• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

4.2. Profil Informan

Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial dilingkungan kita berada, karena tanpa adanya interaksi sosial tidak akan ada komunikasi, jalinan hubungan dalam kehidupan yang membutuhkan kebersamaan. Bertemunya orang dengan orang lain secara fisik saja tidak akn menghasilkan suatu interaksi social dalam suatu kelompok sosial. Interaksi social baru akan terjadi apabila individu atau kelompok manusia saling bekerja sama dan saling bicara untuk mencapai tujuan bersama.

Interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal-balik antara dua atau lebih individu. Dalam proses ini, pandangan dan tingkah laku individu yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki individu yang lain atau sebaliknya. Rumusan ini dengan tepat menggambarkan kelangsungan hubungan timbale balik interaksi social antara dua manusia atau lebih. Hubungan timbal-balik tersebut dapat berlangsung antara individu dengan ondividu, antara individu dengan kelompok dan antar kelompok dengan kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang bertugas melakukan proses pendidikan bagi para siswa-siswi nya sehingga terjadi interaksi social dalam hubungan kesehariannya. Interaksi sosial yang terjadi didalam lingkungan sekolah bisa berupa kerjasama, persaingan dan bisa juga mengarah pada pertentangan atau konflik. Tentunya awal terjadinya proses interaksi sosial ini dimulai dari adanya komunikasi atau kontak langsung dari para individu dengan individu yang lain maupun secara berkelompok.

Bila dilihat secara keseluruhan interaksi sosial yang terjadi pada siswa-siswi di SMA Swasta Raksana Medan yaitu interkasi sosial yang mengarah pada keagamaan yang terdiri dari dua bentuk yaitu :

1. Interaksi sosial karena kesamaan keyakinan dan agama yang dianutnya sama dengan siswa-siswi yang lain.

2. Interaksi sosial antara siswa-siswi yang berbeda keyakinan dan agama yang dianutnya.

Dalam kaitannya dengan bahasan interaksi sosial ini, maka hal yang akan dibahas adalah interaksi yang terajadi pada siswa-siswinya yang berbeda agama, dimana nantiya terdapat keterkaitan pada siswa-siswi yang berbeda agama, dimana natinya terdapat keterkaitan dengan perilaku adaptasinya sehingga menciptakan kerukunan antar umat beragama, dapat kita ketahui bahwa bentuk interaksi dari segi keagamaan bisa terjadi karena adanya suatu bentuk kerjasama, persaingan karena adanya rasa ingin lebih maju dari yang lain dan tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan konflik karena persaingan diatas juga akan bisa menimbulkan dampak negative dan positif.

Lingkungan sekolah yang ada didalamnya terdapat perbedaan agama seperti di SMA Raksana ini tentunya tidak mudah, karena dengan adanya perbedaan agama bisa saja dapat menimbulkan pertentangan konflik antar pemeluk agama yang berbeda, hal ini dapat dilihat terutama pada siswa-siswinya dalam pergaulan dilingkungan sekolahnya dan bagaiman peran sekolah untuk dapat mengatasinya. Nah pada profil informan dibawah ini dari hasil interview dapat kita lihat bagaimana pola interaksi sosial dan interaksi sosial dari segi keagamaan yang terjadi di lingkungan sekolah.

4.2.1. Pola Interaksi Sosial antar Siswa-Siswi di Lingkungan Sekolah Novi D. S

Siswi kelas kelas X, IV adalah seorang murid anggota OSIS yang beragama Kristen Protestan dan suku Batak mengatakan :

“adapun pola interaksi yang saya rasakan di sekolah ini adalah adanya sebuah kerjasama antar siswa-siswi yang lain dan itu tidak membuat kami menjadi berbeda-beda tetap akrab dan saling tolong menolong, konflik kadang terjadi dimana kalau ada perbedaan pendapat akan mengakibatkan antar siswa-siswi akan salaing mengejek satu sama lain. Tingkat solidaritas sosial pun sangat baik jika ada salah seorang siswa yang kemalangan dan saling bantu sesama dalam hal pengelompokan belum pernah ada membentuk kelompok-kelompok karna adanya perbedaan agama satu dengan yang lainnya dan pergaulan yang sangat baik seperti sahabat”.

