• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Kecamatan Meranti-Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Kecamatan Meranti-Kabupaten Asahan"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

PADI KECAMATAN MERANTI-KABUPATEN ASAHAN

DRAFT SKRIPSI

Diajukan Oleh:

RIZKI OCTOVIANTA GINTING 060501030

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

(2)

ABSTRACT

The title of this research is to analyse the influence field’s wide, labours, sum of seed of agriculture sector in influencing of rice product in Kecamatan Meranti-Kabupaten Asahan. There are 70 farmers taken as sample of this research and it applies Ordinary Least Square (OLS) analytic method in estimating the result of the research.

The result of the research shows that the influence field’s wide, labour, sum of seed is influence which are positive to product of rice plant and the result of the estimation show that determinant coefficient is 96,98% it means that the independent variable such as field’s wide, labour, sum of seed affects the dependent variable production ofrice plant as much as 96,98% explained by other variables which is not included in this estimation model.

(3)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh luas lahan, tenaga kerja, jumlah bibit yang mempengaruhi produksi padi di Kecamatan Meranti-Kabupaten Asahan. Penelitian ini menggunakan 70 petani sebagai sample dan menggunakan metode analisis Ordinary Least Square (OLS) dalam mengestimasi hasil penelitiannya.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Tuhan Sang Juru Selamat sebab kita adalah milik-Nya sejak semula dan tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya. Kasih-Nya kekal untuk selamanya.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari program Strata-1 (S-1), Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi di Kecamatan Meranti-Kabupaten Asahan ”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan terutama kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc Selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

(5)

4. Bapak Prof.Dr.Sya’ad Afifuddin, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu luang, tenaga, dan pikiran dalam membantu penulisan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Lic rer reg Sirojuzilam, SE dan Syarief fauzi M.Ec selaku dosen pembanding yang telah memberikan petunjuk dan saran hingga selesai skripsi ini.

6. Penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orang tua yaitu ayahanda P.Ginting dan ibunda M.Sebayang, yang telah banyak memberi bantuan moril maupun materil kepada penulis selama ini. Terima kasih juga atas dorongan ayahanda dan ibunda kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

7. Kepada kakak saya Surania P. Natalia Ginting tercinta dan kedua abang yaitu Tanta Kristian Ginting dan Mburak Perianta Ginting yang telah banyak memberikan motivasi, nasihat, ceramah kepada penulis, dan juga yang memberikan bantuan moril dan materil kepada penulis selama ini dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Staf pengajar dan karyawan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan mendidik penulis selama di bangku kuliah.

(6)

terima kasih telah memberikan kerja sama, inspirasi, do’a, dan kebersamaan selama ini.

10. Terima kasih juga kepada teman seperjuangan Prima Jaya Sembiring dan Yoseph Egen Bangun yang selalu membantu dalam susah maupun senang, memberi motivasi dalam penulisan skripsi.

11. Terima kasih juga yang sebesar-besarnya kepada teman satu pelayanan Natalia keziana, Mercuri kacaribu, Enda noel, Irfan, Devalina, Erwin, Yan Kencana dan kepada kakak yang Spesial Selvia Carolina yang selalu mendorong penulis untuk mengerjakan skripsi hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

12. Dan semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini

Dalam berbagai bentuk penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, hal ini karena masih kurangnya pengalaman dan terbatasnya ilmu pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam pencapaian kesempurnaan skripsi ini pada masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terkira dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Mei 2010 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ……9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ekonomi Pertanian ... 11

2.2 Pembangunan Pertanian... 13

2.3 Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian ... 14

2.4 Pengertian Produksi ... 16

2.4.1 Teori Produksi ... 17

2.4.2 Prinsip-Prinsip Ekonomi Dalam Proses Produksi ... 18

2.4.3 Konsep Produksi ... 19

2.4.4 Tahapan Produksi ... 21

(8)

2.4.7 Fungsi Produksi Cobb Douglas ... 27

2.5 Faktor Produksi ... 32

2.5 1 Lahan ... 32

2.5.2 Modal ... 36

2.5.3 Tenaga Kerja ... 36

2.5.4 Keterampilan ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian ... 40

3.2 Populasi dan Sampel ... 40

3.2.1 Populasi ... 40

3.2.2 Sampel ... 41

3.3 Jenis dan Teknik Pengumpulan data ... 42

3.4 Analisis Fungsi Produksi ... 42

3.5 Test of goodness of fit (uji kesesuaian) ... 43

3.5.1 Koefisien Determinasi ... 43

3.5.2 Uji t-statistik ... 43

3.5.3 Uji f-statistik ... 45

3.6 Uji Asumsi Klasik ... 46

3.6.1 Uji Normalitas ... 46

3.6.2 Uji Liniearitas ... 47

3.6.3 Uji Multikoliniearitas ... 47

3.6.4 Uji Heterokedastisitas ... 48

(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Geografis ... 50

4.1.1 Letak dan Luas Kecamatan Meranti ... 50

4.1.2 Kondisi Demografis ... 51

4.2 Potensi Wilayah ... 52

4.3 Hasil dan Pembahasan ... 53

4.3.1 Karakteristik Responden ... 53

4.3.2 Keragaman Penerapan Usahatani ... 55

4.4 Analisa Model Regresi Berganda ... 56

4.5 Interprestasi Model ... 57

4.6 Tes Of Goodness Of Fit ... 58

4.6.1 Analisis Koefesien Determinasi ... 58

4.6.2 Uji t-statistik ... 58

4.6.3 Uji F-Statistik ... 60

4.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 61

4.7.1 Multikoliniearitas ... 61

4.7.2 Uji Heterokedastisitas ... 64

4.7.3 Normalitas ... 64

4.7.4 Uji Liniearitas ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 67

(10)

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(11)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

3.1 Jumlah sampel penelitian...41

4.1 Luas Kecamatan Meranti per Desa/Kelurahan ... 51

4.2 Jumlah penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin ... 52

4.3 Tingkat pendidikan responden ... 54

4.4 Jumlah tanggungan responden …… ... 54

4.5 Jenis kelamin responden… ... 55

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

2.1 Proses Produksi... ...17

2.2 Kurva Tahapan Produksi ...21

2.3 ` Kurva Produvtion Possibility Curve... ...23.

2.4 Kurva Isoquant ... 25

2.5 Kurva Isocost ... 27

2.6 Kurva Isoquant Fungsi Produksi Cobb Douglas ... 29

2.7 Kurva Constant Return to Scale ... 30

2.8 Kurva Increasing Retunrn to Scale ... 31

2.9 Kurva Decreasing Return to Scale... 31

3.1 Kurva Uji t-statistik ... 45

3.2 Kurva Uji f-statistik ...46

4.1 Uji t-statistik Variabel Luas Lahan ...…..59

(13)

ABSTRACT

The title of this research is to analyse the influence field’s wide, labours, sum of seed of agriculture sector in influencing of rice product in Kecamatan Meranti-Kabupaten Asahan. There are 70 farmers taken as sample of this research and it applies Ordinary Least Square (OLS) analytic method in estimating the result of the research.

The result of the research shows that the influence field’s wide, labour, sum of seed is influence which are positive to product of rice plant and the result of the estimation show that determinant coefficient is 96,98% it means that the independent variable such as field’s wide, labour, sum of seed affects the dependent variable production ofrice plant as much as 96,98% explained by other variables which is not included in this estimation model.

(14)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh luas lahan, tenaga kerja, jumlah bibit yang mempengaruhi produksi padi di Kecamatan Meranti-Kabupaten Asahan. Penelitian ini menggunakan 70 petani sebagai sample dan menggunakan metode analisis Ordinary Least Square (OLS) dalam mengestimasi hasil penelitiannya.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi.

Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania (Ngraho : 2007).

Di Indonesia pada mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan basil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika (Ngraho : 2007)..

(16)

Pusat penanaman padi di Indonesia adalah Pulau Jawa (Karawang, Cianjur), Bali, Madura, Sulawesi, dan akhir-akhir ini Kalimantan. Pada tahun 1992 luas panen padi mencapai 10.869.000 ha dengan rata-rata hasil 4,35 ton/ha/tahun. Produksi padi nasional adalah 47.293.000 ton. Pada tahun itu hampir 22,5 % produksi padi nasional dipasok dari Jawa Barat. Dengan adanya krisis ekonomi, sentra padi Jawa Barat seperti Karawang dan Cianjur mengalami penurunan produksi yang berarti (BAPPENAS : 2007).

