BONITA DWI ANGGRAINI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Program
Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pembangunan Berkelanjutan di
Desa Lulut, Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Insititut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2013
Bonita Dwi Anggraini
ABSTRAK
BONITA DWI ANGGRAINI. Analisis Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pembangunan Berkelanjutan di Desa Lulut, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh FREDIAN TONNY NASDIAN.
Sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada masyarakat, PT Indocement memiliki program tanggung jawab sosial perusahaan yang juga mendukung usaha pembangunan berkelanjutan yaitu program penanaman jarak pagar. Program ini seharusnya bisa mengurangi dampak sosial dan lingkungan yang diberikan oleh perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis program CSR PT ITP dan kesesuaiannya dengan tiga pilar CSR; (2) menganalisis sejauh mana implementasi pembangunan berkelanjutan dalam program CSR PT ITP; (3) menganalisis sejauh mana implementasi program pembangunan berkelanjutan mampu menanggulangi dampak lingkungan dan sosial dari kegiatan PT ITP. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif menggunakan kuesioner serta panduan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program penanaman jarak pagar ini belum dapat memberikan keuntungan yang signifikan bagi perusahaan namun sudah dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat. Program ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dalam pengimplementasian pembangunan berkelanjutan, yang sudah dapat menganggulangi dampak sosial namun belum untuk dampak lingkungan.
Kata kunci: corporate social responsibility, pembangunan berkelanjutan, dampak lingkungan, dampak sosial
ABSTRACT
BONITA DWI ANGGRAINI. Corporate Social Responsibility Program Analyzes on Sustainable Development in Lulut, Bogor Regency, West Java. Supervised by FREDIAN TONNY NASDIAN.
As responsibilities to local communities, PT Indocement has a corporate social responsibililty program that also supports the sustainable development called
jathropa plantation. The program should be able to reduce social and
environmental impacts provided by the company. The purpose of this study was: (1) analyze PT ITP’s CSR program and its compliance with the three pillars of CSR; (2) analyze the implementation of sustainable development in the CSR program of PT ITP; (3) analyze how the implementation of sustainable development programs tackle the environmental and social impact from PT ITP. The research was carried out by quantitative and qualitative methods using questionnaries and in-depth interview. The result indicates that the program is not able yet to provide a significant advantage for the company but has been able to improve the quality of the environment and people’s lives. The program also has a high rate of success in the implementation of sustainable development, which able to cope with the social impact but not with the environmental impact.
Keywords: corporate social responsibility, sustainable development, environmental impact, social impact
BONITA DWI ANGGRAINI
Skripsi
sebagai syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI DESA LULUT
Disetujui oleh
Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan : ___________________________
Judul Skripsi : Analisis Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pembangunan Berkelanjutan di Desa
Lulut, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Nama : Bonita Dwi Anggraini
segala berkat dan penyertaanNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 hingga November 2012 ini ialah tanggung jawab sosial atau corporate social
responsibility (CSR), dengan judul Analisis Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pembangunan Berkelanjutan di Desa Lulut,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan banyak memberikan saran, masukan serta arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Terima kasih juga diucapakan kepada Bapak Ali Irawan sebagai kepala pekerja kebun jarak pagar yang selalu menemani dan membantu penulis dalam mencari data. Selain itu, penulis juga sangat berterima kasih kepada Bapak Fajar Fathoni dan Bapak Usman dari PT ITP yang juga membantu dalam proses pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, Bobby Wenas, ibu, Budiarti Rahyanto, dan kakak, Bertha Mahestarini atas doa, kasih sayang dan dukungannya. Tak lupa kepada Tiara Anja Kusuma, teman satu bimbingan dan seperjuangan, Mona, Yanti, Rosita, Ayu, Agustin, Jajang, Novia, teman-teman seperjuangan akselerasi, Andreas, Ira, Gracia, Melisa, Vici, Enca, Sondang, Lenny, Stefan, Richard, Faithy, Romi, Jabbar, Muriani, dan juga teman-teman SKPM 46 lainnya serta pihak-pihak yang mendukung, memotivasi serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xii
PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Masalah Penelitian 3 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 5 PENDEKATAN TEORITIS 7 Tinjauan Pustaka
Corporate Social Responsibility 7
Pembangunan Berkelanjutan 11 Keberhasilan Pembangunan Berkelanjutan 14
Kerangka Pemikiran 15
Hipotesis Penelitian 16
Definisi Operasional 16
PENDEKATAN LAPANG 19
Lokasi dan Waktu 19
Teknik Sampling 19
Pengumpulan Data 20
Pengolahan dan Analisis Data 20
PROFIL DESA 21 Kondisi Geografis 21 Kondisi Ekonomi 23 Kondisi Pendidikan 23 Karakteristik Penduduk 25 Mobilitas Penduduk 26
Struktur Sosial Masyarakat 27 Pola Kebudayaan Masyarakat 28 Pola-Pola Adaptasi Ekologi Masyarakat 29
Ikhtisar 29
PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 31 Program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk 31 Program CSR – Community Development (Lima Pilar) 32 Program CSR – Sustainable Development 32 Program Penanamaan Jarak Pagar (Jatropha curcas) 33 Awal Pelaksanaaan Program 34
Implementasi Program 35
Hasil Program 36
Analisis Program 37
IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN 41 Tujuan Ekonomi 41 Peluang Usaha 41 Peluang Kerja 43 Tujuan Ekologi 45 Tujuan Sosial 47
Keberhasilan Implementasi Pembangunan Berkelanjutan 49
Ikhtisar 50
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN
HUBUNGANNYA DENGAN DAMPAK PERUSAHAAN 53
Dampak Perusahaan 53
Dampak Lingkungan 53
Dampak Sosial 54
Hubungan Pembangunan Berkelanjutan dengan Dampak Lingkungan 56 Hubungan Pembangunan Berkelanjutan dengan Dampak Sosial 57
Ikhtisar 58
SIMPULAN DAN SARAN 61
Simpulan 61
Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 63
LAMPIRAN 65
2 Rencana jadwal penelitian 19 3 Luas wilayah Desa Lulut menurut penggunaan 22 4 Karakter ekologi Desa Lulut berdasarkan kampung 22 5 Jumlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan jenis
pekerjaan dan jenis kelamin 24 6 Jumlah penduduk Desa Lulut menurut tingkat pendidikan dan
jenis kelamin Tahun 2010 24 7 Jumlah, kepadatan dan reit pertumbuhan penduduk Desa
Lulut Tahun 2000-2010 25
8 Reit migrasi masuk, reit migrasi keluar dan reit migrasi
kasar Desa Lulut Tahun 2008 dan 2010 27 9 Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan peluang usaha
yang muncul di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten
Bogor Tahun 2012 42
10 Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan peluang kerja yang muncul di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten
Bogor Tahun 2012 44
11 Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan kepedulian program terhadap lingkungan di Desa Lulut, Kecamatan
Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012 46 12 Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan partisipasi
terhadap program Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten
Bogor Tahun 2012 48
13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat
keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan program CSR di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor
Tahun 2012 49
14 Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan persepsi mengenai lingkungan Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten Bogor Tahun 2012 54 15 Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan keresahan sosial
di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten
Bogor Tahun 2012 55
16 Persentase keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan terhadap persepsi terhadap lingkungan di Desa Lulut,
Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012 56 17 Persentase keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan
terhadap tingkat keresahan sosial di Desa Lulut, Kecamatan
2 Hubungan antara tiga tujuan pembangunan berkelanjutan 12 3 Piramida keberlanjutan 13 4 Standard kerja sistem manajemen yang diterbitkan oleh Bank Dunia 14 5 Kerangka analisis dari analisis program corporate social
responsibility (CSR) dalam pembangunan berkelanjutan 16 6 Piramida penduduk DesaLulut 26 7 Persentase peserta program berdasarkan peluang usaha yang
muncul di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten
Bogor Tahun 2012 42
8 Persentase peserta program berdasarkan peluang kerja yang muncul di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten
Bogor Tahun 2012 44
9 Persentase peserta program berdasarkan kepedulian program terhadap lingkungan Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten Bogor Tahun 2012 47 10 Persentase peserta program berdasarkan partisispasi terhadap
program di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten Bogor Tahun 2012 48 11 Persentase responden berdasarkan tingkat keberhasilan
implementasi pembangunan berkelanjutan program CSR di
Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012 50 12 Persentase peserta program berdasarkan persepsi mengenai
lingkungan di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten Bogor Tahun 2012 54 13 Persentase peserta program berdasarkan keresahan sosial di
Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten
2 Daftar peserta program 66
3 Kuesioner 67
4 Pedoman wawancara mendalam 71
5 Dokumentasi 73
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam melimpah. Sumber daya alam tersebut dikelola agar pada akhirnya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Pengelolaan sumber daya alam di Indonesia dilakukan baik oleh pemerintah maupun perusahaan. Sayangnya pengelolaan sumber daya ini rentan dengan isu kerusakan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat yang terjadi akibat eksploitasi sumber daya alam tersebut. Jumlah perusahaan yang ada di Indonesia pun cederung bertambah. Menurut data BPS (2007), berdasarkan hasil Sensus Ekonomi 2006, seluruh perusahaan di Indonesia tercatat sebanyak 22.7 juta (43.03%); terdiri dari 9.8 juta (56.97%) perusahaan tidak permanen dan 12.9 juta perusahaan permanen. Bila dibandingkan dengan Sensus Ekonomi tahun 1996, data ini meningkat sebanyak 6.2 juta (3.32%) per tahunnya. Menurut data Jumlah Perusahaan menurut Subsektor yang dikeluarkan oleh BPS (2009), bila kita membandingkan data pada tahun 2001 dan 2009, jelas terlihat adanya peningkatan jumlah perusahaan di Indonesia. Peningkatan jumlah ini tentunya membuat isu kerusakan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat semakin menguat.
Menanggapi kondisi tersebut, pemerintah di Indonesia juga mengeluarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Dalam undang-undang tersebut, tiap perusahaan diwajibkan untuk melakukan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagai komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya1. Perusahaan sadar bahwa keberhasilan dan berjalannya perusahaan dalam mencapai tujuan bukan hanya dipengaruhi oleh pihak-pihak internal namun juga oleh komunitas yang ada di sekelilingnya (Rahman 2009). Hal ini membuat bisnis kini tidak hanya mengembangkan tujuan untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya, namun juga mulai memikirkan bagaimana tanggung jawab perusahaan terhadap keadaan sosial di tempat perusahaan ini berada. Akibat adanya kedua hal tersebut, berkembanglah konsep tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) yang dilakukan oleh perusahaan.
Definisi mengenai corporate social responsibility (CSR) sendiri beragam; tergantung pada visi dan misi perusahaan yang disesuaikan dengan needs, desire,
wants dan interest dari komunitas (Rahman 2009). Corporate social responsibility
sendiri diartikan oleh Holme dan Watts dalam Sitepu (2008) sebagai komitmen yang dilakukan perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi, meningkatkan kualitas hidup pekerja serta keluarganya disamping komunitas sekitar dan masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan The
World Business Council of Sustainable Development (WBCSD) (1999) dalam
Rahman (2009) mengartikan CSR sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas setempat (local) dan
masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup. Konsep CSR ini dilandasi dengan konsep the triple bottom line yang dikemukaan oleh Elkington, dimana ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu profit, people dan planet. Konsep planet dalam hal ini menunjukkan bahwa perusahaan turut mengambil bagian dalam usahanya menjaga dan mengingkatkan kualitas lingkungan hidup. Melalui konsep ini berarti perusahaan harus memperhatikan aspek lingkungan ketika melakukan kegiatan bisnisnya.
Konsep CSR terus berkembang dimana masyarakat bukan hanya menginginkan kontribusi perusahaan dalam tiga aspek, namun masyarakat juga menginginkan adanya keberlanjutan dari aspek-aspek tersebut. Keberlanjutan ini akan menjamin masyarakat di generasi selanjutnya untuk dapat memanfaatkan sumber daya yang ada, yang juga telah digunakan oleh perusahaan. Selain itu, masyarakat juga menginginkan adanya keberlanjutan dalam pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan. Akibatnya muncul konsep sustainable development.
Sustainable development muncul pada tahun 1987 dalam UNCTAD Report atau
dikenal dengan The Brundtland Report. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa kemiskinan merupakan penyebab utama adanya kerusakan lingkungan. Di dalamnya dijelaskan pula bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memperhatikan kebutuhan di masa yang akan datang tanpa mengganggu kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya. Ada tiga hal yang terkait dengan konsep keberlanjutan yaitu
people, planet dan profit, atau yang dikenal dengan tiga pilar dari sustainability
(Ghiga dan Ghiga 2006).
Pada kenyataannya implementasi CSR tidaklah semudah itu. Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) konsep CSR di Indonesia diterjemahkan dengan salah. CSR pada praktiknya hanya sebagai promosi terselubung2. Selain itu pelaksanaan CSR yang seharusnya sukarela, banyak yang berubah menjadi wajib. Banyak pula CSR di Indonesia yang dilakukan berpindah-pindah3. Akibatnya pelaksanaan program CSR tidak berkelanjutan. Padahal di satu sisi CSR merupakan sebuah konsep pembangunan yang berkelanjutan4.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. atau PT ITP adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang didirikan sejak tahun 1985 dan merupakan salah satu perusahaan yang telah mengimplementasi tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) dalam menjalankan usahanya. Indocement merupakan salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu. Indocement kini telah mengoperasikan 12 pabrik, sembilan diantaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) terus menjadi elemen kunci dari operasional Indocement dimana dapat membantu memperbaiki lingkungan sosial di tempat Indocement beroperasi dan memberikan nilai tambah. Program CSR yang dijalankan oleh Indocement dibangun berdasarkan lima pilar utama, yaitu: pendidikan, kesehatan, ekonomi,
2
Republika www.republika.co.id/berita/csr/padamu-guru/11/10/03/lshedt-indonesia-salah-kaprah-terjemahkan-csr [diunduh tanggal 9 Mei 2012]
3Protespublik.com/penerapan-csr-di-indonesia-masih-kacau-balau [diunduh tanggal 9 Mei 2012] 4Goodcsr.wordpress.com/about/menuju-csr-yang-berkelanjutan [diunduh tanggal 9 Mei 2012]
sosial-budaya-agama-olahraga dan keamanan. Dalam kerangka Tujuan Pembangunan Milenium / Millenium Development Goals (MDG), program CSR Indocement terutama fokus pada tujuan: penanggulangan kemiskinan, pendidikan, danlingkungan. Program terbaru dari CSR PT ITP adalah program sustainable
development. Program tersebut merupakan upaya pencegahan pemanasan global
secara konkrit yang dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan, dengan menitikberatkan dan memberikan dampak positif terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial sesuai dengan konsep the triple bottom lines. Terdapat enam program utama sustainable development, yaitu :
1. Budidaya jarak pagar (Jatropha curcas) di lahan bekas tambang; 2. Pengolahan sampah rumah tangga menjadi energi;
3. Pengembangan energi alternatif (biogas);
4. Peternakan dan inkubator peternak domba Garut; 5. Bengkel sepeda motor terpadu; dan
6. Rumah seni dan budaya
Program-program di Indocement dirancang untuk memenuhi kebutuhan strata sosial yang berbeda dalam masyarakat. Banyak kegiatan berupaya melibatkan dan memberikan manfaat bagi sebagian besar anggota masyarakat yang kurang mendapatkan kesempatan, sementara yang lain bertujuan untuk menciptakan kesempatan yang lebih besar bagi individu dan tokoh masyarakat yang berpotensi. Beberapa dari keenam program sustainable development dilaksanakan di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Desa Lulut merupakan desa jantung dari PT Indocement Tunggal Prakarsa. Secara geografis letaknya dekat dengan Kantor Pusat PT Indocement Tunggal Prakarsa dan juga pusat eksplorasi tambang semen PT ITP. Beberapa aset strategis milik ITP juga berada di desa ini. Oleh karenanya, Desa Lulut dijadikan sebagai salah satu desa binaan
corporate social responsibility (CSR) PT ITP. Tiga kegiatan program sustainable development yang ada di Desa Lulut yaitu penanaman dan pemeliharaan jarak
pagar, perawatan jalan putih, dan bengkel terpadu. Tanaman jarak dipilih karena buah dari tanaman tersebut dapat diproses untuk menjadi bio-fuel, yang merupakan salah satu sumber bahan bakar alternatif bagi PT ITP. Namun untuk sekarang ini, produksi jarak masih kurang sehingga diusahakan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumsi PT ITP sendiri. Kegiatan penanaman jarak pagar merupakan fokus dari penelitian ini. Secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan utama penelitian yakni bagaimana implementasi
program CSR PT ITP dalam pembangunan berkelanjutan.
Masalah Penelitian
PT ITP telah melaksanakan berbagai macam program CSR, salah satunya program sustainable development. Pertama, kita perlu melihat seperti apa program CSR yang akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini. Program CSR yang dimaksud adalah program CSR yang terkait dengan isu lingkungan dan masalah pembangunan berkelanjutan. Dalam pelaksanaan program CSR, terdapat tiga pilar utama dalam implementasinya yaitu the triple bottom line. The triple bottom line ini menurut Elkington terdiri dari people, planet dan profit. Dalam konsep CSR menurut Susiloadi (2008), the triple bottom line merupakan suatu konsep dimana
perusahaan menunjukkan tanggung jawab sosialnya dengan memberikan perhatian dalam peningkatan kualitas perusahaan (profit), masyarakat khususnya komunitas sekitar (people) serta lingkungan hidup (planet). Melalui konsep ini diharapkan perusahaan selain dapat memperoleh keuntungan yang sesuai, perusahaan juga perlu memberikan multiplier effect yang diharapkan masyarakat dengan memperhatikan masyarakat serta lingkungan. Oleh karenanya pertanyaan penelitian yang ingin dijawab secara kualitatif adalah bagaimana program CSR
PT ITP dan kesesuaiannya dengan tiga pilar CSR.
PT ITP mengemukakan bahwa program CSR yang dilakukan perusahaannya merupakan program CSR yang berbasis pada pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan menurut World Commission on
Environment Development (1987) dalam Jalal (2010) adalah pembangunan
berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan bersifat jangka panjang, dimana satu generasi tidak boleh menghabiskan sumber daya alam yang ada serta perlu melestarikan daya dukung ekosistem. Ada dua ide utama dalam konsep sustainability development: (1) pembangunan ekonomi dibutuhkan untuk melindungi lingkungan; dan (2) pembangunan ekonomi harus memperhatikan ketersediaan sumber daya alam untuk kehidupan di masa depan. Pembangunan berkelanjutan itu sendiri memiliki tiga tujuan utama yaitu tujuan ekonomi, tujuan ekologi dan tujuan sosial. Oleh karenanya akan dibahas selanjutnya mengenai
sejauh mana implementasi pembangunan berkelanjutan dalam program CSR PT ITP.
Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, diperlukan adanya sinergi antara usaha penyelesaian dampak lingkungan dan juga dampak sosial. Menurut International Finance Corporation (IFC) (2006) dalam Nasdian (2012), standar kinerja sistem manajemen yang diterbitkan oleh Bank Dunia, perlu adanya integrasi antara resiko dan dampak lingkungan hidup serta sosial dalam keberlanjutan lingkungan dan sosial. Oleh karena itu akan dibahas mengenai
sejauh mana implementasi pembangunan berkelanjutan mampu menanggulangi dampak lingkungan dan sosial dari kegiatan PT ITP.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Menganalisis program CSR PT ITP dan kesesuaiannya dengan tiga pilar CSR
2. Menganalisis sejauh mana implementasi pembangunan berkelanjutan dalam program CSR PT ITP
3. Menganalisis sejauh mana implementasi program pembangunan berkelanjutan mampu menanggulangi dampak lingkungan dan sosial dari kegiatan PT ITP
Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan kajian untuk penelitian selanjutnya mengenai Analisis Implementasi Program CSR dalam Kaitannya dengan Pembangunan Berkelanjutan. 2. Bagi masyarakat, dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana peran
PT Indocement dalam aktivitas CSR sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat sekitar.
3. Bagi perusahaan, sebagai sarana evaluasi mengenai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.
4. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan pelaksanaan CSR perusahaan.
Tinjauan Pustaka Corporate Social Responsibility
Konsep awal tanggung jawab sosial (social responsibility) muncul sejak 50 tahun yang lalu oleh H.R. Bowen yang mengatakan bahwa para pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk mengupayakan suatu kebijakan serta membuat keputusan atau melaksanakan tindakan yang sesuai dengan tujuan masyarakat (Wartick dan Cochran, 1985 dalam Solihin, 2009). Dua premis utama yang dikemukakan Bowen adalah: (1) perusahaan bisa mewujud dalam masyarakat karena adanya dukungan dari masyarakat, dalam hal ini perusahaan memiliki kontrak sosial (social contract) yang berisi sejumlah hak dan kewajiban yang akan mengalami perubahan sejalan dengan perubahan masyarakat; dan (2) pelaku bisnis bertindak sebagai agen moral dalam masyarakat. Perusahaan harus berperilaku sesuai dengan nilai-nilai masyarakat (Solihin 2009).
Awal mula terbentuknya CSR (Sukada 2007) ialah akibat adanya realitas tatanan ekonomi-politik dunia dimana perusahaan multinasional masih menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi diperlakukan lebih istimewa dibandingkan dengan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan. Terjadi pula kehancuran sosial-budaya masyarakat di negara berkembang serta degradasi kualitas ekosistem global yang diakibatkan oleh perusahaan multinasional. Bowen
dalam Eliyanora dan Zahara (2011) mendefinisikan CSR sebagai kewajiban
seorang pebisnis untuk mengusahakan dan melaksanakan tindakan-tindakan dalam kerangka tujuan dan nilai-nilai dalam masyarakat. Definisi yang paling utuh digagas oleh Carol dalam Eliyanora dan Zahara (2011) dimana idealnya sebuah perusahaan memiliki empat tanggung jawab sosial yaitu ekonomi, hukum, etika dan diskretionari. The Brundtland Roundtable dalam Solihin (2009) menjelaskan bahwa tanggung jawab perusahaan ditujukan kepada masyarakat sebagai salah satu pemangku kepentingan perusahaan yang mana turut juga dalam membantu kelancaran berdirinya perusahaan. Menurut Iqbal dan Sudaryanto (2008) pelaksanaan CSR perlu sejalan dengan peraturan hukum, mendatangkan manfaat, bersifat etis, menghormati nilai-nilai sosial dan memenuhi aspek akuntabilitas. Dengan kata lain, CSR merupakan tanggung jawab suatu organiasasi perusahaan atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan yang sifatnya etis, transparan, konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, memperhatikan harapan para pemangku kepentingan, sesuai dengan hukum yang berlaku, sejalan dengan norma-norma perilaku internasional dan terintegrasi dalam ketatalaksanaan organisasi perusahaan. Minimal ada tujuh tanggung jawab sosial perusahaan yaitu lingkungan, HAM, perburuhan, pemberdayaan, masyarakat, tata kelola organisasi, isu konsumen dan praktik bisnis yang sehat. CSR juga dapat dinyatakan sebagai manajemen dampak, yang dilakukan beyond regulation dan bersifat voluntary.
Elkington (1997) dalam Susiloadi (2008) mengemukakan bahwa sebuah perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikan perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan (profit), masyarakat khususnya
komunitas sekitar (people) serta lingkungan hidup (planet). Konsep ini dikenal sebagai ‘The Triple Bottom Line’. Selain dapat memperoleh keuntungan (profit) yang sesuai, perusahaan juga perlu memberikan multiplier effect yang diharapkan kepada masyarakat. Dengan memperhatikan masyarakat (people), perusahaan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Perhatian terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan cara melakukan aktivitas-aktivitas serta pembuatan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup dan kompetensi masyarakat diberbagai bidang. Dengan memperhatikan lingkungan (planet), perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas hidup umat manusia dalam jangka panjang. Keterlibatan perusahaan dalam pemeliharaan dan pelestarian lingkungan berarti perusahaan berpartisipasi dalam usaha mencegah terjadinya bencana serta meminimalkan dampak bencana yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan. Dengan CSR, maka perusahaan tidak hanya memperoleh keuntungan ekonomi semata, namun juga keuntungan sosial. Kini CSR sudah menjadi etika bisnis global. Hal tersebut dapat dilihat dari Gambar 1.
Sumber: Elkington (1998) dalam Nasdian(2012)
Gambar 1 The triple bottom line (3PS)
Konsep tanggung jawab sosial sendiri mengalami perubahan dari awal terbentuknya hingga saat ini. Pergerakan tersebut mulai dari usaha tanggung jawab sosial sebagai program kedermawanan (charity) hingga menjadi good
corporate citizenship (GCC). Tabel 1 menggambarkan pergerakan tersebut.
Melalui tabel tersebut dapat terlihat bahwa konsep tanggung jawab sosial sebagai
charity hanya merupakan kewajiban sedangkan tanggung jawab sebagai philantrophy menekankan adanya kepentingan bersama, dimana penerima
manfaat bukan hanya sekedar orang miskin seperti dalam charity namun juga masyarakat luas dan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial juga lebih tepat bila dianggap sebagai community development (comdev) dan comdev merupakan ruh pelaksanaan aktivitas CSR.
Moratis dan Cochius (2011) menuliskan adanya tujuh prinsip tanggung jawab sosial dalam ISO 26000, sebagai standar penerapan tanggung jawab sosial, yaitu : Profit Economy Planet Environment People Equity Ethical Bussines Eco-Efficient Business Sustainable Bussines
1. Akuntabilitas; terkait tanggung jawab perusahaan terhadap efek yang ditimbulkan pada lingkungan dan masyarakat serta menjadi akuntabel terhadap efek tersebut. Akuntabilitas juga mencakup tanggung jawab terhadap kegiatan yang salah serta mengambil langkah untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
2. Transparansi; terkait organisasi harus transparan dalam penggambilan keputusan serta aktivitas terkait masyarakat dan lingkungan. Organisasi harus mengkomunikasikan peraturan, keputusan serta aktivitasnya.
3. Perilaku etis; terkait empat sikap yang harus dimiliki dalam aktivitas perusahaan yaitu kejujuran, kesamaan dan integritas.
4. Respek terhadap kebutuhan stakeholder; terkait bagaimana organisasi menghargai, mempertimbangkan dan merespon kepentingan setiap
stakeholder yang ada.
Tabel 1 Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial
No. Paradigma Charity Philantrophy
Good Corporate Citizenship (GCC) 1. Motivasi Agama, tradisi, adaptasi Norma, etika, dan hukum universal Pencerahan diri & rekonsiliasi dengan Ketertiban sosial 2. Misi Mengatasi masalah setempat Mencari dan mengatasi akar masalah Memberikan kontribusi kepada masyarakat 3. Pengelolaan Jangka pendek, Mengatasi masalah Sesaat Terencana, terorganisir, terprogram Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan 4. Pengorganisasian
Kepanitiaan Yayasan / dana abadi / profesionalitas Keterlibatan baik dana maupun sumberdaya lain 5. Penerima Manfaat
Orang miskin Masyarakat luas
Masyarakat luas dan perusahaan
6. Kontribusi
Hibah sosial Hibah
pembangunan
Hibah (sosial & Pembangunan serta
Keterlibatan sosial)
7. Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama
5. Respek terhadap peraturan hukum; terkait bahwa setiap perusahaan harus mengikuti hukum yang berlaku sebagai dasar dari kegiatan bisnis dalam alur tanggung jawab sosial.
6. Respek terhadap norma perilaku internasional; terkait kegiatan yang dilakukan tidak boleh melewati norma yang ada di dunia internasional. 7. Respek terhadap HAM; terkait organisasi harus menghargai HAM serta
mengakui dan menyadari pentingnya HAM.
Salah satu subyek dan isu dari tanggung jawab sosial sendiri adalah mengenai lingkungan. Krisis yang terjadi belakangan ini dipercayai merupakan hasil dari tindakan manusia (Moratis dan Cochius 2011). Perusahaan juga mengambil andil dalam masalah ini serta memiliki peran untuk menyelesaikan masalah dengan cara mengurangi kerusakan ekologi. Menurut Ismelina (2009) perlu adanya pengintegrasian dalam hal ekonomi (perusahaan) dengan lingkungan karena keduanya memiliki pandangan yang saling bertolak belakang. Para ekonom menganggap sumberdaya alam sebagai potensi ekonomi yang perlu dimanfaatkan untuk kehidupan manusia. Sebaliknya, pada environmentalist sangat memperhatikan keterbatasan daya dukung lingkungan dalam melakukan aktivitas. Akibatnya muncul empat subyek isu dari lingkungan dalam masalah tanggung jawab sosial, menurut ISO 26000 (Moratis dan Cochius 2011) yaitu :
1. Mencegah polusi;
2. Penggunaan sumberdaya alam berkelanjutan;
3. Adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim; dan
4. Perlindungan terhadap lingkungan dan degradasi habitat alam
Pada akhirnya dalam kaitannya dengan lingkungan, ISO 26000 mendefinisikan CSR sebagai :
“Responsibility of an organization for the impacts of its decisions and activities on society and the environment, through transparent and ethical behaviour that contributes to sustainable development, health and the welfare of society; takes into account the expectations of stakeholders; is in compliance with applicable law and consistent with international norms of behaviour; and is integrated throughout the organization and practiced in its relationships. ”
Secara singkatnya CSR juga didefinisikan sebagai upaya manajemen yang dijalankan oleh entitas bisnis berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial dan lingkungan, dengan meminimumkan dan mengkompensasi dampak negatif sertamemaksimumkan dampak positif di setiap pilar (Jalal 2010). Tujuan dari CSR pada kedua definisi ini ialah pembangunan berkelanjutan. Kondisi utama yang harus ada dalam melaksanakan CSR berkelanjutan adalah :
1. Perusahaan haruslah sehat dan tumbuh (Permana 2008 dalam Samosir 2011). Artinya perusahaan harus dapat memliki profit yang cukup untuk melakukan CSR.
2. Program CSR baru dapat menjadi berkelanjutan apabila program yang dibuat oleh suatu perusahaan benar-benar merupakan komitmen bersama dari segenap unsur yang ada di dalam perusahaan itu sendiri (Lesmana 2008 dalam Samosir 2011). Dengan demikian, perlu ada dialog dengan
para stakeholders untuk memahami kebutuhan dan keinginannya (Bronchain 2008 dalam Samosir 2011).
3. Outcome/result CSR yang terukur/measurable (The Chartered Quality
Institute 2008 dalam Samosir 2011).
4. Harus memiliki sistem management yang dapat mampu mencakup (mengcover), sehingga CSR dapat mencapai tujuan yang diinginkan (The
Chartered Quality Institute 2008 dalam Samosir 2011)
5. Menerapkan prinsip triple bottom line (profit, people dan planet), sehingga program CSR ada kaitannya dengan operasional dan tujuan perusahaan, sehingga semuanya berjalan sustainable (Permana 2008 dalam Samosir 2011). Perusahaan harus berorientasi untuk mencari keuntungan yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang (profit), perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia (people) dan perusahaan harus peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. (Suharto 2010 dalam Samosir 2011). Dalam pandangan Asia, CSR adalah komitmen perusahaan untuk beroperasi dengan mencapai keberlanjutan dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dan mencapai keseimbangan kepentingan pemangku kepentingan (Fukukawa 2010 dalam Samosir 2011)
6. Memasukkan CSR dalam bisnis inti dan proses organisasi (Pratomo 2008
dalam Samosir 2011). Dalam hal ini mengetahui indeks keberkelanjutan
dalam aktivitas CSR perlu melakukan penilaian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (Munasinghe 1993 dalam Samosir 2011), serta diidentifikasi atribut-atribut dari masing-masing aspek atau dimensi.
