masyarakat. Permasalahan keluarga tentu saja berkaitan erat dengan wanita dan anak-anak. Bahkan wanita memegang peranan terhadap kelangsungan dan kesinambungan keluarga tersebut. Perkembangan keluarga melalui proses keturunan, menjadikan wanita berada di posisi terpenting dalam melahirkan generasi baru dari manusia. Pemeliharaan kesehatan ibu secara umum, ibu yang sedang hamil atau yang sedang menyusui khususnya, tidak membebani dengan tugas-tugas yang berat sebagaimana laki-laki dan tidak memberi tugas berperang di medan laga. Islam menganggap bahwa menyusui anak merupakan bagian dari perjuangan dan sama halnya dengan jihad kaum pria, sedangkan mati ketika sedang masa itu sama dengan orang yang syahid di medan
pertempuran. Demi kesehatan anak dan untuk menjarangkan kelahiran, biasanya menyusui dilakukan sepanjang dua tahun penuh.
“ Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" . (QS. Ahqaf : 15)
2.3.3 Kesehatan mental dan jasmani
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial). (Mujib dan Mudzakir, 2001, 2003).
Dalam Islam pengembangan kesehatan jiwa terintegrasi dalam pengembangan pribadi pada umumnya, dalam artian kondisi kejiwaan yang sehat merupakan hasil sampingan dari kondisi pribadi yang matang secara emosional,
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian dalam Islam dinyatakan betapa pentingnya pengembangan pribadi-pribadi meraih k ualitas “insan paripurna”,
yang otaknya sarat dengan ilmu yang bermanfaat, bersemayam dalam kalbunya iman dan taqwa kepada Tuhan. Sikap dan tingkah lakunya benar-benar merefleksikan nilai-nilai keislaman yang mantap dan teguh. Otaknya terpuji dan bimbingannya terhadap masyarakat membuahkan ketuhanan, rasa kesatuan,
kemandirian, semangat kerja tinggi, kedamaian dan kasih sayang.
Kesan demikian pasti jiwanya pun sehat. Suatu tipe manusia ideal dengan kualitas-kualitasnya mungkin sulit dicapai. Tetapi dapat dihampiri melalui berbagai upaya yang dilakukan secara sadar, aktif dan terencana sesuai dengan prinsip yang terungkap dalam firman Allah SWT (QS. Ar-Ra’du ayat 11)
” Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
Islam mengajarkan percaya kepada Allah dan bersabar dalam menghadapi berbagai penyakit yang kritis, tidak putus asa, bunuh diri, kehilangan kepercanyaan atau dzalim. Islam juga melarang semua benda yang dapat
menghilangkan kesadaran dan melemahkan intuisi, seperti khamar, NAPZA dan lain-lainnya.
2.3.4 Sex hygiene (kesehatan seks)
Kehidupan seksual merupakan pokok bahasan yang sangat penting bagi orang muslim, karena sangat berpengaruh bagi kesehatan dan perilaku manusia, namun Islam menolak pendapat ilmuwan yang menekankan perilaku seksual sebagai motif utama seseorang untuk bertindak. Islam mengajarkan kepada umat Islam, untuk memilih calon pasangan hidup yang baik dan berakhlaq mulia.
1. Islam mengajarkan tata krama (adab) menggauli pasangannya agar mencapai kebahagiaan dalam membina keluarga yang sakinah dan rahmah. 2. Islam sangat melarang perilaku berhubungan seks dengan sesama jenis dan
binatang.
3. Disunahkan untuk sirkumsisi (sunat) bagi laki-laki.
4. Islam membolehkan kaum pria untuk berpoligami untuk menghindari perzinahan, namun dengan syarat-syarat tertentu.
5. Menjaga kebersihan dan kesucian organ-organ seksualitas, misalnya bersuci setelah buang air besar dan buang air kecil, larangan berhubungan seksual ketika istri sedang haid, berhubungan badan melalui dubur dan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan badan dan setelah selesai datang bulan. (anonim, 2013)
2.3.5 Olahraga
Olahraga merupakan kebutuhan hidup manusia, sebab apabila seseorang melakukan olahraga dengan teratur akan membawa pengaruh yang baik terhadap
perkembangan jasmani manusia, juga memberi pengaruh kepada perkembangan rohaninya, pengaruh tersebut dapat memberikan efesiensi kerja terhadap alat-alat tubuh, sehingga peredaran darah, pernafasan dan pencernaan menjadi teratur.