Bobi Iskandar

Bobi iskandar adalah salah satu siswa kelas XI IPA 2 yang beragama Islam berasal dari suku Melayu berpendapat bahwa:

” pola interksi di sekolah ini bisa terjadi dengan baik karena adanya kontak

sosial dan komunikasi yang baik dengan siswa-siswi yang lain selain itu pergaulan dan solidaritas sesama siswa-siswi disekolah ini walau berbeda suku, dan agama tetapi tidak pernah ada masalah dan hampir tidak pernah saya rasakan konflik selama saya bergaul dan berbaur dengan tema-teman saya. Tentang Organisasi di sekolah ini sejauh ini organisasi disini berjalan dengan apa yang di harapkan karena aktif dalam menjalankan tugasnya serta kegiatan

ekstrakurikuler yang cukup membantu dalam mengaplikasikan perlajaran disekolah”.

Teguh

Teguh merupakan murid kelas XI IPS 4 yang berasal dari suku Karo ini ada seorang siswa yang beragama Khatolik beranggapan :

“bahwa tingak pergaulan di sekolah menurut saya adalah biasa-biasa saja.

Menurut saya sisi agama, suku, kelas, dan status sosial tidak penentu bagi saya dalam hal mencari teman karena saya menganggap mereka semua sebagai saudara dan dalam hal berinteraksi denga siswa-siswi yang berbeda agama saya rasa tidak ada kesulitan sama sekali tetapi dalam hal kerjasama misalnya dalam hal mengerjakan tugas saya tidak tahu karena saya liat setiap individu sibuk dan tidak memperdulikan orang lain dalam hal mengerjakan tugasnya sendiri”.

Sam Hawelengga S

Seorang siswa dari SMK Swasta Raksana kelas X AP 2 yang berasal dari suku Meg dari daerah Papua tetapi pindah ke daerah medan dan menjadi suku Batak dan tinggal menetap di medan bersama orangtuanya beragama Kristen protestan mengatakan bahwa ;

“interaksi disekolah ini saya lihat agak rumit untuk di jelaskan karena yang saya liat bahwa karakter yang dimiliki tiap siswa-siswi berbeda-beda apalagi saya bukan berasal dari daerah medan sedikit menemui kesulitan dalam berinteraksi karena logat bahasa yang agak berbeda sehingga kadang kalau bahasa yang saya gunakan agak lucu maka saya diejek, tetapi pergaulan disini terlihat normal-normal saja, karena walau saya beda agama dan suku dan juga beda

jurusan dengan anak-anak dari SMA Raksana tetapi kami bergaul begitu baik tidak ada perbedaan.

Andre

Seorang siswa yang beragama Budha kelas XII IPA 1 dan salah satu angota OSIS mengatakan bahwa :

“pola interaksi di lingkungan sekolah berjalan dengan baik dimana kontak sosial atau pertemuan seperti membentuk kelompok diskusi dalam hal pelajaran atau kegiatan yang akan di lakukan melalui OSIS, komunikasi dengan siswa-siswi yang lain selalu baik tetapi kalau masalah konflik, yah dimana-mana konflik pasti ada tetapi tidak pernah mengarah pada perkelahian antar siswa-siswi karena guru juga berperan aktif dalam memperhatikan siswa-siswi di sekolah ini dalam hal pergaulannya di lingkungan sekolah.

Shara Feby Sundawa

Seorang siswi berasal dari suku jawa daerah banten yang beragama Islam dan duduk di bangku kelas XI IPS 1 berpendapat bahwa :

”pola interaksi disekolah antar siswa-siswi berbeda agama saya rasa sederhana saja bahwa semua didunia ini sama saja tidak ada perbedaan jadi masalah kesulitan dalam berinteraksi, bergaul, kerjasama dengan siswa-siswi yang lain saya rasa tidak ada masalah walau kada konflik itu selalu ada seperti halnya perbedaan pendapat dengan siswa-siswi yang lain. Kalau organisasi OSIS dengan organisasi yang lainnya seperti PMR, Paskibra dll kami berterima kasih

karena pihak kepala sekolah mengijinkan adanya organisasi tersebut karena sangat menguntungkan dalam hal pengembangan perngalaman buat kami.

