• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

4.3. Proses Adaptasi Siswa-Siswi yang Berbeda Agama

4.3.2. Tindakan Strategis

Dalam suatu kelompok siswa –siswi pada tingkat manapun, perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari protensi individu untuk menguasai bahan pelajaran, pengalaman-pengalaman belajar yang dimiliki anak diluar sekolah mempengaruhi kemauan untuk mendorong prestasi dalam situasi belajar di lingkungan sekolah.

Minat dan kemauan individu terhadap tuntutan disekolah dan mata pelajaran tertentu, kebiasaan-kebiasaan untuk bekerja sama, kecakapan atau kemauan untuk berkonsentrasi pada bahan-bahan pelajaran, dan kebiasaan-kebiasaan belajar semuanya merupakan faktor-faktor perbedaan diantara para siswa-siswinya. Factor tersebut kadang berkembang akibat sikap-sikap anggota keluarga dirumah dan dilingkungan masyarakat. Latar belakang keluarga dan masyarakt terkadang dapat dilihat dari segi sosial ekonomi dan kulturalnya adalah berbeda-beda. Demikian pula lingkungan sekitarnya, baik

lingkungan sosial maupun lingkungan fisiknya akan member pengaruh yang berbeda-beda juga.

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan sosial yang didalamnya terjadi suatu proses belajar mengajar yang aktif. Dalam beradaptasi dilingkungan sekilah pada dasarnya dilihat dari kemampuan siswa-siswi dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Faktor intelektual dan emosional mengambil peran penting dalam beradaptasi di lingkungan sekolah yang didalam nya terdapat individu-individu yang agamanya berbeda-beda yang berbaur atau berkumpul bersama dalam mendapatkan pendidikan formal, sehinggap dapat diketahui bagaimana siswa-siswinya berinterkasi dalam kelompoknya karena adanya perbedaan agama antara siswa-siswi tersebut.

Pergaulan antar siswa-siswi dilingkungan sekolah meskipun mereka berbeda agama tetapi tidak terlihat perbedaan secara menonjol didalam pergaulan mereka terhadap teman-temannya sehi-hari, hal ini dapat dilihat dari tidaka adanya suatu pengelompokan dalam berteman karena melihat kesamaan agamanya denga yang lain, bahkan mereka membentuk kelompok hanya untuk berdiskusi untuk belajar saja. Banyak siswa-siswi yang beranggapan bahwa tidak ada perbedaan berdasarkan agamanya dan apabiila dalam bergaul sehari-hari semuanya sama asal tidak merusak aturan dari setiap pemeluk agama terhadap agama yang dianutnya, dan setiap agama atau apapun tujuannya adalah sama yaitu untuk mencapai suatu kebaikan dan persatuan, karena dengan kebaikan dan persatuan akan menghilangkan rasa pembedaan yang bisa menyebabkan permusuhan yang mengacu pada konflik. Menurut guru yang bertugas dibagian Bimbingan Penyuluhan dan Bimbingan Konseling (BP & BK ) Ibu E. Damanik, S. Pd, menyatakan bahwa :

“proses interaksi antara siswa siswi dilingkunga sekolah ini sangatlah baik tidak ada konflik karena mereka beradaptasi dengan baik satu dengan yang lainnya selain itu kami selaku guru pembimbing dan bagian konseling selalu membimbing mereka supaya tidak pernah menimbulkan sesuatu hal yang dapat menimbulkan perkelahian dan konflik dan dalam hal pembauran siswa-siswi disini dengan kegiatan-kegiatan ekstrakokurikuler yang ada mereka menjadi lebih akrab dan lebih kompak dan mereka selalu saling menghargai dan menghormati dan tidak ada kesenjangan sosial yang ada pada diri siswa-siswi yang berbeda agama yang ada dilingkungan sekolah.

Sama halnya dengan penuturan seorang siswa yang bernama Ys beragama Khatolik duduk dibangku kelas XII IPS :

“disekolah memang banyak teman-teman yang berbeda agama dengan saya, tetapi saya tidak sama sekali membeda-bedakan dalam berteman berdasarkan agama pada awalnya kami berteman juga diawali berinteraksi dengan baik dan saling beradaptasi dengan baik juga dan kami saling bertegur sapa, tidak menunjukkan sikap sombong atau acuh tak acuh dengan sikap solidaritas yang tinggi dengan saling menghargai dan tolong menolong disaat teman lagi kemalangan atau tertimpa musibah meskipun dia tidak satu agama dan keyakinan dengan saya”.

Manusia memang telah ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa berbeda didalam berbagai segi seperti suku, adat istiadat dana agama. Dari perbedaan itulah bahwa setiap manusia harus saling hormat menghormati antara satu dengan yang lainnya sehingga

dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa sesuai cita-cita bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila.

Agama merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Agama berkaitan erat dengan kepercayaan-kepercayaan, keyakinan-keyakinan terhadap Tuhan dan alam gaib. Pengakuan tentang upacara-upacara ritual serta aturan-aturan dan norma-norma yang mengikat para penganutnya. Agama berfungsi sebagai pencipta persaudaraan dan agama itu juga bisa sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat adikodrati ( supernatural ) ternyata seakan menyertai manusia kedalam ruang lingkup yang luas. Agama memiliki nilai-nilai bagi kehidupan dengan demikian secara psikologis agama dapat berfungsi sebagai motif intrinsik ( dalam diri ) dan motif ekstrinsik ( luar diri ) didorong keyakinan agama yang dinilai memiliki kekuatan yang mengagumkan dan sulit dikalahkan oleh kekuatan non-agama baik doktrin maupun ideology yang bersifat profan.

