• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM PEMBANGUNAN FISIK DI DESA TELAGA KECAMATAN BATU AMPAR KABUPATEN KUTAI TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPM) DALAM PEMBANGUNAN FISIK DI DESA TELAGA KECAMATAN BATU AMPAR KABUPATEN KUTAI TIMUR"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

eJournal Ilmu Pemerintahan, 2021, 9 (1): 61-74

ISSN 2477-2458 (online), ISSN 2477-2631 (cetak), ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2021

PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(LPM) DALAM PEMBANGUNAN FISIK DI DESA TELAGA

KECAMATAN BATU AMPAR KABUPATEN KUTAI

TIMUR

Ariyanto Fratama1

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Pembangunan Fisik di Desa Telaga Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kutai Timur.

Jenis penelitian adalah deskriptif dan kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan penelitian lapangan, menggunakan observasi, wawancara mendalam dan pencatatan dokumenter. Analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif.

Akhir dari penelitian ini menunjukan bahwa Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Pembangunan Fisik di Desa Telaga Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kutai Timur belum optimal, hal ini dilihat dari kurangnya kemapuan lembaga pemberdayaan masyarakat dalam merencanakan pembangunan, kemampuan lembaga pemberdayaan masyarakat menggerakkan keterlibatan masyarakat dan kapasitas lembaga pemberdayaan masyarakat untuk menjalankan, menilai ulang kegiatan pembangunan yang ada di Desa Telaga. Salah satu penyebab tersebut adalah keaktifan pengurus lembaga pemberdayaan masyarakat itu sendiri.

Kata Kunci : Peran, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan Fisik

Pendahuluan

Pembangunan fisik desa sejatinya menuju kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Pembangunan fisik desa juga bisa dilihat sebagai upaya mempercepat pembangunan pedesaan melalui penyediaan sarana dan prasarana untuk memberdayakan masyarakat, dan upaya mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat. Pembangunan alam desa memiliki banyak aspek, sehingga perlu dikaitkan dengan dinas dan aspek di luar desa agar menjadi landasan yang kokoh bagi pembangunan negara.

1

(2)

Dalam hal ini perumusan rencana pembangunan desa masing-masing membutuhkan sinergi atau kerjasama yang baik antara Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dengan Kepala Desa, sehingga diharapkan desain akhir pembangunan dapat memenuhi kebutuhan dan kemampuan masyarakat desa. kemampuan. Hal ini pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Melalui Lembaga Otorisasi Masyarakat (LPM) yang merupakan salah satu organisasi kemasyarakatan, sebagai mitra kerja pemerintah desa mengelola, merencanakan dan melaksanakan pembangunan dengan menggali kekuatan kerjasama masyarakat.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) diharapkan dapat mendukung, menjaga serta memadukan, memperjuangkan aspirasi masyarakat yang ada di Desa Telaga Kecamatan Batu Ampar kepada pemerintah sehingga terciptanya sikap Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sebagai mitra pemerintah dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan pedesaan dalam menuju kemandirian masyarakat.

Desa Telaga merupakan salah satu dari tujuh desa yang ada di Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kutai Timur. Desa Telaga termasuk desa terpencil atau pedalaman sehingga transportasi susah untuk menjangkaunya mengakibatkan biaya perjalanan jadi sangat mahal untuk menuju ke Kabupaten. Walaupun desa tersebut terletak cukup dekat dengan Kecamatan Batu Ampar, namun pembangunan desa belum seluruhnya memadai.

Berdasarkan hasil observasi (pengamatan sementara) yang dilakukan, ada beberapa kendala atau masalah yang terdapat pada Desa Telaga, yaitu akses jalan untuk menuju ke Kecamatan belum adanya pengerasan jalan yang merata, pembangunan perbaikan jalan di desa yang belum merata, perbaikan sarana ibadah, pembuatan gorong-gorong, sumber air bersih yang tak kunjung mengaliri kerumah-rumah masyarakat serta belum adanya gedung serbaguna, fasilitas yang belum lengkap serta tempat olahraga yang tidak terawat. Dalam keadaan inilah, peneliti mencoba untuk melihat bagaimana peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sebagai mitra pemerintah Desa dalam pembangunan berdasarkan tugas dan fungsinya. Walaupun LPM sudah ada ditengah-tengah masyarakat Desa, tetapi masih terdapat pembangunan-pembangunan yang disusun oleh pemerintah Desa terkadang tidak sesuai dengan yang diperlukan masyarakat. Keadaan ini dapat dilihat lewat banyaknya program serta kegiatan di berbagai bidang yang masuk ke Desa dan telah ditopang oleh pendanaan cukup besar, namun pada kondisi di lapangan hanya menjadikan masyarakat Desa sebagai penerima pasif tanpa ada partisipasi aktif atau lebih dikenal dengan pembangunan yang bersifat dari atas ke bawah.

