BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
V.1 Konsep Perancangan Berdasarkan Aspek Manusia
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa dalam tugas akhir ini, diidentifikasi ada tiga jenis sifat kegiatan, yaitu :
• Hunian
Berupa kamar tidur, sebagai tempat atlet tidur dan beristirahat. • Fasilitas Penunjang
Ruang-ruang penunjang seperti poliklinik, ruang briefing, ruang makan, dapur,
laundry, dan lain sebagainya.
• Latihan
Yang termasuk dalam kategori ini adalah tempat-tempat atlet berlatih, untuk meningkatkan kemampuannya, secara fisik maupun mental, namun karena terletak pada kawasan pemusatan latihan, fasilitas latihan dialihkan ke Kawasan Gelora Bung Karno sebagai kawasan pemusatan latihan.
Berdasarkan tema terkait, terlihat dari adanya mobilitas yang jelas berbeda antara atlet dengan orang pada umumnya terutama yang membedakan adalah kegiatan hariannya, serta dikarenakan adanya situasi lingkungan yang dekat dengan Kawasan Gelora Bung Karno Senayan (sebagai kawasan pemusatan latihan) sehingga diperlukan integrasi ruang yang jelas baik di dalam bangunan maupun dengan luar bangunan. Untuk memudahkan alur mobilitas tersebut, segala kegiatan latihan dipusatkan pada Kawasan Gelora Bung Karno yang merupakan kawasan pemusatan latihan. Jadi, di dalam wisma atlet ini benar-benar dapat dimanfaatkan untuk kategori hunian (60%) dan fasilitas penunjang saja (40%).
Untuk memaksimalkan penggunaan wisma atlet ini, maka akomodasi jumlah atlet dapat ditekan dan terutama untuk memenuhi kebutuhan ruang tinggal atlet yang akan melakukan kegiatan pemusatan latihan di Senayan menjadi 400 atlet ditambah dengan 100 atlet untuk memberikan akomodasi service yang memuaskan. Jadi, secara keseluruhan desain wisma atlet ini dapat mengakomodasi ± 500 atlet di dalamnya.
Lebih jauh lagi, maka total jumlah kamar yang dibutuhkan adalah 500 : 2 =
± 250 kamar hunian dengan luas 250 kamar x 26 m2 = 6.500 m2.
* Jumlah tersebut dapatlah kurang dari perhitungan, hal ini dapat terjadi untuk
meminimalkan KLB.
Berikut ini adalah tabel analisis luasan ruang untuk unit hunian dan fasilitas-fasilitas penunjang dari wisma atlet :
Ruang Standart Ruang (m2) Kapasitas (Orang) Luasan Ruang (m2) Jumlah Ruang Total Luasan Ruang (m2) Unit hunian 13 m2/orang 2 orang 26 m2 ≤ 250 unit
6.500 m2 Cafetaria - Ruang makan - Ruang penyajian - Dapur - Ruang cuci - Gudang - Ruang pengelola - Ruang ganti - Toilet pengunjung - Toilet pengelola - Ruang kasir - 1,2 m2/orang 3,5 m2/orang 5 m2/orang 2 m2/orang 4 m2/orang 9 m2/orang 1,5 m2/orang 1,5 m2/orang 1,5 m2/orang 1 m2/orang - 300 orang 4 orang 4 orang 2 orang 1 orang 1 orang 3 orang 3 orang 2 orang 1 orang - 360 m2 14 m2 20 m2 4 m2 4 m2 9 m2 4,5 m2 4,5 m2 3 m2 1 m2 - 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 