• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TAHUNAN PROGRAM PENELITIAN DAN KONSERVASI MEGAFAUNA LAUT DI PERAIRAN SOLOR Periode

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TAHUNAN PROGRAM PENELITIAN DAN KONSERVASI MEGAFAUNA LAUT DI PERAIRAN SOLOR Periode"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

DAN KONSERVASI MEGAFAUNA LAUT DI

PERAIRAN SOLOR

Periode 2015-2016

Penulis:

Moch. Iqbal Herwata Putra & Sarah Lewis Peneliti Megafauna Laut

Yayasan Misool Baseftin Korespondensi:

Yayasan Misool Baseftin

Jalan Eltari RT 18/ RW 01 Kelurahan Sarotari Tengah Kecamatan Larantuka

Kabupaten Flores Timur Nusa Tenggara Timur

(2)

Daftar Isi

Latar Belakang ... 2

MISI ... 4

PROGRAM PENELITIAN ... 4

TUJUAN PENELITIAN JANGKA 5 TAHUN ... 5

TUJUAN A: MELAKSANAKAN PROGRAM PENELITIAN KOMPREHENSIF UNTUK MENDUKUNG KONSERVASI MEGAFAUNA LAUT DI LAUT SAWU. ... 5

TUJUAN B: MENCIPTAKAN MEKANISME KEUANGAN YANG BERKELANJUTAN MELALUI WISATA PENELITIAN DAN MENERAPKAN PEMBANGUNAN KAPASITAS LOKAL DAN NASIONAL YANG MENDUKUNG PROGRAM KONSERVASI DAN PENELITIAN DI LAUT SAWU. ... 7

Apa yang telah kita lakukan selama 2015-2016? ... 9

Publikasi: ... 9

2. Paper Konferensi: Adaptasi Perubahan, Pendekatan Perikanan Alternatif di Lamakera oleh Putra dkk. 2015 ... 12

3. Jurnal Ilmiah: Model Biomassa Plankton Berdasarkan Teknik GIS dan Penginderaan Jarak Jauh untuk Memprediksi Tempat Mencari Makan Megafauna di Perairan Solor oleh Putra dkk 2016 ... 16

Penelitian yang sedang berlangsung ... 17

1. Pencatatan tangkapan perikanan megafauna laut. ... 17

2. Populasi Ekologi Pari Manta dan Hiu Paus ... 20

3. Populasi Genetik Pari Manta dan Hiu Paus ... 22

4. Pola Pergerakan dan Migrasi ... 24

5. Pola Musiman Megafauna Laut... 25

6. Memberikan prediksi penampakan pari manta untuk perencanaan patroli ... 32

7. Memodelkan Distribusi dan Habitat Pari Manta dan Pari Mobula ... 34

8. Survei Pemetaan Laut untuk Potensi Habitat Pari Manta ... 36

9. Survei Lokasi Penyelaman ... 39

10. Mengamati Dinamika Suhu Perairan Laut Solor ... 43

11. Menyelidiki dinamika makanan pari manta dan hiu paus ... 45

Keterlibatan masyarakat dan Peningkatan Kapasitas di Program Penelitian ... 48

1. Program magang Nasional ... 48

2. Membuat sistem komunkasi terkait pelaporan IUU fishing dan kemunculan megafauna laut. ... 51

3. Pelatihan masyarakat lokal dan tenaga kerja dalam program penelitian ... 56

(3)

Latar Belakang

Lamakera adalah sebuah desa kecil yang terletak di bagian timur Indonesia dan merupakan salah satu sentra perdagangan insang pari manta dan pari mobula di Dunia. Saat ini pari manta dan pari mobula diburu untuk dimanfaatkan insang dan bagian tubuh lainnya, yang diekspor ke China untuk tujuan pengobatan palsu. Terletak di Selat Lamakera yang kaya nutrisi, para nelayan Lamakera telah memburu selama beberapa dekade. Selama dekade terakhir, meningkatnya permintaan dan teknologi telah meningkatkan perburuan yang mengakibatkan eksploitasi pada jenis pari manta dan pari mobula dan mengakibatkan penurunan tangkapan sebesar 75%.

Gambar 1. Lokasi perburuan megafauna laut seperti pari manta dan hiu paus di Perairan Solor.

Mengapa perairan Solor merupakan tempat yang penting untuk bekerja dalam perlindungan manta?

Jawaban atas pertanyaan kritis pertama ini terletak pada wawasan berikut dari Guy Stevens, chief executive dan pendiri Manta Trust, dan salah satu otoritas terdepan di dunia mengenai dinamika populasi Manta:

"Populasi kedua spesies pari manta di Indonesia adalah beberapa yang tercatat terbesar untuk spesies ini secara global. Sementara kedua spesies

(4)

telah diburu di sebagian besar wilayah mereka di Indonesia, negara ini masih mempertahankan beberapa sub-populasi besar yang kemungkinan besar berjumlah ribuan individu. Populasi Manta birostris yang telah banyak diburu oleh penduduk pulau Lamakera dalam dekade terakhir tidak diragukan lagi memiliki dampak besar pada populasi spesies ini di wilayah Indonesia, dan secara lebih luas di bagian Samudera Hindia."

Sederhananya, masyarakat Lamakeran telah memburu bukan populasi lokal, namun populasi pari manta yang besar yang bermigrasi melalui daerah tersebut. Melindungi manta di wilayah ini akan sangat membantu melindungi populasi yang lebih besar ini.

Bagaimana penelitian mengambil bagian untuk memecahkan masalah ini?

Data yang akurat mengenai pola ekologi, biologi dan migrasi populasi sangat penting dalam upaya pengembangan manajemen yang efektif untuk membantu pemulihan populasi manta di perairan ini. Lamakera Manta

Recearch Program (LMRP) akan memasok data penting terkait distribusi

manta ray, ukuran populasi, pergerakan populasi, dan habitat penting populasi manta ray yang sangat rentan yang bermigrasi melalui perairan Solor (Lamakera). Dengan demikian, program ini akan memberikan informasi yang diperlukan untuk melibatkan pemerintah regional dan nasional dalam upaya kolaboratif untuk merancang strategi pengelolaan berbasis ekosistem yang efektif untuk melindungi pari manta di Laut Flores dan Laut Savu.

Kami akan melakukan penelitian ini bekerjasama dengan nelayan setempat, melatih mereka dalam protokol penelitian dan, tentu saja, membayar mereka untuk pekerjaan mereka. LMRP akan menjadi pendorong utama transisi Lamakera secara keseluruhan. Selain memberikan sains yang diperlukan untuk menginformasikan kebijakan daerah dan arus pendapatan baru bagi nelayan lokal yang terlibat dalam penelitian ini, program ini akan menghubungkan masyarakat dengan manta dengan cara baru, mendorong apresiasi dan penatagunaan sejati. Sewaktu kita bekerja dengan masyarakat, kita akan mengidentifikasi mereka dengan bakat terbaik untuk penelitian dan melatih mereka pada tugas tingkat tinggi dan lebih tinggi. Pada akhir keterlibatan kami, kami akan menciptakan kapasitas lokal untuk menjalankan LMRP secara penuh, membentuk Pusat Penelitian fisik di masyarakat, dan melibatkan mitra institusi untuk mendanai dan mengawasi penelitian tanpa batas waktu.

(5)

MISI

Program Penelitian Aliansi Laut Sawu dirancang dengan hati-hati sebagai komponen penting dari program konservasi yang lebih besar untuk mengurangi perikanan yang diarahkan dan tidak langsung untuk manta ray, hiu paus dan megafauna laut rentan lainnya di Lamakera, Lamalera dan seluruh Laut Sawu.

PROGRAM PENELITIAN

Program penelitian membangun pengetahuan tentang megafauna laut untuk lebih memahami dalam memberikan saran mengenai kebijakan kawasan lindung, strategi konservasi, membangun kesadaran masyarakat dan dukungan untuk perlindungan dan melalui wisata penelitian menciptakan strategi keuangan jangka panjang untuk a) membiayai penelitian dan b) Mempertahankan kehadiran manajemen tetap di wilayah tersebut.

Bagaimana program penelitian mendukung konservasi jangka panjang pari manta, hiu paus dan megafauna laut rentan lainnya di Laut Savu?

1. Menyediakan data penting tentang pergerakan spasial dan temporal megafauna laut untuk mendukung pemantauan dan penegakan perikanan yang efektif.

2. Keterlibatan mantan pemburu megafauna dan komunitas nelayan lokal lainnya dalam proses penelitian untuk mengubah perilaku mereka dari penggunaan sumber daya yang eksploitatif menjadi pemanfaatan berkelanjutan, dan memasang rasa pengamanan atas sumber daya kelautan mereka.

3. Ciptakan kesempatan kerja alternatif jangka pendek untuk mengisi kesenjangan pendapatan selama transisi dari perburuan megafauna.

