PERILAKU ANTISOSIAL DAN FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA PADA REMAJA
DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN
SKRIPSI
Dewi S Simanullang
081101014
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Perilaku Antisosial dan Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhinya pada Remaja di SMA Swasta Raksana Medan.”
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir – butir pemikiran yang
sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I, Evi Karota Bukit, S.Kp,
MNS sebagai Pembantu Dekan II, dan Ikhsanudin A. Harahap, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
3. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep Ns, M.Kep sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan,
bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat serta selalu sabar untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penulisan skripsi ini.
5. Ibu Nur Asnah, S.Kep Ns, M.Kep sebagai dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah
banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan.
6. Kedua orangtua yang penulis sayangi Ayahanda Saur Simanullang dan Ibunda
Jainab Simamora yang tidak pernah berhenti dalam membimbing, menghibur, memperhatikan, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.
7. Abang dan Kakak yang penulis sayangi Ir.Anggiat Simanullang MT,
Parlindungan Simanullang ST, Rukina Simanullang Amd., Donna Simanullang Amd, Budiman Simanullang, dr.Kamelia Simanullang.
8. Sahabat yang penulis sayangi Abang Rahmat Ali Putra Harahap dan Kakak Masrina Munawarah yang senantiasa menghibur, menemani, berbagi suka duka, begitu juga dengan Susi Yanti, Isra Wahyuni, Cut Tiarafah, Intan
Salfariani dan juga teman – teman seperjuangan stambuk 2008 yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis yang namanya tidak dapat disebutkan
satu persatu.
9. Siswa – siswi SMA Swasta Raksana Medan sebanyak 130 siswa yang telah bersedia menjadi responden penelitian dan meluangkan waktu untuk membantu
penulis
10.Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu
yang telah mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan, pengetikan maupun percetakan. Karena itu
penulisan skripsi yang akan datang dapat dianggap perbaikan. Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
Medan, Juli 2012
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Prakata ... iii
Daftar Isi... vi
Daftar Tabel ... viii
Daftar Skema ... ix
4.2 Pendidikan Keperawatan ... 7
4.3 Penelitian keperawatan ... 7
4.4 Instansi Pendidikan ... 7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Perilaku Antisosial ... 8
1.1 Pengertian Perilaku Antisosial ... 8
1.2 Kriteria Perilaku Antisosial ... 10
1.3 Faktor- faktor penyebab perilaku antisosial ... 12
1.4 Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial terkait dengan kecenderungan kenakalan remaja ... 15
2. Remaja... 20
3.3 Perubahan Sosial... 27
3.4 Tugas Perkembangan Remaja ... 30
3.5 Perkembangan psikososial remaja ... 31
BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 34
2. Defenisi operasional ... 35
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 36
2.1 Populasi ... 36
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian………42
1.1Karakteristik responden………...42
1.2Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Antisosial Pada Remaja Di SMA Swasta Raksana Medan………44
1.3Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Perilaku Antisosial Pada Remaja Di SMA Swasta Raksana Medan………47
2. Pembahasan………49
2.1Perilaku Antisosial Pada Remaja Di SMA Swasta Raksana Medan………...49
2.2Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Antisosial Pada Remaja Di SMA Swasta Raksana Medan………50
2.3Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Perilaku Antisosial Pada Remaja Di SMA Swasta Raksana Medan………55
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan………60
2. Saran………..61
DAFTAR PUSTAKA ... 59
LAMPIRAN
1. Lembar Persetujuan Responden 2. Instrumen Penelitian
3. Taksasi Dana
4. Surat Izin Pengumpulan Data 5. Surat Izin Penelitian
6. Hasil Pengolahan Data Dengan Komputerisasi 7. Hasil Metode Backward
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Siswa di SMA Swasta Raksana Medan yang berperilaku antisosial dan tidak berperilaku antisosial pada April-Mei 2012... ... ...41 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Siswa di SMA Swasta
Raksana Medan dengan perilaku antisosial...41 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Jawaban Responden Tentang
Perilaku Antisosial Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Remaja Di SMA Swasta Raksana Medan……….44 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Antisosial Pada Remaja Di SMA Swasta Raksana Medan (n=22)…...45 Tabel 5. Hasil uji regresi linear ganda dengan metode ( Backward ) tentang
DAFTAR SKEMA
Judul : Perilaku Antisosial Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Remaja Di SMA Swasta Raksana Medan
Nama Mahasiswa : Dewi S Simanullang
NIM : 081101014
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun : 2012
ABSTRAK
Perilaku antisosial (Antisocial Personal Disorder) adalah perilaku yang secara persisten melakukan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar hukum. Mereka mengabaikan norma dan konvensi sosial, impulsif, serta gagal membina komitmen interpersonal dan pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku antisosial dan faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja SMA Swasta Raksana Medan serta mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial yang paling dominan. Desain penelitian adalah deskriptif komparatif. Pengambilan sample dengan menggunakan total sampling. Sample sebanyak 22 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisoner perilaku antisosial dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada remaja SMA Swasta Raksana Medan yang meliputi data demografi dan pernyataan terkait perilaku antisosial dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada remaja SMA Swasta Raksana Medan. Kemudian data diolah dengan menggunakan analisa deskriptif untuk menentukan distribusi frekuensi dan persentasi serta analisis regresi linear ganda dengan metode backward untuk faktor dominan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja di SMA Swasta Raksana Medan yaitu proses keluarga. Institusi pendidikan/sekolah agar lebih mengenal siswanya dengan memberikan perhatian yang sama ke seluruh siswa dan memberikan teguran yang tegas apabila muncul kenakalan siswa di sekolah serta mengaktifkan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa.
Judul : Antisocial Behavior And Factors Interfering Among Adolescents At SMA Swasta Raksana Medan
Nama Mahasiswa : Dewi S Simanullang
NIM : 081101014
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun : 2012
ABSTRACT
Antisocial behavior (Antisocial Personal Disorder) is a persistent behavior that violates the rights of others and often illegal. They ignore the social norms and conventions, impulsive, and failed to build interpersonal commitments and work. This study aims to identify anti-social behavior and the factors - factors that influence antisocial behavior in adolescents in SMA Swasta Raksana Medan and to know the factors that influence antisocial behavior are the most dominant. The research design was comparative descriptive. Sampling using total sampling. Sample as many as 22 people. The research was conducted in April 2012. The data was collected using questionnaires antisocial behavior and the factors that influence the adolescents in SMA Swasta Raksana Medan that includes demographic data and the related statements of antisocial behavior and the factors that influence the adolescents in SMA Swasta Raksana Medan. Then the data were processed using descriptive analysis to determine the frequency and percentage distributions and multiple linear regression analysis with backward method for the dominant factor. The results showed that the most dominant factor influencing antisocial behavior in adolescents at SMA Swasta Raksana Medan are the process of family. Educational institutions / schools in order to get to know their students by giving equal attention to all students and provide a clear warning appears when the student misbehavior in school and enable guidance and counseling for students.