1 ruang 2 ruang 2 ruang 2 ruang 1 ruang 436 m2 360 m2 14 m2 20 m2 4 m2 4 m2 9 m2 9 m2 9 m2 6 m2 1 m2 Ruang briefing - Briefing area - Toilet - Gudang kecil - 1,2 m2/orang 1,5 m2/orang 3 m2/orang - 20 orang 3 orang 1 orang - 24 m2 4,5 m2 3 m2 - 3 ruang 2 ruang 1 ruang 84 m2 72 m2 9 m2 3 m2 Ruang serbaguna - Hall serbaguna - Backstage - Ruang operasional - Toilet - Gudang - Gudang alat - 2,5 m2/orang 2,5 m2/orang 4 m2/orang 1,5 m2/orang 4 m2/orang 4 m2/orang - 200 orang 20 orang 3 orang 5 orang 1 orang 1 orang - 500 m2 50 m2 12 m2 7,5 m2 4 m2 4 m2 - 1 ruang 1 ruang 1 ruang 2 ruang 1 ruang 1 ruang 585 m2 500 m2 50 m2 12 m2 15 m2 4 m2 4 m2 Tabel V-1 Luasan Ruang
Ruang Standart Ruang (m2) Kapasitas (Orang) Luasan Ruang (m2) Jumlah Ruang Total Luasan Ruang (m2) Poliklinik - Receptionist - Ruang tunggu - Ruang test fisik - Ruang dokter - Kamar rawat - Laboratorium - Ruang diagnosa - Apotek - Toilet - Ruang pengelola - 4 m2/orang 1,2 m2/orang 3,5 m2/orang 9 m2/orang 3,5 m2/orang 3,5 m2/orang 3,5 m2/orang 6 m2/orang 1,5 m2/orang 9 m2/orang - 3 orang 15 orang 10 orang 1 orang 10 orang 4 orang 4 orang 2 orang 4 orang 1 orang - 12 m2 18 m2 35 m2 9 m2 35 m2 14 m2 14 m2 12 m2 6 m2 9 m2 - 1 ruang 1 ruang 4 ruang 5 ruang 10 ruang 3 ruang 3 ruang 1 ruang 2 ruang 1 ruang 724 m2 12 m2 18 m2 140 m2 45 m2 350 m2 42 m2 42 m2 12 m2 12 m2 9 m2 Ruang test psikis 3,5 m2/orang 10 orang 35 m2 4 ruang 140 m2 Ruang bersama 2,5 m2/orang 30 orang 75 m2 3 ruang 225 m2
Hall of fame - Ruang pamer - Ruang pengelola - Gudang - Toilet - 2,5 m2/orang 9 m2/orang 4 m2/orang 1,5 m2/orang - 60 orang 1 orang 1 orang 3 orang - 150 m2 9 m2 4 m2 4,5 m2 - 1 ruang 1 ruang 1 ruang 2 ruang 172 m2 150 m2 9 m2 4 m2 9 m2
Office 4 m2/orang 50 orang 200 m2 1 ruang 200 m2
Lobby - Receptionist - Ruang ganti - Ruang tunggu - Ruang pengelola - Toilet - 4 m2/orang 1,5 m2/orang 1,2 m2/orang 9 m2/orang 1,5 m2/orang - 2 orang 4 orang 15 orang 1 orang 3 orang - 12 m2 6 m2 18 m2 9 m2 4,5 m2 - 1 ruang 2 ruang 1 ruang 1 ruang 2 ruang 60 m2 12 m2 12 m2 18 m2 9 m2 9 m2 Fitness Center 3,5 m2/orang 30 orang 105 m2 1 ruang 105 m2
Mini market 3,5 m2/orang 15 orang 52,5 m2 1 ruang 52,5 m2 Warnet 1,5 m2/orang 20 orang 30 m2 1 ruang 30 m2 Parkir (Rasio 1:10) - Parkir mobil - Parkir motor - Parkir bus - 12,5m2/mobil 2 m2/motor 49 m2/bus - 100 mobil 100 motor 3 bus - - - - - - - - 1.450 m2 1.250 m2 200 m2 147 m2
Total Luasan Ruang 10.910,5m2
Tabel V-2
Ruang-ruang tersebut tersusun dan terdistribusi ke dalam suatu skema organisasi ruang secara umum dengan berdasarkan penggunaan akses pencapaian yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Ruang-ruang tersebut akan disusun dengan pola sirkulasi linear untuk hunian dan bercabang untuk ruang-ruang publik seperti lobby.
