• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Slamet Riyadi Tugas Akhir

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka memuat informasi yang didapat dalam pustaka yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, dan selanjutnya disajikan dengan sistematis. Pustaka ini mengambil dari buku-buku yang ada maupun penelitian sebelumnya. Untuk penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada keterangan berikut ini.

2.1. Beton

Istilah – istilah beton menurut SNI -03-2847-2002 diantaranya :

• Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau bahan tambahan membentuk masa padat.

• Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang diisyaratkan dengan atau tanpa prategang dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama–sama dalam menahan gaya yang bekerja.

• Kuat tekan yang diisyaratkan f’c adalah kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencanaan struktur (benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), dipakai dalam perencanaan struktur beton , dinyatakan dalam mega pascal (Mpa)

(2)

Slamet Riyadi Tugas Akhir • Kuat tarik leleh fy adalah kuat tarik leleh minimum yang

diisyaratkan atau titik leleh dari tulangan dalam mega pascal (Mpa). • Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200-2500kg/m³ menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah yang tidak menggunakan bahan tambahan.

2.2. Beton precast/pracetak

Beton pracetak menurut SNI 03-2847-2002 adalah elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan

Menurut Triwiyono (2005) beton pracetak biasanya tersusun dari komponen–komponen yang dibuat atau dicetak tidak pada posisi akhir, komponen–komponen ini dipersiapkan di tempat lain untuk kemudian diangkat, diangkut dan dipasang pada posisi akhir untuk disatukan dengan komponen lain membentuk suatu bangunan utuh, jenis beton pracetak diantaranya balok, kolom, plat dan pondasi.

Sebenarnya beton pracetak tidak berbeda dengan beton biasa , yang menjadikanya berbeda adalah metode pabrikasinya , Pada umumnya penggunaan beton pracetak dianggap lebih ekonomis dibandingkan dengan pengecoran di tempat dengan alasan mengurangi biaya pemakaian bekisting,mereduksi biaya upah pekerja karena jumlah pekerja relatif lebih sedikit, mereduksi durasi pelaksanaan proyek sehingga overhead yang dikeluarkan menjadi lebih kecil. Selain itu bekerja di permukaan tanah jauh lebih mudah dan aman untuk

(3)

Slamet Riyadi Tugas Akhir dilakukan, seperti persiapan cetakan ,pengecoran,perapian permukaan,perawatan dan penggunaan bekisting yang dapat berulang kali. Sampai saat ini pro dan kontra penggunaan beton pracetak masih berlangsung, masing-masing pihak pendukung ataupun penentang metode ini mempunyai argumen tersendiri.

Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006)

Pracetak dapat di artikan sebagai suatu proses produksi elemen struktur/ arsitektural bangunan pada suatu tempat /lokasi yang berbeda dengan tempat/lokasi di mana elemen struktur/ arsitektural tersebut akan digunakan.Teknologi pracetak ini dapat di terapkan pada berbagai jenis material, salah satunya adalah material beton. Beton pracetak sebenarnya tidak berbeda dengan beton sering dijumpai dalam bangunan pada umumnya. Yang membedakan hanyalah proses produksinya. Beton pracetak dihasilkan dari proses produksi dimana lokasi pembuatannya berbeda dengan lokasi di mana elemen akan digunakan . Lawan dari pracetak adalah beton cor di tempat atau cast-in place, dimana proses produksinya berlangsung di tempat elelmen tersebut akan ditempatkan. Sumber : Wulfram I. Ervianto (2006).

2.2.1 Beton precast/pracetak Balok U Shell

Balok Precast U shell merupakan pengembangan (inovasi) dari balok precast yang sering , bahkan sudah lama masuk di Indonesia yang mana biasanya balok precast biasa itu di buat sesuai balok konvensional dalam bentuk awal dan akhir yaitu persegi cor penuh, sehingga jika precast biasa setelah di install tidak perlu di cor lagi ,akan tetapi Balok U shell di buat agak berbeda yaitu di buat berbentuk U dengan tulujuan utama adalah agar alat angkut Tower Crane bisa

(4)

Slamet Riyadi Tugas Akhir mengangkat balok tersebut pada titik ujung karena berat precast tersebut hanya separuh dari berat balok konvensional, gambar potongan balok u shell bisa dilihat di bawah ini :

PRINSIP – PRINSIP U-SHELL

U-sheel memiliki prinsip sebagai berikut :

1. Jumlah tulangan yang digunakan sama dengan prinsip balok konvensional.

2. Kualitas terhadap mutu beton sama dengan balok konvensional. 3. Metode pengerjaan U-shell dengan cara PRECAST dan CASH IN

SITU. Tebal selimut beton Dihitung sesuai kapasitas alat angkut min. 10 cm

Plat lantai Sengkang

Gambar 1 : Potongan Balok U Shell Sumber : Juklak Proyek Tanggerang City PT PP

(5)

Slamet Riyadi Tugas Akhir Dalam pengerjaan precast U-shell harus mengacu pada hal-hal berikut :

1. Jika keretakan yang terjadi 0-0,4 mm perbaikan keretakan akan menggunakan epoxy atau grouting SNI 03-2847-2002 Pasal 12.6.4. Jika Keretakkan > 0,4 mm dilakukan reject produk U-Shell.

