• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Diabetes Mellitus Dan Hipertensi Pada Gagal Ginjal Kronik Stage 5 Yang Menjalani Hemodialisis Di Klinik Rasyida Medan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Diabetes Mellitus Dan Hipertensi Pada Gagal Ginjal Kronik Stage 5 Yang Menjalani Hemodialisis Di Klinik Rasyida Medan Tahun 2011"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sheila

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 04 November 1990

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kemiri III No. 11 Simp. Limun – Medan

Riwayat Pendidikan :

(2)

LAMPIRAN 2

FORMULIR PENELITIAN

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Penyebab :

(3)

LAMPIRAN 5

DATA INDUK

PENDERITA DM DAN HIPERTENSI PADA GGK STAGE 5 YANG MENJALANI HEMODIALISIS

DI KLINIK RASYIDA MEDAN TAHUN 2011

Nama Jenis

Kelamin

Umur Komplikasi Hemdoialisis

Penyebab

B.Si PR 20 hipotensi DM

H. P LK 25 hipotensi hipertensi

AM PR 80 hipotensi DM

AP LK 30 sakit kepala hipertensi

S PR 42 kram otot hipertensi

LR PR 35 hipotensi hipertensi dan

DM

SI LK 26 menggigil hipertensi

LM PR 70 mual dan muntah DM

K PR 40 mual dan muntah hipertensi dan

DM

M PR 45 hipotensi hipertensi

P. M LK 41 kram otot DM

S.S PR 37 hipotensi hipertensi

S.W LK 40 demam DM

R.S PR 71 sakit kepala DM

Ri. S LK 71 hipotensi DM

MA PR 70 sakit kepala DM

SL LK 75 kram otot hipertensi dan

DM

CA LK 70 hipotensi DM

DH LK 60 mual dan muntah DM

R.SRG PR 75 hipotensi DM

S. SHG LK 37 hipotensi DM

R. S LK 22 menggigil hipertensi

E. S PR 70 mual dan muntah hipertensi

SO LK 42 sakit kepala DM

H.B PR 65 hipotensi DM

MS LK 39 hipotensi hipertensi dan

DM

M. Y LK 74 mual dan muntah hipertensi dan

DM

(4)

B. K PR 50 mual dan muntah hipertensi

R. SBLN LK 40 hipotensi DM

J. SRGH PR 71 sakit dada DM

S.A LK 45 hipotensi hipertensi

RA. S PR 51 demam hipertensi dan

DM

W. R LK 81 hipotensi DM

S. STP PR 45 hipotensi hipertensi

ST LK 29 hipotensi hipertensi

E. H PR 52 sakit dada hipertensi dan

DM

R. H LK 70 mual dan muntah DM

K. H LK 55 hipotensi hipertensi

AR LK 80 sakit kepala DM

M.A.M LK 48 sakit kepala hipertensi

N.R PR 44 hipotensi hipertensi dan

DM

S. SMBNG PR 55 menggigil hipertensi

K. T LK 67 hipotensi DM

JK. T PR 75 hipotensi DM

N. T PR 52 hipotensi hipertensi

AR. S P LK 64 mual dan muntah hipertensi

D. S LK 72 sakit kepala hipertensi

M.R. S LK 41 demam hipertensi

A PR 27 hipotensi hipertensi

J. T LK 48 hipotensi hipertensi

K. D LK 55 mual dan muntah DM

S. S PR 60 hipotensi DM

R. N LK 68 hipotensi hipertensi

R.SMNTK PR 30 demam hipertensi

SM PR 59 menggigil hipertensi

SR PR 70 sakit kepala hipertensi

RS. P PR 39 hipotensi hipertensi

H. S LK 79 demam hipertensi

H. N LK 42 demam hipertensi

F. L PR 24 sakit kepala hipertensi

C. T PR 65 demam hipertensi

M LK 77 hipotensi DM

H. T LK 62 demam DM

Yulinar LK 53 menggigil hipertensi

SA PR 21 sakit kepala hipertensi

(5)

Rumondang Pardede LK 53 demam hipertensi

YR LK 50 hipotensi hipertensi

RZ PR 66 menggigil hipertensi

S.S LK 73 hipotensi hipertensi

B. T PR 67 demam hipertensi

I. S LK 51 sakit dada hipertensi

M.H. M PR 79 menggigil hipertensi

L. S LK 49 hipotensi DM

R. P PR 67 menggigil hipertensi

M PR 57 demam hipertensi

R. S PR 69 sakit punggung DM

G. M LK 55 hipotensi DM

M. N PR 49 demam hipertensi

H. H LK 80 hipotensi hipertensi

M PR 56 menggigil hipertensi

NG LK 58 mual dan muntah hipertensi

J. P LK 71 hipotensi DM

T. P PR 66 demam hipertensi

R. B LK 42 demam hipertensi

J. SRGH LK 72 sakit punggung DM

MI PR 63 menggigil DM

IT. N LK 41 hipotensi hipertensi

A. T PR 60 demam hipertensi

PC LK 78 sakit dada DM

SI LK 52 demam hipertensi

TM LK 42 menggigil hipertensi

P. M LK 77 hipotensi DM

P PR 59 menggigil hipertensi

R. M LK 44 hipotensi hipertensi

H. P PR 48 menggigil hipertensi

R. P LK 83 sakit punggung hipertensi

A. A LK '46 sakit dada hipertensi

E LK 51 demam DM

SK LK 61 demam hipertensi

M.Z.E LK 75 menggigil DM

CH LK 78 demam DM

RA. S LK 69 hipotensi hipertensi dan

DM

K PR 41 menggigil hipertensi

E. S LK 81 sakit punggung DM

(6)

W. S LK 63 menggigil hipertensi

N LK 76 gatal DM

B. S LK 47 menggigil hipertensi

H.P. S LK 59 menggigil hipertensi dan

DM

S LK 74 gatal DM

US LK 66 menggigil DM

BA PR 49 menggigil hipertensi

IY LK 82 sakit punggung hipertensi

RH LK 78 demam DM

I LK 45 menggigil hipertensi

MP PR 71 menggigil hipertensi

D. P LK 62 hipotensi hipertensi

(7)

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 72 60.0 60.0 60.0

perempuan 48 40.0 40.0 100.0

Total 120 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-40 tahun 19 15.8 15.8 15.8

41-70 tahun 71 59.2 59.2 75.0

> 70 tahun 30 25.0 25.0 100.0

Total 120 100.0 100.0

Komplikasi hemodialisis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid hipotensi 40 33.3 33.3 33.3

kram otot 3 2.5 2.5 35.8

mual muntah 10 8.3 8.3 44.2

sakit kepala 10 8.3 8.3 52.5

sakit dada 5 4.2 4.2 56.7

sakit punggung 5 4.2 4.2 60.8

gatal 2 1.7 1.7 62.5

demam 20 16.7 16.7 79.2

menggigil 25 20.8 20.8 100.0

(8)

Penyebab

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid DM 42 35.0 35.0 35.0

hipertensi 68 56.7 56.7 91.7

DM dan hipertensi

10 8.3 8.3 100.0

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI, Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta.

Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Penerbit : EMS, Jakarta.

Kusmana, dkk. 2003. Standar Pelayanan Medik RS. Jantung dan Pembuluh

Darah Harapan Kita, Cetakan Ketiga, Penerbit : RS. Jantung dan

Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta.

NKF-KDOQI. 2002. Clinical practice guidelines for chronic kidney disease:

evaluation, classification, and stratification. National Kidney Foundation,

Kidney Disease Outcome Quality Initiative. Available from: http://www.kidney.org/professionals/kdoqi/guidelines_ckd/p4_class_g1.ht m. [Accessed 9 March 2011]

Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta.

Rahardjo, P., Susalit, E., Suhardjono. 2007. Hemodialisis. Dalam: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M. K., Setiati, S. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Ed. 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Dept. Ilmu Penyakit Dalam

(10)

Silbernagl, dkk. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi, Cetakan Pertama, Penerbit : EGC, Jakarta.

Sukandar, Enday. 2006. Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. Penerbit : Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung.

______________, 2006. Nefrologi Klinik. Penerbit : Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung.

Sudoyo, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Cetakan Kedua, Penerbit : FK UI, Jakarta.

Tjokroprawiro, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Cetakan Pertama, Penerbit : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.

(11)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN dan DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini untuk mendapatkan gambaran bagaimana Prevalensi DM dan Hipertensi pada GGK Stage 5 yang Mengalami Hemodialisis di Klinik Rasyida Medan tahun 2011

3.2 Definisi Operasional Variabel

bebas

Definisi operasional Cara dan alat ukur

Hasil ukur Skala Umur Umur pasien PGK pada

saat penelitian dan umur dinyatakan dalam tahun.

Observasi menggunakan rekam medik

a). 20 – 40 tahun b). 41 – 70 tahun c). ≥ 70 tahun

Interval

Jenis kelamin

Jenis kelamin pasien PGK pada saat penelitian

dilaksanakan.

Observasi menggunakan rekam medik

a). Laki-laki b). perempuan

Nominal

Penyakit penyebab

Penyakit yang mendasari terjadinya penyakit ginjal kronik.

Observasi menggunakan rekam medik

a). DM

b). Hipertensi c). DM dan hipertensi

Nominal Hipertensi

GGK DM

(12)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian dengan jenis studi deskriptif retrospektif dengan desain cross-sectional, yaitu untuk mengetahui seberapa besar Prevalensi DM dan Hipertensi pada GGK Stage 5 yang menjalani hemodialisis di Klinik Rasyida Medan tahun 2011 dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data rekam medis dari Klinik Rasyida Medan Tahun 2011.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Klinik Rasyida Medan dan pengumpulan data penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Juni-Agustus 2011.

4.3. Populasi dan Data Sampel 4.3.1. Populasi

a. Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah pasien GGK stage 5 yang menjalani hemodialisis.

b. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah Prevalensi DM dan Hipertensi pada GGK Stage 5 yang menjalani hemodialisis di Klinik Rasyida Medan tahun 2011, yaitu sebanyak 120 orang.

4.3.2. Sampel

(13)

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: - jenis kelamin

- umur penderita ≥ 20 tahun - derajat penyakit stadium 5 b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah data rekam medik tidak lengkap atau kurang dari data pada kriteria inklusi.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data skunder, yaitu data yang diperoleh dari pencatatan data rekam medis pasien penyakit ginjal kronik yang disertai diabetes mellitus dan hipertensi di Klinik Rasyida Medan tahun 2011

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

(14)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Rasyida Medan yang berdiri sejak tahun 1995. Pendirian Klinik Rasyida Medan diawali dengan 1 unit dialisis dengan 5 mesin dan satu unit water treatment yang terletak di jalan D.I Panjaitan No. 144, Medan. Klinik Rasyida Medan secara geografis terletak di Kelurahan Sei Sikambing dan Kecamatan Medan Petisah.

Fasilitas yang dimiliki Klinik Rasyida Medan terdiri dari ruang hemodialisis dengan 30 mesin dengan water treatment, ruang praktek dokter, rontgen, USG, EKG apotik dan ambulans.

Kegiatan di Klinik Rasyida Medan dilakukan setiap hari, kecuali hari Minggu dan hari libur. Kegiatan hemodialisis juga dilakukan setiap hari, kecuali hari Minggu dan hari libur yang dilaksanakan setiap dua kali sehari dengan 2 orang dokter jaga, yaitu pada pukul 08.00 WIB dan 13.00 WIB, sedangkan kegiatan praktek dokter spesialis dimulai pada pukul 17.00 WIB.

5.1.2 Deskripsi sampel berdasarkan jenis kelamin

Jumlah sampel responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebesar 120 responden. Semua data responden diambil dari data sekunder, yaitu rekam medis pasien DM dan hipertensi yang mengalami GGK stage 5 dan menjalani hemodialisis di Klinik Rasyida Medan Tahun 2011

Tabel 5.1 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin penderita GGK

Jenis kelamin Frekuensi (n) Persen (%)

Laki-laki 72 60

Perempuan 48 40

(15)
[image:15.595.114.513.263.339.2]

Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui bahwa dari 120 sampel terdapat 72 orang berjenis kelamin laki-laki (60%) dan 48 orang berjenis kelamin perempuan (40%).