Berdasarkan gambaran fenomena pembangunan sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Telaga telah disusun menjadi “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa” (RPJMDes) yang bertujuan untuk memberikan arahan yang lebih jelas dan akurat untuk mengatasi kendala-kendala pembangunan yang spesifik. Menjadikan desa Telaga desa pertanian setiap tahun selama enam tahun

(3)

dan mempercepat terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Dengan bantuan RPJMDes diharapkan dapat tercapai koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar peserta pembangunan yang lebih baik.

Untuk itu diperlukannya peran “Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)” dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk menggerakkan, mendorong, dan mengajak masyarakat agar bisa bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di Desa Telaga tersebut. Dan juga Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) diharapkan mampu menujukan gambaran dan memotivasi atau penyuluhan terhadap masyarakat tentang arti pentingnya pembangunan yang akan disusun LPM dan dilaksanakan oleh masyarakat, karena untuk kepentingan masyarakat itu sendiri. Dengan demikian dapat disadari bahwa pembangunan desa itu sendiri memerlukan keikutsertaan masyarakat secara swadaya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis menarik untuk mengkaji lebih mendalam terutama tentang peran lembaga pemberdayaan masyarakat Desa Telaga dalam rangka meningkatkan pembangunan fisik di desa. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas dan relevansi fenomena yang terjadi di objek penelitian maka penulis menetapkan judul, “Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pembangunan Fisik Di Desa Telaga Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kutai Timur”.

Kerangka Dasar Teori

Pengertian Peran

Menurut Soekanto (2009: 212), peran adalah "proses dinamis (keadaan) jabatan". Individu dapat berperan dengan menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan posisinya. Perbedaan antara jabatan dan peran adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena yang satu bergantung pada yang lain. Selanjutnya menurut Merton dalam Raho (2007:67) mengatakan bahwa peran didefinisikan “sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu.” Sedangkan menurut Rivai (2006:148) peran diartikan sebagai “perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu”.

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya memberdayakan atau memperkuat masyarakat. Pemberdayaan komunitas juga diartikan sebagai “pemberdayaan individu yang bersatu dengan komunitas untuk membentuk komunitas yang relevan guna menemukan pilihan baru dalam pembangunan komunitas”. (Mardikanto, 2014: 200).

Dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat tidak lepas dari adanya perencanaan sumber daya manusia. Menurut Hasibuan (2001: 249), perencanaan adalah “beberapa keputusan yang dapat dijadikan pedoman untuk mencapai

(4)

tujuan”. Perencanaan sumber daya manusia merupakan fungsi utama dari manajemen sumber daya manusia. Perencanaan sumber daya manusia diproses oleh plan (planer), dan hasilnya menjadi (plan).

Untuk melakukan perencanaan sumber daya manusia harus adanya inti dari pemberdayan masyarakat itu sendiri. Hikmat (2004:217) mengatakan bahwa “inti dari pemberdayaan masyarakat adalah bagaimana menggali dan mendayagunakan sumber daya yang ada dimasyarakat.” Karena masyarakat memiliki potensi yang sangat besar, dapat diperoleh dari luar sumber daya alam yang ada, tetapi juga dari sumber daya sosial dan budaya masyarakat. Komunitas memiliki kekuatan, ketika mereka digali dan dibimbing akan menjadi energi yang sangat besar untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi.

Berdasarkan definisi diatas maka, pemberdayaan masyarakat adalah upaya memberikan daya atau penguatan kepada masyarakat dalam perencanaan sumber daya manusia untuk menggali potensi yang dimiliki oleh masyarakat. Apabila potensi dari masyarakat tersebut dapat dikembangkan dan disalurkan maka akan berubah menjadi energi yang besar untuk mengatasi kondisi yang mereka alami.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Merujuk “Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2006 tentang Lembaga Kemasyarakatan dan Lembaga Adat” menyebutkan bahwa “Pengertian Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disingkat ( LPM ) adalah lembaga, organisasi atau wadah yang di bentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra pemerintah kelurahan dalam menampung dan mewujudkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan.”

Pengertian Pembangunan

Pada dasarnya, konsep pembangunan biasanya didasarkan pada proses berkelanjutan dari norma-norma tertentu menuju keadaan yang lebih baik. Mengenai konsep pembangunan, para ahli memberikan berbagai definisi seperti rencana. Menurut Effendi (2002: 2), pembangunan adalah “upaya untuk meningkatkan semua sumber daya secara terencana dan berkelanjutan berdasarkan asas fair and just use”. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pembangunan adalah community development. Berorientasi, pendidikan menempati posisi utama dalam pendidikan, dan tujuannya adalah agar warga negara memahami dan memahami arah dan tujuan kehidupan yang lebih baik.

