• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Interaksi Sosial Siswa-Siswi Berbeda Agama : Studi Analisa Deskriptif di Yayasan Perguruan Raksana SMA Swasta Raksana Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pola Interaksi Sosial Siswa-Siswi Berbeda Agama : Studi Analisa Deskriptif di Yayasan Perguruan Raksana SMA Swasta Raksana Medan"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

POLA INTERAKSI SOSIAL SISWA/I BERBEDA AGAMA

( Studi Analisa Deskriptif : Yayasan Perguruan Raksana SMA Swasta Raksana Medan )

D I S U S U N Oleh:

Nama : Otto Gultom

Nim : 040901032

Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Departemen Sosiologi

Lembar Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Otto Gultom

NIM : 040901032 Departemen : Sosiologi

Judul : Pola Interaksi Sosial Siswa-Siswi Berbeda Agama

studi analisa deskriptif di Yayasan Perguruan Raksana SMA Swasta Raksana Medan.

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Sosiologi FISIP USU

Dra.Marhaeni Munthe, M.Si

NIP: 196305261990032001 NIP: 196603181989032001 Dra. Lina Sudarwati, M.Si

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dengan Judul “Pola Interaksi Sosial Siswa-Siswi yang Berbeda Agama ( studi analysa deskriptif : Yayasan Perguruan Raksana SMA Swasta Raksana Medan”.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta (Alm) SMP. Gultom dan Ibunda ercinta R. br Siahaan dan seluruh anggota keluarga yang saya kasihi atas semua doa, kasih sayang, pengertian, pengorbanan yang tulus serta dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya tanpa ada campur tangan dari semua pihak. Penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan sumbangsih kepada penulis yakni:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati M.Si, Selaku Ketua Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Hardiana Marhaeni Munthe, Msi, selaku dosen pembimbing

penulis yang telah banyak memberikan pemikiran yang baik tehadap

penulis, selalu memberikan ide dan meluangkan waktunya yang sibuk

kepada penulis yang dengan penuh kesabaran membimbing penulis dari

awal hingga akhir penulisan skripsi ini selesai.

4. Bapak Drs. T. Ilham Saladin selaku Dosen Wali penulis yang begitu baik

dan turut membantu penulis dalam hal penulisan skripsi ini.

5. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

atas dukungan doa, semangat dan bantuannya kepada Abang ( Januar

Gultom dan Rotua Sinaga, Yudhistira Gultom, Andika Gultom, dan Anto

Gultom) juga Kakak, penulis ( Elisabeth Gultomdan S. Sitompul,

Yosephine Gultomdan H. Sitorus dan Nela Gultoma H. Siagian )tercinta

atas semua dukungan nya Jesus Bless Us Brad n Sista` Love u All.

6. Hal yang sama juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat penulis

(4)

penulisan skripsi ini Wildan A. Lubis, Azhari, Wendi Abidin, Robin

Tobing “ rere “, Rudianto, Ihsan, Eko Rusadi, Heru, serta semua

teman-teman Sosiologi Stambuk 2004 (Kamus 04 ) yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu, terima kasih banyak kawan, terimakasih buat

kebersamaan, perjuangan, dukungan dan semangatnya.

7. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada

teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat dari anak kost

Berdikari 18 Langlang Buana Sihombing, Kopyt, Amran ( Unedo ), Amir,

Jefri, Hardi Situmeang, Kennedy, Edo Mammo, Jhon, Marganti Tobing,

Takaz”Alay”, Gettus” Karas Maralus” dan Sumihar ( Ciar ) dan Gamers :

Sauth “PT|Pro Carew”, Rhey “ PT|Pro Beibe” dan Jocho Cole ( Klan Putra

Toba) .

8. Dan yang tidak terlupakan saya ucapkan terima kasih kepada orang yang

sangat saya cintai dalam hidup saya yaitu LOISE “ kodeng “ MANUELA

yang sangat-sangat membantu dan memotivasi saya tanpa rasa lelah dan

patah semangat denga kasih dan sayang. love u beb .. : )

9. Kepada seluruh informan dalam penelitian ini, Kepala Sekolah dan

Guru-guru dan juga buat pak Adi (KTU) dan adik-adik Siswa-siswi kelas 1, 2, 3

SMA Swasta Raksana penulis mengucapkan terimakasih banyak atas

kerjasama dan dukungannya serta semua pihak yang turut membantu

dalam penelitian ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, untuk kelas 3

semoga lulus yah UAN nya.

10.God Bless You All, Thanks.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin mencurahkan tenaga dan pikiran dalam penulisan skripsi ini, akan tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua.

Medan, Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR...……….i

DAFTAR ISI……… iii

ABSTRAKSI………vii

BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. ... 1

1.2. Perumusan Masalah . ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II: KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agama Dalam Kehidupan Bermasyarakat ... 10

2.2. Interaksi Sosial ... 11

2.3. Interaksi Sosial dari Segi Keagamaan ... 18

2.4. Pola Adaptasi ... 26

2.5. Defenisi Konsep ... 27

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 29

3.2. Lokasi Penelitian ... 30

3.3. Unit Analisis dan Informan ... 30

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.5. Interpretasi Data ... 32

3.6. Jadwal Kegiatan ... 33

(6)

BAB IV: DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35

4.1.1. Profil Sekolah SMU Swasta Raksana Medan ... 35

4.1.2. Struktur Organisasi ... 36

4.1.3. Keadaan Guru dan Siswa ... 37

4.1.4. Sarana dan Prasarana Pendidikan di Sekolah ... 41

4.1.5. Visi dan Misi ... 41

4.1.6. Kegiatan Ekstrakurikuler dan Organisasi ... 42

4.2. Profil Informan ... 44

4.2.1.Pola Interaksi Sosial Antar Siswa-Siswi di Lingkungan Sekolah ... 46

4.2.2.Bentuk Interkasi Sosial dari Segi Keagamaan ... 58

4.3. Proses Adaptasi Siswa-Siswi yang Berbeda Agama ... 65

4.3.1. Perilaku Adaptasi ... 65

4.3.2. Tindakan Strategis ... 66

4.4. Bentuk Kerukunan Beragama Antar Siswa-Siswi ... 72

BAB V: PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 74

5.2. Saran ... 76

(7)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1 : Jadawal Kegiatan ... 33

Tabel 2 : Jumlah Guru di SMA Swasta Raksana menurut Status Kepegawaiaannya dan Jenis Kelaminnya……… ... 38

Tabel 3 : Keadaan Siswa Berdasarkan Agama ... 39

Tabel 4 : Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkatan Kelas Secara Keseluruhan ... 40

Tabel 5 : Sarana dan Prasarana SMA Swasta Raksana Medan ... 41

Tabel 6 : Kegiatan Ektrakurikuler dan Organisasi di SMA Swasta Raksana Medan……….. ... 43

Tabel 7 : Pola Interaksi Antar Siswa-Siswi ... 51

Tabel 8 : Pola Kerjasama Antar Siswa-Siswi ... 52

Tabel 9 : Pola Kontak Sosial dan Komunikasi Antar Siswa-Siswi ... 53

Tabel 10 : Pola Konflik Antar Siswa-Siswi ... 54

Tabel 11 : Pola Solidaritas Antar Siswa-Siswi ... 55

Tabel 12 : Pola Pergaulan Antar Siswa-Siswi ... 56

Tabel 13 : Pola Persaingan ... 57

(8)

DAFTAR BAGAN

Hal

(9)

ABSTRAKSI

Interaksi Sosial merupakan hal yang sangat penting dan merupakan kunci dalam melakukan sosialisasi dalam kehidupan sosial di lingkungan bermasyarakat. Selama ini interaksi sosial di lingkungan masyarakat menimbulkan jarak sosial dan kesenjagan sosial. Interaksi sosial dapat membentuk asosiasi yang dapat menciptakan integrasi tetapi dapat mengarah kepada disasosiasi atau disintegrasi yang dapat menimbulkan pertentangan, persaingan, dan konflik.

Pelajar atau Siswa-siswi adalah generasi penerus yang merupakan cikal bakal pengganti generasi bangsa yang tidak produktif lagi. Jika selama ini asumsi adanya jarak kesenjangan sosial karena perbedaan Agama, bagaimanakah interaksi sosial yang terjadi di lingkungan Akademis pendidikan khususnya di sekolah SMA Swasta Raksana Medan yang kita ketahui merupakan sekolah yang bersifat umum dan bersifat heterogen yang terdiri dari perbedaan dalam segi multi etnis, agama yang dianutnya, apakah ada kesenjangan sosial diantara mereka ? seperti kita ketahui sekolah tersebut juga merupakan media interaksi yang efektif dan intensif untuk mewujudkan interaksi yang baik karena adanya hubungan sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Temuan data penelitian di lapangan menggambarkan bahwa interaksi sosial yang terjadi antar siswa-siswi yang berbeda agama di SMA Swasta Raksana Medan yang terletak di Jalan Gajah Mada No. 20 Medan cukup baik dengan adanya pola interaksi dalam bentuk kerjasama, persaingan, kontak sosial, komunikasi, pergaulan, solidaritas, dan konflik.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif yang bersifat Deskriptif atau menggambarkan. Teknik penggumpulan data dengan melakukan pra observasi dan pengamatan secara langsung di lapangan, selanjutnya yang menjadi sumber data utama ( data primer dan data sekunder ) dilakukan dengan teknik interview ( wawancara mendalam ) terhadap informan yang telah ditentukan dengan interview guide ( panduan wawancara ).