Judul : Perilaku Antisosial Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Remaja Di SMA Swasta Raksana Medan
Nama Mahasiswa : Dewi S Simanullang
NIM : 081101014
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun : 2012
ABSTRAK
Perilaku antisosial (Antisocial Personal Disorder) adalah perilaku yang secara persisten melakukan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar hukum. Mereka mengabaikan norma dan konvensi sosial, impulsif, serta gagal membina komitmen interpersonal dan pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku antisosial dan faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja SMA Swasta Raksana Medan serta mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial yang paling dominan. Desain penelitian adalah deskriptif komparatif. Pengambilan sample dengan menggunakan total sampling. Sample sebanyak 22 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisoner perilaku antisosial dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada remaja SMA Swasta Raksana Medan yang meliputi data demografi dan pernyataan terkait perilaku antisosial dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada remaja SMA Swasta Raksana Medan. Kemudian data diolah dengan menggunakan analisa deskriptif untuk menentukan distribusi frekuensi dan persentasi serta analisis regresi linear ganda dengan metode backward untuk faktor dominan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja di SMA Swasta Raksana Medan yaitu proses keluarga. Institusi pendidikan/sekolah agar lebih mengenal siswanya dengan memberikan perhatian yang sama ke seluruh siswa dan memberikan teguran yang tegas apabila muncul kenakalan siswa di sekolah serta mengaktifkan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa.
Judul : Antisocial Behavior And Factors Interfering Among Adolescents At SMA Swasta Raksana Medan
Nama Mahasiswa : Dewi S Simanullang
NIM : 081101014
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun : 2012
ABSTRACT
Antisocial behavior (Antisocial Personal Disorder) is a persistent behavior that violates the rights of others and often illegal. They ignore the social norms and conventions, impulsive, and failed to build interpersonal commitments and work. This study aims to identify anti-social behavior and the factors - factors that influence antisocial behavior in adolescents in SMA Swasta Raksana Medan and to know the factors that influence antisocial behavior are the most dominant. The research design was comparative descriptive. Sampling using total sampling. Sample as many as 22 people. The research was conducted in April 2012. The data was collected using questionnaires antisocial behavior and the factors that influence the adolescents in SMA Swasta Raksana Medan that includes demographic data and the related statements of antisocial behavior and the factors that influence the adolescents in SMA Swasta Raksana Medan. Then the data were processed using descriptive analysis to determine the frequency and percentage distributions and multiple linear regression analysis with backward method for the dominant factor. The results showed that the most dominant factor influencing antisocial behavior in adolescents at SMA Swasta Raksana Medan are the process of family. Educational institutions / schools in order to get to know their students by giving equal attention to all students and provide a clear warning appears when the student misbehavior in school and enable guidance and counseling for students.
Judul : Perilaku Antisosial Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Remaja Di SMA Swasta Raksana Medan
Nama Mahasiswa : Dewi S Simanullang
NIM : 081101014
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun : 2012
ABSTRAK
Perilaku antisosial (Antisocial Personal Disorder) adalah perilaku yang secara persisten melakukan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar hukum. Mereka mengabaikan norma dan konvensi sosial, impulsif, serta gagal membina komitmen interpersonal dan pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku antisosial dan faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja SMA Swasta Raksana Medan serta mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial yang paling dominan. Desain penelitian adalah deskriptif komparatif. Pengambilan sample dengan menggunakan total sampling. Sample sebanyak 22 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisoner perilaku antisosial dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada remaja SMA Swasta Raksana Medan yang meliputi data demografi dan pernyataan terkait perilaku antisosial dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada remaja SMA Swasta Raksana Medan. Kemudian data diolah dengan menggunakan analisa deskriptif untuk menentukan distribusi frekuensi dan persentasi serta analisis regresi linear ganda dengan metode backward untuk faktor dominan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja di SMA Swasta Raksana Medan yaitu proses keluarga. Institusi pendidikan/sekolah agar lebih mengenal siswanya dengan memberikan perhatian yang sama ke seluruh siswa dan memberikan teguran yang tegas apabila muncul kenakalan siswa di sekolah serta mengaktifkan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa.
Judul : Antisocial Behavior And Factors Interfering Among Adolescents At SMA Swasta Raksana Medan
Nama Mahasiswa : Dewi S Simanullang
NIM : 081101014
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun : 2012
ABSTRACT
Antisocial behavior (Antisocial Personal Disorder) is a persistent behavior that violates the rights of others and often illegal. They ignore the social norms and conventions, impulsive, and failed to build interpersonal commitments and work. This study aims to identify anti-social behavior and the factors - factors that influence antisocial behavior in adolescents in SMA Swasta Raksana Medan and to know the factors that influence antisocial behavior are the most dominant. The research design was comparative descriptive. Sampling using total sampling. Sample as many as 22 people. The research was conducted in April 2012. The data was collected using questionnaires antisocial behavior and the factors that influence the adolescents in SMA Swasta Raksana Medan that includes demographic data and the related statements of antisocial behavior and the factors that influence the adolescents in SMA Swasta Raksana Medan. Then the data were processed using descriptive analysis to determine the frequency and percentage distributions and multiple linear regression analysis with backward method for the dominant factor. The results showed that the most dominant factor influencing antisocial behavior in adolescents at SMA Swasta Raksana Medan are the process of family. Educational institutions / schools in order to get to know their students by giving equal attention to all students and provide a clear warning appears when the student misbehavior in school and enable guidance and counseling for students.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan pemberontakan dengan otoritas dewasa (Yusuf, 2002).
Masa remaja dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran. Bukan saja kesukaran bagi individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi orangtuanya, masyarakat
bahkan seringkali pada aparat keamanan. Hal ini disebabkan masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
Masa transisi ini seringkali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada
situasi yang membingungkan, disatu pihak dia masih anak-anak, tetapi dipihak lain ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang
menimbulkan konflik seperti ini, seringkali menyebabkan perilaku-perilaku aneh, canggung dan kalau tidak terkontrol bisa menjadi kenakalan. Seorang remaja dalam usahanya untuk mencari identitas diri sering membantah orang tuanya
karena ia mulai punya pendapat-pendapat sendiri, cita-cita serta nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. Menurut pendapatnya, orang tua tidak lagi
dijadikan pegangan, sebaliknya, untuk berdiri sendiri ia belum cukup kuat (Purwanto, 1999).
Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar
(2010) kelompok umur 15 - 19 tahun, jumlah remaja laki-laki adalah 102.566 jiwa (48,84 %) dan jumlah remaja perempuan adalah 107.423 jiwa (51,15 %) dengan jumlah total 209,989 jiwa.
Remaja pada masa perkembangannya harus memenuhi tugas-tugas perkembangan, yaitu mencapai hubungan yang baru dan matang dengan teman
sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis, mencapai peran sosial maskulin dan feminin, menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif, mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya, mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi, memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja, mempersiapkan diri untuk memasuki
perkawinan dan kehidupan keluarga, mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warga negara, menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara
sosial, memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku (Havighurst dalam Hurlock, 1973).