Pembangunan Fisik

Effendi (2002:146) memberikan pengertian tentang pembangunan fisik yaitu, “bahwa pembangunan daerah otonom, badan eksekutif desa selain di tuntut mampu memberikan pelayanan yang baik dan di lakukan secara profesional kepada masyarakat juga mampu membangkitkan partisipasi masayarakat dalam mewujudkan kemajuan desa serta kebaikan bersama suatu pembangunan fisik/infrastruktur akan tepat mengenai sasaran, terlaksana dengan baik dan

(5)

dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan infrastruktur tersebut benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat.”

Metode Penelitian

Berdasarkan bentuk dan format judul penelitian, maka dapat dikategorikan bahwa jenis penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yang merupakan suatu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Teknik penelitian kualitatif berfungsi sebagai dasar untuk menghasilkan data deskriptif dalam bentuk ekspresi tertulis atau lisan manusia dan perilaku yang dapat diamati. Ada beberapa pertimbangan dalam penggunaan metode kualitatif: Pertama, metode kualitatif lebih mudah disesuaikan jika dihadapkan pada berbagai realitas. Kedua, metode ini memberikan inti dari hubungan antara peneliti dan orang yang diwawancarai. Ketiga, metode ini lebih cocok untuk meningkatkan pengaruh bersama dan model nilai yang dihadapi. Riset tarif kualitatif dapat menciptakan desain yang selalu disesuaikan.

Hasil Penelitian

Merencanakan Pembangunan yang Partisipatif

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) terlibat dalam musyawarah (rapat) yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan partisipatif di Desa Telaga. Berdasarkan hasil wawancara dengan Sekretaris LPM yang berpendapat : "Pemerintah Desa memiliki mitra kerja yakni Lembaga Pemberdayaan Masyarakat serta turut berperan dalam rapat musyawarah pembangunan Desa. LPM turut hadir pada rapat yang diselenggarakan oleh pemerintahan Desa yaitu rapat musrenbangdes, pada saat rapat musrenbangdes dipimpin langsung oleh ketua LPM untuk membahas daftar prioritas usulan kegiatan Desa pada tahun berikutnya. Ketua, sekertaris, bendahara, beserta anggota LPM lainnya juga turut dalam rapat tersebut."(Wawancara, tanggal 6 Maret 2020)

Dalam kegiatan perencanaan dan pembangunan secara partisipatif pihak Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) mengajak pihak Pemerintah Desa untuk bermusyawarah atau melakukan pertemuan untuk menyampaikan daftar rencana program dan pembangunan secara partisipatif. Agenda yang biasanya dirapatkan dalam perencanaan pembangunan partisipatif dengan mengadakan pertemuan untuk menyusun rencana pembangunan dan melaksanakan kegiatan pembangunan tersebut. Hal diatas senada dengan pendapat Kepala Desa Telaga yang mengatakan:

"Dalam pertemuan tersebut pihak LPM menyampaikan susunan perencanaan yang telah di susun yaitu seperti pembangunan gedung untuk puskesmas, perbaikan tempat posyandu, pembangunan gedung olahraga, dan perbaikan tempat ibadah. Dan dalam susunan perencanaan tersebut sudah sebagian berhasil di selesaikan pembangunannya oleh masyarakat

(6)

Desa Telaga, pembangunan yang sudah selesai yaitu pembangunan gedung untuk puskesmas dan tempat ibadah (Masjid)." (Wawancara pada tanggal 4 Maret 2020)

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa dalam hal ini pihak LPM berperan untuk menyampaikan agenda program rencana Pembangunan yang sudah dirapatkan dan LPM dapat memobilisasi partisipasi atau partisipasi seluruh lapisan masyarakat di Desa Telaga. Diharapkan melalui partisipasi masyarakat, masyarakat Desa Telaga dapat lebih berdaya dalam hal pembangunan, dan diharapkan pula masyarakat Desa Telaga dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya..

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Mediator

Masyarakat terlibat dalam Rapat yang Diadakan

Berdasarkan hasil wawancara, LPM membacakan daftar rencana yang telah dikembangkan, seperti rencana pengecoran, pembangunan posyandu, pemugaran lokasi posyandu, pembangunan pagar kayu sekretariat dan pemugaran tempat ibadah. Dalam struktur yang direncanakan, sebagian masyarakat Desa Telaga telah menyelesaikan sebagian pekerjaan konstruksi yang sudah selesai yaitu pembangunan pagar kayu sekretariat, pembangunan posyandu dan pembangunan tempat ibadah (musola).