Produksi padi nasional sampai Desember 1997 adalah 46.591.874 ton yang meliputi areal panen 9.881.764 ha. Karena pemeliharaan yang kurang intensif, hasil padi gogo hanya 1-3 ton/ha, sedangkan dengan kultur teknis yang baik hasil padi sawah mencapai 6-7 ton/ha.

Tanaman padi umumnya dibudidayakan oleh petani pada lahan sawah yang memiliki pengairan dan membutuhkan cukup air untuk menghasilkan produksi optimal, bahkan ada tanaman padi yang dibudidayakan pada lahan kering (lahan bukan sawah) yang disebut dengan padi ladang/padi gogo.

(17)

Total luas tanam tanaman padi Kabupaten Asahan tahun 2008 seluas 18.478 hektar, sementara luas tanam padi sawah seluas 17.851 hektar atau proporsinya 96,61 persen dan tanaman padi ladang/padi gogo seluas 627 hektar dengan proporsi sebesar 3,39 persen. Sedangkan total luas panen padi seluas 17.625 hektar, tanaman padi sawah luas panennya seluas 17.099 hektar dengan proporsi sebesar 97,02 persen dan padi ladang seluas 526 hektar atau porsinya sebesar 2,98 persen. Secara total antara luas tanam dan luas panen tanaman padi dalam satu tahun tidak sama, artinya luas tanam lebih besar dari pada luas panennya. Hal ini disebabkan penanaman tanaman padi pada tahun sebelumnya dipanen pada tahun sekarang dan sebaliknya penanaman tahun ini dipanen pada tahun akan datang. Lebih jelas dapat dilihat pada grafik 13 dibawah ini luas tanam dan luas panen padi.

Menurut Samsudin (1982), yang disebut petani adalah mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian, menguasai sesuatu cabang atau beberapa cabang usahatanu dan mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri maupun tenaga bayaran. Menguasai sebidang tanah dapat diartikan pula menyewa, bagi hasil atau berupa memiliki tanah sendiri. Disamping menggunakan tenaga sendiri ia dapat menggunakan tanaga kerja yang bersifat tidak tetap.

(18)

pekerjaan yang terbatas di luar musim tanam, dan pemborosan menyebabkan banyak petani tidak dapat mengelola hidup dari satu panen ke panen lainnya tampa sumber pinjaman. Di Asahan ditunjukan bahwa hanya sekitar 25-30 persen petani mengeluarkan biaya sendiri untuk kebutuhan pembiayaan usahatani sedangkan sebagian besar (75-70%) petani melakukan pinjaman baik dari kredit formal maupun Non-formal.

Sekitar dua puluh lima persen petani melakukan pinjaman kredit formal yaitu program Kredit Ketahanan Pangan (KKP) dan sekitar 45-50 persen jasa kredit Non-formal, terutama berasal dari pedagang pengumpul dan penggilingan desa. Pinjaman kredit Nonformal menimbulkan permasalahan petani karena meskipun tingkat bunga pinjaman hampir sama dengan bunga bank (1-2%/bulan), tetapi dengan melakukan peminjaman ada tersirat keharusan bagi petani untuk menjual gabah ke pelepas uang. Petani kurang bebas memilih pembeli yang lebih menguntungkan.

Kebutuhan bahan pangan akan terus meningkat dalam jumlah, keragaman dan mutunya, seiring dengan perkembangan populasi dan kualitas hidup masyarakat. Disamping itu, sumber daya lahan sebagai basis kegiatan sektor pertanian semakin terdesak oleh kegiatan perekonomian lainnya termasuk prasarana pemukiman dan transportasi. Diasamping masalah lahan, produksi komoditas pangan juga menghadapi masalah dan tantangan di bidang teknoligi dan sumber daya manusia.

(19)

segala bentuk nya, serta kecakapan. Semua itu disebut faktor-faktor produksi (Rosyidi : 2006).

Peningkatan produksi pangan di Sumatera Utara khususnya produksi padi dalam menghasilkan produksi beras tidak sepesat peningkatan jumlah penduduk. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan beras dengan ketersediaan beras yang akan mengakibatkan terjadinya peningkatan dan ketergantungan tehadap impor beras. Perkembangan luas panen dan produksi di Sumatera Utara mengalami naik turun dimana pada tahun 2005 jumlah produksi 3.240.209 ton menjadi 2.870.994 ton pada tahun 2006 dan naik kembali pada tahun 2007 sebesar 3.107.570 ton. Apabila hal tersebut terus berlangsung dikhawatirkan akan terjadi kerawanan pangan mengingat terjadi peningkatan jumlah penduduk setiap tahun nya. Mengingat komoditas beras merupakan kebiasaan makanan masyarakat Indonesia.

Berbicara menggenai produksi pangan tidak terlepas dari luas lahan tanah atau lahan merupakan asset terpenting bagi kegiatan pertanian, sayangnya, Pemerintah lalai dalam hal ini. Kepemilikan tanah sebagai pilar terpenting kegiatan produksi semakin lama semakin tidak ramah kebutuhan sektor pertanian. Menurut BPS dan BPN (Badan Pertanahan Nasional), setiap lima tahun konvensi lahan pertanian untuk pemanfaatan lahan lain mencapai 106 ribu hektar. Disamping itu, sumber daya lahan sebagai basis kegiatan sector pertanian semakin terdesak oleh kegiatan perekonomian lainnya. Hal ini yang dapat menurunkan produksi pangan.

(20)

daya manusia akan meningkatakan kemampuan dalam mengelola, mengkombinasikan dan mendayagunakan berbagai faktor produksi. Tenaga kerja menentukan dalam peningkatan produksi pangan karena kontribusi tenaga kerja dinilai menentukan kinerja usaha tani yang masih bersifat padat pada tenaga kerja. Berkaitan dengan masalah pembangunan tidak terlepas dari pembangunan pada sektor pertanian yang merupakan perioritas dan potensi terbesar di daerah ini (Kabupaten Asahan). Secara tofografi dan geografis daerah Kabupaten Asahan merupakan daerah yang berpotensi pada sektor pertanian dan wajar kontributor terbesar pembentukan PDRB kabupaten ini berasal dari pertanian, baik pertanian tanaman pangan, hortikultura, perekebunan, perikanan, peternkan dan kehutanan. Pembangunan pertanian berkaitan erat dengan membangun masyarakat petani (usaha rumah tangga tani), agar taraf hidup mereka lebih layak dan mampu memenuhi kebutuhan dasar hidupnya.

(21)

Perekonomian Kabupaten Asahan umumnya masih didukung oleh sector atau lapangan usaha pertanian, sebahagian besar penduduk Kabupaten Asahan bergantung hidupnya pada sektor ini. Pada tahun 2007 Pendapatan Domestik Regional Brutto (PDRB) Kabupaten Asahan mencapai 8,22 triliun rupiah (atas dasar harga berlaku), hal ini dibandingkan tahun sebelumnya mengalami penambahan sebesar 13,22 persen yang pada tahun 2006 sebesar 7,26 triliun rupiah. Sedangkan pada tahun 2008 PDRB Kabupaten Asahan mengalami kenaikan yakni menjadi 9,55 triliun rupiah atau naik sebesar 16,18 persen.

Pertanian merupakan sektor unggulan kabupaten ini dengan kontribusinya sebesar 36,92 persen PDRB kabupaten atau bernilai 2,68 triliun rupiah pada tahun 2006, pada tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 15,57 persen dengan nilai 3,06 triliun rupiah dan kontribusinya sebasar 37,20 persen. Sedangkan pada tahun 2008 kontrbusi sektor ini mengalami peningkatan sebesar 16,57 persen dengan nilai 3,61 triliun rupiah, namun kontribusinya turun menjadi 37,80 persen.

