• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel Penyakit-Infeksi-Tropis.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tabel Penyakit-Infeksi-Tropis.pdf"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Penyakit Infeksi tropis akibat infeksi cacing

Nama Etiologi Manifestasi Klinis Jenis Diagnosa Terapi

Penyakit Cacing Tambang ( ankilostomiasi s, nekatoriasis, unseriasis) Necator americanus, Ancylostoma duodenale15 - Pruritus kulit (ground itch) - Dermatitis, makulopapula, vesikel - Batuk darah - Kembung, flatus,diare - Anemia 15 Tidak memiliki jenis Pemeriksaan laboratorium :

- Ditemukannya telur cacing tambang dalam tinja, sputum

- Anemia hipokrom mikrositer - Eosinofilia 15

Umum : Pemberian nutrisi yang baik, Suplemen Fe Spesifik :

1. Albendazol dosis

tunggal 400 mg

2. Mebendazol 100 mg, 2

x/ hari selama 3 hari

3. Tetrakloretilen  0,12

ml/kg BB dlm perut kosong maks 5 ml + 30 g MgSO4

4. Befanium hidroksinaftat 

5 g 2 x/ hari selama 3 hari

5. Pirantel pamoat  10 mg/

kg BB / hr

6. Heksilresorsinol  1 gr

setelah pasien dipuasakan + 30 g MgSO4, diulang 3 jam kemudian4 Strongyloidiasi s Strongyloides stercoralis dan S. fulleborni 25 - Batuk (ronki kering) - Nyeri epigastrium - Anoreksia, mual, muntah - Meteorismus - Diare diselingi konstipasi - Malaise - Urtikaria/ dermatitis, gatal25 Tidak memiliki jenis

- larva cacing pada tinja / sputum dengan metode pelat agar

- pemeriksaan serologis : EIA8

- Obat pertama :

Tiabendazole  25 mg/ kgBB 2x sehari setelah makan, selama 2-3 hari

- Obat alternatif :

1. Albendazole : 2x400mg selama 3-7 hari, diulang 1 minggu

2. Ivermectin : 200 mg/ kgBB 3. cambendazole : 3x 500 mg/ hari selama 14 hari 9

Ascariasis Ascaris lumbricoides 15 - Batuk, batuk darah, pneumonitis ascaris - Sindrom Loeffler (demam, sesak napas, eosinofilia, terlihat iniltrat pada foto rontgen thoraks) - Mual, nafsu Tidak memiliki jenis (lihat lampiran siklus hidupnya) Pemeriksaan laboratorium : - Ditemukan eosinofilia pada fase pulmonal

- Adanya telur cacing pada tinja 15

1. Piperazin

a. BB 0-15 kg  1 g sekali sehari selama 2 hari

b. BB 15-25 kg  2 g sekali sehari selama 2 hari

c. BB 25-50 kg  3 g sekali sehari selama 2 hari

d. BB >50 kg  3 ½ g sekali sehari selama 2 hari

(2)

makan , diare/konstipasi. - Gejala alergik ( urtikaria, gatal-gatal) 15

setelah pasien dipuasakan + 30 g MgSO4, diulang 3 jam

kemudian 3. Pirantel pamoat  10 mg/ kg BB, maks 1 g 4. Levamisol  150 mg 5. Albendazol  400 mg 6. Mebendazol  100 mg, 2 x

/ hari selama 3 hari 4 Filariasis Wucheria bancrofti atau Brugia malayi15 - Demam, sakit kepala, muntah-muntah, nafsu makan ,lesu - Peradangan (limfangitis,limfad enitis,funikulitis,e pididimitis&orkitis ) - Obstruksi (varises saluran limfe) 25 Tidak memiliki jenis (lihat lampiran siklus hiduonya) - Pemeriksaan parasit

- Pemeriksaan darah tepi (leukositosis dengan eosinofilia 10-30%)

- Pemeriksaan serologi (antigen W.bancrofti)

- Pencitraan limfoskintigrafi (abnormalitas system limfatik) - USG Dopler skrotum pria &

payudara wanita (cacing dewasa yang bergerak aktif)

- Pemeriksaan darah yang terbaik hanya dilakukan malam hari 25

Pengobatan infeksi : - Dietilcarbamazine (DEC) 6mg/kgBB/hari selama 12 hari (WHO). Pengobatan penyakit : - operasi (limfangioplasti, prosedur jembatan limfe, transposisi flap omentum, eksisi radikal dan graft kulit, anastomosis pembuluh limfe tepi ke dalam, bedah

mikrolimfatik) 25 Schistosomiasis S. mansoni, S. hematobium, S. japonicum 25 - Masa tunas biologis : urtikaria/ edema angioneurotik, hemoptisis - Stadium akut (4-6 minggu setelah terinfeksi) : demam, keringat banyak, menggigil, batuk, limfadenopati generalisata, hepatosplenomega li. - Stadium kronik ( 6 bulan-beberapa tahun) : diare, nyeri perut, BAB berdarah, disuri, proteinuria 25 - Schistosomiasis vesikalis - Schistosomiasis intestinalis 25 (lihat lampiran siklus hidupsnya)

- Telur dalam sedimen tinja dan urin (

S. hematobium) jam 09.00-14.00

- Uji serologis ( 6-8 minggu dari paparan) :

a. Enzyme linked immune sorbent

assay ( ELISA)

b. Radioimmunoassay (RIA)

c. Indirect immunofluorescence test

(IFAT)

d. Gel precipitation techniques (GPT) e. Indirect haemagghttination test

(IHA)

f. Latex agglutination test (LAT) g.Circumoval precipitin test (COPT) h. Cercarienhullen reactions (CHR) i. Complement fixation test (CFT) j. Tes Western Blot

k. Fascon assay screening test (FAST) l. Immunoblot

m. Kolonoskopi/esofagoskopi, EKG  S. mansoni dan S. japonicum 25

1. Praziquantel  2 x 20 mg /kgBB/hari (S. haematobium dan S. mansoni), 3 x per hari (S. japonicum)

2. Oxamniquine  S. mansoni 12-15 mg/kg/hari

- Tindakan bedah untuk polip, splenektomi 25

(3)

Cutaneus larva migrant Ancylostoma braziliense, Ancylostoma caninum27 - Pruritus - Erupsi 18 Tidak memiliki jenis

- Anamnesis (riwayat bepergian) - Pengambilan darah tepi 

eosinophilia

- X-ray dada  infiltrate ke paru 27

Umum : terapi sistemik (oral),

agen Antihelmentics, terapi topikal

1. Oral

a. Tiobendazol oral :

50mg/kgBB/hari selama 2 hari b. Albendazole 400 mg selama 3 hari

2. Topikal

a.Semprotan kloretil pada lesi sampai beku / liquid nitrogen, Triclor Acetyl Acid (TCAA) 40%, ethyl chloride spray, carbon dioxide 60-70%. b. Benadryl atau krim anti-gatal (misalnya atau lotion kalamin Cortizone). 19,27

Taeniasis Genus

Taenia25

- Proglotid dalam tinja +,

- Rasa tidak enak pada lambung - Mual,

- Badan lemah, BB dan nafsu makan - Sakit kepala, pusing, - Konstipasi, diare, pruritus ani - Eosinofilia 25 - Taenia saginata - Taenia saginata asiatica - Taenia solium 25 (lihat lampiran siklus hidupnya)

- Pengeluaran proglotid secara aktif dari feses  T. saginata

- Telur di tinja dengan hapusan

perianal menggunakan cellophane tape - Pemeriksaan skoleks setelah

pengobatan

- Proglotid gravid dengan pengecatan

camin/ teknik lactophenol 25 T. saginata T. solium Skoleks Tanpa rostellum Dengan rostellum Proglotid gravid Percabang an lateral uterus >16 Percabang an lateral uterus <12 Proglotid matur - Ovarium dengan 2 lobus - Sfingter vagina + - Ovarium dengan 2 lobus + 1 lobus tambahan - Sfingter vagina -1. Prazikuantel (Biltricide, cesol)  10 mg/kgBB + MgSO4 2 jam kemudian 2. Niclosamide (nicloside,

Yomesan (bayer)  2 g/ kali pada pagi hari saat perut kosong (dikunyah) 3. Albendazol (Albenza) 

400 mg peroral 2x/ hari selama 8-30 hari

4. Mebendazol  600-1200 mg/ hari selama 3-5 hari 25

(4)

Penyakit akibat infeksi virus

Nama Etiologi Manifestasi klinis Jenis /

Grade

Diagnosa Terapi

Influenza Virus influenza

(orthomyxovirus)25

- Demam >38°C, menggigil

- Sakit kepala, sakit otot - Batuk, pilek - Sakit tenggorokan, suara serak 25 Influenza A, B, C 25

- Isolasi virus (hari pertama sakit)  usap tenggorokan, usap hidung - Serologis  uji fiksasi

komplemen/ inhibisi

hemaglutinasi ( titer sebanyak 4 x)

- Antibodi fluoresen  tipe A 25

Oseltamivir 2x75 mg/ hari selama 5 hari 25

Avian Influenza Virus influenza

(orthomyxovirus)

tipe A (H5N1) 25

- Batuk, pilek, demam >38°C - Sefalgia, nyeri tenggorokan, mialgia, malaise - Diare, konjungtivitis, pneumonia, ARDS - Leukopenia, limfopenia, trombositopenia, ureum dan kreatinin 25

Tidak memiliki jenis

- Kultur dan identifikasi virus H5N1 - Uji Real Time Nested PCR untuk

H5

- Uji serologi :

1. imunofluorescence (IFA) test : antigen + menggunakan Ab monoclonal influenza A H5N1 2. uji netralisasi : titer Ab 4 x 3. uji penapisan :

a. rapid test deteksi influenza A b. HI test darah kuda untuk deteksi

H5N1

c. Enzyme Immunoassay (ELISA)  deteksi H5N1

Umum : bed rest, imun,

pengobatan antiviral, perawatan respirasi, antiinflamasi,

imunomodulators. 25

Antiviral  48 jam pertama : a. Penghambat M2 (Amantadin, rimantidin  2x / hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari) b. Penghambat neuramidase (WHO) (zanamivir, oseltamivir  2x75 mg selama 1 minggu) 11

(5)

- Hematologi ( leukopeni, limfositopeni, trombositopeni) - Kimia ( albumin, SGOT/ SGPT,

ureum& kreatinin, keratin kinase - Radiologi  foto thoraks PA dan

lateral 25

a. Suspek  Oseltamivir 2x75 mg/hari, simptomatik dan antibiotic

b. probable : Oseltamivir 2x75 mg/ hari selama 5 hari, steroid, antibiotik spektrum luas 4 Mumps Paramyxovirus 17 1. Pada tahap awal

(1-2 hari) : demam 38.5 – 40 °C, sakit kepala, nyeri otot,anoreksia, kaku rahang 2. Pembengkakan

kelenjar parotis 3 hari kemudian 3. Pembengkakan kelenjar submandibula, sublingual. 4 Tidak memiliki jenis

- Anamnesis ( kontak dengan penderita Mumps 2-3 minggu sebelumnya.