Peran lembaga pemberdayaan masyarakat sebagai mediator juga telah berjalan, Operasionalnya berjalan normal terlihat dari tingginya partisipasi masyarakat dalam pertemuan tersebut, karena masyarakat menyadari pentingnya rencana yang dibuat LPM Desa bagi masyarakat. Dari situasi tersebut terlihat bahwa LPM telah berperan sebagai mediator karena selaku instansi yang ditunjuk oleh pemerintah mengadakan pertemuan di Desa Telaga untuk mendapatkan informasi terkini dan mengkomunikasikan kendala-kendala yang dihadapi dalam prosesnya. Desa Tu Zhu Telaga di Distrik Anpa.

Masyarakat juga dilibatkan dalam memberikan informasi tentang kemajuan rencana pembangunan.

Masyarakat peserta kegiatan pembangunan juga harus mendapatkan informasi tentang kegiatan yang dilakukan LPM Desa Telaga, termasuk kegiatan sosial. Namun jika masyarakat tidak memberikan informasi tentang perkembangan yang akan datang atau informasi yang diberikan kepada mereka yang tidak hadir pada pertemuan LPM Desa Telaga di Batu Ampar, maka kegiatan pembangunan yang sedang berlangsung tidak akan

dilanjutkan.Untuk mendapatkan informasi penulis melakukan wawancara kepada

salah satu informan selaku Ketua RT Desa Telaga, beliau mengatakan:

“Kami sering memberikan informasi kepada masyarakat, contohnya untuk membentuk organisasi atau kelompok karena bantuan Pemerintah sekarang harus berkelompok.” (Wawancara pada tanggal 4 Maret 2020).

(7)

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan sudah diseleggarakannya sosialisasi LPM Desa dalam menyampaikan apa saja yang menjadi tujuan akan diadakannya LPM Desa Telaga.

Karenanya Informasi tentang LPM telah diketahui oleh beberapa pihak. Penilaian mereka, kegiatan apa saja yang dilakukan pemerintah untuk memajukan Desa mereka selalu akan mendukung. Sebagai tokoh masyarakat desa, ia sangat tertarik dengan rencana pemerintah untuk LPM Desa. Karena keberadaannya, sebagai tokoh masyarakat harus selalu memberikan informasi kepada masyarakat di Desa Telaga. Agar tidak kehilangan informasi, dia selalu hadir untuk menghadiri rapat bila diundang.

Masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi akan pembangunan Desa. Dia bahkan tidak mau ketinggalan informasi ini. Dalam rapat, setiap orang harus memberikan partisipasi, atau mendapatkan informasi dari orang lain tentang kegiatan yang akan dilakukan LPM perdesaan melalui musyawarah.

Setiap orang yang melihat dan mengetahui apa yang terkait dengan relawan LPM Desa memberikan partisipasi masyarakat untuk memberikan informasi bagi penyelenggaraan program pembangunan. Sekretaris LPM Desa Telaga turut memberikan informasi yang menguatkan, beliau mengatakan :

“Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sosialisasi program LPM, sumber informasi saya masyarakat Desa Telaga dalam kepedulian terhadap pembangunan masih rendah dan kurang terorganisirnya masyarakat baik secara organisasi”. (Wawancara pada tanggal 6 Maret 2020)."

Berdasarkn hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat hanya memberikan informasi kepada orang-orang yang mengikuti rapat dan memiliki status sosial yang lebih tinggi. Sementara itu, bagi mereka yang tidak peduli dan tidak mau tahu tentang program tidak akan mendapat informasi dari LPM Desa. Artinya peran lembaga pemberdayaan masyarakat sebagai mediator tidak berjalan, hal ini terlihat dari peran serta masyarakat, hanya masyarakat yang aktif di masyarakat dan yang peduli dengan pembangunan melalui LPM Desa, termasuk peserta masyarakat. Kurangnya sosialisasi ke seluruh masyarakat desa Telaga.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa sebagai Motivator

Masyarakat Memanfaatkan Pembangunan yang Sudah Dibangun

Jika semua orang tidak memiliki kesadaran akan partisipasi maka harus didukung oleh lembaga pemberdayaan masyarakat (didukung sebagai lembaga motivator masyarakat), karena jika tidak ada partisipasi maka pembangunan Desa Teaga di Kecamatan Batu ampar tidak akan terwujud. Partisipasi masyarakat yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembangunan dicapai dengan berpartisipasi dalam pembangunan alam dan ekonomi masing-masing desa. Kebijakan pemerintah melalui LPM Desa bertujuan untuk meningkatkan kapasitas seluruh