Pendapatan Domestik Regional Brutto (PDRB) Kabupaten Asahan berdasarkan atas harga konstan dari tahun 2006 sampai dengan 2008 mengalami peningkatan sebesar 4, 89 persen yakni 4,45 triliun rupiah (tahun 2006) menjadi 4,67 triliun rupiah (tahun 2007), sedangkan pada tahun 2008 juga mengalami peningkatan sebesar 4,82 persen atau menjadi 4,90 triliun rupiah (BPS Kab. Asahan 2008).

(22)

2008 porsinya sebesar 38,25 persen dengan nilai yang dihasilkan sebesar 1,87 triliun rupiah. Hal ini berarti bahwa secara kontribusi terhadap pembentukan PDRB mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar 3,25 persen sedangkan nilai yang dibentuk mengalami peningkatan sebesar 1,64 persen dan juga hal yang sama dialami pada tahun 2008.

Secara agregasi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Asahan setiap tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi daerah ini sebesar 4,80 persen, pada tahun 2007 pertumbuhannya sebesar 4,89 persen sedangkan pada tahun 2008 pertumbuhannya mengalami penurunan sebesar 1,14 persen atau pertumbuhan ekonomi menjadi 4,82 persen.

Sektor pertanian dibentuk atas beberapa subsktor, yakni subsektor pertanian tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Pembentukan Pendapatan Domestik Regional Brutto (PDRB) pada Sektor Pertanian di Kabupaten Asahan mencakup kelima subsektor pertanian diatas.

(23)

262,84 miliyar rupiah dan tahun 2008 senilai 308,86 miliyar rupiah, sedang masing masing kontribusinya sebagai berikut 8,63 persen pada tahun 2006, 8,60 persen tahun 2007 dan 8,56 persen pada tahun 2008.

Kerja Sama BPS Kabupaten Asahan dengan BAPPEDA Kabupaten Asahan Tahun 2009 Pemerintah selalu berupaya bagaimana meningkatkan produksi pertanian khususnya tanaman pangan padi dan palawija sebagai kebutuhan dan konsumsi pokok masyarakat yang lebih mendasar. Melalui berbagai kebijakan yang telah ditetapkan/ dilaksanakan, pemerintah berupaya untuk meringankan dan mengurangi beban biaya yang ditanggung petani seperti pemberian subsidi sebagai variabel input dalam kegiatan proses produksi petani yakni subsidi pupuk, subsidi bibit/benih, subsidi alat dan mesin pertanian, pembinaan dan penyuluhan bagi petani atau kelompok tani.

Sisi lain sebagai jaminan produksi di pasar, pemerintah juga menetapkan harga standard yang dikenal dengan harga patokan pemerintah (HPP), hal ini diharapkan tidak terjadinya persaingan harga produksi yang tidak sehat di pasar, menghindari harga yang semena mena oleh pedagang pengumpul dan tengkulak dan lain sebagainya.

(24)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Produksi Padi Kecamatan Meranti – Kabupaten Asahan”.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dibuat untuk lebih mempermudah dan membuat lebih sistematis penulisan skripsi serta diperlukan sebagai suatu cara untuk mengambil keputusan dari akhir penulisan skripsi. Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang, maka perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah luas lahan berpengaruh terhadap produksi padi sawah di Kecamatan Meranti?

2. Apakah jumlah bibit pada lahan berpengaruh terhadap produksi padi sawah di Kecamatan Meranti?

3. Apakah tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi padi sawah di Kecamatan Meranti?

4. Bagaimanakah bentuk fungsi produksi padi di Kecamatan Meranti ( increasing return to scale, decreasing return to scale, constant return to scale )?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

(25)

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah bibit terhadap produksi padi di kecamatan Meranti.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap produksi padi di kecamatan Meranti.

4. Untuk mengetahui bentuk fungsi produksi yang mempengaruhi produksi padi di kecamatan Meranti.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan kepada para petani padi yang ada di Kecamatan Meranti dalam rangka meningkatkan produktivitas yang efisien sehingga berpengaruh kepada pendapatan.

2. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah, instansi/lembaga yang terkait dalam menentukan kebijakan usahatani padi di Sumatera Utara.

3. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan USU yang ingin melakukan penelitian di masa yang akan datang.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Ekonomi Pertanian

Ilmu ekonomi pertanian adalah termasuk dalam kelompok ilmu-ilmu kemasyarakatan (social science), ilmu yang mempelajari prilaku dan upaya serta hubungan antar manusia. Perilaku yang dipelajari bukanlah hanya mengenai perilaku manusia secara sempit, misalnya perilaku petani dalam kehidupan pertaniannya, tetapi mencakup persoalan ekonomi lainnya yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan produksi, pemasaran, dan konsumsi petani atau kelompok-kelompok petani.

Dengan pengertian ekonomi pertanian yang demikian maka analisis usahatani beserta pengolahan hasil-hasil pertanian, kebijakan pertanian, hukum-hukum dan hak-hak pertanahan termasuk bidang-bidang yang harus dipelajari oleh ekonomi pertanian. Dengan demikian ilmu ekonomi pertanian dapat didefenisikan sebagai bagian dalam ekonomi umum yang mempelajari fenomena-fenomena dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pertanian, baik mikro maupun makro.

(27)

Indonesia juga merupakan negara agraris, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian Nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk Nasional yang berasal dari pertanian. Pentingnya sektor pertanian dapat pula dilihat dari besarnya nilai ekspor yang berasal dari pertanian. Pertanian dalam arti luas mencakup: (1) Pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit (2) Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar) (3) Kehutanan (4) Peternakan dan (5) Perikanan (dalam perikanan dikenal lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut). Sedangkan menurut Moehar Daniel (1996) mengatakan bahwa:

“Ekonomi Pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberi arti sebagai berikut: Suatu ilmu yang mempelajari dan membahas serta menganalisis pertanian secara ekonomi, atau ilmu ekonomi yang diterapkan pada pertanian”.

(28)

2.2. Pembangunan Pertanian.

Berbagai hal dapat dilakukan untuk dapat mengembangkan pertanian sejak saat ini. Kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang harus menjadi prioritas dalam melakukan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan pertanian. Sektor pertanian menjadi prioritas pertama bagi Negara negara berkembang karena sektor ini ditinjau dari berbagai segi merupakan sektor yang dominan dalam ekonomi nasional. Misalnya kontribusi terhadap pendapatan nasional, peranaannya dalam penyerapan tenaga kerja pada penduduuk bertambah dengan cepat, serta kontribusinya dalam menghasilkan devisa.

(29)

Program program pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah rangkaian upaya untuk memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya sistem pertanian dan usaha-usaha pertanian yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentrralisir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program pembangunan pertanian diarahkan kepada tujuan pembangunan pertanian jangka panjang yaitu sektor pertanian sebagai andalan dalam pembangunan nasional. Ketangguhan perekonomian nasional dengan basis agraris sebagaimana Indonesia tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan ketangguhan sektor pertanian. Sangat relevan apabila visi, misi, tujuan dan strategi pembngunan pertanian adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian dalam mendukung perekonomian nasional.

2.3. Syarat –Syarat Pembangunan Pertanian.

Berhasilnya pembangunan ditentukan oleh beberapa syarat yang berbeda- beda antar Negara atau daerah. Kondisi tersebut meliputi bidang-bidang teknis, ekonomis, social, budaya dan lain lain. A.T.Mosher dalam bukunya Getting Agriculture Moving (1965) yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia

(30)

1. Adanya pasar untuk hasil hasil usaha tani. 2. Tekhnologi yang senantiasa berkembang.

3. Tersedianya bahan bahan dan alat alat produksi secara lokal. 4. Adanya perangsang produksi bagi petani.

5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontiniu.

Disamping kelima syarat syarat mutlak di atas , menurut Mosher ada lima syarat lagi yang keberadaannya tidak harrus ada, akan tetapi kalau ada akan sangat memperlancar pembangunan pertanian.

Yang termasuk syarat syarat atau sarana pelancar tersebut adalah: 1. Pendidikan dan pembangunan.

2. Kredit produksi.

3. Kegiatan gotong royong petani.

4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.