Pembangunan Berkelanjutan
Istilah CSR dan pembangunan berkelanjutan masih saling berkait, bahkan istilah keduanya dapat dipertukarkan (Hay et al. 2005 dalam Samosir 2011). Bahkan CSR dikatakan sebagai suatu konsep pembangunan yang berkelanjutan atau sustainable development (Permana 2008 dalam Samosir 2011). Keberlanjutan disini didefinisikan sebagai kapasitas penampung dari ekosistem untuk mengasimilasikan pemborosan agar tidak sampai berkelebihan dengan rataan hasil dari sumber daya yang terbaharui tidak akan berlebihan pada rataan generasi (World Bank Group dalam Rudito et al 2004 dalam Samosir 2011). Konsep pembangunan berkelanjutan juga muncul dari usaha pengintegrasian antara aspek ekologi dan ekonomi (Ismelina 2009). World Commission on
Environment and Development (WCED) (1987) dalam Ismelina (2009)
menjelaskan mengenai konsep pembangunan berkelanjutan dalam laporannya yang berjudul Our Common Future, dimana terdapat program nyata dalam mengintegrasikan kepedulian lingkungan dan pembangunan ekonomi di tingkat ekonomi dan internasional. Ada dua ide utama dalam konsep sustainability
development: (1) pembangunan ekonomi dibutuhkan untuk melindungi
lingkungan; dan (2) pembangunan ekonomi harus memperhatikan ketersediaan sumber daya alam untuk kehidupan di masa depan. Konsep ini dibangun oleh The
Brundtland Comission sebagai tanggapan dari peningkatan kerusakan lingkungan
WCED (1987) dalam Jalal (2010) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan bersifat jangka panjang, dimana satu generasi tidak boleh menghabiskan sumber daya alam yang ada serta perlu melestarikan daya dukung ekosistem. Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga tujuan, menurut Sanim (2006) dalam Saptana dan Ashari (2007), yaitu tujuan ekonomi, tujuan sosial serta tujuan ekologi. Tujuan ekonomi berkaitan dengan masalah efisiensi serta pertumbuhan. Tujuan sosial terkait masalah kepemilikan serta tujuan ekologi terkait masalah kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Tiga tujuan tersebut saling terkait seperti disajikan pada Gambar 2.
Tiga pilar utama dari pembangunan berkelanjutan sendiri merupakan the
tripple bottom line yaitu profit, people, dan planet. Konsep tersebut kemudian
diadopsi oleh perusahaan-perusahaan dengan membuat laporan tentang dampak perusahaan terhadap sosial, ekonomi dan lingkungan secara sukarela, dan dikenal dengan sustainability report. Bagaimana bentuk keberlanjutan dapat dilihat dari piramida keberlanjutan menurut Herman Daly (Jalal 2010).
- Distibusi pendapatan - Penilaian terhadap - Kesempatan kerja lingkungan
- Asistensi yang - Penilaian ditargetkan - Internalisasi
- Partisipasi rakyat - Konsultasi
- Pluralistik
Sumber : Sanim (2006) dalam Saptana dan Ashari (2007)
Gambar 2 Hubungan antara tiga tujuan pembangunan berkelanjutan
Menurut Daly (1983) dalam Jalal (2010), dasar dari keberlanjutan ialah adanya keberlanjutan lingkungan. Bila tidak ada keberlanjutan lingkungan, maka tidak akan ada segalanya, baik ekonomi, masyarakat dan kehidupan masyarakat akan terganggu. Bila tidak ada keberlanjutan ekonomi, maka masyarakat tidak dapat menjadi maju. Bisa tidak ada keberlanjutan pada masyarakat, maka kehidupan bermasyarakat tidak dapat berkembang.
Tujuan ekonomi : Efisiensi dan Pertumbuhan Tujuan ekologi : Kelestarian dan Lingkungan Tujuan sosial: Kepemilikan / Keadilan
Sumber : Jalal (2010)
Gambar 3. Piramida keberlanjutan
Terdapat tiga isu yang saling berkaitan dalam pembangunan berkelanjutan (Welford 1993 dalam Okafor 2008), yaitu :
1. Lingkungan; sumber daya yang ada di sekitar kita harus dilindungi. Hal ini terkait dengan penggunaan seminimal mungkin sumberdaya yang tidak dapat dilindungi serta meminimalisir gas emisi yang dihasilkan
2. Kesetaraan; kesetaraan dalam hal gender sangatlah penting dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan
3. Masa depan; peraturan terkait perusahaan harus proaktif dan menjaga keberlanjutan dari lingkungan
Menurut The Brundtland Report, ketiga kondisi tersebut mengurangi kecepatan habisnya sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Hakikatnya, pembangunan perkelanjutan memiliki tiga pertimbangan proporsional yaitu pertimbangan ekonomi, sosial dan ekologi. Selain itu perlu dipertimbangkan juga pengoptimalan manfaat dari sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber daya alam yang menopangnya. Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, diperlukan tiga syarat yaitu (Ismelina 2009) : keberlanjutan secara ekonomi, ekologi dan sosial. Keberlanjutan ekonomi berarti tidak ada eksploitasi ekonomi dari pelaku kuat ke pelaku yang lemah. Keberlanjutan sosial berarti pembangunan yang ada tidak melawan, merusak atau menggantikan sistem dan nilai sosial yang positif yang telah teruji sekian lama dan telah dipraktikkan oleh masyarakat. Keberlanjutan ekologi berarti adanya toleransi manusia terhadap kehadiran makhluk lain selain manusia itu sendiri.
Dari semuanya dapat disimpulkan bahwa pembangunan berkelanjutan setidaknya membahas berbagai hal antara lain yang berkaitan dengan :
1. upaya memenuhi kebutuhan manusia yang ditopang dengan kemampuan daya dukung ekosistem
2. upaya peningkatan mutu kehidupan manusia dengan cara melindungi dan memberlanjutkannya
3. meningkatkan sumberdaya manusia dan alam yang akan dibutuhkan pada masa mendatang
4. mempertemukan kebutuhan-kebutuhan manusia secara antar generasi.
Well-being
Society
Economic
Environmental
Agar pembangunan berkelanjutan perlu adanya peran dari perusahaan.
“…If sustainable development is to achieve its potential, it must be integrated into the planning and measurement systems of business enterprises.” (Robert Steele, AtKisson Group International [tanpa
tahun] dalam Jalal 2010)
Artinya, jika pembangunan berkelanjutan ingin dicapai secara maksimal, maka hal tersebut harus diintegrasikan ke dalam perencanaan dan pengukuran sistem dari perusahaan (Robert Steele, At Kisson Group Internasional [tanpa tahun]
dalam Jalal 2010). Pencapaian keberlanjutan lingkungan dan sosial dalam standar
kinerja perusahaan harus memiliki integrasi antara resiko dan dampak lingkungan hidup dengan resiko dan dampak sosial (Gambar 4).
Sumber: International Finance Corporation (2006) dalam Nasdian (2012)
Gambar 4 Standard kerja sistem manajemen yang diterbitkan oleh Bank Dunia
Keberhasilan Pembangunan Berkelanjutan
Ukuran keberhasilan pembangunan berkelanjutan idealnya harus ditentukan berdasarkan dimensi pembangunan berkelanjutan sendiri, yakni tergantung kepada fokus dan orientasi pembangunan yang dilaksanakan dan dimensi mana yang lebih menjadi perhatian bersama bagi (Tohir 2009):
1. Pengambil keputusan (decision maker)
2. Perencana (planner) sebagai perencana dan perancang (berbagai aktifitas pembangunan, tujuan dan targetnya serta pelaksanaannya),
3. Pelaksana pembangunan itu sendiri sebagai pihak yang menjalankan atau sering disebut juga sebagai agen pembangunan,
4. Masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan.
Dimensi yang menjadi perhatian ini kemudian diberikan indikator. Indikator-indikator dari berbagai dimensi pembangunan inilah yang kemudian dijadikan tolok ukur atau ukuran keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Secara teori semua kelompok dimensi pembangunan yang telah dikemukakan terlebih dahulu, dapat dicarikan indikator-indikatornya dan kemudian dipergunakan sebagai ukuran keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Meskipun demikian, dalam
kenyataannya berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan di berbagai tingkatan menerapkan ukuran dan indikator yang berbeda-beda untuk menunjukkan tingkat keberhasilan pelaksanaan pembangunan.
Pengukuran keberhasilan pembangunan harus melewati dua tahap, yaitu: 1. Tahapan identifikasi target pembangunan, yaitu tahapan yang diperlukan
agar dapat menentukan secara jelas siapa yang akan menikmati hasil pelaksanaan pembangunan dan bagaimana upaya-upaya yang dapat dilakukan agar hasil pembangunan tersebut benar-benar dinikmati oleh mereka yang berhak
2. Tahapan aggregasi karakteristik pembangunan, yaitu karakteristik pembangunan diperlukan untuk menjaga agar ketika skala kegiatan pembangunan diperluas, target yang dituju tetap memenuhi karakteristik dan kriteria yang telah ditetapkan pada tahap identifikasi.
Untuk indikator pembangunan berkelanjutan dengan wawasan lingkungan, maka diusulkan serangkaian parameter yang mengacu pada masalah yang mungkin timbul dalam kehidupan masyarakat serta disesuaikan dengan perundangan yang berlaku. Indikator tersebut ialah sebagai berikut (Pitono [tanpa tahun]).