"Dari Uqbah bin Amir, berkata dia: saya mendengar Rasulullah SAW di atas mimbar membaca: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka apa saja yang kamu sanggupi dari kuda-kuda yang di tambat. Al Ayat, ketahuilah sesungguhnya kekuatan itu pandai memanah. Ketahuilah sesungguhnya kekuatan itu pandai memanah." (Hadis Riwayat Muslim). Sabda Rasulullah SAW: "Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih cinta kepada Allah daripada orang mukmin yang
lemah...” (Hadis Riwayat Bukhari).
Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa orang Mukmin yang jasmani dan rohaninya kuat akan lebih cinta kepada Allah dari pada orang Mukmin yang lemah.
Beberapa anggota Majelis Ulama Indonesia mempunyai pandangan yang sama tentang hukum olahraga menurut ajaran Islam, bahwa hukum olahraga adalah SUNNAH atau dianjurkan melakukannya menurut ajaran Islam selama pelaksanaannya menurut ajaran Islam. Tetapi apabila dalam pelaksanaannya bertentangan dengan syariat Islam seperti memakai pakaian yang membuka aurat dan menimbulkan nafsu seksual serta menimbulkan perbuatan maksiat, maka hukumnya adalah haram. Sementara sebagian ulama mempunyai pandangan bahwa hukum olahraga adalah mubah atau di bolehkan, selama pelaksanaannya menurut ajaran Islam, tetapi apabila situasi dan kondisi dari pelaksanaan olahraga itu berubah, maka hukumnya juga berubah sesuai dengan stuasi dan kondisi dari
orang yang melakukannya dan pelaksanaan olahraga itu sendiri. Dengan demikian maka hukum olahraga bisa menjadi wajib, sunat, haram, makruh dan mubah.
Islam mendorong untuk memiliki ketrampilan dan olah raga seperti menunggang kuda, renang, memanah, gulat dan perlombaan dengan segala macam oleh raga yang bermanfaat.
2.3.6 Kesehatan kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertahan dengan mesin, pesawat alat kerja,bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. (budiono, 1999)
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik pisik,atau mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Agama Islam sangat menganjurkan keselamatan umat manusia di dunia maupun di akhirat. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak lepas dari ancaman-ancaman yang akan membahayakan diri dan keluarga. Sebagaimana firman Allah dalam surat at taghabun ayat 11
”Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
Jaminan untuk menjaga upah pekerja, petani atau pembantu rumah tangga, menjaga buruh dari hal-hal yang membahayakan dalam bekerja, mengganti kerugian terhadap musibah (kecelakan) kerja, termasuk proses pengobatan, penyembuhan, tempat tinggal yang sehat, batas jam kerja, uang lembur pada
setiap penambahan jam kerja dan memberikan upah sebelum kering keringatnya.
2.4 Strategi Promosi Kesehatan Dalam Perspektif Islam
Sudah kita ketahui bersama bahwa strategi promosi kesehatan dibagi menjadi 3 yang biasa di singkat ABG yaitu :
A : Advokasi, yang merupakan pembuat kebijakan yang bisa meliputi undang-undang, peraturan, dan pembuat kebijakan yang membuat peraturan yang menguntungkan untuk kesehatan.
B : Bina social support, hal ini lebih karena ditujukan agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh masyarakat. Menjalin kemitraan dg berbagai kelompok utk pembentukan opini publik. Dikhususkan kepada para tokoh masyarakat atau tokoh agama yang mempunyai pengaruh besar terhadap segala kegiatan masyarakatnya.
G : Gerakan pemberdayaan, biasanya disebut empowerment yang berasal dari masyarakat dan ditujukan kepada masyarakat serta oleh masyarakat.
Dari ketiga strategi tersebut bisa di bahas dalam konteks islam secara menyeluruh, karena merupakan strategi yang digunakan agar didapatkan peningkatan kesehatan yang optimal.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Upaya Promosi Kesehatan Dalam Perspektif Islam
Islam adalah agama yang menyeluruh, yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik aspek duniawi maupun aspek akhirat. Islam merupakan agama ilmu dan akal, karena islam selalu mendorong umatnya untuk mempergunakan akal dan menggali ilmu pengetahuan, agar manusia mengetahui mana yang baik dan benar serta mana yang salah. Termasuk kesehatan, kesehatan adalah salah satu bidang ilmu pengetahuan yang merupakan ilmu Allah. Hukumnya fardlu kifayah bagi umat islam untuk mengerti dan melaksanakannya. Hal ini sudah menunjukkan bahwasanya ada koridor dan aturan-aturan yang sudah diberlakukan sejak turunnya al-Qur’an mengenai dasar -dasar kesehatan bahkan kepada nabi-nabi sebelumnya termasuk nabi Adam. Karena secara tidak langsung untuk memenuhi nilai kesehatan yang merupakan bagian dari nilai islam.