(10)

ABSTRAKSI

Interaksi Sosial merupakan hal yang sangat penting dan merupakan kunci dalam melakukan sosialisasi dalam kehidupan sosial di lingkungan bermasyarakat. Selama ini interaksi sosial di lingkungan masyarakat menimbulkan jarak sosial dan kesenjagan sosial. Interaksi sosial dapat membentuk asosiasi yang dapat menciptakan integrasi tetapi dapat mengarah kepada disasosiasi atau disintegrasi yang dapat menimbulkan pertentangan, persaingan, dan konflik.

Pelajar atau Siswa-siswi adalah generasi penerus yang merupakan cikal bakal pengganti generasi bangsa yang tidak produktif lagi. Jika selama ini asumsi adanya jarak kesenjangan sosial karena perbedaan Agama, bagaimanakah interaksi sosial yang terjadi di lingkungan Akademis pendidikan khususnya di sekolah SMA Swasta Raksana Medan yang kita ketahui merupakan sekolah yang bersifat umum dan bersifat heterogen yang terdiri dari perbedaan dalam segi multi etnis, agama yang dianutnya, apakah ada kesenjangan sosial diantara mereka ? seperti kita ketahui sekolah tersebut juga merupakan media interaksi yang efektif dan intensif untuk mewujudkan interaksi yang baik karena adanya hubungan sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Temuan data penelitian di lapangan menggambarkan bahwa interaksi sosial yang terjadi antar siswa-siswi yang berbeda agama di SMA Swasta Raksana Medan yang terletak di Jalan Gajah Mada No. 20 Medan cukup baik dengan adanya pola interaksi dalam bentuk kerjasama, persaingan, kontak sosial, komunikasi, pergaulan, solidaritas, dan konflik.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kualitatif yang bersifat Deskriptif atau menggambarkan. Teknik penggumpulan data dengan melakukan pra observasi dan pengamatan secara langsung di lapangan, selanjutnya yang menjadi sumber data utama ( data primer dan data sekunder ) dilakukan dengan teknik interview ( wawancara mendalam ) terhadap informan yang telah ditentukan dengan interview guide ( panduan wawancara ).

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Menurut kodrat alam, manusia dimana-mana dan pada zaman apapun juga selalu

hidup bersama, hidup berkelompok-kelompok. Manusia adalah makhluk sosial dan

makhluk budaya. Manusia selalu ingin melakukan kerjasama dala berinteraksi sosial.

Interaksi itu tidak hanya dipacu oleh dorongan kebutuhan ekonomis, biologis, emosional

dan sebagainya yang mengikat dirinya, melainkan suatu hal yang tidak terbantahkan pada

dirinya. Dengan demikian, ungkapan yang mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk

sosial adalah substansial dan bukan hanya sloganitas.

Dalam sejarah perkembangan manusia tidak dapat hidup menyendiri, terpisah dari

kelompok manusia yang lainnya, kecuali dalam keadaan terpaksa dan itu pun hanya

sementara waktu saja. Sejak manusia itu ada sudah terdapat hasrat untuk berkumpul

dengan sesamanya dalam satu kelompok yaitu masyarakat. Pada hakekatnya manusia

merupakan pribadi yang utuh dan memiliki sifat-sifat sebagai makhluk sosial. Kehidupan

pribadi seorang individu merupakan kehidupan yang utuh, lengkap, memiliki ciri khusus

dan unik yang menyangkut berbagai aspek antara lain emosional, sosial psikologis dan

sosial budaya serta kemampuan intelektual yang terpadu secara integratif dengan faktor

lingkungan kehidupan yang ada.

Lingkungan kehidupan sosial budaya yang mempengaruhi pribadi seseorang

amatlah kompleks, baik itu lingkungan alami atau lingkungan yang alami untuk

(12)

Dua orang anak yang dibesarkan dalam suatu keluarga dapat menunjukkan sifat pribadi

yang berbeda, karena hal itu ditentukan bagaimana mereka berinteraksi dan

menginteraksikan dirinya dengan lingkungannya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

perkembangan setiap individu berbeda-beda sesuai dimana tempat mereka berkembang

dan dibesarkan seperti halnya agama dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

karena dengan adanya agama akan sangat mempengaruhi pola pembentukan sikap anak,

apalagi yang berada di lingkungan akademik yang didalamnya terdapat individu-individu

yang berbeda agama dan keyakinan.

Dalam sejarah perjalanan manusia, agama acapkali tidak selalu artikulatif,

suasana paradok seringkali menyertai kehidupan beragama terlebih lagi jika agama tadi

telah mempolitir agamanya demi kepentingan pribadi. Bila demikian yagn terasa adalah

agama sangat rentan dalam memicu timbulnya prahara. Dengan demikian dapat

digambarkan bahwa ide dasar agama diturunkan oleh Tuhan seolah-olah tidak sesuai

dengan harapan, sebab sarat dengan sentimen-sentimen yang memburamkan tujuan dari

agama tadi yakni pembawa kedamaian. Secara sederhana dapat di gambarkan bahwa

agama yang dianut oleh manusia memiliki tujuan pokok, antara lain terpenuhinya

kebutuhan spritual dan terwujudnya kedamaian ditengah masyarakat.

Al-Ghazali mengatakan bahwa agama itu pada hakikatnya untuk kepentingan

manusia, bukan untuk kepentingan Tuhan, sebab Tuhan tidak memperoleh keuntungan

dari penerimaan manusia terhadap agama. Sebaliknya tidak juga menderita kerugian

karena penolakan manusia terhadap ajakan agama. Jadi, semua keuntungan kerugian dari

penolakan terhadap agama justru kembali kepada diri manusia itu sendiri ( Faridi, 2002

(13)

Manusia yang tidak bisa dipungkiri adalah kecenderungan menerima agama

karena agama mempunyai implikasi yang sangat di butuhkan oleh setiap manusia.

Dengan penganut agama yang berbeda-beda dapat dibina kerukunan hidup antara sesama

umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dapat

meningkatkan potensi dan kemajuan manusia untuk melaksanakan pembangunan yang

berkembang saat ini khususnya ruang lingkup pendidikan.

Seperti yang kita ketahui di negata Republik Indonesia, terdapat berbagai macam

agam. Diantaranya adalah agama islam, kristen protestan, kristen katolik, hindu dan

budha. Semua penganutnya bebas memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing

sesuai dengan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi ” Negara menjamin tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama

dan kepercayaannya.

Ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat manusia sebagai mahluk sosial tidak

bisa lepas dari pendidikan yaitu pendidikan yang didapat secara formal dan non formal.

Pendidikan formal merupakan pendidikan formal merupakan pendidikan yang

diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai

jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,

sampai pendidikan tinggi yang dikelola pihak swasta maupun negeri, sedangkan

pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk

kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab dan

biasanya dikelola pihak swasta.

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bersifat formal terdiri dari

(14)

berbeda-beda dan perbedaan tersebut membuat mereka harus bergaul dan bebaur dalam

mendapatkan dan mengecap pendidikan dalam hal ini si peneliti melihat dari segi

perbedaan agama yang mereka anut.

Sekolah merupakan tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah

keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Sekolah

diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang ada di dalam

kehidupan, dengan kata lain sekolah harus mencerminkan kehidupan sekelilingnya. Oleh

karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan masyarakat

sesuai dengan perkembangan budayanya. Dalam kehidupan modern seperti saat ini,

sekolah merupakan suatu keharusan, karena tuntutan-tuntutan yang diperlukan bagi

perkembangan anak sudah tidak memungkinkan akan dapat dilayani oleh keluarga.

Materi yang diberikan di sekolah berhubungan langsung dengan pengembangan pribadi

anak, berisikan nilai moral dan agama, berhubungan langsung dengan pengembangan

sains dan teknologi, serta pengembangan kecakapan-kecakapan tertentu yang langsung

dapat dirasakan dalam pengisian tenaga kerja.