1. Pengertian masyarakat mengenai pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan;
2. Pengertian masyarakat mengenai hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan;
3. Pengertian masyarakat mengenai wewenang pengelolaan lingkungan hidup;
4. Pelestarian fungsi lingkungan hidup;
5. Kriteria mengenai baku kerusakan lingkungan hidup, pencegahan dan penanggulangan kerusakan serta pemulihan daya dukungnya;
6. Persyaratan penataan lingkungan hidup; 7. Pemasyarakatan hasil AMDAL;
8. Pegawasan lingkungan hidup; 9. Audit lingkungan hidup; 10. Ganti rugi;
11. Kelembagaan; serta
12. Keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup
Kerangka Pemikiran
Setiap perusahaan memiliki cara masing-masing dalam melaksanakan program CSR, termasuk CSR PT ITP. Namun, implementasi CSR sebagai suatu tindakan sosial perusahan tentunya harus berdasar pada tiga dasar utama. Ketiga dasar tersebut disebut dengan the triple bottom line yaitu people, planet dan profit. Ketika implementasi corporate social responsibility sesuai dengan dasar tersebut, maka usaha itu mendukung terwujudnya tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu tujuan ekonomi, ekologi dan sosial. Tujuan ekonomi dari pembangunan berkelanjutan dapat dilihat melalui adanya peluang berusaha serta kesempatan bekerja. Tujuan ekologi dari pembangunan berkelanjutan dapat dilihat melalui
penilaian terhadap lingkungan serta kepedulian terhadap lingkungan. Tujuan sosial dari pmebangunan berkelanjutan dapat dilihat melalui partisipasi masyarakat.
Gambar 5 Kerangka analisis dari analisis program corporate social responsibility (CSR) dalam pembangunan berkelanjutan
Dukungan terhadap terpenuhinya tujuan pembangunan berkelanjutan dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan sendiri. Dampak tersebut meliputi dampak lingkungan dan dampak sosial. Dampak lingkungan dapat dilihat persepsi peserta program terhadap lingkungan terutama di daerah penanaman jarak pagar. Dampak sosial, salah satunya, dapat dilihat melalui adanya keresahan sosial. Adapun bagan kerangka analisis dapat dilihat pada Gambar 5.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dapat ditarik dari penelitian ini diantaranya:
1. Semakin tinggi tingkat keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan dalam program CSR maka semakin tinggi tingkat keberhasilan menanggulangi dampak lingkungan
2. Semakin tinggi tingkat keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan dalam program CSR maka semakin tinggi tingkat keberhasilan menanggulangi dampak sosial
Definisi Operasional
1. Tingkat keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan yaitu seberapa tinggi pencapaian dari dimensi pembangunan berkelanjutan itu
Implementasi CSR Tujuan Pembangunan Berkelanjutan: 1. Tujuan Ekonomi - Tingkat peluang usaha
- Tingkat peluang kerja 2. Tujuan Ekologi - Tingkat kepedulian terhadap lingkungan 3. Tujuan Sosial - Tingkat partisipasi Dampak Kegiatan Perusahaan : 1. Dampak Lingkungan - Persepsi terhadap lingkungan 2. Dampak Sosial - Tingkat keresahan sosial
sendiri. Diukur menggunakan kuesioner dari tiga dimensi dengan empat variabel yaitu tingkat peluang kerja, tingkat peluang usaha, kepedulian terhadap lingkungan serta partisipasi dengan menggunakan skala ordinal “Ya” atau “Tidak”. Skor untuk masing-masing variabel jika dikategorikan tinggi adalah “3”, jika dikategorikan sedang adalah “2” dan jika dikategorikan rendah adalah “1”. Maka pengkategorian keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan, tinggi, sedang, rendah adalah sebagai berikut:
a. Tinggi : jika skor total keempat variabel berjumlah 10-12 b. Sedang : jika skor total keempat variabel berjumlah 7-9 c. Rendah : jika skor total keempat variabel berjumlah 4-6 Untuk masing-masing variabel, pengkategorian untuk masing-masing ialah sebagai berikut:
a. Tingkat peluang kerja yaitu seberapa besar peluang kerja yang timbul akibat adanya kegiatan dari CSR. Diukur dengan menggunakan delapan pernyataan pada kuesioner dengan skala ordinal “Ya” dan “Tidak”. Dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah dengan indeks sebagai berikut:
1. Tinggi : jika menjawab ya sebanyak >5-8 pernyataan 2. Sedang : jika menjawab ya sebanyak > 2-5 pernyataan 3. Rendah : jika menjawab ya sebanyak <2 pernyataan
b. Tingkat peluang usaha; adalah seberapa besar peluang berusaha yang timbul dari adanya kegiatan CSR. Diukur dengan menggunakan lima pernyataan pada kuesioner dengan skala ordinal “Ya” dan “Tidak”. Dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah dengan indeks sebagai berikut:
1. Tinggi : jika menjawab ya sebanyak > 4 pernyataan 2. Sedang : jika menjawab ya sebanyak > 2-3 pernyataan 3. Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 2 pernyataan
c. Tingkat kepedulian terhadap lingkungan; adalah seberapa besar tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan setelah adanya kegiatan CSR. Diukur dengan menggunakan tujuh pernyataan pada kuesioner dengan skala ordinal “Ya” dan “Tidak”. Dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah dengan indeks sebagai berikut: 1. Tinggi : jika menjawab ya sebanyak >5 penyataan
2. Sedang : jika menjawab ya sebanyak > 3-5 pernyataan 3. Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 3 pernyataan
d. Tingkat partisipasi masyarakat; adalah tingkatan partisipasi yang dicapai masyarakat dalam tangga partisipasi Arnstein (1969) dalam program CSR, baik dalam perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi. Partisipasi ini dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah untuk ketiga aspek program CSR apabila berada pada kriteria sebagai berikut:
1. Rendah : manipulasi dan terapi
2. Sedang : informasi, konsultasi dan placation
Diukur dengan menggunakan 23 pertanyaan pada kuesioner dengan skala ordinal “Ya” dan “Tidak”. Dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah dengan indeks sebagai berikut:
1. Tinggi : jika menjawab ya sebanyak > 17 pernyataan 2. Sedang : jika menjawab ya sebanyak >11 – 17 pernyataan 3. Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 11 pernyataan
2. Tingkat keberhasilan menanggulangi dampak lingkungan dilihat hubungan antara keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan dengan persepsi terhadap lingkungan, dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah sebagai berikut:
a. Tinggi : jika keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan tinggi dan persepsi terhadap lingkungan positif
b. Sedang : jika keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan sedang dan persepsi terhadap lingkungan netral
c. Rendah : jika keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan rendah dan persepsi terhadap lingkungan negatif Persepsi terhadap lingkungan, yang dilihat dari pencemaran udara, diartikan sebagai pengetahuan masyarakat tentang pencemaran udara yang ada di lingkungan masyarakat setelah adanya kegiatan CSR. Diukur dengan menggunakan tiga pertanyaan pada kuesioner dengan skala ordinal “Ya” dan “Tidak”. Dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah dengan akumulasi skor sebagai berikut:
a. Tinggi : jika menjawab ya sebanyak >2 pernyataan b. Sedang : jika menjawab ya sebanyak >1-2 pernyataan c. Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 1 pernyataan
3. Tingkat keberhasilan menanggulangi dampak sosial dilihat hubungan antara keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan dengan tingkat keresahan sosial, dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah sebagai berikut:
a. Tinggi : jika keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan tinggi dan tingkat keresahan sosial rendah
b. Sedang : jika keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan sedang dan tingkat keresahan sosial sedang
c. Rendah : jika keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan rendah dan tingkat keresahan sosial tinggi
Tingkat keresahan sosial; adalah seberapa sering bentuk protes yang dilakukan warga terhadap keberadaan perusahaan baik yang terpendam atau terbuka akibat dari ketidaksesuaian harapan dan kenyataan. Diukur dengan menggunakan empat pertanyaan pada kuesioner dengan skala ordinal “Ya” dan “Tidak”. Dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah dengan indeks sebagai berikut:
a. Tinggi : jika menjawab ya sebanyak >3 pernyataan b. Sedang : jika menjawab ya sebanyak 2-3 pernyataan c. Rendah : jika menjawab ya sebanyak <1 pernyataan
kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada responden. Penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang lengkap (Singarimbun dan Effendi [ed] 1989). Sementara pendekatan kualitatif dilakukan melalui metode studi kasus. Pendekatan kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam kepada informan dan observasi.