Agung Lesmana

Agung lesmana seorang siswa yang beragama Islam yang berasal dari suku jawa dan duduk di kelas XI IPS 3 mengatakan :

“bahwa disekolah saya di SMA Raksana keeratan dalam hubungan antar suku dan umat beragama sangat baik dan tidak ada konflik, dengan adanya kebaktian khusus bagi agama islam adalah sholat jum’at dan agam Kristen di kususkan untuk mengikuti Pendalaman Alkitab pengelompokan hanya terjadi waktu dalanm berdiskusi saja, masalah solidaritas setiap siswa yang tertimpa musibah biasanya teman-temannya member motivasi kepada siswa yang terkena bencana atau keadaan kemalangan”

Lisnawati

Seorang siswi kelas XII IPS 2 berasal dari suku melayu dan beragama Islam beranggapan :

“tidak ada perbedaan dan tidak ada niat saling membedakan antar sesame siswa-siswi yang berbeda agama, dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler disekolah otomatis membuat pergaulan di sekolah menjadi lebih baik karena kami berbaur dengan seluruh siswa-siswi tanpa adanya konflik yang terjadi dan sampai diluar lingkungan sekolah juga hubungan kami baik-baik saja sebagaimana dalam sekolah tidak ada perbedaan antar siswa-siswi yang berbeda suku, status sosial dan agama”.

Shiwa kumar

Seorang siswa keling yang beragama Hindu yang duduk dikelas X beranggapan bahwa :

“ tentang pola interkasi sosial di sekolah ini, saya tidak pernah merasakan adanya perbedaan dengan siswa-siswi yang lain karena kami saling menghargai satu sama lain dan tidak adanya konflik dalam mata pelajaran agama, untuk mata pelajaran agama hindu dan agama budha tuang dan pelajaran nya digabung”.

Suji rizki

Rizki seorang siswa yang beragama Islam berasal dari suku Jawa dan duduk di kelas XI IPS 3 berikut penuturannya :

“tentang pola interaksi di lingkungan sekolah baik-baik saja dan kesulitan bergaul dengan siswa-siswi yang lain tidak ada dan dalam ajaran agama juga diperintahkan untuk tidak membeda-bedakan dan memilih-milih teman. Untuk masalah konflik disekolah ini banyak konflik karena teman-teman saya dari anak IPS sering mencari gara-gara dengan teman-teman yang lain baik terhadap jurusan yang lain sehingga terkadang dapat mengarah kepada perkelahian.

Tabel. 7

POLA INTERAKSI antar SISWA-SISWI

No. Pola Interaksi Bentuk Konkrit

1. Kerjasama - Saling memberi informasi tentang perkembangan disekolah dan tentang pelajaran.

- Pinjam meminjam sesama siswa-siswi. - Membentuk kelompokdiskusi dalam mebahas pelajaran.

- Saling membantu dalam keorganisasian 2. Kontak Sosial

dan Komunikasi

- Berkumpul bersama. - Biasa saja

- Saling tegur sapa dan saling menghormati dengan sesama.

3. Konflik - Perbedaan pendapat.

- Adanya kecemburuan dan saling tidak suka satu sama lain.

- Ada sebagian siswa yang selalu berbuat onar. 4. Solidaritas - Hubungan rasa karena satu keyakinan dan agama.

- Hubungan kebersamaan tanpa memandang agama masing-masing.

-Biasa saja

- Adanya rasa ingin membantu yang kemalangan atau terkena musibah digerakkan Oraganisasi.

5. Pergaulan - Menimbulkan persahabatan. - Akrab dan adanya Kekompakan

- Berbauur tanpa memandang perbedaan agama yang dianutnya.

-saling menghormati satun dengan yang lain.