Dunia pendidikan baik jalur sekolah maupun jalur luar sekolah menyediakan

berbagai jenis program yang relevan dengan jenis tenaga kerja yang ada di lingkungn

masyarakat, karena pada umumnya mereka akan melihat kondisi beragamnya lapangan

pekerjaan di masyarakat yang penuh dengan persaingan dan hal ini akan sangat

mempengaruhi pembentukan sikap anak dalam menentukan pilihan yang pada gilirannya

akan mempengaruhi pemikirannya dalam menentukan jenis pendidikan dan karir yang di

(15)

Pada umumnya terjadinya suatu interaksi sosial berhubungan erat dengan status

sosial, yaitu status sebagai seorang siswa yang bersekolah didalam lingkungan sekolah

yang sama. Dapat diketahui bahwa interaksi sosial merupakan suatu konsep yang dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam interaksi sosial, individu yang bertemu

dengan individu yang lain secara langsung ( tatap muka), atau secara tidak langsung, atau

dengan menggunakan suatu media. Dengan begitu dapat diartikan bahwa interaksi sosial

adalah hubungan timbal balik yang dinamis secara individu denga individu, antara

individu dengan kelompok baik dalam kerjasama, persaingan untuk tujuan tertentu.

Dewasa ini di kota Medan dapat kita lihat masyarakat cenderung memilih sekolah

yang sesuai dengan agama yang dianutnya ( khusus ) dan sekolah yang didominasi oleh

satu agama tertentu supaya hubungan antara mereka dapat berlangsung lancar karena

telah memahami pola interaksi dengan sesamanya. Disekolah yang hanya didominasi satu

agama ( khusus ) mereka dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan mudah karena

mereka beranggapan bahwa mereka sama dan tidak ada perbedaan. Namun beda halnya

dengan di sekolah umum seperti si SMA Swasta Rakasana yang siswa-siswinya yang

bersifat heterogen harus berbaur dan berinteraksi dengan yang lain agama yang dianutnya

berbeda satu dengan yang lainnya.

Sebagai contoh jika siswa yang memulai pendidikan dilingkungan sekolah yang

bersifat khusus mulai dari tingkat SD sampai dengan tingkat SMP kemudian setelah di

tingkat SMU pindah kesekolah yang bersifat umum atau berbaur dengan siswa-siswi

yang berbeda agama dan keyakinan, yang menjadi pertanyaan adalah bagimana

berinteraksi dan bersosialisasi dengan merubah kebiasaan berbaur dan bergaul dengan

(16)

Bila kita lihat dan dibandingkan dengan interaksi sosial yang terjadi dilingkungan

masyarakat sekarang ini, dimana banyak terjadi konflik. Persaingan dan pertentanga

dimana-mana yang disebabkan berbagai faktor seperti perbedaan agama, keyakinan,

suku, kelas dan status sosial. Dengan adanya perbedaan yang sangat mendasar dan relatif

sensitif dapat memicu pertikaian, persaingan dan konflik sehingga kesenjangan sosial

dan disintegrasi di kehidupan sosial dan kalangan masyarakat, tetapi apakah

permasalahan tersebut bisa muncul dan berdampak dalam dalam pergaulan dan interaksi

yang terjadi pada siswa-siswi di lingkungan pendidikan seperti sekolah?.

Lingkungan akademik seperti sekolah mempunyai peran sebagai media untuk

mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial dan moral para siswa. Suasana di lingkungan

sekolah baik sosial maupun psikologis menetukan proses dan penyesusaian diri.

Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima anak di sekolah akan merupakan bekal

bagi proses penyesuaian diri di lingkungan masyarakat.

Interaksi dari siswa-siswi yang berbeda agama dapat terjadi di lingkungan sekolah

dapat menimbulkan kesenjangan diantara siswa-siswi tersebut, masing-masing dapat

membentuk suatu kelompok sendiri dan komunitas sendiri dan beradapatasi hanya

berbaur dengan yang sepaham atau seiman dengan dirinya, nah dalam konteks ini saya

sebagai peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pola interaksi sosial yang terjadi antara

siswa-siswi yang berbeda agama di SMU Swasta Raksana Medan yang disatukan dalam

suatu lingkungan sosialisasi pendidikan formal yang sama.

Sekolah SMU Swasta Raksana merupakan sekolah yang bersifat umum dan

siswa-siswanya yang heterogen, dimana terdapat multi etnis dan berbeda-beda agama.

(17)

bergaul, berbaur, dan berinteraksi satu dengan yang lainnya walau perbedaan agama yang

dianutnya maka akan berbeda pula sikap dari masing-masing siswa dalam hal

menyesuaikan diri denga siswa yang berbeda-beda.

Sekolah Menengah Atas ( SMA ) Swasta Raksana Medan terkenal dengan tingkat

kedisiplinan, keamanan dan ketertiban di lingkungan sekolah sangat baik, hal ini telah

terbukti dalam hasil pra observasi penulis secara langsung dimana para guru-guru bahkan

kepala sekolah sendiri turut serta dalam hal meningkatkan kedisiplinan setiap

siswa-siswinya. Dalam hal ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Pola

(18)

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pola interaksi antara siswa siswi yang berbeda agama di

sekolah SMA Swasta Raksana?

2. Bagaimana bentuk kerukunan antar umat beragama antara siswa siswi di

SMA Swasta Raksana?

3. Bagaimana proses penyesuaian diri antara siswa-siswi yang bebeda

agamaterhadap pergaulan sehari-hari dilingkungan sekolahnya yaitu SMA

Swasta Raksana?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan bentuk interaksi sosial antara siswa-siswi yang berbeda

agama di SMA Swasta Raksana.

2. Mendeskripsikan bentuk kerukunan antar umat beragama SMA Swasta

Raksana dan,

3. Mengidentifikasikan proses penyesuaian diri antara siswa-siswi yang

bebeda agamaterhadap pergaulan sehari-hari dilingkungan sekolahnya

(19)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan

wawasan mengenai hal yang berkaitan dengan interaksi sosial, sehingga dapat

memberikan bahan pertimbangan bagi pihak yang bersangkutan khususnya dalam

institusi pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti berupa

fakta-fakta temuan di lapangan dalam meningkatkan daya, kritis dan anlisys peneliti sehingga

memperoleh pengetahuan tambahn dari peneliti tersebut. Dan khusunya penelitian

inidapat menjadi referensi penunjang yang diharapkan dapat berguna bagi bagi penelitian

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Agama Dalam Kehidupan Bermasyarakat

Seorang sosiolog asal jerman, Max Weber ( 1864-1920 ) pernah mengungkapkan

bahwa agama cukup berjasa dalam melahirkan perubahan sosial yang paling spektakuler

dalam sejarah peradaban manusia. Agama dianggap mampu memberikan dorongan

terhadap masyarakat untuk melakukan “revolusi”. Tesis ini tentunya bagaikan “mimpi

indah” bagi umat beragama. Namun yang perlu direnungkan kembali, tesis Weber

mengenai agama sebagai motor perubahan sosial “dilahirkan” diatas seratus tahun yang

lalu. Weber bukanlah sosok “masa kini”. Karenanya, kita perlu membuktikan kembali

kebenaran tesis Weber tersebut. Karena nampaknya saat ini kondisinya justru berbalik,

yakni agama lah yang mesti mengejar “kebaruan” dalam pola interaksi sosial yang

terbangun.

Tarik ulur mengenai pola interaksi yang dibangun antara agama dan perubahan

sosial (sosial change) tersebut pada akhirnya membentuk polarisasi pandangan. Pertama,

pandangan yang memposisikan agama sebagai wacana yang harus mengikuti arus kondisi

interaksi manusia. Dengan pemahaman semacam ini berarti agama ditempatkan sebagai

entitas otonom yang “terbebas” dari interaksi sosial disekelilingnya. Kedua, berangkat

dari segudang ‘kegelisahan’ akibat pola interaksi yang dibangun manusia saat ini yang

ditengarai semakin menjauhkan diri dari kontrol agama, sehingga yang harus dilakukan

(21)

Dua polarisasi pandangan tersebut jelas meniscayakan interpretasi yang berbeda

terhadap agama. Di satu sisi, penafsiran terhadap agama harus mengikuti dan

berdialektika dengan mesra terhadap penggeseran struktur sosial, ekonomi dan budaya

manusia. Bukan sebaliknya, agama dijadikan sebagai “aliran instruksi” dalam menyikapi

setiap interaksi manusia yang terjadi disuatu masa dan tempat. Sementara yang lain ingin

menempatkan agama sebagai “coordinator” dan menjadi semacam “inkusisi” atas setiap

problem kemanusiaan yang muncul. Segala problem telah dijawab didalam al-Qu’ran

sebagai pedoman umat islam. Hal ini karena seringnya umat islam mengalami kegagapan

yang cukup luar biasa dalam menyongsong era baru ini. Akibatnya. Terjadi krisis

terhadap agama yang tercerabut nilai-nilai universalitasnya dari realitas kemanusiaan

masyarakat modern. Agama dikembalikan dalam konsepsinya sebagai serentetan ibadah

ritual yang hampa tanpa makna. Agama adalah untuk Tuhan, bukan manusia.