Linear Bercabang
Wisma atlet ini didesain dengan memperhatikan keempat aspek kriteria desain berdasarkan mobilitas. Keempat aspek penting tersebut, antara lain kemudahan, kenyamanan, keamanan, dan kecepatan. Atlet membutuhkan sesuatu yang mudah, nyaman, dan aman daripada sesuatu yang cepat. Hal ini jelas berbeda dengan pengguna lainnya, sehingga pola sirkulasi di dalam wisma atlet perlu dibedakan.
Gambar V-1
Skema Organisasi Ruang Secara Umum
Gambar V-2 Gambar Pola Sirkulasi
V.2 Konsep Perancangan Berdasarkan Aspek Lingkungan
V.2.1 Penentuan Sirkulasi Dalam Tapak
Yang perlu diperhatikan dalam penentuan sirkulasi dalam tapak pertama-tama adalah mengenai penentuan pintu masuk dan keluar (jalur akses). Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai analisis sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki. Kedua analisis inilah yang memperkuat bagaimana penentuan sirkulasi di dalam tapak. Jalur akses ini harus didesain di tempat yang mudah terlihat dan mudah dijangkau. Perletakkan jalur akses ini juga harus tepat, seperti pada tempat yang tidak mengganggu arus lalu lintas jalan.
Setelah menentukan jalur-jalur akses, maka berikutnya adalah menentukan jalur di dalam tapak itu sendiri. Jalur diusahakan dibuat sesederhana mungkin untuk menghindari kebingungan, dan juga diusahakan tidak ada crossing antara sirkulasi yang ada.
Kondisi kemacetan terparah. Kemacetan terjadi sepanjang jalan, terutama pada saat jam pulang kerja Kemacetan hanya terjadi pada lampu merah jalan 30 m 50 m Gambar V-3
Penentuan Pintu Masuk dan Pintu Keluar
U Potensi pintu masuk kendaraan roda 4 maupun roda 2. Alasan : ‐ Mudah terlihat ‐ Rendah potensi kemacetan Potensi pintu keluar kendaraan roda 4 maupun roda 2. Alasan : ‐ Menghindari cross circulation ‐ Memudahkan pencapaian ke luar IN OUT
Jalur sirkulasi pada tapak dapat digambarkan seperti pada bagan skematik di atas. Jalur biru tua merupakan jalur kendaraan roda 2 maupun roda 4 dimana IN dan OUT-nya terletak pada Jl. Pintu Satu Senayan. Hal ini dikarenakan lalu lintas mayoritas terdapat pada jalan tersebut, dan juga tempat akses lebih terlihat karena dekat jalan raya.
Setelah masuk kendaraan, akses kendaraan roda 4 maupun roda 2 tidak dibuat mengelilingi tapak, tetapi didesain satu arah/satu akses. Kendaraan roda 4 dapat langsung masuk ke dalam basement ataupun langsung ke lobby, sedangkan kendaraan roda 2 langsung diarahkan ke dalam basement. Setelah dari basement, kendaraan roda 4 dapat juga akses langsung menuju lobby, tetapi tidak demikian dengan kendaraan roda 2 yang langsung keluar tapak (OUT).
Di bagian selatan tapak dibuka sebuah side enterance namun hanya khusus bus dan service. Selain itu, dari arah utara maupun selatan didesain jalur pedestrian khusus untuk merespon mobilitas pejalan kaki di area tersebut tanpa terjadi cross dengan sirkulasi kendaraan.
Selain itu, dalam meningkatkan mobilitas kegiatan khususnya para atlet diperlukan kecepatan dalam bergerak. Kegiatan pemusatan latihan atlet di Kawasan Gelora Bung Karno merupakan kegiatan harian yang utama dari para atlet, sehingga dibutuhkan kecepatan mobilitas untuk mencapai kawasan tersebut. Untuk menjawab masalah tersebut, alternatif linkage structural (elemen
Linkage structural (elemen sambungan) bawah tanah menghubungkan tapak dengan Kawasan Gelora Bung K
Meet Point Gambar V-4
Penentuan Sirkulasi Dalam Tapak
Linkage Structural
sambungan) dapat menjadi solusi pemecahan masalah. Desain bawah tanah menuju Kawasan Gelora Bung Karno dibuka dari dua arah di dalam tapak untuk memudahkan pencapaian. Sisi pencapaian terjauh didesain melengkung karena dengan bentuk melengkung dapat seolah-olah menanggapi bahwa pencapaian tidak terlalu jauh dan menawarkan suasana yang berbeda. Agar tidak monoton dengan jarak yang cukup jauh, sepanjang linkage structural didesain semacam
hall of fame berupa pajangan-pajangan yang berhubungan dengan olahraga.