Remaja yang dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan akan mendapatkan kepuasan. Namun tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Banyak masalah yang dialami remaja dalam memenuhi
tugas-tugas tersebut, misalnya masalah pribadi yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian
masalah-masalah tersebut adalah apa yang kemudian dikenal sebagai perilaku antisosial. Perilaku antisosial adalah gangguan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial yang disebabkan oleh lemahnya kontrol diri. Merupakan kasus
yang paling banyak terjadi pada anak-anak dan remaja.
Penderita perilaku antisosial adalah individu yang tidak memiliki kemampuan
untuk mengikuti norma-norma sosial. Mereka melakukan tindakan-tindakan yang bagi kebanyakan orang tidak dapat diterima, seperti tidak peduli dengan peraturan yang ada ditempat tinggalnya, merebut milik orang lain dengan semaunya,
gampang marah, tidak memiliki gambaran masa depan atau tujuan hidup, kecemasan yang rendah terhadap keselamatan diri bahkan oranglain.
Gangguan perilaku antisosial, angka prevalensinya 3% pada laki-laki dan <1% pada perempuan. Lebih banyak ditemukan pada laki-laki. Pola perkembangannya menghilang setelah umur 40 tahun. Penelitian Kristiyarini (2000) dengan sampel
152 remaja, memperoleh hasil penderita antisosial sebanyak 29 orang (19.07%), peneliti menyatakan bahwa angka prevalensi perilaku antisosial ini berada di
urutan ke tiga dari semua gangguan perilaku. Peneliti menunjukkan bahwa gangguan perilaku ini berdampak sangat merugikan, tidak hanya bagi anak-anak dan remaja yang mengalaminya tetapi juga bagi masyarakat. Meskipun anak
dengan masalah perilaku tidak selalu menjadi dewasa yang antisosial, namun sebagian besar diantara mereka setelah dewasa cenderung terlibat tindakan
Gangguan perilaku antisosial merupakan salah satu masalah kesehatan yang harus diatasi di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penelitian Yanti (2005), angka kejadian perilaku antisosial di Indonesia ada 193.155 kasus.
Dalam penelitian Maria yang mengambil data di Jakarta, menyatakan bahwa tahun 1992 tercatat 157 kasus antisosial pada remaja yaitu perkelahian pelajar.
Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2
anggota kepolisian, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban, sehingga dapat dilihat bahwa angka perilaku antisosial pada anak dan remaja
memiliki angka yang relatif tinggi dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena bila tidak segera ditangani dengan intervensi yang tepat, jumlah anak dan remaja dengan gangguan perilaku antisosial akan
semakin meningkat, keadaan ini sangat merugikan remaja yang mengalaminya yaitu produktivitas menjadi menurun, sementara di era globalisasi ini masyarakat
membutuhkan remaja-remaja yang kompeten dan terampil.
Hasil penelitian Baskoro (2010) menyatakan distribusi perilaku antisosial berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut, dari jumlah total responden 37
responden yang terdiri dari 18 responden laki-laki dan 19 responden perempuan, didapatkan bahwa dari 18 responden laki-laki yang mengalami gangguan perilaku
responden (24,3%) dan yang tidak mengalami gangguan perilaku antisosial sebanyak 10 responden (27,0%). Pada laki-laki kecenderungan untuk tidak menjadi antisosial hanya 0,3 kali dibandingkan yang memiliki kecenderungan
antisosial pada perempuan kecenderungan untuk tidak menjadi antisosial 2 kali dibandingkan yang memiliki kecenderungan antisosial. Dari penelitian tersebut
didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku antisosial dengan jenis kelamin, dimana laki-laki memiliki faktor resiko lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Gambaran betapa banyaknya masalah yang dialami remaja masa kini yang berdampak timbulnya perilaku antisosial. Tekanan-tekanan sebagai akibat
perkembangan fisiologis pada masa remaja, ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat dapat menyebabkan timbulnya perilaku antisosial.
Faktor lain yang dapat menimbulkan perilaku antisosial juga dapat disebabkan oleh kondisi keluarga yang tidak harmonis, ketidakkonsistenan dalam pengasuhan
anak, orangtua yang terlalu permisif dan kurang memperhatikan perilaku anak yang tidak benar, orangtua yang tidak menunjukkan kasih sayang, pendidikan yang didapat kurang memadai, adanya pendapat bahwa antisosial datang dari
semua kelas sosial yang ayahnya antisosial. Melihat hal ini, peneliti ingin menemukan faktor mana yang paling dominan mempengaruhi perilaku antisosial
yang nakal ditiap kelas 5-10 orang. Mulai dari bolos pada jam pelajaran, melawan guru, menyontek, tawuran, melakukan perjudian di kantin sekolah, merokok, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, geng motor dan masih banyak lagi.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang perilaku antisosial dan faktor–faktor yang mempengaruhinya
pada remaja di SMA Swasta Raksana Medan.
2. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi perilaku antisosial pada remaja SMA Swasta Raksana
Medan.
2. Mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja SMA Swasta Raksana Medan.
3. Menganalisa faktor mana yang paling dominan dari semua faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada ramaja SMA Swasta Raksana
Medan.
3. Pertanyaan Penelitian
Faktor manakah yang paling dominan dari semua faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja di SMA Swasta Raksana Medan?
yang berperilaku antisosial dan remaja yang tidak berperilaku antisosial sehingga memiliki perilaku yang positif.
4.2 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana perkembangan ilmu keperawatan khususnya dalam bidang keperawatan jiwa dan
komunitas terutama yang berhubungan dengan gangguan perilaku antisosial pada remaja.
4.3 Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan bagi peneliti yang
ingin melakukan penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama seperti hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja terhadap tingkat prestasi remaja di sekolah. Disamping itu hasil penelitian juga
merupakan salah satu syarat peneliti dalam menyelesaikan studi keperawatan.
4.4Instansi Pendidikan / Sekolah
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan kepada sekolah
menengah khususnya bagi guru agar lebih mengetahui faktor penyebab dan mengantisipasi kenakalan remaja yang merupakan wujud dari perilaku antisosial
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Perilaku Antisosial
1.1Pengertian Perilaku Antisosial
Penderita antisocial personality disorder (perilaku antisosial) adalah
orang-orang paling dramatik atau orang-orang yang menunjukkan sifat-sifat yang ada dalam dirinya secara berlebihan yang ditemui klinisi dalam praktiknya. Mereka ditandai
oleh adanya riwayat tidak mau mematuhi norma-norma sosial. Mereka melakukan tindakan-tindakan yang bagi kebanyakan orang tidak dapat diterima. Individu-individu dengan gangguan kepribadian antisosial cenderung memiliki riwayat
panjang untuk pelanggaran hak-hak orang lain (Widiger dan Corbitt, 1995). Robert Hare mendeskripsikan mereka sebagai “predator sosial yang menawan
hati, memanipulasi, dan menerjang apa saja dengan kejam dalam menjalani kehidupannya. Sama sekali tidak memiliki hati nurani dan empati, mereka dengan semena-mena mengambil apa saja yang mereka inginkan dan melakukan apa saja
yang mereka senangi, melanggar norma-norma dan ekspektansi sosial tanpa secuil pun rasa bersalah atau penyesalan” (Hare, 1993).