Pada hal, Islam tidak hanya tegak dalam posisinya sebagai agama akan tetapi

sebagai bangunan dari sebuah peradaban yang cukup besar yang menyentuh empat

dimensi kehidupan manusia, yakni ubudiyah (berkaitan dengan soal ibadah), ahwal al

syakhsiyah (keluarga), muamalah (masyarakat) dan siyasah (Negara). Nabi Muhammad

SAW sendiri yang mendapatkan “titah dari Tuhan” ditugaskan untuk membawa dimensi

tersebut dalam menciptakan rahmat bagi seluruh semesta alam. Sehingga sosok Nabi,

tidak hanya sebagai seorang pemimpin agama akan tetapi juga sebagai “aktivis”

(22)

2.2. Interaksi sosial

Interaksi antara berbagai segi kehidupan yang sering kita alami dalam kehidupan

sehari-hari itu akan membentuk suatu pola hubungan yang saling mempengaruhi

sehingga akan membentuk suatu sistem sosial dalam masyarakat.

Faktor-faktor dalam interaksi sosial meliputi faktor sugesti, motivasi. Imitasi,

identifikasi dan simpati. Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi

pandangan atau sikap dari dirinya yang kemudian diterima pihak lain, sedangkan

identifikasi merupakan kecenderungan seseorang untuk menjadi sama dengan yang lain

dan bisa berlangsung secara sadar ataupun tidak sadar. Berbeda dengan identifikasi

proses simpati merupakan proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain dan

dalam hal ini perasaan memegang peranan yang sangat penting walau dorongan

utamanya adalah untuk memahami orang laindan bekerjasama dengannya. Proses

interaksi sosial biasanya didasari berbagai faktor ( waridah, 2001 : 18-20 ), adapun

faktor-faktor yang mendasari terbentuknya interaksi sosial adalah :

1. Sugesti

Sugesti adalah rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan oleh

individu kepada individu yang lain, sehingga yang menerimanya menuruti atau

melaksanakan apa yang disugestikan tanpa berfikir lagi secara kritis dan rasional.

Sugesti dapat diberikan oleh individu kepada kelompok, kelompok kepada

kelompok, atau kelompok kepada seorang individu. Wujud sugesti dapat berupa

berbagai bentuk sikap atau tindakan seperti prilaku, pendapat, saran dan

(23)

2. Motivasi

Motivasi merupakan dorongan, pengaruh rangsangan, atau stimulus yang

diberikan oleh seorang individu kepada individu lain, sehingga orang yang

diberikan sugesti menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara

kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi dapat diberikan dari

individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok, atau kelompok kepada

individu. Wujud motivasi dapat berupa sikap atau prilaku, pendapat, saran, dan

pernyataan.

3. Imitasi

Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang

lain baik sikap, penampilan maupun gaya hidup. Proses imitasi dapat mengarah

kepada hal-hal yang positif atau negatif. Apabila mengarah kepada hal-hal yang

positif dan dampaknya akan positif.

4. Identifikasi

Identifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh individu oleh individu

untuk menjadi sama (identik) dengan individu yang ditirunya. Oleh sebab itu

proses identifikasi erat kaitannya dengan imitasi. Pola meniru sudah begitu erat

sehingga si peniru sudah mengidentifiaksikan dirinya menjadi sama dengan yang

ditirunya.

5. Simpati

Simpati merupakan proses kejiwaan yang merasa tertarik kepada

seseorang atau sekelompok orang karena sikap, penampilan, wibawa atau

(24)

sekelompok orang, atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus, misalnya

pada peringatan ulang tahun kemerdekaan RI, pada saat kenaikan kelas, dll.

6. Empati

Empati sebenarnya mirip dengan perasaan simpati tetapi tidak

semata-mata perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi perasaan organisme tubuh yang

sangat dalam.

Secara sosiologis, manusia terediri dari berbagai etnis-etnis dan budaya yang

saling berbeda dan mengaitkan dirinya satu dengan yang lainnya. Satu bahasa teridiri dari

suku-suku ayng beraneka ragam, masyarakat nya teridiri keluarga-keluarga yang

berrlainan. Jika keragaman dari sistem kehidupan manusia terpulang kepada naungan

suatu kesatuan, maka manusia sebagai salah satu mahluk dari berbagai mahluk yang ada

kembali kemabli pada satu naungan, satu rangkuman, yaitu bukti kesatuan Tuhan Yang

Maha Esa.

Manusia membutuhkan orang lain dalam kehidupan sosial. Manusia mempunyai

naluri untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Dalam hidup manusia atau antara

manusia dengan kelompok terjadi hubungan demi memenuhi kebutuhan hidupnya.

Melalui itu manusia ingin menyampaikan maksud, tujuan dan keinginannya dan

keinginan yang dimaksud diwujudkan melalui hubungan timbal balik yang disebut

dengan Interaksi. Interaksi bisa terjadi apabila individu melakukan tindakan dan perilaku

yang dapat menimbulkan reaksi dari individu-individu yang lain.

Manusia membutuhkan orang lain dalam kehidupan sosial. Manusia mempunyai

naluri untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial tidak terbatas oleh

(25)

pergaulan hidup dan berguna mengantisipasi masalah-masalah yang timbul dalam

masyarakat baik secara pribadi atau kelompok.

Menurut Astrid. S. Susanto interaksi sosial diartikan sebagai hubungan antar

manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan

hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial (

Murdiatmoko, 2003 : 53).

Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik yang dinamis antara individu

dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Adanya

interaksi sosial merupakan naluri manusia sejak lahir untuk bersosialisasi dan bergaul

dengan sesama dimana dalam interaksi itu individu ada kontak dan hubungan yang

merupakan sentuhan fisik yang biasanya disertai dengan adanya suatu komunikasi baik

secara langsung ( tatap muka), secara tidak langsung, atau dengan menggunakan media.

Adapun yang menjadi ciri-ciri interaksi sosial adalah sebagai berikut :

1. Adanya perilaku dengan jumlah lebih dari satu orang.

2. Adanya komunikasi antar pelaku.

3. Adanya dimensi waktu ( masa lampau, masa kini dan masa mendatang )

yang menetukan sifat aksi yang sedang berlangsung ( Waridah, 2001 : 18 )

4. Adanya tujuan dan maksud yang jelas yang ingin dicapai, terlepas dari

sama atau tidaknya tujuan dengan yang diperkirakan oleh si pelaku.

Dalam proses interaksi sosial, manusia secara simbolik mengkomunikasikan arti

terhadap orang lain yang terlibat. Orang lain menafsirkan symbol komunikasi itu

mengorientasikan tindakan balasan mereka berdasarkan penafsiran mereka. Dengan kata

(26)

Talcott parsons (Waridah, 2001 : 10 ) mengatakan bahwa interaksi sosial dapat

membangun kedekatan jarak dan ini akan membuahkan tingkat keintiman antara pelaku

sosial. Dengan keadaan demikian ini berakibat pada sikap saling terbuka untuk saling

memahami, saling menghayati antara satu dengan yang lain. Munculnya pemahaman ini

karena munculnya empaty antara guru dengan muridnya. Parsons juga berpendapat

bahwa tindakan dan interaksi sosial dipengaruhi oleh dua macam orientasi sebagai

berikut :

a. Orientasi Motivasional, yaitu motivasi yang bersifat pribadi, yakni

menunjukkan pada keinginan individu yang bertindak untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

b. Orientasi nilai-nilai yang bersifat sosial yakni orientasi yang menunjukkan

pada standar-standar normatif, misalnya wujud agama dan tradisi setempat,

( Waridah, 2001 : 10 ).

Interaksi merupakan sarana atau alat dalam kehidupan sosial, juga dapat

dikatakan sebagai hubungan yang dinamis antar individu dengan individu, antar individu

dengan kelompok dan antar kelompok dengan kelompok dan interaksi itu dapat telihat

dalam bentuk kerjasama, persaingan dan pertikaian atau konflik.

Menurut Gillin dan Gillin ( Soekanto, 1996 : 67) bentuk-bentuk interaksi sosial

itu dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Kerjasama ( cooperation)

Orang cenderung menyukai pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama

dengan demikian pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan cepat dan rapi

(27)

b. Persaingan ( Competition)

Interaksi sosial tidak hanya berupa hubungan yang harmonis, interaksi sosial

dapat berupa persaingan yang tidak menutup kemungkinan terjadinya suatu

konflik.

c. Pertentangan ( Conflict)

Dalam interaksi individu yang satu dengan yang lainnya akan saling mengetahui

sifat masing-masing karena mereka akan saling menunjukkan keaslian mereka dalam

suatu kerjasama, persaingan dan konflik.