(8)

masyarakat.Untuk memperoleh data terkait hal tersebut penulis melakukan wawancara langsung dengan ketua RT beliau mengatakan:

“Iya, sudah contohnya perbaikan jalan yang berlubang atau rusak untuk kepentingan bersama dan memanfaatkan gedung serbaguna untuk mengadakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya untuk kepentingan Kelurahan dan warga sekitarnya”. (Wawancara pada tanggal 4 Maret 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa Rencana LPM Desa merupakan program yang ditujukan untuk masyarakat desa juga, oleh karena itu peran serta masyarakat desa diperlukan agar pelaksanaan pembangunan dapat terlaksana. Adapun perkembangan di desa seperti perbaikan jalan, perbaikan masjid, pembangunan Bosyandus, dan penyediaan fasilitas, semuanya dinikmati oleh masyarakat Desa Telaga Batu Ampar. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh Kepala Dusun, Kepala Dusun menyampaikan:

“Sudah, salah satunya MCK yang dibangun pas di lokasi tempat saya yang memang sangat dibutuhkan masyarakat”. (Wawancara pada tanggal 8 Maret 2020).

Dari hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa para pemimpin RT dan Dusun yang mewakili seluruh warga Desa Telaga menyukai hasil pembangunan desanya. Hal ini dapat menimbulkan pemikiran bahwa warga sekitar dapat memanfaatkan bangunan yang sudah dibangun. Hal ini dapat memberi gambaran bahwa warga setempat dapat memanfaatkan bangunan yang telah dibuat. Wawancara kemudian ditujukan kepada Kepala Desa Untuk memperkuat data dengan permasalahan di atas, beliau mengatakan :

”Menurut penilaian saya masyarakat sudah maksimal memanfaatkan pembangunan, mayoritas prasarana sosial dasar yang dibangun dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Telaga Kecamatan Batu Ampar”. (Wawancara pada tanggal 4 Maret 2020)."

Berdasarkan observasi yang dilakukan dan dari hasil wawancara kepada warga desa maupun dengan Kepala Desa selaku Informan, penulis menyimpulkan bahwa masyarakat sudah sepenuhnya dalam memanfaatkan pembangunan yang dibuat oleh LPM Desa Telaga. Jadi, Peran LPM dalam merencanakan pembangunan sudah sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Masyarakat turut Merawat Pembangunan yang Sudah Dibuat.

Dengan memperhatikan seluruh kegiatan pembangunan yang disediakan oleh pemerintah sebagai perwujudan dari kebijakan pemberdayaan masyarakat pedesaan, dapat menunjukkan bahwa masyarakat telah berpartisipasi dalam pembangunan pedesaan. Masyarakat perlu berperan serta untuk mewujudkan program LPM yang berjalan di Desa Telaga Kecamatan Batu Ampar.

Semua masyarakat yang ikut menikmati hasil pembangunan ditunjukkan dengan melakukan Perawatan pembangunan, seperti:

(9)

Semenisasi jalan, pembangunan pagar, pembangunan posyandu dan Mussola. Apabila masyarakat tidak dapat mengurusi hasil pembangunan yang telah dicapai, maka bantuan keuangan dapat dihentikan, dan masyarakat tidak dapat memperoleh manfaat dari bantuan pemerintah LPM Desa.

Peran lembaga pemberdayaan masyarakat sebagai penggerak sangat baik, namun bertentangan dengan kondisi untuk menjaga hasil pembangunan masyarakat Desa Traga masih sangat rendah, karena masyarakat masih kurang memperhatikan kondisi fisik bangunan yang ada. telah dibangun.

Berdasarkan informasi di atas, penulis kemudian melakukan wawancara dengan tokoh adat apakah benar pelaksanakan pembangunan belum secara optimal, kemudian bapak sebagai tokoh adat di Telaga mengatakan:

“Pembangunan fisik yang telah dibangun yah berjalan dengan semestinya. Sebagai tokoh adat Desa Telaga saya belum pernah melihat anggota ataupun ketua LPMK melakukan pemantauan secara langsung jika pembangunan tersebut sudah selesai.” (Wawancara, 22 April 2020)

Kurang maksimalnya peranan “Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)” di Desa Telaga juga diakibatkan dari minimnya perhatian pemerintah Kabupaten terhadap “Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)” di Desa Telaga. Hal ini terbukti hingga saat ini Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) belum maksimal dalam merencanakan pembangunan yang partisipatif. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang mengatakan bahwa:

"Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di Desa Telaga ini sudah melaksanakan tugas kami, beberapa kali kami melakukan pertemuan di kantor bupati yang katanya akan di cairkan dana operasional namun pada kenyataannya tidak ada, maka dari itu peran kami sebagai LPM masih kurang optimal. (Wawancara pada tanggal 26 April 2020)

Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa peran LPM tidak dilaksanakan secara maksimal karena dilihat dari informasi dari tokoh adat bahwa pemantauan yang dilaksanakan hanya diawal dan diakhir penyelesaian pembangunan saja setelah itu sama sekali belum maksimal.