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan pada salah satu desa binaan PT Indocement Tunggal Prakarta, Tbk yaitu di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor (Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Lulut merupakan salah satu desa binaan PT ITP yang menerima program pembangunan berkelanjutan dan mendapatkan dampak dari kegiatan PT ITP. Waktu penelitian berlangsung seperti Tabel 2.
Tabel 2 Alur waktu penelitian
Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga partisipan program CSR PT ITP, Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Program yang diteliti ialah program penanaman jarak pagar (Jathropa curcas) sehingga populasi sasaran dalam penelitian ini adalah rumah tangga petani partisipan program penanaman jarak pagar CSR PT ITP di Desa Lulut. Unit analisanya adalah petani jarak pagar.
Dalam pendekatan kuantitatif, responden peneliti adalah seluruh petani jarak pagar yang merupakan partisipan program CSR PT ITP. Umumnya responden tinggal di Kampung Sigedong, dan beberapa di Kampung Rawa Siluman serta Desa Leuwi Karet. Peneliti menggunakan metode sensus karena jumlah populasi yang tidak terlalu banyak sehingga akan lebih baik apabila teknik sensus yang dilakukan. Sensus ini dilakukan kepada 29 orang petani jarak pagar. Sayangnya program ini tidak berjalan dengan lancar sehingga kini jumlah petani yang di lapangan tidak sebanyak jumlah peserta awal. Untuk mendapatkan data kedua puluh sembilan petani, peneliti harus menghamipiri masing-masing petani ke rumah. Namun tiga orang petani tidak dapat ditemui di rumah mereka karena kondisi infrastruktur yang sulit untuk ditembus. Akibatnya responden penelitian ini menjadi 26 orang (Lampiran 2).
Pendekatan kualitatif diperoleh melalui observasi langsung dan wawancara mendalam kepada informan. Informan dipilih secara purposive atau sengaja. Informan adalah orang dari pihak perusahaan yang andil dalam program CSR dan juga peserta program yang memiliki peran besar dalam program CSR PT ITP.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data kuantitatif dilakukan melalui wawancara mendalam dengan kuesioner (Lampiran 3) kepada responden yang merupakan seluruh petani jarak pagar, partisipan program CSR PT ITP. Sementara untuk pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui observasi serta wawancara mendalam dengan informan yang dipilih. Wawancara diarahkan dengan panduan pertanyaan wawancara mendalam (Lampiran 4).
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berupa data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari kuesioner, wawancara, serta observasi langsung. Data sekunder sebagai data pendukung diperoleh melalui studi literatur berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan program dan kegiatan CSR serta data demografi penduduk.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan tabel frekuensi serta tabulasi silang untuk melihat hubungan antara tingkat keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan dalam program CSR dengan keberhasilan menanggulangi dampak lingkungan dan sosial.
Pengolahan data menggunakan program computer Microsoft Excel 2007 untuk mempermudah dalam proses pengolahan data. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan perlakuan yang berbeda sesuai dengan jenis data yang diperoleh. Data kualitatif akan diolah melalui tiga tahapan alisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar variabel yang konsisten.
Pada bab ini diuraikan mengenai profil lokasi penelitian yang terbagi ke dalam beberapa sub bab. Sub bab yang pertama adalah mengenai kondisi geografis Desa Lulut. Sub bab kedua membahas mengenai struktur sosial di Desa Lulut, yang terbagi dalam uraian mengenai pendidikan, ekonomi, kependudukan dan mobilitas penduduk. Pada sub bab ketiga diuraikan mengenai pola-pola kebudayaan. Terakhir, dibahas mengenai pola adaptasi ekologi di Desa Lulut.
Kondisi Geografis
Desa Lulut merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa Lulut ini juga merupakan salah satu desa binaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (selanjutnya disingkat ITP). Secara administratif batas desa ini ialah sebagai berikut :
1. Sebelah utara : Desa Bantarjati/Nambo 2. Sebelah selatan : Desa Leuwi Karet 3. Sebelah timur : Desa Hegar Mukti 4. Sebelah barat : Kali Cileungsi
Desa ini terletak delapan km dari kantor Kecamatan Klapanunggal, 15 km dari ibu kota Kabupaten Bogor, 180 km dari ibu kota Provinsi Jawa Barat, serta sekitar 90 km dari ibu kota Negara RI Jakarta. Desa Lulut dapat ditempuh dengan segala jenis kendaraan transportasi, baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Kondisi jalan belum diaspal atau biasa disebut jalan putih.
Desa Lulut memiliki empat dusun, 41 rukun tetangga (RT) serta delapan rukun warga (RW). Desa Lulut oleh sebagian besar warganya dikatakan sebagai “desa jantung ITP”. Hal ini disebabkan oleh letak desa ini yang relatif dekat dengan Kantor Pusat PT ITP dan pusat eksplorasi tambang semen ITP. Selain itu, beberapa aset strategis milik ITP juga berada di desa ini. Oleh karenanya, Desa Lulut dijadikan sebagai salah satu desa binaan corporate social responsibility (CSR) ITP.
Luas wilayah Desa Lulut ini ialah sebesar 1806.832 ha dimana sebagian wilayahnya berada pada dataran tinggi/pegunungan. Umumnya lahan digunakan sebagai pemukiman dan pekarangan. Namun masih banyak juga lahan yang digunakan sebagai lahan persawahan. Berikut merupakan tabel luas wilayah menurut penggunaan.
Tabel 3 Luas wilayah Desa Lulut menurut penggunaan
No Penggunaan Luas (ha)
1 Luas Pemukiman 454.91 2 Luas Persawahan 38.00 3 Luas Tegal/Ladang 852.78 4 Luas Kuburan 1.30 5 Luas Pekarangan 454.90 6 Perkantoran 0.50
7 Luas prasarana umum lainya 4.44
Total Luas 1806.83
Sumber : Data Monografi Desa Lulut (2009)
Desa Lulut sendiri dapat dibagi ke dalam 13 kampung, yakni: Lulut, Pojok Muara, Sawah, Sigedong, Citoke, Cinyengcle, Bojong Koneng, Tegal Tengah, Sarongge, Cikulawing, Curug Dengdeng, Cikukulu, dan Tegal Peuntas. Ketiga belas desa tersebut dapat dibagi menjadi empak karakter ekologi, yaitu sawah, perikanan, lahan kering, dan pemukiman.
Tabel 4 Karakter ekologi Desa Lulut berdasarkan kampung
No Karakter
Ekologi Kampung Keterangan
1 Sawah Sarongge, Tegal Tengah, Sawah
Luas areal sawah rata-rata di atas 10 ha
2 Perikanan
Curug Dengdeng, Cikulawing, dan Cikukulu
1. Ketersediaan air cukup besar
2. Hulu sungai dengan debit air cukup baik
3 Perkebunan
Rawa Siluman, Cinyengcle, Citoke, Sigedong, dan Bojong Koneng
Dominan lahan kering untuk komoditas buah-buahan
4 Pemukiman Lulut dan Pojok Muara
1. Hampir tidak ada lahan kosong untuk pertanian 2. Aktivitas ekonomi: toko
sembako, bengkel, rumah makan, kontrakan, dan pangkalan ojek.
Sumber : Potensi Desa (2008)
Kondisi geografis Desa Lulut juga dapat dilihat dari letaknya yang berada di ketingginan 400-700 m dari permukaan laut dengan suhu rata-rata harian 27o-30o
Celcius. Curah hujan rata-rata di Desa Lulut ialah sebesar 107 mm di tahun 2010. Padahal pada tahun 2000, curah hujan rata-rata mencapai 305 mm. Warna tanah cenderung berwarna merah dan abu-abu dengan teksur tanah lampungan. Kepadatan agraris di desa ini ialah 1.09 jiwa/ha. Hal ini disebabkan berkurangnya tanah yang dijadikan lahan untuk petani, akibat ambil alih dari PT ITP. Kondisi air di desa ini juga termasuk bersih dengan ragam sumber seperti mata air, sumur gali serta sumur pompa. Masyarakat umumnya menggunakan sumur gali.