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi bila tidak ada komunikasi dan

kontak sosial ( Pudjiastuti, 2006 : 23 ) :

a. Komunikasi yaitu proses salig memberi tafsiran kepala atau dari perilaku

pihak lain mewujudkan perilaku sebagai reaksi terhadap maksud yang ingin di

sampaikan oleh pihak yang lain dibagi dua yaitu :

1. Komunikasi positif : apabila masing-masing pihak saling memahami

maksud dah tujuan pihak yang lain.

2. Komunikasi negatif : apabila masing-masing pihak tidak saling memahami

maksud dan tujuan masing-masing.

b. Kontak sosial yaitu individu atau kelompok dalam bentuk isyarat yang

memiliki makna bagi sipelaku dan sipenerima membalas denga reaksi.

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak manusia tidak dapat hidup sendirian, ia

selalu berkomunikasi dengan yang lain dan bermasyarakat. Interaksi sosial tidak terbatas

oleh waktu dan tempat, dapat terjadi kapan saja. Interaksi sangat penting dalam

(28)

hubungan-hubungan individu dengan individu maupun individu dengan kelompok dan

interaksi itu didahului oleh suatu kontak yang dengan adanya komunikasi baik langsung

maupun tidak langsung.

Hal-hal yang yang turut mempengaruhi interaksi dalam suatu lingkungan maupun

kehidupan sosial, antara lain :

• Kedekatan : Kita membentuk kelomppok bermain dengan orang lain yang berada

disekitar kita, dimana kelompok bermain itu tersusun antara individu-individu

yang saling berinteraksi semakin dekat semakin mungkin saling melihat, bebicara

dan bersosialisasi. Kedekatan fisik meningkatkan peluang berinteraksi dan bentuk

kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial.

• Kesamaan : Sudah menjadi kebiasaan orang lebih suka berhubungan dengan

orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya yaitu kesamaan minat,

kepercayaan, nilai, usia, ataupun karakter yang lainnya yang memungkinkan

terjadinya interaksi.

2.3. Interaksi Sosial dari Segi Keagamaan

Agama tidak akan mungkin terpisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama

itu sendiri ternyata di perlukan dalam kehidupan bermasyarakat dan di lingkungan

sekolah karena sekolah yang bersifat heterogen terdiri dari agama yang berbeda-beda dan

keyakinan. Fungsi agama dalam dalam kehidupan bermasyarakat akan memeberikan

pengaruh dalam menyatukan masyaraklat, sebaliknya agama juga dapat menjadi

(29)

Agama dalam kehidupan adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan,

atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan

kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

Agama diyakini menjalankan beberapa fungsi dalam masyarakat antara lain :

1. Fungsi Edukatif

Fungsi edukatif merupakan salah satu tujuan utama agama, melalui

pembimbing, ketua, dan kepemimpinanya agama senantiasa memberikan

pengajaran dan bimbingan pada umatnya agar selalu bersikap dan bertindak

sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

pengaajarannya, agama selalu medorong agar setiap individu selalu patuh dan taat

serta mempraktekkan ajaran dan perintah sesuai dengan agamanya. Melalui

kehidupan agamanya, seseorang diajarkan agar dapat tumbuh dewasa dan

mengembangkan kepribadian yang baik sejalan dengan aturan dan nilai-nilai

keagamaanya. Pengajaran juga dilakukan dengan melalui lembaga keagamaan

baik yang bersifat formal seperti sekolah dan universitas maupun yang non formal

seperti perkumpulan dan persekutuan. Atas peran edukatif ini, agama semakin

dipandang sebagai suatu keharusan dalam tindakannya untuk memberikan

kontribusi kepada masyarakat dalam bentuk pengajaran dan bimbingan.

2. Fungsi penyelamatan

Keselamatan dan keamanan hidup merupakan dambaan dan harapan

semua makhluk hidup di dunia. Setiap orang selalu berusaha keras untuk mencari

dan memperoleh keselamatan. Hal ini dilakukan dalam berbagai cara sesuai

dengan keyakinan dan kecocokan masing-masing orang. Agama yang merupakan

pegangan dan pedoman hidup manusia diyakini merupakan jaminan yang paling

utama dalam memperoleh keselamatan. Melalui ajaran agama diajarkan dan

disebutkan cara dan aturan yang harus dipatuhi, diataati, dan dijalankan agar

(30)

agama maka akan diberi keselamatan dan senantiasa mendapatkan perlindungan

dari agama agar terhidar dari segala bentuk ancaman kehidupan seperti bencana,

kecelakaan, dan lain-lain. Fungsi penyelamatan juga mencakup kehidupan

manusia setelah berakhir didunia dan harus memasuki dunia akhirat.

Dengan menjalankan nilai-nilai keagamaan maka orang tersebut akan

mendapatkan “tempat yang bahagia” setelah meninggal. Agar dapat

memperolehnya, agama mengajarkan kepada umatnya agar selalu berbuat baik

sesuai dengan perintah dan nilai-nilai agama sehingga perbuatan baik tersebut

akan membawanya ke “tempat yang bahagia” sesuai dengan perbuatannya selama

di bumi. Agama juga dipercaya dapat memberikan keselamatan kepada manusia

melalui pengampunan dan penyucian atas dosa-dosa yang telah diperbuatnya.

Dengan pertobatan dan kepercayaan terhadap unsur keagamaan maka akan diberi

jaminan keselamatan dan pengampunan bagi mereka yang berniat tulus dan

sungguh-sungguh bertobat.

3. Fungsi pemupuk persaudaraan

Agama bersifat universal dan penganutnya terdapat dimana-mana

dibelahan dunia manapun dan penganutnya berasal dari latar belakang sosial yang

berbeda, suku, ras, warna kulit, gender, derajat sosial, pekerjaan, dan kasta yang

berbeda-beda. Oleh karena itu, agama dapat dikatakan berfungsi memupuk rasa

persaudaraan diantara sesama manusia dalam menjalin hubungan horizontal yang

erat. Dalam kehidupan beragama setiap umat dengan latar belakang dan

kebudayaan yang berbeda dapat bersatu dan bersama-sama menjalankan

nilai-nilai keagamaan secara bertahap dan konsisten.

Meskipun mempunyai banyak perbedaan prinsip dan tingkat pengetahuan,

dalam keagamaan hal itu bukan merupakan penghambat agar umatnya dapat

berinteraksi dan melaksanakan ajaran keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak pertikaian dan perselisihan antar manusia dapat diselesaikan dengan

adanya campur tangan dari agama sehingga pihak yang berselisih memahami

(31)

4. Fungsi transformatif

Ajaran agama dapat merubah kehidupan kepribadian seseorang atau

kelompok menjadi kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama

yang dianutnya itu kadangkala mampu mangubah kesetiaanya kepada adab atau

norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu.

5. Berfungsi sebagai kontrol sosial

Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam

hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun

kelompok, karena :

a. Agama secara instansi merupakan norma bagi para pengikutnya.

b. Agama secara dogmatis (ajaran) mempunyai fungsi kritis yang bersifat

profetis (kenabian).

Sikap toleransi sangatlah penting pada masing-masing umat beragama maka

kerukunan beragama dapat terwujud. Toleransi dalam kehidupan bergama dapat

diartiakan bahwa pemeluk suatu agama dengan pemeluk agama yang lain akan saling

menghargai dan tidak akan memaksakan orang lain untuk memeluk agama yang mereka

anut.

Seperti halnya kerukunan antar umat beragama disuatu sekolah yang terdapat

berbagai macam pemeluk agama yang berbeda-beda didalamnya, terutama para siswanya

yang harus beradaptasi atau menyesuaikan dirinya terhadap teman-temannya yang

berbeda keyakinan. Hal ini dapat dilihat di SMA Swasta Raksana Yayasan Raksana

Medan. Disini tidak hanya terdapat siswa yang beragama Kristen saja, namun banyak

agama lain seperti Islam, Budha, Hindu. Mereka berbaur untuk mendapatkan pendidikan

formal dari bangku sekolah dan semua ini hendaknya dapat menjauhkan sikap

(32)

beragama mempunyai sifat dan ciri yang berbeda satu sama lain, oleh karena itu

disanalah pengkal dari pembinaan kerukunan agar dapat diarahkan menjadi satu dalam

hal pengembangan pedidikan.