4. Berikan data penting tentang ekologi populasi hiu paus, pari manta dan megafauna lainnya untuk mendukung pembentukan KKL dan suaka megafauna di wilayah ini.

(6)

TUJUAN PENELITIAN JANGKA 5 TAHUN

TUJUAN A: MELAKSANAKAN PROGRAM PENELITIAN KOMPREHENSIF UNTUK MENDUKUNG KONSERVASI MEGAFAUNA LAUT DI LAUT SAWU.

Deskripsi: Pada tahun 2021, sebuah program penelitian yang komprehensif sepenuhnya beroperasi dan menyediakan data ilmiah penting tentang ekologi populasi megafauna, keanekaragaman hayati dan ancamannya, untuk mendukung pengembangan dan pengelolaan program konservasi megafauna laut yang efektif di Laut Sawu (fokus utama pada pari manta dan hiu paus).

Tujuan Aktivitas

1. Melakukan penelitian

megafauna, dan mengidentifikasi prioritas rencana konservasi dan mitigasi ancaman yang

digariskan untuk wilayah Laut Sawu.

1.1. Identifikasi dan memetakan kunci penelitian utama, kawasan konservasi dan ancaman di wilayah Laut Sawu

1.2. Melakukan penilaian cepat (RAP) di wilayah Perairan Laut Sawu yang diduga penting untuk melakukan penelitian dan konservasi megafauna laut, dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

1.3. Mengkaji dan mendokumentasikan pengetahuan lokal dan sejarah perikanan dari nelayan melalui program kuesioner terstandardisasi di Laut Sawu.

2. Fasilitas dan dukungan operasional yang efektif dikembangkan dan berfungsi untuk lokasi penelitian utama dan kegiatan penelitian di Laut Sawu

2.1. Stasiun lapangan di Kabupaten Flores Timur didirikan di hotspot

megafauna utama, dan beroperasi dengan staf yang cukup untuk memberikan cakupan penelitian penuh selama musim megafauna.

2.3. Membangun mitra di lokasi potensial habitat pari manta dan hiu paus di Laut Sawu (seperti Rote, Sumba, dan Lamalera), untuk dikembangkan dalam upaya mendukung dan memperluas cakupan pengumpulan data penelitian kami di wilayah ini.

3. Laut Sawu ditandai dengan baik oleh ciri fisik, biotik dan ekologisnya terkait dengan

3.1. Melanjutkan pencatatan tangkapan/pemanfaatan megafauna laut di Lamakera, dan mengembangkan pencatatan data penangkapan di lokasi-lokasi kunci lainnya di dalam Laut Sawu (seperti Lamalera).

(7)

megafauna laut, dan dampak manusia yang mempengaruhi mereka.

3.2. Penelitian oseanografi lanjutan untuk lebih memahami proses oseanografi sehubungan dengan kemunculan megafauna laut di perairan sekitar Solor dan Lembata (perburuan Lamakera dan Lamalera).

3.3. Penelitian pari manta dan hiu paus dilanjutkan dengan berbagai metode termasuk; Survei dengan perahu, penandaan satelit, genetika, foto ID dan pemantauan dengan menggunkan kamera trap. Penelitian berfokus pada pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan habitat kritis, migrasi dan pola gerakan, konektivitas di sekitar Laut Sawu, secara nasional dan internasional, dan demografi populasi.

3.4. Penelitian Doktor (S3) PhD, yang berfokus pada dampak eksploitasi terhadap populasi Manta birostris di Laut Sawu.

3.5. Mengembangkan kolaborasi penelitian secara nasional dan internasional, dan mendukung para siswa S2 untuk meningkatkan cakupan dan kapasitas penelitian kami.

3.6. Melanjutkan pemantauan megafauna laut jenis lainnya termasuk; Cetacean, sunfish, pari mobula dan hiu, awalnya melalui survei perahu dan pengembangan sistem pelaporan berbasis masyarakat (lihat tujuan B)

3.7. Memasukkan fokus penelitian ilmu sosial ke dalam program penelitian. 4. Hasil penelitian

dikomunikasikan dengan baik dengan pemerintah nasional dan lokal, pemangku kepentingan lokal lainnya, masyarakat

umum, dan komunitas penelitian konservasi dan penelitian

internasional.

4.1. Kegiatan penelitian, hasil, berita, dan cerita dari lapangan secara teratur dikomunikasikan melalui media sosial dan blog dengan menggunakan

berbagai media kreatif seperti foto dan video.

4.2. Hasil penelitian dan kemajuan disusun menjadi laporan pemerintah daerah dan nasional setiap tahunnya.

4.4. Menghasilkan video pelatihan dan informasi penelitian yang ditargetkan untuk mahasiswa, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya di

Indonesia.

4.5. Menghasilkan buku sains / populer tentang megafauna laut dan program penelitian kami di Laut Sawu.

(8)

TUJUAN B: MENCIPTAKAN MEKANISME KEUANGAN YANG BERKELANJUTAN MELALUI WISATA PENELITIAN DAN MENERAPKAN PEMBANGUNAN KAPASITAS LOKAL DAN NASIONAL YANG MENDUKUNG PROGRAM KONSERVASI DAN PENELITIAN DI LAUT SAWU.

Deskripsi: Pada tahun 2021, program penelitian Aliansi Laut Sawu sebagian didanai melalui rencana pendanaan berkelanjutan yang melibatkan para sukarelawan, dan sepenuhnya menggabungkan pembangunan kapasitas nasional, dan pendekatan berbasis masyarakat lokal, untuk membangun dan mendukung pengelolaan sumber daya kelautan yang berkelanjutan dan kesadaran ekosistem di Laut Sawu, dan meningkatkan penelitian megafauna laut Indonesia.

Tujuan Aktivitas

5. Strategi komunikasi,

penjangkauan dan pendidikan regional yang komprehensif, yang melibatkan panitia masyarakat dan teknik multimedia yang sesuai dikembangkan dan

diimplementasikan secara rutin untuk mendidik, melibatkan, membangun dan memelihara dukungan dalam konservasi dan penelitian.

5.1. Mengembangkan dan menerapkan skema "Duta Laut" setempat di Kabupaten Flores Timur, dimana anggota masyarakat yang antusias digali dalam kegiatan sosialisasi desa dan kegiatan analisis SWOT, dan kemudian diberi pelatihan dan kapasitas untuk bertindak sebagai duta besar laut setempat.

5.2. Menghasilkan buku informasi / panduan yang ditargetkan untuk

masyarakat lokal di Laut Sawu. Buku ini akan memberikan informasi untuk membantu menginformasikan masyarakat tentang penelitian dan konservasi megafauna dan konservasi di wilayah ini, dan akan menjadi alat referensi utama untuk "duta laut".

5.3. Kembangkan tampilan interaktif untuk pusat informasi kami, yang menampilkan semua aktivitas penelitian, data, dan informasi tentang megafauna pada layar sentuh besar.

5.4. Mengembangkan dan mempromosikan platform online untuk partisipasi masyarakat, dalam bentuk situs web dan aplikasi, yang memberi masyarakat setempat untuk mengirimkan data penampakan megafauna laut di Laut Savu. Misalnya, ini dapat dipromosikan ke banyak kapal feri yang beroperasi di sekitar Laut Sawu.

6. Program magang ditujukan untuk membangun kapasitas di tingkat lokal dan nasional

6.1. Program magang SSA, bagi mahasiswa universitas Indonesia dan lulusan sarjana baru berfokus pada ilmu Kelautan, biologi dan sosial, terus berjalan secara rutin. Prioritas diberikan kepada siswa dari wilayah NTT.

(9)

kepada para pelajar, guru dan dosen di tingkat sekolah dan universitas, dan anggota masyarakat setempat.

6.2. Melakukan lokakarya / simposium tahunan di wilayah NTT untuk berbagi hasil penelitian dan melibatkan pemangku kepentingan lokal.

6.3. Memberikan kesempatan beasiswa untuk mahasiswa dari Solor (1 per tahun) ditahun ke-3. Kondisi beasiswa akan ditujukan untuk menyelesaikan tugas akhir dari universitas dengan topik program penelitian terkait dengan program kami, dan mahasiswa tersebut harus bersedia bekerja sama dengan kami setidaknya satu tahun setelah studinya mereka selesai.

6.4. Melakukan lokakarya penelitian lapangan (satu kali dalam setahun) untuk dosen universitas di tingkat nasional. Mintalah ahli dari luar untuk membantu lokakarya tersebut. Tujuannya adalah untuk mempromosikan penelitian megafauna laut di universitas-universitas di Indonesia, karena saat ini belum banyak ahli dalam ilmu megafauna laut di Indonesia.

7. Pelatihan masyarakat lokal dan ketenagakerjaan dalam program penelitian untuk membangun kapasitas lokal, menyediakan mata pencaharian alternatif, dan meningkatkan cakupan kegiatan penelitian kami.