2. SNI 03-2847-2002

• Pasal 6.3.2 : Water cement ratio yang digunakan maksimum 0,50

• Pasal 9.6.6.4 : Panjang penyaluran untuk tulangan lentur adalah 40D

• Pasal 14.2.2 : Panjang penyaluran tulangan tarik (gempa) untuk besi ulir adalah diameter < 19 mm adalah 35D, sedangkan untuk besi ulir diameter > 22 mm adalah 44D.

• Pasal 14.2.3 : Panjang penyaluran tulangan tekan untuk besi ulir adalah 19D.

Gambar 2 : Penyaluran Tulangan Tekan Pada Balok U shell Ke Kolom

(6)

Slamet Riyadi Tugas Akhir

THE UNIVERSITY OF IAIN SYARIF HIDAYATULLAH PROJECT

HOME SITE PLANNING PRECAST SYSTEM STRUCTURE WORKS FINISHING WORKS

| | | | | |M/E WORKS|

DETAIL JOINT PRECAST BALOK & KOLOM DETAIL JOINT PRECAST BALOK & KOLOM

PRINCIPLE CONTACT PRINCIPLE CONTACT OF BEAM ON COLUMN OF BEAM ON COLUMN BEAM BEAM BEAM BEAM CO LU M N

Gambar 3 : Detail sambungan Balok U shell Ke Kolom Sumber : BDE 6 Divisi Riset dan Teknologi PT PP

(7)

Slamet Riyadi Tugas Akhir

Tabel 1 : Tabel Peraturan Penyaluran Tulangan

(8)

Slamet Riyadi Tugas Akhir

Tabel 2 : Tabel Penyaluran Tulangan

ANALISA TEKNIK

No. diameter fy (Mpa) fc' (Mpa)

1

10

240

30 21 D

210 mm 11 D

190 mm

2

12

240

30 21 D

252 mm 11 D

228 mm

3

13

240

30 21 D

273 mm 11 D

247 mm

4

16

400

30 35 D

560 mm 19 D

304 mm

5

19

400

30 35 D

665 mm 19 D

361 mm

6

22

400

30 43 D

946 mm 19 D

418 mm

7

25

400

30 43 D

1075 mm 19 D

475 mm

8

32

400

30 43 D

1376 mm 19 D

608 mm

Penyaluran Tarik

Penyaluran Tekan

Tabel Penyaluran Tulangan

(9)

Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.2.2 Beton precast Plat Half Slab

Sedangkan plat half slab merupakan pracetak plat yang di cor separuh dari tebal plat konvensional , setelah di install half slab tersebut nantinya akan dicor kembali separuhnya yang di sebut cor toping, agar plat half slab menjadi satu kesatuan dengan balok u shell maka diatasnya dicor beton bertulang yang di sebut dengan topping , berikut gambar detail half slab dan cor topping ;

THE UNIVERSIT Y OF IA IN S YARIF HIDA YATULLAH PROJECT

SITE PLANNING PRECAST SYSTEM STRUCTURE WORKS FINISHING WORKS

| | | | |M/E WORKS|

COR TOPPING COR TOPPING

PREC AST HALF SL AB PREC AST HALF SL AB

PREC AST U Shell PREC AST U Shell

Gambar 4 : Detail Sambungan Balok U Shell, Plat Half Slab ,dan Cor Topping

(10)

Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.2.3 Keunggulan Beton Pracetak ( precast)

• Durasi Proyek Menjadi Lebih Singkat

Dengan menerapkan teknologi beton pracetak ,pekerjaan struktur yang masih harus dilaksanakan di lapangan adalah pekerjaan struktur bawah ( fondasi) , dimana proses pelaksanaannya dapat bersamaan dengan kegiatan produksi beton pracetak.

Pengaturan jadwal produksi elemen-elemen yang akan dipasang lebih awal dapat diproduksi lebih dahulu dan pada saatnya nanti elemen telah cukup umur, pada saat pekerjaan struktur bawah selesai maka elemen-elemen beton pracetak yang telah cukup umur tersebut dapat di erection dalam waktu yang relatif lebih singkat dibanding dengan proses konstruksi konvensional. Dengan kegiatan pekerjaan yang overlapping serta cyle time erection yang relatif singkat maka proyek akan selesai dalam waktu yang lebih singkat. Sumber :wulfram I. Ervianto (2006) • Mereduksi Biaya Konstruksi

Dengan durasi yang relatif lebih singkat maka dengan sendirinya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan proyek akan menjadi lebih kecil, satu hal yang jelas terlihat pengurangannya adalah biaya overhead proyek. Hal lain yang dapat mereduksi biaya adalah penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit yang akan menurunkan biaya upah , berkuranganya kebutuhan pendukung seperti schaffolding, penghematan material bekisting ,serta penghematan material pembentuk beton bertulang. Sumber : Wulfram I.Ervianto ( 2006)

(11)

Slamet Riyadi Tugas Akhir • Kontinuitas Proses Konstruksi Dapat Terjaga

Maksud dari kontinuitas adalah adalah kegiatan pelaksanaan pekerjaan tidak terhenti oleh karena pengaruh alam (cuaca) . gambaran keadaan ini, misalnya untuk melaksanakan pekerjaan balok secara konvensional tentu akan lebih banyak dilakukan diluar ruangan atau pun jika di pasang tenda akan membuat pekerja tidak bisa leluasa dalam mengangakat material dengan menggunakan tower crane, mulai pemasangan tulangan ,pemasangan bekisting ,pengecoran,semua harus dilakukan diluar ruangan tanpa atap (tenda), berbeda dengan penggunaan beton pracetak ,waktu yang dibutuhkan untuk melasanakan pekerjaan di luar ruangan relatif singkat sehingga kontinuitas pekerjaan dapat lebih terjaga. Sumber :Wulfram I. Ervianto (2006)