5. Perencanaan nasional daripada pembagunan pertanian.

(31)

pada para petani di desa, baik mengenai teknik-teknik baru dalam pertanian maupun mengenai ketrampilan ketrampilan lainnya juga sangat membantu menciptakan iklim yang menggiatkan usaha pembangunan. Kebijaksanaan dalam bidang tata niaga yang berupa pemberian premi pada mutu komoditi yang terbaik merupakan contoh lain dalam pemberian perangsang, misalnya dalam hal harga gambir dan harga nilam. Akhirnya kebijaksanaan pada harga umumnya yang menjamin stabilisasi harga-harga hasil pertanian merupakan contoh yang dapat meningkatkan rangsangan pada petani untuk bekerja lebih giat dan mereka akan lebih pasti dalam ussaha untuk meningkatkan produuksi. (Mubyarto:1985:pengantar ekonomi pertanian).

2.4. Pengertian Produksi

Usahatani sesungguhnya tidak sekedar hanya terbatas pada pengambilan hasil melainkan nyata merupakan suatu usaha produksi. Dalam hal ini akan berlangsung pendayangunaan tanah, modal, tenaga kerja, dan keterampilan sebagai faktor produksi tersebut. Jika pendayagunaannya dilakukan dengan baik akan menghasilkan hasil yang baik pula dan sebaliknya jika pengelolaanya tidak berjalan dengan baik maka hasilnya tidak dapat diandalkan. Jika hasil-hasilnya tersebut sangat baik ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas akan menghasilkan suatu kepuasan bagi produsen itu sendiri. Dengan demikian dalam produksi komoditi pertanian terdapat berbagai kegiatan dan hubungan antara sumber-sumber produksi yang digunakan dengan hasil komoditasnya.

(32)

lebih besar dari pengorbanan yang diberikan. Sedangkan bila ditinjau dari segi ekonomi maka pengertian produksi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia sehingga memperoleh suatu hasil yang kualitas dan kuantitasnya baik, sehingga menjadi komoditi yang layak diperdagangkan.

Agar lebih jelas tentang pengertian produksi maka kita dapat melihat spengertian produksi menurut Sofyan Assauri (1992:25) yang mengatakan:

“yang dimaksud dengan produksi adalah segala kegiatan dalam rangka menciptakan dan menambah kegunaan atau utility sesuatu barang dan jasa untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi yang didalam ilmu ekonomi terdiri dari tanah,modal ,tenaga kerja, dan keterampilan”.

Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa produksi ialah suatu kegiatan atau aktifitas yang dapat menambah nilai guna dan manfaat barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dari uraian diatas dapat pula diperoleh pengertian produksi pada usahatani padi secara khusus yaitu suatu proses produksi sehingga menghasilkan padi yang dapat disebut sebagai komoditi (output).

2.4.1. Teori Produksi

Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan mengubah teknologi tertentu. Produksi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1. Proses Produksi

(33)

Untuk menghasilkan jumlah output tertentu, suatu usaha harus menentukan kombinasi pemakaian input yang sesuai. Jangka waktu analisis terhadap suatu usaha yang melakukan kegiatan produksi dapat dibedakan menjadi jangka pendek dan jangka panjang. Analisis terhadap kegiatan produksi dikatakan berada dalam jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed input).

Dalam jangka pendek tersebut suatu usaha tidak dapat menambah jumlah faktor produksi yang dianggap tetap. Faktor produksi yang dianggap tetap biasanya adalah modal seperti mesin dan peralatannya, bangunan, dll. Sedangkan faktor produksi yang dapat mengalami perubahan (variable input) misalnya adalah tenaga kerja. Dalam jangka panjang semua faktor produksi dapat mengalami perubahan. Berarti dalam jangka panjang setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya kalau memang diperlukan. Dalam jangka panjang suatu usaha dapat melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di pasar. Jumlah alat-alat produksi dapat ditambah, penggunaan mesin-mesin dapat dirombak dan ditingkatkan efisiensinya, jenis-jenis komoditi baru dapat dihasilkan, dsb.

2.4.2 Prinsip Ekonomi Dalam Proses Produksi

Beberapa prinsip ekonomi dalam proses produksi sebagai kebijakan perusahaan, yaitu (Nasution, S. H., 2007; 76):

1. Maksimalisasi Output

(34)

2. Minimalisasi Biaya

Kebijakan perusahaan yang berupaya untuk meminimalisasi biaya produksi untuk tingkat output tertentu.

3. Maksimalisasi Laba

Pengusaha memiliki kebebasan dalam penggunaan input sebagai biaya produksi guna menciptakan produksi optimal dengan tujuan untuk mendaptkan laba maksimum. Besarnya laba maksimum perusahaan sebagai penjualan output adalah selisih diantara jumlah penerimaan (total revenue) dikurangi dengan jumlah biaya (total cost).

2.4.3 Konsep Produksi

Konsep dasar teori produksi sangat diperlukan bagi berbagai pihak, terutama pihak produsen untuk menentukan bilamana output dapat memberikan maksimum laba. Beberapa informasi yang perlu diketahui produsen antara lain permintaan output maupun informasi ketersediaan berbagai input guna mendukung proses output. Demikian pula alternative penggunaan input dan bahkan pengorbanan terhadap sesuatu output guna kepentingan output lainnya. Keterangan ini perlu mendapat perhatian para pelaku kegiatan produksi sebagai suatu kebijaksanaan sekaligus keputusan.

Secara umum, konsep produksi dapat dibedakan menjadi 3 bagian (Kadariah, 1994; 100), yaitu:

1. Produk Total (Total Product)

(35)

yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian produk total ini merupakan fungsi dari input / faktor-faktor produksi yang tersedia, sehingga besarnya sangat dipengaruhi oleh kepemilikan terhadap input yang diperlukan.

Dalam hal ini fungsi produksi total dapat dirumuskan sebagai berikut: TP = f (FP)

Artinya bahwa produksi total itu merupakan variabel dependen terhadap faktor produksi (FP) yang dijadikan sebagai variabel independen, dimana:

TP = Total Product (produk total)

FP = Factor of Production (factor produksi) 2. Produksi Rata-rata (Average Product)

Produksi rata-rata adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh setiap unit (satuan) faktor-faktor produksi. Konsep ini diperoleh dengan cara membagikan total produksi dengan jumlah faktor produksi (input) yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

AP = FP TP

Dimana: AP = average product (produksi rata-rata) TP = total product (total produksi)

FP = jumlah faktor produksi yang digunakan 3. Produksi Marginal (Marginal Product)

(36)

MP = ∆Q = Qa – Qa - 1

Dimana: MP = produksi marginal (marginal product)

Qa = total produksi setelah penambahan faktor produksi

Qa - 1 = total produksi sebelum penambahan faktor produksi

2.4.4 Tahapan produksi

Berdasarkan data dan grafik pada gambar 2.1 dapat ditemukan tahapan (stage) produksi, apakah sebagai tahap I, tahap II, dan tahap III. Tahap I ditunjukkan dari penggunaan 1 input tenaga kerja sampai pada perpotongan marginal product dengan average product. Tahap II dimulai dari MP = AP

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 MPL

TPL

APL

Tahap I Tahap II Tahap III

TP

L 0

3 4 8

Gambar 2.2

(37)

sampai pada maksimum total product dengan MP = 0. Tahap III dimulai total product mengalami penurunan dan diikuti oleh marginal product yang negative.

Tahap I penggunaan tenaga kerja relative kecil sehingga total produksi masih memungkinkan untuk ditingkatkan, tahapan ini merupakan irrational stage sebagaimana tahap III dimana penambahan jumlah input tenaga kerja justru menurunkan jumlah produksi. Tahap II merupakan rational stage dimana penambahan input tenaga kerja dapat meningkatkan jumlah produksi. Dengan demikian berdasarkan ketiga tahapan produksi diatas, terbaik terdapat pada tahap produksi II (Nasution, S. H., 2007; 59).

2.4.5 Production Possibility Curve

Proses penciptaan output selalu dihadapkan kepada berbagai alternative, apakah alternative dimaksud berkaitan dengan penggunaan input atau penciptaan output. Beberapa proporsi maupun jenis input yang digunakan guna menghasilkan

berbagai output dan bagaimana kombinasi penggunaan input sehingga proses produksi terkendali. Informasi pasar output dan kesediaan input sangat berperan sehingga proses produksi memberikan laba maksimum bagi perusahaan. Konsep

production possibility curve atau disebut production frontier dapat

mengungkapkan keterangan diatas.