Secara umum, kondisi dan kualitas lingkungan Desa Lulut tergolong rawan dengan pencemaran. Terbukti dengan adanya pabrik swasta yang menjadi salah satu sumber pencemar udara dan dapat menyebabkan ISPA. Selain itu, pencermaran suara juga rawan terjadi di desa ini akibat adanya kompayer pabrik serta kendaraan pabrik yang sering lalu lalang di jalan putih Desa Lulut.
Kondisi Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu pilar penting dalam menopang kehidupan di desa. Ketika aktivitas ekonomi desa meningkat, harapannya pendapatan masyarakat pun dapat meningkat. Ekonomi juga berkaitan dengan bidang-bidang lain seperti pendidikan, infrastruktur serta keamanan. Keberhasilan di bidang ekonomi tentunya akan mendukung keberhasilan di bidang-bidang lainnya.
Pada awalnya, mata pencaharian warga Desa Lulut berasal dari sektor pertanian dan perkebunan. Masyarakat umumnya menanam padi, kacang-kacangan, serta buah-buahan. Namun setelah adanya PT ITP mata pencaharian warga berubah. Lulut menjadi salah satu desa yang sumber penghasilan warganya berasal dari non sektor pertanian. Data Podes 2008 yang dikeluarkan BPS melangsir bahwa sumber pengahasilan warga Lulut umumnya berasal dari industri pengolahan. Mayoritas warganya bekerja sebagai karyawan swasta, pedagang dan juga buruh pabrik. Walaupun demikian, jumlah warga yang bekerja di sektor pertanian juga cukup banyak. Tabel 5 merupakan tabel mata pencaharian pokok warga Desa Lulut. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa 43.98 persen dari masyarakat Desa Lulut bermata pencaharian sebagai penyedia jasa. Mata pencaharian selanjutnya yang menjadi pilihan warga ialah di bidang pertanian dengan persentase sebesar 22.29 persen bekerja dan disusul dengan 17.08 persen warga bekerja di bidang swasta.
Kondisi Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang vital dalam peningkatan kapasitas manusia yang ada. Sayangnya, Desa Lulut masih belum memiliki infrastruktur pendidikan yang memadai. Walaupun demikian, Desa Lulut memiliki sarana pendidikan agama non formal yaitu pesantren. Status sekolah dan gedung sekolah yang ada di Desa Lulut umumnya merupakan sekolah negeri, namun ada juga beberapa sekolah swasta. Berdasarkan Kecamatan dalam Angka Tahun 2010, terdapat satu TK swasta dan dua SLTP swasta serta lima SD negri di Desa Lulut, sedangkan menurut Podes Tahun 2008, terdapat satu pesantren, tujuh SD serta satu SLTP/sederajat.
Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan jenis pekerjaan dan jenis kelamin
No Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Total %
1 Aparatur Negara / PNS 21 13 34 0.93 2 Swasta 600 26 626 17.08 3 Pertanian 425 392 817 22.29 4 Perdagangan 538 32 570 15.55 5 Penyedia Jasa 407 1205 1612 43.98 6 Buruh Migran 2 4 6 0.16 Total 1993 1672 3665 100.00
Sumber : Data Monografi Desa Lulut 2009 (diolah)
Dengan kurangnya fasilitas sekolah di Desa Lulut, banyak warga yang hanya merupakan tamatan SD (3471 jiwa). Selain tamatan SD, sebagian warga juga merupakan tamatan SMP (421 jiwa). Walaupun demikian, ada juga sebagian kecil warga yang dapat mengenyam pendidikan hingga bangku kuliah. Sebanyak 19 jiwa warga Desa Lulut merupakan sarjana. Padahal Desa Lulut sendiri tidak memiliki bangunan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Akibat kecilnya jumlah lulusan setaraf SMA/sederajat maka kesempatan untuk terlibat pada bidang pekerjaan formal juga berkurang. Fakta menunjukkan bahwa kurang lebih 60 persen penduduk di desa ini tidak terserap dalam bidang pekerjaan baik formal maupun informal.
Tabel 6 Jumlah penduduk Desa Lulut menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin Tahun 2010 No Tingkat pendidikan Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan 1 Tidak Sekolah 159 173 332 6.11 2 Tidak Tamat SD 267 262 529 9.73 3 Tamat SD/Sederajat 1736 1735 3471 63.83 4 Tamat SMP/Sederajat 421 418 839 15.43 5 Tamat SMA/Sederajat 130 118 248 4.56 6 Tamat Sarjana 14 5 19 0.35 Total 2727 2711 5438 100.00
Karakteristik Penduduk
Desa Lulut terdiri dari delapan RW dan 41 RT dengan jumlah keluarga sebanyak 3258 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 13036 jiwa pada Tahun 2010. Menurut jenis kelamin, jumlah laki-laki masih lebih banyak dibandingkan perempuan, namun perbedaannya tidak begitu signifikan yaitu hanya sebesar dua persen.
Jumlah penduduk laki-laki seluruhnya adalah 6668 jiwa, sementara jumlah penduduk perempuan adalah 6368 jiwa. Rasio penduduk dengan jumlah kepala keluarga ialah 4:1, dimana setiap kepala keluarga rata-rata menanggung beban keluarga sebanyak empat jiwa. Kepadatan penduduk di Desa Lulut pada Tahun 2010 ialah sebesar 574 jiwa/km2. Pada Tahun 2003-2008, pertumbuhan penduduk di Desa Lulut meningkat tinggi, dari 0.51 persen menjadi 4.53 persen. Namun pada Tahun 2008-2010, pertumbuhan penduduk kembali menurun hingga mencapai angka 0.64 persen. Mayoritas warga merupakan warga asli Sunda dan beberapa merupakan warga dengan etnis lain seperti suku Jawa, Batak dan Padang. Hampir semua warga merupakan penganut agama Islam. Data jumlah, kepadatan serta reit pertumbuhan penduduk dapat di lihat melalui tabel di bawah ini.
Tabel 7 Jumlah, kepadatan dan reit pertumbuhan penduduk Desa Lulut Tahun 2000-2010 No Kategori Tahun 2000 2003 2008 2010 1 Laki-laki (jiwa) 5126 5243 6612 6668 2 Perempuan (jiwa) 4737 4875 6013 6368 3 Total Penduduk (jiwa) 9863 10118 12625 13036
4 Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 434 - - 574 5 Reit Pertumbuhan Penduduk Laki-Laki (%) - 0.45 4.75 0.17 6 Reit Pertumbuhan Penduduk Perempuan(%) - 0.57 4.28 1.15 7 Reit Pertumbuhan Penduduk (%) - 0.51 4.53 0.64 8 Kepadatan Agraris (jiwa/ha) 0.00008 - - -
Sumber: Kecamatan dalam Angka 2000 dan 2010 serta Podes 2003-2008 (diolah)
Perbandingan penduduk laki-laki dan wanita di Desa Lulut dapat dilihat melalui Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki
ternyata lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Hal tersebut juga terjadi tidak hanya pada jumlah laki-laki dan perempuan secara keseluruhan, namun juga terjadi pada jumlah laki-laki dan perempuan per golongan umur. Selain itu pada Tabel 7, terlihat bahwa reit pertumbuhan penduduk laki-laki juga lebih besar dibandingkan reit pertumbuhan penduduk perempuan
Sumber : Data Potensi Desa 2009 (diolah)
Gambar 6 Piramida penduduk Desa Lulut
Mobilitas Peduduk
Mobilitas penduduk dapat dilihat dari reit migrasi kasar, reit migrasi masuk serta reit migrasi keluar. Angka-angka ini akan menunjukkan desa-desa mana saja yang memiliki angka migrasi tertinggi. Angka ini biasanya menunjukkan tingkat ketersediaan sumberdaya alam sebagai faktor pendorong warga melakukan migrasi. Berdasarkan data Potensi Desa, bahwa Kecamatan Kelapa Nunggal sepanjang lima tahun terakhir mengalami reit migrasi kasar sebesar 3.87 persen.
Tabel 8 menunjukkan bagaimana reit migrasi kasar, migrasi masuk serta migrasi keluar Desa Lulut pada Tahun 2008 dan 2010. Melalui Tabel 8 kita dapat melihat bahwa Desa Lulut mengalami peningkatan jumlah penduduk baik yang keluar maupun masuk desa. Peningkatan tersebut hampir mencapai dua kali lipat. Peningkatan terbesar ada pada jumlah penduduk yang melakukan migrasi keluar desa. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah lahan pertanian yang semakin