• Produksi Massal

Salah satu pertimbangan jika hendak menggunakan teknologi pracetak adalah bahwa jika elemen struktur hendaknya tidak terlalu bervariasi sehingga setiap jenis elemen yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar. Hal ini dilakukan agar tingkat efisiensi dari pembuatan secara massal dan pabrikasi dapat dicapai. Efek lain dari proses pabrikasi adalah kebutuhan tenaga kerja relatif lebih sedikit karena sebagian besar proses produksinya didukung oleh alat berat, disamping itu produk yang dihasilkan mempunyai ketepatan dimensi yang lebih akurat apabila dibandingkan dengan menggunakan proses konvensional. Sumber : wulfram I . Evianto (2006)

(12)

Slamet Riyadi Tugas Akhir • Dihasilkan Kualitas Beton Yang Lebih Baik

Bila dibandingkan dengan beton cast-in situ, beton pracetak mempunyai kualitas yang lebih baik. Hal ini karena hal-hal sebagai berikut

a. Kondisi area pabrikasi relatif konstan. b. Pengawasan yang lebih cermat.

c. Kondisi lingkungan kerja yang lebih baik ( tidak di bawah terik matahari langsung, tidak pada ketinggian ) secara psikologis seorang pekerja yang bekerja di ketinggian tertentu dalam usaha membangun sebuah gedung bertingkat akan terganggu tingkat produktivitasnya. Hal ini disebabkan karena ada kekhawatiran akan kemungkinan terjatuh , dengan demikian secara otomatis para pekerja akan berusaha untuk melaksanakan kegiatannya dan menjaga keseimbangannya supaya tidak terjatuh. Hal itu tentu akan mempengaruhi tingkat kecermatan dan ketelitian dalam pelaksanaan kegiatan. Sumber : Wulfram I .Evianto (2006).

2.2.4 Kelemahan Beton Pracetak ( precast) • Transportasi

Setelah proses produksi beton pracetak yang dilaksanakan di pabrik selesai maka dilanjutkan dengan proses pemindahan hasil produksi ke lokasi pekerjaan . proses pemindahan elemen beton pracetak dari lokasi pabrik menuju lokasi proyek membutuhkan biaya tambahan untuk pengadaan alat bantu yang digunakan untuk mengangkat elemen tersebut

(13)

Slamet Riyadi Tugas Akhir ked an dari metode transportasi yang akan dipakai sebagai alat angkut. Proses ini harus direncanakan di awal proses perencanaan bentuk dan disain beton pracetak agar komponen tersebut dapat dipindahkan ke lokasi pekerjaan.

Faktor penting yang dipertimbangkan adalah dimensi dan berat setiap komponen yang harus sesuai dengan ketersediaan alat angkat dan alat angkut. Data mengenai ketersediaan alat angkat dan angkut ini akan sangat membantu perencanaan komponen untuk mengahasilkan disain yang layak angkat dan angkut.

Model transportasi yang digunakan pada umumnya adalah truk bak terbuka. Dimensi dan berat dari elemen beton pracetak dipengaruhi oleh kemampuan alat angkut serta kemudahan transportasinya.

• Erection

Penggunaan teknologi beton pracetak selalu melewati proses yang disebut erection, yaitu tahap penyatuan elemen beton pracetak menjadi satau-kesatuan yang utuh sehingga membentuk suatu bangunan. Pada proses ini pihak pelaksana proyek dituntut untuk menyediakan alat bantu instalasi, misalnya sebuah crane yang mampu mengangkat dan memindahakan elemen beton pracetak sehingga terpasang pada posisi yang seharusnya. Penyediaan alat bantu ini membutuhkan biaya yang relatif besar sehingga jika teknologi ini akan diterapkan pada sebuah bangunan maka harus dikaji efisiensi biayanya ,antara penyediaan alat

(14)

Slamet Riyadi Tugas Akhir bantu dengan nilai proyek itu sendiri. Kajian yang detail tentang volume pekerjaan beton pracetak dengan biaya pengadaan alat bantu instalasi dapat digunakan sebagai bahan untuk memutuskan metode yang akan digunakan. Apabila volume pekerjaan kurang memadai maka akan mengakibatkan biaya konstruksi menjadi mahal.

• Connection

Dalam usaha menyatukan elemen –elemen beton pracetak dibutuhkan suatu konstruksi tambahan yang mampu meneruskan semua gaya-gaya yang bekerja dalam setiap elemen. Yang dimaksudkan penyatuan di sini adalah penyatuan material beton segar dengan material beton pracetak yang menjadi bagian utama dari struktur beton bertulang. Kendala yang timbul adalah bagaimana menentukan jenis sambungan yang mampu mengantisipasi semua gaya yang terjadi sehingga perilaku struktur dapat menyerupai struktur beton bertulang dengan proses konstruksi konvensional. Untuk mengaplikasikan alat sambung yang betul-betul sempurna dibutuhkan biaya yang relatif mahal. Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006)

2.2.5 Pembuatan Beton Pracetak ( precast)

Proses produksi / pabrikasi beton pracetak dapat dibagi menjadi tiga tahapan berurutan yaitu :

(15)

Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.2.5.1 Tahap Desain

Proses perencanaan suatu produk secara umum merupakan kombinasi dari ketajaman melihat peluang, kemampuan teknis, kemampuan pemasaran. Persyaratan utama adalah struktur harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan kestabilan pada masa layannya.