Untuk menghindari terjadinya crossing antara atlet dengan pejalan kaki lainnya didesain pembatas yang fleksibel (SemiFixed- Feature Space) sekaligus sebagai signage (penanda) untuk membedakan sirkulasi agar tidak terjadi
crossing.
V.2.2 Tata Letak dan Orientasi Bangunan
Dalam menentukan tata letak dan orientasi bangunan, maka hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah view, orientasi mahatari, kebisingan, sirkulasi, dan juga angin (untuk menentukan arah bukaan). Secara sederhana dapat digambarkan dalam diagram berikut :
Gambar V-5
Tata Letak dan Orientasi Bangunan
Desain yang menanggapi sumbu pemandangan terbuka, baik dari segi desain fasade ataupun segi desain bentuk U
Berdasarkan gambar V-5, orientasi massa dipengaruhi oleh faktor view, orientasi matahari, dan arah angin. Orientasi massa diarahkan ke sumbu Kawasan Gelora Bung Karno dan sumbu pemandangan terbuka yang dibentuk berdasarkan dari pemandangan sekitar yang terutama ke dalam tapak (jalan, vegetasi, titik pertemuan terpadat, dan sebagainya). Sedangkan tata letak bangunan dipengaruhi oleh faktor sirkulasi dan kebisingan. Tata letak bangunan dijauhkan dari sumber kebisingan dan disesuaikan dengan sirkulasi yang terbentuk.
V.3 Konsep Perancangan Berdasarkan Aspek Bangunan
V.3.1 Zoning
Berdasarkan analisis zoning secara umum pada bab sebelumnya, berikut ini adalah konsep zoning dengan pembagian ruang-ruang yang dapat digambarkan melalui diagram 3-dimensi berikut :
Penentuan zoning baik secara horizontal maupun vertikal ditentukan oleh hubungan ruang, organisasi ruang, orientasi matahari, dan kebisingan. Hal-hal tersebut secara umum telah dianalisis pada bab sebelumnya. Pada level 1, terdapat ruang-ruang yang diperuntukkan sebagai zona public, antara lain seperti lobby,
hall of fame, dan cafetaria. Pada level 2 dan 3, terdapat ruang-ruang yang
diperuntukkan sebagai zona semi public sebagai peralihan dari zona public ke Gambar V-6
zona private, seperti ruang serbaguna, poliklinik, ruang test psikis, ruang briefing, dan sebagainya. Pada level 4, terdapat office dan unit hunian sebagai zona private. Ruang-ruang service disesuaikan perletakkannya pada bangunan wisma atlet ini berdasarkan analisis sebelumnya, seperti analisis orientasi matahari dan kebisingan.
V.3.2 Tata Ruang dan Gubahan Massa Bangunan
Konsep integrasi ruang berdasarkan mobilitas kegiatan harian merupakan penekanan khusus dari konsep perencanaan dan perancangan berdasarkan aspek bangunan. Konsep ini merupakan dasar terbentuknya konsep tata ruang dalam bangunan maupun luar bangunan dan konsep gubahan massa bangunan. Kemudahan pencapaian suatu mobilitas kegiatan khususnya para atlet di Senayan perlu tata ruang yang mampu memenuhi hal tersebut. Pembentukan tata ruang tersebut berdasarkan mobilitas kegiatan harian ini secara langsung akan membentuk konsep gubahan massa dari bangunan wisma atlet ini. Beberapa faktor menjadi kunci pembentukan gubahan massa, seperti hubungan kegiatan, kebutuhan ruang, hubungan ruang, pola sirkulasi, zoning, bentuk ruang, dan lingkungan.
Beberapa teori menjadi pegangan untuk menjadi solusi dari permasalahan arsitektural yang ada dan menjawab konsep ini, antara lain teori Roger Trancyk tentang integrasi ruang, teori Hamid Shirvani tentang elemen perancangan kawasan, dan teori Edward Hall tentang pola ruang.