Tidak mudah tentunya berinteraksi dan beradaptasi disuatu lingkungan sosial dengan adanya perbedaan yang menyangkut masalah agama untuk menerima proses pendidikan disekolah, karena agama merupakan sebuah bentuk pengabdian dan system kepercayaan pada kuasa Illahi yang telah menyatu dalam diri. Apabila salah dalam berinteraksi kemungkinan besar akan mengalami kesalah-pahaman ataupun konflik yang dapat memecahkan suatu kesatuan persaudaraan berdasarkan ideologi yang sama yaitu sebagai warga Negara Indonesia yang mempunyai pandangan hidup berlandaskan Pancasila.

Biasanya didalam agama melingkupi tiga pokok persoalan, yaitu : 1. Tata keyakinan

Bagian dari agama yang mendasar berupa keyakinan akan adanya kekuatan yang supranatural.

2. Tata Peribadatan ( Ritual )

Yaitu tingkah laku dan perbuatan manusia dalam berhubungan dengan sesuatu yang diyakini sebagai konsekuensi diri atas keyakinan akan keberadaan Tuhan. 3. Tata Aturan

Yaitu kaidah-kaidah atau norma yang mengatur hubungan manusia dengan manusia atau manusia dengan alamnya sendiri sesuai dengan keyakinan dan peribadatan tersebut.

Agama berhubungan dengan keyakinan yang menyangkut aqidah seseorang apakah membuat seorang siswa maupun siswi didalam pergaulan untuk memilih-milih teman berdasarkan keyakinan dan agama yang dianutnya karena takut nantinya akan merusak aqidah mereka sebagai umat beragama, berdasarkan hal tersebut berikut penuturan salah seorang informan yang berinisial Ad ( agama Islam ) duduk di bangku kelas XII IPS :

”dalam pergaulan saya disekolah, saya tidak sama sekali memilih-milih teman dalam bergaul dengan sesama siswa yang lainnya apalagi dikarenakan perbedaan agama karena saya tidak pernah mempermasalahkannya. Bagi saya dengan adanya perbedaan malah akan membuat saya akan merasa segan untuk

bergaul dengan mereka dan yang penting bisa saling mengerti, menghargai dan menghormati satu sama lain”.

Dari pernyataan diatas dapat dilihat bahwa agama tidak menjadi factor penghambat bagi siswa-siswi untuk bergaul dengan siapa saja dilingkungan sekolahnyadan juga dalam berinteraksi. Mereka menganggap bahwa sekolah merupakan tempat dimana mereka berbaur untuk mendapatkan pendidikan dan untuk saling menjaga hal tersebut tidak menyimpang maka sikap toleransi harus ditingkatkan satu sama lain. Sama halnya seperti yang diutarakan oleh seorang pegawai dibagian keamanan bahwa :

“saya sudah cukup lama bekerja disekolah SMA Swasta Raksana Medan ini, dan saya tidak pernah melihat siswa-siswi bergaul dengan membeda-bedakan agama, mereka berteman dan bergaul seperti selayaknya saudara mereka sendiri sehingga selalu kelihatan akrab dan walaupun mereka kelihatan agak bandal, tetapi tidak pernah terjadi konflik diantara mereka apalagi konflik yang melibatakan masalah agama diantara mereka”.

Dari proses adaptasi yang dilakukan oleh siswa-siswi psti terdapat adanya perubahan secara pribadi dalam diri mereka akibat faktor kebiasaan dalam artian siswa-siswi telah menerima kebiasaan-kebiasaan dari temannya yang lain dan juga norma-norma yang mereka harus ikuti disekolah, misalnya setiap siswa-siswi di SMA Swasta Raksana ini diajarkan dan dibiasakan sikap berdisipli karena merupakan salah satu visi dan misi sekolah ini dan mejalani kehidupan sosial dilingkungan sekolah dengan mempunyai teman-teman yang berbeda agama dengan agama yang diyakini sendiri.

Seperti penuturan salah seorang informan mengatakan bahwa :

“waktu pertama sekali saya masuk kesekolah ini memang agak sulit untuk

beradaptasi dan berinteraksi dengan teman-teman yang lain karena saya harus membiasakan diri untuk melakukan kebiasaan yang telah menjadi peraturan tata tertib sekolah yaitu yang paling utama adalah kedisiplinan dalam segala hal didalam menjalani aktifitas disekolah, namun lama kelamaan saya bisa terbiasa dengan semua itu dalam cara berinteraksi dengan teman-teman yang berbeda agama dengan saya tanpa merubah keyakinan saya terhadap agama yang saya anut.

Di SMA Swasta Raksana Medan ini meskipun siswi nya teridri dari siswa-siswi yang berbeda agama, asal, suku, daerah dan tujuan serta latar belakang yang berbeda namun dapat dapat mencapai tujuan yang ditagetkan baik dalam memupuk rasa solidaritas yang juga ditanamkan bagi siswa-siswinya. Konflik yang mungkin saja bisa terjadi bisa dihindari apabila dilandasi dengan keinginan untuk menciptakan persatuan dan kesatuan maka usaha untuk mencapai tujuan bersama yaitu hidup rukun dan beradaptasi dengan baik walaupun dengan adanya perbedaan yang ada akan tercapai dengan baik.

Dokumen terkait