• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol.1 No.1 April MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM BROILER FASE STARTER DI PT. CIOMAS ADISATWA UNIT LAMONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Vol.1 No.1 April MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM BROILER FASE STARTER DI PT. CIOMAS ADISATWA UNIT LAMONGAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

……….. ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9467 (Online)

MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM BROILER FASE STARTER DI PT. CIOMAS ADISATWA UNIT LAMONGAN

Oleh

Siti Aslimah1), Eny Solikhatin2) & Safatun Nadliroh3)

1Dosen Program Studi Budidaya Ternak Politeknik Pertanian dan Peternakan MAPENA

2Dosen Program Studi Budidaya Ternak Politeknik Pertanian dan Peternakan MAPENA

3Mahasiswa Program Studi Budidaya Ternak Politeknik Pertanian dan Peternakan

MAPENA

Email: 1Aslimah05@gmail.com

Abstrak

Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dengan pertumbuhan cepat sehingga waktu pemeliharaannya lebih singkat, pakan lebih efisien dan produksi daging tinggi. Ayam broiler fase starter dimulai sejak DOC (day old chick) diterima sampai berumur dua minggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah mengenai sebuah perusahaan dalam manajemen pemeliharaan ayam boiler fase starter; meningkatkan pengetahuan, kompetensi dan ketrampilan mengenai proses pemeliharaan ayam broiler fase starter dalam skala industri atau perusahaan. Metode yang digunakan dalam magang perusahaan ini adalah observasi lapang, praktik, wawancara dan diskusi, dokumentasi, studi pustaka. Manajemen pemeliharaan ayam broiler fase starter yang diterapkan di PT. Ciomas Adisatwa unit Lamongan terdiri dari manajemen perkandangan dan lingkungan di dalam kandang, pemilihan DOC, pakan, minum, vaksinasi, vitamin, obat-obatan, sanitasi, biosecurity, sexing, serta evaluasi produksi. evaluasi produksi antara lain bobot badan, FCR, dan deplesi. Manajemen pemeliharaan yang pertama kali dilakukan sebelum DOC masuk yaitu: pembersihan kandang, pengapuran, penyemprotan dengan formalin, penaburan sekam, fogging, pemasangan koran, pemasangan tempat pakan dan pemasangan tempat minum. Pada saat DOC masuk langkah awal yang dilakukan yaitu pemilihan DOC baik kualitas maupun kuantitas. Teknik pemberian pakan secara manual (tenaga manusia) dilakukan 2 kali sehari pagi jam 06.00 WIB dan siang jam 14.00 WIB. Pemberian minum secara adlibitum. Konsumsi air minum pada peride pertumbuhan mencapai 2 kali dari konsumsi ransum. Program vaksinasi dilakukan pada ayam umur 10 hari dengan jenis vaksin IBD M (gumboro). Pemberian vitamin dan obat-obatan diberikan setiap hari sesuai dengan dosis dan jadwal yang sudah ditentukan. Penerapan biosecurity terhadap tamu dan pegawai sebelum memasuki kandang maupun di dalam kandang yaitu dengan penyemprotan menggunakan desinfektan (desgrin). Penyemprotan kandang dilakukan 2 kali sehari, pagi dan sore. Sanitasi yang dilakukan yaitu pencucian tempat pakan, tempat minum, serta alas kaki setelah pemakaian di dalam kandang. Seleksi terhadap jenis kelamin dan performa ayam dilakukan pada ayam umur 12 hari. Evaluasi produksi capaian aktual bobot badan selama fase starter yaitu 602 gram; FCR 1,74; dan deplesi 1,72 %. Hasil tersebut sudah memenuhi standar perusahaan, karena standar perusahaan untuk bobot badan yaitu 553 gram; FCR 1,209; dan deplesi 1,79 %.

Kata Kunci: Ayam Broiler, Bobot Badan, Deplesi, Fase Starter, Fcr & Manajemen Pemeliharaan.