- Pemeriksaan Laboratorium (leukopenia, limfositosis relatif, kadar amylase 1 minggu kemudian dan normal dalam 2 minggu) - Pemeriksaan serum darah

Complement fixation antibodies (CF), Hemaglutination inhibitor antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT). 4

- Bed rest

- Diet makanan cair dan lunak - Antipiretik dan analgesik ( paracetamol)

- Kortikosteroid selama 2-4 hari & 20 ml convalescent

gammaglobulin  mencegah orkitis. 17

Infeksi CMV Cytomegalovirus

17 Gejala umum :- Malaise, demam, sakit

tenggorokan,anoreksia, sakit perut dengan edema faring Pada neonatus - Hepatosplenomegali, iktertus, purpura, mikrosefali, kalsifikasi serebral dan korioretinitis Kelainan congenital : Clubfoot, tuli, strabismus, lengkung palatum yang tinggi 17

Tidak memiliki jenis

Isolasi virus dari urin, darah,

saliva/sputum atau bahan biopsi 17 a. Ganciclovir (D H P G – dihydroxy – 2 propoxy methyl –

guarine)  menghambat sintesis DNA

Dosis intravena: 5 - 7,5 mg per kg berat badan

Dosis oral: untuk dewasa: 3 x 1 gr atau 6 x 500 mg.

b. Foscarnet (Fosfonoformate) Dosis intravena: 60 – 90 mg/kg BB/hari

c. Imunoglobulin yang

mengandung titer antibodi anti CMV yang tinggi

d. Valaciclovir terapi profilaksis.26

DHF Virus dengue yang

dibawa nyamuk

Aedes aegptii dan Aedes albopictus 17

Demam akut >40°C selama 2-7 hari, nyeri otot dan sendi,

- Anoreksia, malaise - Nyeri punggung, tulang, sendi

DHF 1  gejala di atas + uji bending +

DHF I DHF II DHF III DHF IV

25

- Anamnesis : riwayat keluarga - Darah :

1. Leukosit: hari ke 3 limfositosis relative (>45% dari total leukosit) dan limfosit plasma biru >15% total leukosit pada fase syok

2. Trombositopenia hari 3-8 (<100.000/ul)

- Umum : bedrest, diet makanan lunak, medikamentosa bersifat simtomatis (antipiretik golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron), antibiotik bila infeksi sekunder 6,15

- Kasus Sindrom Syok Dengue : a. cairan kristaloid 10-20

(6)

DHF II  gejala di atas + perdarahan spontan (purpura, petekie, hematemesis, ekimosis, melena, epitaksis) DHF III gejala di atas + kegagalan sirkulasi DHF IV  syok berat + tekanan darah dan nadi tidak terukur 17

3. hematokrit ≥ 20% pada hari ke 3 4. IgM terdeteksi hari ke 3-5

5. IgG terdeteksi pada hr ke 14 (infeksi primer), hari ke 2 (infeksi sekunder)

- Radiologis  posisi lateral dekubitus kanan, ada Efusi Pleura 15

nl/kgBB, bila renjatan teratasi ( TD siastolik 100mmHg dan nadi 100x/ menit) dikurangi jadi 7ml/kgBB/jam dan dikurangi sampai 3 ml/kgBB/jam. Bila renjatan tidak teratasi , cairan kristaloid menjadi 20-30ml/kgBB

b. oksigen 2-4 liter/menit

c. NaCl/ ringer laktat bila renjatan teratasi 6

(lihat lampiran)

HIV-AIDS Virus HIV

(Human Immunodeficiency Virus) 4 Infeksi oportunistik :  Cytomegalovirus (CMV) selain hati, limpa,kelenjar getah bening  Retinitis ( fungsi penglihatan )  Ensefalopati HIV

 Herpes simplek, ulkus kronik, bronchitis, pneumonitis, esofagitis

 Isosporiasis,dengan diare kronik (lebih dari 1 bulan)

 Kandidiasis bronkus, trakea atau paru, esophagus  Leukoensefalopati multifokal progresif  Limfoma Burkit, Limfoma imunoblastik,

Limfoma primer pada otak  Mikobakterium avium kompleks, Mikobakterium tuberculosis  Pneumonia Tidak memiliki jenis

Pemeriksaan terhadap antibody HIV :

- Teknik ELISA

- Dot-blot immunobinding assay Deteksi virus HIV :

- Isolasi dan biakan virus - Deteksi antigen

- Deteksi materi genetik dalam darah pasien 17

A. Terapi antiretroviral (ARV) - Nucleoside reverse transcriptase inhibitor a. Stavudin : >60 kg : 2 x 40 mg <60 kg : 2 x 30 mg b. Lamivudin : 2 x 150 mg <50 kg : 2 mg/kg, 2x/hari c. Zidovudin : 2 x 300 mg atau 2 x 250 mg d. Didanosin : >60 kg : 2 x 200 mg atau 1 x 400 mg <60 kg : 2 x 125 mg, atau 1 x 250 mg - Nucleotide reverse transcriptase inhibitor - Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor a. Nevirapin : 1 x 200 mg selama 14 hari dilanjutkan 2 x 200 mg b. Efavirenz : 1 x 600 mg di malam hari - Inhibitor protease Nelvinafir : 2 x 1250 mg 25

B. Terapi pengobatan penyakit penyerta

(7)

Pneumocystis carinii, pneumonia rekuren  Sarkoma Kaposi  Septicemia Salmonella rekuren  Toksoplasmosis otak  Wasting syndrome25

C. Terapi suportif  makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih baik, dukungan psikososial, dukungan agama, tidur yang cukup, menjaga kebersihan 4 Chikungunya Virus Chikungunya 17 - Demam tinggi >40°C 2-5 hari, menggigil - Sakit kepala, punggung, sendi - Mual, muntah

- Nyeri mata, timbulnya rash/ ruam kulit 2-3 hari

17

Tidak memiliki jenis

- Pemeriksaan titer antibody 4 kali lipat

- Isolasi virus

- Deteksi virus dengan PCR 17

- Bed rest, minum banyak air -.Analgetika (Paracetamol) 17

LAMPIRAN Tatalaksana DBD I

(8)
(9)
(10)

Algoritma Syok Dengue Dengan Pendarahan

DBD derajat III/IV - Epistaksis tidak terkendali

Pendaharan spontan, massif -Perdarahan otak - Hematemesis Oksigen 2-4 liter/menit

- RL 20 ml/kgBB/jam : 30-120 menit - Darah perifer lengkap

- Analisa gas darah - Hemostasis

TD , nadi , diuresis TD sistolik (>100 mmHg) Cairan Koloid (plasma ckpander) :

10-20 ml/kgBB/hari tetesan cepat

Max 1-1,5 L/24 jam RL 10 ml/kgBB/jam (60’-120’)

RL 4-6 jam/kolf

?? 4 jam/kolf, bila masuk 1 liter koloid ?? 6 jam/kolf, bila masuk 1,5 liter koloid Bila perlu beri inotropik (+)

(Dopamin/Dobutamin/Epinephrin)

KID (=DIC) positif KID (=DIC) negatif

- Heparinisasi - Transfusi Komponen darah

- Transfusi komponen darah - PRC (Hb < 10 g %)

?? FFP - Hb,Ht, Trombo tiap 4-6 jam

?? PRC (Hb < 10 g%) - TC. (Trom. <100.000)

?? TC (Trom. < 100.000) - Ulang hemostasis 24 jam

- Hb, Ht, Trombo tiap 4-6 jam kemudian (bila masih

- Ulang hemotasis 24 jam pendarahan)

kemudian Syok Dengue

Algoritma Syok Dengue Tanpa Pendarahan TANPA PERDARAHAN SPONTAN

Dbd Std III/IV/Syok - Oksigen 2-4 liter/menit

(11)

- Periksa darah perifer lengkap - Analisa gas darah

- Hemostasis

- TD ,Nadi , Diuresis TD sistolik (100 mmHg) - Cairan koloid (plasma ekpander)

10-20 ml/kgBB/hari tetesan cepat max : -500 ml/2 jam

RL 10 ml/kgBB/jam (60’-120’) 1-1,5 liter/24 jam

-RL 4-6 jam/kolf TD, nadi (normal), Diuresis

- Bila perlu vasopresor

(Dopamin/Dobutamin/Epinephrin)

- Hb, Ht, Tromb. Tiap 6 jam (pasca syok) Infus RL 4 jam/kolf

TD, Nadi (normal), dieresis - RL 4 jam/kolf

- Hb, Ht, Tromb tiap 6 jam (pasca syok)

Catatan : 1 kolf RL = Ringer Laktat 500 ml Keterangan :