7.1. Kembangkan call center yang akan menjadi basis untuk menerima semua data partisipatif berbasis masyarakat tentang penelitian dan konservasi.

Termasuk data dari kegiatan.

7.2. Melaksanakan program percontohan rujukan megafauna laut dengan beberapa komunitas kunci di Kabupaten Flores Timur, dengan tujuan untuk akhirnya mengembangkan dan mempromosikan sistem rujukan di seluruh lokasi utama (yang diuraikan dalam Sasaran A, tujuan 1) di Laut Sawu. 7.3. Mempekerjakan setidaknya dua mantan pemburu manta dari Lamakera yang berpengalaman dalam program penelitian sebagai "penasihat riset manta lokal". Tugas mereka adalah menggunakan pengetahuan lokal mereka untuk memberikan saran dan rekomendasi untuk membantu tim peneliti menemukan pari manta dan megafauna lainnya.

7.4. Selama musim pari manta, hiu paus dan megafauna laut lainnya, kami akan menerapkan program magang berbayar untuk 2 anggota masyarakat dari Lamakera. Magang akan memberikan pelatihan penuh dalam metode penelitian megafauna laut.

(10)

Apa yang telah kita lakukan selama 2015-2016?

Publikasi:

1. Jurnal Ilmiah: Menilai Populasi Pari Manta dan Devil Ray Indonesia melalui Wawancara Sejarah Pendaratan Perikanan oleh Lewis dkk 2015

Sorotan Penelitian:

 Indonesia dilaporkan telah menjadi salah satu dari tiga penangkap pari manta dan pari mobula terbesar di Dunia. Namun, sayangnya informasi terperinci tentang perikanan ini dan status populasi di Indonesia kurang.

 Perbandingan hasil tangkapan dari 2002 hingga 2014 mengungkapkan penurunan dramatis pada pendaratan pari manta dan pari mobula selama masa studi, dan penurunan mencapai 75%.

 Musim berburu mobulid berlangsung selama delapan bulan mulai akhir Maret, memuncak pada bulan Juli-Agustus dan berakhir pada bulan Oktober, dengan tangkapan sesekali pada bulan November dan Desember.

Gambar 2. Nelayan Lamakera menunjukan teknik dalam

(11)

 Manta birostris adalah jenis pari dari keluarga mobulidae yang paling sering tertangkap oleh nelayan Lamakera selama masa studi, melaporkan bahwa tangkapan mobulidae terdiri dari sekitar 60-70% Manta birostris dan Mobula spp 30-40%.

 Manta alfredi tidak teramati, dan tidak ada satupun responden yang melaporkan pernah menangkap spesies ini saat menunjukkan gambar kedua spesies tersebut. Tapi dulu, mereka sering berburu pari manta yang dekat dengan daratan, yang berarti di habitat terumbu karang. Jadi, kemungkinan populasi Manta alfredi telah hilang karena karakter nya menetap disuatu lokasi tertentu, dan sangat rentan tereksploitasi karena habitat nya sangat mudah dikenali oleh pemburu. Berbeda dengan Manta

birostris yang umumnya ditangkap oleh nelayan

Lamakera beberada decade ini yang cenderung berada di lautan lepas. Namun, pada tahun 2016 secara tidak sengaja, nelayan dari Larantuka menangkap pari Manta

alfredi yang kemudian dilepaskan kembali ke laut oleh tim

patroli. Hal tersebut menunjukan adanya kemungkinan perairan ini menjadi wilayah pergerakan/migrasi dari perairan lainnya seperti Komodo atau Raja Ampat yang telah diketahui populasinya.

 Meskipun tidak ada catatan secara khusus, spesies pari mobula berukuran kecil tertangkap secara tidak sengaja oleh nelayan luar yang menargetkan ikan tuna dengan menggunakan pukat hanyut malam. Nelayan Lamakera melaporkan bahwa jumlah pari mobula kecil yang ditangkap oleh nelayan dari Ende (Flores) dan Gorang (desa dekat Lamakera) dan mendarat di Lamakera jauh lebih tinggi daripada jumlah pari mobula berukuran besar yang ditangkap oleh nelayan Lamakera dengan menggunakan tombak, nelayanEnde dilaporkan mendaratkan 100 ekor pari mobula berukuran kecil hanya dalam dua bulan antara bulan April dan Mei 2015. Jumlah nelayan luar ini telah meningkat setiap tahunnya dan saat ini ada 12 kapal dari Ende dan 15 kapal nelayan Gorang yang beroperasi di perairan sekitar Lamakera. Lebih lanjut, nelayan Ende ini pada umumnya tidak memiliki izin aktif untuk memanfaatkan sumberdaya laut Flores Timur, sehingga aktifitasnya dapat dikatakan ilegal.

 Insang sebagai bagian pari manta dan pari mobula yang paling berharga.

 Insang dikeringkan di fasilitas terdekat dan dijual ke pedagang China di Jakarta dan Surabaya untuk diekspor ke pasar di China dan Asia Tenggara.

(12)

 Di Lamakera pari manta didaratkan dan diproses di pantai. Insang dipisahkan terlebih dahulu, dicuci dan dibawa ke pembeli insang lokal untuk ditimbang dan dikeringkan. Dagingnya dipotong menjadi gelang dan dikeringkan untuk dijual di desa dan pasar ikan terdekat untuk konsumsi manusia, pakan ternak dan umpan hiu.  Dengan panjang sayap M. birostris 5 meter dilaporkan

menghasilkan kira-kira 5kg insang kering dan 2 paket daging (20 gelang per bundel seberat ~ 25kg), sementara rata-rata (2-3 meter panjang sayap) M. tarapacana menghasilkan kira-kira 2-3 kg insang kering dan 1 bundel daging. Dua pengepul lokal sebagai perantara membeli insang basah dari nelayan, dan setelah pengeringan menjual insang ke pedagang China di Jakarta dan Surabaya untuk diekspor ke China. Pada tahun 2011, kru penangkap ikan di Lamakera menerima ~ USD 234 (Rp 2 juta) untuk pari manta dengan panjang sayap rata-rata 5 meter, sementara tengkulak akan menerima ~USD 621 (Rp 5,3 juta) untuk insang kering dan daging dari yang sama.

Gambar 3. Perkiraan kecenderungan pendaratan pari manta dan pari mobula di Lamakera sejak tahun 2002- 2014.

 Memancing (dan perburuan ikan paus) bersama dengan perdagangan produk yang berasal dari kegiatan ini secara tradisional merupakan satu-satunya sumber pendapatan di Lamakera. Sementara nelayan Lamakera menargetkan sejumlah spesies lain, termasuk hiu paus, spesies ikan hiu lainnya, paus, tuna, mackerel, billfish dan ikan karang, perikanan pari manta dan pari mobula dilaporkan sebagai sumber pendapatan utama desa. Pada 2013-14, 94,5%

(13)

dari 212 usaha memancing pari manta dan pari mobula menguntungkan, dengan penghasilan 76% di atas Rp 1 juta (~ USD 85). Pendapatan kotor dari perdagangan tersebut, berdasarkan nomor arahan dan harga pasar untuk insang kering dan daging, diperkirakan mencapai USD 158.000 (Rp 1,46 miliar) pada tahun 2002. Sementara kenaikan harga insang rata-rata sedikit mengimbangi penurunan produksi dari tahun 2002 sampai 2014 , Pendapatan kotor keseluruhan dari perdagangan tersebut turun menjadi kurang dari USD 93.000 (Rp 1,1 miliar) pada tahun 2014. Dengan penurunan harga insang baru-baru ini, pendapatan ini diperkirakan akan turun tajam pada tahun 2015.

2. Paper Konferensi: Adaptasi Perubahan, Pendekatan Perikanan Alternatif di Lamakera oleh Putra dkk. 2015 Sorotan Penelitian:

 Komoditi perikanan memainkan peran penting untuk mendukung ketahanan pangan. Nalayan Lamakera di Pulau Solor, Kabupaten Flores Timur sangat bergantung pada komoditas tersebut, terutama pari manta, yang setidaknya 120 manta ditangkap dan mendarat di Lamakera pada tahun 2014.

 Jelas, penerapan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 4 Tahun 2014 yang mengatur perlindungan penuh terhadap pari manta akan mempengaruhi nelayan Lamakera.

 Sementara itu, nelayan pari manta telah mulai membekali diri dengan jaring mini-untuk menangkap ikan pelagis. Data menunjukkan bahwa perikanan pelagis cukup memberi keuntungan bagi mereka, dengan sekitar 94 ton ikan tertangkap dengan nilai ekonomis mencapai Rp. 615,009,400.