Berikut ini adalah gambaran terbentuknya konsep tata ruang dalam bangunan maupun luar bangunan yang secara tidak langsung membentuk konsep gubahan massa bangunan berdasarkan konsep tersebut.
Lobby Sebagai Organisasi Terpusat
Lobby Gambar V-7
Konsep Integrasi Ruang Berdasarkan Mobilitas Kegiatan Harian Atlet di Senayan
Pola Bentukan Awal Didasari oleh Pola Mobilitas Pelaku Kegiatan Total luasan lantai dasar yang
boleh dibangun berdasarkan KDB
Hall of Fame
Cafetaria Fitness Center
Sirkulasi Khusus Atlet ke Kawasan Gelora (Linkage Struktural)
Sirkulasi Khusus Atlet ke Kawasan Gelora (Linkage Struktural)
Rencana penggabungan basement antara Gedung KONI dengan bangunan wisma atlet (linkage structural – elemen tambahan)
Pembatas yang fleksibel (SemiFixed-
Feature Space) sekaligus sebagai signage (penanda) untuk membedakan
sirkulasi agar tidak terjadi crossing antara atlet, pelatih, pengelola, dan pengunjung (umum dan khusus).
Pola Bentukan Level Dasar Ditentukan Berdasarkan Zoning untuk Zona Public
Pembatas area public dengan area untuk atlet agar tidak terjadi
pertemuan langsung
Taman Atlet U
Sirkulasi pejalan kaki baik itu pengunjung maupun pengelola diangkat pada level 2, sedangkan kendaraan tetap pada level 1 yang keduanya dihantarkan ke lobby. Sirkulasi atlet bertolak belakang dengan sirkulasi pejalan kaki pada umumnya, justru semuanya diarahkan ke bawah untuk menghindari pertemuan dengan pejalan kaki lainnya.
1 2
Taman Umum
Pola Bentukan Level Kedua Didasari oleh Pola Hubungan Ruang Gambar V-8
Konsep Integrasi Ruang Berdasarkan Mobilitas Kegiatan Harian Atlet di Senayan (Lanjutan-1)
F
Fooyyeerr
Merupakan ruang transisi untuk memudahkan mobilitas kegiatan harian para atlet. Pola solid-void sesuai dengan Figure Ground Theory
(Roger Trancyk) untuk membentuk integrasi ruang secara terbuka.
v vooiidd
P PoollaaAAxxiiaall
Penempatan akses/sarana sirkulasi vertikal disesuaikan dengan kebutuhan dan kemudahan dalam
pencapaian
Foyer Sebagai Organisasi Terpusat dan Ruang Transisi di Level Kedua
Poliklinik
Ruang Test Psikis Pada level kedua, beberapa ruang
memiliki fungsi yang hampir sama sehingga dapat dijadikan satu tanpa mengabaikan hubungan ruang, seperti ruang test psikis dijadikan satu dengan poliklinik dan ruang
briefing dijadikan satu dengan ruang
serbaguna.
Foyer
Ruang Serbaguna Ruang Briefing
Dimensi ruang berdasarkan analisis luasan ruang Ruang-Ruang yang Saling Berkaitan
Sirkulasi koridor bercabang untuk membedakan ruang yang memiliki fungsi dan sifat yang hampir sama meskipun telah dijadikan satu ruang
U R. Briefing Tribun B A C K S T A G E H A L L
Pola Mobilitas Membuat Bentuk Bangunan Bergerak/Fleksibel Ruang Serbaguna
Didesain dengan tribun penonton. Ruang serbaguna ini didesain fleksibel tergantung fungsi dengan mengacu pada tiga tipe dasar dalam pola ruang (Edward Hall). Ruang briefing dijadikan satu dengan ruang serbaguna karena memiliki sifat ruang yang hampir sama.