Islam juga menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan. Setidaknya hal yang disebutkan berkaitan dengan kesehatan, tidak heran jika ditemukan bahwa dalam Islam amat
kaya dengan tuntunan kesehatan.
Begitu pula dalam upaya promosi kesehatan yang memang harusnya berkesinambungan dan dilakukan berdasarkan tuntutan serta ajaran agama agar
upaya mengobati (kuratif). Hal ini misalnya nampak pada pengalokasian anggaran, di mana sekitar 85 persen anggaran di bidang kesehatan dialokasikan pada upaya penyembuhan. Kebijakan tersebut ternyata berdampak buruk pada
angka kesehatan. Prof Does Sampoerno dr MPH, Ketua Kolegium Keilmuan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) berkata, “Kalau kita hanya berkutat pada paradigma kuratif, penyakit-penyakit menular dan berbahaya yang banyak berkembang saat ini tidak akan bisa kita cegah. Kita harus melompat dari paradigma lama ke pola pikir baru. Yaitu bagaimana melakukan upaya promosi, preventif, dan proteksi serta pembangunan yang berkualitas.” Menurutnya, program kuratif kerap menyesatkan pemikiran masyarakat yang menganggap semua orang sakit dapat disembuhkan sehingga menjadi sehat. Di dalam masalah kesehatan, Al-Qur’an lebih banyak menjelaskan tindakan-tindakan yang bersifat pencegahan (preventif), daripada tindakan pengobatan dan penyembuhan (kuratif). Hal ini harus direnungkan dan menjadi panduan manusia dalam membangun kesehatan individu/perorangan dan masyarakat. Kesehatan dalam Islam berprinsip pada upaya menjaga kesehatan secara preventif (menjaga kesehatan sebelum sakit). Kemudian setelah itu, Islam menganjurkan pengobatan bagi siapa yang membutuhkan karena sakit. Inilah salah satu prinsip dalam Islam
yang sesuai dengan karakteristik, kemampuan dan keadaan fitrah.
Salah satu metode promosi kesehatan dalam Islam adalah penyampaian ajakan hidup sehat melalui dakwah yang dilakukan oleh para muballigh. Hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S. Ali Imran 104 yang berarti “ Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari munkar. Mereka itulah orang-orang yang
beruntung .” Promosi kesehatan merupakan suatu seruan untuk melakukan kebajikan, karena kesehatan juga merupakan hal dasar yang harus dimiliki seseorang agar bisa melakukan ibadah kepada Allah dengan baik.
Upaya promosi kesehatan ini juga ditujukan untuk beberapa peningkatan, dalam peningkatan apapun, mulai dari peningkatan kesehatan maupun upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat agar menjadi gaya hidup sehat dan sesuai
dengan syariat Islam. Islam mengatur segala hal yang bersangkutan dengan kesehetan dan lebih terarah pada kegiatan pencegahan dan pemberian pendidikan berupa promosi kesehatan. Pada dasarnya gaya hidup yang sehat bisa dilakukan berdasarkan kegiatan hidup kita sehari-hari, mulai dari menjaga kebersihan tubuh, pakaian dan lingkungan, menjaga kesehatan makanan dan minuman, kesehatan ibu dan anak, menjaga kesehatan mental dan jasmani dengan olahraga sholat sampai menjaga kesehatan seksual. Semuanya sudah di jelaskan secara gamblang dalam ajaran agama Islam, yang Allah tujukan semata-mata untuk menjaga hambanya, tinggal bagaimana manusia tersebut dapat menerapkan atau hanya sekedar tau mengenai pencegahan kesehatan diri agar tidak sampai masuk pada fase sakit. Selain itu upaya kesehatan dalam perspektif Islam yaitu merupakan upaya menyebarluaskan ilmu kesehatan sesuai dengan tuntunan agama untuk selalu berdakwah dalam hal kebaikan. Oleh karena itu agama Islam sangat berperan dalam adanya kegiatan upaya promosi kesehatan.