2.2.5.2 Tahap Produksi

Beberapa item pekerjaan yang harus dimonitor pada tahap produksi : a. Kelengkapan dari perintah kerja dan gambar produk

b. Mutu dari bahan baku c. Mutu dari cetakan

d. Mutu atau kekuatan beton

e. Penempatan dan pemadatan beton f. Ukuran produk

g. Posisi pemasangan h. Perawatan beton

i. Pemindahan, penyimpanan dan transportasi produk j. Pencatatan ( record keeping )

• Tahap produksi terdiri dari : a. Persiapan

b. Pabrikasi tulangan dan cetakan c. Penakaran dan pencampuran beton d. Penuangan dan pengecoran beton e. Transportasi beton segar

(16)

Slamet Riyadi Tugas Akhir f. Pemadatan beton

g. Finishing / repairing beton h. Curing beton

2.2.5.3 Tahap Pasca produksi

Terdiri dari tahap penanganan (handling), penyimpanan (storage), penumpukan (stocking), pengiriman (transport) dan tahap pemasangan di lapangan (site erection)

Yang perlu diperhatikan dalam sistem transportasi adalah :

• Spesifikasi alat transport : lebar, tinggi, beban maksimal, dimensi elemen • Route transport : jarak, lebar jalan, kepadatan lalu lintas, ruang bebas

bawah jembatan, perijinan dari instansi yang berwenang.

Pemilihan alat angkut dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : • Macam komponennya : linier atau plat

• Ketinggian alat angkat : berhubungan dengan ketinggian bangunan yang akan dibangun

• Berat komponen : berdasarkan beban maksimum • Kondisi local : pencapaian lokasi dan topografi Menurut tempat pembuatan beton pracetak dibagi 2 yaitu :

a. Dicor di tempat disebut (Cast In Situ) b. Dicor di pabrik

Menurut perlakuan terhadap bajanya dibagi 2 yaitu : a. Beton pracetak biasa

(17)

Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.3 Cetakan (bekisting)

Cetakan (bekisting) adalah pekerjaan strukur pendukung ,menurut SNI -03-2847-2002 cetakan ( bekisting) harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk, garis, dan dimensi komponen struktur seperti yang diisyaratkan pada gambar rencana dan spesifikasi, cetakan harus mantap dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran mortar, cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk mempertahankan posisi dan bentuknya, cetakan dan tumpuannya harus direncanakan sedemikian hingga tidak merusak struktur yang dipasang sebelumnya.

Perencanaan cetakan harus menyertakan pertimbangan faktor- faktor berikut :

1. Kecepatan dan metode pengecoran beton.

2. Beban selama konstruksi ,termasuk beban –beban vertikal ,horizontal dan tumbukan.

3. Persyaratan –persyaratan cetakan khusus untuk konstrusksi cangkang, plat lipat, kubah beton arsitektural, atau elemen-elemen sejenis

Cetakan untuk elemen struktur beton prategang harus dirancang dan dibuat sedemikian hingga elemen struktur dapat bergerak tanpa menimbulkan kerusakan pada saat gaya prategang diaplikasikan.

Jenis bahan cetakan pada umumnya terbuat dari bahan dasar kayu yang di tebang dari hutan dan di bentuk balok kayu sebagai rangka cetakan dan plywood sebagai landasan cetakan beton.

(18)

Slamet Riyadi Tugas Akhir Pada pembangunan struktur untuk cetakan beton dikenal 2 (dua) metode pembangunan yang umum dilakukan, yaitu sistem konvensional, sistem formwork. Sistem konversional adalah metode yang menggunakan bahan tradisional kayu dan triplek sebagai formwork dan perancah, serta pengecoran beton di tempat. Sistem formwork sudah melangkah lebih maju dari sistem konversional dengan digunakannya sistem formwork dan perancah dari bahan metal. Sistem formwork yang telah masuk di Indonesia, antara lain sistem PERI DOKA yang di aplikatorkan oleh PT Pola Beton Perkasa, dan ada lagi sistim PCH dari Australia, akan tetapi formwork import tersebut cenderung lebih mahal di banding produk dalam negeri.

Gambar 5 : Denah bekisting balok dan lantai

konvensional dengan bahan hory beam dan pinol film Sumber : BDE 6 Divsi Riset dan Teknologi PT PP

(19)

Slamet Riyadi Tugas Akhir

Gambar 6: Detail sambungan bekisting balok dengan bekisting lantai

Gambar 7 : Tampak dari samping komposisi perancah bekisting konvensional

(20)

Slamet Riyadi Tugas Akhir

Gambar 8 : Pemasangan suri-suri bekisting balok Konvensional

Sumber : BDE 6 Divisi Riset dan Teknologi PT PP

Gambar 9 : Pemasangan hory beam dan bekisting balok konvensional.