PENDAHULUAN

Ayam broiler merupakan salah satu komoditi unggas yang memberikan kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan protein asal

hewani bagi masyarakat. Menurut Kasih et al., (2012), saat ini masyarakat Indonesia lebih banyak mengenal daging ayam broiler yang biasa dikonsumsi, karena memiliki kandungan

(2)

……….. atau nilai gizi yang tinggi sehingga mampu

memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh. Kebutuhan daging ayam broiler setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal tersebut disebabkan antara lain karena harga yang relatif terjangkau bagi semua kalangan masyarakat, peningkatan pendapatan perkapita penduduk dan mudah didapatkan baik di pasar tradisional maupun di pasar modern. Konsumsi daging ayam broiler dalam rumah tangga secara nasional perkapita perbulan mengalami peningkatan dari tahun 2015 sampai 2016 yaitu 4,797 kg/kapita/bulan menjadi 5,110 kg/kapita/bulan (BPS, 2016). Peningkatan kebutuhan konsumsi daging ayam broiler berdasarkan BPS (2016) akan mempengaruhi peternak untuk budidaya ayam broiler.

Fase starter pada pemeliharaan ayam

broiler yaitu fase awal yang dimulai sejak DOC

sampai bulu tumbuh secara sempurna. Pada fase ini sangat rentan terhadap tingkat kematian tinggi. Hal tersebut terjadi karena kondisi tubuh ayam masih sangat lemah dan organ belum berfungsi secara optimal, sehingga fase starter merupakan periode kritis pada masa pemeliharaan. Fadilah (2013) menyatakan bahwa peternak masih kurang pengetahuan dalam manajemen pemeliharaan ayam broiler. Kenyataan di lapang sering kali ditemukan periode pemanasan (brooding) hanya sampai 8-10 hari. Periode pemanasan (brooding) pada ayam broiler seharusnya dimulai sejak DOC (Day Old Chick) diterima sampai berumur dua minggu.

Menurut fadilah (2013), kenyataan Periode brooding pada fase starter merupakan pondasi awal bagi kehidupan dan produktivitas ayam, karena pada masa ini terjadi pembentukan sistem kekebalan tubuh, pembentukan sistem kardiovaskuler, terjadi pembelahan dan pembesaran sel, pembentukan kerangka tubuh, tingkat konversi pakan menjadi daging paling tinggi, dan respon paling baik terhadap vaksinasi. Penyebab kegagalan lain pada periode brooding yaitu temperatur yang terlalu panas atau dingin, pakan dan minum yang kurang tepat baik secara jumlah

maupun kualitasnya, litter basah penyebab tingginya kadar amonia, pelaksanaan vaksinasi yang kurang tepat, serta sirkulasi udara yang kurang baik. Kegagalan pada fase starter akan menyebabkan kegagalan fase berikutnya karena potensi genetik ayam tidak dapat muncul secara optimal, sehingga menyebabkan produktivitas turun. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu adanya manajemen pemeliharaan ayam broiler pada fase starter yang tepat untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas yang diharapkan. Mengingat pentingnya hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk membuat tugas akhir dengan topik manajemen pemeliharaan ayam broiler fase starter.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan dengan teknik studi kasus yang memfokuskan masalah. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Ciomas Adisatwa unit Lamongan farm Karto. Farm Karto PT. Ciomas Adisatwa unit Lamongan beralamat di Dusun Cumpleng, Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Jenis Data Dan Sumber Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah: 1) Observasi, yaitu pengamatan langsung yang dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi guna mendukung keberlangsungan penelitian, 2) Praktik Lapang yaitu terkait manajemen pemeliharaan ayam broiler fase starter 3) Wawancara dan diskusi , yaitu salah satu teknik pengumpulan data melalui dua orang untuk saling bertukar data/informasi melalui tanya jawab, 4) Dokumen, merupakan catatan peristiwa, 5) Studi Pustaka adalah pengumpulan data dengan cara mempelajari literatur seperti buku, jurnal, dan catatan. Hal ini bertujuan agar dapat mengumpulkan informasi berupa teori-teori sebagai pendukung data pengamatan yang diperoleh selama tugas akhir dilaksanakan.

(3)

……….. ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9467 (Online)

Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam manajemen pemeliharaan ayam broiler fase

starter adalah:

a. Deplesi

Deplesi populasi dapat diartikan sebagai penyusutan jumlah ayam yang dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu kematian dan afkir ayam (culling) (Arifin, 2002) . Rumus deplesi sebagai berikut:

D = jumlah ayam mati + afkirpopulasi awal x 100% Keterangan:

D : Deplesi

b. Konsumsi Pakan (Feed Intake)

Feed intake digunakan untuk mengetahui

seberapa banyak pakan yang dikonsumsi ternak (Lampiran 3) sehingga nantinya bisa diprediksi berapa bobot badan yang dihasilkan (Arifin, 2002). Perhitungan feed intake menggunakan rumus: Fi = total pakan x 50.000 gr sisa ayam Keterangan: Fi : feed Intake 50.000 gr : 1 karung pakan (50 kg) c. Konversi Pakan

Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dihabiskan dan kenaikan bobot badan pada periode waktu dan satuan berat yang sama (Arifin, 2002). Perhitungan konversi pakan menggunakan rumus:

FCR= BwFi Keterangan:

FCR : Feed Conversion Ratio

Fi : Jumlah pakan yang dikonsumsi Bw : Berat badan yang dihasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perkandangan dan Lingkungan di Dalam Kandang Ayam Broiler Fase Starter

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan ayam

broiler adalah perkandangan. Kandang

dikondisikan sedemikian rupa agar ayam mendapatkan rasa nyaman. PT. Ciomas Adisatwa unit Lamongan farm Karto memiliki dua kandang bersebelahan menghadap ke timur

dan barat. Kandang dibuat dengan model rumah gudang, yaitu persegi panjang dengan atap dua sisi menyamping dan lantai yang rendah terutama karena penggunaan sistem alas litter. Kandang memiliki 3 lantai dengan ukuran panjang 108 meter, lebar 12 meter, dan tinggi perlantai 2 meter. Kandang dengan ukuran sekian berisi 20.000 ekor ayam perlantainya, jika terlalu padat menyebabkan ayam tidak mendapakan pakan dan minum secara serentak sehingga menyebabkan ketidak seragaman pada bobot badan.

Persiapan kandang sebelum DOC masuk, langkah awal yang dilakukan adalah membersihkan dan mensterilkan dengan cara pengerukan litter, bulu-bulu ayam, debu yang menempel di dinding, dan atap. Pengerukan

litter dilakukan dengan dua cara, pengerukan

secara total dan pengerukan sebagian. Pengerukan secara total yaitu pengerukan keseluruhan tanpa menyisakan litter dalam kandang. Pengerukan sebagian yaitu pengerukan dengan perbandingan 50% fermentasi dan 50% pembuangan. Proses fermentasi adalah pengumpulan litter menjadi satu titik dalam kandang kemudian litter dicampur dengan 1 liter EM4 peternakan : 50 liter air : 1,5 liter tetes tebu. Litter ditutup dengan menggunakan plastik dan dilapisi oleh terpal pada bagian atasnya. Proses fermentasi antara 3 sampai 7 hari. Pembersihan kandang menggunakan sprayer tekanan tinggi dengan bahan pembersihan 1 lantai 12 pcs detergen dengan ukuran 900 gram dalam 1.000 liter air. Setelah dua hari pencucian, dilakukan pengapuran menggunakan gamping perbandingan 3 kg kapur gamping : 100 liter air dalam satu lantainya. Pengapuran hanya pada lantai bawah. Luar dan dalam kandang. Jarak satu malam setelah pengapuran, penyemprotan dengan formalin perbandingan 10 liter formalin : 200 liter air. Penaburan sekam setelah penyemprotan formalin dengan ketebalan 8 cm. Jika dengan fermentasi, maka pada saat proses fermentasi selesai dilakukan pembukaan plastik dengan syarat semua kipas menyala, tujuannya agar kondisi dalam kandang tidak pengap. Proses nyala kipas selama 3-4 hari. Perataan

(4)

………..

litter kelantai dengan penambahan sekam

sampai ukuran litter mencapai ketinggian 8 cm. Setelah penaburan sekam, dilakukan pengasapan (fogging). Bahan yang digunakan yaitu 1 liter sinergis : 2 liter solar, tujuannya adalah untuk membunuh serangga pada sekam yang telah ditebar.

Pemasangan lingkaran pemanas (Brooder) dalam 1 kandang dibagi menjadi 4 sekat dengan ukuran persekat 6 meter. Pemanas yang digunakan yaitu infraconik dan gas olek. Infraconik terletak pada lantai atas dan tengah dengan kapasitas 1 infraconik menampung 2.000 sampai 2.500 ekor ayam. Gas olek terletak pada lantai bawah dengan kapasitas 1 gas olek menampung 700 sampai 1.000 ekor ayam. Pemasangan koran pada litter secara keseluruhan. Tempat pakan jenis baby cick diletakkan diatas koran dengan jumlah 150 biji per sekat Brooder, sementara untuk tempat minum jenis baby drinker berjumlah 25 biji. Tempat pakan diletakkan secara berselang-seling dengan air minum. Pemasangan lampu secara zig zag dengan jarak perlampu 4 meter. Jumlah dalam satu lantai yaitu 53 lampu dengan pemasangan sisi kanan 18, tengah 17, dan sisi kiri 18. 1 lampu menghasilkan 9 watt. Program pencahayaan konversional pada ayam pedaging adalah dengan memberikan cahaya secara terus menerus. Program ini terdiri dari pencahayaan dengan fase terang yang panjang diikuti dengan fase gelap yang pendek ( 1 jam) secara periodik.

Sistem ventilasi yang digunakan adalah sistem tekanan negatif, yaitu cooling pad

system dimana udara yang masuk ke dalam

kandang akan disedot oleh kipas penyedot (exhaust fan) melalui bantalan (pad) khusus yang dialiri air sehingga temperatur dan kelembaban udara yang masuk kedalam kandang disesuaikkan dengan kebutuhan ayam. Suhu yang dibutuhkan dalam periode brooding berdasarkan standar perusahaan, ayam umur 1-3 hari 1-32oC, umur 4-7 hari 30oC, dan umur 8-14 hari 29oC. Sementara kelembaban di dalam kandang ayam umur 1-14 hari yaitu antara 60-70 %. Kecepatan angin berdasarkan standar

perusahaan, ayam umur 1-7 hari 0,1-0,4 m/s, dan ayam umur 8-14 hari 0,5-0,7 m/s.

B. Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler Fase Starter

Kegiatan pertama yang dilakukan ketika DOC datang adalah memeriksa keadaan DOC secara keseluruhan, baik kualitas maupun kuantitas (fadilah, 2004). Bibit ayam yang dipelihara berasal dari PT. Japfa Comfeed Indonesia dengan lokasi hatchery di daerah Kediri. Strain DOC yaitu Lohman dengan bobot badan awal rata-rata 50 gram per ekor. DOC ditempatkan pada lingkaran pemanas (brooder) yang sebelumnya sudah dinyalakan kurang lebih 4 jam. Tujuannya agar panas yang dihasilkan merata. Tahapan berikutnya yaitu pemberian air gula dengan tujuan untuk mengembalikan energi yang hilang selama perjalanan menuju tempat peternakan. dosis pemberian air gula yaitu 10 kg gula : 100 Liter air untuk 60.000 ekor ayam.

Pemberian pakan dilakukan secara manual (tenaga manusia), dua kali sehari pagi pukul 06.00 WIB sebanyak 50% dan siang pukul 14.00 WIB sebanyak 50%. Untuk ayam umur 1-7 hari jenis pakan yang diberikan yaitu SB-10 dengan penggunaan tempat pakan jenis

baby chick, untuk ayam umur 11-14 hari jenis

pakan yang diberikan yaitu SB-11 dengan penggunaan tempat pakan jenis tabung kapasitas 7 kg. Pemberian air minum pada ayam umur 1-7 hari tempat air minum yang dipakai adalah baby drinker dan nipple

drinker. Baby drinker ditempatkan di atas litter kurang lebih setinggi mata ayam dan

nipple drinker sudah mulai diturunkan.

Ketinggian nipple adalah 1-5 cm di atas kepala ayam sehingga ayam bisa mengangkat kepalanya sekitar 900. Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum (tidak terbatas). Menurut Wahyu (1985), bahwa konsumsi air minum pada peride pertumbuhan mencapai 2 kali dari konsumsi ransum. Kebutuhan air minum selama masa pemeliharaan adalah umur 1-7 hari 50 liter : 1.000 ekor ayam, umur 8-14 hari 8 liter : 1.000 ekor ayam. Pada pemberian air minum dilakukan juga penambahan

(5)

……….. ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9467 (Online)

kaporit/chlorine pada air minum. Tujuan dari klorinasi (pemberian kaporit/ klorin) adalah sebagai upaya sanitasi air minum yang dapat membunuh bakteri dan mikroorganisme lain yang mencemari air.

Program pencegahan penyakit dan virus dilakukan secara masal melalui vaksinasi. Aplikasinya melalui pencampuran air minum. Jenis vaksin yang digunakan untuk ayam umur 10 hari yaitu IBD M (infectious bursal disease) dalam mencegah penyakit gumboro. Dosis pemberian vaksin per 1.000 dosis (1 vial) vaksin dicampur dengan 100 liter air. Ayam dipuasakan selama 2 jam sebelum divaksin. Tujuannya agar saat pemberian vaksin bisa langsung habis. Obat-obatan dan vitamin juga dibutuhkan untuk mengatasi penyakit, meningkatkan kekebalan tubuh, dan menunujang pertumbuhan ayam broiler. Jenis dan jadwal pemberian obat dan vitamin yang digunakan disajikan pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Jadwal penggunaan obat-obatan dan vitamin Umur (hari) Waktu Pemberian Pagi Sore 1 - - 2 Klorin Agriminovit 3 Moxycolgrin Agrimonovit 4 Klorin Agrimonovit 5 Klorin Agrimonovit 6 Klorin Agrimonovit 7 Klorin Klorin 8 Agricarivit Klorin 9 Agricarivit Klorin 10 Vaksinasi Vaksinasi 11 Agricarivit Klorin 12 Jamu Fermentasi - 13 - - 14 - Agricarivit

Keterangan: Pemberian pagi dan sore bersamaan dengan pemberian pakan.

Jayanata dan Harianto (2011) menyatakan bahwa penggunaan herbal/jamu fermentasi dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh ayam broiler terhadap serangan penyakit. Bahan yang digunakan dalam pembuatan jamu fermentasi yaitu kunyit

1 kg, temu lawak 1 kg, manjakani 1 kg, kayu manis 1 kg, broto wali 1 kg, tetes tebu 1 kg, dan air 80 liter. Proses pembuatannya direbus sampai mendidih, dengan 3 kali perebusan. Setelah itu baru difermentasi selama 7 hari dan ditabahkan dengan 1 liter EM4.

Tindakan dalam menjaga kandang dari infeksi penyakit adalah sanitasi dan biosecurity. Penerapan biosecurity dalam farm Karto sebelum masuk kandang, pekerja dan tamu melakukan penyemprotan seluruh tubuh dan alas kaki (sandal/sepatu boots khusus untuk masuk ke dalam kandang) dengan desgrin. Desinfeksi dilakukan secara menyeluruh terhadap orang, peralatan, sumber air, dan material lain yang memasuki kandang. Selain itu, desigrin juga digunakan dalam penyemprotan kandang yang dilakukan dua kali sehari dengan dosis 160 mili liter dengan 20 liter air setiap lantainya, sementara sanitasi yang dilakukan yaitu pencucian tempat pakan, tempat minum, serta alas kaki setelah pemakaian didalam kandang.

Seleksi (sexing) dilakukan pada ayam usia 12 hari untuk memisahkan antara jantan dan betina. Adapun kriteria yang digunakan untuk membedakan antara ayam jantan dan betina adalah dilihat dari bulu ayam, betina mamiliki bulu lebih tebal dibagian sayap dan ekor sedangkan ayam jantan pada umur 12 hari masih memiliki bulu yang tipis, kedua dilihat dari performa, ayam jantan memiliki performa lebih besar dibandingkan ayam betina. Cara pemisahan antara ayam jantan dan betina yaitu menggunakan sekatan agar ayam bisa berkumpul dan memudahkan operator untuk memisahkan dan membedakan antara ayam jantan dan betina.

C. Evaluasi Produksi

Evaluasi produksi pada fase starter selama periode April – Mei 2019, disajikan pada tabel 2. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa rata-rata deplesi 1,72%, bobot badan (body weight) 602 gram, dan konversi pakan (FCR) 1,174. Persentase nilai tersebut dikatakan sudah baik, karena standar perusahaan secara berturut-turut adalah 1,79 %, 553 gram, dan 1,209 %, Kamara (2009)

(6)

……….. menyatakan kematian adalah salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha pengembangan peternakan ayam. Persentase kematian selama periode pemeliharaan tidak boleh lebih dari 5%. Sementara untuk aktualnya sendiri 553 gram. Tingkat FCR juga lebih rendah dari standar perusahaan. Hal itu dapat ditujukan bahwa standar komulatif senilai 1,209 % sementara aktualnya yaitu 1,174%. Kartasudjaya dan Supijatna (2010) menyatakan bahwa konversi pakan didefinisikan sebagai banyaknya ransum yang dihabiskan untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan bobot badan. Angka konversi yang rendah menunjukan banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit. Semakin kecil maka menguntungkan perusahaan karena menunjukan penggunaan pakan semakin efisien..

Tabel 2. Evaluasi produksi ayam fase starter selama periode April – Mei 2019 di farm Karto PT. Ciomas Adisatwa unit Lamongan.

Umu r (hari

)

Deplesi Bobot Badan Rata-rata Konversi Pakan Aktu al (Eko r) Aktu al (%) Stand ar (%) Aktu al (gr) Stand ar (gr) Aktu al Stand ar 1 57 0,28 0,10 - - 1,17 4 0,321 2 59 0,29 0,23 95 73 0,549 3 37 0,18 0,36 - - 0,711 4 27 0,13 0,49 135 117 0,828 5 27 0,13 0,62 - - 0,914 6 22 0,11 0,75 - - 0,979 7 12 0,06 0,88 226 205 1,029 8 18 0,09 1,01 - - 1,069 9 15 0,07 1,14 315 285 1,099 10 13 0,06 1,27 - - 1,129 11 12 0,06 1,40 414 380 1,149 12 23 0,11 1,53 - - 1,169 13 12 0,06 1,66 - - 1,189 14 13 0,06 1,79 602 553 1,209 Juml ah 347 1,72

Keterangan: Penimbangan dilakukan setiap hari Selasa, Kamis, dan Minggu.

PENUTUP Kesimpulan

Manajemen pemeliharaan ayam broiler fase starter yang diterapkan PT. Ciomas Adisatwa unit Lamongan terdiri dari

manajemen perkandangan dan lingkungan di dalam kandang, pemilihan DOC, pakan, minum, vaksinasi, vitamin, obat-obatan, sanitasi, biosecurity, sexing, serta evaluasi produksi. Evaluasi produksi dilakukan terhadap bobot badan, FCR, dan deplesi. Manajemen pemeliharaan yang pertama kali dilakukan sebelum DOC masuk yaitu: pembersihan kandang, pengapuran, penyemprotan dengan formalin, penaburan sekam, fogging, pemasangan koran, pemasangan tempat pakan dan minum. Pada saat DOC masuk langkah awal yang dilakukan yaitu pemilihan DOC baik kualitas maupun kuantitas. Teknik pemberian pakan secara manual (tenaga manusia) dilakukan 2 kali sehari pagi jam 06.00 WIB dan siang jam 14.00 WIB. Pemberian minum dilakukan secara adlibitum. Konsumsi air minum pada periode pertumbuhan mencapai 2 kali dari konsumsi ransum. Program vaksinasi dilakukan pada ayam umur 10 hari dengan jenis vaksin IBD M (gumboro). Pemberian vitamin dan obat-obatan diberikan setiap hari sesuai dengan dosis dan jadwal yang sudah ditentukan.