R. Briefing Meeting Room
Tribun
Meeting Room
Berdasarkan hasil survei lapangan, para atlet banyak yang mengharapakan bentuk ruang yang fleksibel dan tegas, bukan dengan bentuk yang lengkung, bulat, dan sebagainya. Contoh ruang yang fleksibel bagi para atlet adalah ruang serbaguna, karena ruang serbaguna dapat dimanfaatkan untuk mengakomodasi berbagai kegiatan dan dapat dirancang fleksibel sesuai kegiatan tersebut.
V.3.3 Struktur Bangunan
Struktur bangunan menjadi penekanan khusus dan khas pada bangunan wisma atlet ini. Proses bentuk gubahan massa yang didasari oleh integrasi ruang berdasarkan mobilitas kegiatan harian atlet khususnya di Senayan mengakibatkan struktur bangunan menjadi khas.
Gambar V-9
Konsep Integrasi Ruang Berdasarkan Mobilitas Kegiatan Harian Atlet di Senayan (Lanjutan-2)
Akses Pencapaian Didesain Terbuka pada Tower Hunian Menggambarkan Pola Mobilitas Atlet
Tower Hunian
- Untuk mendukung mobilitas kegiatan
harian para atlet, semua atlet di dalam wisma diperlakukan sama.
- Tower dibagi dua, yaitu untuk atlet
laki-laki dan atlet perempuan.
- Besaran unit di dalam tower disamakan
antara tower laki-laki dengan perempuan. Berdasarkan hasil survei terhadap atlet laki-laki dan perempuan, hampir tidak ada yang membedakan antara susunan layout ruang untuk hunian atlet laki-laki dan perempuan. Bahkan menurut hasil wawancara beberapa atlet perempuan mengemukakan bahwa mereka tidak jauh berbeda dengan atlet laki-laki dan ingin diperlakukan sama.
Tower Hunian
- Peruntukkan tower 1 untuk unit laki-laki dan tower 2 untuk perempuan
dibedakan berdasarkan sisi keamanan, terutama untuk atlet perempuan. Atlet laki-laki dari lobby utama langsung dapat menuju hunian mereka tanpa harus mampir atau melewati hunian atlet. perempuan
Lingkungan Mempengaruhi Pola Mobilitas Lingkungan juga memberikan
pengaruh terhadap pola mobilitas dari pelaku kegiatan
Office
View dari dan ke dalam tapak
View dari tapak View dari
dan ke dalam tapak View ke dalam tapak
Tower 1 (Unit Laki-Laki) Tower 2 (Unit Perempuan) Podium U 400
Sistem struktur hybrid digunakan pada ruang serbaguna karena merupakan ruang berbentang lebar. Pada bagian tribun penonton, struktur portal yang memiliki kemiringan relatif curam ditopang dengan kabel tarik untuk mendapatkan keseimbangan struktur. Selain itu, wisma atlet juga juga menggunakan sistem struktur portal karena bentangan pada wisma atlet relatif pendek mengingat fungsi dari bangunan ini adalah hunian. Portal ini juga tergolong sederhana dan mudah pengerjaannya. Aplikasi sistem struktur membran digunakan sebagai penutup atap ruang-ruang yang terbuka.
Dilatasi baik digunakan pada pertemuan antara bangunan yang rendah (podium) dengan bangunan yang tinggi (tower). Di samping itu, bangunan yang sangat panjang, seperti podium bangunan wisma atlet ini tidak dapat menahan deformasi akibat penurunan fondasi, gempa, muai susut, karena akumulasi gaya yang sangat besar pada dimensi bangunan yang panjang, dan menyebabkan timbulnya retakan atau keruntuhan struktural. Oleh karenanya, suatu bangunan yang besar perlu dibagi menjadi beberapa bangunan yang lebih kecil, di mana tiap
Gambar V-10
Sistem Struktur Hybrid (Struktur Portal dan Struktur Kabel)
Gambar V-11 Dilatasi Struktur Struktur Kabel Struktur Portal (Beton Prategang) Podium Tower Dilatasi
bangunan dapat bereaksi secara kompak dan kaku dalam menghadapi pergerakan bangunan yang terjadi. Pada kasus seperti ini, bentuk pemisahan bangunan (dilatasi) yang dapat digunakan adalah dilatasi dengan dua kolom atau dilatasi dengan balok kantilever.