3.2 Strategi promosi kesehatan dalam perspektif Islam
Dalam tinjauan teori sudah menyebutkan bahwa dalam strategi promosi kesehatn melibatkan 3 hal yang meliputi 3 aspek yaitu advokasi, Bina Sosial
support dan Gerakan pemberdayaan, hal ini akan dibahas mengenai bagaimana penerapan strategi tersebut dalam konteks Islam.
a. Advokasi
Advokasi disini mengenai pembuat kebijakan hukum yang membuat peraturan mengenai penanganan dalam masalah kesehatan. Contohnya saja, dalam kehidupan sehari-hari, mengkonsumsi bangkai, babi serta darah merupakan haram hukumnya jika dikonsumsi, hal ini sudah dijelaskan dalam Al-qur’an surat Al- Ma’idah ayat 3. Al-qur’an ini sebagai landasan hukum kepada MUI (Majelis Ulama Indonesia) untuk membuat kebijakan segala bentuk makanan tidak boleh mengandung salah satu unsur dari bahan makanan tersebut. Dikarenakan hal ini memang pada kenyataannya buruk untuk kesehatan, misalnya saja darah. Darah yang biasanya di masak menjadi dideh itu haram hukumnya di makan karena banyak penyakit yang mengalir pada darah hewan apapun itu yang dapat mempengaruhi kesehatan dari manusia. Untuk itu Majelis Ulama Indonesia juga memberikan label haram dan halal kepada makanan ataupun minuman yang beredar di Indonesia.
Hal itu merupakan suatu nilai advokasi yang memang harus di jalankan oleh seluruh umat beragama Islam di Indonesia.
b. Bina Sosial Support
Bina sosial support ini yaitu memberikan pembaruan mengenai kesehatan kepada masyarakat yang melibatkan tokoh agama maupun tokoh masyarakat. Hal ini lebih condong kepada kegiatan saling membantu saling mendukung dalam konteks sosial baik secara material maupun emosional yang diberikan kepada masyarakat agar mau meningkatkan kegiatan kesehatan seperti PHBS
dan terbiasa terhadap perilaku tersebut. Islam juga mensyari’atkan kepada sesama muslim diharuskan untuk saling membantu, yang sudah dijelaskan yaitu membantu kepada sesama bisa dilakukan dengan memberikan xakat, infaq, shodaqoh, dll. Seperti yang di jelaskan pada Al- qur’an surat 2 ayat 110 “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zak at. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan”. c. Gerakan Pemberdayaan (Empowerement)
Gerakan Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu hal yang berasaal dari masyarakat, oleh masyarakat dan kepada masyarakat. Dimana hal tersebut menyangkut mengenai kesehatan misalnya posyandu yang berasal dari masyarakat, kemudian dalam hal tersebut pastinya melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh keluarga dalam mempengaruhi sehingga terjadi suatu perubahan perilaku. Contoh lainnya yaitu penyuluhan merupakan suatu majelis yang mana sudah ada dalam Al-qur’an bahwa “Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu”. Majelis tersebut biasanya merupakan hasil kerjasama dengan puskesmas atau pihak petugas kesehatan yang ingin memajukan suatu kesehatan diwilayah tersebut.
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Promosi Kesehatan merupakan upaya perubahan atau perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.
Promosi kesehatan dalam Islam merupakan salah satu media aplikatif sebagai seorang muslim. Seperti yang kita ketahui iman itu tidak sekedar di dalam hati dan dilisankan tetapi diaplikasikan. Promosi kesehatan merupakan suatu seruan untuk melakukan kebajikan, karena kesehatan juga merupakan hal dasar yang harus dimiliki seseorang agar bisa melakukan ibadah kepada Allah dengan baik. Dalam islam menyeru kepada kebajikan adalah perbuatan yang mulia, mengajak masyarakat kepada hal yang sehat merupakan salah satu perintah Allah. Jadi sangatlah jelas bahwasnya secara tidak langsung promosi kesehatan merupakan media Muslim dalam menegakkan agamanya.
4.2 Saran
4.2.1 Kita sebagai muslim yang berada di bidang kesehatan sudah seharusnya kita menerapkan ilmu kesehatan yang kita dapat, dan tidak lupa memadukannya dengan ajaran yang ada pada agama islam, karena islam itu menyeluruh, memenuhi seluruh aspek kehidupan.
4.2.2 Mentelaah ilmu kesehatan dengan berdasar Quran Hadits merupakan suatu kewajiban bagi kita umat muslim karena hakikat dari menuntut ilmu adalah mencari kebenaran dimana kebenaran itu adalah membenarkan kekuasaan Allah Yang Maha Esa.