6. Persaingan - Bersaing secara sehat dalam hal pelajaran memperoleh prestasi di dalam kelas.

Dari table matriks diatas kita lihat bagaimana pola interaksi sosial antar siswa-siswi yang terjadi di SMA Swasta Raksana Medan dimana siswa-siswa-siswi tersebut memiliki cara tersendiri dalam mengaktualisasikan dirinya dalam hubungan sosial dan pergaulan serta berbaur secara konsisten dalam rentang waktu yang konsisten. Bagaimana pola interaksi yang diutarakan para informan tersebut dapat kita liat pada table matriks di bawah ini :

Tabel. 8

POLA KERJASAMA ANTAR SISWA-SISWI

No. Nama Informan Pola Kerjasama

1. Novi D. S -Saling memberi informasi tentang perkembangan disekolah dan tentang pelajaran.

- Pinjam meminjam sesama siswa-siswi. 2. Bobi Iskandar -Membentuk kelompok diskusi dalam mebahas

pelajaran

3. Teguh - Gotong royong

4. Sam Hawelengga. S -Saling memberi informasi tentang perkembangan disekolah dan tentang pelajaran.

5. Andre -Membentuk diskusi dalam mebahas pelajaran. - Saling membantu dalam keorganisasian

6. Sarah feby sendawa - Membentuk diskusi dalam mebahas pelajaran. - Gotong royong

7. Agung lesmana -Membentuk kelompok diskusi dalam mebahas pelajaran

8. Lisnawati - Membentuk diskusi dalam mebahas pelajaran. - Gotong royong

9. Shiwa Kumar - Gotong royong untuk kebersihan sekolah 10. Suji Rizki - Pinjam meminjam sesama siswa-siswi.

Tabel. 9

POLA KONTAK SOSIAL DAN KOMUNIKASI ANTAR SISWA-SISWI

No. Nama Informan Pola Kontak Sosial dan Komunikasi

1. Novi D. S - Berkumpul bersama.

- Curhat 2. Bobi Iskandar - Biasa saja

3. Teguh - Biasa saja

4. Sam Hawelengga. S - Saling tegur sapa dan saling menghormati dengan sesama.

5. Andre - Berkumpul bersama.

6. Sarah feby sendawa - Saling tegur sapa dan saling menghormati dengan sesama.

- Berkumpul bersama. 7. Agung lesmana - Berkumpul bersama.

8. Lisnawati - Berkumpul bersama.

- Curhat

9. Shiwa Kumar - Saling tegur sapa dan saling menghormati dengan sesama.

Tabel. 10

POLA KONFLIK ANTAR SISWA-SISWI

No. Nama Informan Pola Konflik

1. Novi D. S - Perbedaan pendapat.

- Ada perasaan tidak suka terhadap teman yang lain

2. Bobi Iskandar - tidak pernah ada konflik

3. Teguh - tidak ada

4. Sam Hawelengga. S - saling mengejek satu sma lain tapi tidak pernah mengarah pada perkelahian

5. Andre - Konflik hanya sebatas perbedaan pendapat saja

6. Sarah feby sendawa - konflik itu selalu ada seperti halnya

perbedaan pendapat dengan siswa-siswi yang lain

7. Agung lesmana - Tidak ada konflik di dalam dan diluar sekolah

8. Lisnawati - Hampir tidak ada

9. Shiwa Kumar - tidak ada

10. Suji Rizki - banyak konflik karena teman-teman saya

dari anak IPS sering mencari gara-gara dengan teman-teman yang lain

Tabel. 11

POLA SOLIDARITAS ANTAR SISWA-SISWI

No. Nama Informan Pola Solidaritas

1. Novi D. S - Hubungan rasa karena satu keyakinan dan agama. - Hubungan kebersamaan tanpa memandang agama masing-masing.

- Adanya rasa ingin membantu yang kemalangan atau terkena musibah digerakkan Oraganisasi.

2. Bobi Iskandar - Tidak ada pembedaan sesame siswa-siswi walau berbeda agama

3. Teguh - biasa saja

4. Sam Hawelengga. S - Keberagaman tidak menimbulkan perbedaan dan saling membantu jika ada yang tertimpa musibah 5. Andre - Selalu solid

- saling menghargai dan suka saling membantu 6. Sarah feby sendawa - Hubungan kebersamaan tanpa memandang agama

masing-masing.

- Adanya rasa ingin membantu yang kemalangan atau terkena musibah digerakkan Oraganisasi.

7. Agung lesmana - Adanya rasa ingin membantu yang kemalangan atau terkena musibah digerakkan Oraganisasi.

8. Lisnawati -Biasa saja tapi tetap saling menghargai satu sama lain 9. Shiwa Kumar - Hubungan rasa karena satu keyakinan dan agama.

- Hubungan kebersamaan tanpa memandang agama masing-masing.