FFP = Fresh Frozen Plasma PRC = Packed Red Cell TC = Thrombocyte concentrate

(12)
(13)

Penyakit Infeksi Tropis akibat Protozoa dan Spirochetal

Nama Etiologi Manifestasi klinis Jenis Diagnosa Terapi

Infeksi Protozoa Malaria Plasmodium - Plasmodium vivax, - Plasmodium falciparum, - Plasmodium malariae, - Plasmodium - DIDERITA ( dingin menggigil, demam 40°,berkeringat, ikterus, anemia) 15 - Plasmodium vivax  malaria tertiana - Plasmodium falciparum  malaria

- Anamnesis (tempat tinggal endemic malairia,riwayat bepergian ke daerah malaria) - Pemeriksaan tetes darah (adanya

parasit malaria) - Tes antigen P-F test

- Pemberian golongan Artemisinin, pengobatan ACT (Artemisinin base Combination Therapy)

- Obat non-ACT

Klorokuin Difosfat/Sulfat 25mg basa/kg BB, Sulfadoksin-Pirimetamin (SP) , Kina Sulfat 3x10 mg BB selama 7hari 15,25

(14)

ovale 15 tropika - Plasmodium malariae - Plasmodium ovale 25 - Tes Serologi - Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction)

- Ditemukan cincin plasmodium

15,25

1. 80 mg Arthemether dan 480 mg

lumefantrine / 2x pada saat

ditegakkan diagnosis awal,

kemudian diikuti pada jam ke 8,24, dan 48

2. Artesunat dan Meflokuin

Dosis : 4 mg/kgBB/hari artesunat dan 25 mg/kgBB/hari, diberikan 15 mg/kgBB pada hari keduan, dan 10 mg/kgBB pada hari ketiga30 Amebiasis Entamoeba

histolytica 25

- Carrier  tidak ada gejala klinis

- Amebiasis intestinal ringan nyeri perut ringan, diare ringan (4-5 x/ hari, tinja berbau busuk)

- Amebiasis intestinal sedang  tinja disertai lendir dan darah, demam, malaise

- Disentri Ameba Berat  diare disertai darah (15 x/ hari), demam (40°C-40,5°C), mual, anemia - Disentri Ameba Kronik  serangan ringan, neurasthenia 25 - Carrier - Amebiasis intestinal ringan - Amebiasis intestinal sedang - Disentri Ameba Berat - Disentri Ameba Kronik 25

- Pemeriksaan tinja  sedikit leukosit, trofozoit +

- Endoskopi

- USG  membedakan dengan neoplasma

- Foto kolon dengan barium enema - Pemeriksaan uji serologi:

a. Enzyme linked immune sorbent

assay ( ELISA)

b. Indirect immunofluorescence

test (IFAT)

c. Gel precipitation techniques

(GPT)

d. Latex agglutination test (LAT) 25

A. Carrier  obat amebisid luminal:

1. Iodoquinol  3x 650 mg sehari selama 20 hari

2. Paromomycin  3x 500 mg sehari selama 10 hari

3. Diloksanit furoat  3x 500 mg sehari selama 10 hari

4. Diyodohidroksilin  3x600 mg sehari selama 10 hari

B. Disentri ameba ringan-sedang :

Metronidazole 750 mg per oral/ intravena 3x/ hari selama 5-10 kali + amebisid luminal, seperti :

a.Tinidazol  2 g/ hari selama 2-3 hari b.Ornidazol  2 g/ hari selama 3 hari

C. Disentri ameba berat

Obat amebisid + transfuse darah + transfuse cairan elektolit

Emetin  1 mg/kgBB/hari selama 3- 5 hari

D. Disentri Ameba Kronik

a. Metronidazole 750 mg per oral/ intravena 3x/ hari selama 5-10 kali + emetin

b. Klorokindifosfat 1 g/hari selama 1-2 hari,

c. Pungsi abses apabila > 5 cm 25 Leishmania sis Leishmania : -. Leishmania donovani -. Leishmania tropica -. Leishmania braziliensis2  Leishmaniasis visceral : a. Demam menjadi intermitten b. Splenomegali, limfadenopati - Leishmania donovani  leishmaniasis visceral atau kala azar - Leishmania tropica Leishmaniasis visceral :

1. Menemukan parasit dalam sediaan darah langsung, biopsy hati, limpa, kelenjar limfe dan pungsi sumsum tulang

2. Pembiakan dalam medium

Leishmaniasis visceral :

1. Natrium antimonium glukonat, etilstibamin, diamidin, pentamidin, amfoterisin B dan stilbamidin 2. Bed rest dan makanan yang

(15)

c. Anemia dan leucopenia d. Disentri e. Anoreksia dan kakeksia f. Dengan infeksi sekunder kankrum oris dan noma  Leishmaniasis kulit: a. Hyperplasia sel RE di porte d’entrée b. Macula,papul,ul kus  parut yang kecil c. Ditambah infeksi sekunder  Leishmaniasis mukokutis : a. Hyperplasia sel RE di porte d’entrée b. Macula,papul,ul kus  secret + parasit  granuloma c. Nekrosis d. Dengan infeksi sekunder  destruksi tulang rawan pada hidung dan telinga 28 leishmaniasis kulit atau oriental sore - Leishmania braziliensis  leishmaniasis mukokutis atau Espundia 2 NNN

3. Inokulasi bahan pada binatang percobaan 4. Reaksi imunologi

a. Uji aglutinasi langsung (Direct Agglutination Test)

b. ELISA  mendeteksi antigen

c. Western blot  deteksi antigen

d. Polymerase Chain Reaction

Leishmaniasis mukokutis dan tropica :

1. Menemukan parasit dalam sediaan apus/ sediaan biopsy dari tepi ulkus 2. Pembiakan dalam

medium NNN 3. Reaksi imunologi 28

mengandung kadar protein tinggi dan vitamin

3. Transfusi darah bila anemia berat dan pendarahan mukosa

Leishmaniasis kulit

1. Salep yang mengandung paromomisin

2. Alopurinol

3. Luka multipel  neostibosan

Leishmaniasis mukokutis :

1. Terapi IV dengan etilstibamin 2. Natrium antimonium tartrat dan

stibofen 3. Amfoterisin B

4. Antibiotik  infeksi sekunder 2,28

Toxoplamos is

Toxoplasma gondii 3

Infeksi akut pada pasien

imunokompeten :

Demam, malaise, keringat malam, nyeri otot, sakit tenggorokan, eritema makulopapular, hepatomegali,

Tidak memiliki jenis

Biopsi otak atau sumsum tulang  adanya takizoit toksoplasma Tes serologi :

a. Tes warna Sabin Feldman dan tes hemaglutinasi tidak langsung ( IHA ) untuk deteksi antibody IgG b. Tes anti fluoresen tidak

Piremetamin  teratogenik

Dosis : 50 – 75 mg/hari untuk dewasa selama 3 hari, dikurangi menjadi 25 mg/ hari.

Kombinasi dengan asam folinik  untuk mencegah trombositopenia dan leukopenia. Dosis : 2- 4 mg/hari

(16)

splenomegali, korioretinitis unilateral

Infeksi akut pada pasien imunokompromais : Ensefalitis, meningoensefalitis, miokarditis, pneumonitis Infeksi kongenital : Strabismus, korioretinitis, ensefalitis, mikrosefalus, hidrosefalus, retardasi psikomotor, kejang, anemia, ikterus, hipotermia, trombositopenia, diare, pneumonitis, kalsifikasi serebral 25

langsung ( IFA ) dan tes ELISA untuk deteksi antibody IgG dan IgM  CT Scan otak  gambaran

cincin multipel pada ganglia basal dan corticomedullary junction

 MRI

 Polymerase Chain Reaction (PCR)1

Kombinasi dengan sulfonamide  50 – 100 mg/kgBB/hari selama beberapa minggu atau bulan.

Spiramisin  profilaktik

Dosis : 100 mg/kgBB/hari selama 30-45 hari

Klindamisin  bukan untuk bayi dan

wanita hamil.

Dosis : 450 mg 3 kali per hari 25

Giardiasis Giardia intestinalis (Giardia lamblia, Giardia duodenalis).25

- Mual yang hilang-timbul

- Bersendawa

- Pengeluaran gas yang meningkat (flatulensi) - Rasa tidak enak di

perut

- Tinja yang sangat

banyak dan berbau busuk

- Diare. 25

Tidak memiliki jenis

1. Pemeriksaan laboratorium terhadap tinja segar ditemukan trofozoit dan kista 2. Enterotest atau

duodeno-jejunal junction  parasit 3. Pemeriksaan antigen

G.lamblia 25

Tinidazol  dosis tunggal 2 gram pada

orang dewasa atau 30-35 mg/kg pada anak

Metronidazol 

Dosis dewasa : 3 x 250 mg sehari selama 7 hari

Dosis anak : 3 x 2 mg/kg selama 7 hari

Kuinakrin per-oral (melalui

mulut)menimbulkan gangguan saluran pencernaan

Dosis dewasa : 3 x 100 mg/hari Dosis anak : 3 x 2 mg/kg selama 7 hari

Kuinakrin + paramomisin  ibu

hamil

Furazolidon  bentuk sirup,

efektivitas

Dosis dewasa : 4 x 100 mg/hari Dosis anak : 4 x 1,25 mg/kg selama 7 hari 25

(17)

asis a. Trichomo nas tenax b. Trichomo nas hominis c. Trichomo nas vaginalis25 - Infeksi saluran pernapasan - Odinofagia dan erosi esophagus - Empiema, infeksi bronkus paru  Trichomonas hominis - Dianggap infeksi penyerta  Trichomonas vaginalis - Deskuamasi sel epitel vagina - Leucorrhoea atau fluor albus - Colpitis macularis (strawberry cervix) dan eritema pada vagina dan vulva - Vaginitis, petechiae, pruritus vagina/ vulva - Disuria,dispareunia Uretritis

Pada pria  uretritis, prostatitis, prostate-vesikulitis,balanoprosta titis,epididimitis, dan infertilities 25 as tenax di bagian mulut b. Trichomon as hominis di usus besar c. Trichomon as vaginalis 25 Trichomonas hominis 1. Pemeriksaan langsung sediaan basah (eksudat dari rongga mulut atau saluran pernapasan) 2. Kultur parasit 3. Teknik PCR

b. Trichomonas vaginalis

1. Adanya parasit T.vaginalis dalam secret

vagina,uretra,prostat,urin 2. Pembiakan secret vagina

dalam medium yang sesuai (in pouch system)

a. Medium cair : medium Diamond / medium thioglycolate b. Medium padat : modified Columbia agar 3. PCR-ELISA 25

- Metronidazol dan nitromidazol

b. Trichomonas homini

- Metronidazol, furazolidon

c. Trichomonas vaginalis

Prinsip : membersihkan mukosa vagina - Metronidazol 2 x 500 mg/ hari selama 5-7 hari atau dosis tunggal 2 g.