Pergaulan sehari-hari yang dilakukan seseorang dengan orang lain ada kalanya

setaraf usianya, ilmu pengetahuannya, pengalaman dan sebagainya, dan ada kalanya

kawan sepergaulan lebih rendah atau lebih tinggi dibidang tertentu. Didalam pergaulan

sehari-hari tentunya terjadi interaksi sosial antara individu yang satu dengan individu

yang lain atau individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok, dan didalam

interaksi itu tentunya tidak terlepas adanya saling mempengaruhi. Hal ini dapat kita lihat

dilingkungan sekolah non muslim, terjadinya interaksi sosial keagamaan antara

siswa-siswi yang berbeda agama, dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama, hal

tersebut dapat terwujud apabila terjadinya kerjasama yang baik dan bersaing secara sehat

dengan tidak saling merugikan, maka seluruh umat beragama yang berada dilingkungan

sekolah tersebut, satu dengan yang lainnya harus hormat-menghormati,

harga-menghargai dan bertoleransi, terutama bagi siswa-siswinya.

Interaksi sosial keagamaan juga dapat menimbulkan konflik apabila didalam

pergaulan antara siswa-siswi disekolah non muslim tersebut tidak saling menghargai,

menghormati dan tidak adanya sikap toleransi antar pemeluk agama yang berbeda.

Kerukunan hidup beragama perlu dimantapkan melalui lembaga pendidikan mulai tingkat

SD hingga SLTA, karena merupakan sarana utama dalam memberikan pemahaman

tentang keberagaman sejak dini pada siswa.

Dalam membina kerukunan antar umat beragama yang menjadi pijakan dan

(33)

mengandung suatu pengertian yang berbeda-beda namun tetap dalam satu kesatuan.

Landasan untuk membina kerukunan antar umat beragama dan penganutkepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia khususnya hal ini terlah diketahui bersama,

landasan faktual maksudnya adalah landasan yang berdasarkan fakta, satu tanah air dan

satu pemerintahan, sedangkan landasan yang bersifat filosofis adalah Pancasila, karena

dalam sejarahnya telah banyak membuktikan bahwa Pancasila mampu memoersatukan

bangsa untuk landasan konstitusional ialah UUD’45 serta ketetapan MPR sebagai

landasan operasional.

Sebagai bangsa Indonesia seharusnya mempunyai kepribadian yang dapat

menunjang kerukunan dalam keputusan menteri agama No.77 Tahun 1978 tentang

bantuan luar negeri kepada lembaga Keagamaan di Indonesia yaitu:

a. Maka kehidupan Beragama perlu dibina dan diarahkan guna memantapkan

kerukunan hidup intern umat beragama, kerukunan hidup antar umat beragama,

serta kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.

b. Bahwa bantuan luar negeri kepada lembaga keagamaan di Indonesia dalam

rangka mengembangkan kehidupan beragama perlu diatur dan diarahkan agar

terhindar pengaruh negative yang dapat menggangu persatuan bangsa,

(Prawiranegara, 1982:144-145)

Dari ungkapan diatas bahwa ciri kepribadian Indonesia ini dapat disadari sebagai

salah satu landasan untuk membina kerukunan, yang antara lain beruraikan hidup rukun,

toleran, suku dan keselarasan.

Dalam membina kerukunan hidup beragama pada hakekatnya merupakan bagian

(34)

terbukti jelas pada beberapa landasan yuridis formal yang ada seperti undang-undang

keputusan menteri dan ketetapan-ketetapan seperti undang-undang, keputusan menteri

serta ketentuan-ketentuan lainnya (dalam proyek pembinaan kerukunan hidup beragama,

Depertemen Agama RI, 1981:2.

Oleh karena itu perlu ditanamkan kesadaran dan keanekaragaman suku, bahasa

dan adat istiadat untuk menumbuhkan toleransi yang aktif antar umat beragama atas dasar

azas setuju dalam perbedaan agama, sebagai perwujudan dari lambang Bhineka Tunggal

Ika. Pembinaan tersebut adalah untuk memenuhi tujuan yang dimaksud dalam ketetapan

majelis permusyawaratan rakyat no. IV/MPR/1978 tentang garis-garis besar haluan

Negara yaitu, mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur, materiil dan sprituil

berdasarkan pancasila dan wadah Negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka

berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana prikehidupan bangsa yang

aman, tentram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan dunia yang merdeka,

bersahabat tertib dan damai”

Sedangkan pada ungkapan lain terdapat pada pedoman dasar kerukunan hidup

beragama : ( dalam proyek pembinaan kerukunan hidup umat beragama, Depertemen

Agama RI, 1980:13):

(35)

masyarakat pancasila yang beragama dan sekaligus masyarakat yang beragama yang pancasialis”

Dari ungkapan diatas dapat dimengerti bahwa dalam membina dan

mengembangkan kehidupa n beragama, tidak hanya saling menghormati dan menghargai,

membina dan mengembangkan serta dapat member bimbingan dan pengarahan agar

kehidupa n berbangsa lebih berkembang, bergairah sesuai dengan kebijakan pemerintah

dalam membina kehidupan berbangsa, bernegara yang berdasarkan Pancasila.

Bila kita melihat Interaksi Sosial Antara Etnis Pendatang dan Etnis Setempat di

Pinggiran Kota Medan dengan studi Analisis Dinamika Kerukunan Hidup Umat

Beragama”, mencoba menggambarkan bahwa proses interaksi sosial di pinggiran kota

yang penduduknya amat heterogen banyak dipengaruhi oleh etnis, agama, dan tempat

tinggal. Pranata-pranata tradisional dipandang cukup fungsional dalam membangun

jaringan integrasi antara komunitas-komunitas yang heterogen itu. Dengan fungasinya

pranata-pranata tradisional tersebut melahirkan banyak pola-pola hubungan antar etnis,

yang pada intinya menggambarkan adanya integrasi yang kuat antara satu komunitas

dengan komunitas lainnya.

Nilai-nilai kebudayaan yang mengedepankan pentingnya harmonitas yang

didukung oleh corak pemahaman agama yang toleran merepakan faktor kunci terciptanya

integrasi sosial antar etnis. Karena itu, hegemoni kultur dominan yang mengarah pada

konflik mayoritas-minoritas akan dapat teratasi dengan menguatnya kesadaran sosial

terhadap nilai budaya kerukunan. Masa depan integrasi sosial pada pemukiman yang

terdiri atas etnis lokal dan etnis pendatang sangat tergantung pada sikap-sikap sosial

(36)

untuk beradaptasi secara intensif serta lebih mengedepankan perubahan secara evolutif,

maka integrasi sosial akan dapat dipertahankan dengan baik.

Dari beberapa pernyataan tersebut menyinggung mengenai interaksi sosial, pola

hubungan yang terjadi dalam pergaulan sehari-hari dikehidupan bermasyarakat bisa

menciptakan kerukunan antar umat beragama. Sama halnya dalam penelitian yang akan

saya lakukan ini, tetapi dalam penelitiann ini memfokuskan bentuk interaksi sosial

keagamaan, dan proses penyesuaian diri antara siswa-siswi yang berbeda agama

disekolah SMA Swasta Raksana Medan serta bentuk-bentuk kerukunan antar umat

beragama disekolah tersebut.

2.4. Pola Adaptasi ( adjustment )

Didalam suatu lingkungan pendidikan, dalam bersosialisasi kedekatan dan

kesamaan sangatlah penting dengan lingkungan disekitarnya. Sekolah mempunyai

peranan penting yang berpengaruh dalm pembentukan moral, sosial dan intelektual siswa

suasana disekolah baik sosial maupun psikologis menentukan proses dan penyesuaian diri

( adjustment ) yaitu adaptasi. Konsep adaptasi maupun adjustment merupakan proses

dalm penyesuaian diri terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Kata Adaptasi berasal dari ilmu biologi dan dalam ilmu sosial diberi nama

adjustment. Baik adaptasi maupun adjustment kita terjemahkan dengan ” proses

penyesuaian diri ” terhadap lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Kapplah dan

Manners ( Kurniawan, 2001 : 28 ) menjelaskan adapatasi dalam dua tatanan, yaitu :

1. sehubungan dengan cara dan sistem budaya beradapatasi dengan tian

(37)

2. perhatian terhadap institusi-institusi dalam suatu budaya beradaptasi atau

saling menyesuaikan diri.

Dalam proses pemenuhan kebutuhan hidupnya manusia melakukan adaptasi

terhadap lingkungan dimana ia tinggal dengan menggunakan suatu bentuk dari hasil

adpatasinya ( kurniawan 2001 : 29 ).Untuk mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi

kebutuhan sesuai dengan lingkungan dibutuhkan proses adaptasi atau penyesusain diri.

Respon penyesuaian, baik atau buruk secara sederhana dapat dipandang sebagai upaya

indvidu untuk mereduksi atau menjauhi keteegangan dan memelihara kondisi

keseimbangn yang wajar.