10. Suji Rizki -Biasa saja

Tabel. 12

POLA PERGAULAN ANTAR SISWA-SISWI

No. Nama Informan Pola Pergaulan

1. Novi D. S - Menimbulkan persahabatan.

- Berbaur tanpa memandang perbedaan agama yang dianutnya.

-saling menghormati satu dengan yang lain. 2. Bobi Iskandar - pergaulan di sekolah menurut saya adalah

sangant kompak dan akrab.

3. Teguh - pergaulan di sekolah menurut saya adalah biasa-biasa saja.

4. Sam Hawelengga. S - Norma-normal saja

5. Andre - pergaulan diluar dan didalam sekolah sangat kompak.

6. Sarah feby sendawa - Hubungan baik Akrab dan adanya Kekompakan

7. Agung lesmana - Biasa saja

8. Lisnawati - Saling menghormati satu dengan yang lain.

9. Shiwa Kumar - Normal-normal saja

Tabel. 13

POLA PERSAINGAN ANTAR SISWA-SISWI

No. Nama Informan Pola Persaingan

1. Novi D. S - Bersaing dalam hal prestasi

2. Bobi Iskandar - Tidak ada persaingan

3. Teguh - Tidak ada persaingan

4. Sam Hawelengga. S - Tidak pernah merasa bersaing dalam hal apapun

5. Andre - Bersaing secara sehat dalam

mendapatkan pelajaran 6. Sarah feby sendawa - Tidak ada

7. Agung lesmana - Bersaing dalam hal prestasi

8. Lisnawati - Bersaing secara sehat

9. Shiwa Kumar - Tidak ada

10. Suji Rizki - Tidak ada

Bila melihat pada table- table diatas bahwa pola interaksi yang terjadi di SMA Swasta Raksana Medan seperti pola kerjasama, pergaulan, kontak sosial, konflik, solidaritas dan persaingan dapat dilihat bagaimana mereka memposisikan dirinya dalam

hal berhubungan berbaur dan berinteraksi dengan siswa-siswi di sekolahnya baik satu agama dan keyakinan dan terhadap siswa-siswi yang berbeda agama dan keyakinannya.

4.2.2 Bentuk Interaksi Sosial dari Segi Keagamaan

Dalam membina dan mengembangkan pembangunan spiritual keagamaan sebagai pola sikap toleransi yang mempunyai keterkaitan dan ketergantungan antar pemeluk agama yang satu dengan pemeluk agama yang lainnya. Hal ini dapat dilihat di SMA Swasta raksana Medan, di sekolah ini tidak hanya terdapat agama yang heterogen seperti Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha. Dari data yang telah didapat di lapangan bahwa agama Islam dan Kristen Protestan menjadi agama yang lebih mendominasi yaitu dapat dilihat pada tabel. 3 tentang keadaan siswa berdasarkan jumlah agama. Semua ini hendaknya dapat menjauhkan dan tidak menimbulkan sikap pertentangan dan tetap mengembangkan sikap saling menghormati antar umat beragama dan membina kerukunan hidup berdampingan secara damai didalam pergaulannya dan berbaur di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Agama dalam kehidupan berfungsi sebagai suatu system nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agamam yang dianutnya. Pengaruh agama dalam kehidupan individu adalah member kemantapan batin, rasa bahagia, dan rasa puas. Agama dalam kehidupan individu selain menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan, dalam artian bahwa kehidupan manusia dikembangakan dengan sikap saling hormat-menghormati dan bekerjasama antar pemeluknya. Dengan penganut agama yang berbeda-beda dapat dibina kerukunan hidup

diantara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dapat meningkatkan potensi dan kemajuan manusia untuk melaksanakan pembangunan yag sedang berkembang saat ini.

Dengan perbedaan ini komunikasi dan kontak sosial dapat terjadi apabila antar individu atau kelompok siswa memiliki nilai-nilai dan kepentingan yang sama diantara mereka, salah satu contoh sederhana dari interaksi sosial yang terjadi di sekolah adalah antara siswa yang berbicara dan berkomunikasi dengan teman sekelas dalam hala pelajaran misalanya pelajaran agama, guru memberi tugas untuk melihat pendapat dari siswa-siswi yang berbeda agama dan itu bisa saja menimbulkan keakraban dan bisa juga akan menimbulkan konflik karena terdapat kesalahpahaman atas perbedaan pendapat.