- Acidifying doushes ( 2 sendok makan cuka putih per liter air ) atau acidifying gels atau foams 2 kali seminggu pada vagina 25

Penyakit Spirochetal

Yaws Treponema

perteneu 29 Fase awal (3-6

bulan) : muncul papula, jaringan lunak seperti tumor (granuloma setelah luka sembuh) di muka, lengan, tungkai. Nyeri tulang, lesi tulang

Fase lanjut (5 tahun) : hyperkeratosis

Tidak memiliki jenis

- Pemeriksaan mikroskopik langsung FA dari eksudat lesi primer/sekunder. - Test serologis nontrepanomal : VDRL (Venereal Disease Research Laboratory), RPR (Rapid Plasma Reagen) reaktif di stadium awal penyakit menjadi non reaktif beberapa tahun kemudian. - Test serologis trepanomal: FTA-ABS (Fluorescent

Trepanomal Antibody – Absorbed), MHA-TP (Microhemagglutination assay for antibody to T. pallidum)

- Penisilin :

a. >10 tahun injeksi dosis tunggal benzathine penicillin G (Bicillin) 1,2 juta unit IM

b. < 10 tahun 0,6 juta unit

- Untuk yang alergi penicillin, diberikan erythromycin, tetracycline, doxycycline29

(18)

plantar, hidung,

tulang, palmar. 29 biasanya tetap reaktif seumur hidup.

29 . Leptospirosi s Leptospira interrogans - L. icterohaemorh agiae  tikus - L. canicola  anjing - L. Pomona  sapi dan babi 15 Demam >39°,menggigil,sakit kepala,meningismus,a noreksia,mialgia,conju ctival,suffusion,mual, muntah,nyeri abdomen,ikterus,hepat omegali,ruam kulit,fotopobia 15 Tidak memiliki jenis

Anamnesis (pekerjaan, demam, sakit kepala frontal)

Pemeriksaan fisik (demam,

bradikardi, hepatomegali, nyeri tekan otot, ruam pada kulit, dll)

Pem. Lab

- Darah (leukositosis, neutrofilia dan LED yang tinggi)

- Urin (proteinuria, leukositoria, sedimen sel thorak) 23

Antibiotic (penisilin G 1,5 juta unit setiap 6 jam selama 5-7 hari, streptomisin, tetrasiklin kloramfenikol, eritromisin, siprofloksasin) 23

Penyakit Infeksi Tropis akibat Kokus gram positif

Nama Etiologi Manifestasi klinis Jenis Diagnosa Terapi

Infeksi Staphylococcal Tymphanoscler osis Belum diketah ui pasti 12

- Plak putih pada membran timpani - Gangguan pendengaran – tuli konduktif 12 1.Myringosc lerosis mengen ai membran timpani 2.Intratymp

 Pada pemeriksaan otoskopi gambaran semisirkuler atau seperti sepatu kuda yang berwarna putih pada membrane timpani

 Audiometri, dapat menentukan

- Rekonstruksi osikular a. Stapedektomi

(19)

anic tympanosc lerosis  mengenai telinga tengah lain.12

derajat dan tipe gangguan pendengaran  Timpanometri  CT Scan  menegakkan diagnosis12 Infeksi superficial termasuk folliculitis, hidradenitis supuratif, karbunkel. Staphyl ococcus aureus22 Folikulitis Superfisialis

- Rasa gatal dan rasa terbakar daerah rambut

- Makula eritematosa disertai papula atau pustule

- Pertumbuhan rambut tidak terganggu Karbunkel

- Nyeri pada daerah

lesi, malaise

- Lesi infiltrate kecil  nodus-nodus eritematosa kerucut  pecah

- Bintik putih pada tempat rambut keluar

- Bergerombol

Hidradenitis Supurativa

- Gatal dan nyeri - Timbul nodus merah

- Abses multipel  sekret  sinus dan fistel 22 Tidak memiliki jenis Folikulitis Superfisialis : 1. Pemeriksaan kulit

2. Pemeriksaan bakteriologis dari sekret lesi (dengan pewarnaan gram) Karbunkel : 1. Pemeriksaan kulit 2. Pemeriksaan darah : leukositosis 3. Pemeriksaan bakteriologis dari sekret lesi

Hidradenitis Supurativa

1. Pemeriksaan kulit

2. Pemeriksaan darah dan uji resistensi

3. Biopsi kelenjar 22

Folikulitis Superfisialis

1. Menjaga kebersihan umum 2. Makanan tinggi protein dan kalori 3. Antibiotik :

a. Eritromisin ( 3 x 250 mg selama 7-14 hari) b.Penisilin ( 600.000-1,5 juta IU

intramuskular selama 7-14 hari) c. Topikal : Kemicetin 2 %

Karbunkel :

Umum :

a. Usaha untuk mengatasi faktor predisposisi seperti obesitas, DM, hiperhidrosis

b. Menjaga kebersihan luka Khusus :

1. Topikal : salep iktiol 10%

2. Lesi matang, diinsisi dan aspirasi, drainase lalu dikompres

3. Eritromisin 4 x 250 mg selama 7 -14 hari 4. Penisilin 600.000 IU selama 5 -1 0 hari

Hidradenitis Supurativa

Umum : Hilangkan predisposisi seperti : 1. Trauma pencabutan rambut ketiak 2. Penggunaan obat perontok rambut 3. Penggunaan deodorant

4. Memakai baju terlalu sempit 5. Hiperhidrosis

Khusus :

1. Antibiotik :

a. Eritromisin 1-2 g/hari selama 7-10 hari b. Sefalosporin 1-1,5 g/hari selama 7-10

hari

c. Penisilin 1,2-1,8 juta unit selama 7-14 hari

d. Prednison 40-60 mg/hari e. Amoksilin 4 x 500 mg per hari

(20)

3. Insisi dan drainase jika terbentuk abses 22 Osteomyelitis Staphyl ococcus , Haemo philus influenz ae dan salmone lla17 - Septikemia, seperti febris, malaise dan anoreksia. - Nyeri, bengkak, CRP dan ESR - Demam  obstruksi dari saluran sinus 17 Tidak memiliki jenis

1. Foto polos  hilangnya gambaran fasia, radiolusen, sequester dan involucrum. 2. Computed Tomography (CT) scan

a. Fase akut : edema sumsum tulang, peningkatan periosteal b.Fase sub-akut :Abses Brodie c. Fase kronis : nekrotik tulang,

sklerosis, kelainan tulang dan resorpsi dengan bekas luka jaringan lunak sekitar

d. Magnetic Resonance Imaging (MRI) . Perluasan jaringan lunak dari pus,abses paraosseus, nekrosis sentral dalam abses 3. Radionuklir 17

- Oxacillin, nafcillin, cefazolin , atau vankomisin dosis tinggi.

- Aminoglikosida, atau sebuah fluorokuinolon - Bedah (drainase dan mengeluarkan tulang mati)

17 Staphylococcal pneumonia Staphyl ococcus aureus14 - Suhu tubuh >38,5o - Sekret purulen - Leukositosis 14 Tidak memiliki jenis

Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau progresif, salah satu lobus

berawan

Pewarnaan Gram dan kultur dahak yang dibatukkan, induksi sputum atau aspirasi sekret dari selang endotrakeal atau trakeostomi 14

Sefalosporin G3 nonpseudomonal a. Sefepim  1-2 gr setiap 8-12 jam b. Seftasidim  2 gr setiap 8 jam c. Sefpirom  1 gr setiap 8 jam Karbapenem

a. Meropenem  1 gr setiap 8 jam b. Imipenem  500 mg setiap 6 jam Aminoglikosida

a. Gentamisin  7 mg/kgBB/hr b. Tobramisin 7 mg/kgBB/hr c. Amikasin  20 mg/kgBB/hr βlaktam / penghambat β laktamase

Piperasilin-tasobaktam  4,5 g tiap 6 jam Kuinolon antipseudomonal

a. Levofloksasin 750 mg/hari b. Siprofloksasin  400 mg/ 8 jam Vankomisin 15 mg/kgBB/12 jam

Linesolid 600 mg setiap 12 jam Teikoplanin400 mg / hari 14,16 Staphylococcal bacterinemia Staphyl ococcus aureus16  Demam di atas 38,3 ° C  Panas dingin

 Rasa tidak enak

Tidak memiliki jenis

- Kultur darah

- Analisis darah peningkatan jumlah sel darah putih 16

Sefalosporin G3 nonpseudomonal a. Sefepim  1-2 gr setiap 8-12 jam b. Seftasidim  2 gr setiap 8 jam c. Sefpirom  1 gr setiap 8 jam Karbapenem

(21)

 Sakit perut  Mual dan Muntah  Diare  Kegelisahan  Sesak napas  Kebingungan 16

b. Imipenem  500 mg setiap 6 jam Aminoglikosida

a. Gentamisin  7 mg/kgBB/hr b. Tobramisin 7 mg/kgBB/hr c. Amikasin  20 mg/kgBB/hr βlaktam / penghambat β laktamase