 Kami temukan pada bulan Juni-September 2014, bahwa jika nelayan Lamakeran hanya mengandalkan perikanan manta nilai ekonominya tidak maksimal. Kami menghitung dari 50 nelayan dengan total biaya produksi selama musimnya Rp. 116.800.000 (bahan bakar, makanan, rokok - selama perjalanan yang berkisar antara Rp 200.000 - Rp 350.000 per perjalanan) dengan total pendapatan kotor Rp. 159,670,000. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa waktu, modal mereka jauh lebih besar daripada hasil yang mereka dapat dari perikanan pari manta. Karena, perikanan pari manta tidak selalu menghasilkan pada setiap perjalanan mereka. Yang

(14)

artinya, terkadang mereka merugi dalam usaha perikanan pari manta dan lebih pada opportunistic.

 Namun, beberapa nelayan Lamakera yang memiliki jaring pukat yang menargetkan ikan pelagis memiliki kesempatan lain untuk mendapatkan lebih banyak uang. 17 nelayan kami identifikasi dengan total biaya produksi Rp. 77.970.000,00 (bahan bakar, makanan, rokok - selama perjalanan yang berkisar antara Rp 200.000 - Rp 300.000 per perjalanan) pendapatan kotor Rp. 706.386.950.00.

 Perhitungan ekonomi ini membuktikan bahwa sebenarnya perikanan manta bukanlah pendapatan yang lebih besar bagi nelayan Lamakera, perikanan pelagis merupakan pendapatan ekonomi terbesar bagi nelayan Lamakera. Meski begitu, tidak semua nelayan memiliki akses terhadap jaring pukat, namun ini merupakan peluang untuk kegiatan perikanan alternatif yang lebih berkelanjutan dan bermanfaat bagi mereka.

Gambar 4. Informasi penangkapan perikanan pada tahun 2014 yang mendarat di Lamakera.

 Perikanan pelagis dapat dikelola sebagai alternatif bagi nelayan manta di Lamakera. Namun, perikanan pelagis sangat rentan dalam penurunan kualitasnya karena kesegarannya yang cepat hilang apabila tidak diperlakukan secara baik setelah proses penangkapan.

(15)

Sedangkan, masyarakat Lamakera sangat kesulitan dalam mendapatkan kualitas es balok yang berkualitas.

 Selain itu, nelayan menghadapi dilema produksi, dimana produksi yang lebih tinggi akan menurunkan harga pasar, setidaknya 20% harganya turun. Pengenalan teknologi pengolahan ikan bisa menjadi pilihan investasi. Nelayan dapat menangkap volume produksi yang cukup tanpa merugikan harga. Atau dengan mengolahnya dengan berbagai macam produk pengolahan perikanan seperti bakso ikan, nugget, abon, dan hasil lainnya.

 Teknologi ini akan menciptakan diversifikasi produk ikan, dan menciptakan produk bernilai tambah. Namun, setidaknya ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan: bantuan yang memadai untuk menjamin keberlanjutan, pengembangan kapasitas model bisnis dan keterampilan dalam keseluruhan rantai bisnis, dan ketersediaan dana / modal dan kebijakan untuk memastikan bahwa nelayan lokal tetap kompetitif di pasar.

Gambar 5. Nelayan Lamakera yang memancing

menggunakan mini pukat untuk menangkap ikan pelagis (atas) dan ibu-ibu pengepul ikan yang menangangani ikan paska tangkap (bawah).

(16)

3. Kertas Tesis Mahasiswi Master: Mengevaluasi dampak kebijakan perdagangan satwa liar: kasus ilegl dalam perburuan pari manta di Indonesia oleh Hollie Booth 2016 - Mahasiswa Master dari Ilmu Konservasi Imperial College London

Peran kami dalam penelitian ini adalah menyediakan data tangkapan dan informasi terperinci mengenai perikanan manta di Lamakera. Kami tidak terlibat dalam penulisan tulisan ini.

Sorotan Penelitian:

 Penelitian ini berfokus pada kasus pari manta di Indonesia untuk mengevaluasi dampak kebijakan perdagangan satwa liar.

 Hasil dari studi kasus menunjukkan bahwa peraturan tersebut memiliki dampak tertentu, walaupun sifat dan besarnya dampak ini tetap tidak jelas.

 Di Tanjung Luar, orang yang diwawancarai melaporkan berkurangnya penangkapan ikan pari manta dan perdagangannya karena adanya peraturan tersebut. Laporan ini dibuktikan dengan perubahan pendaratan yang diamati saat peraturan tersebut diperkenalkan.

 Mengingat bahwa lebih dari 230 pari manta mendarat di Lamakera antara bulan Maret 2015 dan Juli 2016, dan dua pengepul yang diketahui terus beroperasi, peraturan tersebut tampaknya kurang berhasil diterapkan di wilayah ini. Namun perbedaan yang diamati antara Tanjung Luar dan Lamakera bisa menjadi artefak data pra-regulasi yang kurang mencukupi untuk Lamakera dan lebih tidak mematuhi peraturan tersebut, terutama karena mereka lebih menantang di lokasi yang kecil dan relatif mandiri. Lamakera juga mulai dengan hasil tangkapan yang lebih tinggi saat peraturan tersebut diperkenalkan dan upaya penegakan hukum dimulai sekitar satu tahun kemudian, sehingga jeda waktu untuk menanggapi peraturan tersebut kemungkinan besar terjadi. Pendaratan sejauh 2016 menunjukkan penurunan tangkapan pari manta yang belum pernah terjadi sebelumnya dibandingkan dengan pari mobula, yang bisa menjadi awal peraturan, dan tindakan penegakan terkait, mulai berlaku. Namun datanya tidak mencukupi untuk mendukung statistik ini: juga bisa turun ke fluktuasi musiman atau iklim (misalnya El Niño), dan penurunan umum pada tangkapan dari waktu ke waktu. Masih terlalu dini untuk diceritakan.

(17)

3. Jurnal Ilmiah: Model Biomassa Plankton Berdasarkan Teknik GIS dan Penginderaan Jarak Jauh untuk Memprediksi Tempat Mencari Makan Megafauna di Perairan Solor oleh Putra dkk 2016

Sorotan Penelitian:

 Sistem informasi geografis (SIG) dan teknik penginderaan jarak jauh dapat digunakan untuk membantu pemodelan distribusi; Alat yang berguna yang membantu perencanaan strategis dan rencana pengelolaan KKL.  Studi ini membangun model percontohan biomassa

plankton dan distribusi di perairan Solor dan Lembata, dan merupakan studi pertama yang mengidentifikasi daerah pencarian makanan laut megafauna di wilayah ini.

 Hubungan ekologis biomassa zooplankton secara statistic sangat berkorelasi kuat ~ 88% terhadap biomassa fitoplankton, dan fase bulan.

 Perilaku mencari makan secara signifikan erat kaitannya dengan hotspot biomasa plankton, dan lebih tinggi dibandingkan dengan coldspot biomassa plankton. Selain itu, lereng yang sangat curam dari selat Lamakera mendukung upwelling yang kuat dengan perairan yang sangat produktif yang mempengaruhi keberadaan megafauna laut. Studi ini mendeteksi bahwa selat Lamakera menyediakan persyaratan untuk kegiatan pencarian makanan oleh megafauna laut, membantu menjelaskan mengapa kawasan ini mendukung keragaman dan kelimpahan megafauna lautan yang begitu tinggi.

 Analisis statistik spasial kami meneliti bahwa potensi area pencarian pangan 2 kali lebih tinggi biomassa planktonnya dibandingkan lokasi lain yang diidentifikasi sebagai wilayah yang tidak subur.

 Item mangsa (biomassa zooplankton) sangat peniting dalam memprediksi habitat kritis megafauna laut dan penting untuk membangun model akurasi tinggi.

(18)

Gambar 6. Hotspot produktivitas perairan sebagai area pencarian makan yang ditunjukkan di wilayah ini selama survei lapangan pada bulan Januari 2015. Model dasar laut visualisasi 3D di wilayah Solor; A) bagian selatan Solor dan b) timur laut Solor. Titik merah menunjukkan hotspot biomassa plankton sebagai uji statistik signifikan dari Getis-Ord Gi * 99%, 95%, 90%. Simbol ikan menunjukkan pengamatan megafauna laut selama penelitian. C) Visualisasi 2D; Warna merah menunjukkan hotspot fitoplankton dan zooplankton; Titik merah gelap menunjukkan hotspot tumpang tindih baik fitoplankton dan zooplankton.

Penelitian yang sedang berlangsung

1. Pencatatan tangkapan perikanan megafauna laut.

Pemantauan kegiatan perikanan ilegal pari manta di Flores Timur, terutama dari nelayan Lamakera yang telah berburu dari generasi ke generasi, kami melakukan evaluasi efektivitas penegakan hukum dan perikanan itu sendiri. Sejak tahun 2014, kami bekerja sama dengan pemangku kepentingan lokal (tingkat kabupaten - desa) untuk menjalankan program konservasi di Lamakera. Pada tahun 2014, kami melakukan penelitian perikanan umum untuk menilai usaha perikanan, jenis alat tangkap, target tangkapan, dan aspek sosio-ekonomi yang disampaikan dalam publikasi no 1 dan 2 (lihat bagian publikasi).