Interaksi sosial yang melibatkan keagamaan di SMA Swasta Raksana Medan ini terjadi karena terdapatnya kenaekaragaman agama terutama pada siswa-siswi yang setiap harinya melakukan interaksi, berbaur dan bergaul dilingkungan sekolahnya. Adapun bentuk interaksi sosial dari segi keagamaan di sekolah ini dapat kita lihat pada kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada disekolah tersebut yang dapat membentuk suatu kerjasama antar umat beragama di sekolah tersebut.

Kerjasama merupakan suatu usaha bersama antar individu dan kelompok manusia untuk mencapai suatu tujuana bersama. Kerja sama akan timbul jika orang menyadari bahwa diantara mereka memiliki kepentingan-kepentingan yang sama saat bersamaan. Bentuk kerjasama yang terlihat dari segi sosial dan keagamaan adalah kegiatan-kegiatan keagamaan yang dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama, hali ini terlihat dari interaksi antar siswa-siswi dalam menjalani proses kegiatan keagamaan tersebut.

Drs. S. Manik selaku Kepala sekolah SMA Swasta Raksana Medan, mengatakan :

“Kedisiplinan disekolah ini sangat lah bagus karena kami para guru-guru disini selalu menekankan kedisiplinan dan peraturan yang sangat ketat untuk membimbing mereka kearah yang lebih baik dan supaya membangun kebiasaan yang baik buat mereka kelak. Di sekolah ini juga terdapat siswa-siswi yang berbeda agamanya, SMA ini memiliki kegiatan-kegiatan keagamaandan ada yang dikhususkan bagi siswa-siswi tanpa membendakan agama dan semua boleh mengikuti agamanya, kegiatan keagamaan dalam sekolah ini adalah sebagai berikut :

1. Pesta kelas, sebagai acara dalam menyambut Tahun Baru.

2. Siramaan rohani, diwajibkan untuk semua siswa berdasarkan agamanya masing-masing.

3. Kegiatan Natal bagi umat Kristen. 4. Perayaan Maulid bagi agama Islam. 5. Perayaan Idul Fitri

6. Perayaan Hari besar Agama

Dari beberapa kegiatan keagamaan seperti yang dinyatakan oleh Bapak Kepala Sekolah SMA Swasta Raksana Medan tersebut dapat diketahui jadwal dan waktu yang disediakan oleh sekolah untuk mengikuti kegiatan keagamaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 14.

KETERANGAN JADWAL dan WAKTU KEGIATAN ACARA KEAGAMAAN

No. Kegiatan Keagamaan Keterangan Jadwal

1. Pesta Kelas Diselenggarakan setiap setahun sekali pada bulan januari

2. Siraman Rohani Dilaksanakan sekali seminggu sesuai jadwal yang di tentukan.

3. Perayaan Idul Fitri Dirayakan setiap sekali setahun setelah libur Puasa.

4. Perayaan Maulid Diselenggarakan sesuai dengan tanggal Maulid Nabi sekali setahun.

5. Perayaan Natal Diselenggarakan sekali setahun di bulan Desember.

6. Perayaan Hari Besar Agama Diselenggarakan sekali setahun sesuai tanggal nya.

Kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada disekolah SMA Swasta Raksana Medan memang rata-rata diwajibkan untuk siswa-siswi yang beragama berdasarkan agama yang dianutnya. Seperti pada pesta kelas yaitu acara yang di selenggarakan untuk memperingati pergantian tahun yaitu TAHUN BARU pada bulan januari berupa adanya siraman rohani yang dipimpin oleh guru agama masing-masing agama.

Seperti yang diungkapkan oleh salah satu guru agama Kristen di SMA Swasta Raksana, yaitu Drs. P. Siringo-ringo, berikut penuturan informan :

“Kegiatan keagamaan berupa siraman rohani itu wajib dilakukan dan harus diikuti oelh setiap siswa-siswi berdasarkan agamanya masing-masing yang dipimpin oleh guru-guru dan kadang diundang pendeta, ustad tetapi khusus agama hindu budha karena tidak terlalu banyak maka akan digabung menjadi

Dokumen terkait