V.3.4 Material Bangunan
Bahan material yang akan digunakan dalam proyek tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
Aspek Kesimpulan
Dinding Bata celcon dan precast
Pelapis Dinding
Untuk hunian panel karena akan mengakibatkan ruang menjadi lebih indah dengan finishing sistem tempel (HPL), sedangkan ruang-ruang lainnya dapat menggunakan cat, sedangkan toilet menggunakan dinding keramik agar tahan air dan mudah dibersihkan
Lantai Untuk hunian, yang cocok adalah keramik, sedangkan
untuk ruang besar lebih cocok mengunakan marmer yang terkesan mewah.
Plafond Aplikasi Gypsum
Atap Yang cocok digunakan adalah genteng metal karena
memiliki keunggulan yang baik, namun di beberapa tempat juga harus menggunakan atap beton, untuk menunjang
service
Kusen & Daun
Yang cocok digunakan pada pintu adalah kusen kayu karena dibutuhkan kekokohan.
sedangkan pada kusen jendela adalah kusen alumunium karena modernintasnya, namun untuk pintu Toilet dapat menggunakan pintu PVC supaya lebih tahan air.
Tabel V-3
V.3.5 Utilitas Bangunan
Sedangkan untuk sistem utilitas bangunan, dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Penghawaan
Penghawaan alami bisa dengan membuat cross ventilation. Penghawaan buatan contohnya adalah dengan menggunakan Air Conditioner (AC).
2. Pencahayaan
Pencahayaan pada bangunan pada bangunan terdapat dua macam pencahayaan, yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang didapat dari cahaya matahari.
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dilakukan dengan menggunakan lampu. Penggunaan lampu transclucent (lampu TL) menjadi pilihan utama terutama untuk unit hunian karena cahaya yang dihasilkan nyaman untuk mata.
3. Proteksi Kebakaran
Sistem proteksi kebakaran berfungsi sebagai daerah atau tempat perlindungan yang dimanfaatkan oleh penghuni gedung apabila terjadi kebakaran atau situasi darurat.Daerah ini seharusnya mampu bertahan hingga 2 jam. Jarak radius untuk mencapai tangga darurat adalah 30 meter dan 12 meter dari dead corridor (koridor buntu). Proteksi kebakaran ini berupa proteksi aktif contohnya hidran dan sprinkler.
4. Pengolahan dan pembuangan limbah
Pada jaringan instalasi air akan terdiri dari dua macam yaitu pipa air saluran air bersih dan pipa air saluran air kotor. Pipa saluran air bersih bersumber dari PDAM. Sedangkan pipa saluran air kotor berfungsi mengalirkan air kotor atau air yang sudah dipakai dari ruangan ke tempat pembuangan seperti STP. Limbah kamar mandi cair pun disalurkan ke STP. Di wisma ini air hujan akan dimasukkan ke dalam sumur resapan (sesuai peraturan pemerintah PP No.36) dan ada juga yang dialirkan ke dalam bak kontrol kemudian disalurkan ke riol kota.
5. Instalasi listrik
Instalasi listrik mengambil arus dari PLN. Selain dari PLN, disiapkan pula pembangkit listrik cadangan berupa generator atau genset yang akan dioperasikan apabila PLN mengalami gangguan.
6. Penangkal petir
Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem Thomas. 7. Pembuangan Sampah.
Sistem pembuangan sampah dapat dilakukan dengan sistem shaft.
V.4 Tuntutan Rancangan
Tuntutan dari desain ini adalah menghasilkan rancangan yang dapat memenuhi kebutuhan para atlet dan mendukung mobilitas kegiatan harian para atlet khususnya di Senayan yang merupakan kawasan pemusatan latihan olahraga bagi para atlet dengan berdasarkan keempat kriteria desain berdasarkan mobilitas, antara lain : kemudahan, kenyamanan, keamanan, dan kecepatan.
Gambar V-12 Rencana Site Plan
Taman Umum Lapangan Pemanasan Taman Atlet
Sirkulasi Service & Bus Sirkulasi Pejalan Kaki Sirkulasi Kendaraan
Sirkulasi Khusus ke Kawasan Gelora Bung Karno U