Orang dengan perilaku antisosial (Antisocial Personal Disorder) secara persisten melakukan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan sering melanggar hukum. Mereka mengabaikan norma dan konvensi sosial, impulsive,
serta gagal membina komitmen interpersonal dan pekerjaan. Walaupun perempuan lebih cenderung untuk mengembangkan gangguan kecemasan dan
depresi dibandingkan laki-laki, laki-laki lebih cenderung menerima diagnosis gangguan perilaku antisosial dibandingkan perempuan (Robins, Locke, & Reiger, 1991) dalam Nevid, dkk 2005.
Perilaku antisosial seringkali disebut kepribadian psikopatik yaitu, tampak hanya sedikit sekali mempunyai rasa tanggung jawab, moralitas, atau perhatian
pada orang lain. Perilaku hampir seluruhnya ditentukan oleh kepentingan mereka sendiri (Rahmat, 2009).
Para penderita gangguan ini memiliki ciri berikut : perkembangan moral
mereka terhambat; mereka tidak mampu mencontoh perbuatan-perbuatan yang diterima masyarakat (socially desirable behavior); kurang dapat bergaul dan
kurang tersosialisasi, dalam arti tidak mampu mengembangkan kesetiaan pada orang, kelompok, maupun nilai-nilai sosial yang berlaku, maka mereka sering bentrok dengan masyarakat (Supratiknya, 1995).
Individu dengan perilaku antisosial biasanya secara terus menerus melakukan tingkah laku kriminal atau antisosial, namun tingkah laku ini tidak sama dengan
1.2 Kriteria Perilaku Antisosial
Fitur-fitur gangguan perilaku antisosial (Durand, 2006) meliputi :
• Berumur paling sedikit 18 tahun dan telah menunjukkan pola pervasif dari
sikap tidak peduli dan pelanggaran hak-hak orang lain sejak umur 15 tahun.
• Tidak mematuhi norma-norma sosial, terbukti dari tindakan-tindakan
melanggar hukum yang dilakukannya.
• Suka memperdaya orang lain, termasuk berbohong, menggunakan
nama-nama alias, atau menipu orang lain untuk memperoleh keuntungan atau kesenangan
• Impulsivitas atau tidak mampu membuat rencana kedepan.
• Iritabilitas atau agresivitas seperti sering ditunjukkan oleh seringnya
berkelahi atau melakukan penyerangan. • Tidak peduli pada keselamatan orang lain.
• Secara konsisten tidak bertanggung jawab dalam pekerjaan atau dalam
membayar tagihan.
• Tidak menyesal karena telah menyakiti orang lain.
• Ada tanda gangguan yang muncul sebelum umur 15 tahun.
• Tidak muncul secara ekslusif selama perkembangan skizofrenia atau
Ciri-ciri diagnostik dari gangguan perilaku antisosial dalam (Nevid, 2003) :
a. Paling tidak berusia 18 tahun
b. Ada bukti gangguan perilaku sebelum usia 15 tahun, ditunjukkan dengan
pola perilaku seperti membolos, kabur, memulai perkelahian fisik, menggunakan senjata, memaksa seseorang untuk melakukan aktivitas seksual, kekejaman fisik pada seseorang atau pada binatang, merusak atau
membakar bangunan secara sengaja, berbohong, mencuri atau merampok. c. Sejak usia 15 tahun menunjukkan kepedulian yang kurang dan
pelanggaran terhadap hak-hak orang lain, yang ditunjukkan oleh perilaku sebagai berikut:
1) Kurang patuh terhadap norma sosial dan peraturan hukum,
ditunjukkan dengan perilaku melanggar hukum yang dapat atau tidak dapat mengakibatkan penahanan, seperti merusak bangunan,
terlibat dalam pekerjaan yang bertentangan dengan hukum, mencuri atau menganiaya orang lain.
2) Agresif dan sangat mudah tersinggung saat berhubungan dengan
orang lain, ditunjukkan dengan terlibat dalam perkelahian fisik dan menyerang orang lain secara berulang, mungkin termasuk
penganiayaan terhadap pasangan atau anak-anak.
3) Secara konsisten tidak bertanggung jawab, ditunjukkan dengan kegagalan memepertahankan pekerjaan karena ketidakhadiran
kerja, dan kegagalan untuk mematuhi tanggung jawab keuangan seperti gagal membiayai anak atau membayar hutang dan atau kurang dapat bertahan dalam hubungan monogami.
4) Gagal membuat perencanaan masa depan atau impulsivitas, seperti ditunjukkan oleh perilaku berjalan-jalan tanpa pekerjaan atau
tujuan yang jelas.
5) Tidak menghormati kebenaran, ditunjukkan dengan berulang kali berbohong, memperdaya, atau menggunakan orang lain untuk
mencapai tujuan pribadi atau kesenangan.
6) Tidak menghargai keselamatan diri sendiri atau keselamatan orang
lain, ditunjukkan dengan berkendaraan saat mabuk atau berulang kali mengebut.
7) Kurangnya penyesalan atas kesalahan yang dibuat, ditunjukkan
dengan ketidakpedulian akan kesulitan akan kesulitan yang ditimbulkan pada orang lain, dan atau membuat alas an untuk
kesulitan tersebut
1.3 Faktor- faktor penyebab perilaku antisosial
(Nolen, 2007) menyebutkan faktor penyebab perilaku antisosial adalah a. Kelainan genetik
Sikap agresif dihubungkan dengan tingginya kadar testosteron, kemungkinan lain dari tingginya kadar testosteron berpengaruh pada perkembangan otak fetal yang akan mendukung terjadinya agresivisme.
c. Serotonin
Rendahnya kadar serotonin menyebabkan sikap impulsif.
d. Attention deficit/hyperactivity disorder
Anak-anak yang memiliki gangguan ini akan berkembang menjadi perilaku antisosial dengan respon penolakan norma sosial dan
hukuman. e. Fungsi eksekutif
Penderita gangguan perilaku antisosial mengalami defisit pada bagian otak yang melibatkan fungsi eksekusi (perencanaan perilaku dan pengontrolan diri)
f. Arousability
Rendahnya tingkat kecemasan menyebabkan tidak takut akan situasi
bahaya yang akan menyebabkan perilaku antisosial. g. Faktor sosial kognitif
Anak dengan kecenderungan antisosial memiliki orangtua yang keras
dan sembrono, dan anak mengartikan situasi interpersonal ini sebagai jalan yang mendukung sikap agresif.
tidak konsistennya orangtua dalam mendisiplinkan anak dan dalam mengajarkan tanggung jawab terhadap orang lain. Orangtua yang sering melakukan kekerasan fisik terhadap anaknya dapat menyebabkan gangguan ini. Gangguan ini juga dapat
disebabkan karena kehilangan orangtua. Selain itu, ayah dari penderita antisosial kemungkinan memiliki perilaku antisosial. Faktor lingkungan di sekitar individu
yang buruk juga dapat menyebabkan gangguan ini.
Menurut teori biologis, gangguan ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
1. Kelebihan kromosom Y(laki-laki), menyebabkan pola XYY bukan XY yang normal pada kromosom 23, tetapi teori ini tidak diterima.