(19)

Gambar 7. Total tangkapan Manta birostris di Lamakera per bulan, warna oranye menunjukan tangkapan yang dihasilkan oleh tombak, dan warna biru hasil tangkapan sampingan oleh pukay hanyut malam.

Sejak tahun 2015, kami melatih warga lokal Lamakera untuk mencatat pendaratan megafauna laut di pantai Lamakera, dan mencatat secara spesifik pada ukuran panjang lebar, perkiraan lokasi tempat memancing, jenis megafauna laut. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan lebih banyak ide tentang analisis data tangkapan dan berguna untuk berbagai topik. Ringkasan gambar di atas adalah:

Pola musiman Manta birostris dimulai dari bulan Mei - November, yang lebih tinggi pada bulan Juni - Agustus. Meski demikian 2015-2016 telah terjadi El Nino kuat yang mengakibatkan pola yang tidak biasa. Hal tersebut karena menguatnya upwelling atau pengangkatan massa air yang mengakibatkan kesuburan perairan meningkat. Pada tahun 2015, yang merupakan periode panjang El Nino terjadi, pari manta telh melimpah dan seperti peluang bagus bagi nelyan Lamakera untuk menangkap pari manta. 187 manta ditangkap oleh nelayan Lamakera pada tahun 2015, 6 individu pari manta tertangkap sebagai tangkapan sampingan oleh jaring insang hanyut yang beroperasi di malam hari, dan 181 individu pari manta tertangkap oleh tombak. Bulan Agustus 2015 menjadi tangkapan tertinggi selama periode studi dengantangkapan mencapai 82 individu pari manta.

(20)

Gambar 8. Enumerator lokal kami mengumpulkan informasi ilmiah dari pari Manta birostris yang mendarat di pantai Lamakera

Jadi kenapa August? Agustus menjadi waktu yang sangat produktif di perairan ini yang dicirikan oleh air laut yang dingin dan kaya nutrisi laut sebagai hasil dari upwelling kuat (puncak), apalagi deperkuat dengan adnya El Nino yang mendorong upwelling yang sangat kuat di perairan Solor. Pada tahun 2016, Wildlife Crime Unite (WCU) dari Wildlife Conservation Society dengan Departemen Kelautan dan Perikanan Kabupaten Flores Timur, Polri, dan polisi air setempat mulai melakukan patroli laut setiap bulannya dan itu membuat nelayan Lamakera yang menargetkan manta takut untuk melakukan aktivitas illegal fishing. Data kami menunjukkan bahwa pada 2016 jumlah pendaratan pari manta mengalami penurunan. Hal ini bisa disebabkan oleh 2 faktor yaitu dinamika alam (yaitu dinamika populasi, event perbahan iklim) dan penegakan hukum sendiri yang berdampak langsung kepada masyarakat. Pada tahun 2016, 91 individu pari manta tertangkap dimana 36 individu sebagai by-catch (tangkapan sampingan oleh pukat hanyut) dan 55 individu sebagai target utama.

(21)

2. Populasi Ekologi Pari Manta dan Hiu Paus

Kami menyelidiki populasi ekologi dan struktur pari manta dan hiu paus menggunakan identifikasi foto di Perairan Flores Timur. Pari Manta dan hiu paus memiliki tanda unik untuk setiap individu seperti sidik jari pada manusia sehingga memungkinkan kita dapat mengidentifikasi individu yang berbeda untuk memperkirakan ukuran populasi mereka. Setiap perjumpaan kami dengan pari manta dan hiu paus kami mencatat lokasi, waktu, tanggal, jenis kelamin, kematangan seksual, estimasi ukuran perilaku, dan foto ID sebagai database demogarfik. Setiap penampakan pari manta dan hiu paus akan dibandingkan dengan penampakan sebelumnya untuk menentukan apakah hewan itu adalah individu baru atau penampakan ulang. Selama proyek berlangsung, data yang dikumpulkan dari foto-ID dan observasi lapangan akan menghasilkan database pari manta dan hiu paus yang komprehensif yang memungkinkan kita untuk memperkirakan: ukuran populasi; Rasio seks; Tren musiman dan internal; Penggunaan habitat; Pergerakan dan distribusi daerah; Dan, perekrutan, pertumbuhan dan tingkat kematian. Serta, database kita akan dibandingkan dengan lokasi lainnya seperti Komodo, Bali, Raja Ampat, dan Australia untuk mendeteksi adanya pergerakan individu yang muncul di Perairan Solor bergerak ke perairan tersebut.

Sejak tahun 2015, kita mendapatkan 1 foto identitas untuk foto

Manta birostris, 1 foto ID untuk Manta alfredi, dan 7 Untuk hiu

paus. Manta birostris sebagai jenis pari yang menjadi target nelayan Lamakera menghabiskan banyak waktu mereka di laut. Itu membuat tim peneliti kami terbentur tantangan ini, karena berbeda dengan Manta alfredi yang sudah akrab di stasiun pembersihan dan mudah melakukan penelitian dimana jenis ini berada di terumbu karang.

(22)

Gambar 3. Whale sharks di Perairan Solor.

(23)

Gambar 5. FotoID pertama Manta alfredi di Perairan Solor. 3. Populasi Genetik Pari Manta dan Hiu Paus

Analisis genetik akan memungkinkan tim kami untuk menentukan konektivitas antara populasi yang berbeda. Sampel jaringan dari daging yang diambil dari setiap individu akan diekstraksi. Sejak tahun 2015, kami mengumpulkan sampel dari kedua pari manta, pari Mobula tarapacana dan Mobula japanica yang dikumpulkan oleh enumerator lokal kami, serta hiu paus yang dikumpulkan di laut dan pendaratan.

Analisis genetika akan memberi kita gagasan bahwa pari manta, pari mobula, dan hiu paus di Perairan Solor kita kuat terhubung dengan populasi Australia yang bergerak melintasi perairan internasional atau populasi kunci lainnya yang dekat dengan wilayah kita.

(24)

Gambar 6. Tim peneliti kami mengambil sampel dari Manta

alfredi di perairan Solor.

Gambar 7. Pari Manta birostris yang didaratkan di pantai

Lamakera, dan petugas kami mengambil sample daging untuk analisis genetik.

(25)

4. Pola Pergerakan dan Migrasi

Tag satelit akan memungkinkan tim kami untuk mempelajari gerakan skala yang lebih detail dan lebih besar serta migrasi dari individu-individu tertentu, menyoroti habitat kritis dan rute migrasi kunci yang membutuhkan perlindungan. Secara khusus kita akan menggunakan tag teknologi terbaru dari (SPLASH10-F-301A) yang menggunakan teknologi GPS “-Loc Cepat” untuk mendapatkan secara cepat, posisi GPS yang sangat akurat setiap kali hewan berenang di permukaan. Teknologi baru ini akan mewakili kemajuan yang signifikan atas tag tradisional “Pop-up Tags” (PAT tag), yang mengandalkan algoritma rumit untuk memperkirakan lokasi berdasarkan tingkat cahaya bawah air yang terekam (sunset / sunrise). Yang penting, tag juga akan mengirimkan data lokasi real-time ke sistem satelit ARGOS setiap kali manta di permukaan. Data yang diperoleh akan menyediakan peta resolusi tinggi dari pola pergerakan manta dan akan benar-benar berharga untuk Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam upaya hati-hati mengelola manta di Indonesia. Kami mengantisipasi data ini akan memberikan bukti tak terbantahkan dari pola pergerakan skala besar populasi mantas di Indonesia, dan bahkan berpotensi perairan internasional.

Namun, kami masih berjuang untuk pemasangan tag pada

Manta birostris dan hiu paus di Perairan Solor. Karena kita belum

menemukan stasiun pembersihan dimana pari manta biasa bergerak tenang dan memudahkan tim peneliti memasang tag tersebut. Meskipun di beberapa pertemuan kami memiliki kesempatan untuk mengambil foto ID dan sampel DNA, tapi itu sulit untuk mendekati hewan ini yang agresif dan perilaku yang tidak biasa seperti lokasi lainnya. Respon yang sangat mirip dengan manta di Peru yang menunjukan respon agresif pada manusia yang berenang didekatnya. Hal tersebut dimungkinkan karena pari manta ini tidak terbiasa/asing dengan kehadiran para penyelam yang berenang didekatnya sehingga sikap tersebut sebagai bentuk pertahanan dirinya.

(26)

Gambar 8. Tim Penelitian menyiapkan satellite tagging 5. Pola Musiman Megafauna Laut

Sebuah metode cepat penilaian ekologi (REA) digunakan untuk menyelidiki distribusi dan kelimpahan relatif dari megafauna laut. posisi GPS direncanakan untuk menjelajahi lokasi penampakan megafauna laut selama perjalanan survei. metode pengamatan ganda diterapkan, dan 2 kelompok pengamat memindai daerah menggunakan Bushnell seri teropong laut dengan jarak optik 5km selama berlangsungnya REA. Sebanyak 139 hari perjalanan REA dilakukan pada tahun 2016. Data yang dikumpulkan termasuk; waktu mulai dan selesai saat perjalanan survei, waktu kemunculan megafauna, waktu puncak kemuncuan megafauna, lokasi GPS dari penampakan, jenis megafauna laut, perilaku, dan perkiraan jumlah individu. Selain itu, kondisi cuaca selama REA direkam menggunakan skala Beaufort yang dimodifikasi.

Selama REA pada tahun 2016 kami menemukan 30an jenis megafauna laut dan 8 spesies tak dikenal. Termasuk 10 jenis elasmobranch seperti hiu dan pari, 8 jenis lumba-lumba, 4 jenis paus, 4 jenis penyu, Dugong dugong, dan 2 jenis ikan matahari. Pola musiman megafauna laut sama halnya dengan pola pendaratan megafauna laut. Data pada tahun 2015 yang menunjukan, pada bulan Agustus adalah tangkapan tertinggi dari kelimpahan megafauna laut (lihat Gambar 16). Musiman dimulai dari April-Oktober, dengan puncak musim pada bulan Agustus dan penurunan mengikuti waktu. Meskipun kita tidak

(27)

memiliki jumlah survei yang sama di setiap bulan tapi kami menghitung probabilitas persen dari pertemuan per upaya survei untuk menghilangkan bias. Seperti kita sebutkan pada bagian sebelumnya, bahwa Perairan Solor sangat dipengaruhi oleh oseanografi lokal yang telah mendorong agregasi megafauna laut. Penelitian sebelumnya dari Benjamin Khan sebagai ahli cetacean menemukan bahwa Selat Lamakera merupakan habitat penting untuk cetacean. Bahkan menjadi koridor penting pergerakan paus biru dari Australia yang bergerak ke Perairan Halmahera, serta pergerakan lainnya yang di Asia Tenggara.

Gambar 9. Jumlah survei per bulan pada tahun 2016

Gambar 10. Kelimpahan individu rata-rata per bulan pada tahun 2016

(28)

Gambar 11. Persentase kontribusi kemunculan jenis megafauna

(29)

Gambar 12. Pengamatan megafauna laut.

(30)

Gambar 14. White tip reef shark di Perairan Solor.

Gambar 15. Tim peneliti kami mengambil foto ID dan sample

(31)

Gambar 16. Tawny Nurse Shark kami temukan di gua bawah laut di Lembata.

Gambar 17. Tim peneliti kami mengambil foto ID dan sample

(32)

Gambar 18. Kemunculan Fraser’s dolphin di Selat Lamakera; A) gerombolan fraser’s dolphin yang sedang bergerak; B) spinner dolphin on Spyhop; C) spinner dolphin Bow riding; D) unidentified dolphin on Logging.

(33)

6. Memberikan prediksi penampakan pari manta untuk perencanaan patroli

 Untuk meningkatkan perencanaan patroli laut WCU dan polisi laut, tim riset kami membuat model atau prediksi kemunculan manta. Pada dasarnya kami menggunakan fase bulan sebagai variable bebas yang berperan penting bagi nelayan Lamakera untuk memutuskan kapan dan dimana mereka akan berburu pari manta. Kami membangun model non-linier aditif umum (GAMs) berdasarkan data pendaratan pari manta pada tahun 2015 sebagai variable terikat.

 Fraksi bulan antara 0,6 (60% persen menuju/meninggalkan bulan purnama) sampai dengan 0,8 (80% persen menuju/meninggalkan bulan purnama) adalah respons yang lebih tinggi untuk Manta birostris ditangkap oleh nelayan Lamakera. Kemudian, respon yang tidak kalah tingginya pada fase bulan 0 (0% persen bulan mati) sampai dengan 1 (10% persen menuju/meninggalkan bulan purnama). Pola yang sama ini ditunjukan oleh Manta alfredi di Lady Elliot, Australia dan

Manta alfredi di Taman Nasional Komodo.

 Penelitian Sebelumnya dari Komodo dan Lady Eliot menunjukkan bahwa selama fase bulan tersebut arus pasang surut ini maksimum dan cocok untuk elasmobranch memakan zooplankton yang terbawa oleh arus. Tanggapan ini serupa di perairan Solor, yang kemunculannya lebih tinggi.

Gambar 26. Model statistik dari model aditif umum (GAMs). Nilai kontribusi model ini adalah 30,2%. Nol pada sumbu y menunjukkan tidak ada efek dari variable bebas. Besarnya magnitude mencerminkan pentingnya variabel.

(34)

• Indonesia, terutama di beberapa wilayah yang menjadi bagian dari Samudera Hindia memiliki upwelling tahunan yang membawa air produktif selama monsun tenggara (Juni-Agustus). Namun, akibat perubahan iklim, selama 2014 - (pertengahan) 2016 telah terjadinya peristiwa El Nino. El Nino mengakibatkan upwelling yang kuat pada bulan Agustus. Kondisi itu yang mengakibatkan menungkatnya jumlah tangkapan selama tahun 2015 dengan jumlah 82 individu.

Menyiapkan prediksi untuk mendukung perencanaan patroli laut

Bahan pembelajaram dengan studi kasus pada bulan November 2015:

1. Fase Bulan: Waxing Gibbous dan Waning Crescent telah dominan dalam pendaratan pari manta dan pari mobula. 40 individu Manta birostris; 16 individu Mobula Japanica; 12 individu Mobula tarapacana tertangkap.

2. Lokasi: Pulau Tiga, Lemanu, Watanhura Rekomendasi untuk patroli di 2016

1. Model Berbasis GAMs: 1 - 3 November; 9- 12 November; 18-21 November; 26-28 November

2. Tanggal Prioritas: 10 - 13 November dan 26-28 November 3. Semi tanggal prioritas: 22 - 24 November 2016

(35)

Prediksi ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas patroli laut WCU dan polisi laut untuk memilih prioritas hari dan lokasi untuk kegiatan rutin mereka di perairan. Kami telah mengevaluasi bahwa prediksi kami telah akurat 40% sepanjang 2016. Akurasi ini lebih tinggi dari Presentasi kontribusi fase bulan pada model gambar 26, sebanyak 30,2%. Sehingga model telah sangat membantu tim patroli untuk menentukan jadwal rutin mereka. 7. Memodelkan Distribusi dan Habitat Pari Manta dan Pari Mobula

Pada 2016, tim kami sukses membangun distribusi spesies dan model habitat untuk pari manta dan pari mobula di musim yang berbeda. Kami membangun model ini menggunakan algoritma Maxent yang digunakan secara luas untuk model ini. Delapan variabel lingkungan kita diterapkan untuk mendapatkan hubungan antara kejadian mobulids dan kondisi lingkungan laut. Variabel lingkungan termasuk suhu permukaan laut, klorofil-a, produktivitas primer bersih, batimetri, arah dan besarnya arus geostropik, suhu laut permukaan depan, dan tinggi permukaan laut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi pari manta dan pari mobula berubah dari waktu ke waktu mengikuti kondisi lingkungan yang dipengaruhi oleh oseanografi regional di Laut Sawu. Model ini memberikan kita ide untuk keberadaan pari manta dan pari mobula di musim yang berbeda. Kemudian, peta ini akan berguna untuk daerah prioritas bagi inisiatif area konservasi dan perencanaan spasial untuk pengawasan laut. Model juga yang berkorelasi dengan hasil wawancara kami yang biasa Lamakeran menggunakan hotspot yang sama untuk mobulids berburu. Misalnya pada bulan Juni-Agustus berburu mereka dari Selatan Solor sampai daratan flores perbatasan Maumere yang mencari di bawah ini menunjukkan.

(36)

Gambar 20. Pemodelan distribusi jenis dan habitat pari manta dan pari mobula di Perairan Solor (Misool Baseftin unpublih data).

(37)

8. Survei Pemetaan Laut untuk Potensi Habitat Pari Manta

Ahli pemetaan laut, Joe Faithfull, bergabung dengan tim untuk melakukan seminggu perjalanan penelitian sonar pada akhir Juni 2016. Penelitian ini akan memberikan informasi berharga tentang situs utama di wilayah ini, memberikan rincian topografi dan kedalaman. Ini merupakan bagian penting dari upaya tim peneliti untuk lebih memahami beberapa lokasi berburu dan juga mengidentifikasi potemsial dari hotspot agregasi pari manta.

Gambar 21. Survei side scan sonar untuk pemetaan dasar bawah laut.