Piperasilin-tasobaktam  4,5 gr setiap 6 jam Kuinolon antipseudomonal

a. Levofloksasin 750 mg/hari b. Siprofloksasin  400 mg/ 8 jam Vankomisin 15 mg/kgBB/12 jam

Linesolid 600 mg setiap 12 jam Teikoplanin400 mg / hari 16 Infeksi Streptococcal Demam rematik streptoco ccus β hemolitik us grup A 21 Kardiak : - Murmur - Gagal jantung kongestif - Perikarditis Non kardiak : - Poliartritis - Khorea Sydenham  kedutan di luar kesadaran - Erithema marginatum - Nodul subkutan - Nyeri perut, epistaksis, demam > 39 °C, - Tromboemboli - Anemia hemolitik kardiak - Aritmia atrium 21 Tidak memiliki jenis

- Pada pemeriksaan fisikgangguan bunyi jantung atau takikardia (jantung berdetak > 100x/menit) diluar terjadinya demam

- Pemeriksaan darah rutin - ASTO

- CRP

- Kultur ulasan tenggorokan - Echocardiografi 21

1. Tirah baring dan mobilisasi (kembali ke

aktivitas normal) secara bertahap

2. Pemberantasan terhadap kuman

streptokokkus dengan pemberian antibiotic penisilin atau eritromisin. Untuk profilaksis atau pencegahan dapat diberikan antibiotic penisilin benzatin atau sulfadiazine

3. Antiinflamasi (antiperadangan).

Antiperadangan seperti salisilat dapat dipakai pada demam reumatik tanpa karditis (peradangan pada jantung) 21

(22)

Penyakit Infeksi Tropis akibat Basil gram negative

Nama Etiologi Manifestasi klinis Jenis Diagnosa Terapi

Infeksi saluran kemih Pseudomonas,Pr oteus, Klebsiella, Escherichia Coli, Enterobacter, Staphylococcus epidemidis, enterococci 17 1. Nyeri dan

rasa panas saat berkemih 2. Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis 3. Hematuria 4. Nyeri punggung, panggul dan pinggang 5. Demam, menggigil 6. Malaise, pusing 7. Mual dan muntah 17 Tidak memiliki jenis 1. Urinalisis

a. Leukosuria: positif bila > 5 leukosit/ lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih

b. Hematuria: positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sedimen air kemih.

2. Mikroskopis

3. Biakan bakteri

4. Hitung koloni: 100.000

koloni per milliliter urin dari specimen.

5. Tes dipstick multistrip : a. WBC (tes esterase

lekosit) piuria

b. Griess  pengurangan nitrat urin normal menjadi nitrit).

6. Tes Penyakit Menular

Seksual (PMS) : uretritia akut

7. Urogram intravena

(IVU), sistoskopi, Pielografi (IVP), dan ultrasonografi  infeksi traktus urinarius, adanya batu, massa renal /abses, hiperplasie prostate, infeksi resisten. 17

1. Agens antibacterial

2. Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia

lanjut dapat dibedakan atas:

1. Terapi antibiotika dosis tunggal

2. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari

3. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu

4. Terapi dosis rendah untuk supresi

3. Sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/

sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra),

4. Ampicillin atau amoksisilin

5. Pyridium, analgesic untuk mengurangi

ketidaknyamanan akibat infeksi. 25

Demam typhoid

Salmonella

typhis25 - dalam minggu pertama :

- tipoid - pratipoid 18

-Pemeriksaan rutin

(leukopenia,leu

-bedrest & diet

(23)

demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi/diare, batuk dan epistaksis. - Dalam minggu kedua : demam, bradikardi relatif , lidah tifoid (kotor di tengah,merah di tepi dan ujung dan tremor), hepatomegali splenomegali, meteorismus, samnolen-koma 25 kositosis,anemia ringan,trombositopenia,aneosin ofilia,SGOT & SGPT meningkat)

- Uji Widal naik sampai 4 kali lipat

- Uji typhidot (mendeteksi antibody IgM & IgG) - Uji IgM Dipstick

- Kultur darah  minggu ke 2 - Kultur feses  minggu ke 3 10

Tiamfenikol 4x500mg/hari , kotrimoksazol , ampisilin dan amoksisilin,azitromizin)

-Kombinasi antimikroba (kortikosteroid)

-Pada wanita hamil (ampisilin,amoksisilin & setriakson)

25 Disentri bacilli Shigella -. S. dysentriae -. S. flexneri -. S. bondii -. S. sonnei 25

- Muntah dan diare - Suhu badan subnormal - Dehidrasi - Renjatan septic - Sakit perut di sebelah kiri dan tenesmus

- Adanya lendir dan darah dalam tinja25

Tidak memiliki jenis

-. Rectal swab

-. Polymerase chain reaction -. Immunoassay

-. Sigmoidoskopi 17,25

Prinsip : istirahat, mencegah atau memperbaiki dehidrasi, pada kasus berat pemberian antibiotika :

1. Ampisilin  4 x 500 mg/hari selama 5

hari

2. Trimetoprimsulfametoksazol  2 x 960

mg/ hari selama 3 – 5 hari

3. Siprofloksasin  2 x 500 mg/hari

selama 3 hari

4. Azitromisin  1 g dosis tunggal

5. Sefiksim  400 mg/ hari selama 5 hari

6. Asam nalidiksik  3 x 1 g/ hari 25

Kolera Vibrio cholerae25 - Diare yang encer

tanpa tenesmus - Tinja menjadi cairan putih keruh - Muntah tanpa mual - Kejang otot 2 biotipe : Klasik El tor Tiap biotipe dibagi 2 serotipe : Inabawa dan Ogawa25 Bakteriologis  manifestasi klinis Bakteriologis 

- Rectal swab + diawetkan

dalam pepton alkali  koloni yang oksidase-positif berwarna kuning25

- Rehidrasi, koreksi gangguan elektrolit dan

bikarbonat

- Terapi anti microbial 24,25

Terapi Lini pertama Alternatif Dewas a -Tetrasiklin 500 mg per oral 4x/hari selama 3 -Siprofloksasin 1000 mg per oral dosis tunggal

(24)

(fibrilasi, fasikulasi kejang klonik) - Dehidrasi berat 25 hari -Doksisiklin 300 mg per oral dosis tunggal

4x/hari selama 3 hari

-Trimetoprimsulfametoksasole ( 5 mg/kg trimetroprom + 25 mg/kg sulfametoksasol) per oral 2x/hari selama 3 hari -Furazolidon 100 mg per oral 4x/hari selama 3 hari

Anak -Tetrasiklin 12,5 mg per oral 4x/hari selama 3 hari -Doksisiklin 6mg/kg per oral dosis tunggal

-Eritromisin 10 mg/kg per oral 3x/hari selama 3 hari

-Trimetoprimsulfametoksasole ( 5 mg/kg trimetroprom + 25 mg/kg sulfametoksasol) per oral 2x/hari selama 3 hari -Furazolidon 1,25 mg/kg per oral 4x/hari selama 3 hari

Pertusis Bordetella pertussis13  Stadium kataral : 1-2 minggu Lakrimasi, batuk ringan pada malam hari, panas  diagnosis belum dapat ditegakkan  Stadium paroksismal : 2-4 minggu Batuk khas : 5-10 kali batuk kuat selama ekspirasi diikuti usaha inspirasi

“whoop” (udara

dihisap secara kuat melalui glottis yang sempit).  Mukanya Tidak memiliki jenis

a. Pertusis dapat didiagnosis selama stadium paroksismal b. Leukositosis

(20.000-50.000/mm3 darah) dengan

limfositosis

c. Foto thoraks  infiltrate perihiler, atelaktasis atau empiema.

d. Apus nasofaring yang dibiak pada media Bordet-Gengou. “Direct fluorescent antibody staining “

e. Diagnosis serologis : penentuan antibody toksin pertusis dari sepasang serum

f. ELISA terhadap

Drug of choice :

Eritromisin : 50 mg/ kgBB/hari selama 14 hari dapat mengeliminasi organism pertusis dari nasofaring dalam 3-4 hari

Suportif : Menghindarkan faktor-faktor yang

menimbulkan serangan batuk, mengatur hidrasi dan nutrisi

a. Oksigen diberikan pada distress pernapasan akut/kronik

b. Penghisapan lendir terutamapada bayi dengan pneumonia dan distress pernapasan

c. Betametason dan salbutamol (albuterol) dapat mengurangi batuk paroksismal yang berat

(25)

merah atau sianosis, mata menonjol, lidah menjulur, lakrimasi,  Petekia pada kepala dan leher atau pendarahan konjungtiva  Emesis  Apatis, berat badan  Stadium Konvalesens : 1-2 minggu  Episode paroksimal  Batuk menetap beberapa bulan  Ronki difus 13 “filamentous hemoaglutinin (FHA)” dan toksin pertusis (TP) :

- IgM-FHA dan IgM-TP serum tidak bernilai dalam penentuan seropositif  respon imun primer, disebabkan oleh penyakit atau vaksinasi13 Plague (pes) Yersina pestis, vektor berupa kutu 20 Demam dan menggigil, tachycardia,kelenj ar limfe membesar. - Vesikel kecil / krusta pada tempat gigitan - Sakit kepala, keluhan gastrointestinal, anoreksia, muntah, lemah, delirium, tremor dan gelisah20 Tidak memiliki jenis

Biakan organisme dari darah,

sputum, kelenjar limfe 20 Streptomycin, chloramphenicol dan tetracycline 20 Chancr oid H aemophilus. Ducreyi 7 - Lesi multiple daerah genital, - Papul vesiko-pustul  ulkus, dikelilingi halo yang eritematosa dan ulserasi,  Ulkus Mole Folikulari  Dwarf chancroid  Transient chancroid (Chancre  Pemeriksaan sediaan

hapus bahan dari tepi ulkus, dengan pewarnaan gram, giemsa.