Menggerakkan Swadaya Gotong Royong Masyarakat dalam Pembangunan

Menggerakkan kerjasama pembangunan swadaya masyarakat, yaitu melalui berbagai kegiatan pemerintahan dan swadaya masyarakat, menggerakkan dan meningkatkan semangat dan partisipasi masyarakat, serta melaksanakan pembangunan secara terpadu. Menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)”, swadaya mengacu pada kekuatan diri sendiri. Artinya masyarakat memiliki kesadaran dan inisiatif sendiri dan akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang dari kelompok masyarakat itu sendiri. Dalam hal partisipasi masyarakat secara mandiri, LPM dapat mengajak dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembangunan Desa Telaga

(10)

Hal ini terlihat dari kondisi lokasi fasilitas umum desa yang terpelihara dengan baik dan biasanya kegiatan gotong royong dilakukan dua kali dalam sebulan.

Lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) memiliki peran strategis dalam kemajuan Desa. Selain sebagai representatif masyarakat dalam bidang perencanaan pembangunan Desa, LPM juga harus dapat membantu pemerintah Desa dalam menyusun rencana pembangunan yang aspiratif. Hal tersebut diungkapkan Kepala Desa Telaga dan “Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)” saat memberikan pelatihan di Desa Telaga Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kutai Timur. Informan tersebut mengatakan LPM juga menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan, serta memelihara dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan.

Menurut pandapat kepala Dusun, hampir 2 tahun terakhir peran LPM sangat kurang, keterlibatan untuk menggerakkan partisipasi masyarakat juga tidak nampak jelas dirasakan, karena selama ini apabila ada kegiatan-kegiatan kerja bakti, seperti kerja bakti setiap hari jumat, yang merupakan program pemerintah kabupaten, hanya aparat kelurahan yang selalu mengajak dan menghimbau masyarakat agar dapat bersama-sama dengan pemerintah kelurahan untuk kerja bakti.

LPM Desa Telaga berperan dalam pembangunan Desa Telaga dengan melibatkan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk masyarakat itu sendiri, mendorong inisiatif dan partisipasi, serta swadaya masyarakat dan gotong royong. Terlihat tidak banyak kegiatan yang dilakukan oleh LPM, dan kegiatan tersebut lebih didominasi oleh kegiatan gotong royong dan pengamanan. Dalam menjalankan kegiatannya LPM Desa Telaga dapat berkerja sama dengan pemerintah ataupun lembaga Kemasyarakatan yang ada di Desa Telaga Sementara adapun kendala yang dihadapi adalah kurangnya kesadaran atau kepekaan masyarakat terhadap lingkungannya dan cenderung menunggu untuk di gerakan.

Peningkatan efisiensi petugas perlu pengetahuan yang tinggi, agar menjalankan tugas ataupun pelaksanaan pemberdayaan harus ditingkatkan lagi, maka dengan ini akan berjalan sesuai yang telah diharapkan.

Jika rencana kerja dan prosedur diimplementasikan, maka implementasi tersebut dapat membuktikan apakah rencana dan prosedur kerja tersebut realistis, dalam arti akan membantu pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemampuan seseorang. Selain itu, mereka harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas, serta terlatih di bidang pekerjaannya. Dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, populasi terdidik di Desa Telaga sangat bervariasi. Oleh karena itu dari pendidikan yang dibutuhkan untuk menumbuhkan sikap intelektual dalam berfikir, dapat dilihat bahwa terdapat pengetahuan yang cukup untuk meningkatkan efisiensi organisasi, karena semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka kemampuan intelektualnya juga akan meningkat, sehingga

(11)

karyawan memiliki pengetahuan yang cukup Untuk meningkatkan efisiensi organisasi.

Melaksanakan dan Mengendalikan Pembangunan

Pelaksanaan dan pengendalian bersumber dari pembangunan swadaya masyarakat, yaitu sesuai dengan kebutuhan masyarakat, melalui penggunaan dana yang tersedia yang dialokasikan oleh pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat untuk melaksanakan pembangunan, dan pengendalian proses pembangunan sehingga fungsi bisa bertahan lama.Konsep pembangunan mempunyai kaitan kuat dengan sistem, nilai, gerak, metode, strategi, dan indikator yang menjadi pedoman pada Negara berkembang.

Dalam proses pelaksanaan pembangunan yang optimal, LPM harus berhati-hati dengan menempatkan diri di tengah masyarakat dan melaksanakan kegiatan pembangunan secara bijak untuk mendorong masyarakat agar lebih berperan aktif di lingkungannya masing-masing. Hal senada juga disampaikan oleh salah seorang anggota LPM Desa Telaga yang mengatakan :

LPM Desa Telaga tidak memiliki program dalam melaksanakan dan mengendalikan pembangunan secara swadaya mandiri. LPM Desa Telaga hanya membantu mengawasi program pembangunan Pemerintah berdasarkan daftar usulan rencana kegiatan dan hasilnya sesuai. Secara umum dapat disimpulkan bahwa LPM Desa Telaga sudah melaksanakan tugas dan fungsinya dalam melaksanakan dan mengendalikan pembangunan dan menurut Daftar Usulan Rencana Kegiatan Program swadaya LPM Desa Telaga sudah sesuai.

LPM Desa Telaga Kesulitan dalam melaksanakan dan mengendalikan pembangunan secara swadaya mandiri. LPM Desa Telaga hanya membantu pelaksanaan pembangunan yang dibiayai oleh Pemerintah kemudian mengawasinya. Secara umum dapat disimpulkan bahwa LPM Desa Telaga sangat berharap memiliki dana operasional untuk menjalankan namun masih mengharapkan kinerja dari Pemerintah Desa sehingga peran LPM menjadi kurang optimal.

Faktor Pendukung dan Penghambat Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Dalam Pembangunan Fisik Desa di Desa Telaga Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kutai Timur

Faktor Pendukung Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Motivasi

Motivasi merupakan alasan atau dasar dari tindakan seseorang. Orang yang tidak ingin mengambil tindakan sering kali digambarkan sebagai orang yang tidak bersemangat. Penyebab atau dorongannya bisa datang dari luar atau dalam. Padahal, pada dasarnya semua motif berasal dari dalam, dan faktor eksternal hanyalah faktor pemicu dari motif tersebut. Motivasi eksternal adalah motivasi,

(12)

dan pemicunya berasal dari luar diri kita. Motivasi batin adalah motivasi yang dihasilkan oleh kesadaran diri kita.

Pada dasarnya ada dua motivasi, yang pertama adalah untuk bersenang-senang atau menghindari rasa sakit atau kesulitan. Uang bisa menjadi motivasi untuk kesenangan atau motivasi untuk menghindari penderitaan. Jika kita berpikir tentang uang jangan sampai kita menjalani hidup yang sengsara, maka inilah mengapa beberapa orang mencari uang untuk menghindari penderitaan. Sebaliknya, sebagian orang mengejar uang karena ingin menikmati hidup, maka uang menjadi alasan seseorang berbahagia.

Kebijaksanaan Pemerintah

Dapat dikatakan bahwa kebijaksanaan kurang lebih merupakan suatu usaha yang memerlukan pertimbangan yang serius dengan cara tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam kurun waktu tertentu. Padahal, suatu kebijakan melibatkan banyak aspek yang luas dan rinci, karena tidak hanya digunakan untuk menyelesaikan masalah jangka pendek dalam kehidupan berbangsa dan sosial, tetapi juga untuk mengatasi masalah dan pembangunan dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Waktu yang relatif lama. Kebijakan tersebut pada dasarnya menetapkan bahwa harus digunakan sebagai pedoman, pedoman atau petunjuk bagi semua upaya instansi pemerintah untuk mencapai kelancaran dan keterpaduan tujuan tertentu.

Faktor Penghambat Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Anggaran

Semakin luas dan kompleks masalah dalam perusahaan, semakin besar ruang lingkup dan tugas manajemen. Oleh karena itu, manajemen perlu menggunakan alat bantu untuk mengontrol aktivitas yang dilakukannya. Anggaran merupakan salah satu alat yang menjalankan fungsi manajemen utama (yaitu fungsi perencanaan dan pengendalian).

Sarana dan Prasarana

Prasarana Dan Sarana Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa. Berdasarkan faktor penghambat diatas, adapun informan Sekretaris LPM mengatakan bahwa:

“Tentu saja faktor yang menghambati pelaksanaan pemberdayaan yaitu kurangnya anggaran dan juga kurangnya sarana dan prasarana akan memperlambat dalam kegiatan pemberdayaan” (Wawancara pada tanggal 6 Maret 2020).

Adapun yang dikatakan Kepala Desa Telaga, bahwa:

“Kurangnya sarana dan prasarana, tentu saja kegiatan pemberdayaan akan lambat, apalagi kurangnya anggaran karena kegiatan pemberdayaan tentu saja menghabiskan banyak anggaran.” (Wawancara pada tanggal 4 Maret 2020).

(13)

Dari wawancara diatas mengatakan bahwa faktor yang menghambati pelaksanaan pemberdayaan yaitu kurangnya anggaran dan juga kurangnya sarana dan prasarana akan memperlambat dalam kegiatan pemberdayaan dan telah banyak mengahabiskan banyak anggaran dalam pembangunan di Desa.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat didesa Telaga masih belum optimal, hal ini dapat dinilai dari rendahnya kemampuan LPM dalam merencanakan pembangunan, kemampuan LPM dalam menggerakkan partisipas masyarakat, dan kemampuan LPM untuk melaksanakan, mengevaluasi kegiatan pembangunan yang ada di Desa Telaga.

2. Rendahnya peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Telaga ini disebabkan oleh : pertama, keaktifan pengurus LPM itu sendiri, dimana ada beberapa pengurus yang sudah tidak lagi berdomisili di Desa Telaga. Kedua, ditambah dengan rendahnya pengetahuan, keterampilan, keahlian sesuai dengan pekerjaan yang diembannya, motivasi pengurus, serta permasalahan klasik yaitu tidak tersedianya dana operasional bagi LPM.

Saran

1. Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sebagai penggerak pembangunan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat harus lebih diperkuat, dan pembinaan fisik Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) harus dilibatkan secara aktif agar setiap rencana pembangunan dilaksanakan di Desa Telaga. Sehingga masyarakat bisa berpartisipasi secara aktif dan positif.

2. 2. Untuk mengatasi permasalahan terkait rendahnya peran LPM, maka perlu dirumuskan rencana peningkatan kualitas sumber daya manusia pengelola LPM, berupa pembinaan pemerintah tentang tugas pokok dan fungsi LPM yang dilaksanakan oleh daerah dan kabupaten, sehingga setiap penyelenggara LPM memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk menjalankan tugasnya dalam bentuk pendampingan.

3. Diharapkan rencana yang akan dilaksanakan membutuhkan partisipasi berbagai pemangku kepentingan di tingkat jalan, jalan dan kecamatan untuk memberikan motivasi, menambah pengetahuan dan pengalaman, serta mengubah pandangan masyarakat terhadap aspek-aspek berikut ini: penyelenggara agar dapat mengesahkan pembangunan di komunitas Berperan lebih besar dalam kegiatan, sehingga masyarakat lebih banyak menggunakan LPM pada setiap pembangunan.

(14)

Daftar Pustaka

Effendi, Bachtiar. 2002. Pembangunan Daerah Otonom Berkeadilan: UHAINDO media& offset.

Hikmat, Harry. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Penerbit. Humaniora Utama Bandung.

Mardikanto, Totok. 2014. CSR (Corporate Social Responsibility):

Tanggungjawab

Sosial Korporasi. Bandung: Alfabeta.

Melayu, Hasibuan. S.P 2001. Manajemen Sumber Daya manusia. Edisi

Revisi:

Jakarta Bumi Aksara.

Raho Bernard. 2007, Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pusaka. Rivai, Veitzal. 2006. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta:

Rajawali Pers.

Soerjono Soekanto, 2009: 212-213, Peranan Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melakukan analisis kebutuhan sinyal sebagai informasi aktual yang sedang terjadi pada stasiun pengolahan limbah cair (dari lapangan kepengontrol utama), maka

&iga grosir di Amerika Serikat, yaitu Amerisoure'ergen (orporation, Kardinal Kesehatan, &iga grosir di Amerika Serikat, yaitu Amerisoure'ergen (orporation, Kardinal

Dari sinilah penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana manajemen usaha kerajinan tangan berbahan eceng gondok di kota Amuntai, dan ditinjau dari segi ekonomi Islam,

Kelebihan aplikasi program ini disbanding dengan sistem pembelajaran yang lama adalah anak - anak bisa belajar dengan cara melihat dan mendengarkan, serta memiliki tampilan

Maka dari itu penelitian ini akan memfokuskan pada analisa faktual terhadap penerapan manajemen pemasaran produk yang dilakukan oleh Rumah Zakat yang difokuskan

Berdasarkan identifikasi silabus mata pelajaran fisika (Peminatan Matematika dan Ilmu Alam) pada Kurikulum 2013, karakteristik materi pembelajaran fisika sebagian

Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan untuk perkembangan motorik halus pada anak kelompok B di TK Ananda Banda aceh. Untuk mengetahui kendala dan faktor pendukung