Tabel 5.2 Distribusi sampel berdasarkan usia penderita GGK

Umur Frekuensi (n) Persen (%)

20 – 40 tahun 19 15,8

40 – 70 tahun 71 59,2 >70 tahun 30 25,0

Total 120 100

Secara keseluruhan, rata-rata umur sampel yang terbanyak pada penelitian ini adalah 41-70 tahun sebanyak 71 (59,2%) terbanyak kedua > 70 tahun sebanyak 30 (25,0%) dan paling rendah 20-40 tahun sebanyak 19 (15,8%) orang.

Tabel 5.3 Distribusi sampel berdasarkan penyebab penderita GGK

Penyebab Frekuensi (n) Persen (%)

DM 42 35

Hipertensi 68 57

DM dan hipertensi 10 8

Total 120 100

[image:15.595.112.517.490.565.2]
(16)

Tabel 5.4 Distribusi sampel berdasarkan komplikasi penderita GGK

Komplikasi Frekuensi (n) Persen (%)

Hipotensi 40 33,3

Kram otot 3 2,5

Mual dan muntah 10 8,3

Sakit kepala 10 8,3

Sakit dada 5 4,2

Sakit punggung 5 4,2

Gatal 2 1,7

Demam 20 16,7

Menggigil 25 20,8

Total 120 100

Secara keseluruhan, berdasarkan lamanya menjalani Hemodialisia pada pasien DM dan Hipertensi yang mengalami GGK Stage 5 yang paling banyak adalah hipotensi sebanyak 40 (33,3%), menggigil sebanyak 25 (20,8), demam sebanyak 20 (16,7%), mual dan muntah sebanyak 10 (8,3%), sakit kepala sebanyak 10 (8,3%), kram otot sebanyak sakit dada sebanyak 5 (4,2%), sakit punggung sebanyak 5 (4,2%), kram otot sebanyak 3 (2,5%) dan yang terakhir adalah gatal sebanyak 2 (1,7%) orang.

5.1. Pembahasan

Dari penelitian dia atas didapatkan penyebab tersering yang menyebabkan GGK stage 5 adalah hipertensi 68 orang (57%) hal ini di karenakan distribusi hipertensi lebih banyak di Klinik Rasyda Medan Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya. Menurut hasil penelitian Andika (2009) yang dilakukan di Medan, tercatat sebagian besar sampel yaitu 53,6% menderita hipertensi sebagai etiologi penyakit ginjal kronik.

(17)

Prevalensi hipertensi sebagai penyebab penyakit ginjal kronik di Unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2009”.

Dari penelitian berdasarkan jenis kelamin yang menderita GGK yaitu laki-laki sebanyak 72 (60%) dan penyebab yang paling banyak menyebabkan GGK adalah hipertensi sebanyak 68 (57%). Hal ini dikarenakan laki-laki memiliki faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya GGK diakibatkan pola hidup yang tidak sehat seperti merokok ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Anggie Hanifa dengan judul “ Prevalensi hipertensi sebagai penyebab penyakit ginjal kronik di Unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2009”.

Berdasarkan tabel di atas didapatkan klasifikasi DM yang menyebabkan GGK Stage 5 seluruhnya adalah DM Tipe II sebanyak 42 (35%) hal ini dikarenakan pola hidup yang tidak sehat ini sejalan dengan World Health Organization (WHO) telah mengumumkan bahwa prevalensi diabetes melitus (DM) akan meningkat di seluruh dunia pada milenium ketiga ini, termasuk negara di Asia Tenggara, di antaranya di Indonesia

(18)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai “ Prevalensi DM Dan Hipertensi Pada GGK Stage 5 Yang Menjalani Hemodialisis Di Klinik Rasyida Medan Tahun 2011” serta seluruh pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. usia penyakit Diabetes Melitus (DM) dan hipertensi lebih banyak menyerang pada umur 41-70 tahun sebanyak 71 (59,2%)

2. Dari data tabel di atas didapatkan penyebab GGK yang paling banyak adalah Hipertensi sebanyak 68 (57%), DM sebanyak 42 (35%) dan yang terendah terdapat pada penderita Hipertensi dan DM sebanyak 10 (8%) orang.

3. Hipertensi type II sebanyak 20 (29,4%)

4. DM type II yang hanya didapatkan pada penelitian ini di Klinik Rasyda

6.2 Saran

1. Disarankan bagi tempat penelitian untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan ydengan cara mensosialisasikan kepada keluarga pasien.

2. Kepada petugas kesehatan agar lebih banyak membuat penyuluhan ke setiap daerah.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prevalensi

Prevalensi adalah bagian dari studi epidemiologi yang membawa pengertian jumlah orang dalam populasi yang mengalami penyakit, gangguan atau kondisi tertentu pada suatu tempoh waktu dihubungkan dengan besar populasi dari mana kasus itu berasal. Prevalensi sepadan dengan insidensi dan tanpa insidensi penyakit maka tidak akan ada prevalensi penyakit. Insidensi merupakan jumlah kasus baru suatu penyakit yang muncul dalam satu periode waktu dibandingkan dengan unit populasi tertentu dalam periode tertentu. Insidensi memberitahukan tentang kejadian kasus baru. Prevalensi memberitahukan tentang derajat penyakit yang berlangsung dalam populasi pada satu titik waktu (Timmereck, 2001). Dalam hal ini prevalensi setara dengan insidensi dikalikan dengan rata-rata durasi kasus (Lilienfeld dan Lilienfeld, 2001 dalam Timmereck, 2001).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prevalensi. Faktor-faktor tersebut adalah:

a) Kasus baru yang dijumpai pada populasi sehingga angka insidensi meningkat.

b) Durasi penyakit.

c) Intervensi dan perlakuan yang mempunyai efek pada prevalensi. d) Jumlah populasi yang sehat.

2.2 Diabetes Melitus 2.2.1 Definisi

(20)

glukosa ke dalam plasma adalah: diabetes ≥ 11,1 mmol/L, toleransi glukosa terganggu 7.8-11,1 mmol/L; normal < 7,8 mmol/L. (Davey, 2005)

World Health Organization (WHO) telah mengumumkan bahwa prevalensi diabetes melitus (DM) akan meningkat di seluruh dunia pada milenium ketiga ini, termasuk negara di Asia Tenggara, di antaranya di Indonesia. Sebagian besar dan penyakit ini adalab DM tipe 2. Sekitar 40% dan pasien DM terdapat keterlibatan ginjal, sehingga dapat dipahami bahwa masalah penyakit ginjal diabetik (PGD) juga akan mengalami peningkatan di era awal abad 21 ini. Pada dekade ini juga, di banyak negara maju PGD tercatat sebagai komponen terbanyak dan pasien baru yang menjalani terapi pengganti ginjal. Keadaan yang sama sudah mulai juga kelihatan Indonesia. (Suwitra, 2006).

2.2.2 Klasifikasi

Klasifikasi DM oleh American Diabetes Association (ADA). Klasifikasi Etiologis DM (ADA 2006):

1. DM tipe 1 (destruksi sel beta, biasanya menjurus ke defisiensi insulin absolut):

- Autoimun (immune mediated) - Idiopatik

2. DM tipe 2 (biasanya berawal dan resistensi insulin yang predominan dengan defisiensi insulin relatif menuju ke defek sekresi insulin yang predominan dengan resistensi insulin)

3. Diabetes Melitus Gestasional (DMG). (Tjokroprawiro, 2007) 2.2.3 Patogenesis

(21)

isoform dan extracellular regulated protein kinase (ERK). Ditemukannya zat yang mampu menghambat aktivitas zat zat tersebut telah terbukti mengurangi akibat yang timbul, seperti mencegah peningkatan derajat albuminuria dan derajat kerusakan struktural berupa penumpukan matriks mesangial. Kemungkinan besar perubahan ini diakibatkan penurunan ekspresi transforming growth factor-f3 (TGF-) dan penurunan extra-cellular matrix (ECM). Peran TGF- dalam perkembangan nefropati diabetik ini telah ditunjukkan pula oleh berbagai peneliti, bahwa kadar zat ini meningkat pada ginjal pasien diabetes. Berbagai proses di atas dipercaya bukan saja berperan dalam terbentuknya nefropati pada pasien DM akan tetapi juga dalam progresifitasnya menuju tahap lanjutan. (Suwitra, 2006). 2.2.4 Diagnosis dan Gejala Klinis

Gejala klinis DM yang kiasik: mula-mula polifagi, polidipsi, poliuri, dan berat badan naik (Fase Kompensasi). Apabila keadaan ini tidak segera diobati, maka akan timbul gejala Fase Dekompensasi (“Dekompensasi Pankreas”), yang disebut gejala klasik DM, yaitu poliuria, polidipsi, dan berat badan turun. Ketiga gejala kiasik tersebut di atas disebut pula “TRIAS STNDROM DIABETES AKUT” (poliuri, polidipsi, berat badan menurun) bahkan apabila tidak segera diobati dapat disusul dengan mual-muntah dan Ketoasidosis Diabetik. (Tjokroprawiro, 2007)

Langkah-langkah diagnostik DM dan TGT Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok tersebut di bawah ini (Committee Report ADA-2 006): (Tjokroprawiro, 2007)

1. Kelompok usia dewasa tua (> 45 tahun)

2. Obesitas BB (kg) > 110% BB ideal atau IMT > 25 (kg/rn2). 3. Tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)

4. Riwayat DM dalam garis keturunan

5. Riwayat keharnilan dengan: BB lahir bayi> 4000 gram atau abortus berulang

6. Riwayat DM pada kehamilan

(22)

8. Pernah TGT (toleransi glukosa terganggu) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)

2.2.5 Terapi dan Pencegahan

Tanda klinik bagi setiap tahap terutama adalah hiperglikemia, hipertensi, dan selalu dijumpai hiperlipidemia. Keseluruhan tanda klinik ini sekaligus merupakan faktor risiko untuk progresivitas ke tahap berikutnya sampai ke tahap akhir. Faktor risiko lainnya adalah konsumsi rokok. Dengan demikian maka terapi di tiap tahapan pada umumnya sama dan adalah juga merupakan tindakan pencegahan untuk memperlambat progresivitas dimaksud. Terapi dasar adalah kendali kadar gula darah, kendali tekanan darah dan kendali lemak darah. Di samping itu perlu pula dilakukan upaya mengubah gaya hidup seperti pengaturan diet, menurunkan berat badan bila berlebih, latihan fisik, menghentikan kebiasaan merokok, dll, juga tindakan preventif terhadap penyakit kardiovaskular. (Suwitra, 2006).

a. Pengendalian Kadar Gula Darah

Berbagai penelitian klinik jangka panjang (5-7 tahun), dengan melibatkan ribuan pasien telah menunjukkan bahwa pengendalian kadar gula darah secara intensif akan mencegah progresivitas dan mencegah timbulnya penyulit kardiovaskular, baik pada pasien DM Tipe 1 maupun DM Tipe 2. Oleh karena itu perlu sekali diupayakan agar terapi ini dilaksanakan sesegera mungkin. Yang dimaksud dengan pengendalian secara intensif adalah pencapaian kadar HbAIc <7%, kadar gula darah preprandial 90-130 mg/dl, post-prandial <180 mg/dl. (Suwitra, 2006).

b. Pengendalian Tekanan Darah

(23)

bahwa mencapai target ini tidak mudah. Sering harus memakai kombinasi berbagai jenis obat, dengan berbagai efek samping, dan harga obat yang kadang sulit dijangkau pasien. Hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah tercapainya tekanan darah yang ditargetkan, apapun jenis obat yang dipakai. Tetapi karena Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-I) dan angiotensin receptor blocker (ARB) dikenal mempunyai efek antiproteinurik maupun renoproteksi yang baik, maka obat-obatan ini sebagai awal pengobatan hipertensi pada pasien DM. (Suwitra, 2006).

c. Pengaturan Diet

Pengaturan diet terutama dalam kerangka manajemen DM tidak diterangkan dalam judul ini Dalam upaya mengurangi progresivitas nefropati maka pemberian diet rendah protein sangat penting. Dalam suatu peneliti di klinik selama 4 tahun pada pasien DM tipe 1 yang diberi diet mengandung protein 0,9 gram/kgBB/hari selama 4 tahun menurunkan risiko terjadinya penyakit ginjal tahap akhir (PGTA=ESRD) sebanyak 76%. Umumnya dewasa ini disepakati pemberian diet mengandung protein sebanyak 0,8 gram/kgBB/hari, atau sekitar 10% kebutuhan kalori, pada pasien dengan Nefropati overt, tetapi bila LFG telah mulai menurun maka pembatasan protein dalam diet menjadi 0,6 gram/kgBB/hari mungkin bermanfaat untuk memperlambat penurunan LFG selanjutnya. Begitupun harus diantisipasi terjadinya kekurangan nutrisi. (Suwitra, 2006).

(24)

2.3Hipertensi 2.3.1 Defenisi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC 7 adalah klasifikasi untuk orang dewasa umur ≥18 tahun. Menurut JNC 7, definisi hipertensi adalah jika didapatkan TDS ≥ 140 mmHg atau TDD ≥ 90 mmHg. Penentuan klasifikasi ini berdasarkan rata-rata 2 kali pengukuran tekanan darah pada posisi duduk.

Tabel 2.1.Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

Dasar pemikiran adanya kategoni pre-hypertension dalam klasifikasi tersebut oleh karena pasien dengan prehypertension berisiko untuk mengalami progresi menjadi hipertensi, dan mereka dengan tekanan darah 130-139/80-89 mmHg berisiko dua kali lebih besar untuk menjadi hipertensi dibanding dengan yang tekanan darahnya lebih rendah. (Tjokroprawiro, 2007)

2.3.2 Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.

1) Hipertensi esensial

(25)

risiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer biasanya timbul pada umur 30 – 50 tahun (Schrier, 2000).

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain (Schrier, 2000).

2.3.3. Faktor Resiko

Faktor Risiko Kardiovaskuler Faktor risiko mayor:

1. Hipertensi 2. Merokok

3. Obesitas (IMT ≥ 30 kg/m2) 4. Inaktivitas fisik

5. Dislipidemia 6. Diabetes mellitus

7. Mikro albuminuria atau perkiraan GFR < 60 ml/ menit

8. Umur (lebih dan 55 tahun untuk laki-laki, 65 tahun untuk wanita)

9. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskuler yang prematur (laki-laki kurang dari 55 tahun atau wanita kurang dari 65 tahun).

Target Organ Damage :

1. Jantung

a. Hipertrofi ventrikel kiri

b. Angina atau infrak miokardium sebelumnya c. Revaskularisasi koroner sebelumnya

2. Otak

(26)

4. Penyakit arteri perifer 5. Retinopati.

Evaluasi penderita hipertensi meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan prosedur diagnostik lain (Tjokroprawiro, 2007) 2.3.4 Patogenesis Sistem Renin-Angiostensin

Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar:

Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer. (Yogiantoro, 2006)

1) Sistem Renin-Angiotensin

Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem Renin-Angiotensin merupakan sistem endokrin yang penting dalam pengontrolan tekanan darah. Renin disekresi oleh juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai respon glomerulus underperfusion atau penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem saraf simpatetik (Gray, et al. 2005).

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peranan fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi hati, yang oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif). Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II (oktapeptida yang sangat aktif). Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai vasoconstrictor melalui dua jalur, yaitu:

a. Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.

(27)

menarik cairan dari bagian instraseluler. Akibatnya volume darah meningkat sehingga meningkatkan tekanan darah.

b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang berperan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Gray, et al. 2005).

2.3.5. Gejala Klinis

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung (Julius, 2008).

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya bersifat tidak spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi tidak diketahui dan tidak dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark miokardium, stroke atau gagal ginjal.

2.3.6 Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan farmakologis

(28)

Bila terjadi hiperkalemi atau penurunan fungsi ginjal lebih dan 30%, pemberian obat ini harus dihentikan. Sesuai anjuran dan The Seventh Report of the Joint National Comm itee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), tahun 2003, tekanan darah sasaran pada gagal ginjal kronik adalah 130/80 mmHg untuk menahan progresi penurunan fungsi ginjal, maka tekanan darah diusahakan diturunkan untuk mencapai sasaran dengan kombinasi obat-obat di atas.

b. Penatalaksanaan non farmakologis ( diet)

Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup (Yogiantoro, 2006).

Tujuan dari penatalaksanaan diet :

a. Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan darah menuju normal.

b. Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral

c. Menurunkan faktor risiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak, kolesterol dalam darah.

d. Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM (Yogiantoro, 2006).

2.4 Penyakit Ginjal Kronik 2.4.1 Defenisi

(29)

Tabel 2.2. Definisi Penyakit Ginjal Kronik (PGK) 1. Kerusakan ginjal ≥ 3 bulan

Kelainan struktur atau fungsi ginjal dengan atau tanpa penurunan LFG dengan presentasi

- Kelainan struktur histopatologi ginjal

- Petanda kerusakan ginjal meliputi kelainan komposisi darah dan urin, atau uji pencitraan ginjal

2. LFG < 60 mL/menit/l .73 m2≥ 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal Sumber : Sukandar, 2006

Gagal ginjal kronis chronic renal failure (CRF) didefinisikan sebagai nilai laju filtrasi glomerulus (GFR) yang berada di bawah batas normal selama> 3 bulan. Banyak penyakit dapat menyebabkan gagal ginjal kronis, termasuk glomerulonefritis (30%), nefritis interstisial dan nefropati refluks (20%), penyakit ginjal polikistik (10%), diabetes melitus (10%), hipertensi/ penyakit renovaskular (10%), uropati obstruktif, dan penyakit-penyakit lain yang tidak diketahui (20%). Insidensi gagal ginjal kronis yang perlu mendapat terapi penggantian ginjal adalah 65-100/1.000.000 populasi/tahun dan 500/1.000.000 pasien menjalani terapi gagal ginjal stadium akhir (ESRF).(Davey, 2007)

(30)

ginjal sehingga mempunyai risiko tinggi untuk mengalami 2 keadaan utama akibat PGK, yaitu hilangnya fungsi ginjal dan terjadinya penyakit kardiovaskuler.

2.4.2. Etiologi

Penyebab paling lazim dari ESRD adalah mayority dari pasien hipertensi, diabetes mellitus, atau keduanya. Penyebab lainnya adalah glomerulonephritis, penyakit interstisial, cystic/hereditery/congenital dan yang tidak diketahui penyebabnya (Fisch, 2000).

Penyakit ginjal primer terbatas pada ginjal dan biasanya hadir dengan gagal ginjal kronis atau sindrom nefrotik tanpa riwayat penyakit sistemik. Penyakit non-glomerular seperti uropathy obstruktif, nefritis interstisial primer, dan nefropati iskemik sering diidentifikasi selama hasil pemeriksaan untuk hipertensi yang baru ditemukan atau hematuria asimtomatik. Pasien menyajikan dengan proteinuria atau sindrom nefrotik tapi tanpa bukti infeksi, penyakit kolagen-vaskular, atau keganasan cenderung memiliki glomerulonefritis idiopatik (Fisch, 2000).

Hipertensi dan diabetes biasanya hadir untuk setidaknya 10 tahun sebelum mereka menyebabkan gagal ginjal kronis dengan hipertensi yang mengarah ke ESRD, hipertensi tidak terkontrol dan dipercepat adalah yang paling sering (Fisch, 2000).

Menurut Markum (2006), Penyebab dari PGK adalah: - Tekanan darah tinggi (hipertensi)

- Penyumbatan saluran kemih - Glomerulonefritis

- Kelainan ginjal, misalnya penyakit ginjal polikista - Diabetes melitus (kencing manis)

- Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik. 2.4.3 Klasifikasi

(31)

LFG (ml/mnt/1,73m2) = (

[image:31.595.108.521.167.293.2]

72 x kreatinin plasma (mg/dl) 140 - umur) x berat badan

Tabel 2.3 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit Derajat Penjelasan LFG (ml/mnt/1,73m2) 1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ ringan 60-89 3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ sedang 30-59 4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ berat 15-29 5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis Sumber : (NKF-KDOQI, 2002)

2.4.4 Diagnosis Penyakit Ginjal Kronik

Menurut Fisch (2000), diagnosis klinis dari PGK adalah: 1. Menurunnya LFG

Klasifikasi tingkat penyakit ginjal kronik, sebagai berikut:

• Tingkat 1: kerusakan ginjal dengan normal LFG (>90 mL/menit/1.73 m2) • Tingkat 2: penurunan ringan pada LFG (60-89 mL/menit/1.73 m2)

• Tingkat 3: penurunan sedang pada LFG (30-59 mL/menit/1.73 m2) • Tingkat 4: penurunan berat pada LFG (15-29 mL/menit/1.73 m2) • Tingkat 5: gagal ginjal (LFG <15 mL/menit/1.73 m2 atau dialisis) 2. Indikasi lainnya

a. Proteinuria b. Hematuria

c. Abnormal urinary sedimen

d. Hipertensi 2.2.4. Penatalaksanaan

Tergantung pada gambaran klinis yang khas 1. Anemia

a. PRC / Wash Erythrocyte Transfusion. b. Rrytnropoetin

(32)

2. Asidosis Metabolik . a. Na H C03 parenteral b Na N C03 oral. 3. Sindroma Uremika

a Diet tinggi kalori 30 - 15 k kal/hari. Rendah protein 3.6 - 0.8 / Kg BB/hari Rendah fosfat

4. Hipertensi

- Dengan bentuk “hipertensi overload” diberikan rendah garam. - Diuretika.

- Dialisa. 5. Neuropati

- Vitamin D - CaCO3.

- supplemen kalsium 6. Hiperkalemia

- NaHCO3.

- Diet Rendah Kalium - ‘Exchange Resin’.

2.5 Hemodialisis

Hemodialisis adalah suatu prosedur untuk membuang racun atau sisa metabolisme dari dalam darah dengan mengalirkan darah ke suatu tabung ginjal buatan (dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen yang terpisah. Darah pasien dipompa dan dialirkan ke kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput semipermeabel buatan dengan kompartemen dialisat (Rahardjo et al, 2006).

Keputusan untuk inisiasi hemodialisis terutama berdasarkan parameter laboratorium yaitu LFG antara 5-8 ml/menit/1,73 m² (Sukandar, 2006).

(33)
(34)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal atau penurunan faal ginjal lebih atau sama dengan tiga bulan sebelum diagnosis ditegakan. Gagal Ginjal kronik adalah penurunan sernua faal ginjal secara bertahap, diikuti penimbunan sisa metabolisme protein dari gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (NKF-DOQI, 2002).

World Health Organization (WHO) telah mengumumkan bahwa prevalensi diabetes melitus (DM) akan meningkat di seluruh dunia pada milenium ketiga ini, termasuk negara di Asia Tenggara, di antaranya di Indonesia. Sebagian besar dan penyakit ini adalah DM tipe 2. Sekitar 40% dari pasien DM terdapat keterlibatan ginjal, sehingga dapat dipahami bahwa masalah penyakit ginjal diabetik (PGD) juga akan mengalami peningkatan di era awal abad 21 ini. Pada dekade ini juga, di banyak negara maju PGD tercatat sebagai komponen terbanyak dan pasien baru yang menjalani terapi pengganti ginjal. Keadaan yang sama sudah mulai juga kelihatan di Indonesia. (Suwitra, 2006)

Di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia (WHO, 2000).

(35)

Penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan 850.000 kematian setiap tahunnya, hal ini berarti meduduki peringkat ke 12 tertinggi angka kematian atau peringkat tertinggi ke 17 angka kecacatan (Global Burden of Disease dan WHO, 2002).

Oleh disebabkan tingginya angka kematian akibat penyakit ginjal yang di sertai DM dan hipertensi penulis merasa tertarik untuk meneliti “Prevalensi DM dan Hipertensi pada GGK Stage 5 yang Menjalani Hemodialisis di Klinik Rasyida Medan tahun 2011”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : “Seberapa banyak Prevalensi DM dan Hipertensi pada GGK Stage 5 yang Menjalani Hemodialisis di Klinik Rasyida Medan tahun 2011?’’

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah Prevalensi DM dan Hipertensi pada GGK Stage 5 yang Menjalani Hemodialisis di Klinik Rasyida Medan tahun 2011

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui prevalensi DM terhadap GGK 2. Untuk mengetahui prevalensi hipertensi terhadap GGK

3. Untuk mengetahui prevalensi DM dan hipertesi terhadap GGK

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah

- Dapat memberikan gambaran Prevalensi Penyakit Ginjal Kronik yang disertai Diabetes Mellitus dan Hipertensi di Klinik Rasyida Medan tahun 2011

(36)

2. Bagi Masyarakat

- Dapat memberikan pengetahuan mengenai penyakit ginjal kronik sehingga diharapkan dapat menurunkan angka mortalitas.

- Dengan adanya penelitian ini peneliti berharap masyarakat lebih dapat menjaga pola hidup sehat

3. Bagi Tempat Penelitian

Agar dapat meningkatkan mutu pelayanan di Klinik Rasyida Medan 4. Bagi Peneliti

Dapat dijadikan bahan informasi sebagai penambah latihan dalam membuat suatu penelitian dan dapat mensosialisasikan kepada lingkungan setempat

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

(37)

ABSTRAK

Gagal Ginjal kronik adalah penurunan semua faal ginjal secara bertahap, diikuti penimbunan sisa metabolisme protein dari gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Data diperoleh dari rekam medis dengan jumlah sampel 120 orang Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ”Prevalensi DM Dan Hipertensi Pada GGK Stage 5 Yang Menjalani Hemodialisis Di Klinik Rasyida MedanTahun 2011”. Sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling

Dari hasil penelitian diperoleh dari 120 sampel terdapat 72 orang berjenis kelamin laki-laki (60%) dan 48 orang berjenis kelamin perempuan (40%). Secara keseluruhan, rata-rata umur sampel yang terbanyak pada penelitian ini adalah 41-70 tahun sebanyak 71 (59,2%), > 41-70 tahun sebanyak 30 (25,0%) dan paling rendah 20-40 tahun sebanyak 19 (15,8%) orang. Dari keseluruhan didapatkan penyebab GGK yang paling banyak adalah Hipertensi sebanyak 68 (57%), DM sebanyak 42 (35%) dan yang terendah terdapat pada penderita Hipertensi dan DM sebanyak 10 (8%) orang.

Dari penelitian ini dapat dilihat berdasarkan data penelitian dari beberapa negara menunjukan bahwa hipertensi dan diabetes melitus menyumbang sekitar 50 persen pada penyakit ginjal kronik. Bagi masyarakat dengan adanya penelitian ini diharapkan agar masyarakat lebih dapat menjaga pola hidup sehat dan bagi Tempat Penelitian agar dapat meningkatkan mutu pelayanan di Klinik Rasyida Medan.

(38)

ABSTRACT

Chronic renal failure (CRF) down of kidney in every rank with the following hoarding of edge protein metabolize from equal solution disturb and electrolyte.

This study is a descriptive. Data collected by medical copy with total sample are148 person. The purpose of this study is aim to profile “Prevalented DM and Hypertentionin CRF Stage 7 to walk on hemodyalize in Klinik Rasyida MedanTahun 2011. Samples taken using total sampling technique.

From this study from 120 sample are get 72 person with sex male (60%) and 48 female (40%). Actually all, the age of the sample are 41-70 year, as 71 (59,2%), > 70 year as 30 (25,0%) and the most low 20-40 as 19 (15,8%) person. Form the whole we get the cause (CRF) is hyoertention the most quantity are 68

(57%), DM are 42 (35%) and the low level in the hypertension and DM are 10

(8%) person.

From this study as seeing based on sampling data from the study a few country shown the hypertension and melitusdiabetic to make afeint as 50 percent in chronic renal failure. For the public with this study we hope the people can take care of patern the healthy live an for the place of this study to increase the quality of serving in Klinik Rasyida Medan

(39)

PREVALENSI DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PADA GAGAL GINJAL KRONIK STAGE 5 YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI

KLINIK RASYIDA MEDAN TAHUN 2011

Oleh: SHEILA 080100391

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(40)

PREVALENSI DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PADA GAGAL GINJAL KRONIK STAGE 5 YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI

KLINIK RASYIDA MEDAN TAHUN 2011

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh: SHEILA 080100391

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(41)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PREVALENSI DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PADA GAGAL GINJAL KRONIK STAGE 5 YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI KLINIK RASYIDA MEDAN TAHUN 2011

Nama : SHEILA

NIM : 080100391

Disetujui

Medan, Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(42)

ABSTRAK

Gagal Ginjal kronik adalah penurunan semua faal ginjal secara bertahap, diikuti penimbunan sisa metabolisme protein dari gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Data diperoleh dari rekam medis dengan jumlah sampel 120 orang Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ”Prevalensi DM Dan Hipertensi Pada GGK Stage 5 Yang Menjalani Hemodialisis Di Klinik Rasyida MedanTahun 2011”. Sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling

Dari hasil penelitian diperoleh dari 120 sampel terdapat 72 orang berjenis kelamin laki-laki (60%) dan 48 orang berjenis kelamin perempuan (40%). Secara keseluruhan, rata-rata umur sampel yang terbanyak pada penelitian ini adalah 41-70 tahun sebanyak 71 (59,2%), > 41-70 tahun sebanyak 30 (25,0%) dan paling rendah 20-40 tahun sebanyak 19 (15,8%) orang. Dari keseluruhan didapatkan penyebab GGK yang paling banyak adalah Hipertensi sebanyak 68 (57%), DM sebanyak 42 (35%) dan yang terendah terdapat pada penderita Hipertensi dan DM sebanyak 10 (8%) orang.

Dari penelitian ini dapat dilihat berdasarkan data penelitian dari beberapa negara menunjukan bahwa hipertensi dan diabetes melitus menyumbang sekitar 50 persen pada penyakit ginjal kronik. Bagi masyarakat dengan adanya penelitian ini diharapkan agar masyarakat lebih dapat menjaga pola hidup sehat dan bagi Tempat Penelitian agar dapat meningkatkan mutu pelayanan di Klinik Rasyida Medan.

(43)

ABSTRACT

Chronic renal failure (CRF) down of kidney in every rank with the following hoarding of edge protein metabolize from equal solution disturb and electrolyte.

This study is a descriptive. Data collected by medical copy with total sample are148 person. The purpose of this study is aim to profile “Prevalented DM and Hypertentionin CRF Stage 7 to walk on hemodyalize in Klinik Rasyida MedanTahun 2011. Samples taken using total sampling technique.

From this study from 120 sample are get 72 person with sex male (60%) and 48 female (40%). Actually all, the age of the sample are 41-70 year, as 71 (59,2%), > 70 year as 30 (25,0%) and the most low 20-40 as 19 (15,8%) person. Form the whole we get the cause (CRF) is hyoertention the most quantity are 68

(57%), DM are 42 (35%) and the low level in the hypertension and DM are 10

(8%) person.

From this study as seeing based on sampling data from the study a few country shown the hypertension and melitusdiabetic to make afeint as 50 percent in chronic renal failure. For the public with this study we hope the people can take care of patern the healthy live an for the place of this study to increase the quality of serving in Klinik Rasyida Medan

(44)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Karya tulis ilmiah ini berjudul “Prevalensi DM Dan Hipertensi Pada GGK Stage 5 Yang Menjalani Hemodialisis Di Klinik Rasyida Medan Tahun 2011”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Salli Roseffi Nasution, Sp.PD-KGH, sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. 3. Bapak dr. Juliandi Harahap, MA selaku Dosen Penguji I yang telah

meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

4. Ibu dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc.CM-FM, MPd.Ked selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

5. Para dosen dan staf pegawai di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, Ayahanda H. Ir. Abdullah dan Ibunda saya Hj. Soraya serta saudara-saudara saya atas doa, semangat dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.

(45)

8. Para staf pegawai Klinik Rasyida Jalan D.I Panjaitan No. 144 Medan 9. Seluruh teman-teman saya khususnya teman-teman Stambuk 2008 yang

tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama mengikuti pendidikan.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Desember 2011

Penulis,

(46)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan umum ... 2

1.3.2. Tujuan khusus ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Prevalensi ... 4

2.2. Diabetes Melitus... 4

2.2.1. Defenisi ... 4

2.2.2. Klasifikasi ... 5

2.2.3. Patogenesis ... 5

2.2.4. Diagnosis dan Gejala Klinik ... 6

2.2.5. Terapi dan Pencegahan ... 7

2.3. Hipertensi ... 9

2.3.1. Defenisi ... 9

2.3.2. Klasifikasi ... 9

2.3.3. Faktor Risiko ... 10

2.3.4. Patogenesis Sistem Renin Angiotensin ... 11

2.3.5. Gejala Klinis ... 12

2.3.6. Penatalaksanaan ... 12

2.4. Penyakit Ginjal Kronik ... 13

2.4.1. Defenisi ... 13

2.4.2. Etiologi ... 15

2.4.3. Klasifikasi ... 15

2.4.4. Diagnosis Penyakit Ginjal Kronik ... 16

2.4.5. Penatalaksanaan ... 16

(47)

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI

OPERASIONAL ... 19

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 19

3.2. Defenisi Operasional ... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21

4.1. Jenis Penelitian ... 21

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

4.3. Populasi dan Data Sampel ... 21

4.3.1. Populasi ... 21

4.3.2. Sampel ... 21

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 22

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23

5.1. Hasil Penelitian ... 23

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 23

5.1.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Umur ... 5.2. Pembahasan ... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

6.1. Kesimpulan ... 29

6.2. Saran ... 30

(48)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7 ... 9

2.2. Definisi Penyakit Ginjal Kronik (PGK) ... 14

2.3 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit ... 16

5.1 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin penderita GGK ... 23

5.2 Distribusi sampel berdasarkan usia penderita GGK ... 24

5.3 Distribusi sampel berdasarkan penyebab penderita GGK ... 24

(49)

DAFTAR GAMBAR

(50)

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin penderita GGK
Tabel 5.2 Distribusi sampel berdasarkan usia penderita GGK
Tabel 5.4 Distribusi sampel berdasarkan komplikasi penderita GGK
Tabel 2.1.Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi Pengadaan Plastik Takah Bening dan Sampul Takah Biru pada Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional VIII

(Enam puluh satu juta lima ratus ribu rupiah). Atas perhatiannya kami ucapkan

Pihak kedua akan memberikan pembinaan yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi kinerja terhadap capaian kinerja dari kesepakatan ini dan mengambil tindakan

Pada Penulisan Ilmiah ini penulis mengangkat masalah itu yaitu mempermudah Administrator dan pemilik PC dalam memodifikasi registry sekaligus mencegah pengguna PC melakukan

Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan populasi ayam broiler adalah pemberian dan mempermudah akses pembiayaan melalui kredit ternak sejahtera (KTS) bagi

Untuk pembuatan halaman situs digunakan script server side PHP (Personal Home Page) agar informasi pada situs dapat diakses melalui jaringan internet ataupun pada server

Alternative Solusi pada Sasaran 3 (tiga). Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat efisiensi sasaran ini sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan yang

[r]