2. Testosteron menjadi penyebab agresivitas laki-laki. 3. Adanya keabnormalan pada otak.
4. Karena kurang belajar dan perhatian yang neuropsikologis.
5. Karena faktor keturunan.
Sementara itu menurut teori psikologis, gangguan ini disebabkan oleh hal-hal
berikut:
1. Kondisi keluarga yang tidak harmonis dan ketidakkonsistenan dalam pengasuhan anak.
2. Orangtua yang terlalu permisif dan kurang memperhatikan perilaku anak yang tidak benar.
5. Adanya pendapat bahwa antisosial datang dari semua kelas sosial yang ayahnya antisosial (Nasir, A. & Muhith, A. , 2011).
1.3.1 Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial terkait dengan kecenderungan kenakalan remaja (Sumiati, 2009) :
a. Identitas
Menurut teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson, masa remaja ada pada tahap dimana krisis identitas versus difusi identitas harus
diatasi. Perubahan biologis dan sosial memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi terjadi pada kepribadian remaja: (1) terbentuknya
perasaan akan konsistensi dalam kehidupan dan (2) tercapainya identitas peran, kurang lebih dengan cara menggabungkan motivasi, nilai-nilai, kemampuan dan gaya yang dimiliki remaja dengan peran yang dituntut
dari remaja.
Erikson percaya bahwa deliquensi pada remaja terutama ditandai dengan
kegagalan remaja untuk mencapai integrasi yang kedua, yang melibatkan aspek-aspek peran identitas. Ia mengatakan bahwa remaja yang memiliki masa balita, masa kanak-kanak atau masa remaja yang membatasi mereka
dari berbagai peranan sosial yang dapat diterima atau yang membuat mereka merasa tidak mampu memenuhi tuntutan yang dibebankan pada
kenakalan, oleh karena itu bagi Erikson, kenakalan adalah suatu upaya untuk membentuk suatu identitas walaupun identitas tersebut negatif. b. Kontrol diri
Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku.
Beberapa anak gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Kebanyakan remaja telah mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat
diterima dan tingkah laku yang tidak dapat, namun remaja yang melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini. Mereka mungkin gagal
membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, atau mungkin mereka sebenarnya sudah mengetahui perbedaan antara keduanya namun gagal mengembangkan kontrol yang memadai
dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing tingkah laku mereka. Hasil penelitian yang dilakukan Santrok (1996) menunjukkan
bahwa ternyata kontrol diri mempunyai diri mempunyai peranan penting dalam kenakalan remaja.
Pola asuh orangtua yang efektif di masa kanak-kanak (penerapan strategi
yang konsisten, berpusat pada anak dan tidak aversif) berhubungan dengan dicapainya pengaturan diri oleh anak. Selanjutnya, dengan memiliki
c. Usia
Munculnya tingkah laku antisosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua
anak yang bertingkah laku seperti hasil penelitian dari McCord(Kartono, 2003) yang menunjukkan bahwa pada usia dewasa, mayoritas remaja
nakal tipe terisolir meninggalkan tingkah laku kriminalnya. d. Jenis Kelamin
Remaja laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku antisosial daripada
perempuan. Menurut catatan kepolisian Kartono (2003) pada umumnya jumlah remaja laki-laki yang melakukan kejahatan dalam kelompok gang
diperkirakan 50 kali lipat daripada geng remaja perempuan. e. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah
Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang
rendah terhadap pendidikan di sekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai
mereka terhadap sekolah cenderung rendah. Mereka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah. Umumnya remaja ini memiliki intelektual dan prestasi yang rendah.
f. Proses Keluarga
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja.
memanjakan anak dapat mempengaruhi anak menjadi nakal,karena kebiasaan orang tua yang selalu mengabulkan permintaan anaknya. Sikap orang tua yang kurang memberi kasih sayang, juga akan mengakibatkan
anak sering melakukan tingkah laku yang menyimpang dari aturan-aturan dan menentang orang tua, karena anak ingin mendapatkan perhatian dari
orang tuanya. Pola asuh yang tak konsisten, kadang permisif, kadang otoriter secara tidak langsung melatih anak menjadi antisosial. Orangtua
sekarang bilang boleh besok tidak boleh tanpa alasan jelas. Akibatnya
anak akan membuat rencana sendiri untuk mengelabui orangtuanya. Penelitian yang dilakukan oleh Gerald Patterson dan rekan-rekanya (dalam
Santrock, 1996) menunjukkan bahwa pengawasan orangtua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam
menentukan munculnya kenakalan remaja. Perselisihan dalam keluarga atau stres yang dialami keluarga juga berhubungan dengan kenakalan.
Faktor genetik juga termasuk pemicu timbulnya kenakalan remaja, meskipun persentasenya tidak begitu besar.
g. Pengaruh teman sebaya
Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan resiko remaja untuk menjadi nakal. Pada sebuah penelitian Santrock (1996) terhadap 500 pelaku kenakalan dan 500 remaja yang tidak
lebih tinggi pada remaja yang memiliki hubungan regular dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan.
Kelompok teman sebaya memberi pengaruh pada sikap, pembicaraan,
minat maupun tingkah laku anak, kadang-kadang lebih besar daripada pengaruh keluarga. Anak dan remaja biasanya akan selalu berusaha
memenuhi aturan-aturan kelompok agar tetap dapat diterima di kelompok sebayanya. Hal ini dilakukan hanya karena alasan solidaritas atau kesetiakawanan serta kekompakan.
h. Kelas sosial ekonomi
Adanya kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari
kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal diantara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak privilege diperkirakan 50:1 (Kartono, 2003).
Hal ini disebabkan kurangnya kesempatan remaja dari kelas social rendah untuk mengembangkan keterampilan yang diterima oleh masyarakat.
Mereka mungkin saja merasa bahwa mereka akan mendapatkan perhatian dan status dengan cara melakukan tindakan antisocial. Menjadi “tangguh” dan “maskulin” adalah contoh status yang tinggi bagi remaja dari kelas
social yang lebih rendah, dan status seperti ini sering ditentukan oleh keberhasilan remaja dalam melakukan kenakalan dan berhasil meloloskan
i. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal
Komunitas juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja. Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan
remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka.
Masyarakat seperti ini sering ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas menengah. Remaja yang hidup di atas binaan orang-orang jahat (lingkungan preman, bandar narkoba,
perampok dan lain-lain) juga dapat menimbulkan perilaku antisosial.
Selain itu, lingkungan masyarakat yang kurang menentu bagi prospek kehidupan yang akan datang, seperti masyarakat yang penuh spekulasi, korupsi, manipulasi, gossip, isu-isu negatif, perbedaan yang terlalu
mencolok antara sikaya dan simiskin, perbedaan kultur, ras dan adat. Bisa juga karena memang mereka.
2. Remaja
2.1 Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia
umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal. Hampir sama dengan isi UU Perkawinan No 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak
perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.. WHO mendefenisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologik, dan sosial
ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap berbunyi sebagai berikut:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sumiati dkk, 2009).
Santrock (2003) memberikan batasan usia remaja terdiri dari masa remaja awal (10-14 tahun), masa remaja pertengahan (15-16 tahun) dan masa remaja akhir
(17-17 tahun).