(38)

diberikan sesuatu output guna peningkatan output lain seperti ditunjukkan pada gambar 2.2 (Nasution, S. H., 2007; 55).

Gambar 2.3. Kurva Production Possibility Curve

Berdasarkan uraian diatas, produksi pada dasarnya merupakan proses penggunaan input (masukan) untuk menghasilkan output (keluaran). Secara umum fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:

Output = f(input)

2.4.6 Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara input dan output dalam bentuk persamaan, table atau grafik (Salvatore, 1994). Jadi fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu (Ferguson dan Gould, 1975).

(39)

Fungsi produksi menetapkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa mencapai suatu output yang lebih tinggi tanpa menggunakan input yang lebih banyak, dan suatu perusahaan tidak bisa menggunakan lebih sedikit input tanpa mengurangi tingkat outputnya.

Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal, antara lain:

a. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

b. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (dependent variable), Y, dan variabel yang menjelaskan (independent variable), X, serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Y = f (X1,…)

Dengan fungsi produksi seperti tersebut diatas, maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1,...lainnya juga dapat diketahui.

a. Fungsi Produksi Satu Input Variabel

(40)

kemampuan tenaga kerja dalam menciptakan jumlah produksi (total physical productivity of labor/TPPL atau acapkali disingkat (TP), produksi margin (MP),

rata-rata produksi (AP) dan sampai kepada laba maksimum (Nasution, S. H., 2007; 57).

b. Fungsi Produksi Dengan Dua Input

Apabila dua input yang digunakan dalam proses produksi menjadi variabel semua, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan isoquan dan isocost.

a. Isoquant

Isoquant adalah kurva yang menunjukkan kombinasi input yang dipakai

dalam proses produksi, yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang sama (Suharti, T., 2003; 83).

Gambar 2.4. Kurva Isoquant

K

K1

K2

L2

L1 L

(41)

Isoquant mempunyai ciri-ciri yang sama dengan indifference curve

dalam analisis perilaku konsumen, yaitu (Tati Suharti, 2003; 83): 1. Turun dari kiri atas kekanan bawah

2. Cembung ke arah titik origin 3. Tidak saling berpotongan

4. Kurva pada gambar 2.3 menunjukkan jumlah output yang lebih banyak, artinya perubahan produksi digambarkan dengan pergeseran isoquan.

Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS)

Adalah suatu pernyataan yang mengungkapkan penurunan/berkurangnya penggunaan sesuatu input (kapital) di satu sisi pada sumbu vertikal dan diganti dengan penambahan input lain (tanaga kerja) dengan tingkat produksi yang sama (Nasution, S. H., 2007; 65). Secara matematis dapat dituangkan sebagai berikut:

MRTS =

K L

MP MP

b. Isocost

Isocost adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi antara dua

input yang berbeda yang dapat dibeli oleh produsen pada tingkat biaya yang sama

(42)

Gambar 2.5. Kurva Isocost

Berdasarkan gambar 2.4 dapat dijelaskan bahwa semakin dekat dengan titik origin, berarti semakin kecil pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh produsen, dan sebaliknya, semakin jauh dari titik origin maka semakin besar pengeluaran produsen.

2.4.7. Fungsi Produksi Cobb Douglas

Fungsi produksi ini menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Coob, C.W. dan Douglas, P. H. pada tahun 1928 melalui artikelnya yang berjudul “A Tehory of Production” (Suhartati, T, 2003:104).

Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis dengan persamaan:

Q = AKα Lβ Keterangan: Q = output

L2 L

L1

K

K1

(43)

L = input tenaga kerja

A = parameter efisiensi/koefisien teknologi a = elastisitas input modal

b = elastisitas input tenaga kerja

Fungsi produksi Cobb Douglas dapat diperoleh dengan membuat dengan membuat linear persamaan sehingga menjadi:

LnQ = LnA + αLn + βLnL + ε

Dengan meregres persamaan diatas maka secara mudah akan diperoleh parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya. Salah satu kemudahan fungsi produksi Cobb Douglas adalah secara mudah dapat dibuat linear sehingga memudahkan untuk mendapatkannya

Dalam fungsi produksi Cobb Douglas ini, penjumlahan elastisitas substitusi menggambarkan return to scale. Artinya apabila α + β = 1 berarti constan return to scale, bila α + β < 1 berarti decresing return to scale, dan apabila α + β > 1 berarti proses produksi berada dalam keadaan increasing return to scale. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:

Fungsi produksi Cobb Douglas:

Q = AKα Lβ Apabila input dinaikkan dua kali lipat maka:

Q2 = A (2K1)α. (2L1) β

= A2αK1α .2βL1β = 2 α+ βAK1α. L 1β

(44)

Jadi, bila α+β = 1, maka Q2 = 2 Q1, berlaku constan return to scale

bila α+β > 1, maka Q2 > 2 Q1, berlaku increasing return to scale

bila α+β < 1, maka Q2 < 2 Q1, berlaku decreasing return to scale

Dalam fungsi produksi Cobb Douglas asli berlaku constant return to scale (Nicholson, 1995 : 332), sehingga dapat mengilustrasikan secara mudah

perubahan output sebagai akibat perubahan input. Apabila input (baik K maupun L) naik sebesar 2 (dua) kali maka output akan naik sebesar 2 (dua) kali pula.

Karena dalam fungsi Cobb Douglas berlaku constant return to scale maka akan membawa konsekuensi bahwa substitusi antar faktor-faktor produksinya adalah substitusi sempurna, artinya satu input L (tenaga kerja) dapat digantikan dengan satu unit input K (modal). Dengan demikian, fungsi produksi Cobb Douglas mempunyai bentuk isoquan linear. Yang dapat dilihat dengan jelas dari gambar 2.6.

Gambar 2.6. Kurva Isoquan Fungsi Produksi Cobb-Douglas

• Constant return to scale menunjukkan kasus bilamana perubahan semua input menyababkan peningkatan output dengan jumlah yang

(45)

ditingkatkan dua kali lipat, maka output juga meningkat dua kali lipat.

• Decseasing return to scale timbul bilamana peningkatan semua input dengan jumlah yang sama menyebabkan peningkatan total out put yang kurang proporsional.

• Increasing return to scale terjadi bilamana peningkatan semua input menyebabkan peningkatan output lebih besar.

Gambar 2.7. Kurva Constant Return to Scale ( Sumber: Mikro ekonomi, Noor Azis : 2003)

Y

(46)

Gambar 2.8. Kurva Increasing Return to Scale ( Sumber: Mikro ekonomi, Noor Azis : 2003)

Gambar 2.9. Kurva Decreasing Return to Scale ( Sumber: Mikro ekonomi, Noor Azis : 2003 )

Y

X

Y

(47)

2.5. Faktor produksi

Dalam suatu kegiatan usahatani selalu melibatkan faktor-faktor produksi (input) untuk menghasilkan suatu produk (output). Menurut Mosher (1965), produksi pertanian dalam pengusahaanya selalu menggunakan input untuk menghasilkan output, dimana input merupakan segala sesuatu yang diikutsertakan dalam proses produksi seperti penggunaan tanah (lahan), tenaga kerja, modal, sarana produksi, dan pengelolaan. Oleh karena itu, perkembangan usahatani atau tingkat dari suatu produksi tidak terlepas dari perkembangan faktor-faktor tersebut.

2.5.1. Lahan

Luas lahan adalah merupakan luas lahan pertanian atau areal tanaman yang didalamnya terdapat bagian tanaman yang sedang mengeluarkan hasil, bagian tanaman yang sudah tua atau yang tidak menghasilkan lagi atau bagian tanaman yang belum berbuah atau yang baru ditanam.

Luas lahan menghasilkan adalah merupakan luas lahan tanaman pertanian yang terdapat pokok-pokok yang mengeluarkan hasil. Luas lahan menghasilkan pada satu periode ( jangka waktu ) tertentu adalah tergantung kepada keputusan untuk menanam pada masa lalu ( Khera, 1976 ).