(38)

Gambar 22. Pemetaan 3D and 2D bawah laut dari Batu kapalyang berpotensial menjadi lokasi pembersihan parasite pari manta.

Berdasarkan data dari peta batimetri yang dibuat pada bulan Juni oleh konsultan Joe Faithful, tim kami memulai survei dengan menyelam di wilayah Batu Kapal yang tampaknya memiliki potensi untuk menjadi lokasi pembersihan parasite pari manta. Kemudian tim peneliti juga mulai memasang camera trap sebagai CCTV bawah laut untuk memotret kehadiran pari manta di lokasi ini. Hal ini sebagai uji hipotesis kami bahwa apakah lokasi ini menjadi lokasi pembersihan parasite pari manta atau bukan.

(39)

Gambar 23. Lokasi Pinnacles yang terletak di Batu Kapal Solor Barat.

(40)

Gambar 24. Tim peneliti kami memasang CCTV bawah laut. Meskipun, kami belum menemukan manta di lokasi pembersihan parasite kita masih terus melanjutkan teknik ini untuk menemukan pari manta. Teknik ini dapat digunakan untuk menggambarkan populasi ekologi dengan menangkap ID unik masing-masing individu ketika mereka melalui CCTV ini. 9. Survei Lokasi Penyelaman

Untuk lebih memahami lingkungan bawah laut Solor, tim riset kami melakukan survei potensi lokasi penyelaman untuk menjelajahi dan menilai lokasi penyelaman sebagai potensi pariwisata dan kegiatan penelitian. Selama tahun 2016 kami telah memetakan kondisi lingkungan tempat menyelam di 18 lokasi. Hasil survei kami telah menemukan beberapa lokasi menyelam yang menarik dan berpotensial untuk wisata selam serta potensi untuk kegiatan penelitian. Misalnya, gua bawah air yang kami temukan di Tanjung Naga di sebelah barat daya Pulau Lembata dan Batu Kapal di Solor barat. Menariknya, hampir di situs menyelam kami menemukan hiu karang yang didominasi oleh hiu karang sirip putih hiu karang sirip hitam. Kondisi terumbu karang di perairan Solor menjadi habitat penting bagi

(41)

hiu karang dan untuk itu kita perlu membangun wilayah perlindungan hiu.

Gambar 25. Laokasi survei penyelaman pada tahun 2016.

Gambar 26. Gua bawah laut yang berpotensi untuk pariwisata dan kegiatan penelitian di Batu Kapal, Solor Barat.

(42)

Gambar 27. Gua bawah laut di Tanjung Naga, Lembata.

Gambar 28. Potret lokasi penyelaman di Pulau Suanggi, Lembata.

(43)

Gambar 29. White tip reef shark di Tanjung Naga, Lembata.

Gambar 30. Potret lokasi penyelaman di Pulau Besar, Solor Barat.

(44)

Gambar 31. Potret lokasi penyelaman di Pulau Besar, Solor Barat.

10. Mengamati Dinamika Suhu Perairan Laut Solor Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membantu kita lebih memahami dinamika suhu dengan skala lebih mendetail setiap 15 menit di daerah Flores Timur dan Lembata, karena suhu air telah terbukti menjadi salah satu variabel terkuat dalam memprediksi kemunculan marine megafauna di wilayah ini. Enam belas logger suhu pasang di 8 lokasi. Kami memasang di lokasi penting untuk megafauna laut yang meliputi seluruh wilayah perairan Solor.

Kami mengatur perekaman logger suhu setiap 15 menit dan akan merekam hingga 1,2 tahun kemudian. Kami menggunakan 2 kedalaman yang berbeda yang mencirikan perairan dangkal (5 meter) dan perairan dalam (30 meter).

Data suhu akan menunjukkan kepada kita bagaimana dinamika kondisi oseanografi yang mencirikan hotspot lokasi agregasi manta di perairan ini. Kemudian, memberikan kita ide yang lebih baik dalam penelitian lebih lanjut yang terkait dengan inisiatif konservasi.

(45)

Gambar 32. Peta lokasi pemasangan logger suhu di Perairan Solor.

(46)

11. Menyelidiki dinamika makanan pari manta dan hiu paus

Pada tahun 2016 kita sudah mulai penelitian Oseanografi untuk mengidentifikasi lokasi pencarian makan, gerakan dan perilaku penting lainnya dari populasi pari manta dan hiu paus. Penelitian difokuskan terutama pada trawl plankton untuk mengidentifikasi distribusi sumber makanan di Perairan Solor. Kami melakukan pengambilan sample bersama-sama dengan nelayan setempat, melatih mereka bagaimana melakukan sampling dan melatih mereka tentang pentingnya plankton sebagai indicator produktivitas perairan. Tahun 2016 kami berhasil mengumpulkan 180an sampel zooplankton yang berasal dari 4 waktu yang berbeda yang mencirikan musim di Indonesia.

Seperti kita temukan dalam penelitian kami sebelumnya (Lihat bagian publikasi), kami menemukan bahwa megafauna laut telah berkorelasi kuat dengan hotspot biomassa dari zooplankton. zooplankton sebagai makanan utama pari manta (terutama untuk udang-udangan kecil) menjadi makanan favorit bagi pari manta. Penelitian ini akan memberikan gambaran untuk dinamika produktivitas laut yang mendorong agregasi pari manta di wilayah ini. Menariknya, zooplankton merupakan hewan yang sensitif, serta dapat dijadikan sebagai indikator dampak dari adanya perubahan iklim dan bagaimana distribusinya akan mempengaruhi agregasi manta di wilayah ini.

(47)

Gambar 33. Tim peneliti kami mengambil sample zooplankton di perairan Solor.

(48)

Gambar 34. Perbedaan komposisi grup zooplankton di lokasi yang berbeda; lokasi yang memiliki biomassa tinggi didominasi oleh makro zooplankton seperti) udang, ii-iv); dan lokasi yang berproduktivitas rendah didominasi olehv) kopepoda, vi) telur ikan, vii) moluska, dan vii) chaetognatha.

(49)

Keterlibatan masyarakat dan Peningkatan Kapasitas di Program Penelitian

1. Program magang Nasional

Sejak Maret 2016, kami memiliki program peningkatan kapasitas bagi mahasiswa Indonesia pada penelitian dan konservasi. Pada tahun 2015 kami telah membuka 2 periode program magang. Periode pertama dilakukan pada bulan Maret-Mei 2015 yang melibatkan 7 mahasiswa dari Universitas Nusa Cendana Kupang, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, Universitas Soedirman, dan Politeknik Pertanian Kupang. Periode kedua dilakukan pada Agustus-November yang melibatkan 6 mahasiswa dari Universitas Pattimura, Universitas Padjadjaran, Universitas Muhamadiyah Solo, Institut Teknologi Bandung. Dalam program magang kami bertujuan untuk membangun kapasitas pemagang dengan isu-isu konservasi dan bagaimana cara pendekatan ke masyarakat dan berurusan dengan mereka untuk mengajak mereka mengikuti peraturan yang dinyatakan oleh pemerintah Indonesia. Sebagai tambahan, kami memberi mereka pengalaman dengan kegiatan lapangan dipenelitian, metode penelitian dan teknik penelitian. Selain itu, ini kesempatan untuk meningkatkan pengalaman mahasiswa lokal yang membuat mereka lebih terbuka pikirannya tentang masalah global dan meningkatkan rasa dan kesadaran siswa berkualitas tinggi Indonesia tentang isu-isu lokal. Jadi, ini akan membuat kombinasi yang baik dan kolaborasi di antara mereka.

Gambar 35. Tim peneliti kami memberikan arahan kepada pemagang/mahasiswa tentang informasi megafauna laut.

(50)

Gambar 36. Tim peneliti memberikan arahan kepada pemagang

(51)

Gambar 37. Poster inspiratif yang dibuat oleh pemagang sebagai salah satu media kampanye dan menginspirasi para generasi muda Indonesia untuk berkarya.

(52)

2. Membuat sistem komunkasi terkait pelaporan IUU fishing dan kemunculan megafauna laut.

Kami telah mengembangkan sistem komunikasi untuk mendukung program penelitian yang lebih besar dan membantu pelibatan semua nelayan masyarakat sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari program penelitian dan memiliki insentif untuk tidak oportunis berburu megafauna saat mereka keluar memancing. Sebagai daerah perburuan utama dan memiliki koneksi ponsel, ini telah memungkinkan kita untuk melibatkan semua nelayan sebagai “mata kami” di wilayah mereka. Ketika pari manta dan hiu paus terlihat, nelayan dapat menghubungi tim kami, dan jika nelayan tetap dengan Manta sampai tim kami tiba, mereka kemudian menerima pembayaran atau jika mereka memiliki kamera dan mengambil ID hewan. Ini adalah cara yang lebih efektif untuk menemukan pari manta atau paus hiu dan melibatkan lebih banyak dari nelayan dalam program kami.

(53)

Gambar 38. Pelatihan penelitian pari manta dan hiu paus

kepada nelayan Lamakera dan pengembang poster sebagai rujukan mereka untuk mendapatkan informasi.

kisah sukses dari sistem komunikasi yang dibuat Nelayan pertama yang mendapatkan fotoID hiu paus

Pak Ramli, sebagai pemburu top di Lamakera, baru-baru dating denganfotoID hiu paus. Pak Ramli, telah menjalani pelatihan fotoID oleh tim kami dan telah setuju untuk berpartisipasi dalam program penelitian kami. Alih-alih menusuk hiu paus, ia melompat ke dalam air dan memotret hi paus untuk mendapatkan ID, serta kemudian membiarkan hiu paus berenang bebas tanpa membahayakan. Tanpa kehadiran langsung dari salah satu tim kami, ia memilih atas kemauannya sendiri untuk mengambil fotoID dan memilih tidak menombaknya. Kemudian ia mempresentasikan fotoID kepada tim kami dan menerima kompensasi atas hasil nya.

(54)

Gambar 39. Pemburu top megafauna laut, Pak Ramli, memperlihatkan fotoID yang diambilnya di Prairan Solor.

(55)

Gambar 40. Call center menjadi kisah sukses lainya dalam pengembangan jalur komunikasi terkait IUU fishing dan kemunculan megafauna laut.

(56)

kisah sukses dari operasi Call Center

Selama awal September, tim yang bekerja dengan masyarakat telah membantu dalam pembebasan dua hiu paus besar di perairan Solor.

Pada kesempatan kedua, tim kami dihubungi oleh anggota masyarakat setelah hiu paus yang tidak sengaja terjerat pada tali dan jaring. Awal tahun ini, wawancara masyarakat menemukan adanya populasi hiu paus di wilayah, yang jauh lebih besar dari yang diperkirakan. Sosialisasi berikutnya pertemuan diikuti dengan informasi mengenai status perlindungan hewan-hewan ini secara luas disebarkan. Aksi dari penyelamatan hiu paus ini adalah akibat langsung dari kampanye/sosialisasi dan adanya call center diantara masyarakat.

Hiu paus pertama, diperkirakan sekitar 7m panjangnya, tertangkap dalam jaring insang seorang nelayan, yang menghubungi tim kami untuk meminta bantuan melepaskannya dari jaring. Situasi menjadi rumit, karena jaring perlu dipotong agar hiu paus dapat segera kembali bebas tanpa menimbulkan efek stress berkepanjangan. Tim kami berkonsultasi dengan Departemen Perikanan dan Kelautan setempat, yang setuju untuk mengganti nelayan untuk hilangnya peralatan, dan hewan ini dirilis hidup. Kejadian ini menyoroti bagaimana kuat kemitraan antara pemerintah daerah, tim kami dan masyarakat setempat.

Hiu paus kedua berada di desa Kawolelo, ini adalah kedua kalinya mereka telah menghubungi tim kami untuk melepaskan hewan di perairan mereka. Kali ini, sejumlah besar orang dari daerah sekitar datang untuk membantu dan merilis, bersama dengan dua kepala desa, yang juga anggota kelompok yang dibuat pemerintah yang disebut POKMASWAS. Kelompok ini didukung oleh pemerintah dan diberikan tanggung jawab untuk mengawasi perairan mereka. Sejak Oktober 2016, kami kembali mengaktifkan 5 kelompok POKMASWAS (Kelompok Masyarakat Pengawas) yang potensial untuk memantau dan melaporkan (IUU) fishing dan kemunculan megafauna laut. Kami memilih 5 lokasi berdasarkan penilaian potensi tanah manta memancing, dan hotspot untuk kelautan megafauna penampakan. Selain itu, kami memfasilitasi mereka dengan smartphone untuk mengambil foto berkualitas, dan koneksi internet untuk melaporkan dalam WhatsApp grup yang dibuat secara khusus untuk pelaporan kondisi lapangan hasil pantauan POKMASAWAS.

(57)

3. Pelatihan masyarakat lokal dan tenaga kerja dalam program penelitian

Sejak tahun 2015, kami aktif melibatkan nelayan Lamakera pada kegiatan penelitian. Kami mempekerjakan sebagai asisten riset untuk membantu kami menemukan pari manta dan hiu paus di laut. Ide yang untuk mempekerjakan mereka yang berburu dari generasi ke generasi dan benar-benar memahami situasi perairan Solor. Namun, sebelum itu kami memberikan mereka pelatihan dan menjelaskan bagaimana manfaat penelitian kami dan bagaimana kontribusi mereka ketika terlibat untuk konservasi dan dirinya sendiri ekonomi.

Lebih dari 30 nelayan pemburu megafauna laut khususnya pari manta terlibat dalam kelompok ini. Namun, karena konflik lokal dan adanya kesalahan pemah antara terbitnya regulasi perlindungan pari manta mereka berhenti untuk membantu kami dalam program penelitian.

Pada awal 2016, kami mendekati nelayan Lamakera lain yang tinggal di desa Watubuku untuk bergabung dan membantu kami dalam kegiatan program penelitian. Lebih dari 20 nelayan yang terlibat dalam kelompok tim penelitian ini, dan sebagai insentif dan program pengembangan masyarakat kita menyewa perahu mereka untuk survei di perairan dan memberikan aktivitas perikanan mereka seperti rumpon dan jaring apung.

Namun, setelah itu konflik antar masyarakat kembali terjadi pada bulan Mei 2016, kita harus meninggalkan kampong Lamakera dan pindah ke desa lain (Desa Kalike) untuk menjalankan program kami.

Menariknya, 20 pemburu manta dari Motunwuton kini berkomitmen untuk menghentikan perburuan dan ingin mengubah ke perikanan yang lebih berkelanjutan dengan bergabung program kami. Dalam rangka untuk memulai keterlibatan nelayan ini, dan untuk memberikan mata pencaharian alternatif yang segera, kita mempekerjakan dua pemburu top pari manta menjadi asisten peneliti dalam program penelitian kami.

(58)

Gambar 41. Tim peneliti kami memberikan peltihan kepada nelayan di Watobuku dalam pengambilan foto ID dan sample DNA pada pari manta dan hiu paus.

(59)

Gambar 42. Tim peneliti kami memberikan pelatihan lapangan pada nelayan Lamakera untuk mengambil sample DNA dari hewan.

Ucapan Terimakasih

Kami mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Flores Timur beserta SKPD nya yang telah berkomitmen untuk melakukan kegiatan pelestarian alam khsusnya pada perlindungan megafauna laut di Perairan Flores Timur dan sekitarnya. Kemudian para masyarakat Flores Timur baik komponen POKMASWAS, nelayan yang telah ikut serta mengawasi Laut Solor dari aktivitas IUU fishing dan

(60)

Gambar

Gambar  2.  Nelayan  Lamakera  menunjukan  teknik  dalam  berburu dan menombak pari manta dan megafauna lainnya
Gambar  3.  Perkiraan  kecenderungan  pendaratan  pari  manta  dan pari mobula di Lamakera sejak tahun 2002- 2014
Gambar  6.  Hotspot  produktivitas  perairan  sebagai  area  pencarian makan yang ditunjukkan di wilayah ini selama survei  lapangan pada bulan Januari 2015
Gambar  8.  Enumerator  lokal  kami  mengumpulkan  informasi  ilmiah  dari  pari  Manta  birostris  yang  mendarat  di  pantai  Lamakera
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maria Ulfa Rohmati. Strategi Pembelajaran Seni Baca al-Qur’a>n: Studi Kasus di Pondok Pesantren Tahfidz dan Tilawatil Qur’an Thoyyib Fattah Sukodono Ampel

sebagai sumber belajar siswa juga masih belum maksimal. Lingkungan sekolah yang baik dapat membuat siswa menjadi nyaman berada di sekolah. Jika siswa belajar

Hasil pelaksanaan posbindu PTM belum tercapai sesuai target kementerian kesehatan karena dinilai cakupan kunjungan masyarakat yang rendah disebabkan masih

Hasil survai yang dilakukan di tambak Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo menunjukkan bahwa pada teknologi tradisional ada dua sistem budidaya yang diaplikasikan

Penelitian ini mempelajari pengaruh penambahan CO 2 terhadap laju pertumbuhan dan kandungan lipid mikroalga Botryococcus braunii Kützing strain NIES-836 yang dibudidaya dalam

Spektrofotometri inframerah (IR) digunakan untuk menganalisis gugus fungsi dari senyawa zat warna yang terdapat pada hand body dari volume ekstrak kayu secang yang

Adanya klasifikasi kemampuan ini akan dapat membantu guru untuk menentukan langkah yang harus dilalui di dalam proses belajar mengajar (Burhanuddin, 1997: 110). Tanpa