2.2 Karakteristik Masa Remaja
Karakteristik perkembangan normal yang terjadi pada remaja dalam
menjalankan tugas perkembangannya dalam mencapai identitas diri antara lain menilai diri secara objektif dan merencanakan untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Dengan demikian pada fase ini, seorang remaja akan :
a. Menilai rasa identitas pribadi
c. Menggabungkan perubahan seks sekunder ke dalam citra tubuh d. Memulai perumusan tujuan okupasional
e. Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga
Hurlock(1994) mengemukakan berbagai ciri dari remaja, diantaranya adalah: a. Masa remaja adalah masa peralihan
Yaitu peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang dewasa dan merupakan masa yang sangat strategis, karena
memberi waktu kepada remaja untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku, nilai-nilai dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkannya.
b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan
Perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu
perubahan emosi, perubahan peran dan minat, perubahan pola perilaku dan perubahan sikap menjadi ambivalen.
c. Masa remaja adalah masa yang banyak masalah
Masa remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini terjadi karena tidak terbiasanya remaja menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa
meminta bantuan orang lain sehingga kadang-kadang terjadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
d. Masa remaja adalah masa mencari identitas
kebanyakan orang. Ia ingin memperlihatkan dirinya sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia ingin mempertahankan dirinya terhadap kelompok sebaya.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan
Stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat
dipercaya, cenderung berperilaku merusak sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. Dengan adanya stigma ini akan membuat masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit,
karena peran orangtua yang memiliki pandangan seperti ini akan mencurigai dan menimbulkan pertentangan antara orangtua dengan remaja serta membuat
jarak diantara keluarga.
f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamatanya sendiri, baik
dalam melihat dirinya maupun melihat orang lain, mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan sebagaimana yang diharapkan.
g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa
Usia belasan yang terus berjalan, membuat remaja semakin matang berkembang dan berusaha memberi kesan seseorang yang hampir dewasa. Ia
3. Perubahan Pada Remaja 3.1 Perubahan Fisik
Perubahan fisik berhubungan dengan aspek anatomi dan aspek fisiologis, di
masa remaja kelenjar hipofise menjadi masak dan mengeluarkan beberapa hormone gonotrop yang berfungsi untuk mempercepat pematangan sel telur dan sperma, serta mempengaruhi produksi hormone kortikotrop berfungsi
mempengaruhi kelenjar suprenalis, testosterone, estrogen, dan suprenalis yang mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga terjadi percepatan
pertumbuhan(Monks dkk, 1999). Dampak dari produksi hormone tersebut menurut Atwater (1992) adalah: (1) ukuran otot bertambah dan semakin kuat. (2) testosterone menghasilkan sperma dan estrogen memproduksi sel telur sebagai
tanda kemasakan. (3) Munculnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti membesarnya payudara, berubahnya suara, ejakulasi pertama, tumbuhnya
rambut-rambut halus sekitar kemaluan, ketiak dan muka.
Kematangan seksual pada remaja putri ditandai dengan perkembangan rambut pubis dan payudara. Dimulai dari umur 8 – 9 tahun, rambut pubis masih jarang,
halus, tipis dan payudara naik sedikit, diameter areola bertambah. Hingga sampai pada umur 17 tahun rambut pubis sudah seperti orang dewasa yaitu segitiga
daerah genital dan menyebar ke tengah paha, sejalan dengan perkembangan payudara sudah mature (rancangan puting dan areola masuk dalam kontur). Hampir sama dengan kematangan seksual pada remaja putra, ditandai dengan
perkembangan testis ditandai dengan pembesaran skrotum, pink. Hingga sampai pada umur 17 tahun rambut pubis sudah seperti orang dewasa, ukuran penis dan testis sama seperi dewasa. (SMR= Sexual Maturity Rating From Tanner JM:
Growth at adolescence, 2nd ed. Oxford.) dalam Sumiati (2009).
3.2 Perubahan Emosional
1. Keadaan Emosi Selama Masa Remaja
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan
fisik dan kelenjar. Adapun meningginya emosi laki-laki dan perempuan terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan pada masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan
– keadaan itu (Hurlock, 1992). 2. Pola Emosi Pada Remaja
Pola emosi pada remaja sama dengan pola emosi pada masa kanak-kanak. Pola-pola emosi itu berupa marah, takut, cemburu, ingin tau, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Perbedaan terletak pada rangsangan yang membangkitkan
emosi dan pengendalian dalam mengekspresikan emosi. Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak,
melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras mengkritik orang-orang yang menyebabkan amarah (Hurlock, 1992).
3. Kematangan Emosi
masa remaja mampu menahan diri untuk tidak mengekspresikan emosi secara ekstrem dan mampu mengekspresikan emosi secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan dengan cara yang dapat diterima masyarakat maka remaja
dikatakan mencapai kematangan emosi dan memberikan reaksi emosi yang stabil (Hurlock, 1999).
Remaja yang ingin mencapai kematangan emosi harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya adalah dengan membicarakan berbagai masalah pribadinya
dengan orang lain, ia juga harus belajar menggunakan katarsis emosi untuk menyalurkan emosinya dengan cara latihan fisik yang berat, bermain atau bekerja,
tertawa atau menangis (Hurlock, 1992).
Nuryoto (1992) menyebutkan ciri-ciri kematangan emosi pada masa remaja yang ditandai dengan sikap sebagai berikut:
a. Tidak bersikap kekanak-kanakan
Artinya, remaja bisa memahami dan mengendalikan emosinya,
menanamkan sifat disiplin dalam hal pekerjaan dan kehidupan sosial, berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak, fokus dalam mengambil keputusan dan berpikir dengan cermat tentang baik atau buruknya suatu
pilihan.
b. Bersikap rasional
jelas yang membuat individu menjadi tidak efektif bahkan bisa menjadi depresi.
c. Bersikap objektif
Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
d. Dapat menerima kritikan, pendapat, argumentasi, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau
tidak sesuai dengan kata lain remaja harus memiliki sifat terbuka.
e. Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan yaitu menerima
semua resiko dari apa yang ia telah perbuat.
f. Mampu menghadapi masalah dan tantangan yang dihadapi yaitu, berusaha untuk mengatasi sendiri suatu masalah tanpa mengeluh dan mengharapkan
bantuan kepada orang lain.
3.3 Perubahan Sosial
Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan
lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada (Hurlock, 1992). Monks dkk (1999) menyebutkan dua bentuk perkembangan remaja yaitu:
• Memisahkan diri dari orangtua
Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud
• Menuju ke arah teman sebaya
Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman
sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengekspresikan segala potensi yang dimiliki.
Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap pengaruh teman dalam hal
minat, sikap penampilan dan perilaku. Perubahan yang paling menonjol adalah hubungan heteroseksual. Remaja akan memperlihatkan perubahan radikal dari
tidak menyukai lawan jenis menjadi lebih menyukai. Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh lawan jenis dan kelompoknya. Untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian
baru. Yang paling penting dan tersulit adalah penyesuaian terhadap hal-hal berikut::
a. Kuatnya Pengaruh Kelompok Sebaya
Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, sehingga dapat dimengerti bahwa pengaruh
teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada keluarga.
b. Perubahan Dalam Perilaku Sosial
Perubahan yang paling menonjol dari semua perubahan yang terjadi dalam sikap dan perilaku sosial adalah hubungan heteroseksual. Dari tidak
dalam berbagai kegiatan sosial, maka wawasan sosial semakin membaik dan kompetensi sosial remaja makin besar.
c. Pengelompokan Sosial Baru
Pada awal masa remaja minat individu beralih dari kegiatan bermain yang melelahkan menjadi minat pada kegiatan sosial yang lebih formal dan
kurang melelahkan. Pengelompokan sosial yang paling sering terjadi selama masa remaja adalah kelompok teman dekat, kelompok kecil, kelompok besar, kelompok yang terorganisasi, kelompok geng.
d. Nilai Baru Dalam Memilih Teman
Remaja mengiginkan teman yang mempunyai minat dan nilai yang sama,
yang dapat mengerti dan membuatnya merasa nyaman serta dapat dipercaya.
e. Nilai Baru Dalam Penerimaan Sosial
Remaja memiliki nilai baru dalam menerima atau tidak anggota-anggota kelompok sebaya. Nilai ini didasari pada nilai kelompok sebaya yang
digunakan untuk menilai anggota. Remaja akan segera mengerti bahwa ia dinilai dengan standar yang sama dengan yang digunakan untuk menilai orang lain.
f. Nilai Baru Dalam Memilih Pemimpin
Pada umumnya remaja mengharapkan pemimpinnya mempunyai sifat-sifat
pemimpin kelompok sebaya mewakili mereka dalam masyarakat (Hurlock, 1992).
3.4 Tugas Perkembangan Remaja
Setiap tahap perkembangan akan mendapat tantangan dan kesulitan-kesulitan
yang membutuhkan suatu keterampilan untuk mengatasinya. Pada masa remaja, mereka dihadapkan kepada dua tugas utama, yaitu mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orangtua dan membentuk identitas untuk tercapainya
integrasi diri dan kematangan pribadi(Soetjiningsih, 2004).
Tugas perkembangan masa remaja menurut Soetjiningsih (2004)
1. Memperluas hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin
2. Memperoleh peranan sosial
3. Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakannya secara efektif 4. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua
5. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri 6. Memiliki dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan
7. Mempersiapkan diri untuk perkawinan dan kehidupan berkeluarga
8. Mengembangkan dan membentuk konsep-konsep moral
2. Mencapai peran sosial maskulin dan feminin
3. Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif 4. Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya
5. Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi
6. Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja
7. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga 8. Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk
tercapainya kompetensi sebagai warga negara
9. Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan
secara sosial
10.Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku
3.5 Perkembangan psikososial remaja
(Depkes RI, 2001) dan (Santrock, 1993) menyatakan bahwa perkembangan
psikososial remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu perkembangan psikososial remaja awal (10-14 tahun), remaja pertengahan(15-16 tahun) dan remaja akhir (17-19 tahun). Berikut ini ciri-ciri pada setiap tahap perkembangan, dampaknya
terhadap remaja dan efeknya terhadap orangtua.
3.5.1 Perkembangan psikososial remaja awal
fisik, psikis maupun social (Hurlock, 1973). Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan krisis yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu
perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu (Ekowarni, 1993)
3.5.2 Perkembangan psikososial remaja pertengahan
Remaja pertengahan terjadi di usia 15-16 tahun. Remaja pada tahap ini lebih mudah untuk diajak kerjasama, berpikir secara independen dan
membuat keputusan sendiri dengan menolak campur tangan orangtua dan tidak mudah terpengaruh lagi oleh teman. Pada masa ini remaja mulai
bereksperimen dengan pengalaman baru (merokok, alkohol, NAPZA), lebih bersosialisasi dengan membina hubungan dekat, membangun nilai/norma dan moralitas dengan mempertanyakan nilai/norma yang
diterima dari keluarga, lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman daripada keluarga, mulai berpacaran tetapi belum serius, intelektual lebih
berkembang dan mampu berpikir abstrak. 3.5.3 Perkembangan psikososil remaja akhir
Pada tahap ini, remaja memasuki era yang lebih ideal dari tahap
sebelumnya atau dapat dikatakan hampir siap untuk menjadi orang dewasa yang mandiri. Periode ini terjadi pada usia 17-19 tahun. Remaja mulai
hidup mandiri baik bidang finansial maupun emosional. Status hubungan pacaran dalam periode ini lebih serius dan stabil.
3.5.4 Karakteristik Perilaku Remaja Pada Perkembangan Psikososial a. Perkembangan yang normal
Perkembangan remaja yang normal akan berhasil menemukan identitas
diri yang akan menunjukkan sikap-sikap yang positif. Remaja akan mampu merencanakan masa depannya, menilai diri secara obyektif, berpikir positif tentang dirinya, mampu berinteraksi dengan
lingkungan, bertanggung jawab serta mandiri. b. Perkembangan yang menyimpang
Perkembangan remaja yang tidak normal atau mengalami penyimpangan akan menimbulkan efek kebingungan dalam peran. Dicerminkan dalam perilaku tidak mampu mengidentifikasi kelemahan
dan kekuatannya, tidak memiliki rencana masa depan, memiliki perilaku antisosial, tidak mampu berinteraksi, memiliki konsep diri
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Kerangka penelitian untuk mengidentifikasi perilaku antisosial dan faktor – faktor yang mempengaruhinya pada remaja. Peneliti hanya akan meneliti variabel faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial terkait dengan kenakalan
remaja, yaitu identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadapan pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya,
kelas sosial ekonomi, kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal.
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti Faktor- faktor yang
pendidikan dan nilai-nilai di sekolah
- Proses Keluarga
- Pengaruh teman sebaya - Kelas sosial ekonomi - Kualitas lingkungan
sekitar tempat tinggal
Remaja SMA Perilaku
2. Defenisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional
individu yang terwujud dalam sikap, baik badan atau ucapan dalam hal ini tidak mau mematuhi norma-norma sosial, melakukan
pelanggaran hak-hak orang lain serta melanggar hukum
Hal- hal yang termasuk dalam faktor- faktor yang
mempengaruhi perilaku antisosial terkait kenakalan remaja yaitu identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadapan
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
komparatif yaitu untuk mengkaji perbandingan perilaku antisosial dan faktor – faktor yang mempengaruhinya pada remaja di SMA Swasta Raksana Medan.
2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa SMA Raksana Swasta Medan yaitu sebanyak 951 orang.
2.2 Sampel
Setelah dilakukan identifikasi perilaku antisosial pada 112 siswa yang dipilih
secara acak dari populasi sebanyak 951 siswa, diperoleh siswa yang antisosial sebanyak 22 orang. Maka pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan komponen yang sangat penting dalam
mendukung terlaksananya penelitian dan harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian itu sendiri. Lokasi penelitian yang akan digunakan adalah SMA Raksana Swasta Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi karena
pada remaja belum pernah dilakukan. Waktu penelitian berlangsung pada bulan April 2012.