Luas panen adalah luas tanah yang mampu menghasilkan hasil panen. Luas panen di sini adalah mencakup semua luas tanah atau lahan yang mampu menghasilkan hasil panen untuk tanaman bahan pangan.

(48)

biologi dan fisika yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman atau budi daya tanaman. Dalam hubungannya dengan kebutuhan hidup tanaman tersebut tanah berfungsi sebagai: tunjangan mekanis sebagai tempat tanaman tegak dan tumbuh, penyedia unsur hara dan air, dan lingkungan tempat akar atau batang dalam tanah melakukan aktivitas fisiologinya.

Lahan termasuk dalam modal tetap dan merupakan salah-satu faktor produksi yang sangat berperan dalam setiap usaha yang dilakukan. Menurut Mubyart (1989) lahan merupakan salah-satu faktor produksi yang merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu dimana tempat produk itu berjalan dan darimana hasil produksi itu keluar.

Dalam hubungannya dengan faktor produksi, jumlah produksi ditentukan oleh keadaan lahan usahatani yang meliputi kualitas (kesuburan) dan kuantitas (luas lahan). Kualitas dan kuantitas lahan tersebut akan mempengaruhi produktivitas, lahan yang subur akan memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan lahan yang kurang subur. Pada lahan-lahan yang tingkat kesuburannya sama namun luas lahan yang diusahakan berbeda maka produksi yang dihasilkan akan berbeda pula.

Lahan mempunyai sifat yang khusus sehingga dikatakan sebagai faktor produksi. Sifat khusus tersebut diantaranya luasnya relatif tetap atau dianggap tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan dan dapat dipindahtangankan atau dijualbelikan. Semakin luas lahan yang diusahakan maka produksi yang dihasilkan secara kuantitas akan cenderung meningkat.

(49)

mencari kredit atau membayar hutang-hutang. Sebagai faktor produksi, tanah mendapat bagian dari hasil produksi karena jasanya dalam produksi itu. Pembayaran atas jasa produksi ini dikatakan sewa tanah (rent). David Ricardo, seorang ahli ekonomi berkebangsaan Inggris dikenal sebagai salah seorang penulis terkemuka dalam soal sewa tanah dengan teorinya mengenai sewa tanah differensial, dimana ditunjukkan bahwa tinggi rendahnya sewa tanah adalah disebabkan oleh kesuburan tanah, makin subur tanah makin tinggi sewa tanah.

Dari beberapa pendapat yang telah disebutkan, dapat diketengahkan sebuah simpulan mengenai tanah sebagai komponen hidup dari lingkungan yang sangat penting terutama bagi hidupnya tumbuhan bahan pangan. Karena tanah merupakan salah satu usaha pada bidang pertanian yang memiliki kandungan nutrisi yang sangat diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor penting lainnya. Oleh sebab itu luas panen atau sering disebut luas tanah yang mampu memberikan hasil panen atau produktivitas pertanian sebagai suatu proses dalam produksi bidang pertanian.

Dalam proses penanaman padi biasanya menggunakan lahan sawah. Dimana lahan sawah merupakan fasilitas utama dalam penanaman padi. Adapun lahan sawah tersebut dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan fungsinya masing-masing, yaitu:

1. Lahan Sawah

(50)

Bumi, Iyuran Pembanguna Daerah, Lahan Bengkok, Lahan Serbotan, Lahan Rawa yang ditanami padi dan lahan-lahan bukaan baru (transmigrasi dan sebagainya)

2. Lahan Sawah Irigasi (Berpengairan)

Lahan Sawah Berpengairan (Irigasi) yaitu lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dan jaringanjaringannya diatur dan dikuasai dinas pengairan PU (Pekerjaan Umum) maupun dikelola sendiri oleh masyarakat. Lahan sawah irigasi terdiri dari :

• Lahan Sawah Irigasi Teknis

• Lahan Sawah Irigasi Setengah Teknis • Lahan Sawah Irigasi Sederhana • Lahan Sawah Irigasi Non PU

3. Lahan Sawah Non Irigasi (Tak Berpengairan)

Lahan Sawah Tak Berpengairan (Non Irigasi) yaitu lahan sawah yang tidak memperoleh pengairan dari sistem irigasi tetapi tergantuing pada air alam seperti : air hujan, pasang surutnya air sungai/laut, dan air rembesan. Lahan sawah non irigasi ini meliputi :

• Lahan Sawah Tadah Hujan • Lahan Sawah Pasang Surut

• Lahan Sawah Lainnya (lebak, polder, rembesan, lahan rawa yang • dapat ditanami padi dan lain lain)

(51)

Yang dimaksud dengan lahan sawah pasang surut adalah lahan sawah yang pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.

5. Lahan Sawah Lebak

Yang dimaksud dengan lahan lebak adalah lahan sawah yang pengairannya berasal dari reklamasi rawa lebak (bukan pasang surut).

6. Lahan Sawah Polder

Yang dimaksud dengan lahan sawah polder adalah lahan sawah yang terdapat didelta sungai yang pengairannya dipengaruhi oleh air sungai tersebut.

7. Lahan Sawah Lainnya

Yang dimaksud dengan lahan sawah lainnya adalah rembesan-rembesan yang biasanya ditanami padi.

2.5.2. Modal

Modal dalam pengertian ekonomi adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi lahan dan tenaga kerja digunakan untuk menghasilkan suatu barang baru atau hasil pertanian dalam suatu proses produksi. Sedangkan modal merupakan bentuk kekayaan berupa uang tunai ataupun barang yang akan digunakan untuk menghasilkan suatu barang. Pengertian barang disini meliputi alat-alat produksi dan sarana produksi pertanian lainnya seperti pupuk, bibit, dan obat-obatan (Mubyarto,1989).

(52)

produksi seperti uang tunai yang dibayarkan kepada tenaga kerja. Sumber modal petani bisa berasal dari petani itu sendiri maupun dari luar usahatani.

a. Tenaga kerja

Tenaga kerja adalah pengertian tentang potensi yang terkandung dalam diri manusia yang dikaitkan dengan perdagangan di berbagai kegiatan atau usaha yang ada keterlibatan manusia, yang dimaksud adalah keterlibatan unsur-unsur jasa atau tenaga kerja. Yang biasa disebut sebagai tenaga kerja pada dasarnya adalah penduduk pada usia kerja (15-64 tahun), dan dapat pula dikatakan bahwa tenaga kerja itu adalah penduduk yang secara potensial dapat bekerja.

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting disamping sumber alam, modal, dan teknologi. Ditinjau dari segi umum pengertian tenaga kerja menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa dan mempunyai nilai ekonomi yang dapat berguna bagi kebutuhan masyarakat, secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia.

(53)

b. Curahan Kerja

Peningkatan jumlah produksi dalam suatu lahan, selain bibit, pupuk, dan pestisida diperlukan sejumlah tenaga kerja. Tenaga kerja yang ada bisa berasal dari dalam dan luar keuarga. Tanpa orang bekerja tidak dapat dicapai produksi yang baik. Faktor tenaga kerja disini dapat dilihat dari jumlah curahan kerja.

Dalam usahatani tenaga kerja dibedakan atas dua macam yaitu menurut sumber dan jenisnya. Menurut sumbernya tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar keluarga. Sedangkan menurut jenisnya didasarkan atas spesialis pekerjaan kemampuan fisik dan keterampilan dalam bekerja yang dikenal tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga dipengaruhi oleh skala usaha yang dilakukan, semakin besar skala usaha maka penggunaan tenaga kerja cenderung semakin meningkat.

Penilaian terhadap penggunaan tenaga kerja biasanya digunakan standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut dengan “Hari Kerja Pria” atau HKP. Namun, tidak selamanya penambahan dan pengurangan tenaga kerja mempengaruhi produksi, karena walaupun jumlah tenaga kerja tidak berubah tetapi kualitas dari tenaga kerja lebih baik maka dapat mempengaruhi produksi.

c. Kualitas Tenaga Kerja

(54)

pengalaman, (d) faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan usahatani, dan (e) keterampilan.

2.5.4. Keterampilan (skill)

Untuk memperoleh hasil tani yang baik, petani berusaha mempunyai keahlian dalam produksi pertaniannya, keahlian ini yang disebut dengan skill yang merupakan syarat mutlak dari peningkatan hasil pertanian yang diinginkan, menurut Soemitro Djoyohadikusumo pengertian pembangunan ekonomi adalah suatu usaha untuk memperbesar pendapatan perkapita dan menaikkan produktivitas perkapita dengan jalan menambah peralatan modal dan keterampilan agar satu sama lainnya menambah pendapatan yang lebih besar dan produktivitas yang lebih tinggi.

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi empiris guna memecahkan masalah dan menguji hipotesis dari penelitian. Data dan atau informasi yang tepat dan relevan dengan masalah yang dibahas diharpkan dapat menggambarkan kesimpulan yang lebih baik dan bermutu. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai proses data tersebut serta rencana pengolahannya.

3.1. Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Meranti kabupaten Asahan dan merupakan study kasus pada petani kecamatan Meranti. Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis seberapa besar pengaruh luas lahan, jumlah tenaga kerja, jumlah pupuk, dan jumlah bibit terhadap tingkat produksi padi di daerah tersebut.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

(56)

infinit. Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi yang ada di Kecamatan

Meranti.

Adapun populasi petani yang ada di desa Meranti yaitu:

Tabel: 3.1 Jumlah sampel penelitian

Sampel adalah kumpulan elemen yang sifatnya tidak menyeluruh melainkan hanya sebagian dari populasi saja. Metode pengumpulan data ini dengan jalan mencatat sebagian kecil dari populasi atau mencatat sampel saja. Untuk menjangkau keseluruhan dari objek penelitian digunakan teknik sampling yaitu prosedur untuk mendapatkan dan karakteristik yang berada di dalam populasi meskipun data itu tidak diambil secara keseluruhan melainkan hanya sebagian saja.

(57)

dalam pengambilan sampel dilakukan dengan metode judgement sampling (purposive sampling) yakni tekhnik penentuan sampel dengan penilaian terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian.

Adapun sampel petani yang dijadikan objek penelitian yaitu diambil dari 3 desa yang dipilih yaitu :

Tabel: 3.1 Jumlah sampel penelitian

NO Desa Populasi Petani

Sumber: Penelitian 2010

3.3 Jenis dan Tehnik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer atau data lapangan.

(58)

a. Kuisioner, yaitu tehnik pengumpulan data dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden.

b. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan.

c. Depth interview, yaitu melakukan wawancara dan tanya-jawab

langsung kepada responden.

3.4. Analisis Fungsi Produksi

Model dasar untuk produksi padi di Kecamatan Meranti merupakan pengembangan teori produksi Cobb-Douglas, yaitu persaman:

Y = A Kα Lβ...(1)

Dengan memecah variabel K dan L dalam bentuk yang lebih spesifik, yaitu variabel-variabel eksplanatori yang digunakan dalam penelitian ini, maka fungsi produksi menjadi:

Y = f (X1, X2, X3,)...(2)

Dimana:

Y = Total Produksi (Kg) X1 = Luas Lahan (rante)

X2 = Jumlah Bibit (Kg)

X3 = Tenaga Kerja (0rang)

Dengan memasukkan seluruh variabel penelitian ini dalam fungsi Cobb-Douglas, menghasilkan fungsi sebagai berikut:

(59)

Selanjutnya untuk mendapatkan model penelitian ini digunakan logaritma terhadap variabel-variabel yang digunakan. Untuk menguji pengaruh antara variabel penjelas (explanatory variable) terhadap produksi padi digunakan metode ordinary least square (OLS) dalam bentuk regresi berganda dengan menggunakan alat bantu program E-views 5.1. Adapun spesifikasi model penelitian ini sebagai berikut:

log Y = α + β1 log X1 + β2 log X2 + β3 log X3

+μ...(4)

3.5 Test of Goodness Fit

Untuk menganalisis model tersebut dilakukan pengujian sebagai berikut:

3.5.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama memberi penjelasan terhadap variabel dependen . Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0< R2≤1).

3.5.2 Uji t-Statistik (Partial Test)

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : bi = b

Ha : bi ≠b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter

(60)

H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh

secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

t-hitung =

(

)

Sbi

b bi

Dimana :

bi = Koefisien variabel independen ke-i

b = Nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 : β =0 H0 diterima (t*<t-tabel) artinya variabel independen secara

parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Ha : β ≠0 Ha diterima (t*>t-tabel) artinya variabel independen secara

(61)

3.5.3 Uji F-Statistik (Overall Test)

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

2

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-statistik dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

F-hitung =

( )

Kriteria pengambilan keputusan : 0

: 1 2

0 β =β =

H H0 diterima (F*<F-tabel) artinya variabel

independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

0 :β1 ≠β2

a

H Ha diterima (F*>F-tabel) artinya variabel

(62)

3.6 Uji Asumsi Klasik

3.6.1 Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk memastikan µ (error term) tersebar normal. Jika µ tersebut normal maka koefisien OLS (β OLS) juga tersebar normal dengan demikian Y juga tersebar normal, hal ini disebabkan adanya hubungan linear

antara µ, β, d an Y. Untu k meng uji sebaran µ dap at dig unak an uji JB (Jarq ue

Berra). Error term (µ) disebut normal jika nilai JB lebih rendah atau sama dengan nilai kritis table chi square (derajat bebas,alpha).

Hipotesis yang dipakai adalah Ho diterima dan Ha ditolak jika nilai JB lebih besar dari table chi square, berarti sebaran error (µ) dan Y tidak normal dan Ho ditolak sedangkan Ha diterima jika nilai JB lebih kecil dari nilai table chi square berarti sebaran error (µ) dan Y normal.

3.6.2 Uji linieritas

(63)

variable yang relevan untuk dimasukkan ke dalam model empiris. Dengan kata lain, dengan menggunakan uji linieritas, specification error atau mis-specification error. Salah satu uji yang digunakan untuk menguji linieritas adalah uji Ramsey

atau Ramsey RESET Test (Wahyu Ario Pratomo, 2007).

3.6.3 Uji Multikoliniearitas

Multikoliniearitas sering terjadi jika di antara variable bebas (x) saling berkorelasi sehingga tingkat penelitian pemerkiraan semakin rendah. Di samping itu interval keyakinan kesimpulan yang diambil keliru. Multikoliniearitas yang berat dapat mengubah tanda koefisien regresi yang seharusnya bertanda (+) berubah (-) atau sebaliknya. Uji multikoliniearitas diperoleh dengan beberapa langkah yaitu:

1) Melakukan regresi model lengkap Y = f (X1,….Xn) sehingga kita

mendapatkan R square.

2) Melakukan regresi X1 terhadap seluruh x lainnya, maka diperoleh

nilai Ri square (regresi ini disebut auxiliary regression) ; dan

(64)

3.6.4 Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas adalah suatu kondisi dimana sebaran atau variance (σ2) dari error term (µ) tidak konstan sepanjang observasi. Jika harga X makin besar maka sebaran Y makin lebar atau makin sempit.

Untuk menguji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan Uji White sebagai berikut:

1) Lakukan regresi model yang kita miliki dan kita dapatkan nilai residual untuk (estimasi error)

2) Lakukan regresi auxialiary, kita dapatkan nilai R2 dari regresi ini kemudian kita hitung X2 dengan rumus n x X2

3) Dibandingkan X2 dari regresi di atas dengan nilai chi square dengan derajat bebas 2 dan alpha 1%.

Jika R2 x n lebih besar dari nilai table chi square (alpha, df) berarti terjadi heteroskedastisitas, jika sebaliknya berarti tidak heteroskedastisitas.

3.7 Definisi Operasional

1. Total produksi (logY) adalah total hasil produksi padi selama kurun waktu sekali panen. Total produksi padi dihitung dalam kilogram.

2. Luas lahan (log X1) adalah luas lahan yang digunakan para petani padi di

Kecamatan Meranti untuk menanam padi. Luas lahan dihitung dalam satuan rante.