Sumber : Bank Data Engineering edisi 6

(21)

Slamet Riyadi Tugas Akhir

rus dibongkar dengan cara-cara yang

imulainya 2.4 Pembongkaran Cetakan (bekisting)

• Pembongkaran cetakan: cetakan ha

tidak mengurangi keamanan dan kemampuan layan struktur beton yang akan dipengaruhi oleh pembongkaran cetakan harus memiliki kekuatan cukup sehingga tidak akan rusak oleh operasi pembongkaran.

• Pembongkaran penopang dan penopangan kembali : sebelum d

pekerjaan konstruksi di mulai kontraktor harus membuat prosedur dan jadwal untuk pembongkaran penopang dan pemasangan kembali penopang dan untuk penghitungan beben-beban yang disalurkan ke struktur selama pelaksanaan pembongkaran tersebut.

Gambar 10 : Pemasangan plywood bekisting plat Konvensional

(22)

Slamet Riyadi Tugas Akhir 1. Analisa struktur dan data kekuatan beton yang dipakai dalam

perencanaan dan pembongkaran cetakan dan penopang harus diserahkan oleh kontraktor kepada pengawas lapangan apabila diminta (SNI-03-2847-2002)

2. Tidak boleh ada beban konstruksi yang tertumpu pada, juga tidak boleh ada penopang dibongkar dari suatu bagian struktur yang sedang dibangun kecuali apabila bagian dari struktur tersebut bersama-sama dengan cetakan dan penopang yang tersisa memiliki kekuatan yang memadai untuk menopang berat sendirinya dan beban yang ditumpukan kepadanya.

3. Kekuatan yang memadai tersebut harus ditunjukkan melalui analisis struktur dengan memperhatikan beban yang di usulkan, kekuatan sistem cetakan dan penopang, serta data kekuatan beton.

Gambar 11 : Potongan balok konvensional( kiri )dan precast u shell dan half slab dengan cor topping (kanan)

U-Shell Precast

Slab Floor Precast Toping ( Cor in situ )

(23)

Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.5 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer, dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sumber : Iman Suharto (2001)

Karakteristik pekerja yang bekerja dalam lingkungan pabrik berbeda dengan mereka yang bekerja pada kondisi lingkungan kerja di lapangan terbuka. Kondisi ini akan mempengaruhi produkifitas pekerja sehingga kontinuitas hasil produksi tidak dapat diprediksi dengan tepat. Dalam lingkungan pabrik , pekerjaan yang dilakukan merupakan suatu pengulangan sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kegagalan yang disebabkan oleh pekerja. Keberhasilan produk dari hasil produksi industri konstruksi sangat tergantung pada kejelian dan kemampuan manajer konstruksi dalam membuat perencanaan serta penggunaan metode yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada Sumber : Wulfram I . Ervianto ( 2006)

2.5.1 Jumlah Tenaga kerja

Sedang jumlah tenaga kerja yang akan dibutuhkan tergantung dengan luasan proyek yang akan dikerjakan dan berapa lama waktu pelaksanaan proyek sehingga akan lebih mudah untuk perencanaan sumber daya manusia. secara teoritis keperluan rata-rata tenaga kerja dapat dihitung dari total lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam - orang atau bulan –orang dibagi dengan kurun waktu pelaksanaan.

(24)

Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.5.2 Faktor –faktor yang mempengaruhi produktivitas

Variabel –variabel yang mempengaruhi produtivitas tenaga kerja lapangan dapat dikelompokkan menjadi

• Kondisi fisik lapangan dan sarana Bantu • Supervisi perencanaan ,dan koordinasi • Komposisi kelompok kerja

• Kerja lembur

• Ukuran besar proyek

• Pekerja langsung versus subkontraktor • Kepadatan tenaga kerja

Uraian berikut akan menyajikan penjelasan lebih jauh 1. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu :

Kondisi fisik geografis lokasi tempat penampungan tenaga kerja yang terawat, serta sarana bantu berupa peralatan konstruksi, amat berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja , kondisi fisik ini dapat berupa

• Iklim, musim, atau keadaan cuaca. • Keadaan fisik lapangan.

• Sarana alat bantu.

2. Kepenyeliaan, ,perencanaan dan koordinasi

Yang dimaksud dengan penyelia di sini adalah segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan pengelolaan para tenaga kerja, memimpin para pekerja dalam pelaksanaan tugas ,termasuk menjabarkan perencanaan dan

(25)

Slamet Riyadi Tugas Akhir pengendalian menjadi langkah –langkah pelaksanaan jangka pendek, serta mengkoordinasikan dengan rekan atau penyelia lain yang terkait tugas menjabarkan perencanaan ini memerlukan pengetahuan yang mendalam mengenai lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, dan derajat ketrampilan tenaga kerja yang akan melaksanakannya. Penyelia yang baik ikut berpartisipasi secara efektif dengan memberikan pendapat dan pengalaman dalam meletakkan dasar –dasar perencanaan pekerjaan di lapangan dengan demikian akan menghasilkan perencanaan yang realistis. ( Iman Suharto, 2001)

2.6 Aspek Ekonomis

Faktor –faktor ekonomi yang mempengaruhi aplikasi teknologi beton pracetak adalah sebagai berikut :

1.Faktor biaya , yaitu biaya yang dibutuhkan untuk mewujudkan rencana bangunan tersebut.

2.Faktor waktu , yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelaksanaan konstruksi bangunan sampai dengan bengunan tersebut dapat berfungsi sesuai dengan rencana penggunaannya.

3.Faktor mutu, yaitu hasil yang dicapai dari proses pelaksanaan konstruksi.Sumber : Wulfram I . Ervianto (2006)

(26)

Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.6.1 Faktor Biaya

Pengendalian biaya merupakan lengkah akhir dari proses pengelolaan biaya proyek yaitu mengusahakan agar penggunaan dan pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan, berupa anggaran yang telah ditetapkan. Sedangkan efisiensi biaya adalah proses pengendalian biaya agar biaya yang di keluarkan lebih kecil dari anggaran biaya yang telah di tentukan.

Menurut (Peter S. McAdam 1993) ketika mencari-cari pembangunan yang terbaik ada empat komponen biaya struktur yang harus di pertimbangkan adalah (Beton,Tulangan ,Bekisting, dan waktu).

Faktor –faktor yang mempengaruhi ekonomis tidaknya aplikasi teknologi beton pracetak dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Kebutuhan material untuk seluruh bangunan

2. Biaya produksi , yang ditentukan oleh waktu pelaksanaan serta investasi peralatan yang diperlukan.

3. Biaya yang dibutuhkan untuk transportasi. 4. Biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan. 5. Biaya untuk penyelesaian.

(27)

Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.6.2 Faktor Mutu

Dalam industri manufaktur , masalah pengendalian kualitas produk yang dihasilkan dapat terpantau dengan jelas. Dengan metode statistik dan teknik pengendalian yang tepat akan diperoleh informasi dini tentang produk yang dihasilkan. Jika terjadi penyimpangan kualitas dari produk maka manajemen dengan segera dapat melakukan tindakan tertentu sehingga kualitas produk dapat sesuai dengan standar yang diisyaratkan.

Produk yang dihasilkan mempunyai akurasi dimensi yang tinggi sehingga dalam pelaksanaannya di lapangan menjadi relatif lebih mudah serta mempunyai kenampakan yang lebih baik. Kelayakan dalam penerapan teknologi beton pracetak harus dipandang dari berbagai aspek. Baik yang bersifat teknik maupun ekonomis, keduanya harus dipenuhi. Tinjauan aspek ekonomis lebih ditentukan oleh pencapaian tujuan utama dari proyek, yaitu tepat biaya,tepat mutu, dan tepat waktu. Sumber : Wulfram I . Ervianto ( 2006).

TQM adalah pendekatan berorientasi pelanggan yang memperkenalkan perubahan manajemen yang sistimatika dan perbaikan terus-menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu organisasi. Seperti di gambarkan pada diagram di bawah ini proses (TQM) bermula dari pelanggan dan berakhir pada pelanggan pula. Proses TQM memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan ) menstransformasikan (memproses) input dalam organisasi untuk memproduksi barang dan jasa yang pada giliranya

(28)

Slamet Riyadi Tugas Akhir memberikan kepuasan kepada pelanggan (output). (modul 1 Sistim Management Mutu Konstruksi)

Difinsi Mutu: dalam arti luas, mutu atau kualitas bersifat subyektif, suatu barang yang amat bermutu bagi seseorang belum tentu bermutu bagi orang lain. Oleh karena itu dunia usaha dan industri khususnya industri konstruksi memberikan batasan yang dapat diterima oleh kalangan yang berkepentingan. (Iman Suharto, 2001)

2.6.3 Faktor Waktu

Dari segi waktu pelaksanaan konstruksi, penggunaan teknologi beton pracetak lebih singkat dibandingkan dengan pelaksanaan konstruksi secara konvensional. Gambaran tahapan penggunaan teknologi beton pracetak dibandingkan dengan proses konstruksi konvensional dapat dilihat pada gambar 13 . pada gambar tersebut terlihat selisih waktu yang didapatkan dari penggunaan beton pracetak . meskipun demikian perlu diperhatikan waktu yang dibutuhkan untuk pemasangan kolom , pemasangan balok, dan pemasangan plat lantai. Bila

(29)

Slamet Riyadi Tugas Akhir persiapan pondasi Sloof Kolom balok plat Persiapan pondasi Sloof Kolom Erection bakok Erection plat topping Proses Konstruksi Pracetak

Pabrikasi di pabrik

transportasi WAKTU

Proses Konstruksi Konvensional

Overhead waktu pemasangan dari setiap item pekerjaan tersebut dapat dimunculkan maka akan dapat diketahui dengan pasti berapa banyak waktu yang dapat dihemat /dipercepat. Sumber : Wulfram I. Ervianto (2006)

Gambar 12 : Proses Konstruksi konvensional dan Pracetak Sumber : Hasil Analisis

(30)

Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.7 Aspek Manajemen

Faktor –faktor manajemen yang mempengaruhi aplikasi teknologi beton pracetak adalah sebagai berikut :

1. Faktor Produksi 2. Faktor Transportasi

3. Faktor Installasi (Erection) 4. Faktor Connection

5. Faktor Struktur

6. Faktor Sumber Daya Manusia 7. Faktor Teknologi

8. Faktor Material

Berdasarkan kajian tentang penggunaan komponen beton pracetak serta kondisi sesungguhnya yang ada di Indonesia saat ini, maka dapat digambarkan seperti dalam tabel 3. tabel tersebut dapat memberikan gambaran bagi pihak – pihak yang akan mengaplikasikan teknologi beton pracetak, baik tentang permasalahan yang mungkin dihadapi pada saat perencanaan maupun pada pelaksanaan pekerjaan.

Dalam tabel 3 sampai dengan tabel 11 menggambarkan hubungan atara faktor terpengaruh dengan fektor pengaruh bersivat bivariat. Tabel tersebut merupakan gembaran sederhana hubungan antara faktor terpengaruh dengan faktor pengaruh, namun demikian tidak menutup kemungkinan terjadinya hubunngan multivariat dalam kasus tertentu misal ( untuk memproduksi komponen pracetak dipengaruhi oleh transportasi dan connection ) sumber : Wulfram I . Ervianto ( 2006).

(31)

Slamet Riyadi Tugas Akhir

Tabel 3 : Faktor Terpengaruh Produksi

No Pengaruh Item Pertimbangan Keterangan

1 Transportasi - Bentuk Komponen - Komponen beton pracetak harus dapat di -Ukuran Komponen transportasikan ke lokasi proyek.

-Berat Komponen

2 Pemasangan (Erection) -Bentuk Komponen - Komponen harus dapat dipasang pada -Ukuran Komponen tempatnya dengan crane yang tersedia -Berat komponen

3 Sambungan (Connection) -Sistim Sambungan -Komponen diproduksi sesuai dengan jenis -Jenis Alat Sambung dan alat sambung serta sistim sambungan 4 Sistim Struktur -Kolom menerus -Komponen diproduksi sesuai dengan sistem

-Kolom sambungan yang digunakan -unit portal

5 Sumber Daya Manusia -Pengendalian mutu -Pabrikasi harus didukung pekerja agar dihasilkan produk yang sesuai

6 Teknologi -Teknik produksi -Komponen hasil produksi sangat dipengaruhi -Mesin produksi oleh teknologi

7 Material -Sumber material -Mutu komponen beton pracetak tergantung -Komposisi material dari material

(32)

Slamet Riyadi Tugas Akhir

Tabel 4 : Faktor Terpengaruh Transportasi

No Pengaruh Item Pertimbangan Keterangan

1 Produksi - Bentuk Komponen - Produksi harus disesuaikan

-Ukuran Komponen agar komponen dapat ditransportasikan -Berat Komponen

2 Pemasangan (Erection) -Jadwal pengiriman - Komponen harus dapat dipasang pada tempatnya dengan crane yang tersedia

3 Sambungan (Connection)

4 Sistim Struktur - Bentuk komponen -Komponen beton pracetak harus didesain

-Ukuran komponen agar layak ditransportasikan - Berat komponen

5 Sumber Daya Manusia -Pengalaman -Pekerja harus memahami perilaku komponen

- Pengetahuan pada saat ditransportasikan

6 Teknologi -sistim transportasi -Cara mentransportasikan komponen agar

aman sampai tujuan

7 Material -Jenis komponen -Hal ini akan mempengaruhi kemampuan

(berat yang berbeda) transportasi komponen ke lokasi

(33)

Slamet Riyadi Tugas Akhir

Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006)

No Pengaruh Item Pertimbangan Keterangan

1 Produksi - Bentuk Komponen - Dapat/ tidaknya pelaksanaan pemsangan

-Ukuran Komponen tergantung dari produksi. -Berat Komponen

2 Transportasi -Jadwal pengiriman - Pemasangan dapat dilaksanakan jika

komponen telah ditransportasikan 3 Sambungan (Connection) - Jenis alat sambung - Pemakaian alat sambung sangat - Sistim connection menentukan metode pemasangan

- Metode komponen beton pracetak

pemasangan

4 Sistim Struktur - Jenis komponen - Jenis komponen pracetak sangat

pracetak menentukan metode pemasangan tepat

5 Sumber Daya Manusia - Ketrampilan - Ketrampilan seseorang berpengaruh

- Pengetahuan terhadap durasi pelaksanaan . tentang beton pracetak - Teknik penyimpanan - Teknik penganggkatan

6 Teknologi - Peningkatan - Pemasangan komponen sangat tergantung

kapasitas alat dari kemampuan crane angkat

7 Material -Jenis bahan alat

sambung

(34)

Slamet Riyadi Tugas Akhir

Tabel 6 : Faktor Terpengaruh Sambungan (connection)

No Pengaruh Item Pertimbangan Keterangan

1 Produksi - Ketepatan ukuran - Jika digunakan alat sambung beton segar

atau dimensi maka ketepatan ukuran sangat berarti untuk mencegah bocornya air semen 2 Transportasi

3 Sambungan (Connection) - Metode - Sistim sambungan sangat dipengaruhi

pemasangan oleh metode pemasangan

4 Sistim Struktur - Letak titik sambung - Posisi sambungan menentukan jenis connection yang tepat

5 Sumber Daya Manusia - Pengalaman - Dengan pekerja yang berpengalaman

tingkat kesulitan dapat direduksi

6 Teknologi -Murah - Alat sambung yang memenuhi persyaratan

-Mudah laksanakan dan kemudahan pelaksanaan sangat

-Kuat mempengaruhi biaya serta waktu

-Cepat dilaksanakan pelaksanaan konstruksi

7 Material -murah - Dengan material alat sambung yang mudah

- Kuat didapat, murah , dan kuat maka mendukung

-mudah di dapat keandalan komponen beton pracetak

(35)

Slamet Riyadi Tugas Akhir

Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006)

No Pen

1 Produksi

2 Transportasi

3 Sambungan (

4 Pemasan

garuh Item Pertimbangan Keterangan

- Kemampuan - Sistim struktur dapat diaplikasikan jika

produksi produsen mampu memproduksi

- Kemampuan - Sistim struktur sangat tergantung transportasi transportasi

Connection) - jenis alat sambung - kemampuan alat sambung mempengaruhi sistim struktur

gan (erection) - Kemampuan - Kapasitas angkat crane sangat dominan

crane

anusia - Pengalaman - Sumber daya manusia sangat berpengaruh

memproduksi terhadap jenis sistim struktur. - Pengalaman

mentransportasi - Pengalaman memasang

-Riset - Pengembangan teknologi pracetak

-Jenis material - Mempengaruhi pengembangan sistim

- Kuat struktur

5 Sumber Daya M

6 Teknologi

7 Material

(36)

Slamet Riyadi Tugas Akhir

Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006)

Tabel 8 : Faktor Terpengaruh Sumber Daya Manusia

No Pen

1 Produksi

2 Transportasi

3 Sambungan (

4 Pemasan

garuh Item Pertimbangan Keterangan

- Teknik produksi - Kemampuan sumberdaya manusia dalam melaksanakan proses produksi

- Cara - cara - Pengetahuan serta pengalaman dalam Transportasi mentransportasikan komponen beton

pracetak

Connection) - Sistim sambungan - Kesiapan sumberdaya manusia dalam menyatukan komponen beton pracetak

gan (erection) - Metode konstruksi - Kesiapan sumberdaya manusia dalam memasang komponen beton pracetak

- Jenis struktur - Dituntut pengalaman dan pengetahuan tentang berbagai sistim yang ada

- Penelitian dan - Peningkatan dan pengembangan komponen pengembangan beton pracetak

-Penelitian tentang - Peningkatan teknologi pracetak material pracetak

5 Sistim struktur

6 Teknologi

(37)

Slamet Riyadi Tugas Akhir

Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006) Tabel 9 : Faktor Terpengaruh Teknologi

No Peng

1 Produksi

2 Transportasi

3 Sambungan (C

4 Pemasan

aruh Item Pertimbangan Keterangan

- Jenis komponen - Kebutuhan komponen baru akan memacu - Bentuk komponen teknik/ cara produksi

- Jenis komponen - Penemuan komponen baru memacu

baru menemukan teknik transportasi yang baik

onnection) - Sistim sambungan - sistim ini masih harus dikaji lebih lanjut

gan (erection) - Metode - Teknologi pemasangan yang efisien dan

pemasangan tepat

- Pengembangan - Diharapkan dihasilkan sistim yang benar jenis sistim benar efisien

struktur

nusia - Kesiapan dan - Perkembangan teknologi menuntut kesiapan

kemampuan melak sumberdaya manusia kukan inovasi

-Jenis dan - Dapat meningkatkan teknologi pracetak komposisi yang

lebih baik 5 Sistim struktur

6 Sumberdaya ma

(38)

Slamet Riyadi Tugas Akhir

Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006) Tabel 10 : Faktor Terpengaruh Material

No Pengaruh

1 Produksi

2 Transportasi

3 Sambungan (Conne

4 Pemasan

Item Pertimbangan Keterangan

- Berat komponen - Penemuan jenis material baru

- sistim baru - Pemilihan jenis material

ction) - Sistim sambungan - Penemuan material alat sambung yang baru

gan (erection) - Kapasitas crane - Pemilihan jenis material

- Kekuatan - pemilihan jenis material

ia - Riset - Penelitian material alternatif

- Riset - Penemuan jenis material yang lebih sesuai 5 Sistim struktur

6 Sumberdaya manus

Gambar

Gambar 1   : Potongan Balok U Shell  Sumber : Juklak Proyek Tanggerang City PT PP
Gambar 2   : Penyaluran Tulangan Tekan Pada   Balok U shell Ke Kolom
Gambar 3   : Detail sambungan  Balok U shell Ke Kolom  Sumber : BDE 6 Divisi Riset dan Teknologi PT PP
Tabel 1 : Tabel Peraturan  Penyaluran Tulangan
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 7 Bandar Lampung, yang merupakan salah satu institusi pendidikan yang tentunya memiliki tujuan yang tidak berbeda dengan

Interferensi merupakan gejala umum dalam sosiolinguistik yang terjadi sebagai akibat dari kontak bahasa, yaitu penggunaan dua bahasa atau lebih dalam masyarakat tutur yang

Struktur organisasi dapat dinyatakan dalam bentuk gambaran (bagan) yang memperlihatkan hubungan unit-unit organisasi dan garis-garis wewenang yang ada. Inti Jaya Logam

Bentuk tubuh juga menjadi pertimbangan, jika kamu gemuk jangan pakai celana ketat sampai lututmu tidak terlihat, maka kenakan pakaian bergaris vertikal atau memanjang agar

- Merupakan wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari pemodal untuk diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi, yang pelaksanaan dan pengelolaannya

LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF Untuk Periode yang berakhir pada tanggal 30 November 2017. (dalam

Hilangnya kewarganegaraan ayahnya juga mengakibatkan hilangnya kewarganegaraan anak- anaknya yang memiliki hubungan hukum dengannya dan belum dewasa/belum berusia 18

Kesimpulan ada hubungan status gizi bawah normal dengan perkembangan motorik kasar pada balita usia 6-60 bulan, sesuai hasil penelitian disarankan sebagai masukan