4. Pertimbangan Etik
Dalam penelitian ini peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud, tujuan serta prosedur penelitian yang dilakukan. Lembar persetujuan menjadi responden sebagai bukti kesediaannya sebagai sampel dalam
penelitian. Dalam hal ini responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini. Peneliti akan merahasiakan identitas responden yang sudah
dilampirkan di lembar persetujuan responden. Jika responden bersedia diteliti maka harus terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak diteliti maka peneliti tidak dapat memaksa dan tetap menghormati
hak-hak responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden (anonymity) pada lembar pengumpulan data yang
diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan (confidentiality) informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai
hasil penelitian (Nursalam, 2003).
5. Instrumen Penelitian
Data penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Instrumen ini terdiri dari tiga bagian, yang pertama kuesioner yang berkaitan dengan data demografi responden yang terdiri dari 5 pernyataan
dan umur akan dianalisis karena termasuk dalam faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial.
Bagian kedua yaitu kuisioner yang berisi tentang pernyataan-pernyataan yang
mengidentifikasi penderita yang termasuk antisosial dan yang tidak termasuk penderita antisosial pada remaja SMA Swasta Raksana Medan. Kuisoner ini
terdiri dari 14 pernyataan yang peneliti kembangkan dari (Durand, 2006) dan (Nevid, 2003) yaitu kriteria perilaku antisosial. Kuisioner berupa pernyataan dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak (dichotomy). Untuk jawaban Ya diberi nilai
2 dan untuk jawaban Tidak diberi nilai 1, sehingga didapat nilai tertinggi adalah 28 dan nilai terendah adalah 14.
Bagian ketiga yaitu kuisioner yang berisi tentang pernyataan-pernyataan yang mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja SMA Swasta Raksana Medan. Kuisoner ini terdiri dari 21 pernyataan yang
peneliti kembangkan dari Sumiati (2009) yaitu faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial terkait dengan kecenderungan kenakalan remaja. Empat
pernyataan untuk faktor kontrol diri, empat pernyataan faktor proses keluarga, empat pernyataan pengaruh teman sebaya, tiga pernyataan faktor identitas, dua pernyataan faktor kelas sosial ekonomi, tiga pernyataan faktor lingkungan, tiga
pernyataan faktor harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai dari sekolah. Bentuk pernyataan negatif dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak (dichotomy).
6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2008). Uji validitas
pada penelitian ini menggunakan validitas internal rasional (content validity) yang disusun mengacu pada isi yang dikehendaki yang dilakukan oleh ahli dalam
penelitian ini. Hal ini dilakukan dengan mengkonsultasikan kuisioner kepada salah satu dosen keperawatan yang berkompeten dalam bidangnya. Kemudian dilakukan pengecekan terkait isi dari instrument.
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan
(Nursalam, 2008). Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data kepada sampel yang memenuhi kriteria seperti responden sebanyak 10 orang. Uji reliabilitas ini dilakukan sebelum pengumpulan data, responden untuk uji
realibilitas harus memiliki karakteristik yang sama dengan responden untuk peneliti, namun tempatnya berbeda. Respoden adalah siswa SMA Swasta Darma
Pancasila Medan. Untuk instrumen baru akan realibel jika memiliki reliabilitas lebih dari 0.70 (Polit & Hungler, 1999). Uji reliabilitas ini menggunakan rumus K-R 20, karena jumlah soal kuisioner ganjil (Arikunto, 2010). Berdasarkan uji
reliabilitas yang telah dilakukan untuk kuisioner faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial diperoleh hasil 0.87 sehingga instrumen
7. Pengumpulan Data
Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Dekan Fakultas Keperawatan USU dan mengirimkan surat izin ke SMU Swasta Raksana
Medan sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari SMU Swasta Raksana Medan, peneliti melakukan pengumpulan data.
Peneliti akan menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner sebelum menanyakan kesediannya untuk terlibat sebagai responden. Peneliti menjelaskan bahwa instrumen penelitian terdiri dari
kuesioner data individu yang berisi nama (inisial), kelas, umur, jenis kelamin dan kuesioner mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada
remaja. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti dan diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang
tidak dimengerti. Selanjutnya seluruh data dikumpul untuk dianalisa.
8. Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap dimulai dengan editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua pernyataan telah diisi
sesuai petunjuk, kemudian coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada lembar observasi untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan
Metode statistik deskriptif yaitu suatu prosedur untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian. Pengolahan data untuk faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada
remaja SMA disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dalam bentuk tabel. Pada penelitian ini, analisa data dengan metode statistik deskriptif
dengan menentukan proporsi jumlah frekuensi yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja SMA Swasta Raksana Medan.
Untuk mengetahui faktor dominan penyebab perilaku antisosial, metode statistik yang digunakan adalah regresi linear ganda dengan metode backward.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang perilaku antisosial dan faktor – faktor yang mempengaruhinya pada remaja di SMA Swasta
Raksana Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari April 2012 sampai dengan Mei 2012 dengan jumlah responden sebanyak 22 orang.
Selain menguraikan tentang perilaku antisosial dan faktor – faktor yang
mempengaruhinya pada remaja di SMA Swasta Raksana Medan, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi karakteristik responden.
1.1Karakteristik responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Siswa di SMA Swasta Raksana Medan yang berperilaku antisosial dan tidak berperilaku antisosial pada April-Mei 2012
Perilaku Siswa Frekuensi Persentase (%)
Berperilaku antisosial 22 19,6
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Siswa di SMA Swasta Raksana Medan dengan perilaku antisosial pada April-Mei 2012 (n=22).
Data Demografi Frekuensi Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 15 68,2
Perempuan 7 31,8
Agama
Islam 7 31,8
Kristen protestan 9 40,9
Khatolik 1 4,5
Hindu 3 13,6
Budha 2 9,1
Suku
Batak 10 45,5
Jawa 3 13,6
Melayu 2 9,1
Minang 1 4,5
Lain-lain 6 27,3
Kelas
X 6 27,3
XI IPA 5 22,7
XI IPS 11 50
Usia
17 tahun (Remaja akhir) 10 45,5 (Mean= 16,5 ; SD= 0,51)
Jumlah responden yang tergolong berperilaku antisosial dalam penelitian ini adalah 22 orang. Adapun karakteristik responden yang akan dipaparkan mencakup
jenis kelamin, umur, agama, suku, dan kelas. Dari data yang diperoleh bahwa usia siswa yang paling muda yaitu 16 tahun dan yang paling tua 17 tahun dengan nilai
mean 16,5. Mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 15 orang (68,2 %). Jumlah agama Kristen protestan lebih banyak dari yang lainnya yaitu 9 orang (40,9 %) dan agama Islam di urutan ke dua yaitu 7 orang (31,8 %).
Suku yang paling banyak adalah suku batak dengan jumlah 10 orang (45,5 %) dan mayoritas berasal dari kelas XI IPS sebanyak 11 orang (50 %).
1.2 Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Antisosial Pada Remaja Di SMA Swasta Raksana Medan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor –faktor yang mempengaruhi perilaku antisosial pada remaja di SMA Swasta Raksana Medan ada 9 faktor
yaitu identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal.