• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disfungsi Frekuensi Milik Publik & Tingkat Pengetahuan Siswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Disfungsi Frekuensi Pada Tayangan “Kamulah Takdirku” di SMA Swasta Taman Siswa, Kota Tebing Tinggi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Disfungsi Frekuensi Milik Publik & Tingkat Pengetahuan Siswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Disfungsi Frekuensi Pada Tayangan “Kamulah Takdirku” di SMA Swasta Taman Siswa, Kota Tebing Tinggi)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

DISFUNGSI FREKUENSI MILIK PUBLIK DAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA

(Studi Deskriptif Kuantitatif Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Disfungsi Frekuensi Pada Tayangan “Kamulah Takdirku” di SMA Swasta Taman Siswa,

Kota Tebing Tinggi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

TANIA SURI WIDYASTUTI

110904033

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Tania Suri Widyastuti NIM : 110904033

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non Exclusive Royalty – Free Rights) atas karya ilmiah saya yang berjudul “Disfungsi Frekuensi Milik Publik & Tingkat Pengetahuan Siswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Disfungsi Frekuensi Pada Tayangan “Kamulah Takdirku” di SMA Swasta Taman Siswa, Kota Tebing Tinggi)”. Dengan Hak Bebas Royalty Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di: Medan Pada Tanggal: April 2015

Yang Menyatakan

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

Lembar Persetujuan Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Tania Suri Widyastuti

NIM : 110904033 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Disfungsi Frekuensi Milik Publik & Tingkat Pengetahuan Siswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Disfungsi Frekuensi Pada Tayangan “Kamulah Takdirku” di SMA Swasta Taman Siswa, Kota Tebing Tinggi)

Medan, April 2015

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Syafruddin Pohan, Ph.D Dra. Fatma Wardy Lubis, MA NIP. 196505241989032001 NIP196208281987012001

Dekan FISIP

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Tania Suri Widyastuti Nim : 110904033

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Disfungsi Frekuensi Milik Publik & Tingkat Pengetahuan Siswa

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji :

Penguji :

Penguji Utama :

(5)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang di kutip maupun yang dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Tania Suri Widyastuti NIM : 110904033

(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Disfungsi Frekuensi Milik Publik dan Tingkat Pengetahuan Siswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Disfungsi Frekuensi Pada Tayangan live “KamulahTakdirku” di SMA Swasta Taman Siswa, Kota TebingTinggi). Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa terhadap Disfungsi Frekuensi Pada Tayangan live “KamulahTakdirku”. Teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Komunikasi, Komunikasi Massa, Televisi, Frekuensi, Tayangan dan Ruang Publik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa SMA Swasta Taman Siswa, Kota Tebing Tinggi yang berjumlah 164 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Solvin dengan presisi 5% dan tingkat kepercayaan 95%, diperoleh 62 orang. Populasi dikelompokkan berdasarkan strata, sehingga digunakan teknik Proportional Random Sampling dan Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data melalui Penelitian Lapangan (Field Research). Alat Pengumpul data menggunakan kuesioner yang terdiri dari 20 soal. Adapun teknik analisis data menggunakan analisis tabel tunggal. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa Tingkat Pengetahuan Siswa terhadap Disfungsi Frekuensi Milik Publik pada tayangan live “KamulahTakdirku” dapat dikatakan masih cukup rendah. Dapat dikatakan juga bahwa kesadaran akan hak pada frekuensi yang digunakan adalah milik Publik masih cukup rendah sehingga menyebabkan Publik tidak sadar akan tayangan yang dikonsumsi.

(7)

ABSTRACT

The tittle of this Study is Disfunction of Public Frequency &The Students’ Awareness (Quantitative Descriptive Study of Students’ Awareness to Disfunction of Public Frequency in “KamulahTakdirku” at SMA Swasta Taman Siswa, TebingTinggi). This Study is to draw how The Students’Awareness toDisfunction of Public Frequency in “KamulahTakdirku”. Using Communication, Mass Communication, Television, Frequency, Broadcast and Public Sphere as the relevant Theories to this study. Using Descriptive method with Quantitative approach. The population of this study is The students of SMA Swasta Taman SiswaTebingTinggi which amount 164 persons. Using Solvin Formula to draw sample with 5% presisi and 95% level of trust there are 60 persons sample as respondents. Population is organized by level that this study using Proportional Random Sampling thecnique and Purposive Sampling technique. Using two ways in collecting data i.e; Library Reseacrh and Field Research. In collecting data used questionaire with 20 questions. The data analysis using single table analysis. The result of this study is that The Level of Students’ Awareness to DisfunctionOf Public Frequency in “KamulahTakdirku” is quite low. In other hand that the Awareness of Public Rights of Frequency is quite low that Public didn’t know what kind of program that they consumed in television.

Keywords: Students Awareness, Disfunction of Public Frequency, “KamulahTakdirku”, Public Sphere.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan terutama kepada Allah SWT. Terima Kasih atas segala nikmat, karunia, dan petunjuk. Terima Kasih untuk selalu menjaga, melindungi, dan memberikan berkat di segala keputusan yang saya ambil. Terima Kasih untuk selalu membuat saya percaya pada keajaibanMu. God is The Greatest. Allahuakbar.

Terkhusus kepada yang membuat saya menjadi saya seperti saat ini, dan untuk gen yang mengalir pada saya Terima Kasih sebanyak dan sedalam-dalamnya kepada Sujono & Sustinawaty Raharja atas segala doa, cinta, kasih sayang, dukungan materil maupun moril. Terima Kasih untuk tidak pernah berhenti percaya pada saya dan mimpi-mimpi saya. Terima Kasih untuk segala pengertian dan perhatian. And most of all, Thanks for the Amazing DNA! Kepada saudara-saudara saya Tanti Suri Novriana, Tri Adrian Surya & Tyas Suri Maahirah. Terima Kasih atas segala pengalaman yang telah dan akan kita bagi. Masa-masa kecil yang bahagia, maupun masa depan yang kita terka-terka. Those strength during difficult times. Keluarga bagi saya adalah salah satu alasan untuk terus mengejar mimpi dan mewujudkan cita-cita. Terima Kasih, keluarga kecilku for always have enough love to go around!

Dalam penulisan skripsi ini pun, saya menyadari banyak dukungan serta bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk segala pengalaman membahagiakan yang takkan terbalas itu pada kesempatan ini saya juga ingin mengucapkan Terima Kasih kepada:

1. Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Dra. Fatma Wardy Lubis, MA. Terima Kasih atas segala ilmu yang Ibu berikan. Semoga Ibu bahagia dan sehat selalu. 2. Dosen Pembimbing Akademik saya, Prof. Suwardi Lubis. Terima Kasih atas

perspektif yang Bapak bagi. Semoga Bapak bahagia dan sehat selalu.

(9)

Kasih sebanyak-banyaknya. Semoga Bapak berbahagia selalu dan senantiasa dalam LindunganNya.

4. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi USU yang telah memberikan bekal pengetahuan selama masa perkuliahan berlangsung. Terima Kasih atas segalanya.

5. Kepada Kak Maya yang selalu bersikap manis, baik dan santun. Terima Kasih atas segala bantuan yang Kakak Berikan.

6. Febrina Audina. Tentu saja Terima Kasih untuk waktu-waktu yang kita lewati. Untuk segala pengalaman, proses, kenangan, cita-cita dan mimpi yang kita miliki bersama. It’s always been a pleasure to grow up with you, Dat!

7. Kepada teman irisan dari berbagai Geng di Kom USU 2011. Tetty Mutya Pasaribu, My blacky! Terima Kasih banyak atas segala pengalaman yang kita bagi, dari duduk gembel hingga duduk cantik. Pengalaman kerja, berorganisasi, berkarir hingga bersandiwara. Semoga Tetty selalu bahagia.

8. Larasati Harahap & Tamara Situmorang. Terima Kasih atas segala saran, kritik, bantuan, kericuhan, kesayangan, kehebohan, keborosan, ke-PO-Bangkok-an, kegegeran dan yang paling utama kebahagiaan yang telah kalian bagi. Di hari-hari sulit yang nantinya akan kita hadapi, semoga kita tidak berubah menajdi jenis manusia yang tidak kita sukai. Semoga kalian bahagia selalu.

9. FAMOSO. Tetty Mutya, Nabilah Adzhani, Aisyah Arfani dan Haritz Ardian. Teman-teman yang sangat membanggakan. Best Publisher Class of 2011, So many ups & downs back then, but glad to have this journeys with you!

10.Geng Perusuh T.P 2013-2014 (Termasuk Dila Nst, Devi Nur Aini), Kesepuluhan (YOI), Sesama Anak Bimbingan Pak Pohan, dan seluruh teman-teman Komunikasi USU 2011 yang aku sayangi. Everything is Awesome!

11.Kepada yang disebut sahabat karena telah menjalankan hadist Nabi Muhammad bersama, Febrina Audina, Nur Shabrina, Fadra Sirvi, Fakhrur Rozi dan Ando Simanjuntak. Terima Kasih atas kebersamaan yang layak di kenang selamanya. Semoga kita dapat menjadi bagian dari perubahan yang selalu kita cita-citakan. 12.Kepada Kelompencapir Magister Komunikasi USU, Kak Rotua, Kak Yolanda

(10)

13.Seluruh Scholars di Tanoto Foundation, baik dari Regional Champion Scholarship maupun National Champion Scholarship, juga untuk Team #SukaCitaProject2014 Don’t Give Up Without A Fight!

14.Teman-teman MPMF FISIP USU & KPU FISIP USU 2014. Merupakan suatu kebahagiaan tersendiri dapat berproses bersama dengan kalian.

15.Bang Safar, Bang Amin dan Bang Marwan Tim Campaign di Political Consultant, Polonia Center. Benar-benar suatu pengalaman karir yang berharga untuk dapat memutar otak bersama untuk menemukan hubungan sesuatu dengan Ember di Kantor kita yang kita cintai.

16.Kepada pihak SMA Swasta Taman Siswa yang menjadi lokasi penelitian saya. Terima Kasih atas kesempatan dan pengertian yang telah diberikan.

17.@PiknikAsikMedan; Bang Irvan, Adis, Ika, Bang Vann, Kak fina. Terima Kasih atas kerja sama dan keriaan yang telah dibagi. Jangan takut bertamasya dengan teman Dunia Maya!

Saya menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini belum mencapai kesempurnaan, maka dari itu dengan segala kerendahan hati, saya sangat mengharapkan kritik dan saran guna membangun penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya saya ucapkan selamat membaca dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, April 2015 Peneliti

(11)
(12)

BAB III METODE PENELITIAN 29

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29

3.1.1 Sejarah Singkat Perguruan Taman Siswa ... 29

3.1.2 Sejarah Singkat SMA Taman Siswa Tebing Tinggi 30

3.1.3 Visi SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi . 31 3.1.4 Misi SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi 31 3.2 Metode Penelitian ... 32

3.3 Populasi dan Sampel ... 33

3.3.1 Populasi ... 33

3.3.2 Sampel ... 34

3.3.3 Teknik Penarikan Sampel ... 35

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.5 Pengolahan Data ... 42

3.6 Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 43

4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 43

4.1.1 Tahapan Pengumpulan Data ... 43

4.1.1.1 Penelitian Lapangan ... 43

4.1.2 Tahapan Pengolahan Data ... 44

4.2 Analisis Tabel Tunggal ... 45

4.2.1 Karakteristik Repsonden ... 45

4.2.2 Frekuensi Sebagai Ruang Publik ... 48

4.2.3 Tayangan Live Kamulah Takdirku ... 54

4.3 Pembahasan ... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 64

5.1 Simpulan ... 64

5.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul

Halaman

2.1 Operasional Variabel ... 27

3.1 Jumlah Populasi Penelitian ... 33

3.2 Jumlah Sampel Penelitian ... 35

3.3 Daftar Nama Sampel ... 36

4.1 Jenis Kelamin Responden ... 45

4.2 Usia Responden ... 46

4.3 Tayangan Resepsi Pernikahan Yang Ditonton ... 47

4.4 Pengetahuan Mengenai Frekuensi Sebagai Ruang Publik ... 48

4.5 Sikap Terhadap Pelanggaran Hak Frekuensi Sebagai Ruang Publik Pada Tayangan Live“Kamulah Takdirku” ... 49

4.6 Pengetahuan Terhadap Tren Resepsi Pernikahan Yang Ditayangkan Secara Live di Televisi ... 50

4.7 Sikap Terhadap RCTI ... 50

4.8 Tahu tidaknya bahwa RCTI mendapat sanksi dari KPI ... 51

4.9 Perubahan Pandangan Terhadap RCTI... 52

4.10 Tahu Tidaknya akan Sanksi KPI atas Pelanggaran Hak Publik ... 53

4.11 Setuju Tidaknya akan Sikap KPI ... 53

4.12 Durasi Menonton ... 54

4.13 Kapabilitas Tayangan Live“Kamulah Takdirku” ... 55

4.14 Pendapat Mengenai Tayangan Disiarkan Seacara Live ... 56

4.15 Kejelasan Isi Tayangan ... 56

4.16 Ketertarikan Pada Tayangan ... 57

4.17 Gaya Bahasa Tayangan ... 58

4.18 Kelengkapan Informasi Tayangan ... 59

4.19 Pendapat Terhadap Durasi Tayangan ... 60

DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman 2.1 Mukadimah UU Penyiaran No.32 Tahun 2002 ... 18

(14)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Disfungsi Frekuensi Milik Publik dan Tingkat Pengetahuan Siswa (Studi Deskriptif Kuantitatif Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Disfungsi Frekuensi Pada Tayangan live “KamulahTakdirku” di SMA Swasta Taman Siswa, Kota TebingTinggi). Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa terhadap Disfungsi Frekuensi Pada Tayangan live “KamulahTakdirku”. Teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah Komunikasi, Komunikasi Massa, Televisi, Frekuensi, Tayangan dan Ruang Publik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa SMA Swasta Taman Siswa, Kota Tebing Tinggi yang berjumlah 164 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Solvin dengan presisi 5% dan tingkat kepercayaan 95%, diperoleh 62 orang. Populasi dikelompokkan berdasarkan strata, sehingga digunakan teknik Proportional Random Sampling dan Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data melalui Penelitian Lapangan (Field Research). Alat Pengumpul data menggunakan kuesioner yang terdiri dari 20 soal. Adapun teknik analisis data menggunakan analisis tabel tunggal. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa Tingkat Pengetahuan Siswa terhadap Disfungsi Frekuensi Milik Publik pada tayangan live “KamulahTakdirku” dapat dikatakan masih cukup rendah. Dapat dikatakan juga bahwa kesadaran akan hak pada frekuensi yang digunakan adalah milik Publik masih cukup rendah sehingga menyebabkan Publik tidak sadar akan tayangan yang dikonsumsi.

(15)

ABSTRACT

The tittle of this Study is Disfunction of Public Frequency &The Students’ Awareness (Quantitative Descriptive Study of Students’ Awareness to Disfunction of Public Frequency in “KamulahTakdirku” at SMA Swasta Taman Siswa, TebingTinggi). This Study is to draw how The Students’Awareness toDisfunction of Public Frequency in “KamulahTakdirku”. Using Communication, Mass Communication, Television, Frequency, Broadcast and Public Sphere as the relevant Theories to this study. Using Descriptive method with Quantitative approach. The population of this study is The students of SMA Swasta Taman SiswaTebingTinggi which amount 164 persons. Using Solvin Formula to draw sample with 5% presisi and 95% level of trust there are 60 persons sample as respondents. Population is organized by level that this study using Proportional Random Sampling thecnique and Purposive Sampling technique. Using two ways in collecting data i.e; Library Reseacrh and Field Research. In collecting data used questionaire with 20 questions. The data analysis using single table analysis. The result of this study is that The Level of Students’ Awareness to DisfunctionOf Public Frequency in “KamulahTakdirku” is quite low. In other hand that the Awareness of Public Rights of Frequency is quite low that Public didn’t know what kind of program that they consumed in television.

Keywords: Students Awareness, Disfunction of Public Frequency, “KamulahTakdirku”, Public Sphere.

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian 2. Tabel Fotron Cobol 3. Surat Izin Penelitian 4. Lembar Bimbingan 5. Biodata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke 17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962 jam 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara Pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Gelora Bung Karno. Belakangan, di Indonesia semakin banyak bermunculan acara yang juga merupakan siaran langsung. Baik kuis, talkshow, gameshow, acara komedi, acara musik hingga sebuah resepsi pernikahan kerap kali ditayangkan secara langsung di televisi. (Morissan, M.A 2008: 6)

Pada 12 Oktober 2001 Pernikahan Komedian Eko Patrio dengan aktris Viona Rosalina disiarkan secara langsung oleh Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang sekarang berganti nama menjadi MNC TV. Pernikahan keduanya sempat membuat heboh masyarakat Indonesia. Selain resepsi yang disiarkan secara langsung, penayangan acara sakral tersebut juga menggusur tayang Big Match liga Inggris di TPI yang mempertemukan Liverpool dengan Manchester United.

Pada 24 November 2011, Pernikahan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas),

(17)

televisi secara live. Yang menyiarkan secara langsung adalah Trans TV dan Trans 7 dengan durasi 2 jam. Akad nikah putra-putri pejabat itu digelar di Istana Presiden di Cipanas, Jawa Barat.

Kemudian, 21 Januari 2012 Pernikahan Andhika Pratama dan Ussy Sulistiawaty disiarkan langsung oleh SCTV pada tayangan Inbox dan Hot Shot. Bukan hanya akad nikah, tetapi juga persiapan sebelum menikah. Resepsi pernikahan keduanya digelar di dua kota, Jakarta dan Malang.

Pada tanggal 12 Mei 2012, giliran pernikahan Anang Hermansyah dan Ashanty yang disiarkan langsung secara eksklusif melalui stasiun TV RCTI. Tayangan ini sendiri mendapatkan kecaman dari Komisi I DPR RI. Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq memaparkan bahwa beberapa anggotanya mengkritik tayangan itu. “Kami menilai itu sudah menyedot ruang publik yang besar dan itu sedikit manfaatnya”. Sementara itu, Anggota Komisi I DPR RI, Effendi Choirie, berencana memanggil KPI dan pihak RCTI untuk mengklarifikasi penggunaan frekuensi publik untuk hal yang tidak jelas seperti siaran resepsi pernikahan Anang-Ashanty itu. “Frekuensi milik publik harusnya digunakan untuk kepentingan publik dan tidak semabarangan seperti itu”, ujarnya kepada wartawan di gedung DPR Jakarta. Hal ini diungkapkan pada situs kpi.go.id pada Jumat, 25 Mei 2012.

(18)

Acara “Kamulah Takdirku” sendiri dibagi menjadi dua episode; yang pertama tayang pada 19 Oktober 2014 dari pukul 17.02 hingga pukul 00.10 WIB. Episode pertama tayangan “Kamulah Takdirku” ini berisi acara resepsi pernikahan Raffi Ahmad & Nagita Slavina di Hotel Ritz Carlton SCBD, Jakarta. Resepsi yang digelar megah ini juga diisi oleh penampilan-penampilan dari Musisi kenamaan Indonesia, seperti Armand Maulana, Sheila On 7, Chakra Khan, Kahitna. Episode kedua tayangan “Kamulah Takdirku” tayang pada tanggal 25 Oktober 2014 dari pukul 15.45 hingga pukul 22.15 WIB. Episode ini berisi tayangan live resepsi pernikahan Raffi Ahmad & Nagita Slavina yang digelar di villa bernama Alila Villas Soori di kawasan Tabanan, Bali. Pink merupakan warna yang mendominasi dekorasi resepsi yang kedua ini, dengan seluruh tamu berpakaian serba putih. Tidak kalah dengan resepsi di Jakarta, kali ini ada Dewa 19 yang turut memeriahkan acara resepsi ini.

Seorang Pria asal DKI Jakarta yang bernama Adityono P Soerjodibroto menulis aduan ke website KPI pada tanggal 20 Oktober 2014 perihal Tayangan live Kamulah Takdirku di RCTI. Pada aduannya, diuraikan beberapa poin pendapatnya mengenai tayangan tersebut, sebagai berikut: (1) Sangat tidak mendidik; (2) Menciptakan budaya yang hedonis; (3) Bukan orang yang berjasa untuk Indonesia, jadi tidak perlu liputan berlebihan; (4) Kemaren TransTV menyiarkan live dan sudah mendapat teguran KPI; dan (5) Pelecehan hak publik, menulis aduan ke website KPI pada tanggal 20 Oktober 2014.

(19)

Berdasarkan pelanggaran di atas, KPI Pusat memutuskan menjatuhkan sanksi administrasi Teguran Tertulis dengan No Surat 2441/K/KPI/10/14. “Saudara diminta untuk tidak menayangkan kembali (Re Run) serta tidak mengulangi kesalahan yang sama untuk program sejenis lainnya di kemudian hari. Perlu diingat bahwa frekuensi adalah milik publik yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemaslahatan masyarakat banyak. Saudara wajib menjadikan P3 dan SPS KPI Tahun 2012 sebagai acuan utama dalam penayangan sebuah program siaran. Demikian agar sanksi administratif teguran tertulis ini diperhatikan dan dipatuhi. Terima kasih.”

Ironisnya, pada tanggal 20 Oktober 2014, RCTI telah menayangkan re-run tayangan tersebut. Hal ini jelas memperlihatkan bahwa RCTI tidak memberikan manfaat kepada publik sebagai pemilik frekuensi utuh, karena telah menyalahi kepentingan publik lewat tayangan tersebut bahkan dengan waktu siar yang tidak wajar. Hal ini melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standart Program Siaran (SPS) Komisi Penyiaran Indonesia Pasal 11 ayat 1, yang berbunyi “Lembaga penyiaran wajib memperhatikan kemanfaatan dan perlindungan untuk kepentingan publik”.

Pada pasal 6 ayat 2 UU nomor 32 tahun 2002 dikatakan bahwa “Dalam sistem penyiaran nasional, Negara menguasai spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk penyelenggaraan penyiaran guna sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Ini merupakan bukti yang konkrit bahwa media dapat dikontrol oleh publik. Tujuan dari undang-undang tersebut sendiri adalah agar kita sebagai publik menjadi pihak yang mengontrol media, bukan Negara.

(20)

Proses perencanaan dan penetapan program penyiaran menurut George L. Morrisey dalam Management by Objectives and result for Bussines and Industry mencakup langkah-langkah sebagai berikut (Morissan, M.A. 2008): (1) Menetapkan peran dan misi, yaitu menentukan sifat- dan ruang lingkup tugas

yang hendak dilaksanakan.; (2) Menentukan wilayah sasaran, yaitu menentukan di mana pengelola media penyiaran harus mencurahkan waktu, tenaga dan keahlian yang dimiliki; (3) Mengidentifikasi dan menentukan indikator efektivitas (indicator of effectiveness) dari setiap pekerjaan yang dilakukan. Menentukan faktor-faktor terukur yang akan memengaruhi tujuan atau sasaran yang akan ditetapkan; (4) Memilih dan menentukan sasaran atau hasil yang ingin dicapai; (5) Mempersiapkan rencana tindakan yang terdiri dari; Menentukan urutan tindakan, Penjadwalan (scheduling), Anggaran (budgeting), Pertanggungjawaban, Menguji dan merevisi rencana sementara; (6) Membangun pengawasan, yaitu memastikan tujuan akan terpenuhi; (7) Komunikasi; (8) Pelaksanaan

Seiring dengan pertumbuhan Industri media di Tanah Air, justru terkadang timbul kekhawatiran akan konten-konten yang pada akhirnya ternyata tidak memiliki news value bagi kita. Apalagi televisi menggunakan frekuensi, yang merupakan sumber daya alam terbatas yang dimiliki oleh publik, namun penggunaannya malah digunakan seenaknya oleh pemilik media. Seperti yang tercantum pada Pasal 36 ayat 4 UU nomor 32 tahun 2002 “Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu”.

Dewasa ini televisi mungkin telah memberi sumbangan, sebesar seperti suap (bribery), bagi kehancuran etos serta keutamaan publik. Televisi semakin gandrung menampilkan di panggung tipe-tipe orang yang gila nama dan popularitas, yang kepedulian utamanya adalah ditonton dan diberi tepuk tangan panjang; semua itu berbalikan dengan nilai-nilai komitmen yang penuh ketekunan dan tersembunyi pada kepentingan publik (Bourdieu, Acts of Resistance, 1998: 4).

(21)

ruang publik sedang mengalami transformasi. Karena merupakan arena terbuka, ia sedang menjadi ranah yang diperebutkan untuk dibentuk menjadi apa saja. (Herry, B. – Priyono, SJ: 2010). Meskipun terpampang jelas dan nyata pada UU no 32 tahun 2002 bahwa frekuensi adalah milik kita sebagai publik dan media harus menggunakannya untuk kepentingan publik, sayangnya tidak semua orang sadar dan mengetahui hal ini. Penonton tayangan “Kamulah Takdirku” kebanyakan adalah remaja putri berusia 17-19 tahun yang mengidolakan sosok Raffi Ahmad sebagai Public Figure tampan yang sering muncul di Televisi. Setiap dari mereka kemudian membicarakan terus tentang tayangan ini dengan teman-temannya dan menjadi topik obrolan yang hangat saat itu. Tidak hanya sampai disitu, mereka menjadi berandai akan mengalami resepsi pernikahan yang serupa. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah mereka tahu, ada hak-hak mereka yang terabaikan atas tayangan ini. Apakah mereka memahami bahwa frekuensi yang digunakan televisi ini sesungguhnya adalah hak milik mereka, yang seharusnya diisi dengan tayangan yang memperkaya pengetahuan mereka.

SMA Swasta Taman Siswa merupakan salah satu sekolah yang terdapat di kota Tebing Tinggi. Siswa-siswanya berasal dari daerah yang berbeda di penjuru kota Tebing Tinggi dengan kebiasaan yang berbeda pula. Seperti halnya anak remaja kota kecil lainnya yang tidak memiliki fasilitas Mall ataupun Bioskop, maka hiburan yang dimiliki mereka kebanyakan adalah televisi. Berbeda dengan anak remaja kota besar yang cenderung menghabiskan waktu senggang di Mall atau bertemu langsung dengan idolanya. Karena itu peneliti tertarik untuk meneliti siswa-siswi SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi.

Berdasarkan uraian latar diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti, “Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap Disfungsi Frekuensi Pada Tayangan “Kamulah Takdirku” di SMA Swasta Taman Siswa, Kota Tebing Tinggi”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti lebih lanjut yaitu : “Bagaimana Tingkat Pengetahuan Siswa

Terhadap Disfungsi Frekuensi Pada Tayangan “Kamulah Takdirku” di SMA Swasta

(22)

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut, yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. 2. Sampel penelitian adalah Siswa SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi. 3. Penelitian berfokus untuk mengetahui Bagaimana pengetahuan Siswa SMA

Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi terhadap frekuensi sebagai ruang publik lewat tayangan Kamulah Takdirku.

4. Waktu penelitian dimulai dari bulan Desember 2014

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menggambarkan pengetahuan Siswa SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi mengenai frekuensi sebagai ruang publik sesuai UU nomor 32 tahun 2002.

2. Untuk mendeskripsikan disfungsi frekuensi sebagai ruang publik melalui tayangan live „Kamulah Takdirku”.

3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Siswa SMA Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi terhadap disfungsi frekuensi sebagai ruang publik.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitiannya, maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat penelitian secara akademis, yaitu:

Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya keanekaragaman wacana penelitian di departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dan diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pemikiran bagi pembacanya.

(23)

Penelitian diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan bagi peneliti, mahasiswa, serta masyarakat luas mengenai frekuensi sebagai ruang publik.

3. Manfaat penelitian secara praktis, yaitu:

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan dan

masukan bagi masyarakat agar memahami frekuensi sebagai ruang publik.

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori

Dalam suatu penelitian teori memiliki peran sebagai pendorong pemecahan masalah. Setiap penelitian sosial memerlukan teori, karena salah satu unsur yang paling besar peranannya dalam penelitian adalah teori (Singarimbun, 1995: 37). Adapun teori yang relevan untuk penelitian ini yaitu Komunikasi, Komunikasi Massa, Televisi, Frekuensi, Tayangan dan Ruang Publik.

2.1.1 Komunikasi

Secara epistemologi istilah kata komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa latin yakni communication dari sumber kata communis yang berarti “sama”. Sama dalam arti kata ini bias di interpretasikan

dengan pemaknaannya adalah sama makna. Jadi secara sederhana dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan proses komunikasi tersebut. Sedangkan menurut Berelson dan Steiner (1964) komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi. Keahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. . (Amir, dkk, 2010:1)

(24)

komunikasi informatif, persuasive, koersif, instruktif, dan hubungan manusia. (Mufid, 2012: 84)

Dengan demikian maka, komunikasi mendapatkan penekanan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Dan perbedaan tersebut umumnya dilatarbelakangi oleh perspektif para ahli yang mendefenisikannya.

2.1.2 Komunikasi Massa 2.1.2.1 Definisi Komunikasi Massa

Secara umum Komunikasi Massa ialah komunikasi melalui media massa (media cetak dan media elektronik), seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, buku serta film. Media massa dapat dikatakan sebagai penyalur dalam menyampaikan pesan berupa informasi ataupun berita kepada khalayaknya secara cepat dan serempak.

Saat terbangun dari tidur hal yang pertama kali kita lakukan biasanya adalah mengecek handphone, mengecek kotak pesan, membuka media sosial, ataupun membuka portal berita. Saat diperjalanan menuju tempat beraktivitas, maka kita akan menghidupkan radio. Ini hanya sedikit contoh dari sekian banyak waktu yang kita gunakan untuk menggunakan media massa.

Secara sederhana, Bittner dalam Ardianto & Komala (2004:3), mengungkapkan defenisi komunikasi massa adalah suatu proses dalam mengkomunikasikan pesan melalui media massa yang melibatkan banyak komunikan dan tersebar dalam wilayah yang luas, karena memiliki perhatian dan minat terhadap isu yang sama. Secara terperinci, Gerbner mengemukakan defenisi komunikasi massa, yaitu komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berlangsung secara berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies).

(25)

komunikator. Namun, dalam komunikasi massa, komunikator cenderung sulit untuk mengetahui umpan balik dengan segera karena umpan balik relatif tidak ada. Untuk mengetahuinya, biasanya komunikator (lembaga maupun bentuk organisasi lainnya) melakukan survei atau penelitian.

Berdasarkan pada definisi komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah suatu proses komunikasi yang menggunakan media massa modern (media cetak dan media elektronik) dalam menyebarkan informasi yang ditujukan pada khalayak yang heterogen dan anonim sehingga pesan dapat diterima secara serentak.

Sepanjang hari, rata-rata setiap orang menghabiskan waktu lebih banyak dengan media daripada tanpa media. Beberapa bentuk media massa menyentuh anda setiap hari secara ekonomis, sosial, dan budaya. Media massa dapat memengaruhi cara anda menggunakan suara dan cara anda membelanjakan uang. Terkadang, media massa memengaruhi apa yang anda makan, bicarakan, kerjakan, pelajari dan beristirahat (Biagi, 2010:5).

2.1.2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Massa

Melalui definisi-definisi komunikasi massa tersebut, dapat diketahui ciri-ciri komunikasi massa. Menurut Effendy setidaknya terdapat lima ciri-ciri dari komunikasi massa (Fajar, 2009: 226) adalah:

1) Komunikasi massa berlangsung satu arah

2) Komunikator pada komunikasi massa melembaga 3) Pesan pada komunikasi massa bersifat umum 4) Media massa menimbulkan keserempakan 5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

(26)

Misalnya, pada tayangan live “Kamulah Takdirku”. Khalayak yang tidak menyukai tayangan ini ataupun penonton yang ingin memberikan tanggapan mengenai tayangan ini harus berbicara kepada lembaga yang terkait maupun setelah tayangan ini selesai berlangsung.

Komunikasi pada komunikasi massa melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks karena media massa sebagai saluran komunikasi. Peranannya dalam proses komunikasi ditunjang oleh orang lain, bukan individual. Misalnya, tulisan seorang penulis dalam sebuah majalah ternama, tentunya didukung oleh redaktur pelaksana, korektor dan yang lainnya supaya tulisan tersebut dapat dimuat dan dibaca oleh khalayak. Maka dari itu komunikator pada komunikasi massa disebut juga komunikator kolektif (collective communicator) karena tersebarnya pesan yang berupa informasi merupakan hasil kerja sama sejumlah kerabat kerja.

Pesan komunikasi massa bersifat umum (berupa fakta, peristiwa atau opini), karena disebarkan melalui media massa yang ditujukan kepada semua orang dan mengenai kepentingan umum. Sebagai contoh, stasiun televisi seperti Trans TV membuat program “Janji Suci” yang berisi kegiatan sehari-hari Nagita Slavina dan Raffi Ahmad setelah menjadi pasangan suami istri.

Media massa dalam menyampaikan pesannya kepada khalayak mengandung ciri keserempakan (simultaneity), yakni disebarkan secara bersama-sama dalam jumlah besar dan jarak jauh. Misalnya acara situasi komedi “Tetangga Masa Gitu” yang ditayangkan oleh stasiun televisi NET pada setiap hari pukul 19.00–19.30 WIB, ditonton oleh jutaan pemirsa. Maka secara serempak pada waktu yang sama menonton acara tersebut selama 30 menit, namun mereka berada di berbagai tempat yang berbeda di seluruh Indonesia.

(27)

Pengelompokkan tersebut dilakukan oleh berbagai media massa dengan membuat acara tertentu, seperti acara kartun “Si Unyil” yang ditayangkan oleh Trans7 ditujukan secara khusus untuk anak-anak.

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan komunikasi dalam media modern sebagai penyalurnya memberikan pengaruh yang kuat terhadap khalayaknya. Fungsi komunikasi massa menurut Dominick dalam Ardianto&Komala (2004: 16) ialah sebagai berikut:

a. Surveilance (Pengawasan)

Pengawasan mengacu pada peranan berita dari media massa. Fungsi pengawasan meliputi pengawasan peringatan (warning or beware surveillance) dan pengawasan instrumental (instrumental surveillance). Fungsi pengawasan peringatan terjadi apabila media menyampaikan informasi kepada kita mengenai ancaman. Misalnya mengenai ancaman dari angin topan, meletusnya gunung berapi, kondisi efek yang memprihatinkan, atau adanya serangan militer.

Sedangkan fungsi pengawasan instrumental merupakan penyebaran informasi yang memiliki kegunaan dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya berita tentang film yang sedang tayang di bioskop, peningkatan atau penurunan harga saham di bursa efek, ide tentang fashion dan sebagainya.

b. Interpretation (Penafsiran)

Media massa memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting dimana industri media memutuskan kejadian atau peristiwa tersebut untuk ditayangkan. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca ataupun pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya dalam komunikasi antarpersonal atau komunikasi kelompok.

c. Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

d. Transmission of values (Penyebaran Nilai-Nilai)

(28)

berpikir bahwa metode kekerasan adalah wajar dalam memecahkan persoalan hidup.

e. Entertainment (Hiburan)

Fungsi media massa sebagai fungsi menghibur adalah untuk mengurangi rasa kejenuhan ataupun mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan melihat tayangan di televisi atau membaca berita-berita sehingga dapat membuat pikiran khalayak menjadi kembali segar.

Dari keseluruhan fungsi tersebut, fungsi komunikasi massa ditentukan dalam penggunaannya di media massa. Bagaimana media massa memberikan pengaruh yang baik kepada khalayak untuk dapat menerima pesannya (berupa data, fakta, informasi, berita maupun yang lainnya) sehingga komunikasi massa dapat berlaku sebagaimana yang diharapkan oleh khalayak, sesuai dengan kebutuhan informasi dari masing-masing individu maupun kelompok.

Media massa secara teoritis memiliki fungsi sebagai saluran informasi, saluran pendidikan dan saluran hiburan, namun kenyataannya media massa memberi efek lain diluar fungsinya itu. Efek media massa tidak saja memengaruhi sikap seseorang namun dapat pula memengarui perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat memengaruhi system-sistem sosial maupun system budaya masyarakat (Bungin, 2008: 317).

2.1.3 Televisi

2.1.3.1 Pengertian Televisi

(29)

Dalam kaitannya dengan komunikasi massa, televisi menjadi media massa yang paling banyak dimiliki dan diminati oleh masyarakat dibanding dengan dengan media massa lainnya. Siaran televisi menjadi lebih komunikatif dalam menyampaikan pesan, dengan audio visual yang dimilikinya. Maka dari itulah, televisi sangat berguna dalam upaya pembentukan sikap, perilaku dan perubahan pola pikir (Effendy, 2005: 21). Sifat televisi yang audio visual mengharuskan semua acara di televisi dilengkapi dengan gambar, baik gambar diam berupa foto, gambar peta atau wilayah maupun film berita yakni rekaman peristiwa dalam topik berita yang disiarkan untuk mempunyai keyakinan akan kebenaran berita.

Istilah televisi berasal dari kata “tele” yang berarti jauh, dan “visi / vision” yang berarti penglihatan (Effendy, 2003: 174). Apa yang dilihat oleh para penonton merupakan siaran gambar-gambar dan juga suara yang dipancarkan oleh pemancar televisi. Begitu juga dengan sifatnya yang langsung, tidak mengenal jarak, dan memiliki daya tarik yang kuat pada televisi membuat para penonton menjadi lebih suka dan mudah dalam mencari dan menerima berbagai informasi yang disampaikan oleh televisi karena prosesnya yang tidak rumit.

2.1.3.2 Televisi di Indonesia

(30)

Penonton televisi siaran di Indonesia bisa dikatakan juga terus bertambah. Sejak tahun 1980-an, jumlah pesawat TV bertambah enam kali lipat, bandingkan dengan radio yang bertambah hanya tiga kali lipat. Data Biro Pusat Statistik menunjukkan bahwa sejak tahun 1980-an, lebih banyak orang Indonesia yang menyaksikan televisi secara rutin dibanding membaca Koran, majalah ataupun mendengar radio. (Ks, Usman. 2009)

2.1.3.3 Fungsi Televisi

Televisi melakukan berpikir dalam gambar, yakni mengenai visualisasi (penerjemahan kata-kata terhadap suatu objek sehingga mengandung suatu makna) dan penggambaran (kegiatan merangkai gambar-gambar individual sehingga mengandung makna tertentu). Untuk dapat melakukan fungsinya, maka pengoperasian dalam televisi melibatkan banyak orang sehingga lebih kompleks. Berikut fungsi televisi bagi masyarakat (Ardianto dan Komala, 2004: 128), yaitu:

a) Sebagai media informasi b) Sebagai media pendidikan c) Sebagai media menghibur d) Sebagai media membujuk

Televisi sebagai media informasi ialah untuk menyiarkan berita bagi pendengar atau pemirsa sesuai dengan kepentingannya. Televisi sebagai media pendidikan dapat memberikan pendidikan kepada masyarakat luas melalui penayangannya tentang sesuatu hal yang belum dan ingin diketahui, sehingga menambah pengetahuan mengenai hal yang baru dan sebagai kontrol sosial masyarakat terhadap fenomena yang sedang terjadi di masyarakat. Tentu saja masyarakat diharapkan untuk berpikir kritis serta menyaring hal-hal demi kemajuan manusia.

Televisi sebagai media pendidikan ialah untuk menayangkan berita yang sifatnya mencerdaskan, memberi sudut pandang berbeda. Yang menjadikan seorang penontonnya kaya akan informasi dan hal-hal baru untuk kemudian dipelajari dan di aplikasikan pada kehidupannya sehari-hari.

(31)

Tetapi bukan itu saja, dalam kejadian ataupun peristiwa yang ditayangkan di televisi dapat membangkitkan sikap-sikap tertentu. Misalnya terdapat berita bencana alam, hal ini dapat menggugah hati pemirsa untuk ikut membantu para korban dengan cara-cara tertentu.

Televisi sebagai media menghibur, selalu menghadirkan berbagai macam hiburan, seperti acara konser musik, acara komedi, ataupun acara lainnya yang tentu saja menghibur.

Siaran televisi sesuai dengan sifatnya yang dapat diikuti secara audio dan visual (suara dan gambar) secara bersamaan oleh semua lapisan masyarakat, maka siaran televisi tidak dapat memuaskan semua lapisan masyarakat. Siaran televisi dapat membuat kagum dan memukau sebagian penontonnya, tetapi sebaliknya siaran televisi dapat membuat jengkel dan rasa tidak puas bagi penonton lainnya. Suatu program mungkin disukai oleh masyarakat terdidik, namun program itu akan ditinggalkan oleh kelompok masyarakat lainnya. (Morissan, 2008: 12).

2.1.4 Frekuensi

Michael Faraday (1791-1867) dan James Clerk Maxwell (1831-1979) adalah dua ilmuwan asal Inggris yang mempelajari gelombang elektromagnetik yang merupakan gelombang untuk mengirim gambar dan suara dari satu tempat ke tempat lain. Sarjana Jerman Heinrich Rudolf Hertz (1857-1894) adalah ilmuwan pertama yang sukses melakukan percobaan transmisi gelombang elektromagnetik, walau masih dalam jarak terbatas. Namun lewat tangan ilmuwan Italia Guglielmo Marconi (1874-1937) sinyal radi sukses dikirim menyebrangi Samudra Atlantik pada tahun 1901.

(32)

Setiap gelombang elektrmagnetik memiliki frekuensi tertentu. Secara umum frekuensi dapat diidentifikasikan sebagai jumlah pengulangan getaran dalam satu detik yang dihitung dengan satuan cycle atau Hertz. Suara yang dapat diterima telinga manusia, memiliki frekuensi yang sangat rendah, yaitu antara 20 Hz hingga 20.000 Hz. Frekuensi antara 20 Hz sampai 20.000 Hz disebut frekuensi audio, karena pendengaran manusia umumnya dibatasi pada frekuensi tersebut. secara umum frekuensi ini dibagi-bagi atau dikelompokkan ke dalam kelompok frekuensi (blok frekuensi), mulai yang terendah hingga tertinggi dan berlaku secara internasional sebagai berikut:

10-30 KHz : very low frequency (VLF) 30-300 KHz : low frequency (LF) 300-3000 KHz : high frequency (HF) 3000-30.000 KHz : very high frequency (VHF) 30-300 MHz : ultra high frequency (UHF) 300-3000 MHz : super high frequency (SHF) 3000-30.000 MHz : extremely high frequency (EHF)

Blok frekuensi itu kemudian dibagi lagi menjadi bagian-bagian frekuensi yang lebih kecil yang dinamakan saluran atau kanal frekuensi (channel) yang digunakan suatu stasiun untuk melakukan penyiaran. Kanal frekuensi merupakan satuan terkecil dari spektrum frekuensi yang ditetapkan untuk suatu stasiun penyiaran. Di Indonesia, penetapan (assignment) pita frekuensi radio atau kanal frekuensi ialah otorisasi yang diberikan oleh suatu administrasi, dalam hal ini menteri kepada suatu stasiun radio untuk menggunakan frekuensi radio atau kanal frekuensi radio berdasarkan persyaratan tertentu. (Morissan, 2008).

2.1.5 Frekuensi dalam Undang-Undang Penyiaran

(33)

frekuensi radio merupakan sumber daya alam terbatas dan merupakan kekayaan nasional yang harus dijaga dan dilindungi oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945”.

Gambar 2.1

Mukadimah UU Penyiaran No.32 Tahun 2002

Sumber:

Frekuensimilikpublik.org (akses terakhir 7 April 2014)

Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 merupakan dasar utama bagi pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Semangatnya adalah pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan independen yang bebas dari campur tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan.

(34)

yaitu Diversity of Content (prinsip keberagaman isi) dan Diversity of Ownership (prinsip keberagaman kepemilikan).

2.1.6 Tayangan Televisi

Tayangan adalah sesuatu yang ditayangkan (dipertunjukkan); pertunjukan (film

dan sebagainya). (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 1151). Jadi tayangan dapat

diartikan sesuatu yang dipertunjukkan kepada khalayak baik berupa film, berita, hiburan

dan sebagainya, melalui suatu media elektronik yang dapat menampilkan gambar dan

suara (media audio-visual) dalam hal ini adalah televisi. Tayangan pada televisi adalah

sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara

melalui kabel dan ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan

suara kedalam gelombang elektrik dan mengkorversinya kembali kedalam cahaya dan

suara yang dapat di dengar.

Program televisi ialah bahan yang telah disusun dalam suatu format sajian

dengan unsur video yang ditunjang unsur audio yang secara teknis memenuhi standar

estetik dan artistik yang berlaku (Sutisno, 1993: 9). Setiap program televisi punya

sasaran yang jelas dan tujuan yang akan dicapai. Ada lima parameter dalam penyusunan

program siaran televisi, diantaranya yaitu:

1. Landasan filosofis

Yang mendasari tujuan semua program; Landasan yangmenyangkut segala

macam program ialah Pancasila dan UUD 1945. landasan ini tetap, sedangkan aspek

hukum dan operasional program televisi perlu bersifat luwes

dalam rangka mengantisipasi pengalaman dan teknologi baru, serta motivasi

yang terjadi sewaktu-waktu.

2. Strategi penyusunan program

Sebagai pola umum tujuan program; Pola strategi penyusun program lebih

menyangkut kepola pencapaian tujuam program secara umum.

3. Sasaran program

Penyiaran suatu program mempunyai strata sasarannya, termasuk adat dan

kebiasaan.

4. Pola produksi

Menyangkut garis besar isi program; Karakteristik program dipolakan oleh sifat

waktu, tempat, dan suasana.

(35)

Pencapaian usaha yang optimum. Suasana program dipengaruhi oleh komposisi

usia, jenis kelamin, profesi, tingkat pendidikan dan persepsi (Sutisno, 1993: 10-11).

Program tayangan televisi adalah suatu tayangan yang menampilkan gambar

yang bisa dilihat dan suara yang bisa didengar yang bertujuan untuk memberikan

informasi, hiburan, dan pendidikan pada khalayak pemirsa. Televisi mampu

memberikan program tayangan yang berbeda-beda kepada khlayak pemirsa, sehingga

khalayak dapat dengan mudah mencari mana tayangan yang disukai. Dengan demikian

semakin berkembangnya media massa khususnya televisi, semakin memberikan ruang

bagi khalayak pemirsa untuk memperoleh informasi, pendidikan, maupun hiburan yang

di inginkan, serta televisi mampu mempengaruhi khalayak pemirsa dalam membentuk

kepribadian.

Kata program berasal dari bahasa Inggris, “programme” atau “program”

yang artinya acara atau rencana. Program diartikan sebagai segala hal yang

ditampilkan distasiun televisi untuk memenuhi kebutuhan audiensnya dalam

Morrisan (2008:199). Setiap harinya, televisi menyajikan berbagai jenis program

yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya beragam. Pada sadarnya apa saja yang

dapat dijadikan sebagai program, yang terpenting adalah disukai oleh audiens, tidak

bertentangan dengan norma kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Didunia

pertelevisian, program merupakan unsur yang sangat penting, karena program yang

disiarkan memiliki dampak yang luas terhadap masyarakat. Untuk itulah bagian

program merupakan tulang punggung dari suatu stasiun televisi yang mempunyai

tugas harus merencanakan program dengan matang, karena apapun yang disiarkan

oleh bidang program ditujukan oleh audiensnya, oleh sebab itu wajar bila

disebutkan Broadcasting is Planning atau Televisi is Planning, karena semua acara

yang disiarkan oleh stasiun televisi merupakan acara yang telah direncanakan

sebelumnya dan jarang sekali terjadi acara yang insidetil atau tiba – tiba langsung

dilakukan pembuatan acaranya.

Program televisi dapat diartikan juga sebagai hasil jasa atau hasil produksi dari

suatu perusahaan televisi. Menurut Pringle, Starr dan Mc. Cavitt (1991:18-19), meskipun

terdapat perbedaan – perbedaan program televisi yang diproduksi antara satu stasiun televisi

dengan stasiun televisi lainnya, program dari stasiun televisi tersebut ditentukan oleh empat

faktor yaitu:

(36)

Audience atau pemirsa itu sendiri yang memilih atau mencari stasiun televisi yang

disenanginya untuk setiap programnya. Pemirsa atau penonton boleh tebuka

kepada isi acara atau iklan layanan masyarakat dan pengumuman promosi, tetapi

tujua utamanya adalah mengamati isi program yang memuaskan kebutuhan pada

waktu tertentu.

2. The Broadcaster

Mereka yang bertanggung jawab untuk mengoperasikan keuntungan stasiun televisi

untuk kepentingan pemiliknya. Makin banyak audiensnya makin besar

keuntungan yang dapat direalisasikan.

3. The advertiser

Dimana pelaku tertarik untuk menggunakan jasa televisi untuk membawa suatu

produk atau atau jasa yang ditujukan untuk khalayak.

4. The Regulator

Pemerintah dan dan beberapa agen khususnya FCC (Federal Communication

Commision) seperti di Indonesia KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) atau yang diatur

dengan undang – undang penyiaran. Tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa

stasiun televisi yang dioperasikan adalah untuk melayani kepentingan publik.

2.1.7 Ruang Publik

2.1.7.1 Definisi Ruang Publik

Menurut KBBI, Ruang adalah rongga yg berbatas atau terlingkung oleh bidang, rongga yg tidak berbatas, tempat segala yg ada: sejak dulu para ahli pikir kerap memperbincangkan soal dan waktu, sedangkan Publik adalah orang banyak (umum); semua orang yg datang (menonton, mengunjungi, dsb). Jadi, secara harfiah Ruang Publik adalah rongga tempat segala yang ada dan dimilki oleh orang banyak.

(37)

keterlibatan dan ruang sosial tertentu yang menyangga kerja sama dan koordinasi civitas, terutama dalam interaksi antara kota besar dan ekonomi global”.

Berbeda pula dengan pengertian ruang publik bagi para ekonom mainstream. Ruang public lebih menunjuk pada “kapasitas sosial pemerintah

untuk menjadi manajer yang efektif dalam bidang-bidang di mana mekanisme pasar bebas (free-market mechanism) jelas-jelas gagal (market failure) dan distorsi sosial yang muncul sebagai akibat perluasan komersialisasi semakin banyak bidang kehidupan” (Rodrik, 1997: 51). Para ekonom umumnya melihat ruang publik sebagai bidang-bidang seperti lingkungan hidup, kesehatan masyarakat, pendidikan dan bidang-bidang lain yang dianggap pengadaannya sebagai tugas pemerintah, bukan swasta.

Pengertian ruang publik dalam ilmu kebijakan (policy sciences) adalah istilah lain dari “bidang layanan publik” (public services). Hal ini dekat dengan konsep dari ekonomi mainstream, terlihat dari apa yang dianggap sebagai bidang cakupan ruang publik, yaitu bidang-bidang seperti infrastruktur jalan, jembatan, taman, keamanan, jarring pengamatan, pendidikan, kesehatan masyarakat, dan semacamnya. Jika kita melihat dalam berbagai refleksi budaya, ruang publik mengacu pada gugus-gugus keyakinan, pandangan, dan praktik yang menyangkut sikap, wacana, cara berpikir dan cara merasa kolektif, selera serta corak keberadaban (civility) yang berlangsung dalam interaksi sosial (Eagleton: 2003).

Menurut Fukuyama (1995) dalam Priyono&Herry (2010:328) pada refleksi sosiologis, konsepsi ruang public lebih mengacu pada jaringan trust dan resiprositas yang menentukan hidup-matinya (dan ada- tidaknya) kohesi sosial suatu masyarakat. Dapat dikatakan juga bahwa ini merupakan konsepsi yang mengacu pada ciri dan kadar sosial (the social) suatu masyarakat (Durkheim, 1964).

(38)

Dari beberapa perspektif diatas dapat kita simpulkan secara positif ruang publik dapat kita rumuskan sebagai ranah, asset, barang, jasa, ruang, yang kinerjanya menjadi penyangga sifat sosialnya suatu masyarakat yang membuat masyarakat tersebut berevolusi dari sekedar crowd menjadi society. Ruang publik bukan hak prerogatif pemerintah, dan keberadaannya pertama-tama tidak untuk diperjual-belikan melalui mekanisme pasar bebas. Dengan demikian, bukan hanya taman kota atau lingkungan hidup, melainkan juga acara-acara televisi swasta merupakan “ruang publik”. (Priyono&Herry, 2010:328).

Mengerucutkan definisi Ruang Publik menurut satu bidang kajian adalah jalan pintas untuk keluar dari berbagai definisi yang justru dapat menyesatkan kita. Cara ini dapat berguna bagi fokus berfikir namun kurang menampilkan realitas atas apa yang terjadi. Kelonggaran arti “ruang publik‟ sendiri bukanlah hal yang dapat dihindari. Karena „ruang publik‟ sesungguhnya adalah arena terbuka yang diperebutkan. Karena merupakan sesuatu yang diperebutkan maka ia dapat dibuat menjadi apa saja dan digiring kemana saja.

2.1.7.2 Sosok – Sosok Kekuasaan Ruang Publik

Setelah mengetahui berbagai definisi mengenai „ruang publik‟, maka selanjutnya kita dapat menentukan sosok-sosok kekuatan yang dapat menentukan watak dari „ruang publik‟ tersebut. Ruang publik sendiri bukanlah hak prerogatif pemerintah melainkan ranah maupun asset yang kinerjanya menjadi penyangga watak sosial suatu masyarakat dan tidak untuk diperjualkan secara bebas dengan mekanisme pasar.

(39)

Gambar 2.2

Sosok-sosok kekuasaan dan Ruang Publik

Sumber: (Priyono&Herry, 2010: 379)

Dari gambar tersebut dapat kita lihat bahwa pemerintah bukanlah satu-satunya penentu kekuatan ruang publik. Terlihat munculnya sosok-sosok kekuasaan baru yang secara nyata mengubah tata kekuasaan dalam masyarakat. Dalam kaitannya dengan media televisi di Indonesia dewasa ini, televisi merupakan salah satu locus publicus yang kian hari semakin menjadi salah satu penentu isi kultural suatu masyarakat dalam berbagai kajian budaya baik selera, cara berfikir hingga sikap. Secara khusus didalam kasus yang menjadi fokus penelitian saya, terdapat beberapa sosok yang menunjukkan kekuasaannya, diantaranya:

- Bisnis

Pasar merupakan salah satu kekuatan yang tidak dapat kita pungkiri pengaruhnya dalam produksi sebuah stasiun televisi. Pada akhirnya dengan atau tanpa memandang keberadaan integritas dari sebuah stasiun televisi maupun jurnalis yang bernaung didalamnya, keuntungan tetap menjadi sebuah tujuan.

- Tren Global

Pengaruh dari kekuatan trend global tentu saja bagaimana sebuah hal mewabah dikalangan masyarakat dan menjadi sesuatu yang dicari-cari. Kekuatan sebuah tren untuk mengubah persepsi masyarakat tidak perlu kita ragukan lagi.

(40)

Media dalam hal ini yaitu televisi benar-benar mampu mengubah kadar civility suatu masyarakat. Maka sesungguhnya kita harus benar-benar memperhatikan apa yang ditayangkan oleh televisi.

- Civil Society

Civil Society dalam hal ini, yaitu Komisi Penyiaran Indonesia adalah pihak yang memiliki kekuatan untuk mengawasi tayangan-tayangan yang merupakan output dari media. Tidak hanya mengawasi, KPI juga dapat menghentikan tayangan yang menurut mereka melanggar peraturan sebagaimana yang telah di atur.

2.1.7.3 Asal Usul Lahirnya Ruang Publik Borjuis

Pada dasarnya, sebuah Negara dibangun berkat pajak yang dibayar oleh penduduknya, dimana birokrasi keuangan adalah inti dari administrasinya. Disini, terjadi pemisahan antara kekayaan pribadi seorang penguasa dengan apa yang dimiliki oleh Negara. Jurang pemisah tersebut kemudian menjadi sebuah ruang lain yang dikenal sebagai ruang publik. Demi kelangsungannya, Negara terus melakukan kontak dengan mereka yang mengatur lalu lintas barang dan lalu lintas berita (antara pasar saham dan pers). Ruang publik kemudian menjadi suatu objek nyata, bertentangan dengan siapapun yang berusaha menguasainya ataupun yang berusaha meraup keuntungan darinya. Karena orang-orang yang tidak memegang jabatan apapun sebaiknya dihapuskan dari ruang publik.

Schumpeter dalam (Habermas, 2007:29) mengatakan bahwa bentuk-bentuk lama yang memenjarakan setiap orang ke dalam sistem tujuan-tujuan supra individual ini telah mati, dan bahwa setiap ekonomi keluarga individual telah menjadi pusat eksistensinya, sehingga yang lahir kemudian adalah ruang privat sebagai sebuah entitas yang berbeda sepenuhnya dengan ruang publik. Sisi ini, proses reproduksi ekonomi hanya sekilas mewakili relevansi ruang publik.

(41)

Dalam tatanan politis dan sosial yang sedang berubah selama fase merkantilis dari kapitalisme ini, pers mampu menciptakan suatu daya ledak yang unik. Jurnal-jurnal pertama dinamai „jurnal-jurnal politik‟ terbit sejak abad ke -17. Saat itu, hubungan surat-menyurat privat mengandung berita-berita detail dan terkini mengenai Perjamuan kerajaan, hasil panen, perdagangan luar negeri dan lain-lain. Namun, hanya sedikit dari banyaknya informasi tersebut yang boleh dicetak menjadi jurnal. Artinya, di satu sisi „jurnal-jurnal politik‟ ini hanya merespons kebutuhan para saudagar, dan mereka pun benar-benar membutuhkan jurnal-jurnal ini. Karena ketergantungan pertukaran privat berita-berita pada laporan publik ini, hanya berita yang tidak begitu penting saja yang boleh lolos dari pengendali sensor jurnal tersebut. kalau begitu, sebenarnya informasi yang menjadia milik publik sebenarnya disusun dari elemen residual dari sebuah realita yang tengah berlangsung. Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa berita-berita seperti ini yang didistribusikan secara besar-besaran dan dapat diakses secara umum. Dengan kata lain benar-benar menjadi milik publik.

Ruang publik borjuis dapat dimengerti, di atas segalanya, sebagai ruang masyarakat privat (sphere of private people) yang berkumpul bersama sebagai sebuah publik. Mereka mengklaim bahwa ruang publik ini diregulasi dari atas guna melawan otoritas publik. Inilah yang lantas menyeret mereka masuk ke dalam perdebatan seputar kaidah-kaidah umum yang mengatur hubungan-hubungan di dalam ruang pertukaran komoditas dan ruang kerja sosial yang secara mendasar telah terprivatisasi meski secara publik masih relevan. (Habermas, 2007: 41)

2.2 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan diatas, maka untuk lebih memudahkan operasionalisasi dalam memecahkan masalah perlu dibuat variabel dalam penelitian:

Tabel 2.1 Variabel Penelitian

(42)

1.Frekuensi Sebagai

Defenisi variabel operasional bukanlah defenisi konsep yang diajukan para ahli, tetapi sudah merupakan defenisi yang lebih operasional tentang variabel itu sendiri, dan tentu saja bagaimana mengukur variabel itu (Idrus, 2008:12). Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang dapat didefenisikan, antara lain:

2.3.1 Frekuensi Sebagai Ruang Publik

a. Bisnis, yakni berorientasi kepada apakah para siswa-siswi mengetahui bahwa lewat tayangan “Kamulah Takdirku” yang dibuat oleh pihak RCTI maka hak mereka sebagai pemilik frekuensi telah diperjual-belikan, yang sebenarnya melanggar aturan.

b. Tren Global, yakni untuk melihat bagaimana para siswa-siswi memandang sebuah tren yang sedang diciptakan oleh pihak media, yaitu menayangkan acara resepsi pernikahan artis yang kurang penting bagi mereka secara live di televisi c. Media, yakni berorientasi pada bagaimana siswa-siswi tersebut sebagai publik

memandang media, dalam hal ini RCTI sebagai stasiun TV yang mencederai hak mereka sebagai pemilik frekuensi.

(43)

2.3.2 Tayangan Live “Kamulah Takdirku” di RCTI

a. Durasi Menonton, yakni apakah responden menonton seluruh rangkaian tayangan atau hanya menyaksikan sekilas.

b. Penyajian Informasi, yakni bagaimanakah responden menilai tayangan tersebut, melalui informasi-informasi yang disajikan.

c. Penggunaan Bahasa, yakni bagaimana responden melihat bahasa yang digunakan dalam tayangan ini.

d. Kelengkapan Informasi, yakni bagaimana kelengkapan informasi dari tayangan ini, apakah menjawab rasa penasaran responden akan resepsi pernikahan Raffi Ahmad & Nagita Slavina.

2.3.3 Karakteristik Responden

a. Jenis Kelamin, yakni responden berjenis kelamin laki-laki atau perempuan. b. Usia, yakni rentang umur responden penelitian.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMA Swasta Taman Siswa, Jl. Deblod Sundoro No 9, Kelurahan Rambung, Kecamatan Tebing Tinggi Kota, Tebing Tinggi.

3.1.1 Sejarah Singkat Perguruan Taman Siswa

Taman siswa merupakan sebuah perguruan yang bercorak nasional yang pertama kali berdiri di Indonesia, perguruan ini berdiri pada tanggal 3 juli 1922 dan didirikan oleh seorang keturunan kraton Yogyakarta yang bernama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat yang kemudian saat genap berumur 40 tahun beliau mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara, pergantian nama ini dimaksudkan agar beliau lebih dekat dengan rakyatnya.

(44)

sebanyak 24 jam setiap harinya untuk memberikan pelayanan kepada anak didik sebagaimana orang tua yang memberikan pelayanan kepada anaknya.

Sistem Among tersebut berdasarkan cara berlakunya disebut Sistem Tut Wuri Handayani. Dalam sistem ini orientasi pendidikan adalah pada anak didik, yang dalam terminologi baru disebut Student Centered. Di dalam sistem ini pelaksanaan pendidikan lebih didasarkan pada minat dan potensi apa yang perlu dikembangkan pada anak didik, bukan pada minat dan kemampuan apa yang dimiliki oleh pendidik. Apabila minat anak didik ternyata akan ke luar “rel” atau pengembangan potensi anak didik di jalan yang salah maka pendidik berhak untuk meluruskannya.

Untuk mencapai tujuan pendidikannya, Taman Siswa menyelanggarakan kerja sama yang selaras antar tiga pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan perguruan, dan lingkungan masyarakat. Pusat pendidikan yang satu dengan yang lain hendaknya saling berkoordinasi dan saling mengisi kekurangan yang ada. Penerapan sistem pendidikan seperti ini yang dinamakan Sistem Trisentra Pendidikan atau Sistem Tripusat Pendidikan.

Pendidikan Tamansiswa berciri khas Pancadarma, yaitu Kodrat Alam (memperhatikan sunatullah), Kebudayaan (menerapkan teori Trikon), Kemerdekaan (memperhatikan potensi dan minat maing-masing indi-vidu dan kelompok), Kebangsaan (berorientasi pada keutuhan bangsa dengan berbagai ragam suku), dan Kemanusiaan (menjunjung harkat dan martabat setiap orang).

3.1.2 Sejarah Singkat SMA Taman Siswa Tebing Tinggi

(45)

Pada tahun 1939 terjadi peralihan pimpinan kedua kepada Ki Sudarminto yang melewati periode selama lima tahun (1939-1943) artinya secara organisasi kecukupan masa periode terpenuhi setelah Jepang masuk ke Indonesia tampuk pimpinan dilarikan kepada pemuda potensi pada ketika itu yang bernama Ki Deblod Sundoro, namun sayang pada tanggal 13 Desember 1945 Ki Deblod Sundoro terbunuh oleh Jepang bersama teman pemuda lainnya. Masa kekelaman di Tebing Tinggi berlangsung cukup lama sehingga terjadi kekosongan pucuk pimpinan. Melalui kebijakan organisasi dilakukan pemilihan dan mengangkat Ki Rasyid Syafii pada tahun 1947. Selama dua periode sampai 1957 dan terjadi kekisruhan organisasi dan akhirnya diambil alih oleh pembimbing Subariah yaitu Ki Sugondo Kartoprdjo dari Medan selama 2 tahun (1957-1959) selanjutnya periode 1960-1971 dipimpin oleh Ki Mugiono dan terjadi perkembangan pesat dengan didirikan bagian STM, SMEA, TK, sebagai pelengkap.

Melalui kegiatan pendidikan dapatlah dirasakan oleh masyarakat bahwa Taman Siswa adalah satu-satunya perguruan Nasional yang dapat memenuhi tuntutan pendidikan di Tebing Tinggi. Selanjutnya Ki Mugiono dipromosikan sebagai pengurus majelis Luhur di Yogyakarta maka terjadi peralihan pimpinan kepada Ki Syahlan selama satu periode 1992-1997. Pimpinan berikutnya beralih kepada Ki Djalmardi selama 5 tahun (1997-2001). Pada masa peride ini Perguruan Taman Siswa Tebing Tinggi menjadi perguruan terbesar di seluruh cabang Taman Siswa Di Indonesia dengan jumlah siswa kurang lebih 6000 orang. Jumlah siswa terbesar selanjutnya pada periode zaman pimpinan Ki Muhammad Ardi (2001-2006) yang didominasi oleh siswa SMA Taman Madya dengan jumlah kelas 33. Artinya kedua masa periode diatas dianggap sebagai masa kejayaan perguruan Taman siswa Tebing Tinggi.

Gambar

Gambar 2.1 Mukadimah UU Penyiaran No.32 Tahun 2002
Gambar 2.2 Sosok-sosok kekuasaan dan Ruang Publik
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Sampel Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

CAROL CARBINIUS GINTING : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Passing Bawah Bola Voli Dengan Menggunakan Metode VAK Pada Siswa Kelas X SMA Swasta Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi

Ari Novita, NIM 2113111004, Pengaruh Media Tayangan Televisi House and Living Terhadap Kemampuan Menulis Teks Prosedur Kompleks Siswa Kelas X SMA Swasta Nur Azizi Tanjung Morawa

Maka kesimpulan penelitian ini bahwa tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri Surabaya khususnya siswa anggota pengurus OSIS yang telah mendapatkan sosialisasi dari

Sikap siswa- siswi SMA Swasta Teladan Binjai berdasarkan tingkatan kelas diketahui bahwa di kelas X sebanyak 16 orang (66,7%) memiliki sikap yang baik, 8 orang (33,3%)