Biakan kumanH. Ducreyi  di media Chocolate Agar + darah kelinci defibrinasi

Medikamentosa

1. Sulfonamida (sulfatiazol, sulfadiazine, atau sulfadimidin)

Dosis pertama 2-4 gram, lalu 1 gram/ 4 jam selama 10-14 hari

2. Kotrimoksazol 2x2 tablet selama 10 hari 3. Kanamisin

(26)

tertutup jaringan nekrotik - Disuria, dispareunia, sekret vagina, nyeri defekasi, atau perdarahanrektal. - Malaise dan demam ringan7 mou valant)  Papular Chancroid (ulkus mole elevatum  Giant Chancroid  Phagedenic chancroid  Tipe serpiginosa 7  Teknik imunofluoresens  menemukan antibodi  Biopsi  neutrophil,

fibrin, eritrosit, jaringan nekrotik, thrombosis.7

Disuntikkan 1.m. 2 x 500 mg selama 6-14 hari. 4. Tetrasiklin dan oksitetrasiklin

Dosis 4 x 500 mg/ hari selama 10-20 har 5. Eritromisin

Dosis 4 x 500 mg sehari, selama seminggu.. 6. Kuinolon  Dosis tunggal 400 mg.

7. Seftriaksone  Dosis tunggal 250 mg 8. Siprofloksasin

500 mg 2 x 1 3 hari

Menurut (WHO), penggunaan eritromisin

sebagai lini pertama. Pilihan lain 500mg dari ciprofloxacin diberikan 2x/hari selama 3 hari atau dosis-tunggal 1 gazythromycin.

 Non-medikamentosa :

Drainase, dorsumsisi preputium 7

DAFTAR PUSTAKA

1. Becker, Joseph U, 2010, Toxoplasmosis in Emergency Medicine(online), http://emedicine.medscape.com/article/787505-overview diakses pada 30 September 2011

2. Center for Disease Control and Prevention, 2010,Leishmaniasis (online), http://www.cdc.gov/parasites/leishmaniasis/, diakses pada 30 September 2011

3. Center for Disease Control and Prevention, 2010, Toxoplasmosis (Toxoplasma Infection) (online), http://www.cdc.gov/parasites/toxoplasmosis/, diakses pada 30 September 2011

4. Chin,James,2000, Manual Pemberantasan Penyakit Menular (online),

http://www.scribd.com/doc/8621108/Manual-Pemberantasan-Penyakit-Menular-DepKes diakses pada 1 Oktober 2011

5. Cunha, John P, 2008, Toxoplasmosis (Toxo) (online), http://www.medicinenet.com/toxoplasmosis/article.htm diakses pada 30 September 2011

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2007,Tatalaksana DBD (online),www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksana %20DBD.pdf diakses pada 1 Oktober 2011

7. Djuanda,Adhi,2009, Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin., Balai penerbit FK UI, Jakarta.

8. Dugdale,David C, 2010, Strongyloidiasis (online), http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000630.htm , diakses pada 30 September 2011

9. Farthing, Profess, 2004, WGO Practice Guideline Management of Strongyloidiasis (online),

http://www.worldgastroenterology.org/assets/downloads/en/pdf/guidelines/15_management_strongyloidiasis_en.pdf, diakses pada 12 Oktober 2011

10. Garna, Harry. Azhali M.S, dkk,1993,Ilmu Kesehatan Anak Penyakit Infeksi Tropik, h: 80-86.FK Unpad, Bandung, Indonesia. 11. Goodman & Gilman, 2005, The pharmacological Basis of Therapeutics, McGraw Hill, New York.

12. Hildmann H, dkk,2008, Treatment of Thymphanosclerosis (online), http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18483716, diakses pada 12 Oktober 2011

13. Kaneshiro,Neil K,2009,Pertussis (online), http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001561.htm,diakses pada 11 Oktober 2011

(27)

14. Kollef,Marin H,2005, Staphylococcus Aureus Pneumonia : A “Superbug” Infection in Community and Hospital Settings (online), http://chestjournal.chestpubs.org/content/128/3/1093.full, diakses pada 11 Oktober 2011

15. Mansjoer, Arif, dkk, 2009, Kapita Selekta Kedokteran, ed III, jilid I, Media Aesculapius, FK UI, Jakarta

16. Naber,Dr Christoph K,2011,Staphylococcus Aureus Bacteremia:Epidemiology,Pathophysiology and Management Strategies (online), http://cid.oxfordjournals.org/content/48/Supplement_4/S231.full, diakses pada 11 Oktober 2011

17. Nasronudin,Dr,dkk. 2007. Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini & Mendatang, Airlangga University Press, Surabaya. 18. Nelson, WB Saunders, 2004,Textbook of Pediatrics, 17th edition, Chapter 180, h: 908-912,1079, USA.

19. Prawitasari, Adhe, 2011, Terapi Sistemik dan Topikal Pada Cutaneous Larva Migrans Pada Anak (online), http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?

page=TERAPI+SISTEMIK+DAN+TOPIKAL+PADA+CUTANEOUS+LARVA+MIGRANS+PADA+ANAK diakses pada 1 Oktober 2011

20. Robbins,dkk,2007, Buku Ajar Patologi (online),edisi 7, EGC,Jakarta.

21. Siregar,Abdullah Afif,2008, Demam Rematik Dan Penyakit Jantung Rematik Permasalahan Indonesia (online), http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/750/1/08E00203.pdf, diakses pada 11 Oktober 2011

22. Siregar,Prof Dr R.S,2004, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.Edisi 2,EGC,Jakarta

23. Staf Pengajar parasitologi FKUI, 2009,Parasitologi Kedokteran,ed 4, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

24. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI,1997, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak,jilid 2,h 564-566,FKUI, Jakarta, Indonesia. 25. Sudoyo, Aru W, dkk,2009,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed V, jilid III, Interna Publishing, Jakarta.

26. Sulistia Gan Gunawan,2009, Farmakologi dan Terapi, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

27. Walger,Dr, 2006, Diagnosis : Cutaneous Larva Migrans (online),

http://journals.lww.com/em-news/Fulltext/2006/06000/Diagnosis__Cutaneous_Larva_Migrans.27.aspx diakses pada 30 September 2011

28. World Health Organization, 2010, Leishmaniasis (online), http://www.who.int/topics/leishmaniasis/en/, diakses pada 1 Oktober 2011 29. World Health Organization, 2010, Yaws : A Forgotten Disease (online),

http://www.who.int/neglected_diseases/diseases/yaws/en/index.html , diakses pada 1 Oktober 2011 30. Zein, Umar, 2005, Penanganan Terkini Malaria Falciparum, (online),

(28)

HEMATOLOGI NAMA PENYAKIT ETIOLOGI MANIFESTASI KLINIK PEMERIKSAN PENUNJANG DIAGNOSIS TERAPI Anemia Defisiensi Fe -- ↓ masukan Fe - Kebutuhan besi ↑: prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan, & kehamilan - Gangguan absorbsi Fe: gastrektomi, tropical sprue, kolitis kronik - Kehilangan Fe akibat perda-rahan menahun: divertikulosis, hemoroid, in-feksi cacing tambang, men-orrhagia, hematuria, hemo-ptoe, tukak peptik, pemaka-ian salisilat/NSAID, kanker lambung, kanker kolon - Faktor nutrisi: ↓ vitamin C, ↓ daging (11). - Gejala umum anemia: Badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, telinga berdenging, pucat pada konjungtiva & jaringan dibawah kuku

Gejala Khas : koilonychia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, atrofi mukosa gaster, pica, splenomegali (2). Lab: Hb↓, mikrositik hipokromik (MCV <80 fl, MCH <27 Pg, MCHC <31%), RDW ↑(anisositosis) jumlah retikulosit apusan darah tepi (poikilositosis) (2).

- Fe serum <50 mg/dl - TIBC >350 mg/dl - saturasi transferin <15% - Feritin serum <20 mg/l

Biopsi/ aspirasi sumsum tulang untuk

memperkirakan simpanan

besi→Hemosiderin (pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia untuk melihat cadangan besi secara langsung),

Serum transferin reseptor protein (TRP) normalnya <30 g/dL. Pada ADB > 100 g/dL (11). - Terapi kausal - Sulfas ferosus (oral) 200 mg 3x/hari (1 jam sebelum makan), jika ada gangguan

gastrointestinal dosis diturunkan menjadi 100 mg 3x/hari selama 3-6 bulan setelah kadar hemoglobin normal - Preparat besi lainnya : Fe-gluconate (5 tablet/ hari) Fe-fumarate (3 tablet/hari) - Iron Dextran (IM / IV) - Iron Sorbitol (IM) (11). - Transfusi sel darah merah Anemia akut, ketidakstabilan kardiovaskular dan kehilangan darah berlebih (2). Anemia Defisiensi Asam Folat/ vitamin - ↓ asupan vitamin dan asam folat - Malabsorbsi - Defek enzim kongenital (jarang) - Kebutuhan asam folat ↑: Kehamilan, bayi, keganasan, hemolisis, - Defisiensi vitamin : Lemah, nyeri kepala ringan, vertigo,tinitus, palpitasi, angina,pucat, Kulit sedikit kekuningan, nyeri lidah,anoreksia, diare, nadi↑, biasanya ada bising sistolik, gangguan neurologis (Parestesia pada Lab: HB↓, Hct↓, retikulosit↓, trombosit, makrositik normokromik (MCV > 100 fl, MCH >34 pg, MCHC normal), RDW↑, apusan darah tepi→ jumlah neutrofil lobus(hipersegme - Pemeriksaan sumsum tulang (biopsi/aspirasi) - Serum vitamin ↓ (pada defisiensi B12 namun serum folat normal/meningkat) - Serum asam - Terapi kausal - Vitamin 1000 ug IM tiap minggu sampai 8 minggu kemudian suntukan dilanjutkan tiap bulan dari sisa kehidupan

(29)

dermatitis eksfoliatif - Obat-obatan : antagonis purin, antagonis pirimid-in, prokarbazin, hidroksi-urea, acyclovir, zidofudin dll - Nitrous Oxide Idiopatik (11). ekstremitas,kelemahan, dan ataksia) - Defisiensi asam folat:

Diare, cheilosis dan glos-sitis, tidak ada gangguan neurologik (7,11). n),Bilrubin total dan Indirect↑, LDH↑,↓ vitamin : dapat dikoreksi dengan pemberian vitamin tetapi tidak oleh tetrahidrofolat (THF) begitupun sebaliknya pada ↓ asam folat (4).

folat↓ (pada defisiensi asam folat dan B12 normal/perbatasan) - Analisis

gastric (konfir-masi achlorhydria) - Uji schilling

(gangguan absorbsi vit. dengan faktor intrinsik

ELISSA (Ab sel parietal) (4).

- Asam folat (oral) 1 mg/hari (6).

Anemia pada

Penyakit kronis - Terjadi 1-2 bulan setelah terjadinya penyakit kronik Tuberkulosis, abses paru, endokarditis bakteri subakut, infeksi kronis, HIV, sarkoma, limfoma, enteritis regional, penyakit kolagen dan artritis reumatoid, penyakit endokrin, penyakit ginjal kronik, penyakit hati, osteomielitis, kolitis ulseratif (11). - Asimptomati k

Konjungtiva pucat tanpa kelainan yang khas (11).

Lab: HB↓, Hct, retikulosit normal/↓, MCV, MCH,MCHC dalam batas normal→ Normositik normokromik (70%) / Mikrositik hipokromik (30%), RDW normal (11). - Anemia sedang - Pemeriksaan sumsum tulang→selularitas normal - TIBC ↓,Fe

serum↓, Feritin serum↑

- LED↑

- CRP↑

Periksa haptoglobin, bilirubin, LDH, dan tes coombs (11). - Terapi penyakit dasar - Pada beberapa kasus anemia asimptomatik perlu transfusi - Preparat besi - Eritropoieti n :

hasil efektif untuk anemia pada gagal ginjal dan anemia sekunder (6,11).

Anemia Aplastik - Didapat - Anemia aplastik sekunder akibat radiasi, obat-obatan dan bahan kimia - Virus

(EBV, HIV, HAV, HBV/HCV) - Penyakit imun - PNH - Kehamila n - Idiopatik - Diwarisk an - Anemia Fanconi - Diskerato sis kongenital - Anemia aplastik familial - Trombosi topenia amegakariositik - preleuke mia - Perdarahan (memar, epistaksis, menorhagia, perdarahan gusi) - Pusing - Lemah - pucat - Dispnea - Jantung berdebar-debar - Rentan →Infeksi (demam) (4,11). Pemeriksaan darah tepi menunjukkan : - Pansito penia (anemia, neutropenia & trombositopenia) - Anemi a normokrom normositer - Retikul ositopenia (kegagalan sumsum tulang) - LED - Faal hemostasis - Pemeri ksaan Virus - Pemeri ksaan radiologis - Nuclea r MRI - Radion uclide Bone Marrow Imaging (11). - Pemeriksaan sumsum tulang Lihat tabel 1 (11). - Terapi Suportif (Antibiotik, Transfusi produk darah) - Terapi Definitif - Transplanta si sum-sum tulang - ATG / CSA, metilprednisolon, G/GM-CSF - Terapi

sitokin (1 & IL-3)

- siklofosfam id (9).

(30)

- Sindrom Shwachman-diamond , dll (9). - >30 tahun , pria(4). Anemia hemolitik intrinsik (intracorpuscular)  Herediter - Kelainan membran sitoskeleton (sferositosis) - Kelainan enzim / metabolik (defisiensi G6PD) - Kelainan sintesis globin (thalassemia, Hb-pathy/sickle cell anemia, HbC, HbE) (5). - Gejala anemia : Pucat, takikardi, tanda gagal jantung - Riwayat ikterus → bervariasi - Splenomegali → derajat bervariasi - Abnormalitas

kerangka (berat dan tahap lanjut) - Tanda fisik bergantung kompensasi sumsum tulang - Recurrent, semakin pucat - Herediter:

onset sejak bayi muda, riwayat keluarga (10). Lab : - MDT: abnormalitas morfologi sel, retikulositosis - Hiperbili rubinemia indirek - Kadar haptoglobin, LDH serum - Pemerik saan Coomb’s direk biasanya (+) pada kasus anemia hemolitik imun (11). - Fragilitas osmotik (resistensi ↓), autohemolisis → defek pada membran - Elektroforesis Hb, uji kerapuhan osmotik (resistensi↑), pemeriksaan HbF & Hb →Thalasemia & Hb pathy (11). - Terapi sesuai penyebab anemia Anemia hemolitik ekstrinsik (ekstracorpuscular ) Anemia hemolitik imun - Anemia hemolitik aloimun (eritroblastosis fetalis, transfusi) - Autoimmun Hemolytic Anemia (SLE) - Drug-Induced - Infeksi virusAnemia hemolitik non-imun - Mekanikal (penggunaan katup jantung buatan) - anemia hemolitik mikroangiopati (TTP, KID) - Paparan kimia - Parasit malaria (5,9).

Anemia hemolitik imun

- Anemia hemolitik

aloimun

- Anemia neonatus, ikterus gravis neonatorum, dan edema menyeluruh janin→ eritroblastosis fetalis (5). - syok, kelainan pembekuan, gagal ginjal (keparahan respons klinis sangat bervariasi) → transfusi

- Autoimmun Hemolytic

- tipe hangat : gejala timbul perlahan, ikterus, demam disertai nyeri abdomen dan anemia berat (11).

- tipe dingin : terjadi aglutinasi pada suhu dingin, sianosis akral, & fenomena Raynaud (9).

Anemia hemolitik non-imun

- Malaria : menggigil dan demam periodik (11). Anemia hemolitik imun - Anemia hemolitik aloimun - Rx transfusi hemolitik ↑IgM & ↑IgG - Hemoli

tik pada bayi baru lahir ↑IgG - Autoim mun Hemolytic - SLE &obat ↑IgG Anemia hemolitik non-imun Retikulositosis - Kadar haptoglobin, LDH2, SGOT serum (9,10,11). - Periksa darh lengkap - Morfologi darah tepi - Pemeriksaan Coomb’s direk biasanya (+) pada kasus anemia hemolitik imun - Anemia hemolitik

non-imun - TTP → Pemeriksaan Coomb’s direk (-) - Tes koagulasi - Uji serologi Malaria → Fragilitas osmotik↑, adanya parasit pada pulasan darah tebal/ adanya sekuens parasit pada analisis DNA (9,10,11).

Terapi sesuai penyebab anemia

Thalassemia- heterozigot (minor)

Defek pada gen (mutasi, delesi) menyebabkan kelainan sintesis rantai -globin - Tampilan klinis normal - Anemia hemolitik ringan (asimptomatik). - Hepatomegali & splenomegali - Kadar HB terentang 10 -13 g% , - Leukos it ↓ - mikros itik hipokromik - Ras, riwayat keluarga, usia awal penyakit, dan pertumbuhan - Elektroforesis hemoglobin→Hb ↑ - Manajemen seumur hidup - Transfusi - Kelator besi - Transplanta si sumsum tulang

(31)

(autosomal resesif inherited)

ditemukan pada sedikit penderita

- Morfol

ogi darah tepi poikilositosis, sel target, berinti, basofilik, elipsosit, dan ↑ eritrosit stippled dan leukosit imatur - (MCV <80 fl, MCH <27 Pg, MCHC <31%) (9,10). (antara 3,5 – 8% ) atau dapat turun sampai kisaran normal bila terdapat komplikasi dengan anemia defisiensi besi, HbF (1-5% ) - Distribusi HbF intraselular - Analisis struktural Hb varian (4, 9,10). - Sumsum tulang menunjukkan hiperplasia eritroid ringan-sedang dengan eritropoiesis yang sedikit tidak efektif (9,10).

- Terapi gen

Thalassemia- homozigot (mayor)

Mutasi delesi pada gen globin atau mutasi yang menyebabkan kelainan pemprosesan mRNA yang diturunkan secara herediter menyebabkan penurunan sintesis rantai -globin (9). - Pada umur 6-12 bulan, bayi tampak pucat, iritabel, anoreksia, demam dan pembesaran abdomen - Bila tidak dilakukan

hipertransfusi akan terjadi

hepatosplenomegali, ikterus,

-Perubahan tulang yang nyata (hiperplasia eritroid yang ekstrim), penonjolan tulang frontal dan parietal (11).

- Kadar Hb 3 atau 4 g% - Eritrosit mikrositik hipokromik , sangat poikilositosis, sel target, sel teardrop, elipsosit, fragmen eritrosit, mikrosferosit,↑ eritrosit stippled & eritrosit berinti. - Leukos it↓ - (MCV 50-60 fl) - Retikulo sit 1%- 8% - Serum fe ↑ - TIBC normal/↑ - Saturas i transferin 80%/ lebih - Ferritin serum biasanya↑ (6,9,10,11). - Ras, riwayat keluarga, usia awal penyakit, dan pertumbuhan

- Pemeriksaan Hb melalui pewarnaan cresyl blue dan elektroforesis Hb di temukan

- HbF

- Hb sedikit↑ - HbA ↓/tidak

ada sama sekali - Distribusi HbF intraselular - Sintesis rantai globin - Analisis struktural Hb varian - SGOT↑, Alp↑, GGT↑(9,10,11). - Transfusi teratur 3-4 minggu dengan mempertahankan kadar Hb minimum 100 g/L (“hipertransfusi”) atau bahkan 120 g/L(“supertransfusi”) - Kelator besi →Deferioksamin subkutan - Splenekto mi (dipertimbangkan) - Transplanta si sumsum tulang alogenik (4).

(32)

Hemofilia - Ganggua n X-linked recessive, 30% kasus di sebabkan oleh mutasi spontan akibat lingkungan endogen maupun eksogen. - Ada dua macam hemofilia yang diturunkan secara X-linked recessive : 1. Hemofilia A (↓/disfungsi F VIIIc) 2. Hemofilia B (↓/disfungsi F IX) - Hemofilia C diturunkan secara autosomal recessive (↓ F XI) (11).

Lihat tabel 2 dibawah - Analisi s genetika →DNA Probe - Jumlah trombosit normal - Masa perdarahan normal - Masa protrombin normal - Masa tromboplastin parsial memanjang - APTT abnormal - PT normal - Pemeri ksaan faktor VIII dan IX - Anamnesis - Riwayat keluarga - Dx antenatal Lihat tabel 3 dibawah

1.Kriopresipitat faktor antihemofili (AHF) untuk menghindari kecacatan fisik (terutama sendi) 2. RICE Rest Immobilization Compression Elevation 3. Obat- obatan suportif - Kortikosteroid - Analgetika 4. Rehabilitasi medik - latihan pasif/aktif - terapi dingin dan panas

- penggunaan ortosis - terapi psikososial - terapi rekreasi dan edukasi (11). Koagulasi Intravaskular Diseminata Disebabkan oleh pembentukan trombin di kompartemen vaskular -Keadaan yang berkaitan dengan KID : 1. Penyulit obstetri 2. Hemolisis intravaskular 3. Septikemia 4. Viremia (varisela) 5. Leukemia 6. Asidosis/ alkalosis 7 . Luka bakar 8. Trauma mekanis berat & nekrosis jaringan 9. Gangguan vaskular (11).

- Tanda umum Perdarahan ( biasanya dari 3 tempat yang tidak berkaitan), demam, hipotensi, asidosis, hipoksia, proteinuria, hematuria - Tanda spesifik Petekie, purpura, gangren. - Mikrotrombu s - Disfungsi organ akhir (9). - Hipofi brinogenemia - PT abnormal - PTT abnormal - Waktu trombin abnormal - Hitung trombosit abnormal - Faktor V dan VIII abnormal - Produk penguraian Fibrin + - Leukos itosis - Tromb ositopenia - Retikul ositosis (9). - Dx Laboratorium harus mempertimbangkan - Pengaktifan

koagulasi →trombin & fibrin

- Kemungkinan konsumsi faktor-faktor koagulasi→ F VIII dan V

- Pengaktifan sekunder jalur fibrinolitik→ bagian-bagian FDP dan D-Dimer ↑ didalam darah - Manifestasi klinis dan laboratorium inheren dari sindrom klinis yang memicu KID (9).

- Segera terapi kausal - Terapi

suportif yang agresif, mengatasi

hipovolemia & hipoksemia

- Terapi KID berdasarkan usia, penyebab, lokasi dan beratnya perdarahan/ trombosis - Jika perdarahan & menjalani tindakan invasif→ Kriopresipitat dan plasma beku segar/ trombosit konsetrat - Jika ada tanda trombosis ( nekrosis kulit, iskemia akral/ tromboemboli vena) →Heparin (9,11) Purpura Trombositopenia Imun - Akut→(

anak) Post infeksi virus rubela, varisela, rubeola, dan infeksi saluran

- PTI akut : - Riwayat infeksi - Perdarahan -Lab : -Pemeriksaan apusan darah tepi→ ↓ trombosit dan megatrombosit

- Anamnesis - Pemeriksaan fisik - Hitung darah lengkap

- Terapi penyakit yang mendasari - Observasi

(33)

nafas (5). - ITP akut sembuh sendiri, remisi spontan terjadi pada 90% kasus, - Kronik → (dewasa) timbul secara tersebdiri/ berkaitan dengan suatu penyakit seperti limfoma, SLE - Awitan pendarahan tidak menentu serta memiliki perjalanan klinis yang flukuatif remisi spontan jarang terjadi (6,9).

biasanya ringan (perdarahan kedalam kulit, spontan/ setelah trauma ringan) (5,6). - PTI kronik : - Riwayat perdarahan ringan – sedang berupa ekimosis, peteki, purpura (5). - Trombositopenia < 50.000/ mL - Monoclonal Antigen-Capture Assay →Mengukur trombosit yang berkaitan dengan antibodi - Pemeriksaan sumsum tulang :↑ jumlah megakariosit dan megakariosit imatur (11). - Jumlah trombosit > 50.000/mL : Asimptomatik 30.000- 50.000/mL :

luka memar/ hematom

10.000-30.000/mL :

Perdarahan spontan, menorrhagia, perdarahan memanjang bila ada luka

<10.000/mL :

perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gastrointestinal, genitourinari, & risiko perdarahan sistem saraf pusat) (11). - uji penapisan koagulasi

APTT, PPT, TT, fibrinogen normal (11).

tanpa terapi yang spesifik diindikasikan pada mayoritas anak - Hindari pemakaian obat-obatan penghambat trombosit(Aspirin) - Hindari aktivitas fisik berlebihan - Terapi awal PTI standar Prednison IgIV (immunoglobulin intravena) Splenektomi (9). LLA Leukemia Limfoblastik akut - Herediter: sindrom Down, sindrom Fanconi, Sindrom Bloom, Ataksia telangiektasia, pengaktifan onkogenik - Didapat: Obat (klorambusil, melfalan, siklofosfamid)

Zat kimia (benzen) Radiasi

Virus (EBV dan

HTLV-I-Jamaika, Jepang) Onkogen ( abl, C-sis, C-myo) (7). Asimptomatik / memiliki gejala berupa - kegagalan fungsi sumsum tulang - Anemia : pucat,

lethargi, sesak nafas, sakit kepala, angina - Infeksi : infeksi pyogenik minor → septikemia - Trombositopenia: Perdarahan gusi, hematuria, ekhimosis, petekiae, diperberat oleh demam dan infeksi - Infiltrasi hepatospleno-megali dan/ limfadenopati - sindroma mediastinal superior - sakit tulang/ persendian - pembesaran & sakit

pada skrotum - Keterlibatan sistim Syaraf Pusat (7,11) Lab : - Darah rutin anemia,hiperleukos itosis (AL > 100.000/mmk) dan trombositopenia, netropenia (5). - Morfolo gi darah tepi: - Kesan eritrosit : anemia normositik-normokromik - Kesan leukosit : limfoblast + - Kesan trombosit : jumlah menurun - Morfolo gi sumsum tulang :Hiperseluler, eritropoesis & trombopoesis ↓, didominasi sel limfoblas - Sitokimia membedakan LLA dan LMA. Pada LLA pewarnaan sudan black dan mieloperoksidase negatif. TdT yang diekspresikan limfoblas positif. - Imunofenotip : - Sel prekusor B (CD10, CD19, CD79A, CD22) - Sel B (Kappa/lambda, CD19,CD20) - Sel T (CD1a, CD2,CD3,CD8) - Sitogenetik - Biologi molekuler - Parameter koagulasi - Kimia darah - Golongan darah ABO dan Rh Foto toraks atau computed

tomography(11). Kemoterapi - Induksi Remisi (prednison, vinkristin, daunorubisin, dan L-asparginase) - Terapi intensifikasi/ konsolidasi - Profilaksis SSP (metotreksat) Pemeliharaan jangka panjang (10,11). LLK Leukemia Limfositik Kronik - Kemungkinan disebabkan oleh retrovirus - Onkogen - Abnormalitas kromosom (trisomi Asimptomatik / memiliki gejala berupa limfadenopati generalisata, BB↓, kelelahan, ↓ nafsu makan,↓ kemampuan latihan/olahraga, demam, Lab : - Darah rutin Leukosit 10.000/ L sampai - Darah rutin menunjukkan lekositosis - Gambaran darah tepi

tampak limfositosis dengan gambaran limfosit kecil matur dan smudge

- LLK

stadium dini yang stabil : Klorambusil secara kontinu/ intermiten

Gambar

Foto toraks : terdapat infiltrat baru atau   progresif,  salah   satu   lobus berawan
Foto toraks atau computed  tomography (11) . Kemoterapi - Induksi Remisi (prednison, vinkristin, daunorubisin, dan L-asparginase)-Terapi intensifikasi/ konsolidasi-Profilaksis SSP (metotreksat)Pemeliharaan jangka panjang (10,11)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan catatan dan pengecekan kami, yang bersangkutan adalah benar – benar aktif sebagai wakil ketua dalam organisasi HIMPRO TM Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNNES

Perbedaan antara proteksi katodik dengan sistem arus dan sistem anoda korban adalah bahwa pada sistem arus tanding anoda dipusatkan di suatu lokasi yang disebut

Muara Sanding Kecamatan Margawati Kecamatan Paminggir Kecamatan Padahurip Banjarwangi Sukasenang Banyuresmi Sukaraja Banyuresmi Dangdeur Banyuresmi Karyamukti

Untuk membahas topik ini penulis menggunakan koleksi Perpustakaan Daerah Provinsi Jambi dan Perpustakaan Daerah Kota jambi, karena topik diatas sangat

Pada prinsipnya pencucian kimia dilakukan secara hidrolisis pada molekul organik, penghilangan partikel dan menyerang lapisan cake membran (Lim dan Bai, 2003). Penelitian

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa ambang pengendalian berdasarkan tangkapan ngengat menggunakan perangkap berferomon seks sebesar 4 ngengat/5

Dalam hal ini nilai kondisi ujung (end condition) dari bracing tidak dihitung seperti pada kolom, tetapi langsing diasumsikan sebagai struktur tekan dengan dukungan

Kesiapsiagaan perawat yang terdiri dari komponen pengetahuan, sikap dan keterampilan (Heimlich Manuver dan Resusitasi Jantung Paru) dalam memberikan pelayanan