Penyesuaian diri adalah suatu proses kearah hubungan yang harmonis antara

tuntutan internal maupun eksternal. Dalam proses adaptasi ada dua komponen yang

penting yang menunjang proses tersebut yaitu perilaku adaptasi dan tindakan strategis,

dimana perilaku adaptasi ini berhubungan dengan tindakan-tindakan individu maupun

kelompok dalam upaya menyesuaikan sarana-sarana yang ada denga lingkungan

sekitarnya sedangkan pada sisi lain tindakan strategis berhubungan dengan

pengalaman-pengalaman tingkat keberhasilan suatu kegiatan tertentu yang nantinya dijadikan

alternatif pilihan dalam pencapaian tujuan ( Ruhimat, 2006 : 82).

Apabila interaksi sosial dihubungkan dengan kehidupan antar umat beragama di

lingkungan sekolah yaitu interaksi sosial yang antara siswa-siswi yang berbeda agama

seperti dilingkungan SMU Raksana Yayasan Perguruan Raksana Medan sekolah agar

terwujud kerukunan, maka seluruh umat beragama yang berada dilingkungan sekolah

tersebut harus lah saling menghargai, saling menghormati satu sama lain dan perbedaan

(38)

untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas kehidupan beragama baik didalam maupun diluar

sekolah serta berintegrasi dalam melaksanakan program-program pembangunan

khusunya dalam segi pendidikan.

2.5. Defenisi Konsep

Untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti,

penggunaan konsep sangat penting. Konsep adalah istilah yang menggambarkan suatu

suatu gejala atau menyatakan suatu ide gagasan ( Iqbal Hasan 2002 : 17 ). Untuk

menjelaskan maksud dan konsep-konsep yang terdapat dalam proposal penelitian ini,

maka dibuat batasan-batasan konsep yang dipakai sebagai berikut :

1. Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk tempat belajar dan mengajar

serta tempat menerima dan memberi pelajaran yang bersifat formal.

2. Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik yang dinamis antara

individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan

kelompok yang menyangkut hubungan sosial yang terjadi antara

siswa-siswi yang berebeda agama.

3. Pendidikan formal merupakan pendidikan formal merupakan pendidikan

yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan

ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan

dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi

4. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan

berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan secara sadar dan

(39)

5. Sosialisasi adalah satu konsep umum yang bisa dimaknakan sebagai

sebuah proses di mana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain,

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data, tulisan, dan

tingkah laku, sehingga dapat diamati dan dianalisi ( Faisal, 1995 :22 ). Alasan pengunaan

pendekatan kualitatif yakni agar dalam pencarian makna dibalik fenomena dapat

dilakukan pengkajian secara komprehensif, mendalam, alamiah, dan tanpa banyak

campur tangan dari peneliti.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan

secara terperinci suaatu fenomena sosial, seperti konflik social, interaksi social, system

kekerabatan dan lain-lain. Desain ini hanya menggambarkan dan mengumpulkan fakta

dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai persoalan yang akan dipecahkan

sekaligus menjawab permasalahan penelitian.

Penelitian Deskriptif kualitatif ini juga bertujuan untuk menggambarkan,

meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosial yang ada di

masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke

permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang

(41)

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Yayasan Perguruan Raksana SMA Swasta Raksana Jl.

Gajah Mada No. 20 Medan, tepatnya SMA Swasta Raksana dengan alas an penelitian

sebagai berikut :

a. Mudahnya akses masuk ke sekolah tersebut dalam melaksanakan dan

menjalankan penelitian.

b. Adanya sikap terbuka oleh pihak bersangkutan dalam melakukan observasi awal

yang dilakukan peneliti.

c. Lokasi tersebut dianggap sesuai dengan judul dan permasalahan penelitian

sehingga dapat memudahkan dalam memperoleh data.

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis

Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah individu terkait

yaitu siswa-siswi, kepala sekolah beserta staf kepegawaian yang dianggap dapat

memberikan informasi yang dibutuhkan.

3.3.2. Informan

Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis informan yaitu informan utama dan

informan tambahan. Subjek dalam penelitian ini akan menjadi informan yang akan

memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian, yaitu antara lain:

i) Informan Utama

Adalah informan yang menjadi fokus utama dalam pengumpulan data yang

(42)

informan utama adalah, siswa-siswi yang berbeda agama di SMA Swasta

Raksana.

ii) Informan tambahan

Informan biasa adalah informan yang daoat memberi inforamasi tambahan

yang sifatnya lebih umum dan netral dalam menjawab pertanyaan dalam

wawancara. Yang menjadi informan tambahan adalah Kepala sekolah, staf

guru-guru beserta pegawai sekolah

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder dimana data tersebut diperoleh dengan menggunakan teksinik

pengumpulan data yang biasa digunakan dalam penelitian, yang dapat digolongkan

sebagai berikut :

3.4.1. Data Primer

Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara

penelitian lapangan, yaitu :

a. Observasi Partisipatif

Yaitu mengadakan pengamatan secara langsung yang dilakukan peneliti

terhadap objek yang akan diteliti dengan pengamatan dan pencatatan

data-data. Data yang diperoleh melalui observasi langsung terdiri dari

rinciantentang kegiatan, perilaku, interaksi interpersonal, dan proses penataan

(43)

b. Wawancara Mendalam

Yaitu merupakan proses wawancara langsung yang dilakukan peneliti kepada

orang yang menjadi objek penelitian atau informan secara langsung (

interview guide ) yakni urutan-urutan daftar yang diperlukan. Dalam

penelitian ini digunakan juga instrumen penunjang daklam wawancara yaitu

alat bantu rekam ( tape recorder ) yang akan membantu menganalisis data

dari hasil wawancara.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan studi kepustakaan berupa data yang diperoleh dari

beberapa buku dalam memperkuat teori dan pembahasan yang ada, dan sumber lain

berupa, internet, surat kabar, jurnal yang diangga sesuai dan pantas untuk melengkapi

data.

3.5. Interpretasi Data

Teknis analsis data yang diperoleh dalam catatan hasil wawancara dengan

bantuan catatan lapangan, hasil observasi langsung, dan hasil kajian pustaka akan dibaca

dan ditelaah kembali. Setelah data yang terkumpul lengkap dan mewakili seluruh

informan, maka dilakukan analisis data dan dapat diinterpretasikan dengan mengacu pada

teori-teori yang terdapat pada tinjauan pustaka. Sedangkan data-data tambahan yang

termasuk data primer akan disajikan secara tersendiri berupa profil sekolah, motto dan,

(44)

Penganalisisan data pada dasarnya adalah proses penyederhanaan data yang

bertujuan untuk menghasilkan keterangan dan informasi yang dapat memberi arti dalam

bentuk yang lebih mudah dibaca, hal ini akan menghasilkan suatu keterangan data yang

terperinci dan sistematis. Settelah data-data terkumpul maka langkah berikutnya adalah

menganalisa dan secar kualitaitf semua data-data terkumpul disatukan kemudian di edit.

Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pepmriksaan keabsahandata,

kemudian data diuraikan dan disajikan secara deskriptif.

3.6 Jadwal Kegiatan

Table 1. Jadwal Kegiatan

No

3 Penyusunan Proposal Penelitian

√ √

4 Seminar Penelitian

5 Revisi Proposal Penelitian

6 Penyerahan Hasil Seminar Proposal

7 Operasional Penelitian

(45)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup keterbatasan pengetahuan peneliti

mengenai metode penelitian, keterbatasan data melaui buku-buku ataupun referensi

lainnya yang mendukung penelitian ini, keterbatsan dalam lingkup penelitian dan

keterbatasan waktu yang dimiliki oleh para informan. Keterbatasan pengetahuan peneliti

mengenai metode penelitian menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan.

Selain itu, disebabkan topik penelitian yang relative sensitive para informan

terkesan tertutup dalam memberikan jawabannya dikarenakan mereka takut jika

keterangan yang mereka berikan nantinya akan disampaikan kepada pihak sekolahdan

beberapa pertanyaan juga ditampik atau dengan member jawaban yang tidak maksimal

karena dirasakan terlalu mendalam. Akan tetapi peneliti berusaha untuk meyakinkan

(46)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Profil Sekolah SMA Swasta Raksana Medan

Profil sekolah dimaksudkan untuk menggambarkan atau menceritakan sekolah

SMA Swasta Raksana Medan sebagai lokasi penelitian. SMA Swasta Raksana Medan

dalam naungan Yayasan Pendidikan Raksana berdiri dengan surat keputusan Walikota

No. 531/ SK/ 1982 pada tanggal 9 november 1982 dan diresmikan tahun 1986 beralamat

di jalan Gajah Mada No. 20, Kecamatan Medan Petisah, Kotamadya Medan, kode pos

20112 dengan luas wilayah 4320 m2, status kepemilikan tanah dan gedung milik sendiri

oleh yayasan dan No Induk Sekolah : 3007120115. Yayasan raksana tidak hanya

mempunyai SMA Swasta saja tapi Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Menengah

Pertama juga ada.

Setelah beberapa tahun kehadiran sekolah dtersebut di tengah-tengah masyarakat

sebagai sekolah swasta akreditasi baru diakui dan disamakan pada tahun 2004. Sampai

sekarang SMA Swasta Raksana ini terus berkembang dengan jumlah siswa yang semakin

banyak peminatnya dan menjadi salah satu sekolah yang terkenal didaerah Kota Medan

karena tercatat sebagai sekolah dengan tingkat kemanan, ketertiban dan kedisiplinan yang

sangat baik dibawah kepemimpinan bapak Drs. S. Manik sebagai Kepala Sekolah dan

(47)

4.1.2. Struktur Organisasi SMU Swasta Raksana Medan

Adapun struktur organisasi SMA Swasta Raksana Medan adalah sebagai berikut :

Bagan

STRUKTUR ORGANISASI SMS SWASTA RAKSANA MEDAN.

asfsdqwqwq sas

Sumber : Dokumentasi SMA Swasta Raksana Medan 2010-2011 KEPALASEKOLAH :

DRS. S. MANIK

K T U BENDAHARA

KOMITE SEKOLAH

WAKIL KEPALA

BIDANG KESISWAAN : DRS. A. SITANGGANG WAKIL KEPALA

BIDANG KURIKULUM: DRS. H. SITUMORANG

G U R U

(48)

4.1.3. Keadaan Guru dan Siswa

Guru dan siswa-siswi merupakan unsur yang inti pokok dalam melaksanakan

pendidikan dan proses belajar mengajar di sekolah, karena syarat yang mesti dipenuhi

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru akan bertanggung jawab dalam hal

memberikan pelajaran kepada siswa-siswi dalam proses belajar dan mengajar.

1. Guru

Guru atau yang sering disebut seorang pendidik yaitu orang yang memikul

tanggung jawab untuk mengajar dan memberikan pendidikan, ia akan memberi santapan

jiwa dengan ilmu pengetahuan, pendidikan akhlak, moral, etika dan lain sebagainya.

Tidak semua orang bisa menjadi guru, karena selain bisa mengajar ia juga harus

memenuhi syarat-syarat tertentu dan harus dipenuhi. Dalam Undang-Undang dasar pasal

15 menyebutkan :

“ syarat utama menjadi guru selain adanya ijazah dan syarat kesehatan jasmani dah rohani adalah sifat yang perlu untuk dapat memperoleh pendidikan dan pengajaran”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar

seorang guru itu selain harus mempunyai syarat-syarat tertentu juga harus memiliki ilmu

pengetahuan yang tinggi, pengertian dan kecapakapan untuk dapat memberikan dan

menerangkan pelajaran dan ilmu pengetahuan dengan baik dalam proses pengajaran.

Seorang guru hendaklah sehat jasmani dan rohani, tidak mempunyai cacat yang dapat

mengurangi konsentrasi siswa-siswi dan dapat pula mengurangi wibawa seorang guru

(49)

Maka tenaga guru yang ada di sekolah SMA Swasta Raksana Medan berdasarkan

data yang didapat dilapangan adalah dengan jumlah 48 guru dan 4 pegawai, dan untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel. 2

JUMLAH GURU di SMA SWASTA RAKSANA MENURUT STATUS KEPEGAWAIANNYA DAN JENIS KELAMIN.

No. Status Jumlah No. Jenis kelamin Jumlah

Sumber : Dokumentasi SMA Swasta Raksana Medan 2010-2011

Dari tabel diatas menjukkan keadaan guru-guru realtif dengan jumlah yang sama

tetapi status Pegawai Negeri Sipil lebih sedikit dibandingkan dengan guru dan pegawai

yang masih ditanggung oleh yayasan.

2. Siswa

Siswa-siswi atau murid biasanya disebut anak didik yang merupakan objek dari

proses belajar-mengajar. Mereka menerima pembelajaran dari guru-guru untuk di pelajari

dan diresapi, dipahami dan dimiliki yang berguna sebagai bekal ilmu yang akan

digunakan dikemudian hari atau untuk masa depannya kelak. Siswa-siswi tersebut bukan

(50)

pandai semata tetapi mereka juga akan menerima bimbingan dan petunjuk serta

penyuluhan agar mereka memiliki budi pekerti, akhlak, etika sopan santun terhadap guru,

teman, serta bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Kemudian dapat dilihat tentang keadaan siswa-siswi tentang keadaan di SMA

Swasta Raksana Medan yang berjumlah 1066 orang siswa yang terdiri dari berbeda-beda

agama seperti islam, Kristen protestan, Kristen katolik, hindu, budha dapat kita lihat

dalam table berikut.

Tabel. 3

KEADAAN SISWA BERDASARKAN AGAMA

NO. AGAMA JUMLAH %

1. Islam 578 54.2 %

2. Kristen Protestan 410 38 %

3. Kristen Katolik 56 5.2 %

4. Hindu 19 1.7 %

5. Budha 3 0.2 %

Jumlah 1066 100 %

Sumber : Dokumentasi SMA Swasta Raksana Medan 2010-2011

Berdasar tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa banyak siswa-siswinya yang

menganut agama isalam sebanyak 54,2 %, selanjutnya siswa-siswi yang menganut agama

Kristen protestan sebanyak 38 %, kemudian yang menganut agama Kristen katolik

(51)

dapat dilihat bahwa SMA Swasta Raksana merupakan sekolah yang heterogen karena

terdiri darisiswa-siswi yang berbeda-beda agama.

Siswa SMA Swasta Raksana Medan terbagi dalam tiga tingkatan kelas yaitu kelas

X, kelas XI, kelas XII. Khusus untuk kelas XI dan kelas XII telah dibagi dalam kelompok

pembagian jurusan yaitu jurusan Ilmu Pngetahuan Alam ( IPS ) dan Ilmu Pengetahuan

Sosial ( IPS ). Penjurusan siswa-siswi disekolah ini dilakukan untuk mempermudah siswa

dalam memilih bidang dan jurusan yang akan mereka ambil pada tingkat perguruan

tinggi. Penjurusan IPA dan IPS didasarkan minat dan bakat serta kemampuan yang

dimiliki oleh siswa-siswi dan dievaluasi oleh guru-guru yang bersangkutan yaitu dengn

memperhatikan nilai rapor siswa pada setiap hasil ujian semester.

Tabel. 4

JUMLAH SISWA BERDASAR TINGKATAN KELAS SECARA KESELURUHAN

No. Kelas Jumlah siswa

1. X 1 – X 8 292 orang

2. XII IPA 1-4 165 orang

3. XII IPS 1-5 231 orang

4. XII IPA 1-4 188 orang

5. XII IPS 1-4 188 orang

Jumlah Total 1066 orang

(52)

4.1.4. Sarana dan Prasarana Pendidikan Sekolah

Berikut ini ruangan yang menjadi sarana dan prasarana sekolah :

Tabel. 5

SARANA DAN PRASARANA SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

No. Ruang Jumlah No Ruang Jumlah

Sumber : Dokumentasi SMA Swasta Raksana Medan 2010-2011

4.1.5. Visi dan Misi

Adapun yang menjadi visi dan misi sekolah SMA Swasta Raksana medan adalah

sebagai berikut :

Visi :

Menyiapkan siswa menjadi Tenaga Kerja Menengah yang beriman dan bertaqwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, produktif, tampil dan untuk mengisi lapangan kerja

dalam upaya mempercepat dan memperkokoh pertumbuhan ekonomi dalam rangka

Gambar

Table 1. Jadwal Kegiatan
Tabel. 2 JUMLAH GURU di SMA SWASTA RAKSANA MENURUT STATUS
Tabel. 3 KEADAAN SISWA BERDASARKAN AGAMA
Tabel. 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola interaksi yang dilakukan antar gamers dengan menggunakan fitur chatting dalam game

Hasil penelitian didapatkan orang tua remaja di SMA Swasta Ar- Rahman Medan yang menggunakan pola asuh otoriter sebanyak 50,0%, remaja yang mendapatkan pola asuh demokratif

Yang menjadi permasalahan dengan lingkungan sekolah yang seperti ini yaitu bagaimana interaksi yang terjalin pada siswa yang mayoritas dan minoritas di lingkungan sekolah,

Hasil penelitian mengungkap bahwa pola interaksi antara guru dengan peserta didik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Daar el Hasanah Jawilan Kabupaten Serang

Di dalam tulisan skripsi ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi bagaimana pola interaksi komunitas olahraga futsal, bagaimana dampak adanya interaksi

Hasil penelitian ini menemukan hubungan interaksi sosial antar umat agama di Komplek Buddha Tzu Chi berjalan dengan baik, dilihat fenomena sekarang yang terjadi,

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisoner perilaku antisosial dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada remaja SMA Swasta Raksana Medan yang meliputi data demografi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku menjaga kebersihan genitalia dengan kejadian keputihan pada siswi SMA Swasta Santo Thomas 2 Medan.. Jenis