3. Jumlah bibit (log X2) adalah jumlah pemakaian bibit untuk sekali tanam.

(65)

4. Tenaga kerja (log X3) adalah jumlah orang yang bekerja dikali dengan waktu

(66)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Geografis

4.1.1. Letak dan Luas Kecamatan Meranti

Kecamatan Meranti merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Asahan yang terletak pada ketinggian 0 - 6 meter di atas permukaaan laut dengan luas wilayah 7217 HA( 72,17 km2 ) dimana wilayah terbesar berada di Desa Perkebunan sei balai dengan luas 3505 Ha. Sedangkan wilayah yang terkecil berada di Desa Air putih dengan luas 300 Ha. Dari total luas wilayah sebesar 2126 Ha merupakan areal persawahan dan 308 merupakan tanah kering. Sementara sisanya merupakan areal pemukiman dan lainnya.

Secara geografis daerah ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: • Sebelah Utara dengan Kec. Sei Balai

• Sebelah Selatan dengan Kec. Kisaran Timur • Sebelah Timur dengan Kec. Rawang panca arga • Sebelah Barat dengan Kec. Pulau bandring

(67)

Tabel 4.1.

Luas Kecamatan Meranti per Desa/Kelurahan

NO Desa Luas Wilayah (Ha)

1 Serdang 729

2 Meranti 563

3 Sei beluru 835

4 Perk.sei balai 3505

5 Desa Gajah 678

6 Air Putih 300

7 Sukajadi 607

Sumber: Kecamatan meranti dalam Angka 2008

4.1.2. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Kecamatan Meranti pada tahun 2008 sekitar 23.549 jiwa yang sebagian besar berada di desa Meranti sebanyak 6.224 jiwa, dan paling sedikit berada di Desa Perkebunan Sei Balai sebanyak 570 jiwa.

Kepadatan penduduk yang paling tinggi berada di desa Meranti yaitu 1166 jiwa/km2. Sedangkan, kepadatan penduduk yang paling rendah terdapat di desa Perkebunan Sei Balai sebesar 16 jiwa/km2. Jika dilihat secara keseluruhan, kepadatan, kepadatan penduduk di Kecamatan Meranti pada tahun 2008 sebesar 326 jiwa/km2 yang artinya setiap luas area (dalam km2) terdapat sekitar 326 jiwa penduduk.

(68)

tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4 orang perumah tangga. Jika dirinci berdasarkan kelompok umur, penduduk Kecamatan Meranti pada tahun 2008 cenderung mengelompok pada kelompok usia muda (15-19 tahun) yaitu 3.076. Banyaknya jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kecamatan Meranti dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur, Jenis

Kelamin di Kecamatan Meranti Tahun 2007

Kelompok Umur

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

(69)

Secara keseluruhan, Kecamatan Meranti pada tahun 2008 memproduksi padi sawah rata-rata 6 ton/ha. Produksi padi yang dihasilkan pada tahun 2008 sekitar 9.286,00 ton dengan luas panen 2.237 ha. Ditinjau dari segi jenis penggunaan irigasi, terlihat bahwa pada umumnya masyarakat di Kecamatan Meranti pada tahun 2008 mayoritas menggunakan irigasi sederhana.

4.3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.3.1. Karakteristik Responden

Karakter responden dalam penelitian ini meliputi karakter sosial ekonomi masyarakat petani padi sawah, sampel dalam penelitian ini berjumlah 70 orang yang didapat melalui purposive sampling.

a. Umur

Ditinjau dari segi umur, yang paling banyak dijumpai adalah responden dengan kelompok umur di atas 50-59 tahun sebanyak 23 orang ( 32% ), diikuti kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 20 orang ( 28% ), dan diikuti kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 13 orang ( 18% ). dan diikuti kelompok umur > 60 tahun sebanyak 10 orang ( 14% ). dan diikuti kelompok umur yang paling sedikit dijumpai 20-29 tahun sebanyak 4 ( 5% ) orang.

b.Tingkat pendidikan

(70)

Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat Pendidikan Frekuensi (Orang) %

SD

Berdasarkan data penelitian maka jumlah tanggungan yang dimiliki oleh responden adalah :

Tabel 4.4. Jumlah Tanggungan Responden Kelompok Jumlah

Tanggungan Frekuensi (Orang)

%

(71)

Tabel 4.5. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) %

Laki-laki

Sumber: Penelitian 2010.

e. Jenis Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditentukan jenis pekerjaan dari responden.

Tabel 4.6. Jenis Pekerjaan Responden

Jenis Pekerjaan Frekuensi (Orang) %

PNS

Sumber: Penelitian 2010.

4.3.2 Keragaan Penerapan Usahatani

1. Pengolahan Tanah

(72)

Benih disiapkan untuk menjadi bibit biasanya diambil dari hasil panen sebelumnya (padi tua) sehingga lama penyimpanan benih antara 1-2 bulan. Untuk mematahkan masa dormansi benih direndam selama satu malam kemudian diangin-anginkan selama 1 hari, kemudian benih dihambur di persemaian. Setelah bibit berumur 15 hari, dicabut dan diikat, akar bibit dicuci sehingga air dan lumpur di perakaran terbuang untuk mempermudah penanaman. Luas persemaian antara 20 m2-200 m2 sesuai dengan luas lahan yang akan ditanami.

3. Penanaman Bibit

Petani melakukan penanaman dengan menggunakan sistem tanam pindah dengan jarak 20 x 20 cm. Cara menanam bibit dari persemaian dengan cara mencaplak dan rata-rata bibit padi ditanam sebanyak 3-4 batang per rumpun.

4.4. Analisa Model Regresi Berganda

(73)

β1,β2, β3 = Koefisien regresi

µ = Term of Error (kesalahan pengganggu)

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah dalam persamaan maka hasilnya adalah sebagai berikut :

LogY = 5.323214 + 0.985100LogX1 + 0.030118LogX2 + 0.13562LogX3

Std error = (0.129587) (0.101705) (0.064506) (0.081879) t-stat = (9,68)*** (0,46) (0,16)

R2 = 0.969875 F-stat = 708.2949 Adjusted R2 = 0.968506 Prob. F-stat = 0.000000 D-W = 1.807826

Sumber: Penelitian 2010.

4.5. Interprestasi Model

Berdasarkan hasil regresi diatas, diperoleh persamaan linear berganda sebagai berikut:

Y = 5.323214 + 0,985100 X1 + 0,030118 X2 + 0,13562 X3

Dari persamaan regresi linier diatas, dapat dijelaskan pengaruh variabel independen yaitu Luas lahan (X1), Tenaga kerja (X2) dan Jumlah bibit (X3)

terhadap Produksi padi :

 Luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi luas lahan yaitu sebesar 0,985100. Artinya setiap kenaikan 10% luas lahan maka produksi padi akan meningkat 9,8 % dengan tingkat kepercayaan 99%. Cetersi paribus.

Gambar

Gambar 2.1. Proses Produksi
Gambar 2.2 Kurva Produksi Total, Produksi Rata-rata dan Produksi Marginal
gambar 2.2 (Nasution, S. H., 2007; 55).
Gambar 2.4. Kurva Isoquant
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat pelayanan tersebut memiliki arti ruang pada segmen I memberikan kebebeasan pejalan kaki untuk berdiri dan bergerak sesuai yang diinginkan tanpa menggangu pejalan

Penelitian ini hanya terbatas untuk meneliti tentang hubungan kerjasama dengan hasil belajar muatan pelajaran IPA siswa IV di SD Negeri Karangmloko 1 pada ranah kognitif KD

02 CIBEUNYING KALER PIM IV PENGELOLAAN KEU BAGI APARATUR KELURAHAN 28/6/2013..

menunjukkan jika plat resin akrilik yang direparasi dengan penambahan E- JODVV ¿EHU dengan volumetrik 7,4% menghasilkan kekuatan transversal tertinggi dibandingkan

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujarno (2008), yang menyatakan bahwa variabel jarak tempuh berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan

Kebijakan pendanaan pembangunan hutan tanaman berbasis masyarakat melalui skema KUHR Penyediaan akses permodalan untuk pembangunan hutan tanaman berbasis masyarakat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tegangan yang dihasilkan oleh putaran kubah masjid menggunakan generator magnet permanen mampu mencapai 14,21 V pada kecepatan angin 3,8

Pada kegiatan inti konselor mengawalinya dengan stimulant cerita pendek yang berhubungan dengan indikator atau dengan membayangkan pada situasi tes yaitu