Penerapan biosecurity terhadap tamu dan pegawai sebelum memasuki kandang maupun di dalam kandang yaitu dengan penyemprotan menggunakan desinfektan (desgrin). Penyemprotan kandang dilakukan 2 kali sehari, pagi dan sore. Sanitasi yang dilakukan yaitu pencucian tempat pakan, tempat minum, serta alas kaki setelah pemakaian di dalam kandang. Seleksi terhadap jenis kelamin dan performa ayam dilakukan pada ayam umur 12 hari. Evaluasi produksi capaian aktual bobot badan selama fase starter yaitu 602 gram; FCR 1,74; dan deplesi 1,72 %. Hasil tersebut sudah memenuhi standar komulatif perusahaan, karena standar perusahaan untuk bobot badan yaitu 553 gram; FCR 1,209; dan deplesi 1,79 %.

DAFTAR PUSTAKA

[1] [BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Konsumsi periode tahun 2016 [Internet]. [diunduh 25 Februari 2019]. Tersedia Pada: ditjenpkh. Pertanian. Go. Id/

(7)

……….. ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9467 (Online)

userfiles/file/konsumsi 1_periode. 2016. Pdf? Time=1501058657531.

[2] Fadilah. 2013. Super Lengkap Beternak

Ayam. Jakarta [ID]: Agro Media Pustaka.

[3] Fadlah R dan Polana A. 2004. Aneka

Penyakit pada Ayam dan Cara

Mengatasinya. Depok [ID]: Agro Media

Pustaka.

[4] Jayanata CE, Harianto B. 2011. Hari

Panen Ayam Broiler (Lebih Cepat Panen Berkat Prebiotik dan Herbal). Jakarta.

[ID]: Agro Media Pustaka.

[5] Kamara T. 2009. Menghitung Indeks

Performa Ayam Broiler. Bandung [ID]:

Universitas Padjajaran

[6] Kartadisastra HR. 1997. Penyediaan dan pengolahan pakan ternak ruminansia. Yogyakarta [ID]: Kanisius.

[7] Kasih NS, Jaelani, N Firahmi. 2012. Pengaruh lama penyimpanan daging ayam segar dalam refrigator terhadap ph, susut masak dan organoleptik. J Media Sains. 4(2): 154-159.

[8] Pratikno H. 2010. Pengaruh ekstrak kunyit (Curcuma Domestica Vahl) terhadap bobot badan ayam broiler (Gallus Sp). J Antanomi dan Fisiologi. 18(2): 39-46. [9] Rizal. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Padang

[ID]: Andala University Press.

[10] Ustomo E. 2016. 99% Gagal Beternak Ayam Broiler. Jakarta [ID]: Penebar Swadaya.

[11] Wahyu J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta [ID]: Gajahmada University Press.

[12] Yuwanta T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogtakarta [ID]: Kanisius.

(8)

……….. HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Gambar

Tabel 1. Jadwal penggunaan obat-obatan  dan vitamin   Umur  (hari)  Waktu Pemberian Pagi  Sore  1  -  -  2  Klorin  Agriminovit  3  Moxycolgrin  Agrimonovit  4  Klorin  Agrimonovit  5  Klorin  Agrimonovit  6  Klorin  Agrimonovit  7  Klorin  Klorin  8  Agri
Tabel 2. Evaluasi produksi ayam fase starter  selama  periode  April  –  Mei  2019  di  farm  Karto PT

Referensi

Dokumen terkait